Anda di halaman 1dari 15

INDAHNYA MEMBANGUN MAHLIGAI RUMAH

TANGGA

DISUSUN OLEH:
M. HUDRI KHAIRIANSYAH
GEUMAYANG FITRI
M. ZACKY LIANSYAH
MUHAMMAD ROSHAN
ADITYA MAHARDI
PUTRI ZULFA JUNINA
KELAS: XII MIPA 4
SMA NEGERI 8 BANDA ACEH TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan


taufik dan hidayah-Nya makalah yang berjudul “Mahligai Rumah Tangga” telah
diselesaikan penyusunannya.
Penyusunan makalah ini dapat terlaksana berkat adanya bimbingan dan
arahan dari guru kami serta dukungan orang tua dan teman-teman, sehingga kami
ucapkan banyak terima kasih atas bantuan yang telah mereka berikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Tujuan pembuatan makalah ini semata-mata hanya untuk memenuhi tugas
pada mata pelajaran pendidikan agama islam, serta untuk memperluas
pengetahuan kita tentang qada dan qadar di mana kita dapat memahami apa yang
disebut qada dan qadar. Dan berusaha mengimani dengan cara melaksanakan
ibadah, seperti shalat lima waktu, puasa ramadhan, shalat sunnah dan sebagainya.
Perlu disadari bahwa Penyusunan makalah ini masih dijumpai adanya
kekurangan ataupun kesalahan, maka sikap adaptif dan responsive serta kritik
saran sangat dibutuhkan guna perbaikan dimasa yang akan datang.

PENYUSUN

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................. ii

BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 1
1.3 Tujuan ......................................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pernikahan................................................................. 3
2.2 Tujuan pernikahan....................................................................... 3
2.3 Hukum pernikahan dalam islam.................................................  6
2.4 Orang-orang yang tidak boleh dinikahi......................................... 7
2.5 Rukun dan syarat sah nikah......................................................... 7
2.6 Talak, Rujuk dan Masaidah.......................................................... 9
2.7 Hak dan kewajiban suami istri..................................................... 10
2.8 Hikmah pernikahan...................................................................... 11

BAB III : PENUTUP


3.1 Kesimpulan.................................................................................. 12
3.2 Saran...........................................................................................  12
                                      

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Apabila kita berbicara tentang pernikahan maka dapatlah kita
memandangnya dari dua buah sisi. Dimana pernikahan merupakan
sebuah perintah agama. Sedangkan di sisi lain adalah satu-satunya jalan
penyaluran seks yang disahkan oleh agama. Berdasarkan sudut pandang
ini, maka ketika orang melakukan pernikahan pada saat yang bersamaan
mereka bukan saja memiliki keinginan untuk melakukan perintah agama,
namun juga memiliki keinginan memenuhi kebutuhan biologisnya yang
secara kodrat memang harus disalurkan.
Sebagaimana kebutuhan lainnya dalam kehidupan ini,
kebutuhan biologis sebenarnya juga harus dipenuhi. Agama islam telah
menetapkan bahwa satu-satunya jalan untuk memenuhi kebutuhan
biologis manusia adalah hanya dengan pernikahan, pernikahan
merupakan satu hal yang sangat menarik jika kita lebih mencermati
kandungan makna tentang masalah pernikahan ini. Di dalam al-Qur’an
telah dijelaskan bahwa pernikahan ternyata juga dapat membawa
kedamaian dalam hidup seseorang (litaskunu ilaiha). Ini berarti
pernikahan sesungguhnya bukan hanya sekedar sebagai sarana
penyaluran kebutuhan seks namun lebih dari itu pernikahan juga
menjanjikan perdamaian hidup bagi manusia dimana setiap manusia
dapat membangun surge dunia di dalamnya. Semua hal itu akan terjadi
apabila pernikahan tersebut benar-benar dilaksanakan dengan cara yang
sesuai serta jalur yang telah ditetapkan islam.

1.2. Rumusan masalah


Dari latar belakang di atas, timbul beberapa masalah, yaitu sebagai berikut :
1.2.1 Pengertian pernikahan
1.2.2 Tujuan pernikahan?
1.2.3 Hukum pernikahan dalam islam?

1
1.2.4 Orang-orang yang tidak boleh dinikahi?
1.2.5 Rukun dan syarat sah nikah?
1.2.6 Talak, Rujuk, dan Masaidah?
1.2.7 Hak dan Kewajiban suami istri?
1.2.8 Hikmah pernikahan?

1.3. Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan agar kita mengetahui dan
memahami apa itu
1. Dalil yang berkaitan dengan manahakat(pernikahan).
2. Untuk mengetahui bagaimana hukum pernikahan dalam Islam.
3. Untuk mengetahui siapa saja orang yang tidak boleh dinikahi dalam
Islam.
4. Untuk mengetahui rukun dan syarat pernikahan dalam Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pernikahan


Pernikahan adalah suatu bentuk keseriusan dalam sebuah hubungan.
Selain merupakan bentuk cinta, pernikahan dalam Islam merupakan salah
satu bentuk ibadah kepada Allah. Bahkan, disebutkan bahwa pernikahan
adalah menggenapkan setengah agama.
Penyatuan dua insan, laki-laki dan perempuan ini diharapkan
menjadi media dan tempat yang sempurna untuk mendapatkan pahala dan
ridho dari Allah SWT. Oleh karena itu, pernikahan dalam islam merupakan
sesuat yang sakral, jadi sebisa mungkin harus dijaga bahkan hingga maut
memisahkan.
Allah SWT memberikan keterangan mengenai keutamaan menikah.
Bahkan, Allah SWT akan memberikan karunia-Nya kepada laki-laki dan
perempuan yang menikah karena-Nya. Dalam salah satu ayat di dalam
Alquran, Allah berfirman:
“Dan nikahkan lah orang-orang yang masih membujang di antara kamu,
dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu
yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi
kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas
(pemberian-Nya), Maha Mengetahui.” (An-Nur: 32).

2.2. Tujuan Pernikahan


1. Melaksanakan Sunnah Rasul
Tujuan utama pernikahan dalam Islam ialah menjauhkan dari perbuatan
maksiat. Sebagai seorang muslim, kita memiliki panutan dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari. Alangkah baiknya bisa meniru yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW. Salah satunya menjalankan pernikahan dengan niat yang baik.

3
"Menikah adalah sunnahku, barangsiapa yang tidak mengamalkan sunnahku,
bukan bagian dariku. Maka menikahlah kalian, karena aku bangga dengan
banyaknya umatku (di hari kiamat)." (HR. Ibnu Majah no. 1846, dishahihkan Al
Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no. 2383).

2. Menguatkan Ibadah sebagai Benteng Kokoh Akhlaq Manusia


Pernikahan merupakan hal yang mulia dalam Islam. Ikatan suci yang
bermanfaat dalam menjaga kehormatan diri, serta terhindar dari hal-hal yang
dilarang agama. Apabila telah menikah, diketahui baik untuk mmenundukkan
pandangan. Juga membentengi diri dari perbuatan keji dan merendahkan martabat,
salah satunya zina.
"Wahai para pemuda, jika kalian telah mampu, maka menikahlah. Sungguh
menikah itu lebih menentramkan pandangan dan kelamin. Bagi yang belum
mampu, maka berpuasalah karena puasa bisa menjadi tameng baginya." (HR.
Bukhari No. 4779).

3. Menyempurnakan Agama
Terasa lebih indah bila menjalani kebahagiaan dunia dan akhirat
bersama rekan yang tepat dalam biduk rumah tangga. Tujuan pernikahan dalam
Islam selanjutnya untuk menyempurnakan separuh agama. Separuhnya yang lain
melalui berbagai ibadah.
"Barangsiapa menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh ibadahnya
(agamanya). Dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah SWT dalam memelihara
yang sebagian sisanya." (HR. Thabrani dan Hakim).

4. Mengikuti Perintah Allah SWT


Tujuan pernikahan dalam Islam berikutnya ialah mengikuti perintah
Allah SWT. Menikah menjadi jalan ibadah yang paling banyak dinanti dan
diidamkan oleh sebagian masyarakat. Tak perlu ragu dan takut perihal ekonomi.
Yakinlah bahwa usaha yang dibarengi doa, tawakal bersama pasangan, tentu akan
saling menguatkan mencapai kekayaan dunia dan akhirat.

4
"Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang
yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-
hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan
mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui." (QS. An-Nur Ayat 32).

5. Mendapatkan Keturunan
Demi melestarikan keturunan putra-putra Adam, tujuan pernikahan
dalam Islam termasuk mendapatkan keturunan. Salah satu jalan investasi di
akhirat, selain beribadah, termasuk pula keturunan yang sholeh/sholehah.
"Allah menjadikan kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan
bagimu isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki
yang baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan
mengingkari nikmat Allah?." (QS. An-Nahl ayat 72).

6. Penyenang Hati dalam Beribadah


Tujuan menikah dalam Islam selanjutnya sebagai penyenang hati,
membentuk pasangan suami-istri yang bertakwa pada Allah SWT. Pernikahan
mampu memicu rasa kasih dan menciptakan insan yang takwa. Bersama
memperjuangkan nilai-nilai kebaikan dan bermanfaat bagi orang lain.
"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan
kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-
orang yang bertakwa." (QS. Al-Furqon ayat 74).

7. Membangun Generasi Beriman


Tujuan pernikahan dalam Islam selanjutnya untuk membangun generasi
beriman. Bertanggung jawab terhadap anak, mendidik, mengasuh, dan merawat
hingga cukup usia. Jalan ibadah sekaligus sedekah yang menjadi bekal di akhirat
kelak.
"Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka
dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami

5
tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat
dengan apa yang dikerjakannya." (QS. At-Thur ayat 21).

8. Memperoleh Ketenangan
Sebuah pernikahan dianjurkan dengan tujuan dan niat yang memberi
manfaat. Perasaan tenang dan tentram atau sakinah, akan hadir seusai menikah.
Bukan sekedar untuk melampiaskan syahwat atau perasaan biologis saja, karena
hal ini bisa mengurangi ketenangan tersebut.
"Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia ciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang." (QS al-Rum [30]: 21).

2.3. Hukum Pernikahan Dalam Islam


Karena merupakan kegiatan sakral dan bernilai ibadah, pernikahan
memiliki hukum-hukum yang harus ditaati. Hukum pernikahan ini
dilaksanakan berdasarkan kondisi yang terjadi pada kedua calon
pasangan pengantin. Hukum pernikahan dalam Islam dibagi kepada
beberapa jenis, yakni:
 Wajib, jika baik pihak laki-laki dan perempuan sudah memasuki usia
wajib nikah, tidak ada halangan, memiliki kemauan untuk berumah
tangga dan khawatir terjadi zina. Kondisi seperti ini menjadi wajib
untuk segera melangsungkan pernikahan.
 Sunnah. Menurut pendapat para ulama, sunnah adalah kondisi di
mana seseorang memiliki kemauan dan kemampuan untuk menikah
namun belum juga melaksanakannya. Orang ini juga masih dalam
kondisi terhindar atau terlindung dari perbuatan zina sehingga
meskipun belum menikah, tidak khawatir terjadi zina.
 Haram, ketika pernikahan dilaksanakan saat seseorang tidak
memiliki keinginan dan kemampuan untuk menikah, namun
dipaksakan. Nantinya dalam menjalani kehidupan rumah tangga,
dikhawatirkan istri dan anaknya ditelantarkan.

6
 Makruh, apabila seseorang memiliki kemampuan untuk menahan
diri dari perbuatan zina. Akan tetapi belum berkeinginan untuk
melaksanakan pernikahan dan memenuhi kewajiban sebagai suami.
 Mubah, jika pernikahan dilakukan oleh orang yang memiliki
kemampuan dan keinginan, akan tetapi jika tidak pun dia bisa
menahan diri dari zina. Jika pernikahan dilakukan, orang tersebut
juga tidak akan menelantarkan istrinya.

2.4. Orang-orang yang tidak boleh Dinikahi


Di dalam Islam, menikah merupakan suatu ibadah.dengan adanya
pernikahan maka dapat membuat kita terhindar dari segala fitnah dan dijauhkan
dari zinah.
Namun, yang perlu diketahui yakni adanya beberapa golongan yang tak
seharusnya kita nikahi. Hal tersebut tertera dalam srat An Nisa ayat 23 yang
berbunyi:
“Diharamkan atas kalian untuk (mengawini) ibu-ibu kalian (1), anak perempuan
kalian (2), saudara-saudara perempuan kalian (3), saudara-saudara perempuan dari
ayah kalian (4), saudara-saudara perempuan dari ibu kalian (5), anak-anak
perempuan dari saudara laki-laki (kalian) (6), anak-anak perempuan dari saudara-
saudara perempuan (kalian) (7),”
“Ibu-ibu kalian yang menyusui kalian (8), saudara-saudara perempuan
sepersusuan (9), ibu-ibu istri kalian (mertua) (10), anak-anak dari istri kalian yang
dalam pemeliharaan kalian dari istri yang telah kalian campuri (11), akan tetapi
jika kalian belum bercampur dengan istri kalian itu (dan sudah kalian ceraikan)
tidaklah berdosa kalian kawini, dan kalian diharamkan terhadap istri-istri anak-
anak kandung kalian (menantu) (12), dan menghimpun dua perempuan yang
bersaudara (dalam perkawinan) kecuali telah terjadi pada masa lampau.
Sesungguhnya Allah maha pengampun dan maha penyayang. ”

2.5. Rukun dan Syarat sah Nikah


Saat melangsungkan pernikahan, bukan hanya terikat dengan akad
saja, tetapi juga memiliki rukun dan syarat.

7
Rukun nikah adalah semua perkara yang wajib dilaksanakan untuk
menentukan sah atau tidaknya sebuah pernikahan. Rukun pernikahan dalam
Islam ada 5 hal yaitu:
 Calon Pengantin Pria, yang memiliki persyaratan seperti
beragama islam , identitas jelas, sehat, baligh, adil dan merdeka.
 Calon Pengantin Perempuan, yang memenuhi persyaratan seperti
beragama islam, bukan mahram, tidak dalam kondisi terlarang,
baligh, sehat dan sebagainya.
 Wali, adalah ayah dari pihak perempuan yang diwajibkan
kehadirannya.
 Saksi, adalah orang yang akan menyaksikan pelaksanaan prosesi
pernikahan. Dianjurkan mendatangkan 2 saksi laki-laki yang
memenuhi syarat sebagai saksi.
 Ijab dan Qabul, adalah akad yang dilakukan calon pengantin pria
dan wali dalam prosesi pernikahan.
Meskipun bukan bagian dari rukun nikah, pemberian  mahar  dari pihak laki-
laki kepada mempelai perempuan dinilai sebagai budaya dan bersifat tidak
wajib dan mengikat. Mahar hanya ditekankan untuk meringankan pihak
mempelai perempuan.

Syarat sahnya pernikahan dalam islam terbagi kepada beberapa hal, yakni:
 Beragama Islam bagi pengantin laki-laki. Untuk non muslim,
wajib beragama Islam terlebih dahulu baru pernikahan dapat
dilanjutkan.
 Bukan laki-laki mahrom bagi calon istri
 Mengetahui wali akad nikah. Dalam Islam, pemilihan wali sudah
diatur dengan tepat dan tidak sembarangan. Allah menjadikan
keluarga dari pihak perempuan seperti ayah, kakek dan seterusnya
secara berurutan sebagai wali.
 Tidak sedang melaksanakan haji. Rasulullah bersabda: “Seorang
yang sedang ber-ihram tidak boleh menikahkan, tidak boleh
dinikahkan, dan tidak boleh mengkhitbah.” (HR. Muslim).

8
 Tidak karena paksaan. Pernikahan yang dilangsungkan bukan
merupakan paksaan dari pihak manapun. Karena menikah adalah atas
dasar keinginan calon pengantin sendiri.
Apabila tidak dilengkapi, maka pernikahan dalam Islam dianggap
tidak sah. Selain syarat sah nikah di atas, calon pengantin perempuan juga
tidak memiliki kondisi terlarang. Ketika diketahui bahwa sang perempuan
terlarang untuk menikah, misalnya dalam masa iddah, maka pernikahannya
dianggap tidak sah.
Karena posisinya yang bisa menggenapkan setengah agama, maka
pernikahan dalam Islam merupakan sesuatu yang tidak boleh disepelekan.

2.6. Talak, Rujuk, dan Masa Iddah


1. Talak
Talak atau dalam bahasa Arab disebut thalaq adalah memutuskan
hubungan antara suami istri dari ikatan pernikahan yang sah menurut syariat
agama. Menurut bahasa talak berarti melepaskan ikatan. Menurut istilah talak
ialah lepasnya ikatan pernikahan dengan lafal talak. Menurut Kompilasi Hukum
Islam (KHI), talak adalah Ikrar suami di hadapan sidang pengadilan agama yang
menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan.
Talak terbagi menjadi 3 yaitu Talak 1 2 dan 3. Talak satu dan talak dua
adalah talak yang masih dapat dirujuk atau kawin kembali. Sedangkan talak
tiga adalah talak yang memiliki konsekuensi hukum berupa kedua mantan suami-
istri tidak boleh rujuk dan kawin lagi sebelum mantan istri kawin dengan orang
lain dan bercerai dengan laki-laki tersebut.
2. Rujuk
Rujuk adalah bersatunya kembali sepasang suami dan istri dalam
ikatan pernikahan jika seorang suami memutuskan untuk rujuk dengan istrinya
keduanya tidak perlu melangsungkan akad nikah. Merujuk ialah bersatunya
kembali seorang suami kepada istri yang telah dicerai sebelum habis masa
menunggu (iddah). Merujuk hanya boleh dilakukan di dalam masa ketika suami
boleh rujuk kembali kepada isterinya (talak), yakni di antara talak satu atau

9
dua. Jika seorang suami rujuk dengan istrinya, tidak diperlukan adanya akad nikah
yang baru karena akad yang lama belum terputus.
3. Masa iddah
Masa Iddah merupakan sebuah waktu yang dimiliki oleh wanita
ketika dirinya ditinggal wafat atau diceraikan oleh suami. Waktu ini ditujukan
sebagai waktu wanita untuk menahan menikah lagi dengan pria baru. Masa iddah
juga sering disebut sebagai waktu bagi seorang istri untuk mengetahui
kekosongan rahimnya.

2.7. Hak dan kewajibn Suami Istri


Adapaun hak dan keawajiban suami istri dalam perspektif Islam ialah sebagai
berikut:
 Hak Istri
1. Hak mengenai harta yaitu mahar atau mas kawin dan nafkah.
2. Hak mendapat perlakuan baik dari suami. Allah berfirman:
‫خ ْي" ًرا‬ ِ " ‫ل اللَّ ُه فِي‬
َ ‫ه‬ ْ َ‫ش ْيًئ ا َوي‬
َ "‫ج َع‬ ُ ‫سى َأنْ تَ ْك َر‬
َ ‫هوا‬ َ ‫ن َف َع‬
َّ ‫ه‬
ُ ‫مو‬ ْ ‫ف َفِإنْ َك ِر‬
ُ ‫ه ُت‬ َ ‫ن بِا ْل‬
ِ ‫م ْع ُرو‬ َّ ‫ه‬
ُ ‫ش ُرو‬
ِ ‫َو َعا‬
‫َكثِي ًرا‬
Artinya: “Dan bergaullah dengan mereka (istri) secara patut. Kemudian bila kamu
tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak
menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”
(An Nisa:19).
 Hak Suami
1. Ketaatan istri kepada suami dalam melaksanakan urusan rumah tangga
termasuk di dalamnya memelihara dan mendidik anak, selama suami
menjalankan ketentuan-ketentuan Allah SWT yang berhubungan dengan
kehidupan suami istri.
 Kewajiban istri
1. Hormat dan patuh pada suami dalam batas-batas yang ditentukan oleh norma
dan susila.
2. Mengatur dan mengurus rumah tangga, menjaga keselamatan dan
mewujudkan kesejahteraan keluarga.
 Kewajiban suami

10
1. Memelihara, memimpin dan membimbing keluarga lahir dan batin, serta
menjaga dan bertanggungjawab atas keselamatan dan kesejahteraannya.
2. Memberi nafkah sesuai kemampuan serta mengusahakan keperluan keluarga
terutama sandang, pangan dan papan.

2.5. Hikmah Pernikahan


Hikmah menikah adalah melahirkan anak-anak yang shalih,
beriman dan bertakwa. Anak yang cerdas secara emosional dan intelektual juga
dibutuhkan untuk melanjutkan syiar agama yang dibawa orangtuanya. Dengan
menikah, semua hal itu dapat terwujud.

11
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Arti dari pernikahan disini adalah bersatunya dua insane dengan jenis berbeda
yaitu laki-laki dan perempuan yang menjalin suatu ikatan dengan perjanjian
atau akad.
2. Hikmah dalam pernikahannya itu yaitu :
a) Mampu menjaga kelangsungan hidup manusia dengan jalan berkembang
biak dan berketurunan.
b) Mampu menjaga suami istri terjerumus dalam perbuatan nista dan mampu
mengekang syahwat seta menahan pandangan dari sesuatu yang
diharamkan.
c) Mampu menenangkan dan menentramkan jiwa denagn cara duduk-duduk
dan bencrengkramah dengan pacarannya.
d) Mampu membuat wanita melaksanakan tugasnya sesuai dengan tabiat
kewanitaan yang diciptakan.
3. Tujuan pernikahan :
a) Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia Yang Asasi
b) Untuk Membentengi Ahlak Yang Luhur
c) Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami
d) Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah
e) Untuk Mencari Keturunan Yang Shalih  
3.2. Saran
Dari beberapa uraian diatas jelas banyaklah kesalahan serta kekeliruan,
baik disengaja maupun tidak, dari itu kami harapkan kritik dan sarannya untuk
memperbaiki segala keterbatasan yang kami punya. Kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna, namun kami berharap
para pembaca sekalian bisa mengambil manfaat dari makalah ini. Dan untuk
menyempurnakan makalah ini kami sangat mengharap

12

Anda mungkin juga menyukai