Anda di halaman 1dari 4

Soal Ujian Tengah Semester (UTS)

Nama : Angelina Veronica Hutasoit


Nim : 1203313016
Mata Kuliah : Ilmu Pendidikan
Prodi : PG PAUD

*Jawablah soal berikut dengan jelas*


1. Kemukakan apa saja yang termasuk alat pendidikan yang sering digunakan guru.
2. Coba jelaskan apa landasan prinsip pendidikan sepanjang hayat di Indonesia dan apa
tujuannya.
3. Bagaimana kaitan antara tri sentra pendidikan, khususnya untuk pendidikan anak usia dini,
manakah yang paling berperan di antara ketiganya ?
4. Ada 4 kompetensi yang harus dikuasai dan dimiliki oleh guru.
a. Sebutkan kompetensi apa saja hal tersebut.
b. Bagaimana kaitan masing-masing.
5. Khusus untuk guru TK (PAUD), bagaimana ciri guru TK yang profesional ?
6. Coba jelaskan apa permasalahan pendidikan di Indonesia ?, serta apa yang menjadi
penyebabnya dan bagaimana mengatasinya ?

Selamat Mengerjakan.
Jawaban
1. Ahmad D. Marimba memandang alat pendidikan dari aspek fungsinya, yakni ; alat
sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan,
alat sebagai tujuan untuk mencapai tujuan selanjutnya. Menurut pendapat ini, alat
pendidikan bisa berupa usaha/perbuatan atau berupa benda/perlengkapan yang bisa
memperlancar/mempermudah pencapaian tujuan pendidikan.

Jika ditinjau dari segi wujudnya, maka alat pendidikan itu dapat berupa:
a. Benda-benda sebagai alat bantu pendidikan ( hardware). Banyak sekali
macamnya yang termasuk ke dalam benda-benda yang dianggap sebagai alat
bantu pendidikan, di antaranya mencakup meja, kursi, papan tulis, penghapus,
kapur tulis, buku, peta, dan sebagainya.
b. Perbuatan pendidik ( software)
1) Teladan. Teladan merupakan segala tingkah laku, cara berbuat, dan berbicara yang
ada pada diri pendidik yang kemungkinan akan ditiru oleh si anak didik. Dengan
teladan ini, lahirlah gejala identifikasi positif, yakni penyamaan diri dengan orang
yang ditiru. 
2) Anjuran, suruhan dan perintah. Perintah adalah tindakan pendidik yang menyuruh
anak didik melakukan sesuatu yang diharapkan untuk mencapai tujuan tertentu. Jika
pada teladan anak dapat melihat, di dalam anjuran, suruhan, atau perintah anak
mendengar apa yang harus dilakukan.
3) Larangan. Larangan merupakan tindakan pendidik menyuruh anak didik supaya tidak
melakukan sesuatu atau menghindari tingkah laku tertentu demi tercapainya tujuan
pendidikan tertentu.
4) Pujian dan hadiah. Pujian dan hadiah merupakan tindakan pendidik yang fungsinya
memperkuat penguasaan tujuan pendidikan tertentu yang telah dicapai oleh anak
didik. 

2. Prinsip utama dari pendidikan sepanjang hayat ini adalah “setiap tempat adalah
seklah dan setiap orang adalah guru”.

Terkait dengan pendidikan sepanjang hayat, Sudjana (2001: 217—218) menjelaskan


bahwa pendidikan
sepanjang hayat harus didasarkan atas prinsip-prinsip pendidikan di bawah ini.
a. Pendidikan hanya akan berakhir apabila manusia telah meninggal dunia.
b. Pendidikan sepanjang hayat merupakan motivasi yang kuat bagi peserta didik untuk
merencanakan dan melakukan kegiatan belajar secara terorganisasi dan sistematis.
b. Kegiatan belajar bertujuan untuk memperoleh, memperbarui, dan meningkatkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah dimiliki.
c. Pendidikan memiliki tujuan-tujuan berangkai dalam memenuhi kebutuhan belajar
dan dalam mengembangkan kepuasan diri setiap manusia yang melakukan kegiatan
belajar.
d. Perolehan pendidikan merupakan prasyarat bagi perkembangan kehidupan
manusia, yaitu untuk meningkatkan kemampuannya agar manusia selalu melakukan
kegiatan belajar guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
Tujuan Pendidikan Seumur Hidup yaitu mengembangkan
potensi manusia secara optimal dan menyelaraskan pendidikan wajib belajar dengan
pengembangan kepribadian manusia.[2] Penerapan Pendidikan Sepanjang Hayat
dapat dilakukan pada lingkungan rumah tangga, lingkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat.[3] Melalui proses Pendidikan Sepanjang Hayat
ini, manusia mampu meningkatkan kualitas kehidupannya secara berkesinambungan,
mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi, serta mampu mengikuti
perkembangan masyarakat dan budaya untuk menghadapi tantangan masa depan dan
mengubahnya menjadi peluang.

 Tri Sentra Pendidikan (Tiga Pusat Pendidikan), yang menerangkan bahwa pendidikan
berlangsung di tiga lingkungan yaitu, keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiganya memiliki
peran di dalam proses pendidikan, serta saling mengisi dan memperkuat satu dengan yang
lainnya. Tanggung jawab pendidikan tidak hanya pada pemerintah semata, namun termasuk
juga keluarga dan masyarakat.
Yang paling berperan adalah lingkungan keluarga. Keluarga merupakan lingkungan yang
pertama bagi perkembangan individu anak, karena sejak kecil anak tumbuh dan berkembang
dalam lingkungan keluarga. Awal pendidikan anak sebenarnya diperoleh melalui keluarga,
dalam dunia pendidikan disebut pendidikan informal. Pembelajaran yang terjadi di dalam
keluarga terjadi setiap hari pada saat terjadi interaksi antara anak dengan keluarganya. Peran
orang tua menjadi panutan bagi anak-anaknya. Dalam keluarga, orang tua mempunyai peran
yang sangat penting dalam membentuk dan mengembangkan karakter dan kepribadian anak.
Semakin baik kualitas keluarga, maka kemungkinan besar anak akan tumbuh dan
berkembang kepribadian dan karakternya yang berkualitas pula

3. A. Kompetensi pedagogik

Kompetensi Pedagogik Guru adalah kemampuan atau keterampilan guru yang bisa mengelola
suatu proses pembelajaran atau interaksi belajar mengajar dengan peserta didik.

B. Kompetensi kepribadian
Kompetensi Kepribadian berkaitan dengan karakter personal. Ada indikator yang
mencerminkan kepribadian positif seorang guru yaitu: supel, sabar, disiplin, jujur, rendah
hati, berwibawa, santun, empati, ikhlas, berakhlak mulia, sesuai norma sosial & hukum, dll.

C. Kompetensi profesional
Kompetensi Profesional Guru adalah kemampuan atau keterampilan yang wajib dimiliki
supaya tugas-tugas keguruan bisa diselesaikan dengan baik.

D. Kompetensi sosial
Kompetensi Sosial berkaitan dengan keterampilan komunikasi, bersikap dan berinteraksi
secara umum, baik itu dengan peserta didik, sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua
siswa, hingga masyarakat secara luas.

Dengan memiliki kompetensi yang dibutuhkan ketika mengajar, kinerja guru akan mulai
terbantu. Hal ini akan membantu peserta didik mendapatkan berbagai macam kebutuhan.
Selain kebutuhan mengenai ilmu pelajaran, mereka juga dapat belajar bagaimana menjadi
makhluk sosial yang baik, serta membantu membentuk karakter mereka. Menguasai 4 standar
kompetensi guru dapat membantu kinerja mereka dalam mengerjakan tugas-tugas keguruan.
Tapi selain menguasai kompetensi, guru juga perlu memiliki pengalaman mengajar yang
baik.

Fleksibel
Dibutuhkan guru yang tidak kaku, luwes, dan dapat memahami kondisi anak didik,
memahami cara belajar mereka, serta mampu mendekati anak didik melalui berbagai cara
sesuai kecerdasan dan potensi masing-masing anak.
Optimis
Keyakinan yang tinggi akan kemampuan pribadi dan yakin akan perubahan anak didik ke
arah yang lebih baik melalui proses interaksi guru-murid yang fun akan menumbuhkan
karakter yang sama terhadap anak tersebut.
Respect
Rasa hormat yang senantiasa ditumbuhkan di depan anak didik akan dapat memacu mereka
untuk lebih cepat tidak sekadar memahami pelajaran, namun juga pemahaman yang
menyeluruh tentang berbagai hal yang dipelajarinya.
Cekatan
Anak-anak berkarakter dinamis, aktif, eksploratif, dan penuh inisiatif. Kondisi ini perlu di
imbangi oleh Anda sebagai pengajarnya sehingga Anda mampu bertindak sesuai kondisi
yang ada.
e. Humoris ada umumnya, anak-anak suka sekali dengan proses belajar yang menyenangkan,
termasuk dibumbui dengan humor. Secara tidak langsung, hal tersebut dapat membantu
mengaktifkan kinerja otak kanan mereka.
f. Inspiratif
Meskipun ada panduan kurikulum yang mengharuskan peserta didik mengikutnya, guru harus
dapat menemukan banyak ide dari hal-hal baru dan lebih memahami informasi-informasi
pengetahuan yang disampaikan gurunya.
g. Lembut
Dimanapun, guru yang bersikap kasar, kaku, atau emosional, biasanya mengakibatkan
dampak buruk bagi peserta didiknya, dan sering tidak berhasil dalam proses mengajar kepada
anak didik.

4. Minim Bahan Pembelajaran


Tidak dapat dipungkiri masalah pendidikan di Indonesia juga terbentur pada keterbatasan
bahan ajar. Kurangnya keterbatasan bahan wajar menurut saya hal yang wajar, karena
memang dari kesadaran akan literasi di Indonesia termasuk di urutan akhir. Dari sudut
perspektif lain, menurut saya bisa jadi bukan karena masalah minimnya bahan pembelajaran,
tetapi masalah kurangnya kesadaran untuk membuat inisiatif mencari modul pembelajaran. 
Kurang setuju dengan masalah keterbatasan menjadi alasan. Mungkin banyak yang
menyebutkan bahwa keterbatasan bahan pembelajaran tidak memadai. Padahal, sebenarnya
kita bisa mencari sendiri. Tidak harus mengandalkan huluran bahan saja dari pemerintah,
tetapi inisiatif untuk mencari. Jika memang tidak ada bahan pembelajaran tidak tersedia, bagi
seorang pendidik bisa saja belajar dari buku luar. Kemudian dari pesan buku tersebut di
transformasikan ke peserta didik. Atau bisa membuat atau menciptakan bahan pembelajaran
jika memang tidak ada.
Dengan cara-cara seperti ini lebih solutif daripada menyalahkan ataupun menuding.
Setidaknya dengan cara ini menjadi upaya memberikan jalan keluar untuk kebutuhan diri
sendiri dan memberikan ruang jalan bagi orang lain. Bukan berarti saya pro dengan
pemerintah. Hanya saja, sampai kapan kita menunggu pemerintah pendidikan. Menunggu
belum tentu bertemu, tetapi dengan kita bergerak, meskipun hasilnya bukan gerakan besar,
minimal memberi sedikit perubahan. 

Anda mungkin juga menyukai