Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kita sepakat bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang tidak asing bagi kita, terlebih
lagi karena kita bergerak di bidang pendidikan.Pendidikan merupakan salah satu
kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berfikir, bagaimana menjalani
kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan hidup dalam hidup, dan penghidupan
manusia yang mengembang tugas dari Sang Kholiq untuk beribadah. Manusia sebagai
mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah Subhanaha watta’alla dengan suatu bentuk
akal pada diri manusia yang tidak dimiliki mahluk Allah yang lain dalam kehidupannya,
bahwa untuk mengolah akal pikirnya diperlukan suatu pola pendidikan melalui suatu
proses pembelajaran dan pendidikan itu tidak dapat luntur atau tidak dapat dilupakan
sampai akhir hayat. Juga pasti kita sepakat bahwa pendidikan diperlukan oleh semua
orang. Bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan ini dialami oleh semua manusia dari
semua golongan. Tetapi seringkali orang melupakan makna dan hakikat pendidikan itu
sendiri.Layaknya hal lain yang sudah menjadi rutinitas, cenderung terlupakan makna
dasar dan Karena itu benarlah kalau dikatakan bahwa setiap orang yang terlihat dalam
dunia pendidikan sepatutnyalah selalu merenungkan makna dan hakikat pendidikan,
merefleksikannya di tengah-tengah tindakan/aksi sebagai buah Makalah singkat ini
mencoba mengungkap makna hakikat pendidikan, dan benuk pendidikan sepanjang hayat.

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tentang pengertian pendidikan
2. Untuk mengetahui tentang tujuan pendidikan
3. Untuk mengetahui tentang pilar-pilar pendidikan
4. Untuk mengetahui tentang aliran-aliran pendidikan
5. Untuk mengetahui tentang lingkungan pendidikan

C. MANFAAT
1. Dapat mengetahui tentang pengertian pendidikan
2. Dapat mengetahui tentang tujuan pendidikan
3. Dapat mengetahui tentang pilar-pilar pendidikan
4. Dapat mengetahui tentang aliran-aliran pendidikan
5. Dapat mengetahui tentang lingkungan pendidikan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar “didik”
(mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran pimpinan) mengenai
akhlak dan kecerdasan pikiran. Dalam bahasa Inggris, pendidikan berasal dari kata
education, kemudian dalam bahasa latin, pendidikan berasal dari kata educatum, di
mana kata ini tergabung atas dua kata, yaitu “E” dan “Duco”. “E” artinya
perkembangan dari luar ke dalam, dan perkembangan dari sedikit menuju banyak.
“Duco” artinya adalah sedang berkembang. Dari dua kata ini selanjutnya pendidikan
bisa dimaknai sebagai upaya untuk mengembangkan kemampuan diri.

Pendidikan juga sering di sebut dalam bahasa asing dengan istilah paedagogie
yang berarti pendidikan, dan paedagogiek yang berarti ilmu pendidikan, yang berasal
dari bahasa Yunani. Paedagogie dapat di pahami melalui kata “paid” yang berarti
anak, dan “agogos” yang berarti membina atau membimbing.

Pengertian pendidikan secara termintologi pertama di rumuskan oleh Martinus Jan


Langaveld yang memberi arti pendidikan sebagai upaya untuk membantu peserta
didik agar mampu mengerjakan tugas kehidupan secara mandiri dan bertanggung
jawab secara moral dan susila.

Kemudian oleh Ki Hajar Dewantara yang berpendapat bahwa pendidikan adalah


tuntunan tumbuh dan berkembangannya anak. Artinya pendidikan merupakan upaya
yang menuntun kekuatan kodrati pada diri setiap anak, agar mereka mampu tumbuh
dan berkembang sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat yang mampu
mencapai keselamatan dan kebahagiaan dalam hidup mereka.

Selanjutnya pengertian pendidikan berdasarkan undang-undang sistem pendidikan


nasional nomor 20 tahun 2003 yang menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

2
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

B. TUJUAN PENDIDIKAN
1. Berdasarkan UU No. 2 Tahun 1985 yang berbunyi bahwa tujuan pendidikan
yaitu mencerdaskan kehidupan bangsadan mengembangkan manusia yang
seutuhnya yaitu yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan bangsa.

2. Berdasarkan MPRS No. 2 Tahun 1960 bahwa tujuan pendidikan adalah


membentuk pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan yang
dikehendaki oleh pembukaan UUD 1945 dan isi UUD 945.

3. Tujuan Pendidikan Nasional dalam UUD 1945 (versi Amandemen) 1)


Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.” 2) Pasal 31, ayat 5
menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.”

4. mengenai Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 3, bahwa tujuan


pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
C. PILAR PENDIDIKAN
1. Learning to Know (belajar untuk menguasai)

Learning to know mengandung makna bahwa belajar tidak hanya berorientasi


pada produk atau hasil belajar, akan tetapi juga harus berorientasi pada proses belajar.
Dalam proses belajar, peserta didik bukan hanya menyadari apa yang harus di pelajari

3
tetapi juga diharapkan menyadari bagaimana cara mempelajari apa yang seharusnya
dipelajari. Kesadaran tersebut, memungkinkan proses belajar tidak terbatas di sekolah
saja, akan tetapi memungkinkan peserta didik untuk belajar secara berkesinambungan.
Inilah hakekat dari semboyan "belajar sepanjang hayat". Apabila hal ini dimiliki
peserta didik, maka masyarakat belajar (learning society) sebagai salah satu tuntutan
global saat ini akan terbentuk. Oleh sebab itu belajar untuk mengetahui juga dapat
bermakna belajar berpikir karena setiap individu akan terus belajar sehingga dalam
dirinya akan tumbuh kemauan dan kemampuan untuk berpikir. Learning to know,
dengan memadukan pengetahuan umum yang cukup luas dengan keseempatan untuk
mempelajari secara mendalam pada sejumlkah kecil mata pelajaran. Pilar ini juga
berarti learning to learn (belajar untuk belajar), sehingga memperoleh keuntungan
dari kesempatan-kesempatan pendidikan yang disediakan sepanjang hayat.

2. Learning to do (belajar untuk menerapkan)

Learnning to do mengandung makna bahwa belajar bukanlah sekedar


mendengar dan melihat untuk mengakumulasi pengetahuan, akan tetapi belajar
dengan dan untuk melakukan sesuatu aktivitas dengan tujuan akhir untuk menguasai
kompetensi yang diperlukan dalam menghadapi tantangan kehidupan. Kompetensi
akan dapat dimiliki oleh pesrta didik apabila diberikan kesempatan untuk belajar
dengan melakukan apa yang harus dipelajarinya secara langsung. Dengan demikian
learning to do juga berarti proses pembelajaran berorientasi pada pengalaman
langsung (learning by experience).

Learning to do, untuk memperoleh bukan hanya suatu keterampilan kerja


tetapi juga lebih luas sifatnya, kompetensi untuk berurusan dengan banyak situasi dan
bekerja dalam tim. Ini juga belajar berbuat dalam konteks pengalaman kaum muda
dalam berbagai kegiatan sosial dan pekerjaan yang mungkin bersifat informal, sebagai
akibat konteks lokal atau nasional, atau bersifat formal melibatkan kursus-kursus,
program bergantian antara belajar dan bekerja.

4
3. Learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama)

Learning to live together adalah belajar untuk bekerjasama melalui proses


bekerjasama. Hal ini sangat diperlukan sesuai dengan tuntutan kebutuhan dalam
masyarakat global dimana manusia baik secara individual maupun secara kelompok
tidak mungkin dapat hidup sendiri atau mengasingkan diri dari masyarakat sekitarnya.
Dalam hal ini termasuk juga pembentukan masyarakat demokratis yang memahami
dan menyadari akan adanya perbedaan pandangan antar individu. Learning to live
together, learning to live with others , dengan jalan mengembangkan pengertian akan
orang lain dan apresiasi atas interdependensi—melaksanakan proyek-proyek bersama
dan belajar memenej konflik—dalam semangat menghormati nilai-nilai
kemajemukan, saling memahami dan perdamaian.

4. Learning to be (belajar untuk menjadi)

Learning to be mengandung arti bahwa belajar adalah proses untuk


membentuk manusia yang memiliki jati dirinya sendiri. Oleh karena itu, pendidik
harus berusaha memfasilitasi peserta didik agar bealajar mengaktualisasikan dirinya
sendiri sebagai individu yang berkepribadian utuh dan bertanggung jawab sebagai
individu sekaligus sebagai anggota masyarakat. Dalam pengertian ini terkandung
makna bahwa kesadaran diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa yakni makhluk
hidup yang memiliki tanggung jawab sebagai khalifah serta menyadari akan segala
kekurangan dan kelemahannya. Learning to be, sehingga dapat mengembangkan
kepribadian lebih baik dan mampu bertindak mandiri, membuat pertimbangan dan
rasa tanggung jawab pribadi yang semakin besar, ingatan, penalaran, rasa estetika,
kemampuan fisik, dan keterampilan berkomunikasi.

D. ALIRAN PENDIDIKAN
1. Aliran Nativisme

Natisvisme (aliran pembawaan) , aliran ini berkeyakinan bahwa anak yang


baru lahir membawa bakat, kesanggupan dan sifat-sifat tertentu (Ahmad dan uhbiyati,
291:1991). Teori ini mengajarkan bahwa anak lahir sudah memiliki pembawaan baik
dan buruk . Pandangan ini berimplikasi kepada bahwa perkembangan manusia dalam

5
hidup bermasyarakat itu tergantung dari pembawaan, sehingga pengaruh dunia sekitar
sedikit sekali.

2. Aliran Naturalisme

Aliran ini sependapat adanya pembawaan, tetapi ada juga milleu (lingkungan).
Maka dalam hal ini terdapat dua pandangan yang berlainan, yaitu :

1. Golongan yang di pimpin oleh Rouseau. Ia mengatakan bahwa manusia itu pada
dasarnya baik. Manusia di dunia ini adalah membawa benih-benih yang serba baik.
Jadi kalau ada manusia yang jahat, itu bukan karena benihnya, tetapi di kembangkan
setelah ia lahir.
2. Golongan yang di pimpin oleh Mensius. Golongan ini mengatakan bahwa pada
dasarnya manusia jahat ia menjadi manusia yang baik karena ia bergaul dengan
masyarakat. Jadi manusia itu menjadi baik bukan karena dasarnya, tetapi karena ia
bermasyarakat.

3. Aliran Empirisme

Aliran empirisme merupakan aliran yang mementingkan stimulasi eksternal


dalam perkembangan manusia. Aliran ini mengatakan bahwa perkembangan anak
tergantung pada lingkungan, sedangkan pembawaan anak yang di bawa semenjak
lahir tidak di anggap penting.

Tokoh utama aliran ini adalah John Locke seorang filsuf dari inggris. Teori
aliran ini mengatakan bahwa anak yang lahir ke dunia dapat di umpamakan seperti
kertas putih yang kosong yang belum di tulisi, atau lebih di kenal dengan istilah
“tabularsa” (a blank sheet of paper). Menurut aliran ini anak-anak yang lahir ke dunia
tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa sesperti kertas putih yang kosong.

4. Aliran Konvergensi

Konvergensi artinya pertemuan. Teori ini menetakan bahwa seseorang terlahir


dengan pembawaan baik dan buruk. Bakat dan pembwaan yang di bawa sejak lahir
tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya lingkungan yang sesuai dengan

6
perkembangan bakat dan pembawaan tersebut. Teori ini menggambungkan antara
pembawaan sejak lahir dan lingkungannya yang menyebabkan anak mendapatkan
pengalaman.

Menurut teori konvergensi ada 3 prinsip dasar dalam pendidikan, yaitu:

1. Pendidikan mungkin untuk di laksanakan


2. Pendidikan di artikan sebagai pertolongan yang di berikan lingkungan kepada peserta
didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya
potensi yang kurang baik
3. Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembwaan dan lingkungan

5. Aliran Behaviorisme

Behaviorisme adalah suatu aliran ilmu jiwa di Amerika. Behaviorisme adalah


teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu
sebagai sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan.

Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat
mekanisnis, menekankan peranan lingkungan, memntingkan pembentukan reaksi atau
respon, memkankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,
mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang di peroleh adalah
munculnya prilaku yang di inginkan.

6. Aliran Progresivisme

Tokoh aliran progresivisme ini adalah Jhon Dewey. Aliran ini berpendapat
bahwa manusia mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat
menghadapi serta mengatasi masalah yang bersifat menekan, ataupun masalah-
masalah yang bersifat mengancam dirinya. Aliran ini memandang bahwa peserta didik
mempunyai akal dan kecerdasan. Hal itu di tunjukan dengan fakta manusia memiliki
kelebihan dibandingkan makhluk lain.

Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan


penyelenggaraan pendidikan disekolah berpusat pada anak atau child centered,
sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru atau

7
subject centered.Tujuan pendidikan dalam aliran ini adalah melatih anak agar kelak
dapat bekerja , secara sistematis ,mencintai kerja dan bekerja dengan otak dan hati.

7. Aliran Konstruktivisme.

Gagasan aliran ini diawali oleh Giambatisme Vico, Ia mengatakan bahwa


Tuhan adalah Pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan (Abdul
Kadir , 2012:129).

Belajar menurut aliran ini adalah suatu proses yang mengkondisikan siswa
untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru, pengertian baru , dan
pengetahuan baru berdasarkan data. Oleh karena itu proses pembelajaran harus
dirancang dan dikelolah sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa mampu
mendorong siswa untuk mengorganisasikan pengalamannya sendiri menjadi ilmu
pengetahuan yang bermakna.

E. LINGKUNGAN PENDIDIKAN

Menurut Ki Hajar Dewantara lingkungan tersebut meliputi lingkungan


keluarga, lingkungan sekolahan, lingkungan masyarakat, yang disebut tripusat
pendidikan atau lingkungan pendidikan.

1. Keluarga

Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil


orang karena hubungan searah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti ( ayah, ibu,
dan anak ). Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan
tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan individual maupun
pendidikan sosial.

Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang


pertama dan utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati
orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak
agar tumbuh adn berkembang dengan baik.

Pendidikan keluarga berfungsi:


• Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
• Menjamin kehidupan emosional anak

8
• Menanamkan dasar pendidikan moral
• Memberikan dasar pendidikan sosial.
• Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.

2. Sekolah

Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam
keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan.
Oleh karena itu anak dikirimkan ke sekolah-sekolah formal.

Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan


pendidikan. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peran sekolah dalam
mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan
masyarakat.

Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka


diserahkan kepadanya. Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga
terhadap pendidikan, diantaranya sebagai berikut;

1) Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta


menanamkan budi pekerti yang baik.
2) Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang
sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.
3) Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti
membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya
mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.
4) Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan benar
atau salah, dan sebagainya.

Suatu alternatif yang mungkin dilakukan sesuai situasi dan kondisi sekolah
antara lain :

1) Pengajaran yang mendidik.

9
2) Peningkatan dan pemantapan pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan
(BP) di sekolah.
3) Pengembangan perpustakaan sekolah menjadi suatu pusat/sumber belajar
(PSB).
4) Peningkatan dan pemantapan program pengelolaan sekolah.

3. Masyarakat

Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan di luar


lingkungan keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini,
telah dimulai beberapa waktu ketika anak-anak telah lepas dari asuhan keluarga dan
berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh
pendidikan tersebut tampaknya lebih luas.

Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat


banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan,
pembentukan pengertian-pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun
pembentukan kesusilaan dan keagamaan. Kaitan antara masyarakat dan pendidikan
dapat ditinjau dari tiga sisi, yaitu :

1) Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan.


2) Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial di masyarakat.
3) Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar baik yang dirancang (by
design),maupun yang dimanfaatkan (utility).

Paling sedikit dapat dibedakan menjadi enam tipe sosial-budaya sebagai berikut :

1) Tipe masyarakat berdasarkan sistem berkebun yang amat sederhana.


2) Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam di ladang atau
sawah dengan tanaman pokok padi.
3) Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan sistem bercocok tanam di ladang
atau sawah.
4) Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan sistem bercocok tanam di sawah
dengan tanaman pokok padi.

10
5) Tipe masyarakat perkotaan.
6) Tipe masyarakat metropolitan.

Selain tipe masyarakat di atas yang dapat mempengaruhi karakteristik


seseorang, terdapat juga lembaga kemasyarakatan kelompok sebaya dan kelompok
sosial seperti remaja masjid, pramuka, dsb. Kelompok teman sebaya mempunyai
fungsi terhadap anggotanya antara lain :

1) Mengajar berhubungan dan menyesuaikan diri dengan orang lain.


2) Memperkenalkan kehidupan masyarakat yang lebih luas.
3) Menguatkan sebagian dari nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan
masyarakat orang dewasa.
4) Memberikan kepada anggota-anggotanya cara-cara untuk membebaskan diri
dari pengaruh kekuatan otoritas.
5) Memberikan pengalaman untuk mengadakan hubungan yang didasarkan
pada prinsip persamaan hak.
6) Memberikan pengetahuan yang tidak bisa dibrikan oleh keluarga secara
memuaskan (pengetahuan mengenai cita rasa berpakaian, musik, jenis tingkah
laku tertentu, dan lain-lain).
7) Memperluas cakrawala pengalaman anak, sehingga ia menjadi orang yang
lebih kompleks.

Dengan demikian organisasi tersebut menyediakan program pendidikan bagi


anak-anaknya, yakni :

1) Mengajarkan keyakinan serta praktik-praktik keagamaan dengan cara


memberikan pengalaman-pengalaman yang menyenangkan bagi mereka
2) Mengajarkan bagi mereka tingkah laku dan prinsip-prinsip moral yang sesuai
dengan keyakinan-keyakinan agamanya
3) Memberikan model-model bagi perkembangan watak

11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Pendidikan memiliki tujuan yang harus di capai, juga memiliki
pilar-pilar dan aliran-aliran, dan semua proses penndidikan terjadi di lingkungan
pendidikan. Semua itu adalah satu ke satuan dari pendidikan yang tidak bisa di
lepaskan satu sama lainn.

B. SARAN

Makalah ini tentu belum sempurna, maka dari itu penulis menyarankan agar
pembaca bisa mencari lebih banyak refeerensi tentang topik atau judul yang di bahas
di makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Tim dosen.2017.Ilmu Pendidikan. Meadan :unimed


http://silabus.org/pengertian-pendidikan/
http://www.academia.edu/28791006/Pilar-pilar_pendidikan
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/08/pengertian-fungsi-dan-jenis-
lingkungan-pendidikan/

13

Anda mungkin juga menyukai