Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

TOPIK 4 MK FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA

Disusun oleh :

Masruri (23104160002)
Toni Widyantara (23104160063)

PENDIDIKAN PROFESI GURU

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Filosofi Pendidikan Indonesia ini dengan lancar. Penyusunan laporan
ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia.
Penyusunan makalah ini melibatkan berbagai pihak, oleh karena itu, kami
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Sumaryanto, M.Kes., selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dr. Supartinah, S.Pd., M.Hum selaku Ketua PPG Prajabatan UNY.

3. Dr. Hedi Ardiyanto Hermawan, S.Pd., M.Or. selaku Koordinator PPL PPG
Prajabatan PJKR UNY.
4. Bapak Fathan Nurcahyo, M. Or. selaku pengampu mata kuliah Filosofi
Pendidikan Indonesia
Dalam penyusunan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan dan
kesalahan untuk itu mohon kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat baik untuk
pembaca pada umumnya dan penyusun pada khususnya.

Yogyakarta, 25 September 2023


penyusun

Masruri dan Toni Widyantara


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara


B. Kepemimpinan Di Indonesia
C. Rumpun Ilmu Kependidikan
D. Tinjauan Filososfi Pendidikan
E. Ilmu Pengetahuan untuk pendidikan dan peradaban

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sebuah kata yang sudah sangat akrab dalam
kehidupan sehari-hari. Pendidikan diartikan sebuah usaha sadar dan sistematis
yang bertujuan untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Pendidikan memiliki
kaitan yang erat dengan setiap perubahan sosial, baik berupa dinamika
perkembangan individu maupun proses sosial dalam hitungan skala yang lebih
luas. Pendidikan diartikan sebagai pengembangan paradigma intelektual. Dalam
paradigma ini, peserta didik diharapkan akan memiliki kesiapan mental dan
kemampuan teoritik dalam menjalani kehidupannya yang selalu berubah dalam
kompleksitas modern. Pendidikan merupakan wahana penting dan media yang
efektif untuk mengajarkan norma, mensosialisasikan nilai, dan menanamkan etos
kerja dikalangan warga masyarkat. Pendidikan dapat juga menjadi bagian dari
instrument untuk membangun dan memupuk kepribadian bangsa, memperkuat
identitas nasional, dan memantapkan jati diri bangsa. Pendidikan dapat menjadi
wahana strategis untuk membangun kesadaran kolektif sebagai warga dengan
mengukuhkan ikatan-ikatan social, tetap menghargai keragaman budaya, ras,
suku-bangsa, agama, sehingga dapat memantapkan keutuhan nasional.

Tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia


seutuhnya, yaitu manusia yang memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan
yang maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mandiri, tangguh, cerdas,
kreatif, disiplin, beretos kerja, professional, bertanggung jawab, produktif, dan
sehat jasamani-rohani. Berbagai pemikiran dasar tentang pendidikan banyak
dicetuskan oleh tokoh-tokoh intelektual. Ki Hadjar Dewantara sebagai salah satu
tokoh pendidikan di Indonesia yang pemikirannya sampai saat ini masih
digunakan. Pendidikan mendorong suatu bangsa untuk maju kearah yang lebih
baik dan selalu unggul dalam berbagai bidang. Ilmu pengetahuan menjadi salah
satu hal yang mendasari pendidikan, sehingga beradaban suatu bangsa bisa terus
berkembang.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan di
Indonesia?
2. Bagaimana kepemimpinan yang di lakukan di Indonesia?
3. Bagaimana rumpun ilmu kependidikan?
4. Bagaimana tinjauan filosofi pendidikan?
5. Bagaimana ilmu pengetahuan untuk pendidikan dan peradaban?
BAB II

KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Kajian Teori
1. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
Menurut Ki Hadjar Dewantara (KHD) bahwa pendidikan dan
pengajaran memiliki arti yang berbeda. Ki Hajar Dewantara menyatakan
bahwa Pendidikan (opvoeding) adalah memberi tuntunan terhadap segala
kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan
dan kebahagiaan yang setinggi- tingginya baik sebagai seorang manusia
maupun sebagai anggota masyarakat. Sedangkan Pengajaran merupakan
proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan
hidup anak secara lahir dan batin. Sehingga pendidikan dan pengajaran
merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan
hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya
dalam arti yang seluas- luasnya.
Ki Hadjar Dewantara juga menjelaskan bahwa Pendidikan adalah
tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat dan
meyakini bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab
maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya.
Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai
kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan kepada generasi
berikutnya . Oleh karena itu untuk menghasilkan manusia yang berbudaya
maka pendidikan tidak boleh terserabut dari akar budaya kearifan lokal
yang menjadi identitas kita sebagai warga bangsa. Maka sudah merupakan
sesuatu yang tepat dan penting apabila program pendidikan sekarang ini
yang menitik beratkan pada bagaimana supaya generasi muda bangsa ini
disamping memiliki kompetensi intelektual tetapi juga memiliki
kompetensi sikap atau karakter yang sejalan dengan nilai-nilai agama dan
budaya yang telah mengkristal di dalam nilai-nilai pancasila sebagai dasar
negara kita yang telah menjadi pandangan hidup bagi setiap warga bangsa
Indonesia.
Ki Hadjar Dewantara juga mengatakan bahwa hendaknya pendidik
atau guru untuk tetap terbuka atau melakukan berbagai pembaharuan tetapi
tetap harus waspada terhadap perubahan yang terjadi. Kita boleh meniru
atau mengadopsi sesuatu yang datang dari luar tetapi kita harus
mempertimbangkan bahwa Indonesiajuga memiliki potensi-potensi
kultural yang dapat dijadikan sebagi sumber belajar. Hal ini juga sejalan
dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang mengelaborasi pendidikan
terkait kudrat alam dan kudrat jaman. Kita diberi kebebasan utnuk
melakukan pembaharauan yang disesuaikan dengan kepentingan atau
kebutuhan murid sesuai dengan kudrat alam dan kudrat jaman tetapi
jangan sampai meninggalkan nilai-nilai kearifan lokal yang sesuai dengan
dasar atau asas kebangsaan yang tidak bertentangan dengan sifat-sifat
kemanusiaan.
Dalam konteks pendidikan Indonesia saat ini terdapat konsep
merdeka belajar yang telah dicanangkan oleh mas menteri pendidikan
Nadiem Anwar Makariem yang dilanjutkan dengan diterapkannya
kurikulum merdeka. Merdeka belajar adalah belajar yang diatur sendiri
oleh pelajar, pelajar yang menentukan tujuan, cara dan penilaian
belajarnya. Dari sudut pandang pengajar atau guru merdeka belajar berarti
belajar yang melibatkan murid dalam penentuan tujuan, memberi pilihan
cara, dan melakukan refleksi terhadap proses dan hasil belajar. Kenapa
merdeka belajar? Dengan merdeka belajar murid akan lebih mandiri
mengerjakan tugas belajar, tahan menghadapi kesulitan, serta adaftif
menghadapi perubahan.
Konsep ini seiring dan sejalan dengan pemikiran Ki Hadjar
Dewantara yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah menuntun
segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu
hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak. Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak,
peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu
seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani di lahan
yang telah disediakan. Dengan demikian bahwa peran pendidik atau guru
adalah menuntun murid agar dapat mengembangkan potensi kodrat yang
mereka miliki, murid hendaknya diberi kebebasan atau kemerdekaan untuk
memilih cara mana yang mereka sukai untuk mengembangkan potensi
kudratinya. Disamping itu juga mengandung makna bahwa seorang guru
diberi kebebasan untuk menuntun muridnya dengan berbagai metode atau
cara yang tentunya sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan murid.
Seiring dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara tersebut maka
dalam paradigma baru pembelajaran saat ini dikembangkanlah
pembelajaran yang berpusat pada murid (student center) bukan lagi
berpusat pada guru (ticher center) dimana murid harus dijadikan sebagai
subyek atau pembelajar. Kegiatan pembelajaran tidak lagi menjadikan
guru sebagai satu-satunya sumber belajar atau kegiatan pembelajaran tidak
lagi hanya aktivitas memindahkan pengetahuan guru kepada murid, tetapi
jauh dari itu yaitu murid harus terlibat aktif menjadi pembelajar,
membangun pengetahuan sendiri dengan bantuan dari guru dan berbagai
sumber belajar lainnya sehingga pengetahuan atau pengalaman belajar
yang diperoleh menjadi sangat bermakna.
Agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan apa
yang menjadi kebutuhan dan berpusat pada murid maka perlu menerapkan
pembelajaran yang berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi adalah
usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi
kebutuhan belajar individu setiap murid. Oleh karena itu untuk dapat
melaksanakan pembelajaran yang berdiferensiasi guru harus melakukan
pemetaan atau identifikasi terlebih dahulu terhadap tiga aspek kebutuhan
belajar murid yaitu; kesiapan belajar murid, minat belajar murid, dan profil
belajar murid. Apabila ini sudah dilakukan maka selanjutnya adalah
melakukan kegiatan belajar mengajar yang berdiferensiasi dengan
menyiapkan variasi pendekatan pembelajaran ditengah keberagaman
karaktersitik murid yang ada. Hal ini menuntut kreatifitas atau inovasi dari
guru untuk melakukannya.
2. Kepemimpinan Di Indonesia
Kepemimpinan adalah konsep manajemen dalam kehidupan yang
penting untuk diterapkan dalam kehidupan. Konsep filososif
kepemimpinan oleh Ki Hadjar Dewantara ada tiga, yaitu Ing Ngarsa Sung
Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tutwuri Handayani. Ketiga kalimat
tersebut apabila diartikan adalah “di depan memberi teladan, di tengah
memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan”.
1. Ing Ngarsa Sung Tuladha
Ing Ngarsa Sung Tuladha memiliki makna jika seseorang yang
berada di depan, harus dapat memberi contoh kepada orang di
belakangnya. Artinya ketika Anda menjadi seorang pemimpin maka harus
dapat menjadi contoh yang baik bagi tim dan karyawan Anda. Tim Anda
tidak hanya memperhatikan perilaku Anda secara pribadi, namun meliputi
nilai-nilai budaya yang tertanam dalam diri Anda.
2. Ing Madya Mangun Karsa
Ing Madya Mangun Karsa memiliki makna Anda yang berada di
tengah harus mampu menempatkan diri dan menyemangati. Sebagai
seorang pemimpin, ketika Anda berapa diantara tim Anda, Anda harus
dapat memberi semangat, motivasi, dan energi.
3. Tutwuri Handayani
Tutwuri Handayani mempunyai arti seorang pemimpin harus dapat
memberikan dorongan dan arahan. Sebagai seorang pemimpin Anda harus
mampu memberikan arahan pada agar sejalan dengan visi, misi, dan
strategi yang ditetapkan.
a) Macam-Macam Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai
suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin yang menyangkut
kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya
membentuk suatupola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya
kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang
disampaikan oleh Davis dan Newstrom dalam Aspizain Chaniago (2015).
Keduanya menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara keseluruhan
seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan tersebut dikenal
sebagai gaya kepemimpinan.
1. Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian
Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan
kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala
pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang
otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang
telah diberikan. Gaya Kepemimpinan Otoriter Adalah gaya pemimpin
yang telah memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang ingin
diambil dari dirinya sendiri dengan secara penuh. Segala pembagian tugas
dan tanggung jawab akan dipegang oleh si pemimpin yang bergaya
otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya sekedar melaksanakan
tugas yang sudah diberikan. Tipe kepemimpinan yang otoriter biasanya
mengarah kepada tugas. Artinya dengan adanya tugas yang telah diberikan
oleh suatu lembaga atau suatu organisasi, maka kebijaksanaan dari
lembaganya ini mesti diproyeksikan dalam bagaimana ia dalam
memerintah kepada bawahannya agar mendapatkan kebijaksanaan tersebut
dapat tercapai dengan baik. Di sini bawahan hanyalah menjadi suatu mesin
yang hanya sekedar digerakkan sesuai dengan kehendaknya sendiri,
inisiatif yang datang dari bawahan sama sekali tidak pernah sekalipun
diperhatikan.
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis / Democratic
Gaya kepemimpinan demokratis adalah suatu kemampuan dalam
mempengaruh orang lain agar dapat bersedia untuk bekerja sama dalam
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dengan berbagai cara atau kegiatan
yang dapat dilakukan dimana ditentukan bersama antara bawahan dan
pimpinan. Gaya tersebut terkadan disebut sebagai gaya kepemimpinan
yang terpusat pada anak buah, kepemimpinan dengan adanya
kesederajatan, kepemimpinan partisipatif atau konsultatif. Pemimpin yang
berkonsultasi kepada anak buahnya dalam merumuskan suatu tindakan
putusan bersama. Adapun ciri-ciri dari gaya kepemimpinan demokratis ini
yaitu memiliki wewenang pemimpin yang tidak mutlah, pimpinan bersedia
dalam melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan, kebijakan dan
keputusan itu dibuat bersama antara bawahan dan pimpinan, komunikasi
dapat berlangsung dua arah dimana pimpinan ke bawahan dan begitupun
sebaliknya, pengawasan terhadap (sikap, perbuatan, tingkah laku atau
kegiatan) kepada bawahan dilakukan dengan wajar, prakarsa bisa datang
dari bawahan atau pimpinan, bawahan memiliki banyak kesempatan dalam
menyampaikan saran atau pendapat dan tugas-tugas yang diberikan kepada
bawahan bersifat permintaan dengan mengenyampingkan sifat instruksi,
dan pimpinan akan memperhatikan dalam bertindak dan bersikap untuk
memunculkan saling percaya dan saling menghormati.
3. Gaya Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire
Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di
mana para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan
penyelesaian masalah yang dihadapi. Gaya ini akan mendorong
kemampuan anggota dalam mengambil inisiatif. Kurang interaksi dan
kontrol yang telah dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya tersebut hanya
dapat berjalan jika bawahan mampu memperlihatkan tingkat kompetensi
dan keyakinan dalam mengejar tujuan dan sasaran yangcukup tinggi.
Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin sedikit sekali dalam
menggunakan kekuasaannya atau sama sekali telah membiarkan anak
buahnya untuk berbuat dalam sesuka hatinya.

3. Rumpun Ilmu Kependidikan


a. Rumpun Ilmu Agama
Rumpun ilmu agama merupakan rumpun ilmu pengetahuan yang
mengkaji keyakinan tentang ketuhanan atau ketauhidan serta teks-teks suci
agama. Rumpun ini terdiri dari pohon ilmu agama Budha, Hindu, Islam,
Katolik, dan Kristen. Beberapa jurusan kuliah yang dibentuk dari rumpun
tersebut seperti ilmu teologi, pendidikan agama Hindu, ilmu Al Quran dan
tafsir, hingga ilmu tasawuf
b. Rumpun Ilmu Humaniora
Rumpun ilmu humaniora adalah rumpun ilmu pengetahuan yang
mengkaji dan mendalami nilai kemanusiaan dan pemikiran manusia.
Rumpun ilmu ini terdiri dari pohon ilmu filsafat, linguistik, sejarah, seni,
dan susastera. Sejumlah jurusan kuliah yang ditemui di perguruan tinggi
antara lain filsafat, seni rupa, kriya logam, seni lukis, linguistik, kajian
bahasa Inggris, sastra Arab, hingga sastra Melayu.
c. Rumpun Ilmu Sosial
Rumpun ilmu sosial mengkaji dan mendalami hubungan antar
manusia dan berbagai fenomena masyarakat. Rumpun ilmu ini terdiri dari
pohon ilmu antropologi, arkeologi, ekonomika, ilmu politik, kajian gender,
kajian wilayah dan budaya, kependudukan, psikologi, dan sosiologi.
Beberapa jurusan kuliah dari rumpun ilmu ini antara lain arkeologi, kajian
Timur Tengah, ekonomi pembangunan, kajian gender, kajian perempuan,
geografi, hubungan internasional, studi kebijakan, hingga psikologi
pendidikan.
d. Rumpun Ilmu Alam
Rumpun ilmu alam merupakan rumpun yang mengkaji dan
mendalami alam semesta selain manusia. Rumpun ini terdiri dari pohon
ilmu kimia, ilmu kebumian, ilmu hayati, fisika, dan sains dirgantara.
Jurusan kuliah yang dapat kamu temui antara lain analisis kimia, biokimia,
sains kebumian, ilmu hingkungan, hidrologi, biologi tumbuhan,
mikrobiologi pertanian, hingga fisika.
e. Rumpun Ilmu Formal
Rumpun ilmu formal adalah rumpun ilmu pengetahuan yang
mengkaji dan mendalami tentang sistem formal teoritis. Rumpun ilmu ini
terdiri dari pohon ilmu komputer, logika, matematika, sains sistem, dan
statistika. Beberapa jurusan yang dihasilkan dari rumpun ini mulai dari
ilmu komputer, informatika, sistem informasi, teknik komputer grafis,
teknologi informasi, matematika, hingga studi aktuaria.
f. Rumpun Ilmu Terapan
Rumpun ilmu terapan merupakan rumpun ilmu pengetahuan dan
teknologi yang mengkaji dan mendalami aplikasi ilmu bagi kehidupan
manusia. Rumpun ini terdiri dari pohon ilmu akuntansi, administrasi
publik, animasi, arsitektur dan desain, biomanajemen, bioteknologi, bisnis,
dan hukum. Selain itu ada ilmu keolahragaan, ilmu kesehatan, ilmu
komunikasi, ilmu militer, kebijakan publik, kesejahteraan sosial,
lingkungan, pendidikan, pertanian, pariwisata, teknik, sains informasi, dan
transportasi. Beberapa jurusan kuliah yang ada di perguruan tinggi seperti
pengolahan hasil laut, agroteknologi, arsitektur, perencanaan wilayah dan
kota, desain produk, desain interior, desain mode, akuntansi, manajemen,
hingga logistik pembekalan.

4. Tinjauan Filososfi Pendidikan


Pendidikan di Indonesia merupakan salah satu bidang yang
menjadi sorotan utama pemerintah. Pendidikan merupakan salah satu
unsur dari aspek sosial budaya yang berperan sangat strategis dalam
pembinaan keluarga, masyarakat dan bangsa (Syarif, 2007). Dari UUD
1945 Pasal 31 ayat (2) dilihat bahwa pemerintah memberi kewajiban
warga negara untuk memenuhi pendidikan dan pemerintah bertanggung
jawab untuk membiayai pendidikan. Pada implementasinya, pendidikan di
Indonesia mengacu pada Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar serta proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Rahman et al., 2022). Dalam
pengertian lain dijelaskan bahwa Pendidikan merupakan suatu proses yang
diperlukan untuk mendapatkan keseimbangan dan kesempurnaan dalam
perkembangan individu maupun masyarakat. Pendidikan merupakan
seluruh pengetahuan belajar yang terjadi sepanjang hayat dalam semua
tempat serta situasi yang memberikan pengaruh positif pada pertumbuhan
setiap makhluk individu (Nurkholis, 2013; Pristiwanti et al., 2022). Hal ini
berarti bahwa pendidikan adalah proses aktif seseorang yang bertujuan
untuk mengembangkan potensi diri agar dapat berguna bagi diri,
masyarakat dan bangsa.
Agar pendidikan dapat terwujud secara nyata dan sesuai dengan
tujuannya, maka pengembangan pendidikan senantiasa harus dilakukan.
Pengembangan pendidikan tidak dapat terlepas dari teori-teori yang
melandasi pendidikan. hal tersebut erat kaitannya dengan dasar filsafat
pendidikan yang dapat diterjemahkan secara ontologis, epistimologi dan
aksiologi (Hikmawan, 2017). Secara ontologis berkaitan dengan hakikat
fundamental mengenai pendidikan. Secara epistemology berkaitan dengan
standar penentuan system pendidikan. Sedangkan secara aksiologi hal ini
berkaitan dengan penerapan proses pendidikan. Penjelasan dari masing-
masing akan dijelaskan lebih lanjut dalam penelitian ini.
a. Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang bidang ilmu filsafat yang menelaah
tentang hakikat nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan
yang diperoleh (Fithriani, 2017; Ridwanudin, 2015). Aksiologi
membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan serta bagaimana manusia
menggunakan ilmu tersebut (Nuzulah et al., 2017). Maka dapat dikatakan
bahwa aksiologi adalah bagaimana mencapai manfaat yang terdapat dalam
suatu pengetahuan. Dalam penjabaran lain menyebutkan bahwa aksiologi
juga menunjukkan kaidah-kaidah yang harus diperhatikan dalam
menjalankan ilmu praktis, dimana ilmu pengetahuan harus dapat
dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat manusia di segala aspek
kehidupan (Mahfud, 2018). Maka dapat disimpulkan adanya keterkaitan
aksiologi dengan pendidikan yaitu bagaimana seorang individu dapat
menggunakan ilmu yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang baik dengan
cara yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Seorang individu yang berhasil menerapkan pengetahuan sebagai cara
untuk mengatasi masalahnya adalah perwujudan pendidikan dalam
tinjauan aksiologis.
b. Ontologi
Ontologi adalah salah satu landasan kajian filsafat yang
mempelajari tentang realita yang ada. Yang dimaksud engan realita adalah
hal yang nyata yang sudah terbukti keberadaannya (Abidin et al., 2022).
Ontologi merupakan kajian yang bertujuan memperolehdan memahami
sesuatu yang ada dengan melihat latar belakang dan alas an mengapa hal
tersebut harus ada sehingga ilmu pengetahuan didapatkan. Hal ini
memunculkan ontology sebagai hal yang memunculkan pertanyaan
seputar apa hakikat keberadaan dari kenyataan yang saat ini ada (Sirait &
Simanjuntak, 2021). Dalam realitanya, ontologi pendidikan berusaha
mengupas tentang hakikat pendidikan, kenyataan dalam pendidikan
dengan segala pola organisasi yang melingkupinya, yang meliputi
hakikat tujuan pendidikan, hakikat manusia sebagai subjek pendidikan
yang ditekankan kepada pendidik dan peserta didik, dan hakikat kurikulum
pendidikan (Uswatun Chasanah,2017).
Manusia dilihat sebagai subjek pendidikan yang memiliki potensi
pengembangan diri yang mampu mengaktualisasi diri. Maka dalam
pelaksanaannya, pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia
sebagai individu yang dapat mengembangkan dirinya untuk mencapai
aktualisasi. Hakikat pendidikan berakar dari kebutuhan hidup manusia
yang berhubungan dengan proses berpikir serta berkemandirian dalam
berbagai macam hal baik (Hikmawan, 2017; Mahfud, 2018). Maka dengan
penjelasan sebelumnya, dapat dijabarkan bahwa pendidikan secara
ontology menggambarkan pendidikan yang memanusiakan manusia.
Pendidikan yang ramah manusia, yang mana pendidikan tersebut dapat
dipisah-pisahkan menurut bidang ilmunya. Sehingga seorang individu
lebih mudah memahami isi hakekat dari bidang ilmu tersebut
c. Epistimologi
Epistemologi adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal,
sifat, karakter dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang
paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat misalnya
tentang apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta
hubungan dengan kebenaran dan keyakinan (Devinta et al., 2017). Pada
hakekatnya, epistemologi membahas tentang pengetahuan, yang berkaitan
dengan apa itu pengetahuan dan bagaimana memperoleh pengetahuan
tersebut. Epistemologi diperlukan dalam pendidikan salah satunya adalah
pada saat penyusunan dasar kurikulum, yaitu mengenai cara dan metode
penyampaian pembelajaran (Djollong, 2015).
.
5. Ilmu Pengetahuan untuk pendidikan dan peradaban
Bangsa Indonesia pada era globalisasi memang membutuhkan
IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknoligi), hal tersebut dapat kita
lihat dengan berkembangnya dunia pendidikan diberbagai bidang. Hal ini
menunjang kemajuan pendidikan dalam berbagai ilmu pengetahuan,
semakin banyak munculnya berbagai bidang ilmu pengetahuan maka
semakin mudah bagi kita untuk menguasai bidang ilmu yang kita tekuni.
Melalui pendidikan, manusia diharapkan dapat meningkatkan dan
mengembangkan segala kemungkinan yang telah diberikan Tuhan
kepada mereka,menjadi lebih baik, lebih berbudaya, dan lebih manusiawi.
Kegiatan pendidikan yang dilaksanakan harus berorientasi agar hasilnya
tersedia dalam bentuk pengembangan potensi manusia, yang nantinya
dapat berdaya guna dan berhasil guna serta memenuhi tujuan yang
diharapkan
Pengetahuan merupakan sumber utama peradaban bangsa,
maju atau tidaknya,dan diawali dengan perhatian masyarakat terhadap
ilmu pengetahuan. Hal ini dibuktikan dengan berbagai peradaban
dunia yang telah menjadikan negara ini semakin beradab, berdasarkan
pemikiran-pemikiran kepribadian pada saat itu. Oleh karena itu,
pengetahuan sangat penting dan perlu mendapat perhatian untuk
menjalani kehidupan yang lebih baik.
a. Ilmu Pengetahuan
Pengertian ilmu berasal dari kata bahasa Arab ‘ilm, Inggris
science, Belanda watenchap, dan Jerman wissenchaf. Ilmu merupakan
hal yang urgen dalam kehidupan manusia di dunia agar manusia
meningkat kualitas dan kemampuan diri serta mengangkat
eksistensinya. Definisi ilmu menurut Harre adalah kumpulan teori-
teori yang sudah diuji coba yang menjelaskan pola teratur ataupun
tidak teratur diantara fenomena yang dipelajari secara hati-hati.
Definisi pemikir Marxis bangsa Rusia bernama Alfensyef menjelaskan
ilmu pengetahuan: Science is the society and thought, if reflect the word
corecctness, categories and laus the recivied by proctical experince.
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan manusia tentang alam,
masyarakat, dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep,
kategori-kategori, dan kebenarannya diuji dengan praktis. Definisi
ilmu pengetahuan secara umum adalah suatu pengetahuan tentang
objek tertentu yang disusun secara sistematis objektif rasional dan
empiris sebagai hasil.
Tidak semua pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan, namun
mempunyai karakteristik khusus. Adapun karakteristik khusus ilmu
pengetahuan adalah sebagai berikut:
1)Disusun secara metodis, sistematis, dan kohern (bertalian) tentang suatu
bidang tertentu dan kenyataan (realitas).
2)Dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang
(pengetahuan) tersebut. Unsur penting ilmu pengetahuan adalah penataan
secara terperinci dan mampu memperjelas sebuah bidang
pengetahuan. Semakin dalam ilmu pengetahuan menggali dan menekuni
hal-hal yang khusus dari kenyataan (realitas) semakin nyatalah tuntutan
untuk mencari tahu tentang seluruh kenyataan. Semakin dalam pencarian
kebenaran suatu fenomena semakin cermat pula ilmu itu. Prinsip-prinsip
metodis dan kejelasan ilmu merupakan rangkaian berpikir filsafat
b. Pendidikan
Istilah pendidikan berasal dari Bahasa Yunani “Paedagogie” yang
akar katanya adalah “pais” yang berarti anak dan “again” yang berarti
bimbingan. Jadi paedagogie berarti bimbingan yang diberikan kepada
anak. Sementara itu, dalam Bahasa Inggris, pendidikan disebut dengan
Education, yang berasal dari Bahasa Yunani “Educare” yang memiliki arti
membawa keluar yang tersimpan dalam jiwa anak, untuk dituntun agar
tumbuh dan berkembang (dalam Asfar, dkk., 2020).
Berikut ini akan diuraikan beberapa pengertian pendidikan
menurut beberapa ahli atau teori yaitu:
1) MJ. Langeveld, menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan/ pertolongan
yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang tumbuhuntuk mencapai
kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas
hidupnya sehingga tidak perlu bimbingan lagi.
3) Ki Hadjar Dewantara, menyatakan bahwa pendidikan merupakan daya upaya
untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter),
pikiran (intelek dan tubuh anak).
5) Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No.20 Tahun 2003 Bab
I, pasal 1, mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, msyarakat, bangsa dan negara.
c. Peradaban
Konsep dari “peradaban” digunakan sebagai sinonim untuk
“budaya (dan sering moral) Keunggulan dari kelompok tertentu.”
Dalam artian yang sama, peradaban dapat berarti “perbaikan
pemikiran, tata krama, atau rasa”. Dalam membangun peradaban hidup,
masyarakat harus membangun sumber daya manusia yang terampil
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, berbudaya dan bermoral
yang berakar dari agama. Selain agama faktor terpenting lainnya dalam
membangun peradaban hidup adalah tradisi keilmuan. Salah satu upaya
untuk membangun tradisi keilmuan yang tinggi adalah melalui
pendidikan. Dengan pendidikan, generasi muda akan mampu
mengemban tanggung jawab. Mereka juga akan mampu memelihara dan
meningkatkan mutu dari hasil-hasil positif masa lalu.

 Kaitan Pendidikan dan Peradaban Manusia secara Umum


Masa depan pendidikan di Indonesia dapat dipikirkan dalam
kerangka kerja yang lebih luas serta memadai untuk mendukung lahirnya
sebuah peradaban baru (manusia masa depan). Kerangka kerja yang
dibentuk berdasarkan tiga sistem gesekan yang memberi tekanan pada
suatu sistem peradaban baru, yaitu pada sistem perencanaan pendidikan
nasional yang bersifat membenahi sistem filsafat pendidikan nasional yang
bersifat 'antisipatoris' terhadap perkembangan masa depan, menata sebuah
sistem pendidikan nasional yang akan melahirkan suatu peradaban
manusia baru yang kritis-demokratis.
1) Dapat membangun pendidikan yang merupakan upaya membenahi
manajemen kegiatan pendidikan yaitu terutama harus tertuju kepada
manajemen kegiatan belajar individual. Pembaharuan pendidikan lebih
ditekankan kepada upaya membangun Indonesia yang benar-benar
demokratis dan berperadaban, sehingga menjadi Indonesia baru yang berisi
komunitas masyarakat madani, yang bersatu padu (integrated). Pendidikan
nasional merupakan sarana yang paling strategik untuk mengasuh,
membesarkan dan .mengembangkan warga negara yang demokratis dan
memiliki peradaban (civility) yang menjadi acuan karakteristik paling utama
(Azra, 2002, xv).
2) Dapat membentuk pengalaman sosial yang dilakukan oleh individu. Dalam
teori kritis yang diutamakan adalah peristiwa sosial sedangkan ungkapan
potensi genetik individu hanya dapat diterima sejauh memiliki relevansi
dengan upaya reproduksi komunitas.
 Tujuan Pendidikan dan Peradaban
Membangun peradaban adalah suatu pendekatan kualitatif, untuk
tidak bisa diterjemahkan dengan alat ukur atau terminologi yang bersifat
eksak. Ukuran mencapai peradaban adalah pencapaian kebahagiaan umat
manusia (termasuk tataran individual), sehingga perlu dikembangkan
sebuah pendekatan yang padat nilai (values ended). Ukuran pencapaian
kebahagiaan umat lekat sekali dengan etika dan moral yang berhubungan
dengan masalah nilai-nilai hidup manusia. Nilai hidup bukanlah
seperangkat aturan (rule) tetapi merupakan apresiasi atau lebih tepat
dinyatakan sebagai 'iluminasi' yang mendalam yang memuat gurat-gurat
batas antara adil dan tidak adil, baik dan buruk, benar dan salah, alat dan
tujuan, bisa juga antara hak dan kewajiban. Ukuran terhadap 'keadilan',
'pemerataan', dan 'kemakmuran' akan tampak beragam akibat ditentukan
oleh pertimbangan ilmu yang berlainan. Membangun pendidikan harus
mempertimbangkan idealisms yang tinggi dan tuntutan yang kuat di
kalangan masyarakat. Membangun peradaban dalam proses pendidikan
bertujuan agar orang Indonesia tidak menjadi kerdil, namun menjadi
pribadi yang tangguh dan besar

B. Pembahasan
Dasar pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) tentang pendidikan
adalah melihat pendidikan sebagai alat untuk membebaskan manusia dan
membangun karakter serta kecerdasan yang holistik. KHD menekankan
pendidikan yang berpusat pada anak, menghargai hak-hak mereka, dan
mengembangkan potensi individu
Berdasarkan teori kepemimpinan yang dicetuskan oleh Ki Hajar
Dawantara bahwa Ing ngarsa sung tuladha. Filosofi ini memiliki arti
bahwa seseorang yang berada di garis depan atau seorang pemimpin, harus
bisa memberi contoh kepada para anggotanya. Seorang leader akan dilihat
oleh followernya sebagai panutan. Follower tidak hanya memperhatikan
perilaku dari seorang leader secara pribadi, namun juga meliputi sejauh
mana nilai-nilai budaya organisasi telah tertanam dalam diri leadernya,
bagaimana cara leadernya dalam mengatasi masalah, sejauh mana leader
berkomitmen terhadap organisasi, sampai kerelaan seorang leader untuk
mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadinya.
Ing madya mangun karsa. Filosofi ini berarti bahwa seorang leader harus
mampu menempatkan diri di tengah-tengah followernya sebagai pemberi
semangat, motivasi, dan stimulus agar follower dapat mencapai kinerja
yang lebih baik.
Kepemimpinan pada hakikatnya merupakan kemampuan yang
dimiliki seseorang untuk membina, membimbing, mengarahkan dan
mengerakkan orang lain agar dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pemimpin perlu
melakukan serangkaian kegiatan diantaranya adalah mengarahkan orang-
orang yang terlibat dalam organisasi yang dipimpinnya. Dengan kata lain
tercapai atau tidak tujuan suatu organisasi sangat tergantung pada
pimpinannya.
Dalam konteks Pendidikan terdapat gaya kepemimpinan.
Kepemimpunan otoriter, pemimpin bertindak sebagai dictator terhadap
anggota kelompok, Laissez-faire Pemimpin tidak memberikan
kepemimpinannya, melainkan membiarkan bawahannya berbuat
sekehendaknya. Tipe Demokratis Kepemimpinannya bukan sebagai
dictator, tapi di tengahtengah anggota kelompoknya. Pemimpin berusaha
menstimulus anggotanya agar bekerja secara produktif untuk mencapai
tujuan bersama. Gaya kepemimpinan dari masa ke masa berbeda, era
sekarang mengunakan kepemimpinan demokratis ini mengedepankan
keterbukaan dan kesetaraan bagi masyarakat untuk dapat berpartisipasi
dan mengemukakan pendapat yang dimilikinya untuk dibuat suatu
keputusan atau kebijakan yang strategis.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Marisyah, Ab, Firman Firman, and Rusdinal Rusdinal. "Pemikiran Ki Hadjar


Dewantara tentang Pendidikan." Jurnal Pendidikan Tambusai 3.3 (2019): 1514-
1519.

Mattayang, Besse. "Tipe dan gaya kepemimpinan: suatu tinjauan


teoritis." JEMMA (Journal of Economic, Management and Accounting) 2.2
(2019): 45-52.

Salsabilla, B., Lestari, F. I., Erlita, M., Insani, R. D., Santika, R., Ningsih, R.
A., ... & Mustika, D. (2022). Tipe dan Gaya Kepemimpinan Pendidikan. Jurnal
Pendidikan Tambusai, 6(2), 9979-9985..

Abidin, Zainal, Muhammad Nurwahidin, and Sudjarwo Sudjarwo. "KONSEP


ONTOLOGI FILSAFAT ILMU DALAM PENDIDIKAN KARAKTER DI
SEKOLAH DASAR." Journal of Innovation Research and Knowledge 2.7
(2022): 2681-2694.

Lenggono, Wahyu. "Lembaga pendidikan muhammadiyah (telaah pemikiran KH


Ahmad Dahlan tentang pembaruan pendidikan Islam di Indonesia)." Islamadina:
Jurnal Pemikiran Islam 19.1 (2018): 43-62.

Nuzulah, Firdausi, Moh Yadri, and Lailatul Fitria. "Aksiologi Pendidikan


Menurut Macam-Macam Filsafat Dunia (Idealisme, Realisme, Pragmatisme,
Eksistensialisme)." Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (2017).

Chasanah, Uswatun. "Ontologi, epistemologi dan aksiologi pendidikan." TASYRI':


Jurnal Tarbiyah Syari'ah Islamiyah 24.1 (2009): 76-91.
Wahyuni, Ninik Tri, Muhamad Sholeh, and Fina Nur Faizah. "LANDASAN
FILOSOFIS PENDIDIKAN." KONSEP DAN APLIKASI LANDASAN
PENDIDIKAN DALAM SEKOLAH PENGGERAK 25 (2022).

Syarif, Zainuddin. "Pengembangan Pendidikan dalam Perspektif Epistemologi


Islam." TADRIS: Jurnal Pendidikan Islam 2.2 (2007).

Anda mungkin juga menyukai