Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH DASAR-DASAR PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Filosofi Pendidikan Indonesia


Dr. H. Carsiwan, M.Pd.

Oleh:

Aditya Kris Nur Maulana 2313834


Adi Nurdiansah 2313285
Adi Azid 2313114
Achmad Tri Choeri Mukti 2312913
Agisnu Andryan 2312822
Adi Sabilarosadi 2313023

PROGRAM PROFESI GURU PRAJABATAN PENDIDIKAN JASMANI DAN


KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Dasar-
Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara sebagai tanggung jawab dari mata kuliah
Filosofi Pendidikan Indonesia. Makalah ini disusun sebagai bukti telah menjalankan
mata kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih banyak kekurangan, baik dari segi susunan kalimat, tata bahasa, etika maupun
isi. Dengan itu, kami menerima segala saran dan kritik agar kami dapat memperbaiki
laporan ini. Demikian semoga makalah ini diterima sebagai ide atau gagasan yang
menambah kekayaan intelektual dalam bidang kajian media. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga untuk tim penulis.

Bandung, Desember 2023

Tim Satu
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan Makalah……....................................................................................5
D. Manfaat Makalah..........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
A. Kajian Teori..................................................................................................6
BAB III PENUTUP………………………………………………………………8
A. Kesimpulan …………………………….…………………………………...8
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1
Ayat 1 : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Sejak zaman kemerdekaan dahulu, para pejuang
sudah menyadari bahwa Pendidikan merupakan faktor penting dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pendidikan saat ini juga memegang peranan penting dalam
memajukan bangsa. Pendidikan menjadi media pembentukan watak serta peradaban
bangsa yang bermatabat.
Kemajuan dunia Pendidikan saat ini tidak dapat dilepaskan dari peran Pendidikan
sebagai aktor utama dunia pendidikan. Ki Hadjar Dewantara (KHD) mengemukakan
bahwa pendidikan anak perlu mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman
karena keduanya memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan kualitas
hidup anak. Dasar-dasar pendidikan Ki Hadjar Dewantara meliputi pandangan-
pandangannya tentang pendidikan, pengajaran, kodrat alam, kodrat zaman, budi
pekerti, dan kearifan lokal sosial budaya Indonesia. Ki Hadjar Dewantara meyakini
bahwa pendidikan bukan hanya tentang pemberian ilmu pengetahuan, tetapi juga
tentang pembentukan karakter, nilai-nilai, dan kecakapan hidup yang holistik. Selain
itu, Ki Hadjar Dewantara menekankan pentingnya kearifan lokal sosial budaya
Indonesia dalam pendidikan, serta bagaimana pendidikan dapat membantu manusia
untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah maka tersusunlah rumusan masalah sebagai berikut :
1) Apa itu Perjalanan pendidikan nasional?
2) Bagaimana Pendidikan masa penjajahan portugis, Belanda, Jepang?
3) Bagaimana pendidikan pada masa pasca kemerdekaan?
4) Kurikulum yang berlaku di Indonesia?
5) Model pendidikan seperti apa yang memerdekakan peserta didik?

C. Tujuan Makalah
Tujuan ditulisnya makalah ini sebagai berikut :
 Memenuhi tugas mata kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia
 Memperdalam pemahaman mengenai Dasar-Dasar Pendidikan pada masa
penjajahan
 Mengimplementasikan pemahaman kurikulum yang digunakan diindonesia
dan model yang diterapkan
D. Manfaat Observasi
Adapun manfaat yang diharapkan dari makalah sekolah adalah sebagai berikut :
 Bagi mahasiswa makalah ini memberikan pemahaman tambahan mengenai
mengenai Dasar-Dasar Pendidikan pada masa penjajahan
 Bagi dosen pengambu sebagai kajian terhadap capaian pembelajaran
mahasiswa mata kuliah Filosofi Pendidikan.
 Bagi masyarakat makalah ini bisa menjadi informasi baru atau informasi
dalam Mengimplementasikan pemahaman kurikulum yang digunakan
diindonesia dan model yang diterapkan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kajian Teori
a) Perjalanan Pendidikan Nasional
Perjalanan Pendidikan nasional dimulai pada sejak era kolonialisme. Pendidikan
digunakan sebagai alat memenuhi kebutuhan para penjajah bangsa. Sementara itu di
masa setelah kemerdekaan, tujuan pendidikan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan
bangsaKi Hadjar Dewantara juga menekankan pentingnya kearifan lokal sosial
budaya Indonesia dalam pendidikan . Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak
hanya menjadi tempat untuk menyebarkan pengetahuan, tetapi juga untuk memastikan
bahwa nilai-nilai budaya lokal dipertahankan dan diteruskan kepada generasi
mendatang. Dengan demikian, pendidikan dapat menjadi tempat persemaian benih-
benih kebudayaan dalam masyarakat dengan memastikan bahwa nilai-nilai budaya
lokal diperkenalkan, dipelihara, dan diintegrasikan ke dalam proses pendidikan,
sehingga generasi mendatang dapat memahami, menghargai, dan meneruskan warisan
budaya yang dimiliki oleh masyarakat.
b) Pendidikan Pada Masa Penjajahan Portugis, Belanda, dan jepang
Sejarah pendidikan Indonesia telah ada sejak zaman penjajahan, di mana sekolah
modern diperkenalkan sejak abad ke-16, tepatnya ketika bangsa Portugis
menginjakkan kakinya di Tanah Air. ada tujuh kampung di Ambon, Maluku, yang
telah memeluk agama Katolik Roma. Di sekolah Katolik itu, mereka mendapat
pelajaran agama dan dilengkapi dengan pelajaran baca, tulis, berhitung dan
pemahaman bahasa Latin. Namun demikian, tidak diketahui secara pasti bahasa
apa yang digunakan oleh para pengajar dan masyarakat Ambon kala itu dalam
kegiatan belajar-mengajar.
Pada masa pemerintahan Jepang pendidikan tingkat dasar menjadi satu macam
yakni Sekolah Dasar 6 tahun. Maksud dari Jepang untuk menyeragamkan Sekolah
Dasar tersebut supaya dalam pengawasannya, baik isi maupun
penyelenggaraannya. Ditinjau dan segi pendidikan, penyeragaman tersebut
malahan menguntungkan bagi kita, yaitu dengan hapusnya diskriminasi. Pada
dasarnya pendidikan melalui sekolah-sekolah ini hendak di Jepangkan.Tindakan
Jepang dalam men-Jepang-kan Indonesia di bidang pendidikan ini dapat kita lihat
dengan latihan bagi guru-guru di Jakarta untuk diindoktrinasi dengan Hokko Iciu
(kemakmuran Bersama)
c) Pendidikan Pasca Kemerdekaan
Pada orde lama, paradigma pendidikan nasional masih memposisikan peserta
didik sebagai objek dan guru sebagai subjek setral dalam pembelajaran. Guru
menentukan apa saja yang diperoleh siswa dikelas, dan guru pula yang
menentukan satndar keberhasilan siswa dalam proses pendidikan (Syaharuddi &
Susanto, 2019)
Pada masa Orde Baru, kebijakan pendidikan bersifat sentralistik, atau terpusat.
Pada masa Orde Baru, pendidikan dijadikan alat untuk pembangunan ekonomi
nasional. Pendidikan dilaksanakan di bawah kekuasaan administrasi birokrasi
yang berwibawa yang di maksud untuk menghasilkan patriot bangsa yang rela
berkorban untuk bangsa dan negaranya (Rifai, 2011)
Di era reformasi setidaknya ada empat kebijakan pendidikan yang menjadi agenda
perbaikan sistem pendidikan nasional. Keempat program di bidang pendidikan
yaitu: (1) peningkatan mutu pendidikan; (2) efisiensi pengelolaan pendidikan; (3)
relevansi pendi- dikan, dan (4) pemerataan pelayanan pendidikan.
d) Kurikulum yang berlaku di Indonesia
Kurikulum memiliki arti penting dan strategis dalam penyelenggaraan pendidikan sebagai
arahan dan pedoman dalam pelaksanaan Pendidikan. Setelah kemerdekaan, tercatat
bahwa kurikulum di Indonesia sudah mengalami pergantian hingga kurang lebih sepuluh
kali. Mengutip dari buku Perkembangan Kurikulum SMA di Indonesia dari
Kemendikbud, perubahan kurikulum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
konstelasi politik, sosial, dan budaya bangsa Indonesia yang selalu berkembang dari satu
masa ke masa berikutnya. Berikut ini rangkuman perjalanan kurikulum Indonesia yang
dikutip dari publikasi Kemendikbud, buku Politik Kebijakan Pengembangan Kurikulum
di Indonesia karya Alhamduddin, dan Perencanaan Pembelajaran Untuk Kejuruan karya
Dr. Tuti Iriani, serta M. Aghpin Ramadhan.

1. Rentjana Pelajaran 1947


Kurikulum 1947 juga dikenal dengan istilah Rentjana Pelajaran 1947. Perubahan arah
pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan
nasional.
2. Rentjana Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum 1952 menjadi penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya dan diberi nama
Rentjana Pelajaran Terurai Tahun 1952. Hal yang paling menonjol sekaligus menjadi ciri
khas kurikulum ini adalah konsep tematik.

3. Rentjana Pendidikan 1964


Isu yang berkembang pada kurikulum ini adalah konsep pembelajaran aktif, kreatif, dan
produktif. Melalui konsep ini, pemerintah menetapkan hari Sabtu adalah hari krida.
Artinya, siswa diberi kebebasan untuk berlatih berbagai kegiatan sesuai dengan minat
bakatnya.

4. Kurikulum 1968
Tujuannya lebih ditekankan untuk mempertinggi mental, moral, budi pekerti, dan
keyakinan beragama. Ciri khusus yang menonjol dari kurikulum 1968 adalah correlated
subject curriculum.
5. Kurikulum 1975
Pemerintah kemudian menyempurnakan kurikulum 1968 pada tahun 1975. Latar
belakang kelahirannya akibat dari sejumlah perubahan oleh pembangunan nasional.
Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI)

6. Kurikulum 1984
Kurikulum ini lahir karena kurikulum 1975 disebut tidak bisa mengejar kemajuan pesat
masyarakat. Ciri khususnya, kurikulum 1984 lebih mengedepankan keaktifan siswa
dalam belajar. Pengembangan proses belajar inilah yang disebut dengan pendekatan Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA).

7. Kurikulum 1994
Pada tahun 1994 pemerintah memperbarui kurikulum sebagai upaya memadukan
kurikulum-kurikulum sebelumnya, terutama Kurikulum 1975 dan 1984. Beberapa
perubahannya, mulai dari perubahan sistem pembagian waktu pelajaran dari semester ke
caturwulan.

8. Kurikulum 2004
Pada tahun 2004 melahirkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai pengganti
Kurikulum 1994, kemudian dikembangkan pula kurikulum yang semula berbasis materi
diubah menjadi berbasis kompetensi

9. Kurikulum 2006
Kurikulum 2006 inilah yang biasa dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan diberlakukan sejak Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional yang kemudian dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No 10 tahun
2003.

10. Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pendidikan karakter. Implementasinya,
pendidikan karakter diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi.
Selain itu, kurikulum ini menekankan pada pembentukan sikap spiritual pada Kompetensi
Inti 1 (KI 1) dan sikap sosial pada Kompetensi Inti 2 (KI 2). Kurikulum 2013 hingga saat
ini masih berlaku dan diterapkan di sekolah-sekolah Indonesia.

e) Model pendidikan yang memerdekakan peserta didik

Model pendidikan yang memerdekakan peserta didik pada dasarnya merupakan


model pendidikan yang menyesuaikan perkembangan zaman dan menyesuaikan
karakteristik peserta didik, khususnya pada abad 21 saat ini generasi Z dan
generasi alpa. Sejauh ini model pendidikan indonesia lebih banyak menggunakan
setting belajar sinkronus langsung, oleh karena itu model pendidikan nasional
yang memerdekakan peserta didik seharusnya mampu memberikan alternatif yang
beragam
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pandangan Ki Hadjar Dewantara, dapat disimpulkan bahwa dasar-dasar
pendidikan menurut beliau meliputi pemahaman tentang kodrat alam, kodrat zaman,
budi pekerti, kearifan lokal sosial budaya Indonesia, serta tujuan pendidikan untuk
membantu manusia mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa pendidikan anak perlu mempertimbangkan
kedua aspek tersebut:
1. Relevansi dengan Lingkungan Tempat Anak Tumbuh
Kodrat Alam: Lingkungan tempat anak tinggal, termasuk sifat alaminya,
memengaruhi perkembangan dan pemahaman anak terhadap dunia. Pendidikan yang
mempertimbangkan kodrat alam akan lebih relevan dengan realitas sekitar anak,
memungkinkan mereka mengenali dan memahami lingkungan tempat mereka hidup.
Kodrat Zaman: Mengikuti perkembangan zaman memastikan bahwa pendidikan
memberikan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan zaman.
Anak perlu disiapkan untuk tantangan dan peluang yang muncul dalam dunia yang
terus berubah.
2. Membentuk Keterampilan yang Relevan
Kodrat Alam: Pendidikan yang mempertimbangkan kodrat alam dapat membantu
anak mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan
karakteristik alam dan kearifan lokal, seperti pertanian, keberlanjutan lingkungan,
atau kearifan lokal lainnya.
Kodrat Zaman: Mengikuti perkembangan zaman memastikan bahwa anak diberikan
keterampilan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat dan pasar kerja modern,
seperti keterampilan teknologi informasi, kreativitas, dan pemecahan masalah.
3. Pentingnya Kearifan Lokal dan Global
Kodrat Alam: Setiap daerah memiliki kearifan lokal yang berbeda-beda. Memahami
dan menghargai kearifan lokal dapat membantu anak mengembangkan identitas dan
rasa bangga terhadap budaya mereka.
Kodrat Zaman: Meskipun globalisasi hadir, tetapi tetap penting untuk
mempertimbangkan kearifan lokal dalam konteks global. Pendidikan yang
mencerminkan nilai-nilai lokal tetapi juga terbuka terhadap perkembangan global
akan membentuk individu yang memiliki wawasan luas.
4. Mengembangkan Keseimbangan Hidup
Kodrat Alam dan Zaman: Pendekatan holistik yang mempertimbangkan kodrat alam
dan zaman dapat membantu anak mengembangkan keseimbangan hidup. Mereka
tidak hanya siap menghadapi perubahan zaman, tetapi juga tetap terhubung dengan
akar budaya dan nilai-nilai lingkungan tempat mereka tumbuh.
5. Menumbuhkan Kesadaran Sosial
Kodrat Alam dan Zaman: Pendidikan yang mempertimbangkan kedua aspek ini dapat
membantu anak mengembangkan kesadaran sosial, yakni pemahaman tentang diri
mereka dalam konteks alam dan zaman. Mereka belajar bagaimana berinteraksi
dengan lingkungan sekitar dan mengambil peran dalam masyarakat.
Dengan mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman, pendidikan dapat lebih
efektif mempersiapkan anak-anak untuk menjadi individu yang memiliki
keseimbangan antara kearifan lokal dan global, serta siap menghadapi perubahan
zaman yang dinamis.
Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara bukan hanya tentang pemberian ilmu
pengetahuan, tetapi juga tentang pembentukan karakter, nilai-nilai, dan kecakapan
hidup yang holistik. Selain itu, pendidikan juga diharapkan dapat membantu manusia
untuk memahami dan menghargai nilai-nilai budaya lokal, sehingga dapat menjadi
bagian dari upaya untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab.
DAFTAR PUSTAKA

Kemendikbud. 2022. Mata Kuliah Inti Filosofi Pendidikan Indonesia 2022. Jakarta.
Pemerintah Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta.
Yanuarti, Eka. 2017. Pemikiran Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Relavansinya dengan
kurikulum 13. Jurnal Penelitian,Vol. 11, No. 2. Bengkulu

Anda mungkin juga menyukai