Anda di halaman 1dari 18

KONSEP MUNAKAHAT

Makalah ini diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak dan
Muamalah

Dosen Pembimbing : Nurul Abidin, M.Ed

DISUSUN OLEH :

1. IRVAN SUSANTO [20415115]

2. SETIANA S.H. [20415116]

3. ANISA [20415119]

4. DIAZ FEBRIAMITA [20415117]

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
TAHUN PELAJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya makalah ini dapat terselesaikan. Ucapan terimakasih kami sampaikan
kepada bapak Nurul Abidin selaku dosen mata kuliah Akhlah dan Muamalah yang
telah memberikan tugas ini kepada kami sehingga secara langsung menambah
pengetahuan kami.

Dalam pembuatan makalah ini pastilah kami mengalami kesulitan. Namun


berkat bantuan dari beberapa pihak yang telah membantu, kami mengucapkan
terimakasih.

Dengan terselesainya makalah ini diharapkan dapat menjadi suatu bahan


pembelajaran yang baik bagi kita semua dalam meningkatkan pengetahuan terkait
konsep munakahat.

Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun untuk lebih meningkatkan lagi pemahaman kami, baik terkait dengan
isi maupun sistematika dan cara penulisannya. Akhir kata kami ucapkan selamat
membaca.
DAFTAR ISI

COVER MAKALAH

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1. LATAR BELAKANG...............................................................................1

1.2. RUMUSAN MASALAH..........................................................................2

1.3. TUJUAN...................................................................................................2

BAB II

PEMBAHASAN.....................................................................................................3

2.1. PENGERTIAN MUNAKAHAT...............................................................3

2.2. TUJUAN, HIKMAH, DAN HUKUM MENIKAH..................................4

TUJUAN MENIKAH.......................................................................................4

HIKMAH MENIKAH......................................................................................6

HUKUM MENIKAH.......................................................................................7

2.3. SYARAT DAN RUKUN PERNIKAHAN...............................................8

SYARAT PERNIKAHAN...............................................................................8

RUKUN PERNIKAHAN.................................................................................9

BAB III

PENUTUP.............................................................................................................14

Kesimpulan.........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Islam adalah agama yang universal, agama yang mencakup semua sisi
kehidupan. Islam disyari’atkan kepada umat manusia, sejak Nabi Adam a.s hingga
Nabi Muhammad SAW. Adapun syari’at Islam adalah syari’at terakhir yang
diturunkan oleh Allah SWT melalui Nabi Muhammad. Islam salah satu ajaran
yang mensyari’atkan untuk melaksanakan perkawinan/munakahat sebagaimana
yang diatur dalam sunnatullah dan sunnatur rasul.

Munakahat berarti pernikahan atau perkawinan. Allah SWT telah


menciptakan segala sesuatu yang berpasang pasangan, ada lelaki ada perempuan.
Allah memberi karunia berupa pernikahan yang bertujuan untuk membentuk
keluarga yang sakinah, mawadah, dan warawah serta bahagia dunia akhirat.

Pernikahan dalam Islam banyak diatur dalam al-Quran dan al-Hadis, baik
secara prinsip-prinsip umum, ataupun secara detail teknis pelaksanaannya.
Diantara hal yang diatur tersebut adalah rukun dan syarat munakahat.
Terpenuhinya syarat dan rukun munakahat mengakibatkan diakuinya keabsahan
pernikahan/perkawinan/munakahat baik menurut hokum agama ataupun
pemerintahan. Bila salah satu syarat atau rukun tersebut tidak terpenuhi maka
mengakibatkan tidak sahnya perkawinan atau munakahat. Oleh karena itu, melalui
makalah ini kami akan membahas tentang konsep munakahat sesuai dengan
syariat yang telah ditentukan.

1
1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian munakahat?


2. Apa, hukum, tujuan dan hikmah nikah?
3. Apa syarat dan ruku nikah?

1.3. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian munakahat.


2. Untuk mengetahui hokum, tujuan, dan hikmah nikah.
3. Untuk mengetahui syarat dan rukun nikah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN MUNAKAHAT

Menurut bahasa, munakahat (pernikahan) berarti menghimpun,


mengumpulkan. Secara istilah berarti melakukan suatu akad atau perjanjian untuk
mengikatkan diri antara seorang laik-laki dan seorang perempuan serta
menghalalkan hubungan kelamin antara keduanya dengan dasar sukarela dan
persetujuan bersama.

Dalam arti yang luas, pernikahan adalah suatu ikatan lahir antara dua
orang, laki-laki dan perempuan, untuk hidup bersama dalam satu rumah tangga
dan keturunan yang dilangsungkan menurut ketentuan syariat islam.

Hubungan antara seorang laki - laki dan perempuan adalah merupakan


tuntunan yang telah diciptakan oleh Allah SWT dan untuk menghalalkan
hubungan ini maka disyariatkanlah akad nikah. Pergaulan antara laki - laki dn
perempuan yang diatur dengan pernikahan ini akan membawa keharmonisan,
keberkahan dan kesejahteraan baik bagi laki - laki maupun perempuan, bagi
keturunan diantara keduanya bahkan bagi masyarakat yang berada disekeliling
kedua insan tersebut.

Berbeda dengan pergaulan antara laki - laki dan perempuan yang tidak
dibina dengan sarana pernikahan akan membawa malapetaka baik bagi kedua
insan itu, keturunannya dan masyarakat disekelilingnya. Pergaulan yang diikat
dengan tali pernikahan akan membawa mereka menjadi satu dalam urusan
kehidupan sehingga antara keduanya itu dapat menjadi hubungan saling tolong
menolong, dapat menciptkan kebaikan bagi keduanya dan menjaga kejahatan
yang mungkin akan menimpa kedua belah pihak itu. Dengan pernikahan
seseorang juga akan terpelihara dari kebinasaan hawa nafsunya.

3
Allah SWT berfirman dalam surat An - Nisa Ayat 3 sebagai berikut : 
Artinya:
” Maka kawinilah wanita - wanita (lain) yang kamu senangi, dua, tiga
atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan brlaku adil maka (kawinilah)
seorang saja .” (An - Nisa : 3).
Ayat ini memerintahkan kepada orang laki - laki yang sudah mampu untuk
melaksanakan nikah. Adapun yang dimaksud adil dalam ayat ini adalah adil
didalam memberikan kepada istri berupa pakaian, tempat, giliran dan lain - lain
yang bersifat lahiriah. Ayat ini juga menerangkan bahwa islam memperbolehkan
poligami dengan syarat - syarat tertentu.

2.2. TUJUAN, HIKMAH, DAN HUKUM MENIKAH

TUJUAN MENIKAH

1. Melaksanakan Sunnah Rasul

Tujuan utama pernikahan dalam Islam ialah menjauhkan dari perbuatan


maksiat. Sebagai umatmuslim, kita memiliki panutan dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari. Adapun baiknya mengikuti dan meniru yang diajarkan
oleh Nabi Muhammad SAW. Salah satunya ialahmenjalankan pernikahan dengan
niat yang baik.

"Menikah adalah sunnahku, barangsiapa yang tidak mengamalkan sunnahku,


bukan bagian dariku. Maka menikahlah kalian, karena aku bangga dengan
banyaknya umatku (di hari kiamat)." (HR. Ibnu Majah no. 1846, dishahihkan Al
Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no. 2383).

2. Menguatkan Ibadah sebagai Benteng Akhlaq Manusia

Pernikahan merupakan hal yang mulia dalam Islam. Ikatan suci yang
bermanfaat dalam menjaga kehormatan diri, serta terhindar dari hal-hal yang
dilarang agama.Apabila telah menikah, diketahui baik untuk menundukkan
pandangan. Juga membentengi diri dari perbuatan keji dan merendahkan martabat,
salah satunya zina.

"Wahai para pemuda, jika kalian telah mampu, maka menikahlah. Sungguh
menikah itu lebih menentramkan pandangan dan kelamin. Bagi yang belum
mampu, maka berpuasalah karena puasa bisa menjadi tameng baginya." (HR.
Bukhari No. 4779).

4
3. Menyempurnakan Agama

Dengan demikian seseorang dapat menjaga sifat malunya dari perbuatan-


perbuatan yang menjerumuskan dalam maksiat sehingga pernikahan sebagai
sarana dalam beribadah kepada Allah dan menjadikan seorang muslim akan lebih
kuat dalam beribadah. Dengan menikahlah maka separuh agama telah
terpenuhi.Separuhnya yang lain melalui berbagai ibadah.

"Barangsiapa menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh ibadahnya


(agamanya). Dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah SWT dalam memelihara
yang sebagian sisanya." (HR. Thabrani dan Hakim).

4. Mendapatkan Keturunan

Tujuan pernikahan dalam Islam termasuk mendapatkan keturunan. Salah satu


jalan investasi di akhirat, selain beribadah, termasuk pula keturunan yang
sholeh/sholehah. Hal itu karena anak yang sholeh dan sholeha akan memberikan
peluang bagi kedua orang tuanya memperoleh surga di akhirat kelak.

"Allah menjadikan kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan
bagimu isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki
yang baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan
mengingkari nikmat Allah?." (QS. An-Nahl ayat 72)

5. Membangun Generasi Beriman

Tujuan pernikahan dalam Islam selanjutnya untuk membangun generasi


beriman. Bertanggung jawab terhadap anak, mendidik, mengasuh, dan merawat
hingga cukup usia. Jalan ibadah sekaligus sedekah yang menjadi bekal di akhirat
kelak. Jika ilmu akhlak tertanam sejak dini maka kelak mereka akan menjadi
generasi yang beriman.

"Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka
dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami
tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat
dengan apa yang dikerjakannya." (QS. At-Thur ayat 21).

6. Memperoleh Ketenangan

Perasaan tenang bisa di dapatkan jika sepasang suami istri yang telah membina
keluarga saling menjaga satu sama lain sehingga dapat memberikan pengaruh
ketenangan. setiap pernikahan dianjurkan dengan tujuan dan niat yang memberi
manfaat terhadap sesama.

"Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia ciptakan untukmu istri-istri


dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang." (QS al-Rum [30]: 21).

5
HIKMAH MENIKAH

1. Meneguhkan moralitas yang luhur

Dengan menikah dua anak manusia yang berlawanan jenis tengah berusaha
dan selalu berupaya membentengi serta menjaga harkat dan martabatnya sebagai
hamba Allah. Serta menyelamatkan manusia dari perilaku yang menyimpang-
menyimpang perbuatan buruk.

untuk menikah, “Wahai para pemuda, barangsiapa sudah memiliki kemampuan


untuk menafkahi, maka hendaknya ia menikah, karena menikah dapat meredam
keliaran pandangan, pemelihara kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu,
hendaknya ia berpuasa, sebab puasa adalah sebaik-baik benteng diri.” (HR.
Bukhari-Muslim)

2. Membangun rumah tangga Islami

Rumah tangga di ibaratkan perahu yang berada di air terkdang akan tenang dan
terkadang akan terombang-ambing oleh imbak. Ada kesulitan yang datang
menghadang. Semuanya adalah tantangan dan yang berbanding lurus dengan
keteguhan sikap dan komitmen membangun rumah tangga ala Rasul dan
sahabatnya. Sabar dan syukur adalah kunci meraih hikmah ketiga ini. Hingga
mereka sukses mendidik putra-putri dan keturunan bila tanpa menikah yang
diteruskan dengan membangun biduk rumah tangga Islami.

3. Memotivasi semangat dalam beribadah

Risalah Islam tegas memberikan keterangan pada umat manusia, bahwa


tidaklah mereka diciptakan oleh Allah kecuali untuk bersembah sujud, beribadah
kepada-Nya. Dengan menikah, diharapkan pasangan saling mengingatkan
kesalahan dan kebaikan. Dengan menikah satu sama lain memberi nasihat untuk
menunaikan hak Allah dan Rasul-Nya, shalat, mengajarkan Al Quran, dan
sebagainya.

4. Melahirkan keturunan/generasi yang baik

Hikmah menikah adalah melahirkan anak-anak yang shalih/sholeha dalam


iman dan takwa, cerdas secara spiritual, emosianal, maupun intelektual. Sehingga
dengan menikah, orangtua bertanggung jawab dalam mendidik anak-anaknya
sebagai generasi yang bertakwa,berimanserta ber akhlak mulia. Tanpa pendidikan
yang baik tentulah tak akan mampu melahirkan generasi yang baik.

6
HUKUM MENIKAH

Dasar hukum pernikahan dalam Islam ialah berdasarkan Al Quran dan Sunnah.

Didalam Al Quran Ada beberapa surat mengenai dasar hukum pernikahan,


ayat-ayat tersebut menjadi bukti bahwa pernikahan memiliki dasar hukum yang
kuat di dalam Al Quran. Allah SWT berfirman:

"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan


kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya, dan dari
pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Dan, bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-
Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturahim. Sesungguhnya, Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu."(QS.An-
Nisa:1)

"Dan, kawinkanlah orang-orang yang sendiria di antara kamu, orang-orang


yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-
hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan
mereka dengan karunia-Nya. Dan, Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui." (QS. An-Nur:31)

"Dan, diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptkan untukmu istri-


istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya dan dijadikan- Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berpikir."(QS. Ar-Ruum:21)

"Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan
bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki
dari yang baik-baik. Maka, mengapakah mereka beriman kepada yang batil dan
mengingkari nikmat Allah." (QS. An-Nahl:72)

Di dalam hadist atau sunnah ada beberapa yang menjadi dasar hukum
pernikahan, yakni: "Wanita dinikahi karena empat perkara, yaitu karena
hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya. Maka,
dapatkanlah wanita yang taat beragama niscaya kamu akan beruntung." (HR
Bukhari dan Muslim).

"Tetapi aku salat, tidur, berpuasa, berbuka, dan mengawini perempuan. Barang
siapa membenci sunnahku, ia tidak termasuk ummatku." (HR Bukhari dan
Muslim).

"Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya.


Karenanya, bertakwalah kepada Allah pada separuh lainnya." (HR Baihaqi).

7
2.3. SYARAT DAN RUKUN PERNIKAHAN

SYARAT PERNIKAHAN

Syarat adalah sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah atau tidaknya
suatu pekerjaan (ibadah), tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam rangkaian
pekerjaan tersebut. Adapun syarat sah dalam pernikahan sebagai berikut :

1. Calon Suami

Seorang calon suami yang akan menikah harus memenuhi syarat-syarat


sebagai berikut:

1) Bukan mahram dari calon istri


2) Tidak terpaksa (atas kemauan sendiri)
3) Jelas orangnya (bukan banci)
4) Tidak sedang ihram haji
2. Calon istri

Bagi calon istri yang akan menikah juga harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:

1) Tidak bersuami
2) Bukan mahram
3) Tidak dalam masa iddah
4) Merdeka (atas kemauan sendiri)
5) Jelas orangnya
6) Tidak sedang ihram haji

3. Wali

Untuk menjadi seorang wali dalam sebuah pernikahan, harus memenuhi


syarat-syarat sebagai berikut:

1) Laki-laki
2) Dewasa
3) Waras akalnya
4) Tidak dipaksa
5) Adil
6) Tidak sedang ihram haji

4. Ijab Kabul

8
Ijab adalah sesuatu yang diucapkan oleh wali, sedangkan kabul ialah
sesuatu yang diucapkan oleh mempelai pria atau wakilnya disaksikan oleh dua
orang saksi.

5. Mahar

Mahar adalah pemberian dari calon mempelai pria kepada calon mempelai
wanita, baik dalam bentuk barang atau jasa yang tidak bertentangan dengan
hukum Islam.6 Fuqaha>’ sependapat bahwa maskawin itu termasuk syarat sahnya
nikah dan tidak boleh diadakan persetujuan untuk meniadakannya.

Sebagaimana firman Allah dalam surat An Nisa ayat 4 Artinya :


Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai
pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada
kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah)
pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.
(QS. An Nisa : 4).

RUKUN PERNIKAHAN

Rukun adalah sesuatu yang harus ada untuk menentukan sah atau tidaknya
suatu pekerjaan (ibadah), namun sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan
tersebut. Adapun rukun dalam sebuah pernikahan, jumhur ulama sepakat ada
empat, yaitu:

1. Adanya calon suami dan istri yang akan melakukan pernikahan.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh kedua mempelai adalah:

1) Laki-laki dan perempuan yang melangsungkan pernikahan haruslah sama-


sama beragama Islam.
2) Keduanya harus jelas identitasnya dan bisa dibedakan dengan orang lain,
baik terkait dengan nama, keberadaan, jenis kelamin dan hal-hal lainnya
yang berkenaan dengan dirinya. Dengan adanya syariat peminangan

9
sebelum berlangsungnya pernikahan kiranya merupakan suatu syarat
supaya kedua calon mempelai bisa sama-sama tahu dan mengenal satu
sama lain secara baik dan terbuka.
3) Kedua belah pihak telah setuju untuk menikah dan juga setuju dengan
pihak yang mengawininya. Tentang izin dan persetujuanari kedua belah
pihak yang akan melangsungkan pernikahan ulama fikih berbeda pendapat
dalam menyikapinya.
4) Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam ditegaskan mengenai
persyaratan persetujuan kedua mempelai pada pasal 16, yaitu:
 Perkawinan didasarkan atas persetujuan calon mempelai.
 Bentuk persetujuan calon mempelai wanita berupa pernyataan tegas
dan nyata dengan tulisan, lisan, atau isyarat tapi dapat juga dengan
berupa diam dalam arti selama tidak ada penolakan yang tegas.
 Antara kedua belah pihak tidak ada hal-hal yang terlarang untuk
melangsungkan pernikahan. d) Kedua belah pihak telah mencapai usia
yang pantas dan layak untuk melangsungkan pernikahan. Untuk syarat
yang terakhir ini akan dibahas sendiri pada penjelasan selanjutnya.

2. Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita

Akad nikah dianggap sah apabila ada seorang wali atau wakilnya yang
akan menikahkannya, Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang yang
menjadi wali adalah:

1) Orang merdeka (bukan budak)


2) Laki-laki (bukan perempuan) sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis
yang diriwayatkan Abu Hurairah. Namun ulama Hanafiah dan Syiah
Imamiyah berbeda pendapan tentang hal ini. Keduanya berpendapat bahwa
perempuan yang telah dewasa dan berakal sehat dapat menjadi wali untuk
dirinya sendiri dan dapat pula menjadi wali untuk perempuan lain yang
mengharuskan adanya wali
3) Telah dewasa dan berakal sehat. Oleh karena itu anak kecil atau orang gila
tidak berhak menjadi wali. Hal ini merupakan syarat umum bagi seseorang
yang melakukan akad.

10
4) Tidak sedang melakukan ihram untuk haji atau umrah. Hal ini berdasarkan
hadis Nabi dari Us|man menurut riwayat Abu Muslim yang artinya ‚Orang
yang sedang ihram tidak boleh menikahkan seseorang dan tidak boleh pula
dinikahkan oleh seseorang.
5) Tidak dalam keadaan mendapat pengampuan (mahjur ‘alaih). Hal ini
karena orang yang berada di bawah pengampuan tidak dapat berbuat
hukum dengan dirinya sendiri.
6) Adil dalam arti tidak pernah terlibat dengan dosa besar dan tidak sering
terlibat dengan dosa kecil serta tetap memelihara murah dan sopan santun.
Hadis Nabi dari ‘Aisyah menurut riwayat Al Qut}ni menjelaslan bahwa
‚Tidak sah nikah kecuali bila ada wali dan dua orang saksi yang adil.
7) Berpikiran baik. Oleh karena itu tidak sah menjadi wali seseorang yang
terganggu pikirannya sebab ketuaannya, karena dikhawatirkan tidak akan
mendatangkan maslahat dalam pernikahan tersebut.
8) Seorang muslim, oleh karena itu orang yang tidak beragama Islam tidak
sah menjadi waliuntuk pernikahan muslim.

3. Adanya dua orang saksi

Ada perbedaan pendapat dikalangan ulama tentang kedudukan saksi dalam


pernikahan, apakah termasuk rukun ataukah termasuk syarat dalam pernikahan.
Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa saksi itu adalah termasuk
rukun dari pernikahan. Sedangkan menurut Hanafiyah dan Zahiriyah, saksi
merupakan salah satu dari dari syarat-syarat pernikahan yang ada. Tentang
keharusanadanya saksi dalam akad pernikahan dijelaskan dalam Al Quran surat
Al Talaq ayat 2:

Artinya: “Apabila mereka Telah mendekati akhir iddahnya, Maka


rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan
persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan
hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu Karena Allah. Demikianlah diberi
pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat.

11
barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya
jalan keluar.” (QS. Al Talaq: 2).

Tidak semua orang boleh menjadi saksi, khususnya dalam


pernikahan. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar dia bisa menjadi
saksi yang sah, yaitu:

1) Saksi berjumlah minimal dua orang. Pendapat inilah yang dipegang oleh
jumhur ulama. Sedangkan hanafiyah berpendapat lain, menurutnya, saksi
itu boleh terdiri dari satu orang laki-laki dan dua orang perempuan.
2) Kedua saksi itu merdeka (bukan budak).
3) Saksi bersifat adil dalam arti tidak pernah melakukan dosa besar dan
Tidak selalu melakukan dosa kecil dan tetap menjaga muru’ah.
4) Saksi harus beragama Islam.
5) Saksi harus bisa mendengar dan melihat.
6) Kedua saksi adalah laki-laki. Menurut Hanafiyah saksi itu boleh terdiri
dari perempuan asalkan harus disertai saksi dari laki-laki. Sedangkan
menurut Zahiriyah, saksi boleh dari perempuan dengan pertimbangan dua
orang perempuan sama kedudukannya dengan seorang laki-laki.

4. Sighat akad nikah yaitu ijab dan kabul yang diucapkan oleh wali atau wakilnya
dari pihak wanita dan dijawab oleh calon pengantin laki-laki.

Dalam hukum Islam, akad pernikahan itu bukanlah sekedar perjanjian


yang bersifat keperdataan. Akad dinyatakan sebagai perjanjian yang kuat yang
disebut dengan ungkapan mis|a>qan gali>z}an dalam Al Quran, yang mana
perjanjian itu bukan haya disaksikan oleh dua orang saksi atau kehadiran orang
banyak pada waktu terlangsungnya pernikahan, akan tetapi juga disaksikan
langsung oleh Allah SWT. Oleh karena itu perjanjian pada akad pernikahan ini
sangatlah bersifat agung dan sakral.

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar akad ijab kabul itu bisa
menjadi sah, yaitu:

12
1) Akad dimulai dengan ijab dan dilanjutkan dengan kabul. Ijab berarti
penyerahan dari pihak pertama, sedangkan Kabul adalah penerimaan dari
pihak kedua. Contoh penyebutan ijab ‚saya nikahkan anak saya yang
bernama Khotibah dengan mahar uang satu juta rupiah dibayar tunai‛.
Lalu kabulnya ‚saya terima menikahi anak bapak yang bernama Khotibah
dengan mahar uang sebesar satu juta rupiah. Materi dari ijab dan Kabul
tidak boleh berbeda, seperti nama si perempuan dan bentuk mahar yang
sudah ditentukan.
2) Ijab dan Kabul harus menggunakan lafad yang jelas dan terang sehingga
dapat dipahami oleh kedua belah pihak secara tegas. Dalam akad tidak
boleh menggunakan kata sindiran karena masih dibutuhkan sebuah niat,
sedangkan saksi dalam pernikahan itu tidak akan dapat mengetahui apa
yang diniatkan oleh seseorang. Lafad yang sharih (terang) yang disepakati
oleh ulama ialah kata nakaha atau zawaja, atau terjemahan dari keduanya.
3) Ijab dan kabul tidak boleh dengan menggunakan ungkapan yang bersifat
membatasi masa berlangsungnya pernikahan, karena 40 adanya
pernikahan itu bertujuan untuk selama hidupnya, bukan sesaat saja. d) Ijab
dan kabul harus diucapkan secara bersinambungan tanpa terputus walau
sesaat.

13
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Munakahat (pernikahan) adalah suatu ikatan lahir antara dua orang, laki-
laki dan perempuan, untuk hidup bersama dalam satu rumah tangga dan keturunan
yang dilangsungkan menurut ketentuan syariat islam. Dalam agama islam
pernikahan di butuhkan tujuan-tujuan serta niat yang baik sehingga akan
mendapatkan hikmah yang baik pula. Pada dasarnya di butuhkanlah hukum-
hukum yang berdasarkan Al-Quran dan Sunnah, sebelum menjalin pernikahan
terdapat syarat dan rukun-rukun yang harus di penuhi guna mendapatkan ridha
Allah SWT. Tanpa pernikahan dan aturan-aturan islam kemungkinan manusia
bisa terjerumus ke dalam perbuatan yang buruk

14
DAFTAR PUSTAKA

https://itla4islam.blogspot.com/2012/09/pengertian-munakahat_20.html

https://m.merdeka.com/trending/8-tujuan-menikah-dalam-islam-menurut-al-
quran-dan-hadis-wajib-diketahui-kln.html#:~:text=Tujuan%20utama
%20pernikahan%20dalam%20Islam,pernikahan%20dengan%20niat%20yang
%20baik

https://www.hidayatullah.com/kajian/jendela-
keluarga/read/2015/08/16/75932/lima-hikmah-menikah-2.html

https://www.kompas.com/skola/read/2020/06/13/194500669/dasar-hukum-
pernikahan-dalam-islam?page=2

https://www.google.com/amp/s/amp.tirto.id/pernikahan-dalam-islam-rukun-
syarat-dan-kewajiban-suami-istri-gaZG

15

Anda mungkin juga menyukai