Anda di halaman 1dari 13

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Kami dari kelompok 4 yang beranggotakan :

1. Annisa Salsabila (20129246)

2. Ghina Qodriya (20129285)

3. Sulis Anggraini (20129080)

4. Suci Rahmayani (20129213)

Kesimpulan Diskusi Tentang GURU KREATIF DAN MEMBEBASKAN (MARIA MONTESSORI)

Penambahan Materi :

1. Rafika

Menurut Cremin (2009), mengajar kreatif didefinisikan sebagai kemampuan guru dalam
menyusun dan menciptakan pembelajaran yang menarik dan efektif di kelas. Mantiri (2015)
juga berpendapat bahwa mempersiapkan suasana belajar kreatif, menyenangkan, dan
memastikan siswa berpartisipasi dalam pembelajaran adalah hal yang sangat krusial karena
tugas guru bukan sekadar mentransfer pengetahuan pada siswa. Guru mungkin saja tidak
memiliki ‘kontrol’ yang besar dalam motivasi belajar siswa, tetapi ada beberapa kemungkinan
yang dapat guru lakukan untuk membentuk atau meningkatkan motivasi belajar siswa dengan
melakukan beragam cara. Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
menjadi guru yang kreatif merupakan tugas wajib yang harus diemban oleh seorang guru,
terlebih dalam situasi pandemi seperti saat ini.

Menjadi guru kreatif di masa pandemi dapat dilaksanakan dengan berbagai cara seperti
melaksanakan pendataan awal terkait kebutuhan dan gaya belajar siswa, mengaktifkan student
centred learning, dan menjadi guru yang kreatif dalam mendengarkan. Hal pertama yang dapat
guru lakukan untuk menjadi guru kreatif yakni melaksanakan pendataan awal. Pendataan awal
dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeteksi kebutuhan siswa dalam belajar yang nantinya
akan menunjang keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Guru dapat
mengetahui gaya belajar yang disukai siswa, metode belajar yang diinginkan siswa, hingga
kelemahan dan kelebihan yang dimiliiki oleh siswa. Data tersebut dapat diperoleh guru dengan
dengan menggunakan berbagai macam cara mulai dari melaksanakan survei atau membuat
kegiatan seperti kertas/pohon harapan yang di dalamya berisi informasi kebutuhan siswa dalam
pembelajaran. Pelaksanaan survei juga dapat dilaksanakan secara daring dengan
memanfaatkan berbagai platform online gratis seperti Mentimeter.com, Google Form, dan lain-
lain. Data yang terkumpul terkait kebutuhan belajar siswa, dapat digunakan guru untuk
merancang pembelajaran kreatif dan menarik sesuai dengan gaya belajar, minat, dan
kemampuan siswa.

Kedua, mengaktifkan ‘student centred learning’ yakni pembelajaran yang memusatkan siswa
sebagai pelaku dan aktor utama selama kegiatan belajar berlangsung. Selama pembelajaran
daring maupun luring guru melibatkan siswa sebanyak mungkin untuk menggali informasi yang
dipelajari. Guru hadir bersama siswa sebagai fasilitator dan pengarah jalannya proses belajar
siswa, bukan sebagai penceramah yang bercerita dan didengarkan oleh siswa. Guru juga dapat
menggunakan berbagai online platform seperti Google, Wikipedia, YouTube, Quizzizz, dan lain-
lain sebagai sumber belajar siswa. Mengarahkan dan menuntun siswa dalam mempelajari
materi pelajaran menggunakan berbagai sumber tersebut. Belajar akan lebih bermakna dan
menyenangkan ketika siswa mencari, menemukan, dan mempraktikkan secara mandiri tentang
apa yang sedang dipelajarinya.

Ketiga, menjadi guru yang kreatif dalam mendengarkan. Menjadi pendengar yang baik adalah
tugas lain dari seorang guru. Kegiatan mendengarkan menjadi sangat berarti dan penting ketika
seseorang memahami makna mendengarkan. Selain mengajar dan membimbing siswa, guru
juga harus mampu menjadi pendengar yang baik bagi siswa. Mendengarkan segala keluh
kesah siswa dalam belajar terlebih pada masa pandemi seperti saat ini. Mendengarkan cerita
mereka terhadap kendala yang dihadapi saat belajar, juga mendengarkan saran, dan masukan
yang diberikan siswa. Melalui kegiatan mendengar, guru dapat melaksanakan refleksi terhadap
kinerja dan performa dalam mengajar dan berinteraksi dengan siswa.

Kegiatan refleksi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara sesuai dengan kreativitas guru,
mulai dari menggunakan kertas, bercerita, menggunakan aplikasi untuk refleksi dan
sebagainya. Refleksi tersebut nantinya dapat digunakan untuk menjadi acuan dasar bagi guru
dalam memperbaiki segala kekurangan yang dimiliki guru baik saat mengajar maupun saat
berinteraksi dengan siswa. Dengan menyediakan ruang dan waktu bagi bagi siswa untuk
menyampaikan segala cerita, guru dapat mendengarkan segala macam bentuk curhatan,
keluhan, saran, bahkan masukan dari siswa.

2. Fauziah Azzahra

Metode montessori juga dapat memberikan beberapa manfaat lain, karena beberapa hal berikut
ini:

• Setiap anak dihargai sebagai individu yang unik

Metode montessori mengajarkan bahwa setiap anak adalah individu yang unik dan bisa belajar
dengan cara yang berbeda-beda. Pembelajaran dengan metode ini, akan memfasilitasi setiap
perbedaan tersebut agar anak bisa belajar dengan cara yang disukainya.

Anak juga akan mendapatkan rencana pembelajarannya sendiri, yang dibuat oleh guru secara
khusus sesuai dengan minat, perkembangan, serta kecepatan belajar anak.

• Anak menjadi bagian dari komunitas yang peduli dan dekat satu sama lain

Anak dalam kelas montessori tidak dikelompokkan berdasarkan usia. Sehingga, setiap kelas
bisa berisikan anak-anak dari berbagai usia dengan perbedaan usia hingga 3 tahun.

Dengan begitu, anak yang berusia lebih tua bisa belajar menjadi mentor dan panutan bagi adik-
adiknya. Lalu, anak yang lebih muda bisa belajar dengan lebih percaya diri dengan adanya
dukungan dari kakak-kakak di kelasnya.
Di sisi lain, guru akan menjadi panutan bagi kakak maupun adik di kelas dengan caranya
memperlakukan murid-murid dengan saling menghormati, menyayangi, dan menyelesaikan
masalah yang ada secara damai.

• Anak didukung menjadi individu yang aktif dalam mencari ilmu pengetahuan

Pada kelas yang menerapkan metode montessori, guru bertugas menyediakan lingkungan
belajar yang membuat anak-anak memiliki kebebasan dan alat untuk mendapatkan jawaban
dari pertanyaan yang muncul di kepala mereka.

Saat anak bisa menemukan sendiri jawaban dari pertanyaannya seputar pengetahuan atau
pelajaran, akan timbul kepuasan tersendiri.

Kepuasan tersebut, akan membuat anak menjadi lebih kritis dan haus ilmu pengetahuan, dan
akhirnya menemukan keseruan dalam belajar yang akan bertahan dalam jangka waktu lama.

• Anak dapat belajar memperbaiki kesalahannya dan menilainya sendiri

Seiring berjalannya waktu, anak akan bertambah dewasa dari segi usia maupun pemikiran.
Saat waktu ini tiba, anak akan menjadi lebih kritis terhadap hasil pekerjaannya.

Dengan begitu, anak akan mengenali saat dirinya membuat kesalahan dan akan berusaha
memperbaikinya, serta belajar dari kesalahan sebelumnya.

• Metode montessori juga mengembangkan kemampuan sosial-emosional anak

Anak yang belajar dengan metode montessori juga dipercaya akan memiliki kemampuan sosial-
emosional yang lebih baik, jika dibandingkan dengan anak yang berlajar dengan metode
tradisional.

Mengajarkan kedisiplinan

Dikutip dari situs Education, kurikulum montessori dipercaya bisa mengajarkan kedisiplinan
pada anak-anak.

Sebab, metode montessori untuk anak usia dini mampu mengajarkan si kecil untuk memilih
aktivitas apa yang mereka ingin kerjakan dan berapa lama waktu yang akan mereka habiskan
untuk menyelesaikan pekerjaan itu.

Selain itu, kurikulum montessori juga dilengkapi dengan berbagai peraturan yang perlu dipatuhi
oleh siswa dan juga gurunya.

3.  Azizah Rahmi Yudita NIM 20129251 

Kekurangan Dan Kelebihan Model Pembelajaran Maria 

Montessori
a. Kelebihan Metode Montessori: 

1) Konsep-konsep pendekatan Montessori dapat diberikan pada 

anak dari berbagai latar belakang dan kondisi yang beragam. 

2) Menghasilkan konsep dan material / alat pendidikan yang 

sistematis dan operasional sesuai dengan tahapan perkembangan 

dan kemampuan anak.

3) Memiliki laboratorium sekolah dan sistem penyelenggaraan 

yang terkontrol terhadap seluruh sistem pendidikan Montessori.

4) Mengeluarkan panduan-panduan tentang sistem pembelajaran di 

sekolah Montessori.

b. Kekurangan Metode Montessori:

1) Terlalu bersifat perseorangan, sehingga memerlukan rasio 

perbandingan antara guru dan murid yang kecil. 

2) Metode montessori tidak mempertimbangkan bahwa sedikitnya 

material pembelajaran tidak hanya mengarah kepada sifat 

berbagi tetapi dapat mengarah kepada agresi dan insting untuk mempertahankan hak milik,
terutama pada anak usia dini.

Pengelompokan anak dengan berbagai usia juga dapat menimbulkan sikap agresif dari anak
yang berusia lebih tua dan keinginan untuk mengalahkan anak yang lebih kecil dalam 

penggunaan material belajar yang terbatas jumlahnya. 

3) Pendekatan ini menggabungkan anak yang beragam usia dalam pembelajarannya, ini akan
menyulitkan guru dalam menilai

perkembangan anak yang tiap usia berbeda tahap perkembangannya.

Implementasi Metode Montessori di Indonesia

 Penerapan atau implementasi metode Montessori di Indonesia 


didasarkan pada tiga area dasar keterlibatan anak yaitu :

a) Pendidikan praktis/ gerak motorik meliputi :

1) Lingkungan yg siap menekankan aktivitas dasar sehari-hari. 

Misal: berjalan dg tertib, membawa benda spt baki & kursi, dlsb.

2) Bingkai berpakaian. Misal: mengancingkan, membuka & 

menutup resleting, mengikat, menekuk, & menali. (Mandiri & 

konsentrasi)

3) Aktivitas berbasis air. Misal: menggosok, mencuci, & menuang. 

(Sarana pengembangan koordinasi)

4) Latihan kehidupan praktis. Misal: mengelap cermin, sepatu, 

daun tanaman, meyapu lantai, membersihkan furnitur, & 

mengupas sayur.

c) Materi sensorik untuk pelatihan indera meliputi :

1) Melatih indera agar fokus pada beberapa kualitas tertentu yg 

terlihat seperti Membedakan banyak rangsangan yg 

diterima,Membuat anak lebih mengenali kapasitas tubuh untuk 

menerima, menafsirkan, & menggunakan rangsangan.

2) Membantu mempertajam kekuatan anak untuk mengamati & 

membedakan secara visual, Ketrampilan ini berfungsi sebagai 

dasar bagi kesiapan membaca awal anak.

3) Meningkatkan kemampuan anak untuk berpikir sebagai proses 

yang bergantung pada kemampuan membedakan, 

mengklasifikasikan & mengatur.

4) Materi akademik untuk pengajaran menulis, membaca, & 


matematika.

5) Disajikan secara berurutan yg mendukung menulis sebagai basis 

pembelajaran membaca.

6) Montessori yakin bahwa Anak siap menulis pada usia 4 

tahun,Menulis & membaca pada usia 4 & 5 tahun.

4. Devi Elia

Model Pembelajaran Maria Montessori

Model pembelajaran Montessori adalah model pembelajaran yang

dirancang untuk mendukung perkembangan alamiah anak di sebuah lingkungan

yang sudah disiapkan dengan baik.6 Dalam buku Elizabeth menyatakan bahwa

anak-anak belajar dengan baik dalam lingkungn yang sesuai ukuran, untuk

merangsang anak menyerap kognitif mereka dalam lingkungan.7

Montessori memandang perkembangan anak usia prasekolah sebagai suatu

proses yang berkesinambungan. Ia memahami bahwa pendidikan merupakan

aktivitas diri yang mengarah pada pembentukan disiplin pribadi, kemandirian dan

pengarahan diri. Ia mengembangkan alat-alat belajar yang memungkinkan anak

untuk mengeksplorasi lingkungan.8

Program Montessori didasarkan pada ide asli dari Dr. Maria Montessori,

bahan, dan metode yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan dari Children

Improverished di Italia. Model Montessori adalah model kurikulum yang kedua

dibuat tegas untuk pendidikan awal. Di Amerika Serikat saat ini terdapat variasi

yang luas dan interpretasi dari prinsip-prinsip Montessori.9

Menurut filsafat Dr. Montessori, anak-anak belajar dengan baik dalam

lingkungan sesuai ukuran, untuk merangsang, serta mempermudah anak


untuk menyenyerap kognitif (pikiran) mereka dalam lingkungan.

Pengaturan ruangan diatur seperti yang bisa dijangkau oleh anak dan

menggunakan bahan yang tidak berbahaya. Di dalam lingkungan anak

dapat memilih sendiri pekerjaan atau kegiatannya yang memiliki makna

dan tujuan untuknya. Misalnya, untuk kegiatan teknologi anak, bagaimana

cara menulis, dalam kegiatan ini Montessori melakukan kegiatan seperti

memotong huruf amplas besar dan memberi instruksi kepada anak-anak untuk mempraktekan
dengan jari-jari mereka, dan kemudian dengan

pensil atau kapur.”

10

Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran

Maria Montessori adalah model pembelajaran yang membebaskan anak dalam

memilih kegiatan yang disukainya. Kebebasan disini berarti anak memiliki

kemampuan dan potensi yang dimilikinya yang bisa dikembangkan melalui

lingkungan yang telah disiapkan.

Sesi Pertanyaan :

1. Anggun Kurnia

Menurut kelompok penyaji Haruskah guru Montessori dilatih dalam metode dan teknik
Montessori dan disertifikasi oleh asosiasi Montessori? Apakah itu buruk atau tidak? Jelaskan!

dijawab oleh : Annisa Salsabila

Pelatihan yang dilalui oleh para guru cukup komprehensif, karena mencakup filosofi di belakang
metode, materi, dan demonstrasi yang tepat dari materi. Ini juga memungkinkan untuk berdebat
dan berdiskusi tentang teknik, serta peluang jaringan dengan guru lain. Tugas tersebut
mengharuskan guru siswa untuk benar-benar merefleksikan metode Montessori dan untuk
menyerapnya. Selama bertahun-tahun, metode ini telah diperbaiki sedikit. AMI cenderung
memegang teguh apa yang dikatakan Maria lebih dari 100 tahun yang lalu, sedangkan AMS
telah mengizinkan beberapa adaptasi selama bertahun-tahun. Guru siswa akan segera
menemukan filosofi mana yang paling sesuai dengan kepribadian dan keyakinannya.

Sertifikasi adalah manfaat bagi seorang guru yang ingin melakukan Montessori sebagai
karirnya, karena itu membuatnya lebih mungkin untuk dipekerjakan oleh sekolah Montessori.
Terkadang guru yang disertifikasi melalui AMS akan mendapatkan pekerjaan di sekolah AMI,
dan menjalani pelatihan AMI untuk membantu menguraikan perbedaannya. Guru AMS yang,
mungkin, dilatih oleh salah satu pusat Internasional, mungkin juga menjalani pelatihan lebih
lanjut. Ada banyak buku dan bahan yang tersedia untuk masyarakat umum, dan Montessori
sedang dilaksanakan di rumah dan sekolah bahkan tanpa pelatihan formal. Beberapa sekolah
lebih suka melakukan pelatihan sendiri di rumah.

Memiliki sertifikasi tidak menjamin kualitas pendidikan. Saya percaya ini benar-benar berasal
dari individu, dirinya sendiri. Saya telah melihat guru-guru Montessori yang sangat baik yang
dilatih di rumah, dan yang mengerikan yang telah menerima berbagai bentuk sertifikasi
Montessori.

2. Adiva Ayodia Prameswari

Pada makalah dipaparkan tantangan metode montessori, yakni Bisa terjadi kesenjangan
pengetahuan antara satu bidang yang anak sukai dengan yang 

tidak disukai. Ini dikhawatirkan akan memengaruhi kehidupan anak di masa depan.

Nah pertanyaan saya, seperti apa contoh pengaruh tersebut terhadap kehidupan anak di masa
depan dan bagaimana agar tantangan ini bisa diatasi?

dijawab oleh : Ghina Qodriya

misalnyay seorang peserta didik lebih menyukai pembelajaran yang memerlukan penalaran dan
tidak menyukai pelajaran yang berhitung. peserta didik tersebut cenderung menikmati dan
mendapatkan hasil atau nilai yang baik di pelajaran yang bersifat nalar dari pada berhitung.
kecendrungan tersebut akan terbiasa hingga nanti ke sekolah tingkat akhir. nilai peserta didik
dalam pembelajaran berhitung akan rendah.

3. Andini Sugiarti

Seperti yang terdapat di dalam makalah kelompok penyaji tentang tantangan menyekolahkan
anak dengan metode Montessori. Pertanyaan saya bagaimana tindakan guru yang kreatif dan
membebaskan dalam mengahadapi tantangan menyekolahkan anak dengan metode
Montessori tersebut agar guru dapat membantu anak untuk mencapai potensinya dalam
kehidupan.

dijawab oleh : Suci Rahmayani

Montessori adalah metode pendidikan yang membantu anak untuk mencapai potensinya dalam
kehidupan. Metode ini menekankan pada kemandirian dan keaktifan anak dengan konsep
pembelajaran langsung melalui praktik dan permainan kolaboratif.
Tantangan menyekolahkan anak dengan metode montessori 

• Sekolah dengan metode montessori cenderung lebih mahal karena memerlukan banyak
bahan dan alat pembelajaran serta pelatihan yang panjang untuk pengajarnya. 

• Sekolah dengan metode ini masih terbatas di perkotaan, sehingga sulit terjangkau oleh
orang-orang di luar area tersebut. 

• Bisa terjadi kesenjangan pengetahuan antara satu bidang yang anak sukai dengan yang
tidak disukai. Ini dikhawatirkan akan memengaruhi kehidupan anak di masa depan. 

• Mempersulit anak untuk bekerja secara berkolaborasi dalam tim dan di bawah otoritas
yang kaku, karena anak terbiasa belajar dan bereksplorasi sendiri. 

• Lingkungan dan metode pembelajaran yang bebas bisa membuat kelas lebih sulit
teratur.  

• Bagi anak-anak yang lebih menyukai rutinitas terstruktur cenderung tidak nyaman
belajar pada lingkungan kelas yang bebas seperti pada metode ini. Setiap metode pendidikan,
baik itu reguler maupun montessori, pasti memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing.

lima prinsip utama dari metode Montessori dapat tindakan guru yang kreatif dan membebaskan
dalam mengahadapi tantangan menyekolahkan anak dengan metode Montessori tersebut

1. Menekankan proses belajar eksperiensial 

Anak-anak yang mengikuti pembelajaran metode Montessori akan belajar dengan materi dan
bahan yang sudah dirancang khusus. Seperti saat belajar matematika, mereka tidak sekadar
menghafal angka tapi langsung menghitung dan menambahkan bahan yang sudah dibuat.
Maria Montessori mengobservasi bahwa anak-anak perlu bergerak dan belajar dari
pengalaman langsung, bukan sekadar duduk dan mendengarkan guru atau orangtua yang
mengajarnya di rumah. 

2. Peran guru membantu menyediakan alat untuk belajar 

Di sekolah-sekolah Montessori, peran guru lebih ditekankan kepada sebagai pemandu. Tugas
guru adalah mengamati anak dan memperkenalkan bahan-bahan pelajaran pada waktu yang
tepat. Bukan cuma berceramah atau menjelaskan teori belaka tanpa praktik langsung. Di
rumah, orangtua yang ingin mencoba untuk menerapkan metode pendidikan Montessori pada
anak perlu berusaha keras mengupayakan berbagai macam alat peraga untuk mengenalkan
materi. 

3. Lingkungan belajar perlu didesain khusus (prepared environment) 

Tempat belajar atau lingkungan untuk belajar anak perlu didesain dan memang dipersiapkan
khusus. Dalam artian, tempat belajar perlu dibuat sedemikian rupa untuk membantu anak bisa
mengeksplorasi banyak hal dan belajar secara independen. Seperti memilih rak-rak rendah dan
aneka alat peraga yang ditaruh di tempat yang sudah ditentukan untuk membantu anak belajar
kerapian. Umumnya, lingkungan belajar yang efektif adalah yang minimalis dengan warna
warna kalem untuk membantu anak berkonsentrasi. 

4. Anak dibimbing belajar langsung one-on-one lesson 

Bila dalam satu kelas Montessori terdapat 25 anak berbeda, maka masing-masing dari mereka
pastinya punya tingkat akademik berbeda. Guru pun akan memberi pelajaran sesuai dengan
tingkat akademik dan kebutuhan masing-masing anak. Metode pembelajaran one-on-one
lesson akan diberikan untuk menunjang kebutuhan belajar anak. Bila menerapkan metode
Montessori pada anak di rumah, maka kita sebagai orangtua perlu memberikan fokus dan
perhatian penuh pada anak dalam proses belajarnya. 

5. Penekanan pada peace education 

Peace education dapat diartikan sebagai model pendidikan yang membantu anak untuk
memiliki kemampuan mengatasi konflik dan masalahnya sendiri tanpa kekerasan dan dengan
cara yang kreatif. Dalam proses pembelajaran, perlu penekanan soal mengajarkan rasa saling
menghargai, saling menghormati, dan mencintai. Maria Montessori hidup di dunia yang penuh
dengan peperangan dan konflik global, sehingga tak heran bila ia sangat menekankan
pendidikan yang menanamkan nilai-nilai perdamaian dalam metodenya.

penambahan jawaban oleh Devi Elia :

Menurut Lesley Britton dalam Montessori Play and Learn (2017), Maria Montessori
mendapatkan gagasan tentang bagaimana menangani dan mendidik dari hasil pengamatannya
pada anak-anak dalam tahap perkembangan yang berbeda-beda. Juga pengamatan terhadap
anak-anak dari kebudayaan yang berbeda-beda. Dia mengidentifikasi apa yang dilihatnya:
karakteristik universal yang dijumpai pada anak-anak, tidak peduli dari keluarga dan lingkungan
mana mereka lahir ataupun bagaimana mereka dibesarkan. Menurut amatannya, semua anak
memiliki pikiran yang mudah menyerap informasi, semua anak ingin belajar, semua anak
belajar melalui bermain atau melakukan sesuatu, semua anak melewati beberapa tahap
perkembangan, dan semua anak ingin menjadi mandiri. Itulah sebabnya sekolah yang
menggunakan metode Montessori lebih membebaskan anak untuk mengeksplorasi dirinya.
Guru berperan hanya sebagai pembimbing. Selain itu, pada sekolah yang menggunakan
metode Montessori, ruang kelas tidak dibagi berdasarkan usia, melainkan semua usia dicampur
menjadi satu kelas. Anak yang lebih muda dapat belajar dan berinteraksi dengan anak yang
usia di atasnya, sedangkan anak yang lebih tua dapat mengembangkan kemampuannya untuk
mengajarkan pengetahuannya kepada anak yang berada di bawahnya. Karena semua anak
belajar melalui bermain atau melakukan sesuatu, alat peraga amat penting dalam metode ini.
Misalnya mainan lemari tumbuhan dengan kartu daun yang bertujuan untuk memberikan
pengetahuan kepada anak-anak terhadap bentuk daun dan untuk meningkatkan daya observasi
dan pengetahuan alam.

4. Aditya Firdaus

Menurut maria mentossori, guru harus kreatif dan membebaskan. Apalagi dimasa pandemi ini
guru dituntut kreatif agar pembelajaran tercapai dengan maksimal apalagi pada saat sekarang
ini pembelajarannya secara daring. Pertanyaannya : bagaimana menjadi guru yang kreatif
dimasa pandemi sekarang ini?
Dijawab oleh Sulis Anggraini :

1. Memperluas wawasan

Di masa pandemi seperti ini, guru dapat memperluas wawasannya dengan mengikuti berbagai
webinar atau pelatihan online. Selain itu, guru juga dapat mempelajari hal baru sesuai
perkembangan zaman yang dapat digunakan sebagai pembelajaran. Misalnya, seorang guru
bahasa Inggris dapat mempelajari lagu hits berbahasa Inggris yang liriknya tersusun dari kata-
kata sulit. Kemudian guru bisa mengajarkan lagu tersebut kepada siswa supaya mereka
mengerti makna dari kata-kata sulit yang terdapat pada liriknya. Cara kreatif ini tentu saja lebih
menyenangkan dan lebih mudah diingat oleh para siswa.

2.Berbagi dan berdiskusi dengan guru lainnya

Meskipun sederhana namun seorang guru dianjurkan untuk saling berdiskusi dan berbagi
pengalaman dengan guru-guru lain. Dengan begitu, seorang guru dapat menemukan ilmu baru
atau inspirasi dari pengalaman yang dialami oleh sesama guru. Selain itu, guru juga dapat
saling membantu dan saling memberikan masukan. Dari komunikasi itu, dapat tercipta pula ide
kreatif baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya.

3.Mengumpulkan dan mencatat ide kreatif

Sebagai seorang guru sebaiknya mengumpulkan dan mencatat ide-ide yang telah diperoleh
dari berbagai sumber, baik yang berasal dari buku, webinar, maupun dari pengalaman guru
lain. Catatan ini dapat dibuat dengan selengkap lengkapnya dan sedetail mungkin. Karena
nantinya catatan ini akan sangat berguna sebagai pedoman bagi guru ketika merealisasikan
ide-ide yang sudah tercatat.

4.Melatih kreativitas diri

Selain mempelajari banyak hal, kreativitas juga perlu dilatih agar tidak hilang dan dapat terus
berkembang. Melatih kreativitas dapat dilakukan dengan cara memainkan beberapa permainan
yang membutuhkan konsentrasi dan kreativitas berpikir, seperti permainan sudoku, scrabble,
dan puzzle. Selain itu guru juga bisa melatih kreativitas diri dengan membuat suatu karya
seperti puisi, lukisan, dan lain-lain. Dengan melatih kreativitas, guru akan terbiasa berpikir kritis
dan menemukan solusi yang efektif setiap kali menemukan permasalahan.

5.Mulai bereksperimen

Menerapkan metode belajar mengajar yang sama secara terus menerus tidak hanya membuat
siswa bosan, namun juga guru itu sendiri. Jika sudah merasa bosan dengan satu metode, guru
dapat melakukan eksperimen dengan mengeksekusi metode atau ide kreatif lain yang telah
dipelajari dan dicatat sebelumnya. Tak perlu takut gagal, karena kegagalan bukan akhir dari
segalanya. Dari kegagalan, seorang guru justru dapat melakukan evaluasi untuk perbaikan ke
depan.

Penambahan Jawaban oleh Fauziah Azzahra :

1. Pelajari Keahlian di Luar Bidang Anda


Kreativitas sulit muncul jika Anda hanya melihat segala sesuatu dari satu perspektif saja. Agar
dapat memiliki multi-perspektif, cobalah untuk mempelajari dan menguasai hal-hal lain di luar
bidang Anda.

Jika Anda adalah seorang guru fisika, bahasa asing atau sejarah sekalipun, cobalah untuk
mempelajari alat musik atau teater dan gunakan keahlian Anda tersebut saat mengajar mata
pelajaran yang Anda ampu. Dengan mengintegrasikan keahlian di luar mata pelajaran,
pengajaran Anda akan lebih menarik sekaligus kaya.

2. Tiru dan Modifikasi

Cobalah untuk mengumpulkan sebanyak mungkin ide mengajar. Ide seperti ini tersebar baik di
YouTube, forum guru yang resmi hingga komunitas guru online. Kurasi kumpulan ide tersebut
dan kelompokkan sesuai kategori maupun tema yang Anda tentukan.

Selanjutnya Anda tinggal melakukan menggunakannya atau memodifikasi untuk disesuaikan


dengan kondisi tempat Anda mengajar dan kebutuhan para murid.

3. Hilangkan Penghambat Kreativitas

Faktor utama yang menjadi penghalang kreativitas adalah pikiran kita sendiri. Kita sering
berpikir kita sudah terlalu tua, kurang cerdas, kurang imaginasi atau tidak punya potensi untuk
bisa mengajar secara kreatif.

Perlu kita camkan pada diri sendiri, bahwa tingkat kecerdasan, kemampuan dan skill tiap orang
bisa berbeda, tapi semua orang punya potensi yang sama untuk menjadi kreatif.

Pola pikir ini harus Anda jaga. Cobalah untuk mencari mentor dari guru yang lebih senior
maupun support system di mana Anda dapat membagikan rencana, ketertarikan dan hal hal
yang dapat membantu Anda menjadi yakin akan potensi diri sendiri.

4. Mulai Bereksperimen Sekarang Juga

Jika Anda melihat ada murid yang kehilangan motivasi untuk belajar di kelas Anda, mungkin
itulah saatnya untuk bereksperimen. Berikan kejutan pada mereka dengan melakukan
pendekatan yang sama sekali berbeda saat mengajar.

Jangan langsung memasang ekspektasi tinggi. Pada percobaan pertama, hasilnya bisa jadi
kurang memuaskan. Teruskan untuk melatih skill kreatif Anda secara konsisten. Dengan begitu,
Anda akan dapat menguasai kemampuan ini.

5. Ubah Layout dan Design Kelas

Jika Anda berencana menggunakan teknik mengajar yang berbeda, pastikan layout ruang kelas
dapat menampung perubahan tersebut. Sebab, murid Anda akan belajar dengan bermacam-
macam konfigurasi. Mulai dari diskusi kelompok, presentasi, menyaksikan video tutorial hingga
mengerjakan tes.
Kuncinya, layout ruang kelas Anda harus fleksibel dan mudah untuk diubah sesuai kebutuhan
pembelajaran. Salah satu eksperimen yang pernah diterapkan di sejumlah sekolah adalah meja
diskusi. Letaknya berada terpisah dari meja murid dan punya kapasitas yang cukup untuk
menampung sebuah kelompok.

6. Gunakan Perangkat Belajar yang Berbeda

Tinggalkan buku dan papan tulis untuk sejenak. Gunakan perangkat atau alat bantu belajar
yang sesuai dengan rencana kreatif Anda dan membuat murid lebih terlibat aktif.

berikut adalah sejumlah contoh ide yang bisa Anda kembangkan:

Belajar di luar kelas. Pandemi Covid 19 memang tidak memungkinkan Anda ke luar kelas
mengajak murid mengeksplorasi tempat-tempat yang berkaitan dengan topik pelajaran.
Untungnya teknologi bisa mengatasi hal ini. Cukup menggunakan aplikasi seperi Google

7. Terkoneksi dengan Sesama Guru & Bagikan Ide Anda

Inspirasi bisa datang dari mana saja, baik dari praktisi pendidikan terkenal, penulis ternama
maupun dari sesama guru lain yang mengampu mata pelajaran sama. Terkoneksi dengan guru
lain akan membantu Anda menjadi lebih kreatif. 

Untuk mendapatkan guru yang dapat menginsspirasi Anda cobalah untuk bergabung dengan
komunitas, asosiasi profesi guru hingga seminar online maupun offline.

8. Ingat Berhenti dan Mengevaluasi Diri

Mencoba ide baru dan menjadi kreatif dalam mengajar adalah sesuatu yang sangat positif.
Namun, ingat untuk berhenti sejenak, menilai dan mengevaluasi apa yang sudah Anda
kerjakan. Ajukan pertanyaan pada diri Anda, apakah murid semakin antusias dalam mengikuti
kelas, dan apakah target target pengajaran dapat tersampaikan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai