TANGGA
DISUSUN OLEH:
M. HUDRI KHAIRIANSYAH
GEUMAYANG FITRI
M. ZACKY LIANSYAH
MUHAMMAD ROSHAN
ADITYA MAHARDI
PUTRI ZULFA JUNINA
KELAS: XII MIPA 4
SMA NEGERI 8 BANDA ACEH TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
PENYUSUN
ii
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 1
1.3 Tujuan ......................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pernikahan................................................................. 3
2.2 Tujuan pernikahan....................................................................... 3
2.3 Hukum pernikahan dalam islam................................................. 6
2.4 Orang-orang yang tidak boleh dinikahi......................................... 7
2.5 Rukun dan syarat sah nikah......................................................... 7
2.6 Talak, Rujuk dan Masaidah.......................................................... 9
2.7 Hak dan kewajiban suami istri..................................................... 10
2.8 Hikmah pernikahan...................................................................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2.4 Orang-orang yang tidak boleh dinikahi?
1.2.5 Rukun dan syarat sah nikah?
1.2.6 Talak, Rujuk, dan Masaidah?
1.2.7 Hak dan Kewajiban suami istri?
1.2.8 Hikmah pernikahan?
1.3. Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan agar kita mengetahui dan
memahami apa itu
1. Dalil yang berkaitan dengan manahakat(pernikahan).
2. Untuk mengetahui bagaimana hukum pernikahan dalam Islam.
3. Untuk mengetahui siapa saja orang yang tidak boleh dinikahi dalam
Islam.
4. Untuk mengetahui rukun dan syarat pernikahan dalam Islam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
"Menikah adalah sunnahku, barangsiapa yang tidak mengamalkan sunnahku,
bukan bagian dariku. Maka menikahlah kalian, karena aku bangga dengan
banyaknya umatku (di hari kiamat)." (HR. Ibnu Majah no. 1846, dishahihkan Al
Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no. 2383).
3. Menyempurnakan Agama
Terasa lebih indah bila menjalani kebahagiaan dunia dan akhirat
bersama rekan yang tepat dalam biduk rumah tangga. Tujuan pernikahan dalam
Islam selanjutnya untuk menyempurnakan separuh agama. Separuhnya yang lain
melalui berbagai ibadah.
"Barangsiapa menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh ibadahnya
(agamanya). Dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah SWT dalam memelihara
yang sebagian sisanya." (HR. Thabrani dan Hakim).
4
"Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang
yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-
hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan
mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui." (QS. An-Nur Ayat 32).
5. Mendapatkan Keturunan
Demi melestarikan keturunan putra-putra Adam, tujuan pernikahan
dalam Islam termasuk mendapatkan keturunan. Salah satu jalan investasi di
akhirat, selain beribadah, termasuk pula keturunan yang sholeh/sholehah.
"Allah menjadikan kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan
bagimu isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki
yang baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan
mengingkari nikmat Allah?." (QS. An-Nahl ayat 72).
5
tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat
dengan apa yang dikerjakannya." (QS. At-Thur ayat 21).
8. Memperoleh Ketenangan
Sebuah pernikahan dianjurkan dengan tujuan dan niat yang memberi
manfaat. Perasaan tenang dan tentram atau sakinah, akan hadir seusai menikah.
Bukan sekedar untuk melampiaskan syahwat atau perasaan biologis saja, karena
hal ini bisa mengurangi ketenangan tersebut.
"Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia ciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang." (QS al-Rum [30]: 21).
6
Makruh, apabila seseorang memiliki kemampuan untuk menahan
diri dari perbuatan zina. Akan tetapi belum berkeinginan untuk
melaksanakan pernikahan dan memenuhi kewajiban sebagai suami.
Mubah, jika pernikahan dilakukan oleh orang yang memiliki
kemampuan dan keinginan, akan tetapi jika tidak pun dia bisa
menahan diri dari zina. Jika pernikahan dilakukan, orang tersebut
juga tidak akan menelantarkan istrinya.
7
Rukun nikah adalah semua perkara yang wajib dilaksanakan untuk
menentukan sah atau tidaknya sebuah pernikahan. Rukun pernikahan dalam
Islam ada 5 hal yaitu:
Calon Pengantin Pria, yang memiliki persyaratan seperti
beragama islam , identitas jelas, sehat, baligh, adil dan merdeka.
Calon Pengantin Perempuan, yang memenuhi persyaratan seperti
beragama islam, bukan mahram, tidak dalam kondisi terlarang,
baligh, sehat dan sebagainya.
Wali, adalah ayah dari pihak perempuan yang diwajibkan
kehadirannya.
Saksi, adalah orang yang akan menyaksikan pelaksanaan prosesi
pernikahan. Dianjurkan mendatangkan 2 saksi laki-laki yang
memenuhi syarat sebagai saksi.
Ijab dan Qabul, adalah akad yang dilakukan calon pengantin pria
dan wali dalam prosesi pernikahan.
Meskipun bukan bagian dari rukun nikah, pemberian mahar dari pihak laki-
laki kepada mempelai perempuan dinilai sebagai budaya dan bersifat tidak
wajib dan mengikat. Mahar hanya ditekankan untuk meringankan pihak
mempelai perempuan.
Syarat sahnya pernikahan dalam islam terbagi kepada beberapa hal, yakni:
Beragama Islam bagi pengantin laki-laki. Untuk non muslim,
wajib beragama Islam terlebih dahulu baru pernikahan dapat
dilanjutkan.
Bukan laki-laki mahrom bagi calon istri
Mengetahui wali akad nikah. Dalam Islam, pemilihan wali sudah
diatur dengan tepat dan tidak sembarangan. Allah menjadikan
keluarga dari pihak perempuan seperti ayah, kakek dan seterusnya
secara berurutan sebagai wali.
Tidak sedang melaksanakan haji. Rasulullah bersabda: “Seorang
yang sedang ber-ihram tidak boleh menikahkan, tidak boleh
dinikahkan, dan tidak boleh mengkhitbah.” (HR. Muslim).
8
Tidak karena paksaan. Pernikahan yang dilangsungkan bukan
merupakan paksaan dari pihak manapun. Karena menikah adalah atas
dasar keinginan calon pengantin sendiri.
Apabila tidak dilengkapi, maka pernikahan dalam Islam dianggap
tidak sah. Selain syarat sah nikah di atas, calon pengantin perempuan juga
tidak memiliki kondisi terlarang. Ketika diketahui bahwa sang perempuan
terlarang untuk menikah, misalnya dalam masa iddah, maka pernikahannya
dianggap tidak sah.
Karena posisinya yang bisa menggenapkan setengah agama, maka
pernikahan dalam Islam merupakan sesuatu yang tidak boleh disepelekan.
9
dua. Jika seorang suami rujuk dengan istrinya, tidak diperlukan adanya akad nikah
yang baru karena akad yang lama belum terputus.
3. Masa iddah
Masa Iddah merupakan sebuah waktu yang dimiliki oleh wanita
ketika dirinya ditinggal wafat atau diceraikan oleh suami. Waktu ini ditujukan
sebagai waktu wanita untuk menahan menikah lagi dengan pria baru. Masa iddah
juga sering disebut sebagai waktu bagi seorang istri untuk mengetahui
kekosongan rahimnya.
10
1. Memelihara, memimpin dan membimbing keluarga lahir dan batin, serta
menjaga dan bertanggungjawab atas keselamatan dan kesejahteraannya.
2. Memberi nafkah sesuai kemampuan serta mengusahakan keperluan keluarga
terutama sandang, pangan dan papan.
11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Arti dari pernikahan disini adalah bersatunya dua insane dengan jenis berbeda
yaitu laki-laki dan perempuan yang menjalin suatu ikatan dengan perjanjian
atau akad.
2. Hikmah dalam pernikahannya itu yaitu :
a) Mampu menjaga kelangsungan hidup manusia dengan jalan berkembang
biak dan berketurunan.
b) Mampu menjaga suami istri terjerumus dalam perbuatan nista dan mampu
mengekang syahwat seta menahan pandangan dari sesuatu yang
diharamkan.
c) Mampu menenangkan dan menentramkan jiwa denagn cara duduk-duduk
dan bencrengkramah dengan pacarannya.
d) Mampu membuat wanita melaksanakan tugasnya sesuai dengan tabiat
kewanitaan yang diciptakan.
3. Tujuan pernikahan :
a) Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia Yang Asasi
b) Untuk Membentengi Ahlak Yang Luhur
c) Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami
d) Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah
e) Untuk Mencari Keturunan Yang Shalih
3.2. Saran
Dari beberapa uraian diatas jelas banyaklah kesalahan serta kekeliruan,
baik disengaja maupun tidak, dari itu kami harapkan kritik dan sarannya untuk
memperbaiki segala keterbatasan yang kami punya. Kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna, namun kami berharap
para pembaca sekalian bisa mengambil manfaat dari makalah ini. Dan untuk
menyempurnakan makalah ini kami sangat mengharap
12