Anda di halaman 1dari 16

Nama: Sri Warsi Adam

Kelas: HTN (3b)


Nim: 222022027
Mata Kuliah: Fikih Munakahat
Dosen Pengampu: Dr. Hj. Titin Samsudin M.HI

A. Khitbah merupakan langkah awal dalam proses atau tahapan


perkawinan, olehnya itu agar anda dapat memahami ketentuan ini
maka jawablah pertanyaan di bawah ini:
1. Apa Pengertian khitbah
2. Jelaskan Tentang Pandangan para ulama terhadap hukum khitbah, baik
ulama klasik, maupun ulama kontemporer
3. Mengapa peminangan penting dilakukan, apa hikmahnya?
4. Bagaimana Kriteria memilih pasangan dalam konsep Islam dan
bagaimana pula kriteria calon pasangan yg akan di khitbah?
5. Berikan penjelasan tentang syarat-syarat dalam Khitbah (peminangan)
6. Apa saja ketentuan dan batasan dalam melihat pinangan
7. Bagaimana hukum berkhalwat dengan pinangan dan bagaimana pula
konsekswensi pembatalan khitbah (pinangan)

JAWAB
1. Yaitu Kata “Peminangan” berasal dari kata “pinang, meminang”.
Meminang sinonimnya adalah melamar. Peminangan dalam bahasa Arab
disebut “khitbah”. Menurut Etimologi, meminang atau melamar artinya,
meminta wanita untuk dijadikan istri (bagi diri sendiri atau orang lain).
Menurut terminologi, peminangan ialah kegiatan upaya ke arah terjadinya
hubungan perjodohan antara seorang pria dengan seorang wanita. Atau
seorang laki- laki meminta kepada seorang perempuan untuk menjadi
seorang istrinya, dengan cara- cara yang umum berlaku di tengah
masyarakat. Khitbah artinya melamar seorang wanita untuk dijadikan
isterinya dengan cara yang telah diketahui di masyarakat.
ARGUMEN TENTANG PENGERTIAN KHITBAH
Menurut saya khitbah itu artinya peminangan,yang artinya terjadi hubungan
perjodohan antara seorang pria dengan seorang wanita. Di mana seorang lelaki
meminta wanitanya untuk menjadi istrinya dengan cara melamar dan di ketahui
oleh masyarakat setempat.

2. Yaitu Ulama klasik menjelaskan tentang khitbah adalah hal yang telah
umum bahkan hampir pasti dilakukan sebelum terjadi akad nikah. Maka
tak mengherankan jika pelaksanaan khitbah ini biasanya dilaksanakan
dengan disertai berbagai acara sangat meriah sesuai dengan tradisi yang
berlaku di daerah setempat. Pelaksanaan upacara dalam khitbah (tukar
cincin, pemberian hadiah, dan lain-lain) diperbolehkan selama tidak
bertentangan dengan syara’ (Hukum Islam).
● Ulama kontemporer menjelaskan khitbah adalah jika pemutusan khitbah
berasal dari pihak peminang, maka peminang tidak mempunyai hak untuk
meminta kembali pemberian itu. Sebaliknya, jika yang membatalkan dari
pihak yang terpinang, maka wajib bagi si terpinang untuk mengembalikan
pemberian dari pihak peminang.
ARGUMEN TENTANG PENDAPAT PARA ULAMA KLASIK DAN
KONTEMPORER
Menurut saya Agama Islam membenarkan bahwa sebelum terjadi perkawinan
boleh diadakan peminangan (khitbah) dimana calon suami boleh melihat calon
istri dalam batas-batas kesopanan Islam yaitu melihat muka dan telapak
tangannya, dengan disaksikan oleh sebagian keluarga dari pihak laki-laki atau
perempuan, dengan tujuan untuk saling mengenal satu sama lain.
3. Yaitu Khitbah dalam agama Islam disyariatkan sebelum terjadinya ikatan
suami istri, selain untuk meminimalisasi kemungkinan kekecewaan dan
kesalahan memilih calon pendamping, juga diharapkan agar masing-
masing calon suami dan istri dapat saling mengenal dan saling
memahami watak dan kepribadian pasangannya. Dengan saling mengenal
dan saling memahami watak dan kepribadian pajsangan, maka usaha
untuk mewujudkan tujuan perkawinan membentuk keluarga yang
sakinah, mawaddah, wa rahmah akan lebih terjamin.
ARGUMEN TENTANG HIKMAH PEMINANGAN
Menurut saya sebelum terjadi adanya ikatan suami istri maka wajib di
laksanakan peminangan karena untuk meminimalisasi kemungkinan
kekecewaan dan kesalahan memilih calon pendamping, juga diharapkan agar
masing-masing calon suami dan istri dapat saling mengenal dan saling
memahami watak dan kepribadian pasangannya.
4. Perempuan dikawini karena 4 perkara: hartanya, keturunannya,
kecantikan dan agamanya. Hal ini ditunjukkan oleh hadis Rasul saw.
Berdasarkan hadis Nabi tersebut, Rasulullah Saw membagi keinginan
pernikahan dari segi tujuan pokok pada empat bagian:
a. Memilih istri dari segi kepemilikan hartanya. Memilih istri dari segi
hartanya agar ia tertolong dari kekayaannya dan dengan harta itu
terpenuhi segala kebutuhannya, atau agar dapat membantu dan
memecahkan kesulitan hidup yang bersifat materi.
b. Memilih istri berdasarkan nasabnya/ keturunannya. Dengan tujuan
mengambil manfaat dari nasab isteri untuk kemuliaan serta ketinggian
kedudukannya. Hendaknya perempuan tersebut berasal dari keluarga
baik-baik, agar anaknya menjadi orang yang unggul.
c. Memilih istri berdasarkan kecantikannya. Hendaknya perempuan
tersebut cantik, untuk dapat bersenang-senang, dan dapat lebih
menyempurnakan rasa cinta sehingga mendorong untuk menjaga diri dan
tidak melihat perempuan-perempuan lain dan juga tidak melakukan
perbuatan yang dibenci Allah.
ARGUMEN TENTANG MEMILIH KRITERIA DALAM KHITBAH
Menurut saya islam sangat mewanti-wanti dalam menentukan pilhan kepada
sorang perempuan yang akan dikhitbah dan memberikan beberapa kriteria
terhadap perempuan yang akan dijadikan isteri. Disebabkan fungsi seorang istri
dalam Islam adalah tempat penenang bagi suaminya, tempat menyemaikan
benihnya, sekutu hidupnya, pengatur rumah tangganya, ibu dari anak-anaknya,
tempat tambatan hatinya, tempat menumpahkan rahasianya dan mengadukan
nasibnya.
5. Syarat-syarat meminang ada dua macam, yaitu:
● Syarat Mustahsinah.
syarat mustahsinah adalah syarat yang merupakan anjuran pada laki-laki yang
hendak meminang agar meneliti wanita yang akan dipinangnya sebelum
melangsungkan peminangan.
Syarat-syarat mustahsinah tersebut adalah:
a. Wanita yang dipinang hendaknya sekufu atau sejajar dengan laki-laki
yang meminang. Misalnya sama tingkat keilmuannya, status sosial, dan
kekayaan.
b. Meminang wanita yang memiliki sifat kasih sayang dan peranak.
c. Meminang wanita yang jauh hubungan kekerabatannya dengan lelaki
yang meminang. Dalam hal ini sayyidina ‘Umar bin Khattab mengatakan
bahwa perkawinan antara seorang lelaki dan wanita yang dekat hubungan
darahnya akan melemahkan jasmani dan rohani keturunannya.
d. Mengetahui keadaan jasmani, akhlak, dan keadaan-keadaan lainnya yang
dimiliki oleh wanita yang akan dipinang.
● Syarat Lazimah
Syarat lazimah ialah syarat yang wajib dipenuhi sebelum peminangan
dilakukan. Sah tidaknya peminangan tergantung pada adanya syarat-syarat
lazimah. Syarat-syarat tersebut adalah:
a. Tidak dalam pinangan orang lain. Perempuan Berkhalwat (menyendiri)
dengan perempuan yang dipinang hukumnya haram, karena ia bukan
muhrimnya. Perempuan yang telah dipinang statusnya masih
ajnabiyah(bukan mahram) bagi lelaki yang meminangnya selama belum
dilangsungkan akad nikah.
b. tidak terikat dengan khitbah dari laki-laki lain, yang sudah diajukan dan
diterima baik oleh si perempuan dan keluarganya. Sebab mengajukan
pinangan terhadap perempuan yang sebelumnya telah terikat dengan
pihak laki-laki adalah haram.
5. Pada waktu di pinang tidak ada penghalang syar’i yang melarang
dilangsungkannya pernikahan. Penghalang-penghalang syar’i adalah
perempuan-perempuan yang haram untuk dinikahi. Seperti perempuan-
perempuan yang senasab (saudara perempuan, bibi, tante, ponakan) dan
perempuan- perempuan yang sesusuan.
c. Perempuan tidak dalam masa iddah. Perempuan yang masih berada dalam
masa iddah termasuk dalam kategori perempuan yang haram dikhitbah
bersifat secara temporal.Karena masih ada ikatan dengan mantan
suaminya, dan suaminya itu masih berhak merujknya kembali sewaktu-
waktu.
ARGUMEN TENTANG SYARAT KHITBAH
Menurut saya Kosong dari perkawinan atau iddah laki-laki lain. Ditentukan
wanitanya. Tidak ada hubungan mahram antara calon suami dengan calon
istrinya, baik mahram senasab (keturunan) maupun mahram sesusuan dan tidak
ada hubungan kemertuaan atau bekasnya sebagaimana yang akan diterangkan
nanti.

6 . Seorang lelaki yang akan berumah tangga, sebaiknya melihat perempuan


yang akan dipinangnya, begitupun dengan sebaliknya perempuan melihat laki-
laki yang akan meminangnya. Hal ini bertujuan untuk kebaikan dalam
kehidupan berumah tangga kesejahteraan dan kesenangannya, sehingga ia dapat
menentukan apakah peminangan itu diteruskan atau dibatalkan. Syariat
membolehkan berkenalan dengan perempuan yang dikhitbah dengan dua cara:
Pertama; mengirim seorang perempuan yang telah dipercaya oleh laki-laki
pengkhitbah untuk melihat perempuan yang hendak dikhitbah dan selanjutnya
memberitahukan sifat-sifat perempuan tersebut kepadanya, sebagaimana hadis
Rasul saw.
Kedua; lelaki yang hendak mengkhitbah melihat secara lansung perempuan
yang akan dikhitbah, untuk mengetahuikecantikan dan kelembutannya. Hal itu
dilakukan dengan melihat wajah, kedua talapak tangan dan perawakannya.
Karena wajah menunjukkan akan kecantikan, kedua talapak tangan
menunjukkan kelembutan kulit, sedangkan perawakan menunjukkantinggi dan
pendeknya tubuh, hal ini sesuai dengan hadis Rasul saw.
ARGUMEN TENTANG KETENTUAN BATASAN MELIHAT
PINANGAN
Pertama; mengirim seorang perempuan yang telah dipercaya oleh laki-laki
pengkhitbah untuk melihat perempuan yang hendak dikhitbah dan selanjutnya
memberitahukan sifat-sifat perempuan tersebut kepadanya, sebagaimana hadis
Rasul saw.
Kedua; lelaki yang hendak mengkhitbah melihat secara lansung perempuan
yang akan dikhitbah, untuk mengetahuikecantikan dan kelembutannya. Hal itu
dilakukan dengan melihat wajah, kedua talapak tangan dan perawakannya.
Karena wajah menunjukkan akan kecantikan, kedua talapak tangan
menunjukkan kelembutan kulit, sedangkan perawakan menunjukkantinggi dan
pendeknya tubuh, hal ini sesuai dengan hadis Rasul saw.

7. Khitbah hanyalah langkah pertama menuju perkawinan, membatalkan


khitbah/pinangan tidak menimbulkan pengaruh apapun selagi belum terjadi
akad. Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 13 dijelaskan bahwa:
(1) Pinangan belum menimbulkan akibat hukum dan para pihak bebas
memutuskan hubungan peminangan.
(2) Kebebasan memutuskan hubungan peminangan dilakukan dengan tata cara
yang baik sesuai dengan tuntutan agama dengan kebiasaan setempat sehingga
tetap terbina kerukunan dan saling menghargai.
ARGUMEN TENTANG HUKUM BERKHALWAT DENGAN
PINANGAN
Menurut saya Pendapat ini lebih mendekati keadilan, karena tidak selayaknya
bagi wanita yang tidak menggagalkan mendapat dua beban, yaitu beban
ditinggalkan dan beban untuk mengembalikan hadiah, dan tidak selayaknya
pula bagi lelaki yang tidak meninggalkan mendapat dua kerugian, yaitu
ditinggalkan seorang wanita dan memberikan harta tanpa imbalan. Oleh karena
itu, jika tidak ada syarat dan tradisi yang berbeda, maka pendapat yang terakhir
ini dapat diamalkan.

B. Kafaah (equality)seringkali menjadi pertimbangan penting dalam


memilih calon pasangan akan tetapi seringkali persoalan ini sering
dikesampingkan oleh sebagian masyarakat, olehnya itu jelaskan
bagaimana konsep kafaah dalam fikih munakahat, meliputi
1. pengertian kafaah
2. dasar hukum kafaah
3. ukuran kafaah
4. Bagaimana kedudukan kafaah dalam akad nikah.
JAWAB
1. Kafa’ah kufu’ (equality), menurut bahasa artinya “setaraf, seimbang, atau
keserasian/ kesesuaian, serupa sederajat atau sebanding”. suami harus
sekufu bagi istrinya, artinya dia memiliki kedudukan yang sama dan
sepadan dengan istrinya dalam hal tingkatan sosial, moral dan ekonomi.
Arti kafa’ah (kesederajatan) bagi orang-orang yang
menganggapnyaMaksud dari kafaah dalam pernikahan adalah bahwa
syarat dalam pernikahan, adalah hendaknya seorang laki-laki (calon
suami) setara derajatnya dengan wanita yang akan menjadi istrinya dalam
beberapa hal. Atau laki-laki sebanding dengan calon istrinya, sama dalam
kedudukan, sebanding dalam tingkat sosial dan sederajat dalam akhlak
serta kekayaan.
ARGUMEN TENTANG PENGERTIAN KAFAAH
Menurut saya suami harus sekufu bagi istrinya, artinya dia memiliki kedudukan
yang sama dan sepadan dengan istrinya dalam hal tingkatan sosial, moral dan
ekonomi. hendaknya seorang laki-laki (calon suami) setara derajatnya dengan
wanita yang akan menjadi istrinya dalam beberapa hal.

2. Hadis yang dijadikan sandaran adanya kafa’ah dalam Islam ialah HR.
Abu Hurairoh: Artinya “Perempuan itu dinikahi karena empat hal: karena
harta, keturunan, kecantikan dan agamanya. Pilihlah wanita yang taat
kepada agamanya, maka kamu akan beruntung.”
ARGUMEN TENTANG DASAR HUKUM KAFAAH
Menurut saya kualitas keberagamaan, nasab atau kebangsaan, usaha atau
profesi, kemerdekaan diri, terbebas dari cacat, dan kekayaan

3. Para ulama menetapkan kriteria-kriteria untuk menetapkan kufu’ tidaknya


seseorang. Dalam menetapkan kriteria ini para ulama berbeda pendapat.
Menurut Menurut mazhab Hanafi ada 6 sifat kafa’ah: yaitu agama, Islam,
kemerdekaan, nasab, harta dan profesi. Menurut mazhab Syafi’I ada enam sifat
kafa’ah yaitu: agama, kesucian, kemerdekaan, nasab, terbebas dari aib dan
profesi. Sedangkan menurut mazhab Hambali sifat kafaah ada lima yaitu:
agama, profesi, nasab, harta dan profesi.
ARGUMEN TENTANG UKURAN KAFAAH
Menurut saya bahwa terjadi silang pendapat dikalangan para fuqahah mengenai
sifat-sifat kesetaraan (kafaah). Masing-masing ulama mempunyai batasan yang
berbeda mengenai masalah ini.Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan
pandangan dalam menilai sejauh mana segi-segi kafa’ah itu mempunyai
kontribusi dalam melangengkan kehidupan rumah tangga.

4. Fuqaha’ berbeda pendapat tentang apakah kafa’ah merupakan syarat


keabsahan sebuah aqad pernikahan atau tidak, antara lain: Al-Tsauri,
Hasan Basri, dan Karakhi berpendapat bahwa kafa’ah bukan merupakan
syarat keabsahan sebuah pernikahan, dan bukan pula syarat luzumnya.
Sebuah pernikahan yang dilangsungkan oleh suami istri yang tidak
sekufu’ adalah sah dan luzum (mengikat dan tidak terdapat peluang
khiyar). Dasar hukum yang mereka pakai adalah;
a. Beberapa ayat dan hadits yang menerangkan bahwa kedudukan semua
manusia sama kecuali orang yang bertaqwa, diantaranya : Hadits riwayat
Ibn Lail; “Manusia itu pada prinsipnya sama, sebagaimana rata gigi sisir.
Tiada kelebihan bagi seorang Arab atas orang ‘ajam( luar arab), kecuali
aspek taqwanya”.
b. Beberapa hadits yang menerangkan terjadinya peristiwa pernikahan
antara seorang perempuan merdeka dengan seorang laki-laki bekas
budak, diantaranya: Ketika Bilal bin Rabbah meminang seorang
perempuan Anshar dan perempuan itu menolaknya, maka Rasul
menyuruh Bilal agar menyampaikan kepada perempuan itu bahwa Rasul
yang memerintahkan agar mengawininnya.
● Jumhur Fuqaha’ berpendapat bahwa, kafa’ah merupakan syarat luzum
sebuah pernikahan, bukan syarat sah. Alasan yang mereka kemukakan
adalah:
a. Beberapa hadits yang memerintahkan wali agar menikahkan anak
perempuannya dengan laki- laki yang sekufu’, diantarannya : Hadits yang
diriwayatkan dari ‘Aisyah.
“Pilihlah perempuan untuk air sperma kalian dan nikahilah orang yang setra”
b. Beberapa hadits yang memberikan hak khiyar bagi istri dan suaminya
tidak sekufu’, diantaranya: Hadits yang diriwayatkan oleh Ibn Majah,
Ahmad, dan An-Nasa’i; Artinya FIQH MUNAKAHAT 4 Mazhab dan
Kebijakan Pemerintah “Telah datang seorang perempuan muda kepada
Rasul, lalu dia berkata: Ayahku telah menikahkan aku dengan anak
paman(saudara ayah) untuk mengangkat derajatnya dengan perantaraan
(pernikahanku)”

C. Wanita yang akan dinikahi harus memenuhi kriteria syariat dalam


Islam, hal ini di sebabkan ada beberapa kategori wanita-wanita yang
haram dinikahi, olehnya itu
1. sebutkan siapa saja wanita-wanita yang haram dinikahi tersebut dan
2. jelaskan sebab-sebab terjadi pengharamanannya disertai dalil-dalil syara
dan pendapat para ulama fikih
JAWAB
1. Al-Qur’an sangat ketat dan jelas merinci siapa- siapa yang tidak boleh
dinikahi, akan tetapi berdasarkan beberapa ayat Al-Qur’an, orang-orang
yang tidak boleh dinikahi setidaknya disebabkan oleh beberapa sebab.
Fukqaha mengklasifikasi sebab-sebab pengharaman orang tidak boleh
dinikahi kedalam dua sebab, yaitu; sebab yang bersifat abadi atau
selamanya (al-muharramat al-muabbadah), dan sebab yang bersifat
sementara (al- muharramat al-muaqqatah). Berikut ini akan dijelaskan
lebih rinci wanita-wanita yang haram dinikahi.
A. Al-Muharramat al-Muabbadah (sebab yang bersifat abadi)
Al-Muharramat al-Muabbadah (sebab yang bersifat abadi) adalah sebab yang
menghalangi seorang laki-laki menikahi seorang perempuan selamanya karena
sebab tersebut tidak bisa hilang atau dihilangkan, ia akan terus melekat pada diri
masing-masing, baik laki-laki maupun perempuan. Yang termasuk dalam
kategori ini, yaitu;
1. Diharamkan karena adanya hubungan kekeluargaan (nasab)
2. Diharamkan karena adanya hubungan kekerabatan melalui pernikahan
(musaharah).
3. Diharamkan karena sesusuan (rada’ah)
B. Al-Muharramat al-Muaqqatah (sebab yang bersifat sementara).
Al-muharramat al-muaqqatah adalah wanita-wanita yang haram dinikahi dalam
jangka waktu tertentu (sementara) disebabkan adanya beberapa sebab. Apabila
sebab itu sudah tiada maka pelarangan tersebut pun juga terhapus. Sebab-sebab
yang dimaksud, yaitu;
1. Diharamkan karena status wanita yang sudah ditalak tiga.
2. Diharamkan karena status wanita yang terkait dengan suaminya (baik
sebagai isteri, maupun sementara dalam keadaan iddah)
3. Diharamkan karena beda agama dan keyakinan (Pembahasan ini akan
dijelaskan pada bab tersendiri).
4. Diharamkan karena status wanita tersebut sebagai saudara atau keluarga
dekat istri yang sedang berjalan.
5. Diharamkan karena wanita tersebut akan menjadi isteri kelima dalam
waktu bersamaan.
ARGUMEN TENTANG SIAPA SAJA WANITA YANG HARAM
DINIKAHI
Menurut saya Mahram itu pada dasarnya bermakna wanita yang haram untuk
dinikahi untuk selamanya. Misalnya ibu, nenek, saudara kandung, bibi,
keponakan dan seterusnya.

2. Orang-orang yang termasuk mahram sebab keturunan ada tujuh, sebagaimana


firman Allah Swt dalam QS. An-Nisa ayat 23, di antaranya: 1) ibu-ibumu; 2)
anak-anakmu yang perempuan; 3) saudara-saudaramu yang perempuan; 4)
saudara-saudara ayahmu yang perempuan; 5) saudara-saudara ibumu yang
perempuan; anak-anak perempuan dari saudara ibumu.
Artinya” Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu, anak-anakmu yang
perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara ayahmu yang
perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari
saudara-saudaramu yang laki-laki, anak-anak perempuan dari saudara-
saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu.”
ARGUMEN TENTANG SEBAB SEBAB TERJADI PENGHARAMAN
Menurut saya Hukum tentang pernikahan dalam Islam, tertulis dalam Al-quran
Surat An-Nisa 23. Hukum seorang pria menikahi kakak beradik sekaligus
adalah haram dan berdosa.

D. Mahar merupakan pemberian yang diberikan calon suami kepada calon


istri. Untuk memahami bagaimana konsep mahar dalam Islam maka
jawablah hal-hal sebagai berikut;
1. Apa pengertian Mahar
2. Kapankah waktu pemberian mahar tersebut dalam perkawinan
3. Bagaimana kedudukan hukum mahar dalam perkawinan Islam
4. Bagaimana dasar atau dalilnya, serta ukuran mahar berdasarkan ulama fikih
5. Apakah sama konsep mahar dengan uang panai dan pembiayan walimatul
urs?
6. Bagaimanakah adat pemberian mahar di daerahmu berdasakan praktik dalam
masyarakat.
JAWAB
1. Kata “mahar” berasal dari bahasa Arab dan telah menjadi bahasa
Indonesia. Istilah mahar dalam bahasa Arab disebut dengan delapan nama
yaitu: mahar, shadaq, nihlah, faridhah, hiba’, ujr, ‘uqar, dan alaiq.
Keseluruhan kata tersebut mengandung arti pemberian wajib sebagai
imbalan dari suatu yang diterima. Mahar atau maskawin dalam Kamus
Bahasa Indonesia diartikan sebagai pemberian wajib berupa uang atau
barang dari mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan ketika
dilangsungkan akad nikah. Pengertian mahar secara etimologi berarti
maskawin. Sedangkan pengertian mahar menurut terminologi: pemberian
yang wajib dari calon suami kepada calon istri sebagai ketulusan hati
calon suami, untuk menimbulkan rasa cinta kasih bagi seorang istri
kepada calon suaminya dalam kaitannya dengan pernikahan.
ARGUMEN TENTANG MAHAR
Menurut saya mahar merupakan salah satu syarat bagi seorang laki-laki untuk
menikahi perempuan berupa pemberian yang wajib dari calon suami kepada
calon istri sebagai ketulusan hati calon suami, untuk menimbulkan rasa cinta
kasih bagi seorang istri kepada calon suaminya dalam kaitannya dengan
pernikahan.

2. Jika calon pengantin laki-laki menyerahkan mahar nikahnya pada calon


pengantin perempuan sebelum akad dan kemudian keduanya
melangsungkan akad nikah, maka pengantin perempuan berhak
memilikinya sebagai mahar. Namun jika gagal melangsungkan akad
nikah, maka calon pengantin laki-laki boleh meminta kembali mahar
nikahnya.
ARGUMEN TENTANG WAKTU PEMBERIAN MAHAR
Menurut saya Mahar menjadi salah satu kewajiban pertama suami kepada istri,
bukan hadiah atau seserahan,” sebutnya. Dalil mengenai mahar telah diatur
dalam firman Allah, Q.S An-Nisa ayat 4 yang artinya: “Berikanlah maskawin
(mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh
kerelaan.

3. Merujuk definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kedudukan mahar


dalam pernikahan sebagai harta bersama adalah salah. Hukum mahar
dalam pernikahan adalah hak pribadi mempelai wanita, bukan harta
bersama. Pasalnya, mahar diberikan calon mempelai pria kepada calon
mempelai wanita sebelum sahnya ikatan perkawinan atau diberikan dan
diucapkan pada saat dilangsungkannya ijab kabul antara mempelai pria
dengan wali nikah calon mempelai wanita. Sedangkan harta bersama
menurut Pasal 35 ayat (1) UU 1/1974 merupakan harta yang didapat oleh
suami dan/atau istri selama dalam ikatan perkawinan. Sebagai penegas,
simak ketentuan Pasal 32 KHI yang menerangkan bahwa mahar diberikan
langsung kepada calon mempelai wanita dan sejak itu menjadi hak
pribadinya.
ARGUMEN TENTANG KEDUDUKAN HUKUM MAHAR
Menurut saya kedudukan mahar dalam pernikahan sebagai harta bersama adalah
salah, Hukum mahar dalam pernikahan adalah hak pribadi mempelai wanita,
bukan harta bersama. Pasalnya, mahar diberikan calon mempelai pria kepada
calon mempelai wanita sebelum sahnya ikatan perkawinan atau diberikan dan
diucapkan pada saat dilangsungkannya ijab kabul antara mempelai pria dengan
wali nikah calon mempelai wanita.

4. Agama tidak menetapkan jumlah minimum dan jumlah maksimum dari


mahar/maskawin. Ukuran mahar diserahkan kepada kemampuan suami,
hal ini disebabkan oleh perbedaan tingkatan kemampuan manusia dalam
memberikannya. Orang yang kaya mempunyai kemampuan untuk
memberi maskawin yang lebih besar jumlahnya kepada calon istrinya.
Sebaliknya, orang yang miskin ada yang hampir tidak mampu
memberinya.12 Oleh karena itu, pemberian mahar diserahkan menurut
kemampuan yang bersangkutan disertai kerelaan dan persetujuan masing-
masing pihak yang akan menikah untuk menetapkan jumlahnya.

Tidak ada dalam syara’ suatu dalil yang membatasi batas maksimal mahar,
sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. An-Nisa/4: 20:
‫نََأْر دُُتمْاِس ْتبَد َاَلْز وٍَج َم كَاَنْز وٍَج وآَْتيُْتِم ْإحَد ُاَّهِنْقَنطًاراََفلَتُْأخُذ وِاْم نُهَ ْش يًئۚا‬
‫َأَتْأُ خُذ وَنُه ُب ْ هَتاًناَ وِ إْث ً ماُ مِ بيًنا‬
Terjemahnya:
“Dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain, sedang kamu
Telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak, Maka
janganlah kamu mengambil kembali dari padanya barang sedikitpun.
ARGUMEN TENTANG UKURAN MAHAR DAN DALILNYA
Menurut saya agama tidak membatasi jumlah minimun atau maksimun dari
mahar/maskawain. Ukuran mahar diserahkan kepada kemampuan suami, hal ini
disebabkan oleh perbedaan tingkatan kemampuan manusia dalam
memberikannya. Orang yang kaya mempunyai kemampuan untuk memberi
maskawin yang lebih besar jumlahnya kepada calon istrinya.

5. Uang panai bukanlah mahar, karena makna dari uang panai adalah uang
yang diberikan calon mempelai pria kepada calon mempelai Wanita
untuk membiayai pernikahan mereka. Sedangkan mahar adalah
pemberian calon mempelai pria yang nantinya mutlak menjadi milik
calon mempelai Wanita Ketika sudah sah menjadi istri

Argumen saya tentang soal di atas


Menurut pendapat saya Ketika kita mau melaksana pernikahan kita harus
mempersiap kan uang atau mehar ketiak ingin melamar seseorang.adapun
perbedaan dalam uang panai dan mahar, karena makna dari uang panai
adalah uang yang diberikan calon mempelai pria kepada calon mempelai
Wanita untuk membiayai pernikahan mereka.

6. Di daerah saya cara pemberian mahar yaitu mempelai pria datang


bersama keluarganya kepada calon mempelai Wanita untuk memberikan
mahar berupa uang yang sudah ditentukan,dan setelah pemberian mahar
akan menentukan tanggal pernikahan tersebut.kemudian setelah itu
mempelai Wanita akan di undang untuk melihat proses pelamaran.
Khitbah merupakan langkah awal
dalam proses atau tahapan
perkawinan, olehnya itu agar anda
dapat memahami ketentuan ini maka Jelaskan Tentang Pandangan para ulama
Pengertian khitbah jawablah pertanyaan di bawah ini
,
terhadap hukum khitbah baik ulama
klasik, maupun ulama kontemporer

Mengapa peminangan penting


dilakukan, apa hikmahnya?

Bagaimana Kriteria memilih pasangan Berikan penjelasan tentang syarat-syarat

dalam konsep Islam dan bagaimana dalam Khitbah (peminangan)

pula kriteria calon pasangan yg akan di

Apa saja ketentuan dan batasan dalam


melihat pinangan

Bagaimana hukum berkhalwat dengan


pinangan dan bagaimana pula

konsekswensi pembatalan khitbah


(pinangan)
Kafaah (equality)seringkali menjadi
pertimbangan penting dalam memilih pengertian kafaah
calon pasangan akan tetapi seringkali

persoalan ini sering dikesampingkan

oleh sebagian masyarakat, olehnya itu dasar hukum kafaah


jelaskan bagaimana konsep kafaah

ukuran kafaah

Bagaimana kedudukan kafaah dalam


akad nikah.
sebutkan siapa saja wanita-wanita
yang haram dinikahi tersebut dan

Wanita yang akan


dinikahi harus
memenuhi kriteria
syariat dalam Islam,
hal ini di sebabkan

ada beberapa
kategori wanita-
wanita yang haram
dinikahi, olehnya itu

jelaskan sebab-sebab terjadi pengharamanannya disertai


dalil-dalil syara dan pendapat para ulama fikih
Apa pengertian mahar

Bagaimana kedudukan Bagaimana dasar atau


hukum mahar dalam Mahar merupakan pemberian yang diberikan calon suami dalilnya, serta ukuran
perkawinan Islam kepada calon istri. Untuk memahami bagaimana konsep mahar berdasarkan
mahar dalam Islam maka jawablah hal-hal sebagai ulama fikih
berikut;

Apakah sama konsep mahar dengan


uang panai dan pembiayan walimatul Bagaimanakah adat pemberian
urs? mahar di daerahmu berdasakan
praktik dalam masyarakat

Kapankah waktu pemberian


mahar tersebut dalam
perkawinan

Anda mungkin juga menyukai