PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1
1.3. Manfaat
2
BAB II
Ide ini muncul untuk menjawab keadaan yang sering terjadi belakangan ini di dunia
pendidikan di mana banyak terdapat guru yang melakukan kekekrasan terhadap muridnya
seperti yang penulis baca di laman
http://nasional.kompas.com/read/2017/11/06/19470831/video-kekerasan-terhadap-
siswa-pelaku-diduga-orangtua-siswa
Yang menduga kekerasan terhdap ssiswa itu adalah orang tua. Hal ini jelas sangat
memperihatinkan, ternyata bukan hanya guru melainkan juga siswa mendapatkan perlakaun
yang tidak mengenakkan dari orang tuanya. Itu lah yang mendasari ide ini muncul untuk
meminimalisir kekerasan tersebut.
Dalam hal ini kita harus memeberi perhatian yang lebih terhadap psikis sisiwa yang
mendapatkan perlakuan kekerasan, bagai mana dia mau belajar jiaka seperti itu. Hal itulah
yang harus di garis bawahi karena siswa ini adalah anak –anak yang kelak akan menjadi
penentu masa depan bangsa ini kedepannya.
Namun perlu di perhatikan juga jika seorang guru khilaf dan melakukan tindakan fisik
yang pada dasarnya tidak membuat cedera yang berarti terhadap anak hendak nya di
selesaikan secara kekeluargaan antara orrang tua siswa dengan sekolah, sebelum ke pihak
berwajib.
Di lihat dari konteks sosialnya ide ini sangat bergantung pada keikut sertaan
masyarakat dalam menjamin keamanan anak baik di rumah maupun di sekolah.
3
BAB III
PERANGKAT YANG DIBUTUHKAN UNTUK MELAKUKAN INOVASI
a) KEMENDIKBUD
Kunci dari terlaksananya ide yang dimaksud penulis semuanya berawal dari
keputusan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang
merupakan perangkat/lembaga pendidikan tertinggi di Indonesia. Yang bertugas
membuat peraturan dan membuat wewenang terhadap seluruh kegiatan pendidikan di
indonesia.
b) SEKOLAH
Sekolah haruslah mendukung penuh kegiatan dengan cara menyiapkan sarana
prasarana yang dibutuhkan. Baik itu dimulai dari tenaga pendidiknya hingga peralatan
yang dibutuhkan harus dipersiapkan denganb baik oleh sekolah. Karena sekolah
adalah sarana untuk mendapatkan ilmu bukan mendapatkan kekerasan.
c) GURU
Guru adalah pelaku utama dalam setiap kejadian yang terjadi, oleh karena
itulah baik jika guru sekarang mau merubah cara mengajarnya. Karena siswa sekarang
berbeda dengan siswa dulu
d) ORANG TUA
Di sini orang tua bertindak sebagai pelindung pertama anak. Pelindung di sisni
bukan berarti apa yang terjadi pada anak kita haruslah di pidanakan tapi tugas orang
tua sisiwa mengawasi jalannya pembelajaran di sekolah dan juga mengawasi tingkah
laku anaknya naik di rumah maupun di sekolah.
4
BAB IV
IDE TURUNAN DAN KONTEKS SOSIALNYA
a) Sebelumnya pemerindah yang dalam hal ini MENDIKBUD harus membuat sebuah
peraturan yang mangatur tentang kekerasan yang terjadi di sekolah, peraturan itu
terdiri dari panduan pengawasan dan yang paling berat sanksi mengenai peratuaran
kekerasan di sekolah.
b) Kemudian jika peratuaran itu sudah final dan dapat di pergunakan maka tugas sekolah
untuk menerapkan peraturan tersebut dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya.
c) Jika terdapat tindak kekerasan maka sekolahlah yang terlebih dahulu menangani kasus
tersebut dengan asas kekeluargaan dan tidak langsung kepada pihak yang berwijib.
d) Guru di sini yang bertugas mendidik harus menggunakan alat-alat pendidikan seperti
pembiasaan, pengawasan, perintah,larangan hingga .hukuman haruslah di pergunakan
dengan bijak, karena guru adalah orang yang paling sering di salahkan bila terjadi
kekerasan.
e) Kemudian cara penggunaan alat-alat tersubut misalnya saat siswa melakukan
kesalahan entah itu saat guru memberi perintah atau memberi larangan dan guru
memberi hukuman sebagai konsekuensinya maka di sini guru tidak mesti membuat
hukuman yang berbentuk fisik seperti memulul, keliling lapangan, di kompa, push up,
dan lain sebagainya. Melainkan hukuman yang bermanfaat untuk dia dan untuk untuk
orang sekitarnya.
f) Contohnya saat di terlambat masuk kelas, maka guru tidak semestinya mensetrap
siswa, melainkan dapat di gunakan cara halus seperti jika siswa ingin masuk dia harus
menjawab kuis tentang pelajaran saat ini yang di berikan oleh guru, jika siswa tidak
dapat menjawab maka dia harus mempelajari kuis itu di depan kelas bersama guru,
jika ia sudah dapat menjawab pertanyaan barulah ia dapat duduk bersama teman-
temannya.
g) Contoh lain dalam penggunaan alat pendidikan pembiasaan sperti guru meminta
sisiwa membaca dan murid lain harus menyimak secara seksama apa yang di baca
5
oleh siswa, jika murid lain tidak menyimak dan guru meminta dia menyambung
bacaan siswa tersebut tidak bisa, maka guru jangan langsung menggunakan fisisk,
melainkan dapat menyuruh siswa yang tidak menyimak tadi membacanya sambil
berdiri di depan kelas untuk membuat rasa percaya dirinya berkembang.
6
BAB. V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Rekayasa ide yang dipaparkan penulis ini sangatlah baik diterapkan pada sekolah-
sekolah di tingkat mana pun baik itu SD, SMP, dan juga SMA. Alat-alat pendidikan ada
bukan untuk di gunakan untuk melakukan kekerasan melainkan untuk membuat siswa
memahami apa yang harus di lakukannya dan apa yang mestinya tidak di lakukannya sebagai
sorang sisiwa. Dan juga alat-alat pendidikan ini harus di gunaka dengan efektif dan
bertanggung jawab oleh guru. Karena siswa adalah anak-anak yang kelak akan menjadi
tulang punggung pembangunan bangsa ini di kemudian hari.
5.2. Saran
7
DAFTAR PUSTAKA
http://nasional.kompas.com/read/2017/11/06/19470831/video-kekerasan-terhadap-siswa-
pelaku-diduga-orangtua-siswa
Tim dosen.2017.Ilmu Pendidikan. Meadan :unimed