Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

FIQIH MUNAKAHAT

HUKUM PERKAWINAN, SYARAT, RUKUN DAN PERMASALAHAN POLIGAMI


DALAM ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas

Dosen Pengampu : Bp. Ainun Yudhistira, S.HI, M.HI

Disusun Oleh :

Kelompok 3

1. Chandeni Widyadhana (213131095)

2. Cintya Rizki Yunita (213131079)

3. Sayyidah Labibah Sya’baniyah (213131081)

KELAS 1C

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA

2021/2022
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Fiqih Munakahat hukum
perkawinan, syarat dan rukun, serta pembahasan permasalahan poligami dalam islam” tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan daei penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Ainun
Yudhistira, S.HI, M.HI. pada mata kuliah fiqiqh. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang hukum perkawinan, syarat dan rukun, serta pembahasan
permasalahan poligami dalam islam bagi para pembaca maumpun penulis.

Saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ainun Yudhistira, S.HI, M.HI. selaku
dosen mata kuliah fiqih yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan memperluas wawasan sesuai dengan bidang studi yang sedang saya tekuni. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Sragen, 27 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1

a. Latar Belakang................................................................................................................1
b. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
c. Tujuan.............................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2

a. Hukum Pernikahan Dalam Islam....................................................................................2


1. Pengertian Pernikahan dan Dasar Hukum Islam.................................................2
2. Tujuan Pernikahan..............................................................................................3
b. Syarat dan Rukun............................................................................................................3
1. Syarat..................................................................................................................3
2. Rukun..................................................................................................................5
c. Poligami Dalam Perspektif Hukum Islam......................................................................5
1. Sejarah Poligami.................................................................................................5
2. Poligami Rasulullah SAW..................................................................................6
3. Poligami Dalam Berbagai Sudut Pandang..........................................................7
4. Hukum Poligami Di Indonesia............................................................................7
5. Rukun, Syarat Serta Hikmah Berpoligami..........................................................8

BAB III PENUTUP...................................................................................................................9

a. Kesimpulan.....................................................................................................................9
b. Saran..............................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya menikah adalah kewajiban untuk semua orang muslim untuk
menyempurnakan ibadahnya. Selain itu, menikah dalam islam bukan hanya menyatukan
dua hati dan menyangkut suatu kesatuan yang luhur dalam berumah tangga saja
melainkan ada kebahagiaan yang akan diperoleh oleh dua insan, baik di dunia maupun di
akhirat. Perkawinan dalam hukum islam adalah akad yang ditetapkan dalam syara’ yang
diperbolehkan untuk bersenang-senang antara laki-laki dan perempuan dan menghalakan
melakukan hubungan badan. Pernikahan juga memiliki peran penting bagi manusia
dalam hidup dan perkembangannya. Untuk itu Allah SWT melalui utusannya
memberikan tuntunan mengenai pernikahan sebagai dasar hukum.

Selain membahas pernikahan, kali ini membhas juga tentang poligami. Kata poligami
selalu saja dikaitkan dengan apa yang dilakukan Nabi SAW. Beliau berpoligami dengan
cara yang dibenarkan oleh syariat dengan pengaplikasian ayat-ayat dalam Al-
Quran.Tetapi banyak diantara umat Rasulullah SAW yang kurang tau atau tidak mengerti
sama sekali akan makna poligami yang benar.Sehingga menjadikan poligami hanya
untuk melampiaskan kebutuhan seksual saja dan menghilangkan tujuan mulia di
dalamnya.

Dalam pernikahan, poligami memang masalah yang sangat kontroversial ada yang
mendukungnya dan ada yang menolaknya.Kelompok orang yang mendukung poligami
memandang bahwa poligami dapat mengurangi perselingkuhan dan prostitusi.Sedangkan
kelompok orang yang menolak poligami memandang bahwa poligami memunculkan
ketidakadilan gender(diskriminatif terhadap kaum perempuan).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian pernikahan dan dasar hukum islam?
2. Apa tujuan pernikahan dalam islam?
3. Apa saja syarat dan rukun pernikahan dalam islam?
4. Bagaimana sejarah poligami?

1
5. Apa saja syarat berpoligami dalam islam?
C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, tujuan yangbhendak dicapai melalui
pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa saja pembahasan tentang pernikahan, rukun, syarat, dan
poligami dalam islam.
2. Untuk mengetahui apa saja penjelasan di dalamnya

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hukum Pernikahan Dalam Islam


1. Pengertian pernikahan dan dasar hukum islam
Pernikahan dalam bahasa indonesia berasal dari kata “kawin” yang dalam bahasa
berarti membentuk keluarga dengan lawan jenis atau melakukan hubungan bersetubuh
perkawinan juga bisa di sebut dengan “pernikahan” yang bersal dari nikah yang
menurut bahaa artinya mengumpulkan, saling memasukan yang di gunakan untuk arti
bersetubuh (wathi). Menurut istilah perkawinan dalam hukum islam adalah akad yang
ditetapkan dalam syara’ yang diperbolehkan untuk bersenang-senang antara laki-laki
dan perempuan dan menghalalkan perempuan dan laki-laki untuk bersenang-senang
atau berhubungan badan.
Pernikahan juga memiliki peran penting bagi manusia dalam hidup dan
perkembangannya. Untuk itu Allah Swt melalui utusanya memberikan tuntunan
mengenai perikahan sebagai dasar hukum. Adapun dasar hukum perkawinan dalam
islam terdapat dalam surat Ar-ruum ayat 21.

Artinya”dan diantara tanda-tanda kekuasaanya ialah dia menciptakan isri-istri dari


jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan di
jadikanya padamu rasa kasih dan sayang sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda bagikaum yang berfikir” (QS. Ar-Rumm ayat 21)

2. Tujuan Pernikahan dalam Islam

Tujuan pernikahan dalam islam adalah untuk membangun suatu keluarga yang
harmonis sejahterah dan bahagia. Orang yang menikah sepantasnya tidak hanya
bertujuan untuk menunaikan syahwatnya semata. Sebagaimana tujuan manusia saat ini.
namun hendaknya menikah karna tujuan untuk melaksanakan anjuran Nabi, menambah
keturunan, menjaga kemaluanya dan kemaluan istrinya.

Lebih lanjut imam Al-Ghazali dalmkitab ihya membagi tujuan perkawinan dalam
beberapa hal. Diantaranya sebagaiberikut:

3
a. membentuk masyarakat kecil yang tentram atasdasar cinta dan kasih Mendapatkan
dan melangsungkan keturunan
b. Memenuhi hajat manusia untukmenyalurkan syahwat dan memberikan ksih
saying
c. Menuhi pangilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan kerusakan
d. Menumbuhkan kesungguhan untuk tanggung jawab dalam menjalnkan kewajiban
e. Membangun rumah tangga untuk sayang
B. SYARAT DAN RUKUN
Syarat adalah sesuatu yang pasti ada hal ini menentukan sah atau tidaknya suatu
pekerjaan (ibadah) tetapi sesuatu tidak termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu.
Sedangkan rukun adalah sesuatu yang pasti ada yang menentukan sah atau tidaknya suatu
pekerjaan (ibadah) dan sesuatu yang termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu. Pernikahan
yang didalamnya terdapat akad, layaknya akad-akad lain yang memerlukan persetujuan
kedua belah pihak yang mengadakan akad.
Adapun syarat nikah adalah syarat yang berkaitan dengan rukun-rukun
pernikahan, yaitu syarat-syarat bagi calon mempelai, wali, saksi, dan ijab kabul. Syarat-
syarat pernikahan adalah dasar bagi sah atau tidaknya pernikahan dalam islam. Apabila
syarat-syarat tersebut terpenuhi, maka pernikahan tersebut sah dan menimbulkan hak dan
kewajiban suami istri.

1. Syarat-syarat mempelai laki-laki (calon suami)


a. Bukan mahram dari calon istri
b. Jelas orangnya
c. Tidak sedang ihram
d. Tidak terpaksa (atas kemauan sendiri)
2. Syarat-syarat mempelai perempuan (calon istri)
a. Merdeka, atas kemauan sendiri
b. Jelas orangnya
c. Tidak sedang ihram
d. Tidak ada halangan syarak, yaitu tidak bersuami, bukan mahram, dan tidak
dalam masa iddah
3. Syarat-syarat wali

4
a. Laki-laki
b. Baligh
c. Adil
d. Tidak sedang ihram
e. Tidak dipaksa
4. Syarat-syarat saksi
a. Laki-laki
b. Baligh
c. Adil
d. Tidak sedang ihram
e. Memahami bahasa yang digunakan dalam ijab qabul
5. Syarat-syarat ijab qabul
a. Ada ijab (pernyataan) mengawinkan dari pihak wali
b. Ada qabul (pernyataan) penerimaan dari calon suami
c. Memakai kata-kata “nikah”, “tazwij”atau terjemahannya seperti “kawin”
d. Antara ijab dan qabul harus bersambungan, tidak boleh putus
e. Antara ijab dan qabul jelas maksudnya
f. Orang yang terkait ijab dan qabul tidak dalam keadaan haji dan umrah
g. Majlis ijab dan qabul harus dihadiri minimal empat orang yaitu calon mempelai
pria atau wakilnya, wali dari calon mempelai wanita atau wakilnya, dan dua
orang saksi

Dari syarat-syarat nikah diatas merupakan hal yang harus dipenuhi dari bagian
rukun nikah yaitu, kedua calon mempelai yaitu suami istri, wali, saksi, dan sighat ijab
qabul. Tetapi jika salah satu syarat tidak dipenuhi, maka pernikahannya termasuk
kategori batal atau tidak sah.

Adapun rukun nikah sebagai berikut :

1. Mempelai laki-laki
2. Mempelai perempuan
3. Wali
4. Dua orang saksi

5
5. Shigat ijab qabul

Pernikahan dianggap sah apabila telah memenuhi rukun nikah yang disebutkan
diatas, tetapi apabila salah satu rukun tidak dipenuhi dalam melangsungkan pernikahan,
maka pernikahan itu tidak sah.

C. POLIGAMI DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM


1. Sejarah Poligami

Secara umum konsep poligami (ta’addud al-zaujat) dalam ilmu fiqh adalah
seorang suami dalam waktu bersamaan yang mengumpulkan dua sampai empat istri.
Sejak ribuhan tahun silam sebelum datangnya islam poligami sudah menjadi tradisi
yang dianggap wajar.

Banyak bukti yang menjadi dasar dikatakannya poligami bukanlah ajaran dari
agama islam. Menurut catatan sejarah negara-negara yang melakukan praktik poligami
yaitu Rusia,Yugosliva,Cekoslovakia,Jerman,Belgia,Belanda,Denmark,Swedia, Inggris
dan beberapa dari bangsa Timur(Ibrani dan Arab). Jadi para penulis yang mengklaim
bahwa poligami berasal dari agama islam tidaklah benar. Sebab negara-negara yang
disebutkan diatas melakukan poligami jauh sebelum islam datang di muka bumi dan
bahkan berkembang pesat di Afrika,India,Cina dan Jepang yang pada dasarnya tidak
menganut agama islam.

Poligami berasal dari bahasa Yunani “poli dan polus” artinya banyak dan “gemein
atau gamos” artinya kawin atau perkawinan. Dalam islam poligami artinya perkawinan
yang dilakukan lebih dari satu dengan memiliki batasan sampai dengan empat wanita.
Namun ada pula yang memahami poligami dalam islam sampai dengan sembilan atau
lebih wanita. Akan tetapi poligami dengan batasan sampai empat istri lebih umum
karena Rasulullah melarang umatnya melakukan pernikahan lebih dari empat wanita.

Poligami tidaklah serta merta diperbolehkan dalam islam. Karena islam memiliki
batasan dan syarat yang ketat kepada seseorang yang hendak melakukan poligami yaitu
boleh melakukan poligami sampai empat istri apabila ia benar-benar mampu berlaku
adil terhadap istri-istrinya yang menyangkut persoalan nafkah,tempat tinggal dan

6
pembagian waktu. Dengan tegas islam menekankan bahwa jika tidak bisa berlaku adil
maka cukuplah dengan satu istri (QS.An-Nisaa ayat 3)

2. Poligami Rasulullah SAW

Rasulullah berpoligami karena Rasulullah diutus untuk menyebarkan kasih


sayang kepada seluruh umat alam oleh Allah sebagaimana QS. Al-Anbiya ayat 107.

a. Rasulullah diutus menjadi contoh suri tauladan untuk umat manusia (QS.Al-
Ahzab ayat 21).
b. Rasulullah diutus untuk melindungi dan mengangkat martabat kaum wanita,anak-
anak yatim,para budak dan kaum tertindas lainnya (QS.An-Nisaa ayat 127).
c. Rasulullah menyuruh umatnya untuk berumah tangga untuk membentuk keluarga
yang sejahtera,bahagia dan menumbuhkan generasi islami yang kuat dimasa
depan. Bukan semata mata untuk menyalurkan gairahnya.
d. Dengan banyaknya wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah maka perlu
mengkaji agar makna kandungannya menjadi jelas dan di contohkan secara nyata
sesuai dengan makna kandungannya.
3. Poligami Dalam Berbagai Sudut Pandang
Dalam QS.An-Nisa ayat 3 menjadi dasar rujukan diperbolehkannya melakukan
poligami yang menuai berbagai pendapat. Ulama yang memperbolehkan poligami
syaratnya tidaklah mudah dan sangat ketat. Namun ada juga ulama yang melarang
poligami,menurut mereka dalam islam sesungguhnya menganut prinsip monogami dan
melarang keras poligami karena bersumber dari kebiasaan bangsa Arab pra-islam yang
memberikan status kedudukan lebih dominan kepada laki-laki.
Sayyid Muhammad Rasyid Ridha mengatakan bahwa hukum poligami itu mubah
sebab dalam hukum islam secara mutlak tidak mengharamkan tidak pula memberikan
dispensasi(kelonggaran) dengan mempertimbangkan bahwa watak yang dimiliki laki-
laki mampu dalam berbagai bidang. Termasuk dalam perkawinan yang cenderung
melakukan poligami. Sehingga dalam melakukannya harus terlebih dulu
mempertimbangkan mudharatnya.
Menurut Imam Al-Ghazali poligami dalam islam memiliki aturan yang khusus.
Seperti halnya dalam islam menganjurkan untuk berpuasa bagi laki-laki bujang yang

7
belum mampu melakukan pernikahan,sama dengan jika laki-laki tidak mampu untuk
berlaku adil maka jangan memaksakan diri melakukan poligami.
4. Hukum Poligami Di Indonesia

Indonesia memiliki peraturan mengenai perkawinan, diantaranya adalah yaitu :

a. UU No.1 tahun 1974 dalam pasal 3 ayat 1. UU tersebut secara jelas menganut
asas monogami yang diperuntukkan untuk laki-laki maupun perempuan. Akan
tetapi dalam UU ini ada pengecualian, seorang suami bisa beristri lebih dari satu
apabila ada izin dari pihak yang bersangkutan(istri terdahulu).
b. Peraturan pemerintah No.9 tahun 1975 tentang pelaksanaan UU No.1 tahun 1974.
Secara tegas tidak memperbolehkan poligami kecuali jika pihak yang
bersangkutan memberikan izin persetujuan.
c. Dalam Kompilasi Hukum Islam(KHI) pasal 55. Bahwa laki-laki beristri lebih dari
satu sampai empat orang dengan syarat suami harus mampu berlaku adil terhadap
istri dan anak-anaknya dan apabila syarat tersebut tidak terpenuhi maka suami
dilarang beristri lebih dari satu.
d. Melihat beberapa peraturan hukum yang berlaku di Indonesia tidak ada satupun
peraturan yang melarang secara tegas pelaku poligami. Karena jika dilihat
peraturan-peraturan tersebut memberikan cela dengan syarat adanya persetujuan
dari pihak yang bersangkutan dalam hal ini (istri).
5. Rukun, Syarat Serta Hikmah Berpoligami

Syarat lelaki yang hendak berpoligami dalam hadist Rasulullah yaitu :

a. Jumlah istri paling banyak empat tidak boleh lebih.


b. Bisa berbuat dan berlaku adil antara isistri-istrinya.
c. Adanya kemampuan jasmani dan nafkah dalam bentuk harta.

Alasan berpoligami harus mampu diterima oleh akal. Dibolehkannya berpoligami


yaitu :

a. Poligami harus dilakukan dalam kondisi tertentu(tidak dalam kondisi normal).


Misalnya istri sudah lanjut usia atau sakit.

8
b. Pernikahan merupakan sebab terjadinya hubungan(kekeluargaan) dan keterikatan
diantara sesama manusia. Melakukan poligami menjadi sebab terjalinnya
hubungan dan kedekatan antara banyak keluarga ini pula salah satu yang
menyebabkan Rasulullah berpoligami.
c. Poligami merupakan sebab terjaganya kehormatan sejumlah besar wanita dan
terpenuhinya kebutuhan hidup mereka berupa nafkah,tempat tinggal,memiliki
keturunan dan anak yang banyak, dan ini merupakan tuntutan syariat.
d. Laki-laki yang memiliki nafsu syahwat yang tinggi sehingga bawaannya tidak
cukup hanya mempunyai satu orang istri,sedangkan ia tidak mau terjerumus
dalam hal-hal yang melanggar syariat.
e. Terkadang setelah menikah istri mandul,sehingga memilih poligami daripada
perceraian.

Hikmah Poligami menurut Al-Jurnani dalam kitabnya Hikmah al-Tasyri’ wa


Falsafatuhu ada 3 yaitu :

a. Kebolehan poligami yang dibatasi sampai empat orang menunjukkan bahwa


manusia sebenarnya terdiri dari empat campuran dalam tubuhnya. Jadi
menurutnya sangatlah pantas laki-laki itu beristri empat.
b. Batasan empat juga sesuai dengan empat jenis mata pencaharian laki-laki
(pemerintahan,perdagangan,pertanian,industri).
c. Bagi seorang suami yang memiliki empat orang istri berarti ia mempunyai waktu
senggang selama tiga hari dan ini merupakan waktu yang cukup untuk
mencurahkan kasih sayang.

Dampak Negatif Poligami menurut al-Athar dalam bukunya Ta’addud al-Zawat ada 4
yaitu :

a. Poligami dapat menimbulkan kecemburuan diantara para istri.


b. Menimbulkan rasa kekhawatiran istri kalau-kalau suami tidak dapat bersikap
bijaksana dan adil.
c. Anak-anak yang lahir dari ibu yang berlainan sangat rawan perkelahian.
d. Kekacauan dalam bidang ekonomi. Bisa saja saat awal berpoligami suami
berkecukupan namun saat ditengah-tengah berjalannya poligami suami bangkrut.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut istilah perkawinan dalam hukum islam adalah akad yang ditetapkan
dalam syara’ yang diperbolehkan untuk bersenang-senang antara laki-laki dan perempuan
dan menghalalkan perempuan dan laki-laki untuk bersenang-senang atau berhubungan
badan.

Tujuan pernikahan dalam islam adalah untuk membangun suatu keluarga yang
harmonis sejahterah dan bahagia. Orang yang menikah sepantasnya tidak hanya bertujuan
untuk menunaikan syahwatnya semata. Sebagaimana tujuan manusia saat ini. namun
hendaknya menikah karna tujuan untuk melaksanakan anjuran Nabi, menambah
keturunan, menjaga kemaluanya dan kemaluan istrinya.

Syarat adalah sesuatu yang pasti ada hal ini menentukan sah atau tidaknya suatu
pekerjaan (ibadah) tetapi sesuatu tidak termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu.
Sedangkan rukun adalah sesuatu yang pati ada yang menentukan sah atau tidaknya suatu
pekerjaan (ibadah) dan sesuatu yang termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu. Pernikahan
yang didalamnya terdapat akad, layaknya akad-akad lain yang memerlukan persetujuan
kedua belah pihak yang mengadakan akad.

Poligami berasal dari bahasa Yunani “poli dan polus” artinya banyak dan “gemein
atau gamos” artinya kawin atau perkawinan. Dalam islam poligami artinya perkawinan
yang dilakukan lebih dari satu dengan memiliki batasan sampai dengan empat wanita.
Namun ada pula yang memahami poligami dalam islam sampai dengan sembilan atau
lebih wanita. Akan tetapi poligami dengan batasan sampai empat istri lebih umum karena
Rasulullah melarang umatnya melakukan pernikahan lebih dari empat wanita.

Poligami tidaklah serta merta diperbolehkan dalam islam. Karena islam memiliki
batasan dan syarat yang ketat kepada seseorang yang hendak melakukan poligami yaitu
boleh melakukan poligami sampai empat istri apabila ia benar-benar mampu berlaku adil
terhadap istri-istrinya yang menyangkut persoalan nafkah,tempat tinggal dan pembagian

10
waktu. Dengan tegas islam menekankan bahwa jika tidak bisa berlaku adil maka
cukuplah dengan satu istri (QS.An-Nisaa ayat 3)

B. Saran

Tentunya penulis sudah menyadari jika dalam penulisan dan penyusunan makalah
di atas masih banyak kekurangan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis
akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman
dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca. Selain itu
penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin ya Rabbal
Alamiin.

11
Referensi:

http://jurnal.upi.edu/taklim/author/wahyu-wibisana
http://repository.uinbanten.ac.id/1718/2/BAB%20II.pdf
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/al-qadau/article/view/7108

12

Anda mungkin juga menyukai