Anda di halaman 1dari 15

RANGKUMAN DASAR DASAR PENJAS

BAB II
ASAS – ASAS POKOK PENDIDIKAN

Kompetensi inti (lampiran)


Kompetensi dasar dan indikator pencapaian (lampiran)
Dalam bab II ini akan dibahas tentang pokok asas-asas pendidikan yang terdiri dari Asas Tut
Wuri Handayani, Asas belajar sepanjang hayat, Implikasi pendidikan seumur hidup, dan
Penerapan Asas-Asas Pendidikan.

A. Asas Tut Wuri Handayani


Tut Wuri Handayani pertama kali di masyarakatkan oleh perguruan Taman Siswa,
yang diprakarsai oleh Ki Hajar Dewantara sebagai semboyan dan perlambang Taman Siswo
sebagai pelengkapan pendidikan dan pengajarannya. Tut Wuri Handayani yang berlambang
burung terbang diatas buku yang terbuka didalam segi lima, sekarang ini dipakai sebagai
lambing pendidikan Nasional Indnesia, yang harus dicontoh dan dilakukan pada pelaku
pendidikan di Indonesia.
Dalam hubungannya dengan pendidikan moderen, Tut Wuri Handayani merupakan
langkah pelaksanaan pendidikan dengan cara “mengikuti dari belakang sambil memberikan
pengaruh, maksudnya jangan menarik-narik anak dari depan, biarkanlah mereka mencari
jalan sendiri”. Guru atau pamong baru boleh mencampurkan dirinya, apalagi anak-anak
salah jalan. Perkembangan sejati hanya dapat diperoleh dengan perkembangan kodratnya,
tidak perlu mempergunakan perintah paksaan dan hukuman. Asas Tut Wuri Handayani
merupakan salah satu ciri pelaksanaan pendidikan moderen atau pendidikan maju.
Ahli psychology humanisme berpendapat bahwa tiap-tiap orang bebas menentukan
pilihannya sendiri bentuk dan kualitasnya kehidupannya. Manusia berfungsi sebagai subyek
terhadap lingkungannya, sehimgga para ahli psychology humanisme memusatkan
perhatiannya pada “tingkah laku dalam” yang membuat tiap-tiap orang berbeda
pandangannya, perasaannya, pemahamannya, keyakinannya, dan tujuannya. Para ahli
psychology humanisme berpendapat bahwa kecenderungan motivasi yang pokok dari
manusia ialah untuk mencapai aktualisasi diri. Aktualisasi diri ini didasarkan oleh adanya
pemenuhan-pemenuhan kebutuhan dasarnya. Hanya saja pemenuhan kebutuhan dasar
untuk menuju aktualisasi dari ini tiap-tiap orang berbeda-beda, sebab kebutuhan dasarnya
tiap-tiap orang berbeda juga.
Dengan diketahuinya secara sungguh-sungguh tentang pikiran dan perasaan anak ini
menurut aliran humanisme orang dapat menemukan :
a. Informasi baru.
b. Personalisasi Individu terhadap informasi yang diterimanya.
Jadi tugas guru tidak sekedar menyampaikan informasi atau memberikan pelajaran,
tetapi juga harus dapat membantu siswa memperoleh pengertian yang sesuai dengan
pribadinya dari pelajaran atau informasi yang diterimanya. Kalau seorang guru dapat
melaksanakan tugas kedua ini dengan baik yaitu menghubungkan pelajaran dengan
kebutuhan dan minat siswa, maka berhasilah tugas guru.
B. Asas Belajar Sepanjang Hayat
Tokoh Pendiddikan Nasional Indonesia Ki Hajar Dewantara telah mengemumakan
pandangannya tentang pendidikan seumur hidup yaitu terdapat pada “trikon”-nya kon
yang pertama Konsentris yang berarti setelah kita bersatu dan berkomunukasi dengan
bangsa-bangsa lain di dunia, kita jangan kehilangan kepribadian sendiri. Bangsa Indonesia
adalah masyarakat merdeka yang memiliki adat istiadat dan kepribadian sendiri. Meskipun
kita bertitik pusat satu, namun dalam lingkaran yang konsentris itu kita masih tetap memiliki
lingkaran sendiri yang khas yang membedakan Negara kita dengan Negara lain. Kon kedua
adalah kontinuitas yaitu bahwa pendidikan itu harus berkembang secara terus menerus
yang tidak ada batasannya selama manusia itu masih hidup,
sedangkan kon yang ketiga
adalah konvergensi yaitu bahwa pengembangan pendidikan dari kebudayaan kita
harus mau
membuka diri untuk menerima kebudayaan asing baik yang sudah ada maupun yang
baru /
moderen, dimana kebudayaan asing itu tidak bertentangan dengan kebudayaan kita
sendiri.
Prinsip-prinsip dasar pendidikan seumur hidup meliputi :
1. Asas pendidikan seumur hidup, berlangsung seumur hidup, sehingga peranan
subjek
manusia untuk mendidik dan mengembangkan dirinya sendiri secara wajar merupakan
kewajiban kodrati manusia.
2. Lembaga pelaksanaan dan wahana pendidikannya meliputi:
a. Dalam lingkungan rumah tangga sebagai unit masyarakat pertama dan utama
b. Dalam lingkungan sekolah, sebagai lembaga pendidikan formal
c. Dalam lingkungn masyarakat lembaga dan lingkunga pendidikan non
formal sebagai ujud kehidupan yang wajar
3.Lembaga penanggung jawab meliputi kerja sama antara keluarga, masyarakat
dan sekolah.
C. Implikasi pendidikan seumur hidup
1. Dibidang ideologi dan politik
Idelogi merupakan serangkaian nilai-nilai atau norma-norma tentang sistem nilai
dasar yang menyeluruh dan mendalam yang dimiliki oleh suatu masyarakat, bangsa
sebagai wawasan pandangan hidupnya.
2. Di Bidang Ekonomi
Dengan pendidikan seumur hidup yang dapat memberikan pengetahuan yang luas
bagi manusia dapat mengembangkan kesejahteraan hidup manusia, dengan cara :
a). Meningkatkan produktivitas hasil kerja.
b). Memelihara dan mengembangkan sumberdaya manusia
c). Memungkinkan hidup dalam lingkunggan sehat dan menyenangkan.
d) . Mempunyai motivasi dalam mendidik anak-anaknya
e). Dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
dapat hidup sejahtera dan bahagia.
3. Di Bidang Sosiologis
Dibidang sosiologis pendidikan seumur hidup dapat memberikan manfaat kepada
manusia untuk hidup bermasyarakat, yaitu :
a). Dapat memberikan norma-norma etis, estetis, dan epistiomologis (kebenaraan)
b). Dapat memberikan pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan
4. Di Bidang Teknologi
Pendidikan seumur hidup dapat menyumbangkan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Dibidang psychologi, dan paedagogis
pendidikan seumur hidup dapat mengembangkan kejiwaannya ( dewasa ) dan dapat
memberikan nilai-nilai paedagogis.

D. Penerapan Asas-Asas Pendidikan.


Berpangkal asas pendidikan Tut Wuri Handayani dan asas pendidikan seumur hidup
hal-hal atau keadaan yang ditemui dalam pendidikan adalah keseluruhan unsur pendidikan
yang berbentuk sistem pendidikan.
Keadaan unsur siswa satu sama lain saling berbeda, sehingga dapatlah
dikatakan hal-hal yang ada pada tiap-tiap individu siswa sangat unik.
Hal ini benar apa yang dikatakan schopenhouwer tokoh aliran pendidikan Nativisme
yang mengatakan bahwa tiap-tiap individu manusia yang lahir itu mempunyai pembawaan
yang berbeda-beda, sehingga daya kemampuannya pun juga berbeda-beda.
Adapun lingkungan-lingkungan ini meliputi :
1. Lingkungan dalam atau lingkungan diri ( self )
Lingkungan dalam selain cairan-cairan yang ada dalam tubuh individu anak, juga
kemampuan atau potensi kecerdasan yang berbeda-beda.
2. Lingkungan fisik,
yaitu lingkungan alam sekitar anak,
Lingkungan di kota lain dengan lingkungan didesa, lingkungan pantai lain dengan
lingkungan di pedalaman, lain dengan di pegunungan dan lain-lain.
3. Lingkungan Budaya, yaitu meliputi sastra, seni, ilmu pengetahuan, adat
istiadat, misalnya anak yang hidup di lingkungan keluarga petani, pedagang
dan sebagainya.
4. Lingkungan sosial
Dalam lingkungan sosial ini lah yang lebih banyak menunjukkan adanya perbedaan-
perbedaan individu anak misalnya masalah setatus perekonomian anak yang kaya
berbeda dengan yang sedang dan juga berbeda dalam diri anak yang lingkungannya
miskin. Status pekerjaan orang tua juga menimbulkan perbedaan anak, misalnya anak
guru berbeda dengan anak tentara, berbeda dengan anak pedagang, berbeda pula
dengan anak petani dan lain-lain.
5. Lingkungan spiritual / lingkungan yang berupa Agama atau Kepercayaan Kepada Tuhan
Yang Maha Esa.

Adanya perbedaan-perbedaan lingkungan inilah merupakan perbedaan-perbedaan


individu anak.
Para ahli psychology humanistic yang menekankan pandangannya bahwa setiap Perbedaan-
perbedaan individu anak ini merupakan hal-hal yang banyak ditemui dalam bidang
pendidikan.
Oleh karena pelaksnaan asas-asas pendidikan menyangkut obyek pembicaraan individu
manusia mempunyai kecenderungan untuk menentukan tingkah lakunya sendiri-
sendiri dan tiap-tiap orang bebas untuk menentukannya sesuai dengan pilihannya dan
kwalitas penghidupannya. Hal inilah merupakan tujuan manusia untuk menunjukan
aktualisasi diri yang berbeda-beda. Menurut para ahli psychology humanistic mengatakan
bahwa tiap-tiap orang mempunyai dua macam persepsi:
1). Persepsi pribadi
2). Persepsi dunia sekitar.
Menurut aliran ini tujuan pendidikan adalah tidak sekedar mewariskan nilai-nilai
budaya pengetahuan, ketrampilan, nilai sikap dari generasi ke generasi, melainkan lebih dari
itu, yaitu membantu anak/siswa belajar memahami dirinya sendiri ( minat, kebutuhan,
kemampuan, dan sebagainya ), membantu mereka bagai mana hubungan/memahami
pribadi orang lain dan menyiapkan mereka untuk kehidupan yang akan datang, melatih
mereka berfikir sendiri mengambil keputusan sendiri.
Pandangan tokoh aliran di atas ini sesuai dengan pelaksanaan pengembangan asas
pendidikan nasional
kita yang mengetrapkan asas Tut Wuri Handayani. Asas ini diambil dari system Among Ki
Hajar Dewantara yang mendasarkan dua asas Panca Darmanya yaitu:
1). Asas Kemerdekaan
yaitu pada dasarnya individu manusia mempunyai kebebasan terhadap disiplin diri sendiri
untuk menggerakan kekuatan lahir dan batinnya.
2). Asas Kodrat Alam yaitu pada dasarnya
manusia merupakan makhluk satu dengan alam, yang akan berkembang sesuai dengan
alam, yang akan berkembang sesuai dengan kodratnya ( alam ), sehingga apabila manusia
dapat menyesuaikan dengan kodratnya (alam) maka manusia itu dapat maju dengan
sebaik-baiknya.
E. Rangkuman.
Asas Tut Wuri Handayani merupakan salah satu ciri pelaksanaan pendidikan
moderen atau pendidikan maju. Di dalam pendidikan moderen anak didik tidak hanya
sebagai obyek pendidikan melainkan jiwa juga sebagai subyek pendidikan.
para ahli psychology humanistic berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang
reaktif, yaitu mereaksi rangsangan-rangsangan dari sekitarnya. Tingkah laku seseorang
ditentukan oleh pengalaman masa lampaunya dan kondisi-kondisi yang dialaminya.
Kecenderungan motivasi yang pokok dari manusia ialah untuk mencapai aktualisasi diri.
Aktualisasi diri ini didasarkan oleh adanya pemenuhan-pemenuhan kebutuhan dasarnya.
Hanya saja pemenuhan kebutuhan dasar untuk menuju aktualisasi dari ini tiap-tiap orang
berbeda-beda, sebab kebutuhan dasarnya tiap-tiap orang berbeda juga.
Tujuan pendidikan menurut aliran humanisme, bahwa pendidikan bukanlah sekedar
mewariskan nilai-nilai kebudayaan, pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap dari generasi
ke generasi berikutnya, melainkan harus dapat membantu siswa belajar memahami dirinya
sendiri (bakat, minat dan kebutuhannya serta kemampuannya) dalam hubungannya untuk
memahami pribadi orang lain, menyiapkan/siswa dalam kehidupannya mendatang, melatih
berpikir sendiri dan mengambil keputusan sendiri.
Tokoh Pendiddikan Nasional Indonesia Ki Hajar Dewantara telah mengemumakan
pandangannya tentang pendidikan seumur hidup yaitu terdapat pada “trikon”-nya kon
yang pertama Konsentris yang berarti setelah kita bersatu dan berkomunukasi dengan
bangsa-bangsa lain di dunia, kita jangan kehilangan kepribadian sendiri. Bangsa Indonesia
adalah masyarakat merdeka yang memiliki adat istiadat dan kepribadian sendiri. Meskipun
kita bertitik pusat satu, namun dalam lingkaran yang konsentris itu kita masih tetap memiliki
lingkaran sendiri yang khas yang membedakan Negara kita dengan Negara lain. Kon kedua
adalah kontinuitas yaitu bahwa pendidikan itu harus berkembang secara terus menerus
yang tidak ada batasannya selama manusia itu masih hidup, sedangkan kon yang ketiga
adalah konvergensi yaitu bahwa pengembangan pendidikan dari kebudayaan kita harus mau
membuka diri untuk menerima kebudayaan asing baik yang sudah ada maupun yang baru,
dimana kebudayaan asing itu tidak bertentangan dengan kebudayaan kita sendiri.
Lembaga pelaksanaan dan wahana pendidikannya meliputi:
Dalam lingkungan rumah tangga sebagai unit masyarakat pertama dan utama, dalam
lingkungan sekolah, sebagai lembaga pendidikan formal, dalam lingkungn masyarakat
lembaga dan lingkunga pendidikan non formal sebagai ujud kehidupan yang wajar.
Lembaga penanggung jawab meliputi kerja sama antara keluarga, masyarakat dan sekolah.
A. Soal-Soal Latihan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Asas Tut wuri handayani?
Jawab : Asas itu dapat diartikan sebagai, "di depan, seorang pendidik harus bisa menjadi
teladan di tengah murid, pendidik harus bisa memberikan ide, dan di belakang, seorang
pendidik harus bisa menberikan dorongan. maksudnya jangan menarik-narik anak dari
depan, biarkanlah mereka mencari jalan sendiri”

2. Apa yang dimaksud dengan system among dalam pendidikan?


Jawab : Sistem Among adalah cara pendidikan yang dipakai dalam sistem pendidikan Taman
Siswa, dengan maksud mewajibkan pada guru supaya mengingati dan mementingkan kodrat-
iradatnya anak-anak, dengan tidak melupakan segala keadaan yang mengelilinginya.

3. Bagaimana tujuan pendidikan menurut aliran humanism?


Jawab : Tujuan dasar pendidikan humanisme, mendorong siswa mandiri dan independen,
bertanggung jawab untuk pembelajaran mereka, kreatif, dan berusaha ingin tahu terhadap
dunia di sekitar mereka. e. ... Pengembangan aspek emosional, sosial, mental, dan
keterampilan menjadi fokus dalam model pendidikan humanistik.
4. Jelaskan bagaimana fungsi guru dalam pendidikan modern?
Jawab : Jadi fungsi guru sebagai “pamong” / pimpinan yang berdiri di belakang tetap
berfungsi mempengaruhi anak-anak didik dengan memberi kesempatan kepadanya untuk
berjalan sendiri, tidak terus-menerus dituntut dari depan. Pamong hanya wajib
menyingkirkan segala sesuatu yang merintangi jalan anak-anak, apabila mereka (anak) tidak
dapat menghindarkan diri dari bahaya-bahaya yang mengancam keselamatannya. Di sinilah
letak hubungan Tut Wuri Handayani dengan system pendidikan modern.

5. Bagaimana pendapat teori pendidikan Natifisme dari Scoperhauer?


Jawab : Menurut Schopenhauer, seorang tokoh yang paling berpengaruh dalam teori
Nativisme mengatakan bahwa hakikatnya, “kemauan tiap diri manusia” itu sendirilah yang
mewujudkan pembawaan dan bakat yang dimaksudkan. Dengan adanya pemikiran yang
demikian, Ajaran Nativisme kerap disebut sebagai aliran pesimisme.

6. Apa yang dimaksud Trikon menurut Ki Hajar Dewantara?


Jawab : Teori TRIKON disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara untuk melestarikan dan
mengembangkan kebudayaan nasional Indonesia. Dalam memadukan itu (konvergensi)
dilakukan dengan memilih dan memilah kebudayaan yang sesuai dengan kepribadian
Pancasila (selektif) dan pemaduannya harus secara alami dan tidak dipaksakan (adaptatif).
7. Jelaskan bagaimana prinsip pendidikan seumur hidup?
Jawab : Pendidikan Seumur Hidup adalah sebuah sistem konsep-konsep pendidikan yang
menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajar-mengejar yang berlangsung
berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Konsep pendidikan seumur hidup
sangat erat kaitannya dengan pemahaman dengan waktu berlangsungnya pedidikan.

8. Bagaimana pendapat ki Hajar Dewantara tentang Asas kodrat alam dan asas
kebudayaan ?
Jawab : Asas ini mengandung arti bahwa hakikat manusia adalah bagian dari alam semesta.
Asas ini juga menegaskan bahwa setiap pribadi peserta didik di satu sisi tunduk pada hukum
alam, tapi di sisi lain dikaruniai akal budi yang potensial.

Anda mungkin juga menyukai