Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA PADA MASA


KEMERDEKAAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah: SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
Dosen Pengampu: Drs. Anas Salahudin, M.Pd

Disusun oleh:
Sem. II/PGMI D
Novi Yani Rahmawati (1212090117)
Nurul Shifa Andiyani (1212090127)
Rodiah Faturohmah (1212090148)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH


IBTIDAIYAH (PGMI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................iii
PENDAHULUAN..................................................................................................iii
A. LATAR BELAKANG.................................................................................iii
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................iii
C. TUJUAN PENULISAN...............................................................................iii
BAB II......................................................................................................................1
PEMBAHASAN......................................................................................................1
A. SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA ORDE LAMA.............1
B. PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA ORDE BARU................................6
C. PENDIDIKAN ISLAM PADA ERA REFORMASI....................................8
D. KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM PADA ERA REFORMASI..........11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan factor penting yang mempunyai andil besar dalam
memajukan suatu bangsa, bahkan peradaban manusia. Tujuan Pendidikan itu
merupakan ttujuan dari negara itu sendiri. Pendidikan yang rendah dan
berkualitas akan terus mengundan para penjajah, baik penjajah secara fisik
maupun non fisik, seperti penjajah intelektual, pemikiran, ekonomi, sosial,
politik dan agama. Hal ini senada dengan ungkapan “kebodohan bukanlah
karena penjajahan tetapi kebodohan yang mengundang penjajah”.
Eksistensi pendidikan Islam di Indonesia adalah suatu kenyataan yang
sudah berlangsung sangat panjang dan sudah memasyarakat. Pada masa
penjajahan Belanda dan penduduk Jepang, pendidikan diselenggarakan oleh
masyarakat sendiri dengan mendirikan pesantren, sekolah dan tempat latihan-
latihan lain. Setelah merdeka, pendidikan Islam dengan ciri khasnya
madrasah dan pesantren mulai mendapatkan perhatian dan pembinaan dari
pemerintah Republik di Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Sejarah Pendidikan Islam pada Masa Orde lama?
2. Bagaimana Pendidikan Islam pada Masa Orde Baru?
3. Bagaimana Pendidikan Islam pada Era Reformasi?
4. Apa Kebijakan Pendidikan Islam pada Era Reformasi?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Sejarah Pendidikan
Islam
2. Mengetahui Sejarah Pendidikan Islam pada Masa Orde Lama
3. Mengetahui Islam pada Masa Orde Baru
4. Mengetahui Pendidikan Islam pada Era Reformasi
5. Mengetahui Kebijakan Pendidikan Islam pada Era Reformasi

iii
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA ORDE LAMA


Meskipun Indonesia baru memproklamirkan kemerdekaannya dan
tengah menghadapi revolusi fisik, pemerintah Indonesia sudah berbenah
diri terutama memperhatikan masalah pendidikan yang dianggap cukup
vital dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Untuk itu dibentuklah
Kementrian Pendidikan Pengajaran Pendidikan (PP dan K). Dengan
terbentuknya Kementrian Pendidikan tersebut maka diadakanlah berbagai
usaha, terutama mengubah sistem pendidikan dan menyesuaikannya
dengan keadaan yang baru (Ramayulis, 2011).
Diantara beberapa peristiwa yang menjadi tonggak sejarah
pendidikan Islam di Indonesia diantaranya adalah Madrasah dan Pesantren
yang senantiasa terus berjalan dengan  didukung oleh kemampuan para
pengasuh dan pendukungnya. Bahkan pada 22 Desember 1945, Badan
Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP) mengajarkan bahwa
dalam memajukan pendidikan dan pengajaran, sekurang-kurangnya
diusahakan agar mengajar di musalla dan madrasah berjalan terus dan
diperpesat (Ramayulis, 2011).
Beberapa hari kemudian, tepatnya pada 27 Desember 1945,
BPKNIP menyarankan agar pendidikan Agama di sekolah dilaksanakan
secara teratur, seksama dan mendapat perhatian sebagaimana mestinya.
Disarankan juga agar madrasah-madrasah dan  pondok  pesantren
mendapat perhatian dan diberi bantuan material dari pemerintah karena
kedua lembaga itu juga merupakan alat dan sumber pendidikan serta
pencerdasaan rakyat jelata bagi seluruh masyarakat Indonesia (Haryanti,
2013)

iv
Perekembangan pendidikan Islam setelah kemerdekaan atau di
masa orde lama sangat terkait dengan peran Departemen Agama yang
mulai resmi berdiri 3 Januari 1946. Lembaga secara inisiatif
memperjuangkan politik pendidikan Islam di Indonesia. Secara lebih
spesifik, usaha ini ditangani oleh suatu bagian khusus yang mengurusi
masalah pendidikan Agama.[5]
Dalam salah satu nota Islamic Education in Indonesia yang disusun oleh
bagian Pendidikan Departemen Agama pada taggal 1 September 1956,
tugas bagian agama ada tiga, yaitu memberi pengajaran agama di sekolah
negeri dan partikulir, memberi pengetahuan umum di daerah, dan
mengadakan pedidikan guru agama serta Pendidikan hakim islam negeri.
Tugas pertama dan kedua dimaksud untuk upaya konvergensi Pendidikan
dualistis, sedangkan tugas yang ketiga dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan pegawai Departemen Agama itu sendiri (Steenbrink, 1994).
Ada beberapa hal penting yang berkaitan dengan Pendidikan Islam di
masa Orde Lama, yaitu pertumbuhan dan perkembangan pesantren,
pengembangan dan pembinaan madrasah, dan Pendidikan islam di sekolah
umum. Berikut penjelasan nya:
1. Pertumbuhan dan Perkembangan Pesantren pada Masa Orde Lama
Dalam sejarahnya mengenai peran pesantren, di mana sejak masa
kebangkitan nasional sampai dengan perjuangan mempertahankan
kemerdekaan RI, pesantren senantiasa tampil dan telah mampu
berparsitipasi secara aktif. Oleh karena itulah, setelah kemerdekaan,
pesantren masih mendapatkan tempat di hati masyarakat. Ki Hajar
Dewantara selaku tokoh Pendidikan Nasional dan Menteri Pendidikan
Pengajaran Indonesia yang pertama, menyatakan bahwa pondok pesantren
merupakan dasar Pendidikan nasional, karena sesuai dan selaras dengan
jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia.
Begitupula halnya dengan Pemerintah RI, mengakui bahwa
pesantren dan madrasah merupakan dasar Pendidikan dan sumber
Pendidikan nasional, dan oleh karena itu harus dikembangkan, diberi
bimbingan, dan bantuan. Sejak awal kehadiran pesantren dengan sifatnya

v
yang lentur (fleksibel) ternyata mampu menyesuaikan diri dengan
masyarakat serta memenuhi tuntutan masyarakat. Demikian juga pada era
kemerdekaan dan pembangunan sekarang, pesantren telah mampu
menampilkan dirinya aktif mengisi kemerdekaabb dab pembangunan,
terutama dalam rangka pembangunan dumber daya manusia yang
berkualitas. (Anas Salahudin, 2019)
Berbagai inovasi telah dilakukan untuk pengembangan pesantren
baik oleh masyarakat maupun pemerintah. Masuknya pengetahuan umum
dan keterampilan ke dalam dunia pesantren adalah sebagai upaya
memberikan bekal tambahan agar para santri bila telah menyelesaikan
pendidikannya dapat hidup layak dalam masyarakat.
Dalam rangka menjaga kelangsunngan hidup pesantren,
pemerintah berusaha untuk membantu mengembangkan pesantren dengan
potensi yang dimilikinya. Arah perkembangan itu dititik beratkan pada hal
hal berikut:
a. Peningkatan tujuan institusional pondok pesantren dalam kerangka
Pendidikan nasional dan pengembangan potensinya sebagai Lembaga
sosial pedesaan
b. Peningkatan kurikulum dengan metode Pendidikan agar efisien dan
efiktivitas pesantren terarah.
c. Menggalakan Pendidikan keterampilang di lingkungan pesantren untuk
mengembangkan potensi pesantren dalam bidang prasarana sosial dan taraf
hidup masyarakat.
d. Menyempurnakan bentuk pesantren dengan madrasah menurut keputusan
tiga Menteri tahun 1975 tentang peningkatan mutu Pendidikan pada
madrasah.
Pertumbuhan dan perkembangan pesantren di Indonesia cukup
mewarnai perjalanna sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Pesantren
dengan berbagai kelebihannya, tentunya tidak akan dapat menghindar dari
segala kritik dan kekurangannya.

vi
2. Pengembangan dan Pembinaan Madrasah
Mempelajari perkembangan madrasah tentunya berkaiatan erat
dengan peran Departemen Agama sebagai andalan politis yang dapat
mengangkat posisi madrasah sehingga memperoleh perhatian secara terus-
menerus dari kalangan pengambil kebijakan. Tentunya, tidak juga
melupakan usaha-usaha keras yang sudah dirintis oleh sejumlah tokoh
seperti Ahmad Dahlan, Hasyim Asy’ari dan Mahmud Yunus. Dalam hal
ini, Departemen Agama secara lebih tajam mengembangkan program-
program perluasan dan peningkatan mutu madrasah
Madarasah sebagai penyelenggara pendidikan di akui secara formal
pada tahun 1950.UU No.4 tahun 1950 tentang dasar-dasar pendidikan dan
pengajaran di sekolah pasal 10 menyatakan bahwa “belajar di sekolah
agama telah mendapat pengakuan dari Departemen agama dan sudah di
anggap memenuhi kewajiban belajar”. Untuk mendapat pengakuan dari
departemen agama,madarasah harus memberikan mata pelajaran agama
sebagai mata pelajaran pokok paling tidak 6 jam dalam seminggu.
Jenjang pendidikan dalam system madarasah terdiri dari 3 jenjang
yaitu    yang pertama Madarasah ibtidaiyah yang di setarakan dengan 
sekolah dasar (SD) dengan lama pendidikan 6 tahun,yang ke dua
Madarasah Tsanawiyah pertama (MTs) yang setara dengan Sekolah
Menengah Pertama(SMP) dengan lama 4 tahun. Dan ke tiga Madarasah
Tsanawiyah Atas atau Madarasah Aliyah (MA) yang setara dengan
Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan lama 4 tahun. Rumusan
kurikulum seperti itu bertujuan untuk merespon pendapat umum yang
menyatakan bahwa madarasah tidak hanya mengajarkan agama dan untuk
menjawab kesan tidak baik yang melekat pada madarasah yaitu pelajaran
umum tidak akan mencapai tingkat yang sama bila di bandingkan dengan
pendidikan umum
Perkembangan madarasah pada Orde Lama adalah berdirinya
madarasah Pendidikan Guru Agama (PGA) yang sudah ada sebelum
kemerdekaan terutama di wilayah Minangkabau dan Pendidikan Hakim
Islam Negeri (PHIN). Tujuannya untuk mencetak tenaga-tenaga

vii
proposional yang siap untuk mengembangkan pendidikan madrasah
sekaligus ahli agama yang proposional
Sejarah perkembangan PGA dan PHIN bermula dari program
Departement Agama yang di tangani oleh Drs.Abdullah Sigit sebagai
penanggung jawab bagian pendidikan.Pada tahun 1950 bagian tersebut
membuka dua lembaga pendidikan dan madrasah professional keguruan:
(1) Sekolah Guru Agama Islam(SGAI) dan sekolah Guru Hakim Agama
Islam (SGHAI). SGAI memiliki dua jenjang yaitu:(a).jangka panjang yang
di tempuh salama 5 tahun untuk siswa tamatan SR/MI dan (b).jenjang
jangka pendek yang di tempuh selama 2 tahun untuk lulusan SMP/MTs.
Sedangkan  SGHAI di tempuh selama 4 tahun untuk lulusan SMP/MTs
yang memiliki 4 bagian yaitu:
1.      Bagian “a” untuk mencetak guru kesustraan
2.      Bagian “b” untuk mencetak guru Ilmu Alam/Ilmu Pasti
3.      Bagian “c” untuk mencetak guru agama
4.      Bagian “d” untuk mencetak guru pendidikan agama
Pada tahun 1951 sesuai dengan Ketetapan Menteri Agama 15
Pebruari 1951, ke dua madrasah tersebut di ubah namanya SGAI menjadi
“PGA (Pendidikan Guru Agama)” dan SGHAI menjadi SGHA (Sekolah
Guru Hakim Agama).
Pada masa H.M. Arifin Tam yang menjadi kepala “Jawatan
Pendidikan Agama” adalah badan pengembanagan dari bagian pendidikan
di Departemen Agama. Ketentuan-ketentuan tentang PGA dan SGHA di
ubah.PGA yang 5 tahun menjadi 6 tahun,terdiri dari PGA pertama 4 tahun
dan PGA atas 2 tahun. Sedangkan PGA jangka pendek dan SGHA di
hapuskan. Sebagai pengganti SGHA bagian “d”didirikan PHIN
(Pendidikan Hakim Islam Negeri) dengan lama 3 tahun untuk PGA
pertama.
Sedangkan Perguruan tinggi Islam khusus fakultas-fakultas  mulai
mendapat perhatian pada tanggal 1950. Pada tanggal 12 Agustus 1950,
fakultas agama UII di pisahkan dan di ambil alih oleh pemerintah. Pada
tanggal 26 September 1951 secara resmi di buka perguruan tinggi baru

viii
dengan nama PTAIN (perguruan Tinggi Agama Islam Negeri) di bawah
pengawasan Kementrian Agama. Pada tahun 1957 ,di Jakarta di dirikan
Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA). Akademi ini bertujuan sebagai
sekolah latihan bagi para pejabat yang berdinas di pemerintahan
(Kementrian Agama) dan untuk pengajaran agama di sekolah. Pada tahun
1960 PTAIN dan ADIA disatukan menjadi IAIN. (Aris Utomo, 2016)

3. Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum


Peraturan resmi pertama tentang Pendidikan agama di sekolah
umum dicantumkan dalam Undang-Undang Pendidikan tahun 1950 No.4
dan Undang-Undang Pendidikan tahun1954 No.20 (tahun 1950 hanya
berlaku untuk Republik Indonesia Serikat di Yogyakarta).
Sebelumnya, telah ada Ketetapan Bersama Departemen PKK dan
Departemen Agama yang dikeluarkan pada 20 Januari 1951. Ketetapan itu
menjelaskan bahwa Pendidikan agama diberikan mulai kelas IV Sekolah
Rakyat selama 2 jam per minggu. Di lingkungan yang istimewa,
Pendidikan agama dapat dimulai pada kelas 1 dan jam pelajarannya boleh
ditambah sesuai kebutuhan, tetapi tidak lebih dari 4 jam per minggu,
dengan syarat bahwa mutu pengetahuan umum di sekolah rendah itu tidak
boleh kurang bila dibandingkan dengan sekolah-sekolah di lingkungan
lain.
Di Sekolah Menengah Pertama, pelajaran agama diberikan 2 jam
perminggu, sesuai dengan agama para murid. Selama berlangsungnya
pelajaran agama, murid yang beragama lain boleh meninggalkan ruang
belajar. Sedangkan kurikulum dan bahan ajar pelajaran diterapkan oleh
Menteri Agama dengan persetujuan Mentri PKK.
Pada tahun 1960, siding MPRS menetapkan bahwa Pendidikan
agama diselenggarakan di perguruan tinggi umum dan memberikan
kebebasan kepada mahasiswa untuk mengikuti ataupun tidak. Namun,
pada tahun 1967 (periode awal orde baru), ketetapan itu diubah dengan
mewajibkan mahasiswa mengikuti mata kuliah agama dan mata kuliah ini
termasuk ke dalam system penilaian. (Anas Salahudin, 2019)

ix
B. PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA ORDE BARU
Orde baru adalah pemerintahan di Indonesia sejak 11 Maret 1966
hingga terjadinya peralihan kepresidenan, dari presiden Soeharto ke
presiden Habibi pada 21 maret 1998. Peralihan dari Orde lama ke Orde
baru membawa konsekuensi perubahan strategis politik dan kebijakan
Pendidikan nasional. Pada dasarnya Orde Baru adalah suatu korelasi total
terhadap Orde Lama yang didominasi oleh PKI dan dianggap telah
menyelewengkan Pancasila.
Pada masa Orde Baru, Pendidikan bukan menjadi tujuan utama.
Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan
utamanya dan menempuh kebijakan melalui struktur administrative yang
didominasi militer.
Di masa Orde Baru ini, pembinaan Pendidikan agama dipercayakan
kepada Departemen Agama dan Depdikbud. Pada bulan Desember 1946
dikeluarkan peraturan Bersama dua Menteri yaitu Mentri Agama dan
Menteri Pendidikan & Pengajaran, yang menetapkan bahwa Pendidikan
agama diberikan mulai kelas IV SR sampai kelas VI. Pada masa itu,
keadaan keamanan di Indonesia belum mantap, sehingga SKB Dua
Menteri di atas belum dapat berjalan dengan semestinya. Kemudian,
pemerintah membentuk Majelis Pertimbangan Pengajaran Agama Islam
pada tahun 1947 yang dipinpin oleh Ki Hajar Dewantara dari Departemen
P & K dan Prof. Drs. Abdullah Sigit dari Departemen Agama. Dengan
tugas untuk mengatur pelaksanaan dan materi pengajaran agama yang
diberikan di sekolah umum. Rencana Pendidikan agama untuk seluruh
wilayah Indonesia makin disempurnakan dengan dibentuknya panitia
Bersama yang dipimpin oleh Prof. Mahmud Yunus dari Departemen
Agama dan Mr. Hadi dari Departemen P&K, dengan mendapatkan hasil
SKB yang dikeluarkan pada bulan Januari 1951.
Untuk menyempurnakan kurikulum, dibentuk panitia yang
dipimpin oleh KH. Imam Zarkasyi dari Pondok Gontor Ponorogo.

x
Kurikulum tersebut di sahkan oleh Menteri Agama pada tahun 1952.
Walaupun system Pendidikan semakin baik dan kuat, namun dalam
pelaksanaannya masih jauh dari factor yang diharapkan.
Pemerintah Orde Baru memandang bahwa agama mempunyai
kedudukan dan peran sangat pentng dan strategis. Peran utama agama
sebagai landasan spiritual, moral, dan etika dalam membangun
pembangunan nasional, agama juga berpengaruh untuk membersihkan
jiwa manusia dan kemakmuran rakyat (Anas Salahudin, 2019).

C. PENDIDIKAN ISLAM PADA ERA REFORMASI


Reformasi adalah era menuju perubahan. Era reformasi dimulai
pada tahun 1998 sampai dengan sekarang. Menurut Baskoro reformasi
adalah perubahan radikal untuk perbaikan dalam suatu masyarakat atau
negara. Dengan alasan tersebutlah maka perlu kiranya diadakan suatu
perombakan menyeluruh dari suatu sistem kehidupan suatu bangsa dan
negara dalam aspek-aspek politik, ekonomi, hukum, termasuk juga
pendidikan.
Reformasi dimulai sejak berakhirnya masa orde baru yang
dipimpin oleh Soeharto. Lengsernya kekuasaan Soeharto pada tahun 1998
menjadi tanda adanya reformasi. Makna reformasi adalah perubahan
secara drastis. Reformasi juga dapat disebut sebagai upaya pembaharuan
(modernisasi) yang dilakukan secara meneyeluruh pada seluruh sistem
kehidupan sosial, politik, ekonomi, bahkan pendidikan
Krisis yang dialami Indonesia pada bulan Juni 1998, telah menjadi
pertanda berakhirnya rezim Orde Baru, juga menjadi pijakan awal menuju
era reformasi. Indikasi ini pada akhirnya turut memberikan warna
bagaimana politik Pendidikan nasional bergulir, termasuk salah satunya
adalah perubahan kurikulum.
Pada masa orde baru Pendidikan Islam dilarang berkembang dalam
masyarakat karena dengan adanya pesantren ,majelis taklim, madrasah
dianggap akan memunculkan kelompok-kelompok yang mampu
meruntuhkan kekuasan pemerintah. Pada masa orde baru pendidikan Islam

xi
eksistensinya sempat turun karena banyak argumen masyarakat yang
mengatakan bahwa bangsa Indonesia bukan negara Islam. Adanya
permasalahan tersebutlah yang membangkitkan semangat para tokoh
agama. Pada masa reformasi pembaharuan Pendidikan Islam dirintis oleh
tokoh seperti Syekh Abdullah Ahmad, Zainudin-Labai Yunus, dan tokoh-
tokoh yang lain. Selain itu juga dibentuk organisasi –organisasi Islam
seperti Jamiat Khair,Al-Irsyad, Persyarikatan Ulama, Muhammadiyah,
Persatuan Islam dan Nahdatul Ulama (Afiani Arofatul Zidah, 2021).
Pada era pemerintahan Habibie masih menggunakan kurikulum
1994 yangdisempurnakan sampai pada masa pemerintahan Gus Dur. Pada
masa pemerintahanMegawati terjadi beberapa perubahan tatanan di bidang
pendidikan, antara lain :a. Dirubahnya kurikulum 1994 menjadi kurikulum
2000 dan akhirnya disempurnakanmenjadi kurikulum 2002 (KBK). KBK
atau Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakankurikulum yang pada
dasarnya berorientasi pada pengembangan tiga aspek utama,antara lain
aspek afektif (sikap), kognitif (pengetahuan) dan psikomotorik
(ketrampilan).b. Pada tanggal 8 juli 2003 disahkannya Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
memberikan dasar hukum untuk membangunpendidikan nasional dengan
menerapkan prinsip demokrasi, desentralisasi, otonomi,keadilan dan
menjunjung Hak Asasi Manusia.
Menurut Lembaran Negara Nomor 4301 Pendidikan dalam UU
RepublikIndonesia No. 20/2003, pembaharuan sistem pendidikan nasional
dilakukan untukmemperbaharui visi, misi dan strategi pembangunan
pendidikan nasional. Visi daripendidikan nasional adalah terwujudnya
sistem pendidikan sebagai pranata sosial yangkuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua warga Negara Indonesiaberkembang menjadi
manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktifmenjawab
tantangan zaman yang selalu berubah. Adapun misi dari pendidikan
nasionaladalah sebagai berikut :a. Mengupayakan perluasan dan
pemerataan kesempatan memperleh pendidikan danbermutu bagi seluruh
rakyat Indonesia.b. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi

xii
anak bangsa secara utuh sejakusia dini sampai akhir hayat dalam rangka
mewujudkan masyarakat belajar.c. Meningkatkan kesiapan masukan dan
kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan
kepribadian yang bermoral.d. Meningkatkan keprofesionalan dan
akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusatpembudayaan ilmu
pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, sikap dan nilaiberdasarkan standar
nasional dan global.e. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikanberdasarkan prinsip otonomi dalam konteks
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kemudian setelah Megawati turun
dari jabatannya dan digantikan oleh SusiloBambang Yudhoyono, UU No.
20/2003 masih tetap berlaku, namun pada masa SBY juga ditetapkan UU
RI No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen. Penetapan Undang-undang
tersebut disusul dengan pergantian kurikulum KBK menjadi Kurikulum
TingkatSatuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum ini berasaskan pada PP No.
19 tahun 2005tentang Standar Nasional Pendidikan. KTSP merupakan
kurikum operasional yangdisusun dan dilaksanakan oleh masing-masing
satuan pendidikan. KTSP terdiri daritujuan pendidikan, tingkat satuan
pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkatsatuan pendidikan,
kalender pendidikan serta silabus (BSNP, 2006: 2). KTSPdikembangkan
berdasarkan prinsip sebagai berikut :
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan pesrta
didikserta lingkungan.
b. Beragam dan terpadu.
c. Tanggapan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan.
f. Belajar sepanjang hayat.
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Sejalan dengan berbagai kebijakan yang ada, keadaan Pendidikan


islam era Reformasi jauh lebih baik dari keadaan Pendidikan pada masa
pemerintahan Orde Baru. Salah satu keadaan Pendidikan tersebut dapat

xiii
dikemukakan bahwa kebijakan tentang peningkatan anggaran Pendidikan
islam. Kebijakan ini misalnya terlihat pada ditetapkannya anggaran
Pendidikan sebanyak 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) yang di dalamnya termasuk gaji guru dan dosen.
APBN tahun 2010, menetapkan bahwa dana tersebut dialokasikan
bagi penyelenggara Pendidikan yang dilaksanakan di berbagai provinsi
yang jumlahnya mencapai 60% dari total anggaran Pendidikan dari APBN.
Adapun sisanya, yakni 40% diberikan kepada kementrian Pendidikan
nasional, kementrian agama, serta berbagai kementrian lainnya yang
menyelenggarakan program Pendidikan.
D. KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM PADA ERA REFORMASI
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi
pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,
kepemimpinan, dan cara bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada
pemerintahan, organisasi dan kelompok sektor swasta, serta individu. Di
dalam bahasa Inggris kebijakan disebut “policy”. Kebijakan juga dapat
diartikan sebagai mekanisme politis, manajemen, atau administratif untuk
mencapai suatu tujuan.
Kebijakan pemerintahan Indonesia dalam Pendidikan secara umum
dapat dibagi ke dalam empat tahapan, yaitu:
Pertama, masas prakemerdekaan, kebijakan pemerintah berada di
tangan penjajah yang menerapkan Pendidikan diskriminatif terutama
terhadap umat islam.
Kedua, masa pascakemerdekaan di zaman Orde Lama, Pendidikan
Islam lebih diarahkan pada upaya memperbarui dan memperbanyak
Lembaga Pendidikan islam yang lebih bermutu sejalan dengan
perkembangan zaman. Namun, keinginan ini belum terlaksana
sepenuhnya, mengingat Indonesia yang baru saja merdeka masih berada
dalam keadaan pancaroba dan mencari bentuk yang sesungguhnya.
Ketiga, Pendidikan masa Orde Baru tampak karakteristiknya yang
hamper sama dengan kebijakan sosial politiknya, yaitu sentralistis,

xiv
depolitisasi masyarakat, penguatan kekuasaan pemerintah, dan terkesan
kurang serius.
Keempat, Orde Baru digeser oleh pemerintah reformasi yang
ditandai oleh semakin berkembangnya wacana demokrasi. Namun
berbagai kebijakan yang pernah diterapkan pemerintah Orde Baru belum
seluruhnya dihapus. Sentralisasi Pendidikan, seperti dalam hal kurikulum,
ujijan, akreditasi, dan berbagai aturan lainnya belum jauh berbeda dengan
yang pernah diterapkan pemerintah Orde Baru.
Berdasarkan kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut, tampak
bahwa Pendidikan islam dalam perjalanannya mengalami berbagai
hambatan, tantangan, dan harapan. Sepanjang sejarahnya Pendidikan Islam
senantiaa mengawal dan mengiringi perjalanan Pendidikan nasional.
Pendidikan Islam terus berproses bersama dengan Pendidikan nasional
untuk mengisi kemerdekaan dengan pembangunan dalam berbagai bidang.
Pada masa reformasi, pemerintah Indonesia memberikan otonomi
kepada setiap daerah untuk meninggkatkan kualitas lembaga pendidikan
masing-masing. Sehingga, dengan adanya otonomi daerah tersebut banyak
bermunculan sekolah-sekolah yang bernuansa Islam yang lebih dikenal
dengan sekolah Islam terpadu yang memadukan antara kurikulum
Depdiknas dengan kurikulum Depag. Pada saat itu pula, dibentuk sebuah
jaringan yang mengurusi sekolah Islam terpadu yang dinamakan dengan
jaringan Islam terpadu (JSIT) Indonesia.
Beberapa kebijakan pendidikan Islam era reformasi adalah sebagai
berikut:
a. Kebijakan tentang pemantapan pendidikan Islam sebagai bagian dari
sistem pendidikan Nasional,
b. Kebijakan tentang peningkatan anggaran pendidikan. Kebijakan ini terlihat
pada ditetapkannya anggaran pendidikan Islam 20% dari anggaran
pendapatan dan belanja negara (APBN).
c. Program wajib belajar 9 tahun.
d. Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Nasional (SBN), dan Sekolah Bertaraf
Internasional (SBI).

xv
e. Kebijakan sertifikasi bagi semua guru dan dosen baik Negeri maupun
swasta, baik umum maupun guru agama, baik guru yang berada di bawah
naungan Kementerian Pendidikan Nasional maupun guru yang berada di
bawah Kementerian Pendidikan Agama.
f. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi  (KBK/tahun 2004) dan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
g. Pengembangan pendekatan pembelajaran yang tidak hanya terpusat pada
guru.
h. Penerapan manajemen yang berorientasi pada pemberian pelayanan yang
baik dan memuaskan (To Give Good Service And Satisfaction For All
Customers)
i. Kebijakan mengubah sifat madrasah menjadi sekolah umum yang berciri
khas keagamaan. (Ariyani, 2018)

xvi
DAFTAR PUSTAKA

Afiani Arofatul Zidah, K. R. (2021). Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam Era


Reformasi di Indonesia. HISTORIA.
Anas Salahudin, A. K. (2019). Sejarah Pendidikan Islam. Bandung : PT Remaja
Posdakarya.
Aris Utomo, F. N. (2016, Februari 22). Pendidikan Islam Pada Zaman Orde Lama.
Ariyani, R. (2018, Maret 19). Makalah Kebijakan Pendidikan Islam Indonesia
Pada Masa Reformasi.
Haryanti, A. (2013, April). Pendidikan Islam Masa Kemerdekaan.
Ramayulis. (2011). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulya.
Steenbrink, K. A. (1994). Pesantren Madrasah Sekolah. Jakarta: PT. Pusaka
LP3ES.

xvii

Anda mungkin juga menyukai