Makalah ini diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak dan
Muamalah
DISUSUN OLEH :
3. ANISA [20415119]
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya makalah ini dapat terselesaikan. Ucapan terimakasih kami sampaikan
kepada bapak Nurul Abidin selaku dosen mata kuliah Akhlah dan Muamalah yang
telah memberikan tugas ini kepada kami sehingga secara langsung menambah
pengetahuan kami.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun untuk lebih meningkatkan lagi pemahaman kami, baik terkait dengan
isi maupun sistematika dan cara penulisannya. Akhir kata kami ucapkan selamat
membaca.
DAFTAR ISI
COVER MAKALAH
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.3. TUJUAN...................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
TUJUAN MENIKAH.......................................................................................4
HIKMAH MENIKAH......................................................................................6
HUKUM MENIKAH.......................................................................................7
SYARAT PERNIKAHAN...............................................................................8
RUKUN PERNIKAHAN.................................................................................9
BAB III
PENUTUP.............................................................................................................14
Kesimpulan.........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
Islam adalah agama yang universal, agama yang mencakup semua sisi
kehidupan. Islam disyari’atkan kepada umat manusia, sejak Nabi Adam a.s hingga
Nabi Muhammad SAW. Adapun syari’at Islam adalah syari’at terakhir yang
diturunkan oleh Allah SWT melalui Nabi Muhammad. Islam salah satu ajaran
yang mensyari’atkan untuk melaksanakan perkawinan/munakahat sebagaimana
yang diatur dalam sunnatullah dan sunnatur rasul.
Pernikahan dalam Islam banyak diatur dalam al-Quran dan al-Hadis, baik
secara prinsip-prinsip umum, ataupun secara detail teknis pelaksanaannya.
Diantara hal yang diatur tersebut adalah rukun dan syarat munakahat.
Terpenuhinya syarat dan rukun munakahat mengakibatkan diakuinya keabsahan
pernikahan/perkawinan/munakahat baik menurut hokum agama ataupun
pemerintahan. Bila salah satu syarat atau rukun tersebut tidak terpenuhi maka
mengakibatkan tidak sahnya perkawinan atau munakahat. Oleh karena itu, melalui
makalah ini kami akan membahas tentang konsep munakahat sesuai dengan
syariat yang telah ditentukan.
1
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.3. TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam arti yang luas, pernikahan adalah suatu ikatan lahir antara dua
orang, laki-laki dan perempuan, untuk hidup bersama dalam satu rumah tangga
dan keturunan yang dilangsungkan menurut ketentuan syariat islam.
Berbeda dengan pergaulan antara laki - laki dan perempuan yang tidak
dibina dengan sarana pernikahan akan membawa malapetaka baik bagi kedua
insan itu, keturunannya dan masyarakat disekelilingnya. Pergaulan yang diikat
dengan tali pernikahan akan membawa mereka menjadi satu dalam urusan
kehidupan sehingga antara keduanya itu dapat menjadi hubungan saling tolong
menolong, dapat menciptkan kebaikan bagi keduanya dan menjaga kejahatan
yang mungkin akan menimpa kedua belah pihak itu. Dengan pernikahan
seseorang juga akan terpelihara dari kebinasaan hawa nafsunya.
3
Allah SWT berfirman dalam surat An - Nisa Ayat 3 sebagai berikut :
Artinya:
” Maka kawinilah wanita - wanita (lain) yang kamu senangi, dua, tiga
atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan brlaku adil maka (kawinilah)
seorang saja .” (An - Nisa : 3).
Ayat ini memerintahkan kepada orang laki - laki yang sudah mampu untuk
melaksanakan nikah. Adapun yang dimaksud adil dalam ayat ini adalah adil
didalam memberikan kepada istri berupa pakaian, tempat, giliran dan lain - lain
yang bersifat lahiriah. Ayat ini juga menerangkan bahwa islam memperbolehkan
poligami dengan syarat - syarat tertentu.
TUJUAN MENIKAH
Pernikahan merupakan hal yang mulia dalam Islam. Ikatan suci yang
bermanfaat dalam menjaga kehormatan diri, serta terhindar dari hal-hal yang
dilarang agama.Apabila telah menikah, diketahui baik untuk menundukkan
pandangan. Juga membentengi diri dari perbuatan keji dan merendahkan martabat,
salah satunya zina.
"Wahai para pemuda, jika kalian telah mampu, maka menikahlah. Sungguh
menikah itu lebih menentramkan pandangan dan kelamin. Bagi yang belum
mampu, maka berpuasalah karena puasa bisa menjadi tameng baginya." (HR.
Bukhari No. 4779).
4
3. Menyempurnakan Agama
4. Mendapatkan Keturunan
"Allah menjadikan kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan
bagimu isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki
yang baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan
mengingkari nikmat Allah?." (QS. An-Nahl ayat 72)
"Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka
dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami
tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat
dengan apa yang dikerjakannya." (QS. At-Thur ayat 21).
6. Memperoleh Ketenangan
Perasaan tenang bisa di dapatkan jika sepasang suami istri yang telah membina
keluarga saling menjaga satu sama lain sehingga dapat memberikan pengaruh
ketenangan. setiap pernikahan dianjurkan dengan tujuan dan niat yang memberi
manfaat terhadap sesama.
5
HIKMAH MENIKAH
Dengan menikah dua anak manusia yang berlawanan jenis tengah berusaha
dan selalu berupaya membentengi serta menjaga harkat dan martabatnya sebagai
hamba Allah. Serta menyelamatkan manusia dari perilaku yang menyimpang-
menyimpang perbuatan buruk.
Rumah tangga di ibaratkan perahu yang berada di air terkdang akan tenang dan
terkadang akan terombang-ambing oleh imbak. Ada kesulitan yang datang
menghadang. Semuanya adalah tantangan dan yang berbanding lurus dengan
keteguhan sikap dan komitmen membangun rumah tangga ala Rasul dan
sahabatnya. Sabar dan syukur adalah kunci meraih hikmah ketiga ini. Hingga
mereka sukses mendidik putra-putri dan keturunan bila tanpa menikah yang
diteruskan dengan membangun biduk rumah tangga Islami.
6
HUKUM MENIKAH
Dasar hukum pernikahan dalam Islam ialah berdasarkan Al Quran dan Sunnah.
"Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan
bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki
dari yang baik-baik. Maka, mengapakah mereka beriman kepada yang batil dan
mengingkari nikmat Allah." (QS. An-Nahl:72)
Di dalam hadist atau sunnah ada beberapa yang menjadi dasar hukum
pernikahan, yakni: "Wanita dinikahi karena empat perkara, yaitu karena
hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya. Maka,
dapatkanlah wanita yang taat beragama niscaya kamu akan beruntung." (HR
Bukhari dan Muslim).
"Tetapi aku salat, tidur, berpuasa, berbuka, dan mengawini perempuan. Barang
siapa membenci sunnahku, ia tidak termasuk ummatku." (HR Bukhari dan
Muslim).
7
2.3. SYARAT DAN RUKUN PERNIKAHAN
SYARAT PERNIKAHAN
Syarat adalah sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah atau tidaknya
suatu pekerjaan (ibadah), tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam rangkaian
pekerjaan tersebut. Adapun syarat sah dalam pernikahan sebagai berikut :
1. Calon Suami
Bagi calon istri yang akan menikah juga harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
1) Tidak bersuami
2) Bukan mahram
3) Tidak dalam masa iddah
4) Merdeka (atas kemauan sendiri)
5) Jelas orangnya
6) Tidak sedang ihram haji
3. Wali
1) Laki-laki
2) Dewasa
3) Waras akalnya
4) Tidak dipaksa
5) Adil
6) Tidak sedang ihram haji
4. Ijab Kabul
8
Ijab adalah sesuatu yang diucapkan oleh wali, sedangkan kabul ialah
sesuatu yang diucapkan oleh mempelai pria atau wakilnya disaksikan oleh dua
orang saksi.
5. Mahar
Mahar adalah pemberian dari calon mempelai pria kepada calon mempelai
wanita, baik dalam bentuk barang atau jasa yang tidak bertentangan dengan
hukum Islam.6 Fuqaha>’ sependapat bahwa maskawin itu termasuk syarat sahnya
nikah dan tidak boleh diadakan persetujuan untuk meniadakannya.
RUKUN PERNIKAHAN
Rukun adalah sesuatu yang harus ada untuk menentukan sah atau tidaknya
suatu pekerjaan (ibadah), namun sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan
tersebut. Adapun rukun dalam sebuah pernikahan, jumhur ulama sepakat ada
empat, yaitu:
9
sebelum berlangsungnya pernikahan kiranya merupakan suatu syarat
supaya kedua calon mempelai bisa sama-sama tahu dan mengenal satu
sama lain secara baik dan terbuka.
3) Kedua belah pihak telah setuju untuk menikah dan juga setuju dengan
pihak yang mengawininya. Tentang izin dan persetujuanari kedua belah
pihak yang akan melangsungkan pernikahan ulama fikih berbeda pendapat
dalam menyikapinya.
4) Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam ditegaskan mengenai
persyaratan persetujuan kedua mempelai pada pasal 16, yaitu:
Perkawinan didasarkan atas persetujuan calon mempelai.
Bentuk persetujuan calon mempelai wanita berupa pernyataan tegas
dan nyata dengan tulisan, lisan, atau isyarat tapi dapat juga dengan
berupa diam dalam arti selama tidak ada penolakan yang tegas.
Antara kedua belah pihak tidak ada hal-hal yang terlarang untuk
melangsungkan pernikahan. d) Kedua belah pihak telah mencapai usia
yang pantas dan layak untuk melangsungkan pernikahan. Untuk syarat
yang terakhir ini akan dibahas sendiri pada penjelasan selanjutnya.
Akad nikah dianggap sah apabila ada seorang wali atau wakilnya yang
akan menikahkannya, Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang yang
menjadi wali adalah:
10
4) Tidak sedang melakukan ihram untuk haji atau umrah. Hal ini berdasarkan
hadis Nabi dari Us|man menurut riwayat Abu Muslim yang artinya ‚Orang
yang sedang ihram tidak boleh menikahkan seseorang dan tidak boleh pula
dinikahkan oleh seseorang.
5) Tidak dalam keadaan mendapat pengampuan (mahjur ‘alaih). Hal ini
karena orang yang berada di bawah pengampuan tidak dapat berbuat
hukum dengan dirinya sendiri.
6) Adil dalam arti tidak pernah terlibat dengan dosa besar dan tidak sering
terlibat dengan dosa kecil serta tetap memelihara murah dan sopan santun.
Hadis Nabi dari ‘Aisyah menurut riwayat Al Qut}ni menjelaslan bahwa
‚Tidak sah nikah kecuali bila ada wali dan dua orang saksi yang adil.
7) Berpikiran baik. Oleh karena itu tidak sah menjadi wali seseorang yang
terganggu pikirannya sebab ketuaannya, karena dikhawatirkan tidak akan
mendatangkan maslahat dalam pernikahan tersebut.
8) Seorang muslim, oleh karena itu orang yang tidak beragama Islam tidak
sah menjadi waliuntuk pernikahan muslim.
11
barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya
jalan keluar.” (QS. Al Talaq: 2).
1) Saksi berjumlah minimal dua orang. Pendapat inilah yang dipegang oleh
jumhur ulama. Sedangkan hanafiyah berpendapat lain, menurutnya, saksi
itu boleh terdiri dari satu orang laki-laki dan dua orang perempuan.
2) Kedua saksi itu merdeka (bukan budak).
3) Saksi bersifat adil dalam arti tidak pernah melakukan dosa besar dan
Tidak selalu melakukan dosa kecil dan tetap menjaga muru’ah.
4) Saksi harus beragama Islam.
5) Saksi harus bisa mendengar dan melihat.
6) Kedua saksi adalah laki-laki. Menurut Hanafiyah saksi itu boleh terdiri
dari perempuan asalkan harus disertai saksi dari laki-laki. Sedangkan
menurut Zahiriyah, saksi boleh dari perempuan dengan pertimbangan dua
orang perempuan sama kedudukannya dengan seorang laki-laki.
4. Sighat akad nikah yaitu ijab dan kabul yang diucapkan oleh wali atau wakilnya
dari pihak wanita dan dijawab oleh calon pengantin laki-laki.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar akad ijab kabul itu bisa
menjadi sah, yaitu:
12
1) Akad dimulai dengan ijab dan dilanjutkan dengan kabul. Ijab berarti
penyerahan dari pihak pertama, sedangkan Kabul adalah penerimaan dari
pihak kedua. Contoh penyebutan ijab ‚saya nikahkan anak saya yang
bernama Khotibah dengan mahar uang satu juta rupiah dibayar tunai‛.
Lalu kabulnya ‚saya terima menikahi anak bapak yang bernama Khotibah
dengan mahar uang sebesar satu juta rupiah. Materi dari ijab dan Kabul
tidak boleh berbeda, seperti nama si perempuan dan bentuk mahar yang
sudah ditentukan.
2) Ijab dan Kabul harus menggunakan lafad yang jelas dan terang sehingga
dapat dipahami oleh kedua belah pihak secara tegas. Dalam akad tidak
boleh menggunakan kata sindiran karena masih dibutuhkan sebuah niat,
sedangkan saksi dalam pernikahan itu tidak akan dapat mengetahui apa
yang diniatkan oleh seseorang. Lafad yang sharih (terang) yang disepakati
oleh ulama ialah kata nakaha atau zawaja, atau terjemahan dari keduanya.
3) Ijab dan kabul tidak boleh dengan menggunakan ungkapan yang bersifat
membatasi masa berlangsungnya pernikahan, karena 40 adanya
pernikahan itu bertujuan untuk selama hidupnya, bukan sesaat saja. d) Ijab
dan kabul harus diucapkan secara bersinambungan tanpa terputus walau
sesaat.
13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Munakahat (pernikahan) adalah suatu ikatan lahir antara dua orang, laki-
laki dan perempuan, untuk hidup bersama dalam satu rumah tangga dan keturunan
yang dilangsungkan menurut ketentuan syariat islam. Dalam agama islam
pernikahan di butuhkan tujuan-tujuan serta niat yang baik sehingga akan
mendapatkan hikmah yang baik pula. Pada dasarnya di butuhkanlah hukum-
hukum yang berdasarkan Al-Quran dan Sunnah, sebelum menjalin pernikahan
terdapat syarat dan rukun-rukun yang harus di penuhi guna mendapatkan ridha
Allah SWT. Tanpa pernikahan dan aturan-aturan islam kemungkinan manusia
bisa terjerumus ke dalam perbuatan yang buruk
14
DAFTAR PUSTAKA
https://itla4islam.blogspot.com/2012/09/pengertian-munakahat_20.html
https://m.merdeka.com/trending/8-tujuan-menikah-dalam-islam-menurut-al-
quran-dan-hadis-wajib-diketahui-kln.html#:~:text=Tujuan%20utama
%20pernikahan%20dalam%20Islam,pernikahan%20dengan%20niat%20yang
%20baik
https://www.hidayatullah.com/kajian/jendela-
keluarga/read/2015/08/16/75932/lima-hikmah-menikah-2.html
https://www.kompas.com/skola/read/2020/06/13/194500669/dasar-hukum-
pernikahan-dalam-islam?page=2
https://www.google.com/amp/s/amp.tirto.id/pernikahan-dalam-islam-rukun-
syarat-dan-kewajiban-suami-istri-gaZG
15