Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Sejarah Pendidikan Islam
Disusun oleh :
CICALENGKA-BANDUNG 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan ridha-Nya, sehingga kami dapatkan menyelesaikan
penyusunan makalah materi mata kuliah Sejarah Penidikan Islam yang berjudul
“Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Orde Lama dan Orde baru”.
Tidak lupa, kami mengucapkan rasa terima kasih kepada bapak Syatiri
Ahmad, M. Pd. selaku dosen Pembimbing kami dalam pembelajaran mata kuliah
Sejarah Pendidikan Islam, serta kepada teman-teman yang telah memberikan
dukungan kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Harapan kami, semoga penyusunan makalah ini bisa bermanfaat bagi kita
semua serta menjadi tambahan informasi dan ilmu pengetahuan. Kami menyadari
jika dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan maupun kesalahan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran untuk menyusun makalah
ini dengan baik. Demikian makalah ini kami susun, apabila ada kata-kata yang
kurang berkenan, kami mohon maaf dan semoga bermanfaat. Amiiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
A. Latar Belakang.....................................................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................................................
C. Tujuan...................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................
A. Kesimpulan.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan pendidikan di Indonesia, tidak dapat dipisahkan dari dari
yang namanya perkembangan sejarah bangsa Indonesia serta kebijakan
pendidikan dari periode ke period, dari sebelum Indonesia merdeka sampai era
reformasi saat ini. Panjangnya perjalanan sejarah pendidikan islam di Indonesia
telah memberi warna tersendiri terhadap pendidikan tanah air di Indonesia.
Berhubungannya lembaga pendidikan ke dalam system nasional pendidikan,
secara umpan balik telah mendapatkan pengaruh besar terhadap pihak masing-
masing.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendidikan islam?
2. Bagaimana perkembangan pendidikan Islam pada masa orde lama?
3. Bagaimana perkembangan pendidikan Islam pada masa orde baru?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian penddidikan islam.
2. Untuk mengetahui pendidikan pada islam pada masa orde lama.
3. Untuk mengetahui pendidikan islam pada masa orde baru.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan atau dalam bahasa Arab tarbiyah yang berarti mendidik. Sasaran
pendidikan tidak hanya terfokus kepada perkembangan jasmani peserta didik,
namun rohani juga menjadi perhatian dalam kegiatan pendidikan. Para ahli
pendidikan banyak memberikan definisi tentang makna pendidikan yang semunya
mengarah kepada perbaikan diri peserta didik.
2
Sa’id, 1994: 38)) mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah
mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai tingkat akhlakul karimah. 1
Berpijak pada dasar negara sila pertama yakni Ketuhanan yang Maha Esa
yang berarti bahwa kehidupan beragama di Indonesia secara konstitusional
dijamin keberadaanya sebagaimana termaktub dalam Undang-undang Dasar 1945
pasal 29 sebagai jaminan konstitusional ini membawa suatu konsekuensi bahwa
pemerintah tidak hanya menjamin kebebasan tiap warga negara untuk memeluk
agamanya masing-masing dan beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya,
melainkan juga sekaligus menjamin, melindungi, membina, mengembangkan
serta memberi bimbingan dan pengarahan agar kehidupan beragama lebih
berkembang, bergairah dan semarak, serasi dengan kebijaksanaan pemerintah
dalam membina kehidupan berbangsa dan bernegara.
1 file:///C:/Users/WIN-10/Downloads/BAB_II%20(1).pdf
3
landasan idealnya yang pada masa Orde Lama dengan berbagai peristiwa dapat
dijelaskan bahwa landasan ideal pendidikan sebagai berikut:
4
a. Dalam sekolah-sekolah negeri diadakan pelajaran agama, orang tua
murid menetapkan apakah anaknya akan mengikuti pelajaran
tersebut.
b. Cara penyelenggaraan pengajaran agama di sekolah-sekolah negeri
diatur dalam peraturan yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan
Pengajaran dan Kebudayaan, bersama-sama dengan Menteri
Agama.
Wahab (2004: 42) menyebutkan bahwa pada masa Orde Lama ini pula,
bagi sekolah atau madrasah yang telah mencukupi syarat yang telah ditentukan
oleh Departemen P dan K, yaitu pelajaran selain agama telah setaraf dengan
sekolah umum, dan diberikan bantuan berupa subsidi. Ada dua hal penting yang
berkaitan dengan pendidikan Islam pada masa Orde Lama, yaitu pengembangan
dan pembinaan madrasah dan pendidikan islam di sekolah umum.2
5
Pasal 1: Di tiap-tiap sekolah rendah maupun lanjutan (umum dan kejuruan) diberi
pendidikan Agama.
6
2. Madrasah Diniyah, yaitu sekolah-sekolah yang memberikan pengajaran
pada murid sekolah negeri yang berusia 7 sampai 20 tahun. Pelajaran
berlangsung di dalam kelas, kira-kira 10 jam seminggu, di waktu sore,
pada Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah (4 tahun pada Sekolah Dasar
dan 3 sampai 6 tahun pada Sekolah Menengah). Setelah menyelasaikan
Pendidika Menengah Negeri, murid-murid ini akan dapat diterima pada
pendidikan agama tingkat akademi.
3. Madrasah-madrasah swasta, yaitu pesantren yang dikelola secara modern,
yang bersamaan dengan pengajaran agama juga diberikan pelajaran umum.
Biasanya tujuannya adalah menyediakan 60%-50% dari jadwal waktu
untuk mata pelajaran umum, dan 35%-45% untuk mata pelajaran agama.
4. Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN), yaitu Sekolah Dasar Negeri enam
tahun, dimana perbandingan umum kira-kira 1:2. Pendidikan selanjutnya
dapat diikuti pada MTsN, atau (sekolah tambahan tahun ketujuh) murid-
murid dapat mengikuti pendidikan keterampilan, misalnya Pendidikan
Guru Agama untuk Sekolah Dasar Negeri, setelahnya dapat diikuti latihan
lanjutan dua tahun untuk menyelasaikan Kursus Guru Agama untuk
Sekolah Menengah.
5. Suatu percobaan baru telahn ditambahkan pada Madrasah Ibtidaiyah
negeri (MIN) 6 tahun, dengan menambahkan kursus selama dua tahun,
yang memberikan latihan laying biasanya akan kembali ke kampungnya
masing-masing.
6. Pendidikan Teologi tertinggi, pada tingkat Universitas diberikan sejak
tahun 1960 pada IAIN ini dimulai dengan dua bagian atau dua fakultas di
Yogyakarta dan dua fakultas di Jakarta.3
7
b. Memperjuangkan adanya masyarakat yang adil dan makmur, baik
material dan spiritual melalui pembangunan.
c. Sikap mental mengabdi kepada kepentingan rakyat dan melaksanakan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Dengan demikian, Orde Baru bukan merupakan golongan tertentu, sebab
Orde Baru bukan berupa penyelewengan fisik. Perubahan Orde Lama (sebelum 30
September 1965) ke Orde Baru berlangsung melalui kerjasama erat antara pihak
ABRI atau tentara dan gerakangerakan pemuda yang disebut angkatan 1966. Para
pemuda itu bergabung dalam KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia).
Dalam KAMI yang memegang peranan penting khususnya adalah Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) yang amat kuat serta mempunyai hubungan yang tidak
resmi dengan organisasi Islam lainnya. Pada tahun 1966, mahasiswa mulai
melakukan demonstrasi memprotes segala macam penyalahgunaan kekuasaan,
harga yang meningkat dan korupsi yang merajalela. Protes itu berkembang dan
berhulu protes terhadap Soekarno. Akhirnya pada tahun itu juga Soekarno didesak
untuk menandatangani surat yang memerintahkan Soeharto untuk mengambil alih
kekuasaan guna keselamatan dan stabilitas negara serta pemerintah.
Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah berlangsung seumur
hidup. Oleh karenanya agar pendidikan dapat dimiliki oleh sebuah rakyat sesuai
dengan kemampuan masing-masing individu
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dari undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional ini, mengusahakan :
1. Membentuk manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang
tinggi kualitasnya yang mampu mandiri.
2. Pemberian dukungan bagi perkembangan masyarakat, bangsa dan
negara Indonesia yang terwujud dalam ketahanan nasional yang
tangguh, yang mengandung terwujudnya kemampuan bangsa
menangkal setiap ajaran, paham dan idiologi yang bertentangan
dengan Pancasila.
Dengan landasan demikian, sistim pendidikan nasional dilaksanakan
secara swasta, menyeluruh dan terpadu. Semesta dalam arti terbuka bagi seluruh
8
rakyat, dan berlaku di seluruh wilayah negara, menyeluruh dalam arti mencakup
semua jalur. Jenjang dan jenis pendidikan, dan terpadu dalam arti adanya saling
keterkaitan antara pendidikan nasional dengan seluruh usaha pembangunan
nasional.
Di samping hal itu, peluang untuk berkembangnya pendidikan Islam
secara integrasi dalam Sistem Pendidikan Nasional bisa dilihat dalam beberapa
pasal sebagai berikut:
a. Pasal 1 ayat 2, pendidikan nasional adalah pendidikan yang terakhir
pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.
b. Pasal 4, tentang tujuan pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang bertakwa
dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, pribadi yang mantap
dan mandiri.
c. Pasal 10, pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan
luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang
memberikan keyakinan agama, nilai budaya, moral dan ketrampilan.
d. Pasal 47, ciri khas suatu pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat tetap diindahkan.4
Dalam sidang MPR yang menyusun GBHN sejak tahun 1973 hingga
sekarang, selalu ditegaskan bahwa pendidikan agama menjadi mata pelajaran
wajib di sekolah-sekolah negeri dalam semua jenjang pendidikan, bahkan
pendidikan agama sudah dikembangkan sejak Taman Kanak-kanak (BAB V
pasal 9 ayat 1 PP Nomor 27 sejak Tahun 1990 dalam UU Nomor 2 Tahun
1989).
9
pendidikan nasional sebagaimana dikehendaki oleh UUD 1945. Melalui
perjalanan yang cukup panjang perjalanannya, sejak 1945 samapi tahun 1989,
tampaknya undang-undang tersebut juga merupakan puncak dari usaha
mengintegrasikan pendidikan Islam kedalam sistem pendidikan nasional,
sebagai usaha untuk menghilangkan dualisme sistem pendidikan yang selama
ini masih berjalan. Dengan demikian berarti UU Nomor 2 tahun 1989 tersebut
merupakan wadah formal terintegrasinya pendidikan Islam dalam sistem
pendidikan nasional, dan dengan adanya wadah tersebut, pendidikan Islam
mendapat peluang serta kesempatan untuk terus berkembang.
10
3. Pada pasal 10 dinyatakan bahwa pendidikan keluarga merupakan bagian
dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga
dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan
keterampilan. Kita ketahui bahwa keluarga merupakan lembaga
pendidikan yang pertama dan utama, menurut ajaran Islam. Dengan
masuknya lembaga pendidikan keluarga menjadi dasar sistem pendidikan
nasional, maka pendidikan muslim pun mejadi bagian yang tak
terpisahkan dari sistem pendidikan nasional.
4. Pasal 11 ayat 1 disebutkan “ Jenis pendidikan yang termasuk pendidikan
sekolah terdiri atas pendidikan umum, pendidikan kejuruan luar biasa,
pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan
pendidikan profesional. Yang dimaksud pendidikan agama sebagaimana
dalam ayat tersebut adalah: pendidikan yang mempersiapkam peserta didik
untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan
khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan. Setiap orang Islam
berkepentingan dengan pengetahuan ajaran-ajaran Islam, terutama yang
berhubungan dengan nilai-nilai keagamaan, moral, dan sosial budayanya.
Oleh karenanya, pendidikan Islam dengan lembaga-lembaganya, tidak bisa
dipisahkan dari sistem pendidikan nasional.
5. Pada pasal 39 ayat 2 dinyatakan: Isi kurikulum setiap jenis dan jalur serta
jenjang pendidikan wajib memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan
Agama, Pendidikan Kewaraganegaraan. Dalam hal ini dijelaskan bahwa
pendidikan Agama, tentunya termasuk pendidikan Agama Islam
merupakan bagian dasar dan inti kurikulum pendidikan nasional. Dan
dengan demikian Pendidikan ama Islam pun terpadu dalam sistem
pendidikan nasional.
6. Kemudian pada pasal 47, terutama ayat 2 dinyatakan bahwa: ciri khas
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat tetap
diindahkan. Dengan pasal ini, satuan-satuan Pendidikan Islam baik yang
berada dalam jalur maupun jalur luar sekolah akan tetap tumbuh dan
berkembang secara terarah dan terpadu dalam sistem Pendidikan Nasional.
Sehubungan dengan satuan pendidikan yang berciri khas ini, pada PP
11
Nomor 28 tahun 1990, tentang pendidikan Dasar, 4 ayat 3 menegaskan
bahwa: SD dan SLTP yang berciri khas Agama Islam, yang
diselenggarakan oleh Departemen Agama, masing-masing Madrasah
Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah. Dengan demikian, Madrasah diakui
sama dengan sekolah umum dan merupakan satuan pendidikan yang
terintegrasi dalam sistem Pendidikan nasional.5
E. Struktur Sekolah awal Kemerdekaan dan Kurikulum Pendidikan
12
umum, sedangkan pendidikan guru baru ditawarkan di kelas IV
khusus. Untuk kelas IV, lulusan SMP juga diterima, dan SPG dipimpin
oleh kepala sekolah yang membawahi sejumlah guru, beberapa di
antaranya adalah staf non-reguler, karena kekurangan guru reguler.
b. Sekolah Guru C (SGC) Karena kebutuhan guru SR yang mendesak,
maka perlu dibuka sekolah guru yang dapat menghasilkan dalam
waktu singkat. Maka didirikanlah sekolah guru dua tahun setelah SR
dan disebut SGC, namun karena dirasa kurang bermanfaat maka
ditutup kembali dan sebagian dialihfungsikan menjadi SGB.
c. Sekolah Pendidikan A (SGA) Karena asumsi bahwa 4 tahun studi guru
tidak menjamin pengetahuan yang cukup untuk kualifikasi guru, SGA
dibuka dan menawarkan tiga tahun studi pascasarjana. Atau, lulusan
SGB Grade III juga dapat diterima. Dokumen yang disediakan untuk
SGA adalah jenis yang sama dengan yang disediakan untuk SGB,
hanya implementasinya lebih luas dan lebih mendalam.
3. Pendidikan umum
Terdapat Ada dua jenis pendidikan umum, yaitu
a. Sekolah Menengah Pertama (SMP) sama dengan zaman Jepang,
sekolah menengah pertama menggunakan kurikulum yang sama, tetapi
dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri PPK pada tahun 1946,
pembagian A dan B dimulai di Kelas II untuk mendapatkan nilai IIA,
IIB , IIIA dan IIIB. Bagian A juga berisi beberapa ilmu alam dan ilmu
pasti. Tetapi yang lain menerima kursus bahasa dan praktik utama. Di
sisi lain, di bagian B, ilmu alam dan eksakta diberikan.
b. Sekolah Menengah Pertama (SMT), Kementerian PPK secara langsung
mengelola SMAT di Pulau Jawa, khususnya sekolah-sekolah di kota-
kota seperti: Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surakarta,
Surabaya dan Cirebon. SMT di luar Jawa berada di bawah
kewenangan pemerintah daerah karena sulitnya berkomunikasi dengan
pusat. SMT adalah bentuk pendidikan pasca sarjana 3 tahun dan
setelah lulus dapat melanjutkan ke universitas. RPP tidak jelas dan
yang diberikan hanya RPP. Karena saat itu mereka masih harus
13
beradaptasi dengan kondisi yang labil saat itu. Oleh karena itu, rencana
pembelajaran yang ditempuh adalah: (1) isi memenuhi kebutuhan
nasional, (2) bahasa pengantar bahasa Indonesia, (3) mutunya setingkat
SMT sebelum kemerdekaan. Ujian akhir dapat diadakan oleh masing-
masing sekolah selama tidak ada ujian negara, tetapi hanya setelah
tahun 1947 ujian negara mulai berlaku.
4. Pelatihan kejuruan
Pendidikan vokasi yaitu sebagai berikut
a. Pendidikan Ekonomi
Pada awal kemerdekaan, pemerintah baru membuka sekolah komersial
lama, dan pengajaran dilakukan 3 tahun setelah sekolah populer.
Sekolah perdagangan ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
tenaga administrasi atau akuntansi, sedangkan pemeriksaan sekolah
perdagangan disediakan oleh pengawas sekolah perdagangan.
b. Pendidikan wanita
Setelah kemerdekaan, pemerintah membuka Sekolah Kecerdasan Putri
(SKP) dan pada tahun 1947 Sekolah Guru Kecerdasan Putri (SGKP)
berlangsung empat tahun setelah SMP atau SKP.
5. Pedagogi Teknis
a. Kursus Kerajinan Negeri (KKN), sekolah/kursus satu tahun dan
program pelatihan teknis terendah berdasarkan SR enam tahun. KKN
mencakup spesialisasi: kayu, besi, jalinan, furnitur, las dan batu.
b. Sekolah Insinyur Pertama (STP), yang bertujuan untuk melatih perajin
yang terampil tetapi dengan pengetahuan teoritis. Durasi pelatihan ini
adalah dua tahun setelah SR dan mencakup spesialisasi berikut: kayu,
batu, keramik, furnitur, mengepang, besi, listrik, otomotif, percetakan,
tekstil kulit, sepeda motor, survei dan pengecoran.
c. Sekolah Teknik (ST), untuk melatih pengawas gedung. Masa
pendidikan dua tahun setelah STP atau SMP bagian B dan mencakup
spesialisasi berikut: konstruksi, konstruksi air dan jalan, konstruksi
radio, pembuatan kapal, percetakan dan pertambangan.
6. Sekolah Menengah Teknik (STM)
14
Bertujuan untuk melatih para ahli teknis dan staf teknis menengah. Periode
pelatihan adalah 4 tahun setelah bagian B atau ST SMP dan mencakup
spesialisasi berikut: konstruksi bangunan, konstruksi sipil, pembuatan
kapal, pembuatan mesin, pembuatan mesin, teknik elektro, pembuatan
mesin kapal kelautan, kimia dan penerbangan. Pelatihan guru sekolah
teknik, untuk memenuhi kebutuhan guru sekolah teknik, dibuka
sekolah/kursus untuk melatih guru produksi:6
a. Gelar Teknik (KGSTP) untuk mengajar penuh waktu di STP dengan
jurusan: Teknik Sipil, Mesin, Listrik dan Percetakan.
b. Diploma B I Teknik (KGST) untuk mengajar penuh waktu di ST/STM
kelas I fakultas teknik sipil, gedung dan mesin.
c. Insinyur tingkat B II mengajar di STM fakultas teknik sipil, gedung,
permesinan dan kelistrikan
7. Pendidikan Tinggi
Selama kurun waktu 1945-1950, kemungkinan melanjutkan pendidikan
tinggi semakin terbuka bagi warga yang tidak mampu. Lembaga
pendidikan ini berkembang pesat, tetapi karena pelaksanaannya,
perjuangan fisik dilakukan, kelas sering terganggu oleh perjuangan garis
depan. Institusi pendidikan yang ada adalah Universitas Gajah Mada,
beberapa SMA dan institut di Jakarta (pemukiman) Klaten, Solo dan
Yogyakarta.
8. Pendidikan tinggi republic
Sejak awal kemerdekaan di Jakarta pada masa pendudukan Belanda, telah
didirikan sekolah kedokteran sebagai kelanjutan dari zaman Ika Daigaku
Jepang. Pada bulan November 1946, Sekolah Tinggi Hukum serta Filsafat
dan Sastra juga dibuka. Setelah invasi militer I, dua perguruan tinggi
terakhir ditutup oleh Belanda dan tidak ada lagi secara resmi, sehingga
perguruan tinggi pada waktu itu dibagi menjadi dua, yaitu Perguruan
Tinggi Republik dan Perguruan Tinggi Masa Pendudukan Belanda. Tapi
kuliah tetap di rumah guru, jadi semacam kuliah privat. Sebelum invasi
militer pertama ke Malang, ada juga lembaga pendidikan tinggi republik.
6 Riska and Hudaidah, “Kebijakan Pemerintah Terhadap Kondisi Pendidikan Di Indonesia Pada
Masa Orde Lama (Periode 1945 – 1966),” Jurnal Ilmiah Pendidikan 3, no. 3 (2021): 824–29.
15
Demikian pula, ada sekolah tinggi teknik kedokteran hewan di Bandung
yang telah dipindahkan ke Yogyakarta.
9. Pendidikan Tinggi di Daerah Pendudukan Belanda
Atas prakarsa Belanda, pada Januari 1946 didirikan universitas darurat
(NOOD Universiteit) yang terdiri dari lima fakultas, yaitu fakultas
Kedokteran, Hukum, Sastra dan Filsafat dan Pertanian di Jakarta dan
Fakultas Teknik di Bandung. Pada bulan Maret 1947, oleh pemerintah
Belanda, nama universitas darurat tersebut resmi diubah menjadi nama
Universitas Indonesia (Universiteit Van Indonesia). Pada tahun 1947,
universitas juga berkembang dengan fakultas ilmu alam dan eksakta di
Bandung, kedokteran hewan di Bogor, kedokteran di Surabaya dan
ekonomi di Makassar (Ujung Pandang). Pada bulan Maret 1948, fakultas
pertanian dipindahkan ke Bogor.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan Agama diatur secara khusus dalam UU Nomor 4 Tahun 1950 pada
Bab XII pasal 20, yaitu :
Dalam sidang MPR yang menyusun GBHN sejak tahun 1973 hingga sekarang,
selalu ditegaskan bahwa pendidikan agama menjadi mata pelajaran wajib di
sekolah-sekolah negeri dalam semua jenjang pendidikan, bahkan pendidikan
agama sudah dikembangkan sejak Taman Kanak-kanak (BAB V pasal 9 ayat 1 PP
Nomor 27 sejak Tahun 1990 dalam UU Nomor 2 Tahun 1989).
17
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/WIN-10/Downloads/348-Article%20Text-1389-1-10-
20220811.pdf
18