Puji syukur atas kehadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun Tema dari Makalah ini adalah “pengertian Fiqih
Munakahat serta Hukum dan Tujuan Perkawinan”. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurah kepada baginda Nabi Muhammad saw. yang telah
memberikan penerang dan ilmu pengetahuan kepada Umatnya.
Tiada keberhasilan yang diperoleh penulis tanpa adanya bantuan dari pihak
lain. Karena itu, pada kesempatan kali ini izinkan penulis menyampaikan rasa
terima kasih kepada Ustadz Ahmad Danawir S.Ag., M.Ag. selaku dosen
pengampu kuliah Ilmu Fiqih.
Namun dengan keterbatasan penulis, maka penulisan Makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan serta mutu yang diharapkan, meskipun semua itu telah
penulis upayakan secara maksimal. Untuk itu kritik dan saran yang
membangun dari pembaca selalu penulis harapkan.
Harapan penulis semoga amal baik yang telah diberikan oleh pihak-pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan makalah ini
memperoleh balasan yang berlipat ganda dari Allah swt. penulis berdo’a
semoga Makalah ini diridhai Allah dan dapat bermanfaat bagi penulis dan
semua pihak yang membacanya.
A. Kesimpulan ..........................................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan pengertian Fiqih Munakahat
2. Menjelaskan Hukum Perkawinan
3. Menjelaskan Tujuan Perkawinan
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat menjelaskan pengertian Fiqih Munakahat
2. Dapat menjelaskan Hukum Perkawinan
3. Dapat menjelaskan Tujuan dari Perkawinan
BAB II
PEMBAHASAN
Fiqh Munakahat terdiri dari dua kata, yaitu Fiqh dan Munakahat.
Fiqh Al-Fiqh secara bahasa adalah AL-Fahmu (faham yang mendalam). Al-
Fiqh diartikan juga sebagai pengetahuan terhadap sesuatu dan
memahaminya secara mendalam, al-Fiqh pada umumnya pengetahuan
tentang ilmu agama karena keagungannya, kemuliaannya dan keutamaannya
diatas segala macam pengetahuan.1
Pernikahan berasal dari kata dasar nikah. Kata Nikah menurut bahasa
Indonesia berarti berkumpul atau bersatu. Menurut istilah Syariat, nikah
artinya perjanjian (akad) antara seorang lali-laki dan perempuan yang bukan
Muhrimnya untuk membangun rumah tangga dan dengan pernikahan dapat
menghalalkan hubungan kelamin antara keduanya dengan dasar suka rela
demi terwujudnya keluarga bahagia yang diridhai oleh Allah swt.
Ruang lingkup yang menjadi pokok bahasan dalam Fiqih Munakahat adalah
Talak, Meminang dan Menikah serta seluruh akibat yang disebabkan oleh
Ketiganya.
1. Meminang
Meminang atau Khitbah adalah langkah awal dalam pernikahan, yaitu
tahap di mana seorang lelaki menyampaikan kehendak, maksud, dan
tujuannya untuk menikahi jodoh yang telah didapatkan, lalu
menjadikannya Istri sah dan halal.
2. Menikah
1
Muhammad Ibn Abi Bakr Ibn Abdulqodir Al-Razi, Mukhtar Al-Shiyakh, Bairut : Maktabah
Libanon Nasyirun, 1995, Juz. 1. h. 213, Ibn Mandzur Muhammad Ibn Makrum Al-Afriki Al-
Misri, Lisan Al-Arab, Darushodir, t.t, juz. 13, h. 522
Setelah Meminang, Menikah adalah langkah selanjutnya sebagai
pembukaan nyata dari Khitbah yang sudah dilaksanakan.
3. Talak
Kehidupan rumah tangga tak selamanya bahagia, ada kalanya terjadi
suatu hal yang tidak terhindarkan dan membuat pernikahan tidak bisa
dipertahankan. Pemutusan hubungan ikatan pernikahan itulah yang
disebut Talak
B. Hukum Pernikahan
Secara umum, hukum nikah adalah Sunnah. Orang yang menikah akan
mendapat pahala, tapi jika tidak melakukannya pun tidak akan mendatangkan
dosa. Dalam Fiqih Islam, hukum Nikah dibagi berdasarkan kondisi dan faktor
pelakunya. Menurut Abdurahman al-Jaziri dalam fiqh ala madzab al-Arba’ah
bahwa hukum nikah dikembalikan ke hukum syarah yang lima yaitu wajib, haram,
sunnah, mubah dan makruh.2 Abdurrahman menguraikannya:
1. Wajib
2. Sunnah
3. Haram
2
Abdurrahman al-Jaziri, op.cit, juz 4, h.10
4. Makruh
Perkawinan menjadi Makruh bagi seseorang yang mampu dari segi
Materiil, cukup mempunyai daya tahan mental sehingga tidak akan
khawatir terseret dalam perbuatan Zina. Tetapi mempunyai kekhawatiran
tidak mampu memenuhi kewajiban-kewajiban terhadap istri. Meskipun
tidak berakibat menyusahkan pihak istri misalnya, pihak istri tergolong
orang yang kaya atau calon suami belum mempunyai keinginan untuk
perkawinan.
5. Mubah
Perkawinan hukumnya Mubah bagi orang-orang yang mempunyai harta
benda tetapi apabila tidak kawin tidak akan merasa khawatir berbuat zina
dan tidak akan merasa khawatir akan menyia-nyiakan kewajibannya
terhadap istri. Perkawinan dilakukan hanya sekedar memenuhi
kesenangan bukan dengan tujuan membina keluarga dan menjaga
keselamatan hidup beragama.3
C. Tujuan Pernikahan
Tujuan-tujuan pernikahan dalam Islam, yaitu:
1. Ibadah kepada Allah SWT
Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-
hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka
kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau
empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil,
maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki,
yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.
2. Menjalankan Sunnah Rasul
Nikah adalah ajaran para nabi dan rasul. Hal ini menunjukkan,
pernikahan bukan semata-mata urusan kemanusiaan semata, namun
ada sisi Ketuhanan yang sangat kuat. Oleh karena itulah menikah
dicontohkan oleh para Rasul dan menjadi bagian dari ajaran mereka,
untuk dicontoh oleh umat manusia. Hal ini didasarkan pada Firman
Allah dalam QS. Ar-Ra’dua: 38, yang artinya:
3
Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqhu ala al-Madhahibi Al-Arba’ah, 15.
Dan sesungguhnya kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum
kamu dan kami memberikan kepada mereka istri-istri dan
keturunan. Dan tidak ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan
sesuatu ayat (mukjizat) melainkan dengan izin Allah. Bagi tiap-tiap
masa ada kitab (yang tertentu).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa para Rasul itu menikah dan
memiliki keturunan. Rasulullah saw. bersabda, “Empat perkara
yang termasuk sunnah para Rasul, yaitu sifat malu, memakai
wewangian, bersiwak dan menikah” (HARI. Tirmidzi dan Ahmad).
3. Membangun Keluarga Sakinah, Mawaddah wa Rahmah
“Allah menjadikan bagi kamu Istri-istri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-
cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka
mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari
nikmat Allah ?”
6. Investasi Akhirat
4
HR. Imam Ahmad dalam musnadnya
kehidupan. Semua orang ingin berbagi, ingin mendapatkan kasih
sayang dan menyalurkan kasih sayang kepada pasangannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
5
Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid II, Cairoh : Dar al-Fathu, 1995 M, h. 108
DAFTAR PUSTAKA
Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid II, Cairoh : Dar al-Fathu, 1995.