Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

LANDASAN HISTORIS PENDIDIKAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Landasan Pendidikan

Dosen Pengampu:

Dr. Widiyanto, M. B. A., M.M.


Dr. Nina Oktarina, S. Pd., M. Pd.

Disusun Oleh:

Khoirunnisa (0701521017)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyanyang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Landasan Historis Pendidikan” dengan tepat
waktu dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Landasan Pendidikan Ekonomi.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi
dengan menyumbangkan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan
baik dan rapi.
Terlepas dari itu semua, kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
makalah yang kami buat, baik dari segi bahasa, susunan kalimat atau hal lain yang
tidak kami sadari. Oleh karenanya kami sangat mengharapkan kritik dan saran
sebagai sarana untuk membangun kesempurnaan makalah ini. Kami berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca. Akhir kata
kami ucapkan terima kasih yang sebesar besarnya atas perhatiannya.

Semarang, 3 November 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i


KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................3
A. Landasan Historis Pendidikan di Indonesia ....................................................3
B. Sejarah Pendidikan di Indonesia .....................................................................3
C. Keterlibatan Tokoh Pendidikan Monumental. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 1
BAB III PENUTUP..................................................................................................12
A. Kesimpulan ...................................................................................................12
B. Saran .............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Historis yang berasal dari kata history dalam bahasa Inggris yang memiliki
arti sejarah, namun sebenarnya kata history itu sendiri asal mulanya merupakan
bahasa Yunani yaitu dari kata istoria yang artinya orang yang pandai sejarah.
Perlunya mempelajari sejarah karena melalui sejarah kita dapat memperoleh
informasi dan manfaat dari sejarah tersebut. Informasi-informasi tersebut
mengandung kejadian, model, konsep, moral, teori, praktik, cita-cita, bentuk
dan sebagainya Sedangkan pendidikan, secara umum merupakan pengalaman
belajar yang berlangsung dalam lingkungan sepanjang hidup, dan secara khusus
pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan
pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan yang
berlangsung di dalam dan luar sekolah sepanjang hayat, guna mempersiapkan
individu agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup
secara tepat di masa yang akan datang.
Indonesia sendiri telah mengalami berbagai perubahan dan salah satunya di
bidang pendidikan. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam faktor
salah satunya karena tuntutan zaman. Setelah kemerdekaan dan menerapkan
sistem pendidikan kontinental karena pada saat itu kita masih menjalin kontak
dengan negara-negara Eropa seperti Belanda, namun seiring berjalan waktu
semakin disadari bahwa sistem pendidikan tersebut tidaklah cocok lagi dengan
perkembangan zaman, sehingga akhirnya mendorong bangsa Indonesia untuk
melakukan-melakukan berbagai penyesuaian.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah pendidikan di Indonesia?
2. Bagaimana faktor perkembangan pendidikan di Indonesia?
3. Bagaimana implikasi dari perkembangan pendidikan di Indonesia?
4. Siapa saja tokoh yang terlibat dalam sejarah pendidikan?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah pendidikan di Indonesia
2. Untuk mengetahui faktor perkembangan pendidikan di Indonesia
3. Untuk mengetahui implikasi dari perkembangan pendidikan di Indonesia?
4. Untuk mengetahui tokoh yang terlibat dalam sejarah pendidikan?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Historis Pendidikan di Indonesia


Landasan historis pendidikan Nasional Indonesia tidak terlepas dari sejarah
bangsa indonesia itu sendiri. Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah
yang cukup panjang sejak zaman kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai
datangnya bangsa lain yang menjajah serta menguasai bangsa Indonesia. Beratus-ratus
tahun bangsa Indonesia dalam sebuah perjalanan hidupnya berjuang untuk bisa
menemukan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang merdeka, mandiri serta memiliki
suatu prinsip yang tersimpul dalam suatu pandangan hidup serta sebuah filsafat hidup
bangsa. Yang pada akhirnya bangsa Indonesia bisa menemukan jati dirinya, yang di
dalamnya tersimpul sebuah ciri khas, sifat dan karakter bangsa yang sangat berbeda
dengan bangsa yang lain. Para pendiri negara kita kemudian merumuskan negara kita
di dalam suatu rumusan yang lebih sederhana namun mendalam, yang berupa 5 prinsip
yaitu lima sila yang kemudian diberi sebuah nama Pancasila.
Pancasila memiliki kedudukan sebagai sebuah dasar filsafat negara dan ideologi
bangsa, dan tinjauan landasan sejarah atau historis dari Pendidikan Nasional Indonesia
merupakan pandangan ke masa lampau atau pandangan yang retrospektif. Pandangan
ini juga melahirkan studi-studi historis tentang sebuah proses perjalanan dari
pendidikan nasional Indonesia yang terjadi pada periode tertentu di masa yang lampau.
Setiap bidang dari kegiatan yang ingin dicapai, pada umumnya selalu dikaitkan dengan
bagaimana dari keadaan bidang tersebut pada masa yang lalu.1 Sejarah pendidikan
adalah suatu bahan pembanding untuk bisa memajukan pendidikan suatu bangsa.
Sejarah telah memberi penerangan, contoh, serta teladan bagi manusia yang diharapkan
akan bisa meningkatkan peradaban manusia di masa sekarang dan juga di masa yang
akan datang.

B. Sejarah Pendidikan di Indonesia


Perjalanan sejarah pendidikan yang terjadi di Indonesia sangatlah panjang
bahkan semenjak sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945 sampai akhirnya
sekarang setelah Indonesia merdeka yang telah mewujudkan pola Pendidikan Nasional

3
seperti yang sekarang. Dengan demikian di setiap bidang kegiatan yang ingin dicapai
manusia untuk maju, pada umumnya dikaitkan dengan bagaimana keadaan bidang
tersebut pada masa lampau. Berikut ini merupakan uraian dan rincian perjalanan sejarah
pendidikan Indonesia:

1. Zaman Purba.
Setiap masyarakat pasti memiliki kebudayaan, kebudayaan yang berkembang
dalam masyarakat nenek moyang bangsa Indonesia pada zaman Purba disebut kebudayaan
paleolitik. Adapun kebudayaan pada kurang lebih 1500 tahun SM yang lalu disebut
kebudayaan neolitik.
Kebudayaan masyarakat pada zaman purba tergolong kebudayaan maritim.
Kepercayaan yang dianut masyarakat antara lain animisme dan dinamisme. Masyarakat
dipimpin oleh oleh ketua adat. Namun demikian ketua adat dan para empu (pandai besi
dan dukun yang merupakan orang-orang pandai) tidak dipandang sebagai anggota
masyarakat lapisan tinggi, kecuali ketika mereka melaksanakan peranannya dalam
upacara adat atau upacara ritual, dll. Sebab itu, mereka tidak memiliki stratifikasi sosial
yang tegas, tata masyarakatnya bersifat egaliter. Adapun karakteristik lainnya yakni
bahwa mereka hidup bergotong-royong.
Tujuan pendidikan pada zaman ini adalah agar generasi muda dapat mencari nafkah,
membela diri, hidup bermasyarakat, taat terhadap adapt dan terhadap nilai-nilai religi
(kepercayaan) yang mereka yakini. Karena kebudayaan masyarakat masih bersahaja, pada
zaman ini belum ada lembaga pendidikan formal (sekolah). Pendidikan dilaksanakan di
dalam lingkungan keluarga dan dalam kehidupan keseharian masyarakat yang alamiah.
Kurikulum pendidikannya meliputi pengetahuan, sikap dan nilai mengenai kepercayaan
melalui upacara-upacara keagamaan dalam rangka menyembah nenek moyang, pendidikan
keterampilan mencari nafkah (khususnya bagi anak laki-laki) dan pendidikan hidup
bermasyarakat serta bergotong royong melalui kehidupan riil dalam masyarakatnya.
Pendidiknya terutama adalah para orangtua (ayah dan ibu), dan secara tidak langsung
adalah para orang dewasa di dalam masyarakatnya. Sekalipun ada yang belajar kepada
empu, apakah kepada pandai besi atau kepada dukun jumlahnya sangat terbatas, utamanya
adalah anak-anak mereka sendiri.

2. Zaman Kerajaan Hindu-Budha.

4
Kedatangan saudagar-saudagar dari India telah mengakibatkan perubahan sosial budaya
penduduk pribumi. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai kerajaan dan feodalisme,
tersebarnya agama Hindu dan Budha, munculnya stratifikasi sosial berdasarkan kasta, dan
dimulainya zaman sejarah. Implikasinya, pendidikan pada zaman ini selain
diselenggarakan di dalam keluarga dan masyarakat juga telah berlangsung di perguruan
atau pesantren. Pendidikan bertujuan agar peserta didik menjadi penganut agama yang
taat, mampu hidup bermasyarakat, membela diri, dan membela negara. Kurikulum
pendidikannya meliputi agama, bahasa Sansekerta termasuk membaca dan menulis (huruf
Palawa), kesusasteraan, keterampilan memahat atau membuat candi, dan bela diri (ilmu
berperang). Khususnya zaman Hindu pendidikan bersifat aristokratis. Adapun metode
pendidikannya adalah sistem guru kula. Pada zaman Kerajaan Budha sudah berdiri
“Perguruan Tinggi Budha” yang mana murid- muridnya berdatangan dari berbagai negara
tetangga. Pengelolaan pendidikan bersifat otonom dimana pemerintah tidak ikut campur
dalam mengelola sistem pendidikan.

3. Zaman Kerajaan Islam.


Kedatangan para saudagar beragama Islam telah mengakibatkan perubahan di dalam
masyarakat pribumi. Antara lain tersebarnya agama Islam dan kebudayaan yang bercorak
Islami. Pemerintahan tetap berbentuk kerajaan, namun bagi kalangan muslim stratifikasi
social sebagaimana berlaku pada zaman sebelumnya mulai ditinggalkan. Implikasinya,
pendidikan bertujuan untuk mengembangkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT
agar selamat dunia akhirat melalui pelaksanaan iman, ilmu dan amal. Selain di dalam
keluarga pendidikan berlangsung juga di langgar-langgar, mesjid, dan pesantren.
Pendidikan bersifat demokratis; seperti pada zaman-zaman sebelumnya pemerintah tidak
ikut campur dalam pengelolaan pendidikan (otonom). Kurikulumnya meliputi tauhid
(pendidikan keimanan terhadap Allah S.W.T.), Al-Qur’an, hadist, fikih, bahasa Arab
termasuk membaca dan menulis huruf Arab. Metode pendidikan dilakukan melalui tabligh
(wetonan) dan sorogan (cara-cara belajar individual), selain itu digunakan pula media dan
ceritera- ceritera yang digunakan pada zaman Hindu-Budha hanya saja isinya diganti
dengan ajaran yang Islami. Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang muncul zaman
kerajan Hindu-Budha diselenggarakan pula pada zaman kerajaan Islam dan bahkan sampai
dewasa ini.

5
4. Zaman portugis dan Spanyol.
Pada awal abad ke –16 ke negeri kita datanglah bangsa Portugis, kemudian disusul
oleh bangsa Spanyol. Selain untuk berdagang kedatangan mereka juga disertai oleh
missionaris yang bertugas menyebarkan agama Katholik. Pada akhir abad ke-16 mereka
meninggalkan negeri ini karena sering mendapat pemberontakan terutama dari Sultan
Ternate, karena perdagangan rempah-rempah sudah tidak menguntungkan lagi, dan karena
kalah dalam peperangan melawan Belanda.
Pengaruh bangsa Portugis dalam bidang pendidikan utamanya berkenaan dengan
penyebaran agama Katholik. Demi kepentingan tersebut, tahun 1536 mereka mendirikan
sekolah (Seminarie) di Ternate, selain itu didirikan pula di Solor. Kurikulum
pendidikannya berisi pendidikan agama Katolik, ditambah pelajaran membaca, menulis
dan berhitung. Pendidikan diberikan bagi anak-anak masyarakat terkemuka. Pendidikan
yang lebih tinggi diselenggarakan di Gowa, pusat kekuasaan Portugis di Asia. Pemuda-
pemuda yang berbakat dikirim ke sana untuk dididik. Pada tahun 1546, di Ambon telah
ada tujuh kampung yang penduduknya memeluk agama Nasrani Katolik.

5. Zaman Pemerintahan Kolonial Belanda.


Pada awalnya (1596)bangsa Belanda datang ke Indonesia untuk berdagang, mereka
mendirikan VOC (1602). Selain berusaha menguasai daerah untuk berdagang, juga untuk
menyebarkan agama Protestan. Sejak tahun 1800-1942 negeri kita menjadi jajahan
Pemerintah Kolonial Belanda. Karaketristik kondisi sosial budaya pada zaman ini antara
lain: (1) berlangsungnya penjajahan, kolonialisme; (2) dalam bidang ekonomi berlangsung
monopoli perdagangan hasil pertanian yang dibutuhkan dan laku di pasar dunia; (3)
terdapat stratifikasi sosial berdasarkan ras atau suku bangsa.
Bangsa Indonesia terus berjuang melawan penjajahan Belanda, perlawanan dan
pemberontakan dilakukan oleh berbagai kelompok bangsa kita di berbagai daerah di
tanah air. Penjajahan yang telah berlangsung lama benar-benar telah mengungkung
kemajuan bangsa Indonesia, dan mengakibatkan kemelaratan serta kebodohan. Dengan
semakin sadarnya bangsa Indonesia akan makna nasionalisme dan kemerdekaan, pada
awal abad ke-20 (sejak kebangkitan nasional tahun 1908) lahirlah berbagai pergerakan.
Pergerakan nasional berlangsung dalam jalur politik maupun pendidikan.
Implikasi dari kondisi di atas, pada zaman kolonial Belanda secara umum dapat
dibedakan dua garis penyelenggaraan pendidikan, yaitu: pendidikan yang diselenggarakan

6
oleh pemerintah kolonial Belanda, dan pendidikan yang dilaksanakan oleh kaum
pergerakan sebagai sarana perjuangan demi mencapai kemerdekaan dan sebagai rintisan
pendidikan nasional. Ciri-ciri pendidikan yang diselenggarakan pemerintah kolonialisme
Belanda yaitu: (1) Tujuan pendidikannya adalah untuk mengahasilkan tenaga kerja murah
dan demi mendukung kelanggengan penjajahan. (2) adanya dualisme pendidikan, (3)
sistem konkordansi, (4) sentralisasi pengelolaan pendidikan, (5) menghambat gerakan
nasional.

6. Pendidikan oleh Kaum Pergerakan Nasional.


Faktor intern yang menimbulkan pergerakan kebangsaan (pergerakan nasional)
antara lain adalah: 1) Penderitaan dan berbagai kondisi yang merugikan bangsa Indonesia
akibat kebijakan pemerintah kolonial Belanda telah menimbulkan rasa senasib
sepenanggungan sebagai bangsa yang dijajah sehingga muncul rasa
kebangsaan/nasionalisme. 2) Kebesaran masa lampau bangsa kita juga memperkuat rasa
harga diri sebagai bangsa yang berdaulat dan merdeka. 3) Kaum terpelajar di kalangan
bangsa kita terdorong untuk berperan menjadi motor pergerakan. 4) Bahasa melayu yang
merupakan bahasa kesatuan makin menyadarkan bahwa bangsa Indonesia adalah satu
bangsa. 5) Karena mayoritas bangsa Indonesia memeluk agama Islam, maka timbul
persepsi bahwa Belanda adalah Kafir.
Sejak Kebangkitan Nasional (1908) sifat perjuangan rakyat Indonesia dilakukan
melalui berbagai partai dan organisasi, baik dalam jalur politik, ekonomi, sosial-budaya,
dan khususnya melalui jalur pendidikan. Sifat perjuangan bangsa kita saat itu tidak lagi
hanya menitik beratkan pada perjuangan bidang fisik. Mengingat ciri-ciri
penyelenggaraan pendidikan oleh pemerintah kolonial Belanda yang tidak
memungkinkan bangsa Indonesia untuk menjadi cerdas, bebas, bersatu, dan merdeka,
maka kaum pergerakan memasukan pendidikan ke dalam program perjuangannya.
Hampir setiap organisasi pergerakan nasional mencantumkan dan melaksanakan
pendidikan dalam anggaran dasar dan/atau dalam program kerjanya.
Karakteristik pendidikan kaum pergerakan adalah: (1) bersifat nasionalistik dan
sangat anti kolonialis, (2) berdiri sendiri atau percaya kepada kemampuan sendiri, dan (3)
pengakuan kepada eksistensi perguruan swasta sebagai perwujudan harga diri yang tinggi
dan kebhinekaan masyarakat Indonesia serta pentingnya pengembangan rasa persatuan
dan kesatuan masyarakat dan bangsa Indonesia.

7
7. Pendidikan Zaman Pendudukan Militerisme Jepang.
Kekuasaan pemerintah kolonial Belanda berakhir ketika pada tgl. 8 Maret 1942
mereka menyerah kepada militer kerajaan Jepang. Selanjutnya bangsa Indonesia berada di
bawah kekuasaan pendudukan militerisme Jepang selama hampir 3,5 tahun.
Jepang menyerbu Indonesia karena kekayaan negeri ini yang sangat besar artinya
bagi kelangsungan perang Pasifik dan sesuai pula dengan cita-cita politik ekspansinya. Di
balik itu, mereka mempropagandakan semboyan Hakko Ichiu atau semboyan
“kemakmuran bersama” Asia Timur Raya. Mereka menyatakan bahwa mereka berjuang
mati-matian melakukan “perang suci” (melawan sekutu) demi kemakmuran bersama Asia
Timur Raya dengan Jepang sebagai pemimpinnya. Namun demikian tujuan pendudukan
militer Jepang lama kelamaan menjadi penindasan. Ada dua kebijakan pemerintah
pendudukan militer Jepang : 1) menghapuskan semua pengaruh Barat di Indonesia
melalui “pen-Jepang-an”, dan 2) memobilisasi segala kekuatan dan sumber yang ada
untuk mencapai kemenangan perang Asia Timur Raya.
Implikasi kekuasaan pemerintahan pendudukan militer Jepang dalam bidang
pendidikan di Indonesia yaitu:
1) Tujuan dan isi pendidikan diarahkan demi kepentingan perang Asia Timur Raya.
Contoh: Tiap pagi di sekolah-sekolah dimulai dengan menyanyikan lagu kebangsaan
Jepang “Kimigayo”. Upacara pagi dilanjutkan dengan pengibaran bendera Hinomaru
dan membungkuk untuk menghormat Tenno Heika. Tiap hari para siswa harus
mengucapkan sumpah pelajar dalam bahasa Jepang, melakukan taiso (senam), dan
diwajibkan pula melakukan kinrohoshi (kerja bakti). Selain itu, dibentuk PETA
sebagai program pendidikan militer bagi para pemuda; dibentuk barisan murid-murid
Sekolah Rakyat (Seinen-tai); dan barisan murid-murid Sekolah Lanjutan (Gakuto-
tai).
2) Hilangnya Sistem Dualisme dalam pendidikan. Sistem pendidikan yang bersifat
dualistis membedakan dua jenis sekolah untuk anak-anak bangsa Belanda dan anak-
anak Bumi Putera dihapuskan pada zaman Jepang. Sekolah bersifat terbuka untuk
seluruh lapisan anak Indonesia. Namun demikian, hanya satu jenis sekolah rendah
diadakan bagi semua lapisan masyarakat, yaitu: Sekolah Rakyat 6 tahun (Kokumin
Gakko). Sekolah Desa masih tetap ada dan namanya diganti menjadi Sekolah
Pertama. Susunan jenjang sekolah menjadi:

8
a. Sekolah Rakyat 6 tahun (termasuk Sekolah Pertama).
b. Sekolah Menengah 3 tahun.
c. Sekolah Menengah Tinggi 3 tahun.
d. Perguruan Tinggi.
3) Sistem Pendidikan menjadi lebih merakyat (populis). Sebagaimana dikemukakan di
atas, pada prinsipnya terjadi perubahan bahwa sekolah menjadi terbuka bagi semua
lapisan masyarakat (“Demokrasi Pendidikan”). Hapusnya sistem Konkordansi dan
masuknya sistem baru yang relatif lebih praktis dan terarah bagi kebutuhan
masyarakat, meskipun kepraktisan tersebut lebih berarti untuk keperluan kemenangan
perang Jepang. Selain itu bahasa Indonesia pertama kalinya dijadikan bahasa
pengantar di sekolah dan dijadikan bahasa ilmiah, di samping tentunya bahasa
Jepang. Sedangkan bahasa Belanda dilarang untuk digunakan (H.A.R. Tilaar, 1995).

8. Periode 1945-1969.
Pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI menetapkan UUD 1945 sebagai konstitusi
Negara. Sejak saat itu jenjang dan jenis pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan
bangsa Indonesia. Sekalipun pada tahun 1949 terjadi perubahan dasar negara yaitu dengan
UUD RIS, tetapi pendidikan nasional tetap dilaksanakan sesuai amanat UUD 1945. Sejak
tahun 1950 bangsa Indonesia telah mempunyai UU RI No. 4 Tahun 1950 tentang
“Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah” yuncto UU RI No. 12 Tahun 1954.
Di dalam Pasal 3 UU ini termaktub bahwa “Tujuan pendidikan dan pengajaran ialah
membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab tentang kesejahteran masyarakat dan tanah air”. Adapun Pasal 4
menyatakan: “Pendidikan dan pengajaran berdasar asas-asas yang termaktub dalam “Panca
Sila” Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dan atas kebudayaan
kebangsaan Indonesia”.
Pada Tahun 1950-1960 telah dirancang dan dilaksanakan wajib belajar SD, untuk
mengatasi kekurangan guru didirikan Kursus Pengajar untuk Kursus Pengantar kepada
Kewajiban Belajar (KPKPKB). KPKPKB selanjutnya ditingkatkan menjadi SGB dan
SGA. Adapun untuk guru sekolah menengah didirikan PGSLP dan APD. Tahun 1954
didirikan PTPG yang diubah menjadi FKIP dan akhirnya menjadi IKIP. Selain LPTK,
sejak tahun 1949-1961 pemerintah juga telah mendirikan beberapa perguruan tinggi
(universitas) dan melahirkan UU No. 22 Tahun 1961 tentang “Perguruan Tinggi”.

9
Pada era Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahap Pertama (1961-
1969) sekalipun Dekrit Presiden 5 Juli 1959 menyatakan bahwa Bangsa dan Negara
Kesatuan RI kembali ke UUD 1945, tetapi karena dominasi politik tertentu maka dasar
atau asas pendidikan nasional diubah menjadi Pancasila dan Manipol USDEK. Pada era
ini tujuan pendidikannya adalah untuk melahirkan warga-warga negara sosialis Indonesia
yang susila, bertanggung jawab atas terselenggaranya masyarakat sosialis Indonesia, adil
dan makmur baik spiritual maupun material dan berjiwa Pancasila. Tugas pendidikan
adalah menghimpun kekuatan progresif revolusioner berporoskan Nasakom. Untuk
tercapainya tujuan tersebut, maka ditetapkan apa yang disebut Sapta Usaha Tama, Pantja
Wardhana, dan Hari Krida. Berbagai program pembangunan pada era ini akhirnya rontok
akibat terjadinya Pemberontakan G-30 S/PKI pada tahun 1965 dan lahirlah era baru yang
dikenal dengan Orde Baru.

9. Era PJP I (1969-1993).


Sejak zaman Orde Baru dan dalam era PJP I dasar pendidikan dikembalikan
kepada Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan nasional ditujukan untuk membentuk
manusia Pancasilais sejati berdasarkan Pembukaan UUD 1945 dan Isi UUD 1945, yang
kemudian di dalam UU No. 2 Tahun 1989 ditegaskan lagi bahwa pendidikan nasional
bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya. Sejak awal Pelita I PJP I telah dilakukan identifikasi masalah-masalah
pendidikan nasional, selanjutnya pembangunan pendidikan dilakukan secara
bersinambungan pada setiap Pelita. Selama PJP I telah dilakukan tiga kali pembaharuan
kurikulum sekolah, yaitu kurikulum 1968, 1975 dan 1984; penambahan dan perbaikan
sarana maupun prasarana pendidikan; Inpres SD; Upaya peningkatan jumlah dan mutu
tenaga kependidikan; serta dilakukan berbagai inovasi pendidikan lainnya demi
meningkatkan partisipasi, relevansi, efisiensi, efektivitas dan mutu pendidikan nasional.
Untuk itu, pembangunan pendidikan dibiayai baik dengan menggunakan dana rupiah
maupun dana hasil kerjasama luar negeri. Memang banyak hasil pembangunan pendidikan
selama PJP I yang telah di raih, namun demikian permasalahan pendidikan masih tetap
belum terpecahkan secara keseluruhan dan masih harus terus diupayakan melalui
pembangunan pendidikan pada PJP selanjutnya.

C. Keterlibatan Tokoh Pendidikan Monumental

10
Tokoh yang berjuang di bidang pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Ki Hajar Dewantara
Nama aslinya Raden Mas Soewardi Soerjaningrat merupakan seorang pendiri
sebuah Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1922. Semboyan Ki Hajar Dewantara yang
sangat terkenal adalah Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri
Handayani yang artinya kurang lebih adalah yang di depan memberi contoh, yang
ditengah membangun keinginan dan bekerja sama dan yang dibelakang memberikan
daya semangat dan dorongan. Konsep pendidikan yang digagas Soewardi Soerjaningrat
mengakui hak si anak atas kemerdekaannya untuk tumbuh dan berkembang sesuai
dengan bakat serta pembawaannya.
Ki Hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran
dan Kebudayaan pertama RI, serta mendapat bintang Maha Putera atas jasa-jasanya
dalam bidang kebudayaan dan pendidikan. Tahun 1946, Ki Hajar Dewantara menjadi
ketua Panitia Penyelidik Pengajaran yang dibentuk Pemerintah untuk menentukan garis
baru dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan cita-cita bangsa.
2. Kyai Haji Ahmad Dahlan
Kyai Haji Ahmad Dahlan yaitu seorang pendiri sebuah organisasi Islam bernama
Muhammadiyah yang berdiri pada tahun 1912. Pendidikan Muhammadiyah oleh KHA
Dahlan mempunyai tujuan yaitu lahirnya seorang manusia-manusia yang baru dan
mampu tampil sebagai “ulama-ulama intelek” yaitu seorang muslim yang mempunyai
keteguhan iman serta ilmu yang sangat luas dan sehat jasmani maupun rohani.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada masa lampau yang memperjelas pemahaman kita tentang masa kini.
Sistem pendidikan yang kita miliki sekarang merupakan hasil dari perkembangan
pendidikan yang telah tumbuh di dalam sejarah sebuah pengalaman dari bangsa kita
pada saat masa lampau. Pembahasan yang mengenai tentang suatu landasan dari
sejarah pendidikan di atas telah memberi implikasi dan konsep-konsep pendidikan,
yaitu sebagai berikut:
1. Tujuan Pendidikan : Pendidikan ini bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik serta mengembangkan kepribadian mereka secara
lebih harmonis. Tujuan dari pendidikan diarahkan untuk dapat
mengembangkan aspek keagamaan, kemanusiaan, kemanusiaan, serta
kemandirian dari peserta didik.
2. Proses Pendidikan : Proses pendidikan yang terutama adalah proses belajar-
mengajar dan sebuah materi pelajaran yang harus disesuaikan dengan
tingkat perkembangan seorang peserta didik, mengembangkan kemandirian
serta kerjasama dari seorang siswa dalam pembelajaran, lalu
mengembangkan pembelajaran sebuah lintas disiplin ilmu, demokratisasi di
dalam pendidikan, serta untuk mengembangkan ilmu dan teknologi masa
sekarang.
3. Inovasi Pendidikan : Inovasi-inovasi yang harus bersumber dari sebuah
hasil-hasil penelitian dari pendidikan di Indonesia, bukan hanya sekedar
membuat konsep-konsep dari dunia Barat sehingga bisa diharapkan pada
akhirnya akan membentuk suatu konsep-konsep pendidikan yang memang
bercirikan asli Indonesia
B. Saran
Setelah banyaknya pengembangan yang dilakukan, pendidikan di Indonesia
masih sangat perlu diadakan relevansi dan sikronisasi dengan kebutuhan yang ada
pada saat ini. Sehingga selalu ada inovasi secara berkala agar pendidikan Indonesia
bisa terus berkembang dan semakin berkualitas.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, Thalib (Penyadur), (1978), Pendidikan Mohd. Sjafei INS Kayu Tanam, Mahabudi,
Jakarta.
Djumhur, I dan Danasuparta, (1976), Sejarah Pendidikan, CV. Ilmu, Bandung.
Majelis Luhur Persatuan Taman siswa, (1977), Karya Ki Hadjar Dewantara, Bagian
Pertama: Pendidikan, Majelis Luhur Taman Siswa, Yogyakarta.
Muchtar, O., (1976), Pendidikan Nasional Indonesia, Pengertian dan sejarah
Perkembangan, Balai Penelitian Pendidikan IKIP Bandung.
Poerbakawatja, S., (1970), Pendidikan dalam Alam Indonesia Merdeka, Gunung Agung,
Jakarta.
Soejono, Ag., (1979), Aliran-Aliran Baru dalam Pendidikan; Bagian ke-2, CV. Ilmu,
Bandung.
Suhendi, Idit, (1997), Dasar-Dasar Historis dan Sosiologis Pendidikan, dalam Dasar- Dasar
Kependidikan, IKIP Bandung.
Tilaar, HAR., (1995), 50 Tahun Pembangunan Pendidikan Nasional 1945-1995, Suatu
Analisis Kebijakan, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Tirtarahardja, U. dan La Sula (1995), Pengantar Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai