Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Landasan Histori Pendidikan Di Indonesia


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perbandingan Pendidikan

Dosen pengampu: Dr. Mansur, M.Pd.I

Disusun oleh:

Adzqi Amalia Putri : 2111010167

Habib Achmad Jaya Pratama : 2111010251

Hasyim Muzakky : 2111010255

Kelas C/Semester 5

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

T.A 2023/2024
DAFTAR ISI

Daftar Isi................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Landasan Histori Pendidikan Di Indonesia................................... 3


B. Pendidikan Pada Zaman Purba ....................................................................... 5
C. Pendidikan Pada Zaman Kolonial Belanda ..................................................... 6
D. Pendidikan Pada Masa Penggerak Nasional ................................................... 8
E. Pendidikan Pada Zaman Militerisme Jepang .................................................. 10
F. Pendidikan Indonesia Tahun 1945-1969 Dan Masa PJP Ke 1( 1969-1993)..11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................... 18

DAFTAR RUJUKAN .......................................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan memiliki sejarah panjang dan beragam di Indonesia,
mencerminkan perjalanan sejarah dan perkembangan budaya bangsa ini.
Sebelum abad ke-20, pendidikan di Indonesia lebih bersifat lokal dan
didasarkan pada tradisi-tradisi keagamaan serta kearifan lokal. Namun, pada
awal abad ke-20, masa penjajahan Belanda membawa perubahan signifikan
dalam sistem pendidikan.
Pemerintah kolonial Belanda mendirikan sekolah-sekolah yang
didesain untuk mencetak tenaga kerja terampil untuk memenuhi kebutuhan
administrasi kolonial dan pelayanan masyarakat. Selain itu, ada upaya untuk
menyebarkan budaya Belanda kepada penduduk pribumi. Hal ini menciptakan
kesenjangan pendidikan antara orang Belanda dan penduduk pribumi, yang
pada gilirannya memicu perlawanan dan pergerakan untuk memperjuangkan
hak pendidikan yang lebih baik.
Setelah perjuangan panjang dan berdarah, Indonesia meraih
kemerdekaan pada tahun 1945. Pada periode pasca-kemerdekaan, pendidikan
di Indonesia mengalami transformasi besar. Pemerintah pusat mulai
membangun sistem pendidikan nasional yang inklusif, mencakup
pembangunan sekolah-sekolah baru dan penyediaan akses pendidikan untuk
semua warga negara.
Dalam beberapa dekade terakhir, Indonesia telah mencapai kemajuan
yang signifikan dalam sektor pendidikan. Berbagai program pembangunan
dan reformasi pendidikan telah diperkenalkan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan, termasuk peningkatan standar guru, kurikulum yang lebih
relevan, dan peningkatan akses pendidikan tinggi.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu landasan histori pendidikan Indonesia?
2. bagaimana keberlangsungan pendidikan pada zaman purba?
3. bagaimana keberlangsungan pendidikan kolonial belanda?
4. bagaimana keberlangsungan pendidikan pada zaman penggerakan
kebangsaan?
5. bagaimana keberlangsungan pendidikan pada zaman militerisme jepang?
6. bagaimana keberlangsungan pendidikan Indonesia tahun 1945-1969 dan
masa PJP ke 1( 1969-1993)?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui landasan histori pendidikan Indonesia.
2. Untuk mengetahui keberlangsungan pendidikan pada zaman purba.
3. Untuk mengetahui keberlangsungan pendidikan pada zaman kolonial
belanda.
4. Untuk mengetahui keberlangsungan pendidikanpada zaman penggerakan
kebangsaan.
5. Untuk mengetahui keberlangsungan pendidikan pada zaman militerisme
jepang.
6. Untuk mengetahui keberlangsungan pendidikan Indonesia tahun 1945-1969
dan masa PJP ke 1( 1969-1993).
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Landasan Histori Pendidikan Di Indonesia


Landasan adalah dasar tempat berpijak atau menjadi dasar dimulainya suatu
perbuatan atau kegiatan. Dalam bahasa Inggris, landasan adalah foundation, yang
artinya fondasi, yang mengandung nilai-nilai luhur budaya bangsa. Jadi, landasan
dapat diartikan sebagai dasar tempat berpijak, fondasi, alas, sumber, dan pedoman
untuk melakukan suatu kegiatan, dalam hal ini adalah kegiatan pendidikan.1
Sejarah/historis adalah suatu keadaan atau kejadian pada masa lampau dimana
adanya peristiwa yang menjadi sebuah acuan untuk mengembangkan suatu kegiatan
atau kebijakan pada saat ini. Sejarah penuh dengan informasi- informasi yang
mengandung kejadian, model, konsep, teori, praktik, moral, cita-cita, bentuk dan
sebagainya.2
Sedangkan pendidikan adalah sebuah proses yang arif dan terencana dan
berkesinambungan guna mendorong atau memotivasi peserta didik dalam
mengembangkan potensi anak. Pendidikan juga sebagai usaha sadar yang sistematis
selalu bertolak dari sejumlah landasan.dalam hal ini landasan histori pendidikan di
indonesia akan memberikan arah atau kebijakan terhadap pembentukan manusia di
indonesia.
Seorang ahli pendidikan sebelum menangani pendidikan maka terlebih dahulu
mereka memeriksa sejarah tentang pendidikan baik yang bersifat nasional maupun
internasional . Dengan melihat sebuah sejarah maka mereka bisa melihat tujuan dari
pendidikan tersebut apakah sudah cocok dengan kondisi saat ini.
Ada beberapa zaman yang memiliki pengaruh pada dunia pendidikan yaitu
zaman-zaman:

1
Amos Neolesa Dan Grace Amialia, Landasan Pendidikan (Depok: Kencana, 2017), 1-3.
2
Yeni Nuraeni, Ilmu Pendidikan (Padang: Global Eklusif Teknologi, 2022), 47.

3
4

1. Zaman Realisme
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan alam yang didukung oleh
penemuan-penemuan ilmiah baru, pendidikan diarahkan pada kehidupan dunia
dan bersumber dari keadaan dunia pula, Menurut aliran ini, pengetahuan yang
benar diperoleh tidak hanya melalui penginderaan semata tetapi juga melalui
persepsi penginderaan.
2. Zaman Rasionalisme
Aliran ini memberikan kekuasaan pada manusia untuk berfikir sendiri
dan bertindak untuk dirinya, karena itu latihan sangat diperlukan
pengetahuannya sendiri dan bertindak untuk dirinya. Paham ini muncul
karena masyarakat dengan kekuatan akalnya dapat menumbangkan kekuasaan
Raja Perancis yang memiliki kekuasaan absolut.
3. Zaman Nasionalisme
Zaman nasionalisme muncul pada abad ke-19 sebagai upaya
membentuk patriot-patriot bangsa dan mempertahankan bangsa dari kaum
imperialis. Tokoh-tokohnya adalah La Chatolais (Perancis), Fichte (Jerman),
dan Jefferson (Amerika Serikat). 3
Landasan historis pendidikan Nasional Indonesia tidak terlepas dari
sejarah bangsa indonesia itu sendiri. Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu
proses sejarah yang cukup panjang sejak zaman kerajaan Kutai, Sriwijaya,
Majapahit sampai datangnya bangsa lain yang menjajah serta menguasai
bangsa Indonesia. Beratus-ratus tahun bangsa Indonesia dalam perjalanan
hidupnya berjuang untuk menemukan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang
merdeka. mandiri serta memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam
pandangan hidup serta filsafat hidup bangsa. Pada akhimya bangsa Indonesia
menemukan jati dirinya, yang di dalamnya tersimpul ciri khas, sifat dan
karakter bangsa yang herbeda dengan bangsa lain. Para pendiri negara kita

3
Ibid., 70.
5

merumuskan negara kita dalam suatu rumusan yang sederhana namun


mendalam, yang meliputi 5 prinsip (lima sila) yang kemudian diberi nama
Pancasila.
Dengan kata lain, tinjauan landasan sejarah atau historis Pendidikan
Nasional Indonesia merupakan pandangan ke masa lalu atau pandangan
retrospektif. Pandangan ini melahirkan studi-studi historis tentang proses
perjalanan pendidikan nasional Indonesia yang terjadi pada periode tertentu di
masa yang lampau.4

B. Pendidikan Pada Zaman Purba


Tujuan pendidikan pada zaman ini adalah agar generasi muda dapat mencari
nafkah, membela diri, hidup bermasyarakat, taat terhadap adat dan terhadap
nilainilai religi (kepercayaan) yang mereka yakini. Karena kebudayaan
masyarakat masih bersahaja, pada zaman ini belum ada lembaga pendidikan
formal (sekolah). Pendidikan dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga dan
dalam kehidupan keseharian masyarakat yang alamiah.
Pendidikan (mendidik) pada zaman primitif/purbadikatakan bahwa; pada
zaman purba anak diperlakukan secara naluri atau insting, pembawaan untuk
kelangsungan hidup/keturunan, tidak perlu dipelajari sebelumnya.5
Kurikulum pendidikannya meliputi mengenai pengetahuan, sikap dan nilai
kepercayaan melalui upacara-upacara keagamaan dalam rangka menyembah
nenek moyang, pendidikan keterampilan mencari nafkah (khususnya bagi anak
laki-laki) dan pendidikan hidup bermasyarakat serta bergotong royong melalui
kehidupan riil dalam masyarakatnya. Pendidiknya terutama adalah para orangtua
(ayah dan ibu), dan secara tidak langsung adalah para orang dewasa di dalam
masyarakatnya. Sekalipun ada yang belajar kepada empu, apakah kepada pandai

4
Elsa Ariestika, Landasan Pendidikan (Banyumas: Pena Persada Kerta Utama, 2023), 64.
5
Amos Neolaka, Isu-Isu Kritis Pendidikan (Jakarta: Prenadamedia Group, 2019), 6.
6

besi atau kepada dukun jumlahnya sangat terbatas, utamanya adalah anak-anak
mereka sendiri.6

C. Pendidikan Pada Zaman Kolonial Belanda

Penjajahan Belanda dalam perjalanan sejarahnya menunjukkan bagaimana ia


menerapkan kebijakan pendidikan yang diskriminatif dan menghalangi
pertumbuhan penduduk lokal sudah ada. Pada 1882, Belanda membentuk
pristerrraden yang mendapat tugas mengawasi pengajaran agama di pesantren-
pesantren. Pada tahun 1602, bangsa Belanda mendirikan perkumpulan dagang
yang terkenal dengan nama VOC. Dengan berdirinya VOC ini, mereka
melakukan monopoli perdagangan, tidak hanya rempah-rempah saja, tetapi hasil
bumi Indonesia juga diperjual belikan. VOC makin kuat dan besar pengaruhnya
di seluruh Indonesia.7

Menurut Nasution, sikap VOC terhadap Pendidikan Indonesia adalah


membiarkan pendidikan tradisional diselenggarakan di Nusantara.8 Hal ini juga
diiringi dengan diselenggarakannya pendidikan oleh VOC di Nusantara. VOC
menyelenggarakan sekolah dengan tujuan untuk misi keagamaan (Protestan),
bukan untuk misi intelektualitas, adapun tujuan lainnya adalah untuk
menghasilkan pegawai administrasi rendahan di pemerintahan dan gereja.
Sekolah-sekolah utamanya didirikan di daerah-daerah yang penduduknya
memeluk Katholik yang telah disebarkan oleh bangsa Portugis. Sekolah pertama
didirikan VOC di Ambon pada tahun 1607. Sampai dengan tahun 1627 di
Ambon telah berdiri 16 sekolah, sedangkan di pulau-pulau lainnya sekitar 18
sekolah. Dalam periode pemerintahan kolonial Belanda, betapa kecilnya usaha-

6
Hapsari Sri, Pengantar Konsep Ilmu Pendidikan (Batam: Rey Media Grafika, 2023), 70.
7
Rifa’i, Sejarah Pendidikan Nasional Dari Masa Klasik Hingga Modern.(Yokyakarta:Ar-ruzz
Media,2019), 130.
8
Daryono, Konsep Dan Aplikasi Landasan Pendidikan Dalam Sekolah Penggerak (Lembaga Academic
& Research Institute, pasuruan,2020), 135.
7

usaha pendidikan bagi kalangan Bumi Putera. Sampai akhir tahun 1940 jumlah
penduduk bangsa Indonesia 68.632.000, sedangkan yang bersekolah hanya
3,32%.

Ciri-ciri pendidikan zaman ini antara lain: pertama, minimnya partisipasi


pendidikan bagi kalangan Bumi Putera, pendidikan umumnya hanya
diperuntukan bagi bangsa Belanda dan anak-anak bumi putera dari golongan
priyayi; kedua, pendidikan bertujuan untuk menghasilkan tenaga kerja murah
atau pegawai rendahan. Tilaar (1995) mengemukakan lima ciri pendidikan
zaman colonial Belanda, yaitu:1) Adanya Dualisme pendidikan, yaitu pendidikan
untuk bangsa Belanda yang dibedakan dengan pendidikan untuk kalangan Bumi
Putera; 2) Sistem Konkordansi, yaitu pendidikan di daerah jajahan diarahkan dan
dipolakan menurut pendidikan di Belanda. Bagi Bumi Putera hal ini di satu pihak
memberi efek menguntungkan, sebab penyelenggaran pendidikan menjadi relatif
sama, tetapi dipihak lain ada efek merugikan dalam hal pembentukan jiwa kaum
Bumi Putera yang asing dengan budaya dan bangsanya sendiri; 3) Sentralisasi
pengelolaan pendidikan oleh pemerintahan colonial Belanda; 4) Menghambat
gerakan nasional; dan 5) Munculnya perguruan swasta yang militan demi
perjuangan nasional (kemerdekaan).

Pendidikan pada masa penjajahan Belanda sebenarnya hanya digunakan untuk


memenuhi kebutuhan bangsa Belanda di Indonesia. Pada perkembangan
selanjutnya pendidikan digunakan sebagai alat penjajah untuk mencetak tenaga
kerja murah atau pegawai rendahan yang sangat diperlukan untuk perusahaan-
perusahaan Belanda.
8

D. Pendidikan Pada Masa Pergerakan Nasional

Usaha-usaha kaum pergerakan melalui jalur pendidikan demi kemerdekaan


dan rintisan ke arah pendidikan nasional tampak jelas. Hampir setiap organisasi
pergerakan nasional mencantumkan dan melaksanakan pendidikan dalam
anggaran dasar dan/atau dalam program kerjanya.

I djumhur dan h. Danasuparta (1976) mengemukakan bahwa setelah tahun


1900 usaha-usaha partikelir di bidang pendidikan berlangsung dengan sangat
giatnya. Untuk mengubah keadaan akibat penjajahan, kaum pergerakan
memasukan pendidikan ke dalam program perjuanganya.9 Dewasa ini lahirlah
sekolah-sekolah partikelir (perguruan nasional) yang diselenggarakan para
perintis kemerdekaan. Sekolahsekolah itu mula-mula bercorak dua:

1. Sekolah-sekolah yang sesuai haluan politik, seperti yang diselenggarakan


oleh: Ki Hadjar Dewantara (Taman Siswa), Dr. Douwes Dekker atau Dr.
Setyabudhi (Ksatrian Institut), Moch. Sjafei (INS Kayutanam) dsb.
2. Sekolah-sekolah yang sesuai tuntutan agama (Islam), seperti yang
diselenggarakan oleh: Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Sumatera
Tawalib di Padangpanjang, dll.

Selain itu, sebelumnya telah diselenggarakan pula pendidikan oleh


tokohtokoh Wanita seperti R.A. Kartini (di Jepara), Rd. Dewi Sartika (di
Bandung), dan Rohana Kuddus (di Sumatera).

Kebijakan dan praktek pendidikan yang diselenggarakan rakyat dan kaum


pergerakan antara lain sebagaimana diuraikan berikut ini:

1. R.A.Kartini, Rd. Dewi Sartika,dan Rohanna Kuddus


Sekalipun tinggal di daerah yang berjauhan, R.A. Kartini, Rd. Dewi
Sartika, dan Rohana Kuddus menghadapi masalah yang relatif sama. Mereka

9
Samsul Nizar, Sejarah Social Dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam Di Nusantara, ( Jakarta:
Kencana, 2013), 263.
9

melihat kepincangan dalam masyarakat dan ketidak adilan terhadap wanita,


sehingga menghambat kemajuan kaum wanita karena adat kebiasaan yang
berlaku pada saat itu. Sebab itu, baik R.A. Kartini, Dewi Sartika, maupun
Rohana Kudus memiliki cita-cita yang relatif sama pula, yaitu keinginan
untuk bebas, berdiri sendiri, serta membebaskan kaum wanita (gadisgadis)
Indonesia lainnya dari ketertinggalan dan ikatan adat kebiasaan. Mereka
masingmasing berupaya memperjuangkan emansipasi kaum wanita demi
perbaikan kedudukan dan derajat kaum Wanita untuk mengejar kemajuan
melalui upaya pendidikan.
2. Budi utomo
Pada tahun 1908 Budi Utomo dalam kongresnya yang pertama (3-4
Oktober 1908) menegaskan bahwa tujuan perkumpulan itu adalah untuk
kemajuan yang selaras buat negeri dan bangsa Indonesia, terutama dengan
memajukan pengajaran, pertanian, peternakan, dagang, teknik industri, dan
kebudayaan. Untuk itu Budi Utomo pada tahun 1913 mendirikan Darmo-
Woro Studiefonds; dan mendirikan tiga Sekolah Netral di Solo dan dua di
Yogyakarta. 10
3. Muhammadiyah
Pada tanggal 18 November 1912 K. H. Ahmad Dahlan mendirikan
organisasi perkumpulan Muhammadiyah di Yogyakarta. Muhammadiyah
dengan berbagai sekolahnya, didirikan dalam rangka memberikan pendidikan
bagi bangsa Indonesia sesuai dengan kebutuhan bangsa Indonesia sendiri,
untuk mengatasi kristenisasi, dan untuk mewujudkan masyarakat Islam yang
melaksanakan ajaran al-Qur’an dan Hadits sesuai yang diajarkan Rosululloh
(Nabi Muhammad S.A.W). Dasar/asas dan Tujuan Pendidikan. Pendidikan
Muhammadiyah berasaskan Islam dan berpedoman kepada AlQur’an dan
Hadits.

10
Sadulloh And Setiasih, “Landasan Historis Pendidikan.” (Bandung,Upi Pres,2017), 206.
10

4. Perkumpulan Putri Merdeka


Perkumpulan Putri Mardika didirikan tahun 1912. Bertujuan
memajukan pengajaran anak-anak Perempuan.
5. Trikoro Dharmo
Pada tahun 1915 didirikan Trikoro Dharmo, dan selanjutnya berdiri
berbagai perkumpulan pemuda dan pelajar di berbagai tempat di tanah air
hingga terwujudnya Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Berbagai organisasi
pemuda dan pelajar ini bersamasama gerakan lainnya menyumbangkan jasa-
jasa yang besar demi pendidikan nasional dan kemerdekaan Indonesia.
“Mereka bersepakat untuk memperbanyak kesempatan memperoleh
pendidikan dengan membuka sekolah-sekolah sehingga dapat menampung
semakin banyak anak Indonesia, mempermudah untuk dapat mengikuti
pelajaran bagi semua lapisan masyarakat, dan agar para anak didik
mempunyai perasaan peka sebagai putra Indonesia”.11

E. Pendidikan Zaman Pendudukan Militerisme Jepang


Pengaruh pemerintahan pendudukan militer Jepang terhadap pendidikan
di Indonesia memiliki beberapa implikasi yang dapat diidentifikasi sebagai
berikut:
1. Orientasi pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah militer Jepang sangat
terkait dengan kepentingan perang di Asia Timur Raya. Sebagai contoh, di
sekolah-sekolah, setiap pagi dimulai dengan menyanyikan lagu kebangsaan
Jepang "Kimigayo," diikuti oleh upacara pengibaran bendera Hinomaru dan
penghormatan kepada Tenno Heika. Siswa-siswa diwajibkan untuk
mengucapkan sumpah pelajar dalam bahasa Jepang, melakukan taiso (senam),
dan melakukan kinrohoshi (kerja bakti). Selain itu, pemerintah membentuk

11
Ibid., 206.
11

program pendidikan militer seperti PETA untuk pemuda, serta barisan murid-
murid Sekolah Rakyat (Seinen-tai) dan Sekolah Lanjutan (Gakuto-tai).
2. Sistem pendidikan yang bersifat dualistik, yang sebelumnya membedakan
sekolah untuk anak-anak bangsa Belanda dan anak-anak Bumi Putera,
dihapuskan selama masa pendudukan Jepang. Sekolah menjadi lebih terbuka
bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Meskipun demikian, hanya ada
satu jenis sekolah rendah yang disebut Sekolah Rakyat 6 tahun (Kokumin
Gakko) untuk semua masyarakat, dan Sekolah Desa tetap ada dengan nama
yang diubah menjadi Sekolah Pertama. Struktur pendidikan yang baru
mencakup Sekolah Rakyat 6 tahun, Sekolah Menengah 3 tahun, Sekolah
Menengah Tinggi 3 tahun, dan Perguruan Tinggi.
3. Sistem pendidikan menjadi lebih inklusif dan merakyat, yang mencerminkan
prinsip "Demokrasi Pendidikan." Perubahan ini juga dipengaruhi oleh
kebutuhan kemenangan perang Jepang. Selain itu, bahasa Indonesia pertama
kali digunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah dan sebagai bahasa
ilmiah, bersama dengan bahasa Jepang, sementara bahasa Belanda dilarang
digunakan.12

F. Keberlangsungan Pendidikan Indonesia tahun 1945-1969 dan Masa PJP ke-1


(1969-1993)

Kegiatan pembelajaran ini mengulas sejarah pendidikan Indonesia selama


periode tahun 1945-1969 dan era PJP I. Materi yang dibahas dalam BBM ini
mencakup konteks politik serta dampaknya terhadap sistem pendidikan. Dengan
mengikuti pembelajaran ini, Anda akan mampu menguraikan evolusi kebijakan
pendidikan dan implementasinya yang terjadi selama periode tahun 1945-1969
dan pada masa PJP I.

12
Elsa Eriestika, Landasan Pendidikan, 77.
12

1. Pendidikan pada Periode Tahun 1945-1969


a. Zaman Revolusi Fisik Kemerdekaan
Setelah proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, PPKI
menegaskan UUD 1945 sebagai landasan negara pada tanggal 18 Agustus
1945. Mulai dari saat itu, pendidikan mengalami penyempurnaan dan
penyesuaian dengan kebutuhan bangsa Indonesia. Contohnya, institusi
Sekolah Menengah yang ada pada masa pemerintahan Jepang, seperti
Skoto Cu Dakko dan Coto Cu Gakko, diubah menjadi SMTP dan SMTA.
Sesuai dengan perkembangan revolusi fisik, pemerintah mulai
merancang sistem pendidikan nasional yang sesuai dengan prinsip-prinsip
UUD 1945. Beberapa bulan setelah proklamasi kemerdekaan, Menteri
Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (PP dan K) menerbitkan
"Instruksi Umum" untuk mendorong para guru agar menghapus sistem
pendidikan kolonial dan lebih mengutamakan semangat patriotisme.
b. Peletakan Dasar Pendidikan Nasional.
Pada tahun 1955, setelah gagalnya Konstituante dalam menyusun
UUD baru, Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 mengembalikan bangsa dan
negara kesatuan Republik Indonesia ke UUD 1945.
Meskipun terdapat perubahan bentuk dan konstitusi negara seperti
yang dijelaskan di atas, pendidikan nasional Indonesia tetap dilaksanakan
sesuai semangat UUD 1945. UU RI No. 4 Tahun 1950 secara efektif
digunakan sebagai pedoman untuk penyelenggaraan pendidikan,
pengajaran, dan kebudayaan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Ini tercermin dalam Piagam Persetujuan antara Pemerintah RIS
dan Pemerintah RI pada tanggal 19 Mei 1950. Pasal 3 UU ini menegaskan
bahwa tujuan pendidikan dan pengajaran adalah membentuk individu yang
bermoral, kompeten, warga negara yang demokratis, serta bertanggung
jawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan negara.
c. Demokrasi Pendidikan
13

Sesuai dengan amanat UUD 1945 dan UU RI No. 4 Tahun 1950,


pemerintah berupaya untuk mewujudkan pendidikan yang demokratis,
termasuk kewajiban belajar Sekolah Dasar bagi anak-anak yang berusia 8
tahun. Rencana kewajiban belajar Sekolah Dasar ini dijadwalkan selama 10
tahun (1950-1960) dan didukung oleh Peraturan Pemerintah (PP) No. 65
Tahun 1951.13
Namun, pelaksanaan kewajiban belajar ini menghadapi masalah,
seperti kekurangan guru dan sekolah yang mencukupi. Oleh karena itu,
berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan No. 5033/F tanggal 5 Juli
1950, didirikan Kursus Pengajar untuk Kursus Pengantar kepada
Kewajiban Belajar (KPKPKB). Pada tahun 1952, jumlah KPKPKB yang
berperan sebagai awal dari Sekolah Dasar Kecil telah mencapai 3.372
dengan jumlah siswa sekitar setengah juta orang.
d. Lahirnya LPTK pada Tingkat Universiter
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, pada tahun 1954,
berdasarkan dorongan Prof. Moh. Yamin, Perguruan Tinggi Pendidikan
Guru (PTPG) didirikan di empat lokasi, yaitu Batu Sangkar, Bandung,
Malang, dan Tondano. Seiring dengan perkembangannya, berbagai
lembaga pendidikan tenaga guru seperti PGSLP, Kursus B I, Kursus B II,
dan PTPG, diintegrasikan ke dalam Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) universitas berdasarkan hasil konferensi antar FKIP
negeri seluruh Indonesia di Malang pada tanggal 21 hingga 25 Agustus
1960. Kemudian, pada tahun 1960-an, beberapa Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (IKIP) yang berdiri sendiri didirikan, sesuai dengan Undang-
Undang Perguruan Tinggi No. 22 Tahun 1961. Meskipun begitu, beberapa
FKIP tetap berdiri di beberapa universitas.
e. Lahirnya Perguruan Tinggi

13
Haetami, Manajemen Pendidikan Pada Era Perkembangan Teknologi ( Sukabumi: Jejak
Publisher,2023), 64.
14

Antara tahun 1949 hingga 1961, pemerintah Indonesia mendirikan


berbagai perguruan tinggi, termasuk Universitas Gajah Mada (UGM) pada
20 November 1949, Universitas Indonesia (UI) pada 1950, Universitas
Airlangga pada 1954, Universitas Hasanuddin, yang awalnya PTPG dan
kemudian menjadi IKIP, antara tahun 1954 hingga 1961, Universitas
Andalas pada 1956, dan Universitas Sumatera Utara di Medan.14
f. Era Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahap Pertama 1961-1969
Pada era Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahap Pertama
(1961-1969), pidato Presiden RI pada tanggal 17 Agustus 1959, yang
dikenal sebagai Manifesto Politik atau Manipol, memiliki peran penting.
Manifesto Politik tersebut kemudian dijadikan Garis-garis Besar
Haluan Negara (GBHN) melalui TAP MPRS-RI No.II/MPRS/1960 yang
mengatur Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahap Pertama
1961-1969. dalam GBHN ini, pembangunan tahap pertama diarahkan
menuju masyarakat yang adil dan makmur, dengan dasar-dasar Pancasila
dan Manifesto Politik sebagai panduan utama.
Dalam upaya menyesuaikan pendidikan dengan perubahan politik,
dikeluarkan instruksi dan keputusan, seperti Sapta Usaha Tama pada tahun
1959 dan Instruksi Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan Pendidikan
ditekankan pada Pancasila dengan Manipol sebagai asas, dan Pantja
Wardhana diperkenalkan sebagai bagian penting.
Meskipun banyak program pembangunan di bidang pendidikan yang
direncanakan, seperti pengembangan pendidikan tinggi dan sekolah
kejuruan, pecahnya pemberontakan G-30-S/PKI menghambat rencana
pembangunan nasional semesta berencana tersebut.

14
Ibid.,65.
15

Prinsip pendidikan Pantja Wardhana digantikan dengan sistem


pendidikan Setelah pemberontakan G-30 S/PKI berhasil ditumpas,
Indonesia mengalami peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru.15

2. Pendidikan Pada Masa Pjp Ke-I (1969-1993)


Pada tanggal 28-30 april 1969, departemen pendidikan dan
kebudayaan mengumpulkan 100 pakar pendidikan di cipayung untuk
mengadakan konferensi. Tujuan konferensi ini adalah mengidentifikasi
masalah-masalah pendidikan nasional.
Selama pjp 1 ada beberapa kebijakan utama dalam pembangunan
pendidikan, yaitu relevansi pendidikan, pemerataan pendidikan, peningkatan
mutu guru dan tenaga kependidikan, mutu pendidikan, dan pendidikan
kejuruan.
a. Tujuan Pendidikan Nasional
Sesuai dengan Tap MPRS No. XXVI/MPRS/1966 tentang Agama,
Pendidikan, dan Kebudayaan, adalah membentuk manusia Pancasilais
sejati berdasarkan Pembukaan UUD 1945 dan isi UUD 1945. Selanjutnya,
UU No. 2 Tahun 1989 menegaskan bahwa pendidikan nasional bertujuan
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap
Tuhan YME, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian mantap dan
mandiri, serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.
b. Pada Sektor Kurikulum Pendidikan
Selama PJP I telah terjadi tiga kali perubahan kurikulum pendidikan
(sekolah), yaitu Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, dan Kurikulum 1984.
Kurikulum 1968 memiliki tujuan untuk membentuk manusia Pancasilais

15
Elsa Eriestika, Landasan Pendidikan, 80.
16

sejati dengan fokus pada moral, akhlak, keyakinan agama, keterampilan,


kecerdasan, dan kesehatan fisik. Namun, kurikulum ini masih berorientasi
pada bahan/mata pelajaran. Kemudian, Kurikulum 1975 diperkenalkan
dengan fokus pada tujuan pendidikan, CBSA, dan konsep belajar tuntas.
Kurikulum 1984 kemudian muncul setelah berbagai percobaan dan
penelitian di Cianjur, tetapi menghadapi kendala dalam pelaksanaannya,
seperti kekurangan tenaga guru dan kurangnya diseminasi ke LPTK-LPTK.
c. Dalam Bidang Pendidikan Kejuruan
PJP I berupaya meningkatkan mutu pendidikan teknik menengah
melalui berbagai upaya, seperti perbaikan STM, pendirian Sekolah Teknik
Menengah Pembangunan, dan pelatihan pusat. Namun, masih ada
kekurangan dalam kurikulum sekolah kejuruan, terutama dalam hal mata
pelajaran teori dan latihan praktik.
Pendidikan tinggi juga mengalami perkembangan selama PJP I,
dengan pengenalan sistem kredit semester (Sistem SKS) dan peningkatan
mata kuliah sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Namun,
masih ada masalah terkait relevansi kurikulum dengan kebutuhan tenaga
kerja dan perlu meningkatkan mutu pendidikan tinggi."
d. Pada Bidang Pembiayaan Pendidikan
sumber dana berasal dari dana rupiah dan kerja sama luar negeri. Pada
PJP I, dana pembangunan pendidikan meningkat signifikan, tetapi masih
belum mencukupi kebutuhan.
Kualitas pendidikan selama PJP I memiliki tantangan, seperti
kurangnya dana, tingkat kelulusan yang rendah, prestasi belajar yang
kurang, dan ketidaksesuaian antara output pendidikan dengan kebutuhan
tenaga kerja. Pengangguran juga meningkat, meskipun tingkat pendidikan
17

masyarakat meningkat. Selama PJP I, banyak upaya inovasi pendidikan


dilakukan, tetapi sering menghadapi kendala dan tidak berkelanjutan.16

16
Waini Rasyidin, Dan Suyitno, Landasan Pendidikan, ( Bandung:Upi Press, 2017), 191-192.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat di simpulkan bahwa pada zaman Purba: Pendidikan dalam
masyarakat primitif cenderung bersifat informal, berfokus pada pembelajaran
keterampilan bertahan hidup dan nilai-nilai budaya.Zaman Kolonial Belanda:
Belanda memperkenalkan sistem pendidikan formal dengan tujuan
menghasilkan pegawai pribumi yang setia pada pemerintah kolonial. Ini
menciptakan kesenjangan pendidikan antara pribumi dan Belanda. Pergerakan
Kebangsaan: Perjuangan kemerdekaan Indonesia diwarnai oleh gerakan-
gerakan intelektual seperti Budi Utomo yang mengadvokasi pendidikan
nasional yang lebih inklusif dan berlandaskan budaya Indonesia.Masa
Militerisme Jepang: Selama pendudukan Jepang, pendidikan nasional
mengalami perubahan signifikan dengan penghapusan sistem pendidikan
kolonial dan penekanan pada pendidikan patriotisme dan bahasa Jepang.
Zaman Pendidikan Indonesia Tahun 1945-1969: Pasca-kemerdekaan,
Indonesia mencoba membangun sistem pendidikan nasional yang inklusif dan
berlandaskan Pancasila. Pendidikan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan
pembangunan nasional. Masa PJP 1: Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta
Raya 1 (PJP 1) mencerminkan upaya pemerintah untuk mengintegrasikan
pendidikan dan kebudayaan dalam konteks perkembangan ibu kota, Jakarta.
Ini menekankan peran pendidikan dalam memperkuat identitas kebangsaan.
Secara keseluruhan, sejarah pendidikan di Indonesia mencerminkan
perubahan dan evolusi dalam hal tujuan, kurikulum, dan pendekatan yang
digunakan dalam sistem pendidikan, dari masa kolonial hingga era pasca-
kemerdekaan. Transformasi ini mencerminkan perjuangan dan upaya untuk
membangun pendidikan yang lebih inklusif dan relevan bagi bangsa
Indonesia.

18
DAFTAR RUJUKAN

Ariestika, Elsa. Landasan Pendidikan. Banyumas: Pena Persada Kerta Utama. 2023.

Daryono. Konsep Dan Aplikasi Landasan Pendidikan Dalam SekolahPenggerak.


Pasuruan: Lembaga Academic & Research Institut. 2020.

Eriestika, Elsa Dan Ari Gurandi. Ruang Lingkup Landasan Pendidikan, Banyumas:
Pena Persada Kerta Utama. 2023.

Haetami, Manajemen Pendidikan Pada Era Perkembangan Teknologi, Sukabumi:


Jejak Publisher. 2023.

Hapsari, Sri. Pengantar Konsep Ilmu Pendidikan.Batam: Rey Media Grafika.2023.


Neolaka, Amos. Isu-Isu Kritis Pendidikan .Jakarta: Prenadamedia Group. 2019.

Neolaka, Amos Dan Grace Amialia. Landasan Pendidikan .Depok: Kencana. 2017.

Nizar, Samsul. Sejarah Social Dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam Di


Nusantara. Jakarta: Kencana. 2013.

Nuraeni, Yeni . Ilmu Pendidikan .Padang: Global Eklusif Teknologi. 2022.

Rasyidin ,Waini dan Suyitno. Landasan Pendidikan. Bandung:Upi Press. 2017.

Rifa’i. Sejarah Pendidikan Nasional Dari Masa Klasik Hingga Modern.Yokyakarta:


Ar-ruzz Media. 2019.
Sadulloh and Setiasih.Landasan Historis Pendidikan.Bandung:Upi Pres. 2017.

19

Anda mungkin juga menyukai