Anda di halaman 1dari 6

Lembar Jawaban Mata Kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia

Nama : Ulina Ayu Rahmawati


Bidang Studi : Bahasa Inggris
Kelas : Bahasa Inggris C
Pengampu : Dr. M. Thoyibi, M. S
Judul Artikel : 1. Explicating and framing dewantara's conduct pragmatism as a
pragmatist philosophy of education
: 2. The thoughts of ki hadjar dewantara and their implications for
school management in the industrial era 4.0

A. Deskripsi
Informasi kunci pada artikel yang pertama yaitu bahwa filosofi
pendidikan Ki Hajar Dewantara melambangkan semacam pragmatisme perilaku
yang terwujud dalam slogan terkenal dalam Bahasa Jawa. Bagi Dewantara,
semua anak berhak memiliki kesempatan yang sama untuk mengenyam
pendidikan tanpa memandang latar belakang sosial dan status ekonomi mereka
dengan harapan kelak mereka bisa menjadi intelektual dan pemimpin masa
depan yang mampu melawan segala bentuk penjajahan. Ki Hajar Dewantara
mengkonseptualisasikan gagasan tentang pendidikan melalui kearifan lokal etnis
Jawa yang dikenal dengan semboyan Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya
Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, yang semuanya saling terkait erat dan
merupakan bentuk dari filosofi pragmatisme perilaku.

Informasi kunci pada artikel yang kedua adalah tentang pengkajian


pemikiran politik Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan dan implikasinya terhadap
manajemen sekolah di era industri 4.0, dimana kondisinya rawan krisis dalam
beberapa bidang. Era ini menuntut kehadiran negara dalam politik pendidikan yang
mengatur sistem pendidikan agar berjalan baik di masyarakat. Ternyata pemikiran
pendidikan dan politik Ki Hajar Dewantara serta implikasinya terhadap manajemen
sekolah di era industri 4.0 masih sangat relevan hingga saat ini. Implikasinya bagi
manajemen terlihat dari alternatif sistem egaliter melalui teknik kepemimpinan. Itu
juga terjadi diantara sistem dengan Pawiyatan model atau kos- kosan dengan corak
nasional yaitu Perguruan Taman Siswa. Pembiayaan sekolah sebaiknya
menggunakan sistem Paguron. Implikasi lain bagi Kepala Sekolah mengenai
manajemen antara lain memberikan kepercayaankepada bawahan, mendorong staf
untuk maju dan menghormati guru yang telah menunjukkan kinerja mengajar yang
baik. Selain itu, Guru harus berusaha meningkatkan kompetensinya. Pendidikan
dalam manajemen pembelajaran, menurut Ki Hadjar Dewantara seharusnya ada
penekanan pada pengembangan kreativitas serta rasa dan karsa serta memposisikan
pendidikan sebagai prasyarat untuk mewujudkan tranformasi sosial yang adil dan
beradab

B. Interpretasi
Pendidikan berarti upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti atau
kekuatan batin, fikiran atau intelek, dan jasmani anak anak agar dapat memajukan
kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak- anak, selaras dengan
alam dan masyarakatnya. Filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara :
1. Segala syarat, usaha, dan cara pendidikan harus sesuai dengan kodratnnya
keadaan
2. Kodrat keadaan tadi ada tersimpan dalam adat istiadat masing masing rakyat.
3. Adat istiadat tiada luput dari pengaruh “zaman” dan “alam”
4. Kita perlu mengetahui zaman masa lalu, zaman masa sekarang, dan zaman
yang akan datang
5. Pengaruh baru adalah terjadinya globalisasi
Konsep- konsep dasar pendidikan Ki Hadjar Dewantara :
1. Hakikat Pendidikan
2. Tujuan Pendidikan
3. Peran Pendidik
4. Kodrat Alam dan Kodrat Zaman
5. Ciri Pendidikan Kolonial, Intelektualistis, Individualistis, dan materialistis
6. Jiwa Merdeka : Kesadaran kultural dan kebangkitan politik
7. Pendidikan Nasional
8. Pendidikan keluarga
9. Kebudayaan
Hakikat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara :
1. Pendidikan berarti tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam
masyarakat
2. pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan tumbuhnya nilai-nilai
kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan
3. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau
berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin
4. Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat
yang dimiliki anak agar mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan
yang setinggi tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai
anggota masyarakat
Tujuan pendidikan Ki Hadjar Dewantara :
1. Tujuan Pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak,
agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi
tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat
2. Pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya ( bukan
dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak
3. Tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi tingginya baik sebagai
seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Peran pendidik menurut Ki Hadjar Dewantara :
1. Peran Pendidik sebagai penuntun ibaratnya seperti seorang petani atau tukang
kebun, yang merawat tanaman dengan menyediakan tanah subur, sinar matahari
yang cukup, dan pengairan yang tepat
2. Pendidik sebagai seorang „pamong‟ memberikan „tuntunan‟agar anak dapat
menemukan kemerdekaanya dalam belajar.
3. Pendidik menuntun (memfasilitasi/membantu) anak untuk menebalkan garis
samar-samar agar dapat memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia seutuhnya
4. Anak bukan kertas kosong yang bisa digambar sesuai keinginan orang dewasa.
Kodrat alam dan kodrat zaman Ki Hadjar Dewantara :
1. Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan dimana anak
berada
2. Kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama
3. Pendidik sebagai seorang pamong meberikan tuntunan agar anak dapat
menemukan kemerdekaanya dalam belajar
4. Pendidik menuntun (memfasilitasi/ membantu)anak untuk menebalkan garis
samar-samar agar dapat memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia
seutuhnya
5. Anak bukan kertas kosong yang bisa digambar sesuai keinginan orang
dewasa

Konsep Pendidikan Nasional & Pendidikan Budi Pekerti Ki Hadjar Dewantara


1. Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan garis- garis bangsanya
(kultural- nasional) dan ditujukan untuk keperluan kehidupan (maatschappelijk),
yang dapat mengangkat derajat negeri dan rakyat, sehingga bersamaan
kedudukan dan pantas bekerjasama dengan lain- lain bangsa untuk kemuliaan
segenap manusia di seluruh dunia.
2. Pendidikan budi pekerti adalah pendidikan yang sesuai dengan ruh kebangsaan,
menuju ke arah keluhuran dan kesucian hidup batin, serta ketertiban dan
kedamaian hidup lahir.

Model Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara


1. Perlukah anak- anak kita dekatkan hidupnya dengan perikehidupan rakyat, agar
mereka tidak hanya dapat “pengetahuan” saja tentang hidup rakyatnya, namun
juga dapat “mengalami” sendiri dan kemudian tidak hidup berpisah dengan
rakyatnya.
2. Karena itu seyogyanyalah kita mengutamakan cara “pondok sistem”,
berdasarkan hidup kekeluargaan, untuk mempersatukan pengajaran pengetahuan
dengan mengerjakan budi pekerti, sistem mana dalam sejarah kebudayaan
bangsa kita bukan barang asing. Dahulu bernama “asrama”, kemudian di zaman
islam menjelma jadi “pondok pesantren”.

Jenjang Sekolah Taman Siswa Ki Hadjar Dewantara


1. Taman Indriya (Taman Kanak- kanak), usia 5-6 tahun,
2. Taman Anak (kelas I-III SD), umur 6-10 tahun,
3. Taman Muda (Kelas IV-VI SD) umur 10-13 tahun,
4. Taman Dewasa (Sekolah Menengah Pertama),
5. Taman Madya (Sekolah Menengah Atas),
6. Taman Guru B I (1 th): calon guru Taman Anak dan Taman Muda
7. Taman Guru B II (1 th) : calon guru Taman Dewasa
8. Taman Guru B III (1 th) : calon guru Taman Madya, A (Alam/Pasti), B
(Budaya)

Tujuan Pendidikan
Pendidikan adalah usaha kebudayaan yang bertujuan memberikan bimbungan
dalam hidup tumbuhnya jiwa raga anak didik agar dalam garis – garis kodrat pribadinya
dan pengaruh- pengaruh lingkungannya mendapat kemajuan hidupp lahir batin.
Menghasilkan manusia Tangguh di masyarakat (bermoral Taman Siswa).
Bermoral Taman siswa berarti mampu mencegah Tri Pantangan :
1. Tidak menyalahgunakan kewenangan atau kekuasaan,
2. Tidak melakukan manipulasi keuangan, dan
3. Tidak melanggar kesusilaan. .

C. Evaluasi

Kedua artikel tersebut telah menuangkan semua pemikiran pemikiran Ki


Hadjar Dewantara dengan eksplisit. Tulisan juga tersaji dengan membahas beberapa
poin penting dengan rapih dan mudah dipahami.
Pemikiran pendidikan Ki. Hajar Dewantara relevan dengan kurikulum 2013
seperti tujuan pembelajaran, yaitu sama- sama mengarahkan tujuan pendidikan dalam
empat dimensi, yaitu tujuan jasmani, akal, rohani dan sosial. Peran pendidik menurut
Ki. Hajar Dewantara sebagai fasilitator dan motivator. Sementara menurut kurikulum
2013 peran pendidik juga sebagai fasilitator dalam pembelajaran dan sebagai mitra
belajar bagi peserta didik. Keduanya sepakat bahwa ada empat kompetensi yang harus
dimiliki seorang pendidik, yaitu pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Prinsip
pembelajaran yang ada di kurikulum 2013 relevan dengan prinsip pembelajaran
menurut Ki. Hajar dewantara. Materi pembelajaran keduanya sepakat materi
pembelajaran diajarkan sesuai dengan tingkat perkembangan usia peserta didik.
Kemudian mata pelajaran yang terdapat pada kurikulum 2013 juga relevan dengan
pemikiran pendidikan Ki. Hajar Dewantara, dengan meletakkan mata pelajaran
pendidikan Agama dan Budi Pekerti di setiap jenjang satuan pendidikan.
Metode Pembelajaran yang digunakan Ki. Hajar Dewantara adalah sistem
Among. Among memiliki pengertian menjaga, membina, dan mendidik anak dengan
kasih sayang. Pelaksana Among disebut Pamong, yang mempunyai kepandaian dan
pengalaman lebih dari yang diamong. Sistem Among dalam belajar mengajar dengan
metode kinder spellen (permainan anak) atau belajar sambil bermain secara
berkelompok yang bermanfaat untuk mendidik interaksi sosial kepada peserta didik.
Ada tiga metode yang dipakai oleh Ki Hadjar Dewantara dalam mengajarkan
budi pekerti berdasarkan urutan-urutan pengambilan keputusan berbuat artinya kita
bertindak sebaiknya berdasarkan urutanyang benar, sehingga tidak ada penyesalan di
kemudian hari. Tiga metode tersebut adalah: ngerti, ngrasa dan nglakoni.47 Pertama,
Metode ngerti maksudnya adalah memberikan pengertian yang sebanyak-banyaknya
kepada anak. Di dalam pendidikan budi pekerti anak diberikan pengertian tentang baik
dan buruk. Di samping itu juga diajarkan tentang aturan yang berlaku dalam kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara serta beragama. Kedua, Metode ngrasa
maksudnya adalah berusaha semaksimal mungkin untuk memahami dan merasakan
tentang pengetahuan yang diperolehnya. Dalam hal ini anak didik untuk dapat
memperhitungkan dan membedakan antara yang benar dan yang salah. Ketiga, Metode
nglakoni maksudnya adalah mengerjakan setiap tindakan, tanggung jawab telah
dipikirkan akibatnya berdasarkan pengetahuan yang telah didapatnya. Jika sudah
mantap dengan tindakan yang akan dilakukan hendaknya segera dilakukan jangan
ditunda-tunda.
Pembelajaran yang direkomendasikan oleh kurikulum 13 adalah pembelajaran
tematik-intergratif. Pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan saintifik. Model
pembelajaran yang digunakan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning),
pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning), pembelajaran berbasis
penemuan (Discovery Learning). Berikut ini akan dibahas lebih lanjut;
Pembelajaran tematik terpadu (PTP) atau integrated thematic instruction
(ITI) dikembangkan pertama kali pada awal tahun 1970-an. Belakangan PTP
diyakini sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif (highly
effective teachingmodel) karena mampu mewadahi dan menyentuh secara
terpadu dimensi emosi, fisik, dan akademik peserta didik di dalam kelas atau
di lingkungan sekolah. PTP pada awalnya dikembangkan untuk anak-anak
berbakat dan bertalenta (gifted and talented), anak-anak yang cerdas,
program perluasan belajar, dan peserta didik yang belajar cepat. PTP ini pun
sudah terbukti secara empirik berhasil memacu percepatan dan
meningkatkan kapasitas memori peserta didik (enhance learning and
increase long-term memory capabilities of learners) untuk waktu yang
panjang).
Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan
pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan
atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan
penalaran induktif (inductive reasoning) dibandingkan dengan penalaran deduktif
(deductivereasoning). Metode ilmiah pada umumnya memuat serangkaian aktivitas
pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data,
menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.
Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah model
pembelajaran yang berfokus pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip utama (cetral) dari
suatu disiplin, melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas
bermakna lainnya, memberi peluang siswa bekerja, secara otonom mengkonstruk
belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai dan
realistik.
Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah serangkain
aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang
dihadapi secara ilmiah. Ilmiah dipecahkan melalui proses berpikir deduktif dan induktif.
Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris (disadarkan pada data dan
fakta yang jelas). Pembelajaran berbasis penemuan (Discovery Learning) adalah proses
mental dimana siswa menghasilkan suatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental,
misalnya; mengamati, menjelaskan, mengelompokkan, membuat hipotesa, membuat
kesimpulan, dan sebagainya.
Dari pemaparan di atas, dapat dipahami, alur pembelajaran yang ada pada
kurikulum 2013 relevan dengan metode pembelajaran yang dikemukakan Ki. Hajar
Dewantara yaitu; Pertama, pembelajaran tematik-intergratif pada kurikulum 2013
relevan dengan metode ngerti yang dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara, pada
pembelajaran ini diberikan pengertian yang sebanyak-banyaknya kepada peserta didik.
Pembelajaran ini mampu mewadahi dan menyentuh secara terpadu dimensi emosi, fisik,
dan akademik peserta didik di dalam kelas atau di lingkungan sekolah. Ke dua,
pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 relevan dengan metode ngrasa yang
dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara, pendekatan ini berusaha semaksimal mungkin
untuk memahami dan merasakan tentang pengetahuan yang diperolehnya. Pendekatan
ini harus di isi dengan aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen,
mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji
hipotesis.
Ke tiga, Model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) pada
kurikulum 2013 relevan dengan metode nglakoni yang dijelaskan Ki. Hajar Dewantara,
setiap tindakan disertai tanggung jawab, apabila pengetahuan yang telah didapatnya
sudah mantap hendaknya segera dilakukan jangan ditunda-tunda. Pada model
pembelajaran ini melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas
bermakna lainnya, memberi peluang siswa bekerja, secara otonom mengkonstruk
belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai dan
realistik.

D. Rekomendasi
Rekomendasi saya terkait kedua artikel diatas pada implementasi pemdidikan di
Indonesia adalah agar lebih mendetail lagi pada dunia pendidikan Indonesia saat ini
sehingga dapat memenuhi kebutuhan pendidikan di zaman sekarang.

Anda mungkin juga menyukai