Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KELOMPOK

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI


(PERNIKAHAN DALAM ISLAM)

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 6:


1. DANU FISTER
2. HAKIM ABIYYI
3. MUHAMMAD EXCHEL FACHLEVI

KELAS : XII IPS 1

SMA NEGERI 1 PAYAKUMBUH


TAHUN PELAJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah Subhanahu Wa Ta’ala


berkat Ridho-Nya kami mampu merampungkan makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa
juga kami ucapkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad Shallallahu
`alaihi Wa Sallam, beserta keluarganya, para sahabatnya dan semua ummatnya yang selalu
istiqomah sampai akhir zaman.

Penulisan makalah ini memiliki tujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan tema Pernikahan dalam Islam. Yang mana di
dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai pengertian pernikahan, hukum pernikahan,
tujuan pernikahan, dan hal-hal lain yang terkait dengan pernikahan

Namun, kami sadar bahwa makalah ini penuh dengan kekurangan. Oleh karena itu,
kami sangat berharap kritik dan saran konstruktif demi penyempurnaan makalah ini. Harapan
kami semoga makalah ini dapat bermanfaat serta mampu memenuhi harapan berbagai pihak.
Aamiin.

Mengetahui,

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.........................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................4
C. TUJUAN.............................................................................................................4
D. MANFAAT..........................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI NIKAH..............................................................................................5
B. HUKUM NIKAH................................................................................................6
C. TUJUAN NIKAH................................................................................................7
D. RUKUN DAN SYARAT-SYARAT NIKAH........................................................8
E. MAHRAM...........................................................................................................10
F. WALI NIKAH.......................................................................................................11
G. KEWAJIBAN DAN HAK SUAMI ISTRI..........................................................12
H. HIKMAH PERNIKAHAN..................................................................................14
BAB III HASIL PENELITIAN
A. TATACARA PELAKSANAAN NIKAH..............................................................15
B. JADWAL PELAKSANAAN AKAD NIKAH .....................................................17
C. BIODATA...............................................................................................................17
I. SUAMI................................................................................................................17
II. ISTRI...................................................................................................................17
III. WALI NIKAH.....................................................................................................18
IV. MAS KAWIN......................................................................................................18
V. PPN/KUA YANG MEMERIKSA.........................................................................18
DOKUMENTER..............................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Pernikahan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan manusia.


Pernikahan yang terjadi antara seorang pria dengan seorang wanita menimbulkan akibat lahir
maupun batin baik terhadap keluarga masing- masing masyarakat dan juga dengan harta
kekayaan yang diperoleh diantara mereka baik sebelum maupun selamanya pernikahan
berlangsung.

Setiap makhluk hidup memiliki hak asasi untuk melanjutkan keturunannya melalui
pernikahan, yakni melalui budaya dalam melaksanakan suatu pernikahan yang dilakukan di
Indonesia. Setiap orang atau pasangan (pria dengan wanita) jika sudah melakukan pernikahan
maka terhadapnya ada ikatan kewajiban dan hak diantara mereka berdua dan anak-anak yang
lahir dari pernikahan tersebut.

Pernikahan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan


(selanjutnya disebut UU Pernikahan)1, bukan hanya merupakan suatu perbuatan perdata saja,
akan tetapi. juga merupakan suatu perbuatan keagamaan, karena sah atau tidaknya suatu
pernikahan tolak ukurnya sepenuhnya ada pada hukum masing- masing agama dan
kepercayaan yang dianutnya

Menurut Undang-Undang No. 1 tahun 1974 adalah ikatan lahir batin antara seorang pria
dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Proses pernikahan biasanya berlangsung pada seseorang mulai melewati pada tahapan
remaja akhir sampai dewasa. Sebuah pernikahan akan menandakan mulai dewasanya
seseorang di mata lingkungannya, Pernikahan itu sendiri berawal dari sebuah hubungan dan
cinta, dan mulai adanya keinginan untuk mengikat atau berkomitmen.

Harapan utama sebuah pernikahan adalah meraih kebahagiaan. Dengan perasaan kasih
sayang yang dimiliki oleh masing-masing pasangan akan membuat sebuah hubungan
harmonis yang nantinya akan berakhir dengan sebuah kebahagiaan, Selain harapan akan
kebahagiaan, dalam pernikahan juga terdapat berbagai harapan lain seperti; meneruskan
keturunan, membentuk keluarga harmonis, menjadikan pribadi yang lebih baik
Pada saat ini, masih banyak orang dikalangan pelajar yang belum mengerti apa tujuan
menikah itu sebenarnya, padahal dengan menikah itu dapat menghalalkan sesuatu dan
mengurangi perbuatan zina. Ada juga orang yang mengerti apa tujuan dari pernikahan tetapi
tidak mengetahui tata caranya. Kebanyakan orang hanya mengandalkan sesuatu dari KUA
saja.

Maka dari itu, kami melakukan pengamatan bagaimana cara yang menikah dengan baik
dan benar sesuai ajaran Islam dan dapat mengetahui lebih dalam lagi mengenai tujuan dari
pernikahan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Kenapa harus ada dilakukannya sebuah pernikahan?
2. Bagaimana tata cara melakukan akad nilkah yang baik dan benar dalam ajaran Islam?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui mengapa sebuah pernikahan itu harus dilakukan
2. Mengetahui tata cara akad nikah
3. Mengkaji lebih dalam tentang suatu pernikahan
4. Menambah ilmu pengetahuan

D. MANFAAT
1. Dapat menambah ilmu
2. Memperluas wawasan mengenai pernikahan
3. Mengetahui bagaimana pernikahan yang baik sesuai dengan Islam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI NIKAH

1. Makna Pernikahan Dalam Islam

Kata nikah berasal dari bahasa Arab yang berarti ( al-jam'u) atau "bertemu berkumpul",
Menurut istilah, nikah ialah suatu ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan perempuan
untuk hidup bersama.

Di dalam agama Islam, pernikahan dapat diartikan bahwa suatu perjanjian suci yang
dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang ingin melanjutkan hubungan menjadi hubungan
yang halal. Mereka akan mengikat janji untuk menyatakan bahwa sudah siap untuk
membangun rumah tangga. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh seorang ulama,
Abdurrahman Al-Jaziri yang menyatakan bahwa perkawinan adalah sebuah perjanjian suci
yang dilakukan antara laki-laki dan seorang perempuan dengan tujuan untuk membentuk
keluarga bahagia.

Dalam hal ini, perjanjian suci pernikahan dapat dinyatakan ke dalam bentuk ijab dan
qabul. Ijab dan qabul yang merupakan bentuk dari perjanjian pernikahan ini harus dinyatakan
oleh satu majelis, baik itu berasal dari langsung dari pihak yang melangsungkan pernikahan
(calon suami atau calon istri) atau dapat diwalikan.

Keinginan untuk menikah adalah fitrah manusia, Hal itu berarti sifat pembawaan
manusia sebagai makhluk Allah Swt. Setiap manusia yang sudah dewasa dan sehat jasmani
rohaninya pasti membutuhkan teman hidup yang berlainan jenis, Teman hidup yang dapat
memenuhi kebutuhan biologis yang dapat dicintai dan mencintai, yang dapat mengasihi dan
dikasihi, yang dapat diajak bekerja sama untuk mewujudkan ketentraman, kedamaian dan
kesejahteraan hidup berumah tangga.

Firman Allah ‘Azza wa Jalla:

‫َو ُهَّللا َجَعَل َلُك ْم ِم ْن َأْنُفِس ُك ْم َأْز َو اًج ا َو َج َع َل َلُك ْم ِم ْن َأْز َو اِج ُك ْم َبِنيَن َو َح َف َد ًة َو َر َز َقُك ْم ِم َن الَّطِّيَب ات‬
‫َأَفِباْلَباِط ِل ُيْؤ ِم ُنوَن َو ِبِنْع َم ِت ِهَّللا ُهْم َيْكُفُروَن‬
Artinya: “Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri
dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rizki dari yang
baik. Mengapa mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?” (QS An-
Nahl : 72)

2. Menurut Bahasa

Nikah menurut bahasa berasal dari kata nakaha yankihu nikahan yang berarti kawin.
dalam istilah nikah berarti ikatan suami istri yang sah yang menimbulkan akibat hukum dan
hak serta kewajiban bagi suami istri. Dalam buku Fiqih wanita yang dimaksud Nikah atau
perkawinan adalah Sunnatullah pada hamba-hamba-Nya.

Dengan perkawinan Allah menghendaki agar mereka mengemudikan bahtera


kehidupan. Sunnatullah yang berupa perkawinan ini tidak hanya berlaku dikalangan manusia
saja, tapi juga didunia binatang.

B. HUKUM NIKAH

Menurut sebagian besar ulama, hukum asal nikah adalah mubah dalam artian boleh
dikerjakan dan boleh ditinggalkan. Meskipun demikian ditinjau dari segi kondisi orang yang
akan melakukan pernikahan, hukum nikah dapat berubah menjadi wajib, sunah, makruh, dan
haram.

Penjelasannya sebagai berikut:

a. Jaiz atau mubah, artinya dibolehkan dan inilah yang menjadi dasar hukum nikah

b. Wajib, yaitu orang yang telah mampu/sanggup menikah, Bila tidak menikah

khawatir ia akan terjerumus ke dalam perzinaan.

c. Sunat, yaitu orang yang sudah mampu menikah, tetapi masih sanggup

mengendalikan dirinya dari godaan yang menjurus kepada perzinaan.

d. Makruh, yaitu orang yang akan melakukan pernikahan dan telah memiliki keinginan

atau hasrat, tetapi ia belum mempunyai bekal untuk memberikan nafkah

tanggungannya.

e. Haram, yaitu orang yang akan melakukan pernikahan, tetapi ia mempunyai niat yang
buruk, seperti niat menyakiti perempuan atau niat buruk lainnya

C. TUJUAN NIKAH

Secara umum tujuan pernikahan menurut Islam adalah untuk memenuhi hajat manusia
(pria terhadap wanita atau sebaliknya) dalam rangka mewujudkan rumah tangga yang
bahagia, sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama Islam, Secara umum tujuan

pernikahan dalam Islam dapat diuraikan sebagai berikut:

a . Untuk memperoleh kebahagiaan dan ketenangan hidup (sakinah).

Ketenteraman dan kebahagiaan adalah idaman setiap orang, Nikah merupakan salah satu cara
supaya hidup menjadi bahagia dan tentram. Allah Swt., berfirman:

Artinya. "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-
istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya.

".(Q.S. ar-Rum/ 30: 21)

b. Untuk membina rasa cinta dan kasih sayang.

Nikah merupakan salah satu cara untuk membina kasih sayang antara suami, istri, dan anak,

Firman Allah SWT yang berbunyi:

Artinya: "Dan la menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang."

(Q.S. ar-Rum/30 :21)

c. Untuk memenuhi kebutuhan seksual yang sah dan diridhai Allah Swt.

d. Untuk melaksanakan Perintah Allah SWT.

menikah merupakan pelaksanaan perintah Allah Swt. Oleh karena itu menikah akan dicatat
sebagai ibadah. Allah Swt. berfirman:

Artinya:" Maka nikahilah perempuan-perempuan yang kamu sukai"

(Q.S. an-Nisa'/4: 3)

e. Mengikuti Sunah Rasulullah Saw.

f. Untuk Memperoleh Keturunan yang Sah. Allah Swt. berfirman

Artinya ." Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia."


(Q.S. al-Kahfi/ 18:46)

D. RUKUN NIKAH DAN SYARAT-SYARATNYA

Sah atau tidaknya suatu pernikahan bergantung kepada terpenuhi atau tidaknya rukun serta
syarat nikah.

a. Calon Suami

1. Beragama Islam

2. Laki-laki yang tertentu

3. Bukan lelaki mahram dengan calon istri

4. Mengetahui wali yang sebenarnya bagi akad nikah tersebut

5. Bukan dalam ihram haji atau umrah

6. Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan

7. Tidak mempunyai empat orang istri yang sah dalam suatu waktu

8. Mengetahui bahwa perempuan yang hendak dinikahi adalah sah dijadikan istri

b. Calon Istri

1. Beragama Islam

2. Tidak terpaksa

3. Bukan mahram

4. Tidak bersuami

5. Tidak senang dalam masa idah

6. Tidak sedang ihram haji atau umrah

c. Adanya Wali

1. Mukallaf (Islam, dewasa, sehat akal)

2. Tidak fasik

3. Laki-laki merdeka

4. Adil
5. Tidak sedang ihram haji atau umrah

6. Tidak dibatasi kebebasannya ketimbang membelanjakan hartanya

d. Adanya dua Orang Saksi

1. Islam

2. Dewasa

3. Sehat akalnya

4. Tidak fasik

5. Hadir dalam akad nikah

e. Adanya Ijab dan Qabul

Dengan kata-kata "" nikah " atau yang semakna dengan itu. Berurutan antara ijab dan

Qabul

f. Syarat ijab

1. Pernikahan nikah ini hendaklah tepat

2. Tidak boleh menggunakan perkataan sindiran

3. Diucapkan oleh wali atau wakilnya

4. Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mut’ah(nikah kontrak atau

pernikahan (ikatan suami istri) yang sah dalam tempo tertentu seperti yang

dijanjikan dalam persetujuan nikah mut’ah)

5. Tidak secara taklik(tidak ada sebutan prasyarat sewaktu ijab dilafalkan)

g. Syarat Qabul

1. Ucapan mestilah sesuai dengan ucapan ijab

2. Tidak ada perkataan sindiran

3. Dilafalkan oleh calon suami atau wakilnya (atas sebab-sebab tertentu)

4. Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mut’ah(seperti nikah kontrak)


5. Tidak secara taklik(tidak ada sebutan prasyarat sewaktu qobul dilafalkan)

6. Menyebut nama calon istri

7. Tidak ditambahkan dengan perkataan lain

E. MAHRAM

Menurut pengertian bahasa mahram berarti yang diharamkan, Menurut Istilah dalam ilmu
fikih, mahram adalah wanita yang haram dinikahi, Penyebab wanita yang haram dinikahi ada
empat macam yaitu:

a. Wanita yang haram dinikahi karena keturunan

1) Ibu kandung dan seterusnya ke atas (nenek dari ibu dan nenek dari ayah)

2) anak perempuan kandung dan seterusnya ke bawah (cucu dan seterusnya)

3) saudara perempuan sekandung, sebapak, atau seibu

4) saudara perempuan dari bapak

5) saudara perempuan dari ibu

6) anak perempuan dari saudara laki-laki dan seterusnya ke bawah

7) anak perempuan dari saudara perempuan dan seterusnya ke bawah

b. Wanita yang haram dinikahi karena hubungan sesusuan:

1) ibu yang menyusui.

2) saudara perempuan sesusuan

c. Wanita yang haram dinikahi karena perkawinan

1) ibu dari istri (mertua)

2) anak tiri (anak dari istri dengan suami lain) apabila suami sudah kumpul dengan

ibunya.

3) ibu tiri (istri dari ayah), baik sudah dicerai atau belum. Allah Sw. berfirman

Artinya: "Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh

ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya


perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang

ditempuh)". (Q.S. an-Nisa/4: 22)

4) Menantu (istri dari anak laki-laki), baik sudah dicerai maupun belum

5) Wanita yang haram dinikahi karena mempunyai pertalian muhrim dengan istri

Misalnya, haram melakukan poligami (memperistri sekaligus) terhadap dua

orang bersaudara, perempuan dengan bibinya, seorang perempuan dengan

kemenakannya. (Q.S. an-Nisa/4:23)

F. WALI NIKAH

Wali nikah dalam satu pernikahan dibagi menjadi dua:

a. Wali nasab yaitu wali yang mempunyai pertalian darah dengan mempelai wanita yang

akan dinikahkan. Adapun susunan urutan wali nasab adalah sebagai berikut:

1) ayah kandung, (ayah tiri tidak sah jadi wali)

2) kakek (ayah dari ayah mempelai perempuan) dan seterusnya ke atas

3) saudara laki-laki sekandung

4) saudara laki-laki seayah

5) anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung

6) anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah

7) saudara laki-laki ayah yang seayah dengan ayah

8 ) anak laki-laki dari saudara laki-laki ayah yang sekandung dengan ayah

9 ) anak laki-laki dari saudara laki-laki ayah yang seayah dengan ayah

b. Wali hakim, yaitu seorang kepala negara yang beragama Islam. Di Indonesia

wewenang Presiden sebagai wali hakim dilimpahkan kepada pembantunya, yaitu

menteri agama. Kemudian Menteri Agama mengangkat pembantunya untuk bertindak

sebagai wali hakim, yaitu Kepala Kantor Urusan Agama Islam yang berada di setiap
kecamatan. Wali hakim bertindak sebagai wali nikah apabila memenuhi kondisi

sebagai berikut.

1) Wali nasab benar-benar tidak ada

2) Wali yang lebih dekat ( aqrab) tidak memenuhi syarat dan wali yang lebih jauh

(ab'`ad) tidak ada.

3) Wali aqrab bepergian jauh dan tidak memberi kuasa kepada wali nasab urutan

berikutnya untuk bertindak sebagai wali nikah

4) Wali nasab sedang berikhram haji atau umroh

5) Wali nasab menolak bertindak sebagai wali nikah.

6) Wali yang lebih dekat masuk penjara sehingga tidak dapat bertindak sebagai wali

nikah.

7) Wali yang lebih dekat hilang sehingga tidak diketahui tempat tinggalnya

8) Wali hakim berhak untuk bertindak sebagai wali nikah, sesuai dengan sabda

Rasulullah Saw. yang artinya .""Dari Aisah r.a. berkata, Rasulullah Saw. bersabda:

Tidak sah nikah seseorang kecuali dengan wali dan dua orang saksi yang adil, jika

wali-wali itu menolak jadi wali nikah maka sulthan ( wali hakim) bertindak

sebagai wali bagi orang yang tidak mempunyai wali".(HR. Darulquthni)

G. KEWAJIBAN DAN HAK SUAMI ISTRI

Agar tujuan pernikahan tercapai, suami istri harus melakukan kewajiban-kewajiban

hidup berumah tangga dengan sebaik-baiknya dengan landasan niat ikhlas karena Allah

Swt. semata. Allah Swt. berfirman:

Artinya: ""Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah

melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain dan karena laki-laki telah

menafkahkan sebagian dari harta mereka". (Q.S. an-Nisa/4 : 34).


Rasulullah SA W juga bersabda yang artinya: "Istri adalah penanggung jawab rumah

tangga suami istri yang bersangkutan". (HR. Bukhori Muslim).

Kewajiban Suami

Kewajiban suami yang terpenting adalah:

1) memberi nafkah, pakaian dan tempat tinggal kepada istri dan anak-anaknya sesuai

dengan kemampuan yang diusahakan,

2) menggauli istri secara makruf, yaitu dengan cara yang layak dan patut misalnya

dengan kasih sayang, menghargai, memperhatikan dan sebagainya.

3) memimpin keluarga, dengan cara membimbing, memelihara semua anggota keluarga

dengan penuh tanggung jawab

4) membantu istri dalam tugas sehari-hari, terutama dalam mengasuh dan mendidik

anak-anaknya agar menjadi anak yang saleh

Kewajiban Istri yang terpenting adalah:

1) patuh dan taat pada suami dalam batas yang sesuai dengan ajaran Islam. perintah

suami yang bertentangan dengan ajaran Islam tidak wajib ditaati oleh seorang istri.

2) memelihara dan menjaga kehormatan diri dan keluarga serta harta benda suami

3) mengatur rumah tangga dengan baik sesuai dengan fungsi ibu sebagai kepala rumah

tangga,

4) memelihara dan mendidik anak terutama pendidikan agama. Allah swt, berfirman:

Artinya :"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api

neraka". (QS. at-Tahrim/66 : 6)

5) Bersikap hemat, cermat, ridha dan syukur serta bijaksana pada suami.
Hak Suami atas istri adalah:

1) ditaati dalam seluruh perkara kecuali maksiat. Sabda Rasulullah Saw. ""Hanyalah

ketaatan itu dalam perkara yang ma'ruf:" (HR. Bukhari dan Muslim).

2) dimintai izin oleh istri yang hendak keluar rumah. Istri tidak boleh keluar rumah

kecuali seizin suami

3) istri tidak boleh puasa sunnah kecuali dengan izin suaminya, Rasulullah Saw.

bersabda; "Tidak boleh seorang istri puasa (sunnah) sementara suaminya ada di

tempat kecuali dengan izin suaminya." (HR. Bukhari dan Muslim),

4) mendapatkan pelayanan dari istrinya.

5) disyukuri kebaikan yang diberikannya. Istri harus mensyukuri atas setiap pemberian

suaminya.

Hak istri atas Suami adalah:

1) mendapat mahar dari suaminya;

2) mendapat perlakuan yang patut dari suaminya, Rasulullah Saw. pun telah bersabda:

"Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan

sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya." (HR. At-Tirmidzi)

mendapatkan nafkah, pakaian, dan tempat tinggal dari suaminya

3) mendapat perlakuan adil, jika suami memiliki lebih dari satu istri. "Siapa yang

memiliki dua istri lalu ia condong (melebihkan secara lahiriah) kepada salah satunya

maka ia akan datang pada hari kiamat nanti dalam keadaan satu sisi tubuhnya

miring/lumpuh." (HR. Ahmad dan Abu Dawud);

4) mendapatkan bimbingan dari suaminya agar selalu taat kepada Allah Swt
H. HIKMAH PERNIKAHAN

1. Pernikahan merupakan jalan keluar yang paling baik untuk memenuhi kebutuhan

seksual.

2. Pernikahan merupakan jalan terbaik untuk memuliakan anak, memperbanyak

keturunan, melestarikan hidup manusia, serta memelihara nasab

3. Pernikahan menumbuhkan naluri kebapakan dan keibuan yang menumbuhkan pula

perasaan cinta dan kasih sayang

4. Menghindari Perusakan Moral

5. Pernikahan akan mempererat tali kekeluargaan yang dilandasi rasa saling menyayangi

sebagai modal kehidupan masyarakat yang aman dan sejahtera


BAB III
HASIL PENELITIAN

A. TATA CARA PERNIKAHAN MENURUT ISLAM

1.Pembukaan

Akad nikah terlebih dahulu dibuka dengan sesi pembukaan yang dipandu oleh pembawa
acara (MC). Ini diawali dengan membaca basmalah dan doa agar acara berlangsung dengan
lancar dan diberkahi oleh Allah SWT.

2. Pembacaan Ayat Suci Alquran

Setelah acara dibuka, dilanjutkan dengan sesi pembacaan ayat suci Alquran Umumnya, pihak
keluarga yang menentukan siapa orang yang akan membacakan Alquran Biasanya
membacakan ayat yang berhubungan dengan pernikahan dan ahli melantunkan ayat suci dan
bersuara merdu,

3. Penerimaan dan Sambutan

Biasanya, pihak keluarga laki-laki akan datang membawa seserahan. Dilanjutkan dengan
pemberian sambutan dari pihak laki-laki. Setelah itu, pihak perempuan juga melakukan
sambutan sebagai penerimaan yang bisa diwakili oleh sesepuh keluarga masing-masing.

4. Khutbah Nikah

Sesi penyampaian khutbah nikah biasanya langsung disampaikan oleh langsung oleh
penghulu dari KUA atau ustadz lain yang berkompeten di bidang pernikahan. Khutbah ini
dilakukan sebagai pemberian pembekalan sekaligus pengingat bagi calon mempelai untuk
menjaga keutuhan pernikahan.

5. ijab Kabul

Įjab kabul merupakan sesi puncak dari susunan acara akad nikah, di mana wali nikah
mempelai perempuan akan menyerahkan tanggung jawabnya kepada calon mempelai laki-
laki. Sesi ini menjadi momen paling sakral, sebab wali nikah mempelai perempuan
melepaskan putrinya untuk dinikahi.
Saat akan memasuki proses jab kabul, kedua mempelai didampingi dengan walinya diarahkan
untuk duduk di depan meja ijab qabul. Penghulu beserta para saksi dihadirkan dalam proses
tersebut. Penghulu berkewajiban untuk memimpin jalannya pelaksanaan.

Setelah akad selesai, maka kedua calon mempelai dinyatakan sah sebagai pasangan suami
istri di hadapan agama yang diperkuat juga oleh pernyataan para saksi yang hadir saat itu,
Kedua mempelai juga bisa melakukan penyerahan mas kawin dan pemasangan cincin.

6. Doa Nikah

Sat akad selesai, penghulu akan memimpin pembacaan doa akad nikah agar pernikahan
tersebut senantiasa mendapatkan berkah. Selain penghulu, doa akad nikah ini juga bisa
dibacakan oleh pemuka agama atau ustadz yang sebelumnya telah diundang khusus oleh
keluarga mempelai.

7. Penandatanganan Dokumen Pernikahan

Susunan acara akad nikah selanjutnya adalah penandatanganan dokumen pernikahan,


termasuk buku nikah, Dengan melakukannya, pasangan baru tersebut selain sah di mata
negara, juga dapat dinyatakan sah di mata hukum sebagai pasangan suami istri

8.Serah Terima Mahar

Selesai penandatanganan dokumen, kini satnya pihak mempelai laki-laki menyerahkan mahar
kepada mempelai perempuan. Biasanya, mahar ini diserahkan secara simbolis dalam bentuk
nominal uang, set perhiasan, atau seperangkat alat salat.

9. Nasihat Pernikahan

Pasangan pengantin tersebut kemudian akan diberikan nasihat tentang hak dan kewajiban
sebagai suami dan istri dalam nasihat pernikahan. Pada sesi, ini keduanya akan mendapatkan
nasihat tentang apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan sebagai pasangan suami istri.

Kemudian, sesi ini dapat diakhiri dengan sungkeman antar kedua pengantin bersama kedua
orang tua. Hal ini bertujuan untuk meminta restu pada kedua wali atau orang tua pengantin,
dan, juga menjadi momen bersatunya dua keluarga yang baru.

10. Penutup

Akad nikah ditutup dengan pembacaan doa oleh penghulu atau pemuka agama yang ditunjuk
oleh keluarga mempelai.
B. JADWAL PELAKSANAAN AKAD NIKAH
Hari, Tanggal : Jumat, 6-Okt-2023
Waktu : 08.00 WIB
Tempat : Mesjid Gadang Koto Nan Gadang

C. BIODATA
I. SUAMI
Nama :Dani Hidayat S.Kom
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : Sarjana Komputer
Pekerjaan : Guru
Alamat : Parambahan

II.ISTRI
Nama : Zulfa Rahma S.Pd
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : Sarjana Pendidikan
Pekerjaan : Guru
Alamat : Balai Kaliki Kelurahan Koto Kociak Kubu
Tapak Rajo

III. WALINIKAH
Status Wali : Nasab
Hubungan Wali : Ayah Kandung
Nama Lengkap : Junaidi
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Alamat : Balai Kaliki Kelurahan Koto Kociak Kubu
Tapak Rajo
IV. MAS KAWIN
1. Berupa Apa dan Berapa : Seperangkat Alat Shalat dan Uang
2. Pembayaran : Tunai

V. PENGHULU MUDA/KEPALA KUA


1.Nama : Muhammad Isra’, S.Ag.MH
2. Jabatan :-
3. KUA Kecamatan : Kecamatan Payakumbuh Utara
DOKUMENTASI

1) Proses Awal Sedang Ijab Qabul

2) Penyerahan Mahar
3) Foto kartu pernikahan

Anda mungkin juga menyukai