0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
1K tayangan3 halaman
Tujuan utama pernikahan dalam Islam adalah menjauhkan dari perbuatan maksiat dan mengikuti teladan Nabi Muhammad SAW. Suami tidak boleh menikah lagi tanpa izin istri pertama. Untuk menikah dengan non-Muslim, pasangan harus dulu masuk Islam. Pernikahan harus memenuhi syarat-syarat yang sah menurut hukum Islam.
Tujuan utama pernikahan dalam Islam adalah menjauhkan dari perbuatan maksiat dan mengikuti teladan Nabi Muhammad SAW. Suami tidak boleh menikah lagi tanpa izin istri pertama. Untuk menikah dengan non-Muslim, pasangan harus dulu masuk Islam. Pernikahan harus memenuhi syarat-syarat yang sah menurut hukum Islam.
Tujuan utama pernikahan dalam Islam adalah menjauhkan dari perbuatan maksiat dan mengikuti teladan Nabi Muhammad SAW. Suami tidak boleh menikah lagi tanpa izin istri pertama. Untuk menikah dengan non-Muslim, pasangan harus dulu masuk Islam. Pernikahan harus memenuhi syarat-syarat yang sah menurut hukum Islam.
JAWABAN : Tujuan utama pernikahan dalam Islam ialah menjauhkan dari perbuatan maksiat. Sebagai seorang muslim, kita memiliki panutan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Alangkah baiknya bisa meniru yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Salah satunya menjalankan pernikahan dengan niat yang baik. 2. Apakah seorang suami boleh menikah lagi tanpa sepengetahuan istri? JAWABAN : Secara hukum suami yang menikah lagi tanpa ada izin dari istri pertama (istri terdahulu) tidak dibenarkan dan merupakan pelanggaran hukum. Akibat hukum atas perkawinan kedua yang dilakukan suami tanpa izin dari istri pertama (terdahulu) adalah batal demi hukum atau dianggap tidak pernah ada. 3. apa saja syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menikah dengan wanita non-muslim? JAWABAN: Mayoritas fukaha berkata, “Tidak dibenarkan menikah secara permanen (dâim) dengan wanita-wanita non-Muslim, meski ia berasal dari Ahlulkitab, bahkan apabila mereka tetap menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar syariat. Untuk menikah secara permanen dengan wanita- wanita seperti ini maka mereka terlebih dahulu harus menerima agama Islam (memeluk Islam).” Oleh itu, apabila Anda mencintai wanita itu dan bermaksud menikahinya maka pertama-tama Anda harus mengajaknya untuk memeluk Islam dan menjadikannya sebagai seorang Muslimah. Apabila wanita tersebut berasal dari golongan Ahlulkitab maka Anda dapat menikah degannya secara temporal (mut’ah). Bagaimanapun untuk menyelamatkannya dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai etika dan moral seperti yang Anda singgung, Anda harus berusah menerangkan kepadanya, dengan argumen dan logika yang kokoh dan kuat yang dapat diperoleh dengan menelaah dan mengkaji buku-buku yang bermanfaat dalam bidang ini, tentang bahaya-bahaya dan kerugian-kerugian yang dapat ditimbulkan dari perbuatan-perbuatan seperti ini. 4. Apa hukumnya nikah dengan niat talak? (menyinggung ihwal nikah misyar yang difatwakan oleh Mufti Wahabi). JAWABAN: Nikah (pernikahan) misyar adalah sebuah ijtihad dari pihak ulama Ahlusunnah guna menjawab kebutuhan sosial dari masyarakat sunni masa kini, yaitu sebuah kebutuhan yang telah dijawab oleh para Imam Ahlulbait As, khususnya Imam Ali As, pada masanya dengan berdalil dengan ayat dan hadis Nabi Saw, yaitu dengan mensyari’atkan (menghalalkan) nikah mut’ah. “Nikah misyar” dan ”nikah dengan niat talak” merupakan dua istilah baru dalam fikih Ahlusunnah, yang masih diperdebatkan oleh para Ulama Ahlusunnah tentang hukumnya, meski pendapat dominan atau yang lebih bisa diterima oleh masyarakat Sunni adalah kebolehan dua jenis pernikahan tersebut. 5. apa hukumnya jika kita menikah dengan anak saudara perempuan seayah dan apa yang harus dilakukan apabila pernikahan tersebut telah berlangsung dan memiliki anak ? JAWABAN: Apabila maksud Anda dengan anak saudara perempuan (anak saudari perempuan yang seayah) adalah seseorang yang sejatinya adalah pamannya sendiri maka pernikahan dengan kemenakan itu batal dan harus segera berpisah. Apabila mereka tidak mengetahui hukum persoalan ini,maka anak-anak yang lahir dari keduanya dihukumi sebagai walad al-syubha dan bukanlah haram jadah (keturunan haram). 6. Jelaskan pengertian Mahar! JAWABAN: Mahar secara etimologi adalah maskawin, sedangkan menurut terminologi adalah pemberian wajib dari calon suami kepada calon istri sebagai ketulusan hati calon suami untuk menimbulkan rasa cinta kasih bagi sang isteri kepada calon suami. mahar disebut juga dengan istilah yang indah, yakni shidaq, yang berarti kebenaran. Jadi makna mahar lebih dekat kepada syari’at agama dalam rangka menjaga kemuliaan peristiwa suci. Mahar adalah syarat sahnya perkawinan yang memberi pengaruh apakah sebuah pernikahan akan barakah atau tidak. 7. Apa yang dimaksud Nikah Siri! JAWABAN: Pernikahan Siri adalah suatu pernikahan yang dilakukan oleh seseorang dengan adanya wali, memenuhi rukun dan syarat nikah namun tidak didaftarkan di Kantor Urusan Agama (KUA) dengan persetujuan kedua belah pihak. Ada banyak sekali alasan dan petimbangan seseorang melakukan nikah siri ini. 8. Sebutkan syarat Saksi Nikah! JAWABAN: Mirip dengan syarat sebagai wali, untuk bisa dijadikan sebagai saksi, maka seseorang harus memiliki kriteria antara lain seorang mukallaf, yaitu beragama Islam, ‘aqil, baligh. Selain itu juga harus punya sifat al-‘adalah, jumlahnya minimal dua orang, dimana keduanya berjenis kelamin laki-laki, serta orang yang merdeka dan bukan budah atau hamba sahaya.