“Nikah”
Disusun oleh:
Faisal Erlangga
NIM : 2014036002
Ade Lufty Novi Andika
NIM :
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan
Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang
Berjudul “NIKAH” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas
dari Bapak Dr. H. Nurdin, S.HI., M.Ed, pada mata kuliah Pendidikan Agama
Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah bagi para pembaca
dan juga Bagi kami.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H. Nurdin, S.HI.,
M.Ed, selaku Dosen Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam kami serta Teman-
teman yang kami banggakan.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata Sempurna.
Oleh karena itu, kami menerima segala bentuk kritik dan saran Pembaca demi
penyempurnaan makalah ini.
Hormat Saya,
Penulis
DAFTAR ISI
3. 1 Kesimpulan ..................................................................
BAB II PEMBAHASAN
Nikah menurut bahasa berasal dari kata nakaha yankihu nikahan yang
Berarti kawin. Dalam istilah nikah berarti ikatan suami istri yang sah yang
Menimbulkan akibat hukum dan hak serta kewajiban bagi suami isteri.
Dalam buku fiqih wanita yang dimaksud Nikah atau perkawinan adalah
Sunnatullah pada hamba-hamba-Nya.
Adalah suatu akad yang menghalalkan hubungan kelamin antara pria dan
Wanita yang saling mencintai, saling membantu, yang masing-masing
Mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi.
2. Prof. Dr. Hazairin mendefenisikan bahwa inti dari perkawinan itu adalah
Sesuatu yang berarti mut‟ah atau untuk mencapai kepuasan dengan tidak
Diwajibkan adanya harga
6. Golongan Syafi‟yyah mengartikan dengan akad yang mengandung
7. Menurut UU. No. 1 1974 (pasal 1) perkawinan adalah ikatan lahir batin
Antara seorang laki-laki dan seorang perempuan sebagai suami istri dengan
Tujuan membentuk keluarga (rumah tangga yang bahagia dan kekal
Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.)
Dari beberapa pengertian nikah di atas, maka dapat ditarik
Kesimpulan bahwa pernikahan adalah suatu akad antara laki-laki dan
Perempuan atas dasar kerelaan dan kesukaan kedua belah pihak yang
Dilakukan oleh pihak lain (wali) menurut sifat dan syarat yang telah
Ditentukan syara‟ untuk menghalalkan hubungan kelamin antara keduanya
Sehingga satu sama lain saling membutuhkan dan memenuhi dalam
Kehidupan rumah tangga.
2.2 Syarat – Syarat Dan Rukun Nikah
Syarat adalah sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah atau
Tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), tetapi sesuatu itu tidak termasuk
Dalam rangkaian pekerjaan tersebut. Adapun syarat sah dalam pernikahan
Sebagai berikut:
1) Calon suami
a) Tidak bersuami
b) Bukan mahram
c) Tidak dalam masa iddah
d) Merdeka (atas kemauan sendiri)
e) Jelas orangnya
f) Tidak sedang ihram haji
3) Wali
4) Ijab kabul
5) Mahar
فَِإ ْن ِطنْب َ لَ ُك ْم َع ْن َش ْي ٍء ِمْنهُ َن ْف ًسا فَ ُكلُوهُ َهنِيًئا َم ِريًئا،ًص ُدقَاهِتِ َّن حِن ْلَة
َ َِّساء
َ َوآتُوا الن
B. Rukun Pernikahan
Rukun adalah sesuatu yang harus ada untuk menentukan sah atau
Tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), namun sesuatu itu termasuk dalam
Rangkaian pekerjaan tersebut. Adapun rukun dalam sebuah pernikahan,
Jumhur ulama sepakat ada empat, yaitu:
c) Kedua belah pihak telah setuju untuk menikah dan juga setuju
Dengan pihak yang mengawininya. Tentang izin dan persetujuan
Dari kedua belah pihak yang akan melangsungkan pernikahan
Ulama fikih berbeda pendapat dalam menyikapinya.
Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam ditegaskan mengenai
Persyaratan persetujuan kedua mempelai pada pasal 16, yaitu:
d) Kedua belah pihak telah mencapai usia yang pantas dan layak
Untuk melangsungkan pernikahan. Untuk syarat yang terakhir ini
Akan dibahas sendiri pada penjelasan selanjutnya.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang yang Menjadi wali adalah:
c) Telah dewasa dan berakal sehat. Oleh karena itu anak kecil atau
Orang gila tidak berhak menjadi wali. Hal ini merupakan syarat
Umum bagi seseorang yang melakukan akad.
d) Tidak sedang melakukan ihram untuk haji atau umrah. Hal ini
Berdasarkan hadis Nabi dari Us|man menurut riwayat Abu Muslim
Yang artinya ‚Orang yang sedang ihram tidak boleh menikahkan
Seseorang dan tidak boleh pula dinikahkan oleh seseorang.‛
f) Adil dalam arti tidak pernah terlibat dengan dosa besar dan tidak
Sering terlibat dengan dosa kecil serta tetap memelihara murah
Dan sopan santun. Hadis Nabi dari ‘Aisyah menurut riwayat Al
Qut}ni menjelaslan bahwa ‚Tidak sah nikah kecuali bila ada wali
Dan dua orang saksi yang adil.‛
g) Berpikiran baik. Oleh karena itu tidak sah menjadi wali seseorang
Yang terganggu pikirannya sebab ketuaannya, karena
Dikhawatirkan tidak akan mendatangkan maslahat dalam
Pernikahan tersebut.
h) Seorang muslim, oleh karena itu orang yang tidak beragama Islam
Tidak sah menjadi wali untuk pernikahan muslim. Allah berfirman
Dalam surat Ali Imran ayat 28:
ۗ ًَي ٍء ِآاَّل اَ ْن تَتَّقُوْ ا ِم ْنهُ ْم تُ ٰقىة هّٰللا َ ِاَل يَتَّ ِخ ِذ ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ ْال ٰكفِ ِر ْينَ اَوْ لِيَ ۤا َء ِم ْن ُدوْ ِن ْال ُمْؤ ِمنِ ْي ۚنَ َو َم ْن يَّ ْف َعلْ ٰذل
ْ ْس ِمنَ ِ فِ ْي ش َ ك فَلَي
ْ هّٰللا ْ هّٰللا ُ ِّ
ِ َوي َُحذ ُرك ُم ُ نَف َسهٗ ۗ َواِلَى ِ ال َم
ص ْي ُر
Al Talaq ayat 2:
ف َّواَ ْش ِه ُدوْ ا َذ َويْ َع ْد ٍل ِّم ْن ُك ْم َواَقِ ْي ُموا ال َّشهَا َدةَ— هّٰلِل ِ ٰۗذلِ ُك ْم يُوْ َعظُ بِ ٖه
ٍ ْارقُوْ ه َُّن بِ َم ْعرُو ٍ ْفَاِ َذا بَلَ ْغنَ اَ َجلَه َُّن فَا َ ْم ِس ُكوْ ه َُّن بِ َم ْعرُو
ِ َف اَوْ ف
هّٰللا هّٰلل
ق َ يَجْ َعلْ لَّهٗ َم ْخ َرجًا ِ َّۙ َم ْن َكانَ يُْؤ ِمنُ بِا ِ َو ْاليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ ِر ەۗ َو َم ْن يَّت
c) Saksi bersifat adil dalam arti tidak pernah melakukan dosa besar
Dan tidak selalu melakukan dosa kecil dan tetap menjaga muru>ah.
4) Sighat akad nikah yaitu ijab dan kabul yang diucapkan oleh
wali atau Wakilnya dari pihak wanita dan dijawab oleh
calon pengantin laki-Laki.Dalam hukum Islam, akad
pernikahan itu bukanlah sekedar Perjanjian yang bersifat
keperdataan. Akad dinyatakan sebagai Perjanjian yang kuat
yang disebut dengan ungkapan misaqan galizan Dalam Al
Quran, yang mana perjanjian itu bukan haya disaksikan
oleh Dua orang saksi atau kehadiran orang banyak pada
waktu Terlangsungnya pernikahan, akan tetapi juga
disaksikan langsung olehAllah SWT. Oleh karena itu
perjanjian pada akad pernikahan ini Sangatlah bersifat
agung dan sakral.Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi
agar akad ijab kabulItu bisa menjadi sah, yaitu:
b) Ijab dan Kabul harus menggunakan lafad yang jelas dan terang
Sehingga dapat dipahami oleh kedua belah pihak secara tegas.
Dalam akad tidak boleh menggunakan kata sindiran karena masih
Dibutuhkan sebuah niat, sedangkan saksi dalam pernikahan itu
Tidak akan dapat mengetahui apa yang diniatkan oleh seseorang.
Lafad yang sharih (terang) yang disepakati oleh ulama ialah kata
Nakaha atau zawaja, atau terjemahan dari keduanya.
َث لَّ ُك ْم ۖ فَْأتُوْ ا َحرْ ثَ ُك ْم اَ ٰنّى ِشْئتُ ْم ۖ َوقَ ِّد ُموْ ا اِل َ ْنفُ ِس ُك ْم ۗ َواتَّقُوا هّٰللا َ َوا ْعلَ ُم ْٓوا اَنَّ ُك ْم ُّم ٰلقُوْ هُ ۗ َوبَ ِّش ِر ْال ُمْؤ ِمنِ ْين
ٌ ْنِ َس ۤاُؤ ُك ْم َحر
Artinya: Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu
Bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat kamu bercocok tanam itu,
Bagaimana saja yang kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik)
Untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwa
Kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berikan kabar gembira orang-orang
Yang beriman. (QS. Al Baqarah: 223).
b. Memperoleh keturunan
Insting untuk mendapatkan keturunan juga dimiliki oleh pria
Maupun wanita, akan tetapi perlu diketahui bahwa mempunyai anak
Bukanlah suatu kewajiban melainkan amanat dari Allah SWT. Walaupun
Dalam kenyataannya ada seseorang yang ditakdirkan untuk tidak
Mempunyai anak.
Seperti firman Allah SWT dalam surat Asy Syura ayat 49-50:
ق َما يَش َۤا ُء ۗيَهَبُ لِ َم ْن يَّش َۤا ُء اِنَاثًا َّويَهَبُ لِ َم ْن يَّش َۤا ُء ال ُّذ ُكوْ َر
ُ ُض يَ ْخل
ِ ۗ ْت َوااْل َر ُ ۙ هّٰلِل ِ ُم ْل
ِ ك السَّمٰ ٰو
Dalam agama Islam, untuk prosesi pernikahan yang sah ada lima hal yang harus
dipenuhi.
Yaitu, adanya calon mempelai laki-laki, calon mempelai perempuan, wali dari
mempelai perempuan,
adanya minimal dua orang saksi, dan terakhir adalah ijab kabul. Kalau lima syarat
di atas sudah dipenuhi, maka pernikahanmu sudah bisa dikatakan sah menurut
agama.
Tapi, pernikahan juga harus melalui pihak KUA agar sah di mata hukum.
1. Pembukaan
Terlebih dulu, calon mempelai laki-laki dan perempuan, wali, keluarga, serta para
hadirin yang ikut menyaksikan prosesi dipersilakan memasuki tempat
dilangsungkannya akad nikah. Kemudian, acara akan dimulai dengan pembukaan
yang dipandu oleh pembawa acara. Biasanya dilakukan dengan membaca
‘bismillah’, berlanjut dengan doa agar acara berjalan dengan lancar, dan
pembacaan ayat suci al-Quran.
2. Khotbah nikah
Khotbah nikah merupakan hal yang disunahkan dalam Islam. Karena sunah, maka
sebisa mungkin ada dalam setiap prosesi akad nikah. Biasanya, khotbah nikah
akan disampaikan langsung oleh petugas dari KUA atau penghulu yang akan
menikahkan. Fungsi dari khotbah nikah ini sendiri adalah sebagai pembekalan
bagi kedua mempelai, sekaligus pengingat tentang pentingnya menjaga keutuhan
dalam rumah tangga
3. Ijab kabul
Sebelumnya, penghulu akan bertanya, “Saudara (nama calon suami) apakah Anda
setuju untuk menerima Saudari (nama calon istri) sebagai istri dengan (mahar)”,
sebanyak tiga kali. Setelahnya, barulah acara inti dari rangkaian prosesi akad nikah
alias pembacaan ijab kabul dilaksanakan. Kalau calon suami sudah bersedia
menerima dan dan menyepakati ijab kabul, maka penghulu akan menanyakan
keabsahan ijab kabul ini kepada para saksi dan wali yang dihadirkan.
4. Doa nikah
Kalau semua yang hadir sudah sepakat untuk sah, maka penghulu akan
membacakan doa-doa pernikahan karena kamu dan pasangan sudah resmi menjadi
suami istri. Selain penghulu, kamu atau pihak keluarga juga boleh mengundang
pemuka agama di tempatmu secara khusus untuk membacakan doa akad nikah.
6. Penutup
Kalau lima prosesi di atas sudah selesai dilakukan, maka acara pun sudah boleh
ditutup atau diakhiri. Penutupan biasanya dilakukan dengan pembacaan doa
terakhir oleh pemuka agama yang diundang atau oleh penghulu. Momen tambahan
lain di akhir prosesi akad nikah biasanya adalah pengambilan dokumentasi dua
mempelai dengan buku nikah, serah terima mahar, atau tukar cincin.
2.5 Bagaimana Islam Mengarahkan Pergaulan Remaja
Dalam operasional pergaulan Islam ada aturan baku yang mesti mutlak
untuk ditaati adalah:
“Zina itu banyak cabangnya, yaitu zina hati, mata, dan telinga, dan alat kelaminlah
yang akan membuktikan apakah berzina atau tidak”.
Ada larangan untuk mengumbar pandangan, dan hadits lewat Imam Ali :
“Hai Ali, hanya dijadikan halal bagimu pandangan yang pertama”(Bukhari).
3. Rambu telinga, adanya larangan untuk mendengar perkataan-
perkataan yang tidak senonoh dan jorok.
“Lebih baik seseorang menggenggam bara api (babi, di lain riwayat) atau
ditombak dari duburnya hingga menembus kepala daripada menyentuh wanita
yang bukan muhrimnya.”
“Hai isteri-isteri Nabi, tiadalah kamu seperti salah seorang dari perempuan-
perempuan itu jika kamu bertakwa, maka janganlah kamu terlalu lembut dalam
berbicara sehingga tertariklah orang yang di hatinya ada penyakit (keinginan), dan
ucapkanlah perkataan yang baik”.( Al-Ahzab/33:32 🙂
Ayat ini tentu tidak hanya ditujukan buat isteri Rasul semata. Untuk itu kita perlu
berhati-hati terhadap suara yang mendayu, mendesah, merayu seperti sering
dieksploitasi media massa.
Ayat di atas mewajibkan kita untuk menutup seluruh tubuh kecuali muka dan
telapak tangan, kecuali muhrimnya. Sementara untuk pria auratnya adalan antara
pusar dengan lutut.
3.1 Kesimpulan
Suku kutai merupakan hasil dari akulturasi masuknya islam ke dalam
kerajaan kutai hal inilah yang menciptakan perbedaan unsur kebudayaan
antara dayak dan kutai dan dari makalah ini mudah mudahan dapat
memberikan informasi yang bermanfaat sebagai saran pembelajaan.
DAFTAR PUSTAKA
https://gerrydanpss.wordpress.com/kebudayaansukukutai
https://kesultanankutaikartanegara.com
https://sitinursaidah.com/jurnalbahasakutai
https://kutaihulu.com/sukukutai