Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU DAN SENI

DISUSUN OLEH :

FIRMADINI 1988203007

MINARNI 1988203016

SILVI SAVIRA A. 1988203032

YUSNANI 1988203035

DOSEN PENGAMPU :

PUTRI ASI LESTASI, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang Berjudul
Landasan Historis dan Yudiris Pendidikan ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Putri Asilestari, M.Pd pada Landasan Pendidikan. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Putri Asilestari, M.Pd, selaku
Dosen Landasan Pendidikan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Bangkinang,12 Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan penulisan ..................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
A. Landasan Historis.................................................................................................... 3
B. Landasan Yuridis .................................................................................................. 17
BAB III............................................................................................................................. 18
PENUTUP........................................................................................................................ 18
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 18
B. Saran ..................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengertian Landasan Pendidikan Landasan-landasan pendidikan dan


pembejaran adalah asumsi, atau gagasan, keyakinan, prinsip yang
dijadikan titik tolak atau pijakan dalam rangka berpikr atau melakukan
praktik pendidikan dan pembelajaran.
Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya, disaat anak ini
dewasa dan berkeluarga mereka akan mendidik anak-anak mereka juga,
begitu juga disekolah dan perguruan tinggi. Para siswa dan mahasiswa
diajar oleh guru dan dosen. Dalam pendidikan tentunya ada istilah
mengajar dan mendidik, untuk melakukan kedua hal itu tentunya di
perlukan acuan supaya proses mengajar dan mendidik dapat berjalan
sebagaimana mestinya, acuan tersebut dikenal dengan istilah pendidikan.
Landasan pendidikan diperlukan dalam dunia pendidikan khususnya
di indonesia, agar pendidikan yang sedang berlangsung di negara kita ini
memiliki pondasi atau pijakan yang sangat kuat karena pendidikan disetiap
negara tidak sama. Untuk negara kita diperlukan landasan pendidikan
berupa landasan filosofis, landasan pskilologis, landasan sosio-
antropologis, landasan historis dan landasan yuridis.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Landasan Filosofis?


2. Apa yang dimaksud dengan Landasan Psikologis?
3. Apa yang dimaksud dengan Landasan Sosio-antropologis ?
4. Apa yang dimaksud dengan Landasan Historis ?
5. Apa yang dimaksud dengan Landasan Yuridis?

C. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui dan memahami landasan pendidikan yang meliputi:


a) Landasan Filosofis
b) Landasan Psikologis
c) Landasan Sosio-antropologis
d) Landasan Historis
e) Landasan Yuridis

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Historis

Landasan historis kurikulum membicarakan proses bagaimana


program pendidikan masa lalu tumbuh sampai saat ini dan masih
berpengrauh pada kurikulm sekarang dan masa depan. Jika pendidikan
harus tumbuh dari posisinya yang konsveratif menuju perbaikan mengikuti
tuntutan zaman, pendidik perlu terus menerus mengevaluasi landasan
berfikir, praktik dan prosedur pendidikan saat ini dengan memperhatikan
perkembangan pendidikan di masa lalu (Stone & Schneider, 1971:224)
berikut ini sejarah singkat kurikulum sejak pra-abad ke-20, menjelang
abad ke-20 sampai kurikulum abad ke-20.

a. PENDIDIKAN PRA-ABAD KE-20


Pendidikan pada hakikatnya, telah ada semenjak manusia ada:
pada masa pra sejarah, orang tua mengajar anak-anak dengan tujuan
yang relatif sama dengan masyarakat saat ini yaitu untuk mewariskan
atau mentransfer nilai-nilai budaya kepada generasi muda melalui
pendidikan. Pendidikan atau sekolah, menurut Wiles& Bondi
(1989:4), sering kali menjadi kendaraan bagi rekonstruksi sosial.
Beberapa cuplikan sejarah pendidikan di masa pra abad ke-20 adalah
sebagai berikut:
Pendidikan sejak masyarakat pra literasi (700-5000 SM)
merupakan sejarah panjang, sampai masa kini, ketika sejak itu umat
manusia mengembangkan keterampilan hidup (life skills) seperti
mencipta, mempertahankan, dan mentransfer kebudayaan.
Pengembangan kebudayaan keterampilan hidup (cultural survival
skills) itu adalah tema pokok pendidikan, berdasarkan kenyataan
bahwa sejak dahulu sampai kini, manusia merespons berbagai

3
masalah dan tantangan hidup untuk menemukan cara penanggulangan
yang tepat bagi kehidupan yang baik. Tantangan hidup manusia
prasejarah, antara lain, keganasan alam seperti banjir dan kekeringan,
binatang buas dan kelompok sosial lain yang tidak bersahabat, dan
desakan untuk memenuhi kebutuhan seperti pangan, sandang, dan
papan. Keadaan ini, menurut Butts (1955), mengharuskan manusia
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang di mulai dengan cara
coba-coba menanggulanginya yang makin lama berkembang sampai
menjadi kebudayaan (Ornstein&Levine,1985:75).
Karena muatan budaya sekelompok masyarakat yang ternyata
mampu membuat kehidupan mereka nyaman, para orang tua
masyarakat itu ingin mewariskannya kepada anak cucu mereka yang
mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap, bahasa, dan muatan
kebudayaan lain. Bentuk paling awal muatan kebudayaan yang
diwariskan itu ialah hasil pembuatan alat-alat keperluan hidup (tool
making), cerita cerita rakyat, dan keterampilan berbahasa. Melalui
bahasa, warga mengembangkan keterampilan abstrak yang
memungkinkan kehidupan mereka berkembang pesat sampai menjadi
bagian penting proses pendidikan yang berlangsung secara alami dari
orangtua ke anak-anak (Ornstein& Levine, 1985:75). Keterampilan
berfikir yang ditunjang keterampilan bahasa merupakan modal
strategis bagi perkembangan keterampilan hidup warga dan
perkembangan nilai-nilai kemanusiaan kemasyarakatan.

1. Pendidikan Mesir dan Cina Kuno


Dari tahun 4000-3000 peradaban mesir ditopang tiga hal
utama: penggunaan mental, sistem tulisan, dan pemerintahan
terorganisasi (Johnson,1968:8). Hampir seperdua dari 6000 tahun
sejarah mesir, pendidikan lebih fokus pada praktik daripada
pengembangan berfikir kognitif abstrak, sedangkan aspek afektif
diajarkan melalui institusi agama dan keluarga. Kemudian timbul

4
pendidikan bagi anak laki-laki yang diajarkan oleh bapaknya. Hal
ini memungkinkan berkembangnya program pendidikan yang lebih
berorientasi vokasional dengan sistem magang yang diperkuat
latihan di rumah. Fokus utamanya aialah pada pengajaran menulis
hieroglyph yang di dorong pemerintahan berbasis dokumen oleh
kelas penguasa konservatif sebagai otoritas pendidikan tinggi.
Secara tradisional, tekanan terutama diletakkan pada pengajaran
matematika praktis, astronomi, kedokteran, teknik, dan geografi
yang berakibat pada kemajuan arsitektur Mesir Kuno.
Diperkirakan keruntuhan peradaban Mesir Kuno disebabkan
kekurangan kesusastraan, pola pikir filosofis dan penelitian ilmiah
yang berhubungan dengan pengetahuan abstrak (Schubert,
1986:55). Situasi berbeda ditemukan di Cina yang didominasi dua
orientasi pendidikan: (1) ide Lao-Tse (abad ke-6 SM), dan ke (2)
Confucius (abad ke-5 SM).
Pendidikan menurut, Lao-Tse, merupakan buah kontemplasi
sebagai landasan pokok perkembangan pikiran dan prestasi yang
bermanfaat dan penting bagi manusia. Adapun pendidikan,
menurut Confucius, di haruskan berorientasi kepada kepentingan
masyarakat daripada kepentingan pribadi, sehingga pendidikan
dipandang sebagai proses yang mengembangkan masyarakat dan
institusinya.

2. Pendidikan Yunani Kuno


Sistem pendidikan dunia modern berasal dari sistem
pendidikan Yunani Kuno (1600-300 SM). Fokus pendidikan
mengutamakan latihan pada pendidikan jasmani melalui latihan
kemiliteran gimnastik. Pendidikan moral dan politik diajarkan
dengan menghafal undang-undang. Sistem pendidikan sparta
tersebut menghasilkan anak berketerampilan militer yang kuat dan
politisi andal (Johnson,1968:9).

5
Pertengahan abad ke-15 SM, timbul perubahan ekonomi
Yunani, yaitu munculnya kelas pedagang yang memerlukan tipe
baru pendidik, terutama di Athena yaitu a Sophist. Kelompok
pendidik tutorial privat ini mengembangkan berbagai ragam
metode mengajar bagi kelas pedagang dan kelas sosial di Athena
dan di beberapa negara kota di Yunani. Mereka membutuhkan
kemampuan intelektual dan keterampilan retorika.
Setelah 479 SM dan akhir perang prusia, pendidikan Yunani
tumbuh pesat. Mata pelajaran membaca, menulis, dan bercakap-
cakap dikembangkan sampai diajarkan kepada anak-anak berumur
7-13 tahun. Para sophist menciptakan mata pelajaran formal seperti
Tata Bahasa, Retorika, dan Logika. “Kurikulum” bagi anak
berumur 13-16 tahun diperluas dengan memasukkan geometri,
menggambar, musik, tata bahasa, dan retorika.
Socrates 470-399) SM) Terkenal dengan socratic method of
questioning, metode bertanya dan diskusi yang memicu inkuiri
diikuti penguatan kebaikan(virtues). Metode bertanya Socrates itu
dianggap suatu teknik pedagogik ampuh oleh banyak guru sampai
kini (Zais, 1976: 132)
Plato (428-328 SM), murid Socrates paling terkenal,
mengembangkan formulasi klasik prinsip filsafat idealisme, filsafat
tradisional dan tertua. Menurut idealisme, berfikir dan belajar
merupakan nama dari proses-proses penemuan atau pengumpulan
kembali pengetahuan tersembunyi (latent knowledge) dalam bentuk
yang sebenarnya. Karena pengetahuan yang sebenarnya itu (true
knowladge) bersifat intelektual dan realitas, pengetahuan hanya
bisa diungkap secara intelektual, dan karena itu, pendidik harus
bersifat intelektual (Ornstein & levine: 82).
Kurikulum plato, dalam plato’s Republic, adalah suatu proses
yang sangat panjang, mulai sejak anak berumur 6-18 tahun bagi
anak laki-laki dan perempuan (Schubert,1986: 56). Kurikulum

6
plato Quadrivium terdiri atas empat bidang studi: Aritmetika,
geometri, astronomi, dan musik.
Keempat bidang studi itu, menurut Plato, membentuk sains
yang mempersiapkan siswa untuk memahami knowledge of the
good. Untuk menguasai pengetahuan yang baik perlu dilakukan
studi sistematis tentang dialetic atau filsafat. Jadi, plato
memandang filsafat bukan hanya sebagai the queen of all the
sciences, tetapi juga inti kurikulum pendidikan tinggi (Zais,
1976:133)

1. Pendidikan Romawi Kuno


Pendidikan Romawi Kuno di pengaruhi pendidikan Yunani.
Tujuan pendidikan Romawi Kuno adalah pengajaran nilai-nilai
moral dan kemuliaan sosial untuk menjaga ketertiban hukum,
kebiasaan dan agama (Johnson, 1968:11). Jika Yunani fokus pada
filsafat spekulatif, Romawi lebih tertarik pada pendidikan bagi
polistisi dan tenaga administratorandal (Ornstein & Levine,
1985:87)
Beberapa periode penting peradaban Romawi berakibat pada
perbedaan sistem pendidikannya. Pada mulanya pendidikan
dilakukan di rumah ( 700-275 SM ) oleh orang tua. Selama periode
275-130 SM, Kurikulum berbasis filsafat Yunani, sastra dan
retorikan diberlakukan. Kemudian, sistem pendidikan Romawi
yang lebih berorientasi Latin, menghasilkan Sekolah Gramar Latin
yang menjadi cikal bakal model pendidikan Barat. Sekolah Gramar
itu menghasilkan orator yang pada waktu itu merupakan simbol
keberhasilan warga Romawi. Sistem pendidikan format Romawi di
mulai di sekolahdasar semacam ”Play School“ bagi anak umur 6-
12 tahun, yang mengajarkan membaca, menulis, aritmatika dan
moral. Sekolah Dasar dilantukan dengan Sekolah Menengah atau
sekolah gramar dengan mata pelajaran bahasa Latin, bahasa

7
Yunani, disamping berbicara, sejarah, geografi, mitologi, dan etika.
Siswa diatas 16 tahun dipersiapkan menjadi ahli hukum atau
administrator publik melalui sekolah retorika untuk mempelajari
gramar, retorika, logika dan sastra. Kemudian bangsa Romawi
mengembangkan kurikulum The Seven Liberal Arts yang berasal
dari kurikulum Yunani Kuno. Trivium (gramar, retorika dan logika
) dan kurikulum Plato Quadrivium (aritmetika, geometrika,
astronomi dan musik )
Revolusi mengubah sistem pendidikan Romawi. Setelah
Romawi menjadi empirium, keberhasilan orang di empirium itu
ditandai kemampuan berpidato yang dilengkapi penguasaan sains
dan pelayanan publik sehingga pendidikan menjadi domain
pemerintah.
Pada peiode 300-500 SM kurikulum terpisah dari kehidupan.
Penghafalan karya sastra dan kontrol ketat terhadap siswa menjadi
bagian misi pendidikan. Menurut Mxwell et al (1963 )sensor ide-
ide dan pemisahan para ahli politisi dianggap sebagi penyebab
kejatuhan Romawi (Schubert, 1986:58 )

2. Pendidikan Islam
Kebudayaan Islam, bersumber dari Nabi Muhammad SAW
(569-632), sebagai Nabi Allah yang menjadi reformer dan
proselytizer dan Nabi terakhir dan paling utama utusan Allah.
Sumber utama ajaram agama Islam tertulis dan terpelihara dengan
baik dalam kitab suci Al-qur'an. Al-qur'an itu sendiri, menurut
Abdurrahman an-Nahlawi ( 1989:45 ), mulai diturunkan dengan
ayat pendidikan. Dan didalam Al-qur'an itu, banyak ayat yang
memerintahkan umat Islam agar mampu menggunakan akalnya
(berpikir), sehingga umat bisa mempelajari berbagai gejala alam
raya hasil ciptaan-Nya. Sejarah cukup banyak mencatat pakar dan
pemikir islam ikut berkontribusi pada pengembangan ilmu

8
pengetahuan. Pada abad ke-10 dan ke-11, pendidikan Arab Islam (
700-1350 ) berpengaruh pendidikan Barat, terutama pada evolusi
keilmuan fiabad pertengahan, khususnya filsafat pemikiran dan
pendidikan tinggi. Sebagai hasil kontak ilmu Barat dan ilmu Arab
Islam di Spanyol dan AfrikaUtara, Ilmuan Barat mempelajari cara
berpikir baru tentang matematika, ilmu-ilmu alam, kedokteran dan
filsafat. Pakar Islam telah menemukan dan menerjemahkan
pemikiran dan ide-ide filsuf Aristotles, Euclid, Archimedes dan
Hipocrates ke bahasa Arab. Terjemahan itu penting bagi
pendidikan Islam dan melalui kontak dengan Eropa, hasil
terjemahannya itu diperkenalkan kembali kedunia Barat. Selain itu
pakar Islam berkontribusi pada studi astronomi, matematika dan
kedokteran.
Pada abad pertengahan, tingkat pembelajaran dan keagungan
Islam di kota-kota Moorish Toledo Gradana di Spanyol Turki
Baghdad di Mesopotamia dan Kairo di Afrika Utara dalam banyak
hal lebih unggul di banding Barat. Dari pusat-pusat ide itu muncul
universitas Baratmucul sehingga hubungan yang lebih
kosmopolitan dengan timur berkembang pesat. Dari budaya di era
itu muncul beberapa pendidik besar seperti al-Ghazali (1058-1111)
sebagai salah seorang ilmuan Islam yang mengemukakan ketidak
mampuan otak manusia jika berhadapan dengan kemuliaan,
kebesaran, kekuasaan, dan keagungan Tuhan. Tiga ratus tahun
kemudian Ibnu Khaldoun (1332-1406 ) menurut ahli sejarah,
merupakan seorang intelektual terbesar diabad itu. Melalui
perluasan kekuasaan Islam, ajaran agama ini tersebar sampai ke
Afrika Utara dan India, bahkan sampai ke Spanyol, sebagai akibat
kontak dengan berbagai ragam penduduk dan budaya, seperti
Hindu, Islam berkembang yang tefleksi pada pertumbuhan pesat
sastra, filsafat sains dan arsitektur,

9
Atas pengaruh pemimpin Islam Arab lahir pendidikan tinggi
Arabdi Baghdad, Kairo, Cordaba dan Grenada. Selain itu
Kontribusi terbesar bangsa Arab pada pendidikan Barat ialah
terjemahan dan pelestariankarya besar filsuf Yunani seperti
Aristoteles, Eilicid Galen, dan Prolemy (Ornstein & Levine,
2008:77). Pemikir Islam seperti Avisena (980-1037) yang
menerjemahkan filsuf Aristoteles yang sangat bermanfaat dan
Averroes ( 1126-1198 ) seorang ahli kedokteran, penerjemah dan
komentator Aristoteles juga berpengaruh besar pada pendidikan
Barat dan Eropa.
Pada abad ke 21, interaksi makin interns antara Arab dan
kebudayaan Islam di dunia Barat. Walau inteaksi ini terhambat oleh
kecurigaan dan permusuhan kejadian 11 September dan penduduk
di negara negara Islam oleh Barat terutama Amerika Serikat seperti
Irak, Afganistan, dan lain-lain, dan mulai muncul memiliki
keinginan untuk mempelajari ajaran dan kebudaan Islam. Saat ini
banyak sekolah dan perguruan tinggi di Amerika Serikatyang
membuka program studi dan menawarkan mata pelajaran dan mata
kuliah tentang kultur Arab dan ajaran Islam.
Dapat disimpulkan bahwa Ilmuan Arab Islam berkontribusi
besar pada perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Barat melalui
karya terjemahan filsuf Yunani dan kepakaran beberapa tokoh
ilmuan Islam sendiriyang luput dari pengetahuan orang banyak
karena jarang diungkapkan dalam literatur dan media massa kini.

3. Pendidikan Abad Pertengahan


Karena pendidikan di Abad pertengahan ( 500-1400 SM )
identik dengan pendidikan Kristen, perspektif kurikulum diera ini
terkait ajaran Kristen. Era kebudayaan dan pendidikan Barat mulai
pada akhirperiode Klasik Yunani dan Romawi Kunosampai
permulaan era modern. Abad pertengahan ditandai

10
melemahnyapembelajaran dan penguatanpengaruh slolastik
pendidik akademik. Sesuai ajaran agama, pengetahuan yang perlu
masuk kurikulum ialah jiwa manusia immortal, tidak berpindah –
pindah dan lebih utama dari benda duniawi.
Pendidikan dasar era ini dilakukan melalui institusi seperti
parish chantry dan monasic school dibawah naungan gereja.
Sekolah menengah, sekolah monasik dan sekolah katedral
menawarkan kurikulum pengetahuan umum, adapun sekolah yang
memberikan keterampilan pokok dan kejuruan dilakukan gilda
perdagangan dan kerajinan. Parakesatria menerima pelatihan
kemiliteran dan hukum sipil di istana. Dalam pengembangan
institusi pendidikan, yang ditandaimunculnya perguruan tinggi
Abad Pertengahan, dikuatkan oleh suburnya pendidikan akademik
sehingga memberikan kontribusi pada pendidikan era ini. Johnson
(1968) mengidentifikasi lima jenis sekolah diawal era Kristen (1)
Cateehumenal School, dikelola gereja untukmengajarkan doktrin
disiplin, dan moral sesuai ajaran Kristen disamping pengajaran
scriptures dan hymns. (2) Cateehetical School mengajarkan teologi
Kristendalam konteks filsafat Yunani dan sains. (3) Monasic
School mengajarkan bahasa Latin, membaca, menulis, musik, dan
etika bergaul dan moral disamping matematik dan astronomi. (4)
Song School mengajarkan menyanyi dan musik yang harus
dikuasai siswa mengiringi kegiatan agama, dan (5) Chantry School
dilaksankan pendeta untuk mengajarkan nyanyian misa, dan jika
waktu ada, diajarkan pula membaca dan menulis bahasa Latin
sesuai kebutuhan gereja (Johnson, 1968:12)
4. Pendidikan Era Renaisan dan Reformasi
Masa Renaisans, bermula pada awal abad ke 14 (1350-1500),
mencapai puncaknya pada abad ke 15 yang ditandai munculnya
perhatian pada aspek humanistikYunani Latin Klasik. Sama halnya
dengan skolastik pertengahan, para humanis di era ini menemukan

11
otoritas masa lampau dengan menggunakanmanuskrip klasik
mereka. Tetatpi menurut Schwoebel (1971) pendidik humanis lebih
terakhir pada pengalamanskeduniawian dan ketuhanan.
Martin Luther King dari Jerman Dan John Calvin dari
Perancis,adalah dua contributor utama dalam perubahan
kurikulumdi era Reformasi. Luther ingin semua pendidikan wajib
bagi semua anak. Sekolah harus dibawah control pemerintah
sehingga mudah di monitor. Pendidikan agama harus diberikan
dalam bahasa ibu anak bersangkutan dan mengusulkan music dan
pendidikan jasmani dalam kurikulum serta perlunya mengajarkan
bahasa klasik pada pendidikan tinggi. Calvin mengusulkan
perlunya supervise rumah tangga supaya diketahui apakah orang
tua mengajarkan ajaran agama dengan benar, sehingga bisa
dihindarkan pengajaran agama yang tidak benar, Calvin juga
menginginkan agar sekolah dan gereja sama-sama fokus pada
pengajaran agama, Kedua tokoh menganggap peran strategi rumah
tangga dalam penndidikan anak-anak sebagai bentuk disiplin anak-
anak.
Pada abad 16 muncul pendidik realis yang menyatakan
banyak pengetahuan yang perlu diketahui siswa selain pengetahuan
klasik, yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui observasi dan
analisis. Wives juga menginginkan pendidikan untuk semua
terutama keluarga miskin dengan fokus pada seni, alam dan otak
sebagai mata pelajaran utama. Di Perancis muncul Francabelais
yang menekankan pentingnya pendidikan disenangi anak, dan
karena itu anak perlu dibimbing agar belajar dari pengalaman
melaui observasi, interpretasi, dan evaluasi kehidupan, sehingga
pendidikan tidak hanya bersumber pada buku teks. Jadi, para realis
menginginkan pendidikan lwbih berorientasi life-centerd dan
mereka setuju dengan ide reformasi yaitu universal education.

12
b. PENDIDIKAN MENJELANG ABAD KE 20
Pada awal tahun 1800-an, akademi mulai menggantikan sekolah
Gramar latin, karena Akademi menawarkan beragam kurikulum
praktis bagi siswa yang akan bekerja setelah tamatm disamping
program bagi siswa yang akan meneriskan ke perguruan tinggi.
Menurut Wiles dan Bondi, kurikulum akademi mencakup mata
pelajaran klasik termasuk bahasa Latin, orthography, dan Gramar.
Ide Rosseau dan Lockke diadopso melalui reformssi kurikulum
di jerman oleh Johan Basedow dengan menambah mata pelajaran
prakttis seperti ilmu alam, sejarah alam,anatomi, dan pendidikan
jasmani.
Idealismu Pestalozii direalisasikan dalam sekolah modern tanpa
bayar di Jerman untuk menjadikan pendidikan sebagai instrument
negara bagi perbaikan social, bukan instrument gereja. Sehubungan
dengan itu, Kant menginginkan agar menjadi tugas negara untuk
menyediakan pendidikn bagai perkembangan bagi siswa. Ide ini
memengaruhi Horace Menn, Hery Bernard dan Harris. Ide Kant,
Hegel, dan Pestalozzi berpengaruh sedikir pada pendidik dan filsuf
Jerman Johan Federick Herbart yang dikenal sebagai Bapak Sains
Pendidikan dan Bapak Psikologi Modern. Hal ini disebabkan karena
ide Herbart banyak berpengaruh pada pendidik sampai awal abad ke
20. Herbart mengembangkan lima langkah metode pengajaran
1. association, mengembangkan antara pengetahuan yang telah
diketahui dan yang akan diketahui siswa
2. presentation, menyajikan materi yang akan dipelajari menurut
psikologi anak
3. association, mengembangkan analogi dengan materi sebelumnya
4. geleralization, berpindah dari contoh konkret ke yang abstrak
5. application, memakai pengetahuan yang baru diperoleh sebagai
basis bagi pengembangan pengetahuan selanjutnya

13
Esensi tujuan pendidikan Hertbart adalah mengembangkan
manusia berbudaya sesuai standard nilai-nilai yang tinggi. Ini berarti
bahwa pendidikan menurut Herbart adalah uusaha moral yang
dikembangkan bagi potensi moral yang inheren bagi setiap diri anak,
dank arena itu pendidikan harus dilakukan berdasarkan psikologi
anak. Dan adal tugas guru untuk mengajarkan dan mengarahkan
perkembangan anak menuju ke pembentiukan mereka menjadi
manusia yang berbudaya. Kurikulum untuk mencapai tujuan tersebut
menurut Herbart, adalah pengajaran niali-nilai budaya yang terdapat
dalam mitologi dan sejarah kuno dalam literature modern. Deengan
kurikulum tersebut guru harus memperkaya dan memperluas
perspektif anak dengan cara mengekpose anak pada pengetahuan
terkait pengalaman agar dapat meningkatkan kadar moral anak
(Schubert, 1986: 67-68)
Leo Tolstoy dari Rusia, mengenal pendidikan Pestalozzi. Dia
mengembangkan sekolah dasar yang membebaskab anak-anak keluar
masuk sekolah sesuai keinginan mereka dan sekolah dijadikan sebagai
tempat anak anak bebas bermain dengan ide-ide, belajar diskusi atas
bantuan guru dan orang dewasa dimasyarakat. Tolstoy telah
melakukan eksperimen untuk mengantisipasi pendidikan progresif
yang sangat liberaldan ia mengajukan kurikulum sebagai yang
terdapat dalam diri guru. Hal yang dijelaskan oleh Boultwood bahwa
guru harus seorang yang menguasai mata pelajaran yang diajarkan dan
menguasai pula bagaimana mengajarkannya, bukan saja secara
intelektual tetapi juga dengan nuansa kasih saying pada anak.
Kolonel Francis Wayland Parker (1837-1902), setelah
menunjungi sekolah Herbart, Pestalozzi, dan Froebel di Eropa,
mengembangkan idenya pada sekolah normal di Chicago. Menurut
Fraley, tekanan pada minat, bakat dan pengalaman anak serta
kritiknya terhadap pendidikan tradisional membuka jalan bagi

14
munculnya pendidikan progresif di Amerika Serikat dan ide ini
tenyata sangat besar pengaruhnya pada John Dewey.
c. PENDIDIKAN ABAD KE 20
Ide James tentang Leaerning by doing sangat berkesan pada
Dewey yang juga terpengaruh tentang antara demokrasi dan
pendidikan oleh Mann dan Jefferson. Besarnya pengaruh tersebut
terhadap Dewey terlihat pada banyak buku yang ditulisnya selama 93
tahun kehidupan. Dewey menekankan perlunya pendidik menyadari
bahwa pendidikan harus melibatkan anak secara bermakna dalam
kehidupan social. Guru dan pengembang kurikulum dalam memulai
pendidikan dari aspek psikologis anak sehingga menghasilkan
pengalaman yang berkembang melalui perkenalan anak atas
pengetahuan yang relevan.
Ide inilah yang membawa Dewey ke kesimpulan bahwa sekolah
dan masyarakat tidak terpisah. Karena itu tujan sekolah ialah untuk
menyelesaikan masallah social agar terbentuk masyarakat yang lebih
baik. Berdasarkan hal itu pendidikan harus berfokus pada
pembentukan invidu anak sebagai makhluk unik, sehinhha kebutuhan
perkembangan individual anak harus bisa berkonstribusi pada
kemajuan masyarakat. Dewey memandang pendidikan atau sekolah
sebagai suatu institusi netral yang bisa berfungsi pengembang atau
pengekang kebebasan. Implikasi ini, Dewey menginginkan agar
tujuan pendidikan sejalan dengan tujuan masyarakat.
Lingkungan keluarga anak yang positif merupakan salah satu
kondisi diperlukan bagi perkembangan anak, sehinhha Montesori
mengajukan metode mengajar yang kondusif, yaitu tersedianya
rangsangan positif bagi pemenuhan perkembangan minat dan bakat
anak sedemikian rupa sehingga anak bisa dibiarkan berkembang
sesuai kecepatan perkembangan masing-masing. Tujuan utama
pelajaran individual Montesori adalah membantu anak menrurus diri

15
senidiri; metode ini bisa tersebar luas ke seluruh dunia melalui latihan
pendek selama enam bulan.
Amerika Serikat menancapkan tonggak kelahiran kurikulum
sebagai bidang study yang ditandai munculnya tiga peristiwa penting
pada tahun 1918. Pertama, William Kilpatrick (1925) menerbitkan
buku Project Method yang dibaca luas seluruh dunia untuk
mempromosikan ide filsafat kurikulum Dewey. Ternyata, ide tentang
perlunya keterlibatan siswa dalam perencanaan kurikulum berakar dari
Kilpatrick dan Rugg (1930) yang mempromosikan penyusunan
kurikulum terpusat pada siswa . Karena itu, menurut Kilpatrck, guru
dad siswa harus memiliki tujuan yang sama, berkisar pada situasi,
berkisar pada situasi kehidupan yang tipikal dan proyek harus berada
dalam situasi social seperti sesuatu yang akan dihasilkan atau di
konsumsi, sesuatu masalah yang akan diselesaikan atau suatu latihan
yang akan dilaksanakan untuk dapat dikuasai anak. Kedua, Kurikulum
menurut harus diformulasikan berdasarkan analisis kegiatan ilmiah
tentang kehidupan orang dewasa yang diterjemahkan ke dalamtujuan
tingkah laku. Proses ini dikenal dengan activity analysis, yaitu
menganalisis kehidupan orang dewasa secara lebih perinci. Ketiga,
Tujuan pendidikan menengah yaitu : kesehatan, penguasaan proses
utama, anggota keluarga yang baik, persiapan vokasi pemanfaatan
waktu lowong, dan kewarganegaraan (Schubert, 1986: 75)
Selama tahun 1940-an, kecenderungan pengelompokan siswa
dimulai. Perhatian diberikan terutama pada siswa berbakat agar
banyak siswa yang dapat meneruskan ke pendidikan tinggi. Ini berarti
juga sarana dan prasarana pendidikan serta dana bagi perkembangan
bisnis itu sendiri yaitu perkembangan kurikulum.
Tahun 1960-an timbul ide sekolah komperhensif dan profesi,
pendidikan umum disamping persiapan anak masuk pendidikan tinggi.
Untuk maksud tersebut diperlukan kurikulum yang mencakup
pembelajaran bahasa inggris, bahasa asing, sains, ilmu social dan

16
humaniora. Kecenderungan berlanjut sampai tahun 1970-an dan tahun
1980-an diikuti pemberian kesempatan memperoleh pendidikan bagi
keluarga miskin dan bagi berbagai kelompok social ekonomi, etnik,
dan gender. Tahun 1980-an juga ditandai sebagai tahun munculnya
metode baru yang bermanfaat dalam mengkaji hasil pendidikan dalam
masyarakat yang kompleks dan multicultural. Tahuan 1980-an juga
ditandai tahun. Munculnya gerakan kembali ke fundamental.Perhatian
pada teknologi maju bagi bidang pendidikan juga muncul tahun 1980-
an terutama revolusi computer.

B. Landasan Yuridis

Melalui kegiatan belajar ini Anda akan mengkaji dua hal, yaitu
landasan yuridis sistem pendidikan nasional yang bersumber dari Undang-
Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 (UUD 1945) dan Undang-Undang
RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kajian dalam
kegiatan pembelajaran ini meliputi cita-cita nasional mengenai pendidikan;
amanat UUD 1945 mengenai penyelenggaraan sistem pendidikan nasional;
pengertian pendidikan, pendidikan nasional, dan sistem pendidikan
nasional; dasar, visi, misi, fungsi, tujuan, strategi pendidikan nasional, dan
prinsip penyelenggaraan pendidikan; hak dan kewajiban warga negara,
orang tua, masyarakat, negara dan pemerintah; serta wajib belajar. Dengan
demikian setelah mempelajari kegiatan belajar ini Anda akan dapat
menjelaskan landasan yuridis penyelenggaraan sistem pendidikan nasional
berdasarkan UUD 1945.
Selain itu Anda juga akan dapat menjelaskan landasan yuridis
berdasarkan UUD 1945 maupun UU RI No. 20 tahun 2003 berkenaan
dengan: pengertian pendidikan, pendidikan nasional dan sistem pendidikan
nasional; visi, misi, fungsi, tujuan, strategi pendidikan nasional, dan
prinsip penyelenggaraan pendidikan; hak dan kewajiban warga negara,
orang tua, masyarakat, negara dan pemerintah; serta wajib belajar.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan telah berlangsung semenjak manusia ada. Sejak masa


prasejarah, orang dewasa mendidik anak dengan tujuan yang relatif sama
dengan orang dewasa kini, yaitu untuk mewariskan kebudayaan kepada
generasi muda agar mereka fungsional di masyarakat. Pewarisan
kebudayaan kepada generasi muda, bukan hanya dapat memelihara
kebudayaan masyarakat, tetapi juga dapat mengembangkan kebudayaan
itu sendiri oleh generasi muda sesuai tuntutan perkembangan zaman.

B. Saran

Sebagai seorang calon pengajar atau pengajar akan lebih baik jika
mengetahui dan memahami landasan – landasan pendidikan sebagai bahan
pembelajaran dalam memberikan pendidikan kepada peserta didik dengan
acuan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Mudyahardo, Redja.(2008). Landasan-Landasan Filosofis Pendidikan.


Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan UPI
2. Soetopo, Hendyat, Soemanto, Wasty. (1993). Pembinaan dan
Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT Bumi Aksara.
3. Prof. Dr H. Oemar Hamalik (2013), Dasar-Dasar pengembangan
kurikulum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
4. Prof. Mohamad Ansyar, Ph.D. (2015), Kurikulum hakikat, fondasi, desain
dan pengembangan. Jakarta : Kencana Prenadamedia Group.
5. (https://media.neliti.com/media/publications/112539-ID-filosofi-sebagai-
landasan-pengembangan-k.pdf)

19

Anda mungkin juga menyukai