DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH
KATA PENGANTAR.............................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................IV
A. Latar belakang masalah........................................................................................IV
B. Rumusan masalah................................................................................................IV
C. Tujuan..................................................................................................................IV
BAB II.................................................................................................................................1
PEMBAHASAN...................................................................................................................1
A. Pengertian pernikahan..........................................................................................1
B. Dasar pernikahan...................................................................................................3
C. Pernikahan yang di larang.....................................................................................7
D. Hikmah pernikahan....................................................................................................8
.BAB III.............................................................................................................................11
PENUTUP.........................................................................................................................11
A. Kesimpulan..........................................................................................................11
B. Saran....................................................................................................................11
II
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-
Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula kami
kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad
SAW, beserta keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh umatnya yang senantiasa
istiqomah hingga akhir zaman.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Fiqih Munakakhah betema “DASAR-DASAR PERNIKAHAN ”
Dalam makalah ini sayai menguraikan mengenai pengertian Islam dari asal
katanya dan tinjauan para ulama tentang pemahaman Islam secara komprehensif
dan uraian sejumlah fatwa-fatwa kontemporter.
ABDUL HALIM ,M.Si selaku dosen mata kuliah ilmu Pendidikan Islam.
Orang tua kami yang banyak memberikan dukungan baik moril maupun
materil.
Semua pihak yang tidak dapat kami rinci satu per satu yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Karena itu kami mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi
perbaikan makalah di masa mendatang. Harapan kami semoga makalah ini
bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pembaca. Amiin.
III
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pernikahan?
2. Apa dasar hukum pernikahan?
3. Apa saja penikahan yang dilarang?
4. Apa saja hikmah penikahan?
C. Tujuan
1. Mengetahui maksud pernikahan
2. Mengetahui dasar hukum pernikahan
3. Mengetahui pernikahan yang di larang
4. Mengetahui hikmah pernikahan
IV
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pernikahan
Perkawinan diambil dari Bahasa Arab yang terdiri dari dua kata yaitu
Zawwaja dan Nakaha. Kemudian kata inilah yang dipakai dalam Al-
Qur'an dalam menyebutkan perkawinan muslim. Nakaha artinya
menghimpun dan Zawwaja artinya mempasangkan. Singkatnya dari segi
Bahasa perkawinan di artikan sebagai menghimpun 2 orang menjadi satu.
Melalui bersatunya dua insan manusia yang awalnya hidup sendiri, dengan
adanya perkawinan dua insan manusia yang dipertemukan oleh Allah
SWT untuk berjodoh menjadi satu sebagai pasangan suami istri yang
saling melengkapi kekurangan masing-masing. Yang biasa disebut dengan
pasangan (Zauj dan Zaujah). Dalam konteks sekarang sering disebut
pasangan hidup, suami istri atau belahan jiwa dalam mengarungi hidup
rumah tangga.
Hal yang paling penting dalam ajaran Islam salah satunya yakni aspek
perkawinan. Karena ikatan yang suci dan substansinya. Hal ini terdapat di
dalam Al-Qur'an kurang lebih 80 (delapan puluh) ayat yang membahas
tentang perkawinan yang didalamnya terdapat kata Nakaha yang artinya
berhimpun atau Zawwaja yang artinya berpasangan. Seluruh ayat yang ada
dalam Al Qur'an merupakan petunjuk dan norma untuk manusia dalam
mengarungi rumah tangga yang Sakinah Mawaddah Wa Rahma. Dalam
ajaran agama Islam perkawinan lazimnya menggunakan istilah nikah.
Nikah memiliki arti melaksanakan sebuah perjanjian yang saling memiliki
keterikatan seorang pria dan Wanita yang melegalkan hubungan intim pria
dan wanita, nikah harus dilakukan tanpa paksaan agar dapat menciptakan
sebuah kebahagiaan dalam rumah tangganya diliputi rasa saling
1
menyayangi serta saling memberikan rasa damai sesuai dengan ajaran
Islam'.
"Ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan wanita (suami istri)
bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan abadi
berdasarkan ketuhanan".
2
Kemudian sesuai dengan Pasal 1 UUP, tujuannya itu sendiri adalah untuk
menciptakan rumah tangga. Suami dan Istri saling melakukan pendekatan
untuk mencapai tujuan perkawinan dengan beberapa cara dianatranya
yaitu:
1. Suami istri saling berkorban untuk mencapai tujuan perkawinan yang
luhur karena itu pengorbanan dibutuhkan dalam berumah tangga.
2. Akhlak, moral dan etika yang baik merupakan salah satu modal untuk
membangun rumah tangga.
1
Cahyani, T. D. (2020). Hukum Perkawinan (Vol. 1). UMMPress.
3
B. Dasar Pernikahan
Perkawinan memiliki dasar hukum dalam pandangan Islam, banyak
merujuk pada Al-Qur'an, Al-Hadist, Ijma' ulama fiqh, serta Ijtihad yang
mengatakan bahwa perkawinan merupakan ibadah yang disunahkan Allah dan
rasulullah. Sebagaimana firman Allah SWT yaitu Surat Adz- Dzariyat ayat 59
dan An-Nisaa' ayat 1. Adapun perkawinan sebagai sunnah rosul dapat dilihat
dari hadits berikut yang artinya;
1. Wajib.
4
Perkawinan dihukumi wajib untuk pria dan wanita yang telah memiliki
kemampuan melaksanakannya serta memiliki rasa takut jika terperosok
dalam perbuatan zina." Perkawinan memiliki tujuan untuk melindungi
kehormatan pria dan wanita tersebut. Dalam hal ini para ulama
sependapat dan tidak ada perbedaan pendapat diantara mereka. Adapun
hal sebaliknya dijelaskan dalam Al-Qur'an surat An-Nur ayat 33.
2. Sunnah (Dianjurkan).
Perkawinan menjadi sunnah apabila seseorang yang sudah memiliki
kemampuan materiil maupun immaterial tapi belum memiliki niat untuk
menikah dan dapat mengendalikan nafsunya dengan kata lain ia tidak
khawatir terjerumus dalam perbuatan zina. Kecuali Imam Syafi'l, Jumhur
Ulama berpendapat jika ada orang yang demikian maka baiknya di
diberikan pengertian untuk segera melakukan perkawinan, karen
perkawinan lebih baik dari pada ibadah sunnah lainnya. Karen perkawinan
adalah penyempurnaan setengah agama. Sesuai sabda Nabi Muhammad
yaitu;
3. Mubah (Boleh).
Mubah merupakan kaidah hukum yang bersifat netral yang mengatur
suatu perbuatan boleh dilakukan. Mubah bukanlah suatu perkara yang
diperintahkan, dianjurkan ataupun dilarang. Dengan kata lain, perkara
mubah memungkinkan seorang memilih antara melakukan dan
meninggalkan. Mubah dalam bahasa hukum adalah sesuatu yang diizinkan.
Kaidah ushul fiqh menuliskan bahwa: Hukum asal sesuatu itu mubah hingga
ada dalil yang mengharamkan." Oleh karena itu, hukum mubah pada
dasarnya berlaku atas segala hal yang tidak masuk klasifikasi/ dalil perintah,
5
anjuran, hal yang patut dihindari ataupun larangan. Salah satu contoh dalil
yang bersifat mubah QS. Al-Baqarah ayat 275 yaitu;
4. Makruh.
Makruh pada dasarnya adalah kebalikan dari sunnah. Jika sunnah
adalah suatu yang dianjurkan, makruh adalah suatu yang dibenci oleh
Allah sehingga perbuatan yang bersifat makruh patut untuk dihindari.
Untuk orang yang bisa melakukan perkawinan dan dapat menahan
hawa nafsunya sehingga ia tidak dikhawatirkan melakukan perbuatan
zina meskipun ia tidak kawin. Tetapi ia tidak memiliki keinginan yang
kuat untuk memenuhi kewajiban seorang suami istri yang baik.
6
5. Haram
. Haram merupakan suatu bentuk larangan yang bersifat mutlak. Jika
orang yang beragama Islam menaati aturan hukum Islam maka ia akan
memperoleh ganjaran berupa pahala, jika melanggarnya maka ia
berdosa. Perkara haram ini adalah kebalikan halal (jaiz/mubah/boleh).
Menyatakan sesuatu haram adalah hak-Nya yang telah jelas terdapat
pada al-qur'an dan sunnah. Karenanya, seorang mujtahid wajib
berhati-hati ketika menafsirkan dan menetapkan suatu yang haram
terhadap hal yang bersifat kontemporer." Hal yang haram pada
dasarnya telah ditetapkan al-Qur'an seperti; larangan riba (al-Baqarah:
275), larangan makan babi, bangkai, darah, sembelihan tanpa
menyebut nama Allah (QS al-Maidah ayat 5).
2
Cahyani, Tinuk Dwi. Hukum Perkawinan. Vol. 1. UMMPress, 2020.
7
Islam. Dalam fikih, nonmuslim dibagi dua, yaitu musyrik/kafir adalah orang yang
haram untuk dikawin sedangkan Nasrani/Yahudi yang disebut dengan ahlul kitab
dapat di kawin3
3
Hermanto, Agus. "Larangan perkawinan perspektif fikih dan relevansinya dengan hukum
perkawinan di Indonesia." Muslim Heritage 2.1 (2017): 125-152.
4
Hermanto, Agus. "Larangan perkawinan perspektif fikih dan relevansinya dengan hukum
perkawinan di Indonesia." Muslim Heritage 2.1 (2017): 125-152.
8
D. Hikmah Pernikahan
5
Ali ahmad al jurawi tt;6-7
9
tatanan masyarakat dan dekadensi moral sehingga kemurnian fitrah tetap
terjaga.
Dari uraian di atas hanya sekilas tentang hikmah yang dapat diambil dari
pernikahan, karena masih banyak hikmah-hikmah lain dari pernikahan, seperti
penyambung keturunan, memperluas kekerabatan, membangun asas-asas
kerjasama, dan lain-lain yang dapat kita ambil dari ayat al-Qur’an, hadis dan
growth-up variable society.
6
At-Turmuzi, tt:393III
10
11
.BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Permikahan pastinya adalah hal yang sangat skral dan momumental
bagi setiap insan. Oleh karena itu, pernikahan harus dipikirkan matang
matang terlebih dahulu agar tidak menyesal dikemudian hari. Kami
meragkum apa yang bisa kami rangkum pada makalah ini, yang kurang
lebih sebagai berikut:
1. Pernikahan bukanlah hal yang mudah, karena di dalam nya kita harus
saling mengerti, memahami dan melengkapi. Karena pada arti
pernikahan di atas pernikahan adalah bersatunya 2 insan yang di sana
harus ada arti saling memahami dan menyampingkan ego satu sama
lain.
2. Pernikahan dalam perspektif islam merupakan suatu ibadah yang
dihukumi hukum syar’i. Artinya, para ulama memperhatikan betul
ibadah ini
B. Saran
Demikian makalah ini kami susun. Penulis menyadari dalam penulisan
makalah ini banyak terdapat kekurangan, oleh karena kritik dan saran yang
membangun kami perlukan untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga
bermanfaat bagi pembacanya.
12
13