Anda di halaman 1dari 22

KELOMPOK 3

1. Achmad Farizky
2. Al Fajar Ikhwan M
3. Ardi Ridan Santara
4. Najwa Salsabila
5. Nazwa Adlia Putri
6. Rachmad Bhakti Eka P
7. Rista Anggrainy Pratiwi
8. Shinta Rakha Putri D.
PERNIKAHAN
APASI PERNIKAHAN ITU?!

Pernikahan merupakan jalan terbentuknya institusi keluarga. Hidup


berpasangan adalah kebijakan Allah swt. terhadap seluruh
makhluknya (Q.S. Az-Zariyat/51 : 49 dan Q.S. Yasin/36 : 36
Pernikahan yaitu akad yang menghalalkan pergaulan antara laki-
laki dan perempuan yang bukan mahram
nya yang menimbulkan hak dan kewajiban masing-masing. Firman
Allah swt. dalam Q.S An-Nisa/4 : 3

‫َف ٱنِكُحو۟ا َم ا َط اَب َلُكم ِّم َن ٱلِّنَس ٓاِء‬

Artinya: '... Maka nikahilah perempuan yang kamu senangi...'


Ada 4 pengertian yang dipakai Al-Qur'an
berkaitan dengan pernikahan, yaitu:

1. 'Uqdatun Nikah', yang berarti bentuk perjanjian yang kuat


dalam ikatan pernikahan (Q.S Al-Baqarah /2: 237)
2. 'Zawwaja' berasal dari kata 'Zauj' yang berarti "Pasangan"
(Q.S Al- Baqarah/2: 230)
3. 'Misaqan Galiza', yang berarti ikatan yang kokoh (Q.S. An-
Nisa/4: 21)
4. Mawaddah Wa Rahmah, yang berarti bentuk kasih sayang
yang dirahmati (Q.S. Ar'Rum/30:21)
Hal-hal penting menuju pernikahan
- Adanya kesiapan fisik dan mental
- Kematangan mental dan kepribadian pendidikan, perbedaan umur minimal 5 tahun antara laki-laki dan perempuan

Faktor Penting Memilih Pasangan


A. Satu Agama ( Q.S Al-Baqarah/2: 221), sabda Rasulullah saw:
‫َأ‬ ‫َأ‬
‫ ِلَم اِلَه ا َو ِلَحَس ِبَه ا َو ِلَجَم اِلَه ا َو ِلِد ْيِنَه ا َف اْظ َف ْر‬: ‫ ُتْن ِكُح اْلَم ْر َة َأِلْر َبِع‬: ‫َو َع ْن ِبي ُه َرْيَرَة َرِض َي ُهَّللا َع ْن ُه َع ِن الَّنِبِّي َص ىَّل ُهَّللا َع َلْي ِه َوَس َّلَم َق اَل‬
‫ِبَذ اِت الِّديِن َتِرَبْت َيَداَك‬
Artinya: " Dari Abi Hurairah r.a. Nabi saw. bersabda: Nikahilah seorang wanita krena 4 hal: hartanya, kecantikannya, keturunannya,
agamanya, sebaik-baik pilihan ialah agamanya" (H.R. Bukhari dan Muslim)

B. Hindari pasangan yang buruk kepribadiannya ( Q.S An-Nur/24: 26 dan 3)


C. Tetap memelihara kesucian diri dalam pergaulan, karena pernikahan adalah ikatan suci.
D. Memohon pertimbangan kepada Allah swt. melalui shalat istikharah
Hukum Pernikahan
Hukum pernikahan bersifat kondisional, artinya berubah menurut situasi dan kondisi seseorang
dan lingkungannya. Ada 5 macam hukum pernikahan yaitu:

1. Jaiz/mubah. Hukum ini adalah hukum asli pernikahan yang artinya bagi yang sudah memenuhi syarat.
ia berhak menikah.
2. Sunnah, Hukum ini berdasarkan pemahaman bahwa siapa saja yang mampu memenuhi syarat nikah,
namun tidak khawatir berbuat zina, maka ia disunnahkan melakukan pernikahan
3. Wajib, Hukum.ini dikenakan bagi yang sudah memenuhi syarat, karena dikhawatirkan terjadi perzinaan
maka ia wajib melakukan pernikahan
4. Makruh, mempunyai keinginan menikah, tetapi belum mampu memberi nafkah
5. Haram, hukum ini dikenakan bagi siapa saja yang menikah namun mempunyai maksud jahat/buruk,
baik untuk pasangannya maupun diri sendiri
Tujuan Nikah
1. Tercapainya ketentraman hati dan pikiran karena kehidupan yang diliputi cinta,
mawaddah wa rahmah lahir dan batin antara suami dan istri
2. Untuk memperoleh keturunan yang sah
3. Sebagai alat kendali bagi manusia agar tidak terjerumus ke dalam jurang
kemaksiatan
4. Untuk mewujudkan keluarga bahagia dan sejahtera
5. Memenuhi kebutuhan seksual yang halal, sah dan suci
Rukun Nikah
Ada 5 Rukun Nikah yaitu:
1. Adanya calon suami
2. Adanya calon Istri
3. Wali mempelai perempuan, yaitu seseorang yang mengizinkan dan menikahkan mempelai
perempuan. Ada 2 wali, yaitu:
a. Wali Nasab, yaitu walu yang berdasarkan nasab ( pertalian darah) yaitu Bapak kandung, Kakek dari
bapak, Saudara laki-laki sekandung, saudara laki-laki sebapak
b. Wali Hakim, yaitu walinyang berdasarkan wewenang
4. Dua orang saksi, syarat menjadi saksi/wali: beragama islam, laki-laki, adil dan tidak fasik
5. Akad atau Sigat (Ijab Qabul)
Orang yang Tidak Boleh Dinikahi
Al- Qur'an telah menjelaskan tentang siapa yang tidak boleh (haram)
dinikahi. Mahram dapat dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu:
1. Keturunan
a. Ibu dan seterusnya ke atas
b. Anak perempuan dan seterusnya ke bawah
c. Bibi, baik dari bapak atau ibu
d. Anak perempuan dari saudara perempuan atau saudara laki-laki
2. Pernikahan
a. Ibu dari Istri (Mertua)
b. Anak tiri, bila ibunya sudah dicampuri
c. Istri bapak (ibu tiri)
d. Istri anak (menantu)
3. Persusuan
a. Ibu yang menyusui
b. Saudara perempuan persusuan

4. Dikumpul
a. Saudara perempuan dari istri
b. Bibi perempuan dari istri
c. Keponakan perempuan dari istri
Hak dan Kewajiban Suami-Istri
1. Kewajiban Suami :
a. Menjadi pemimpin, memelihara, dan membimbing keluarga lahir dan batin
b. Memberi nafkah, pakaian, dan tempat tinggal kepada istri dan anak-anaknya sesuai dengan kemampuan yang diusahakan secara
maksimal
c. Bergaul dengan istri secara ma'ruf dan memperlakukan keluarga dengan cara baik
d. Masing-masing anggota keluarganya, terutama suami dan istri bertanggung jawab sesuai dengan fungsi dan perannya
e. Memberi kebebasan berfikir dan bertindak kepada istri sepanjang sesuai norma islam, membantu tugas istri serta tidak mempersulit
kegiatan istri.

Kewajiban Istri:
a. Taat dan patuh pada perintah suami sesuai dengan ajaran islam
b. selalu menjaga kehormatan diri dan rumah tangga
c. Bersyukur atas nafkah yang diterima dan menggunakannya dengan sebaik-baiknya
d. Membantu suami dan mengatur rumah tangga sebaik mungkin

Kewajiban Suami dan Istri :


a. Memelihara dan mendidik anak sebaik-baiknya
b. Berbuat baik terhadap mertua, ipar, dan kerabat lainnya
c. Setia dalam hubungan rumah tangga dan memelihara keutuhannya
d. Saling membantu antara keduanya
Hikmah Pernikahan
Pernikahan mengandung banyak hikmah, diantaranya:

1. Menentramkan hati, menenangkan pikiran, melegakan perasaan


2. Menyalurkan hajat fitrah biologis yang halal, sah dan mendapatlan keturunan guna
melanjutkan hidup yang berkualitas
3. Membina silaturahmi kedua keluarga sejahtera, bertanggung jawab sesuai dengan fungsi ibu
dan bapak dalam rumah tangga yang sakinah
4. Menghindari diri dari penyakit-penyakit kelamin yang merusak fisik, mental serta terhindar dari
krisis moral dalam masyarakat
Hal-hal yang berkaitan dengan pernikahan
TALAQ (PERCERAIAN)
a. Pengertian Talaq dan Hukumnya
Talaq atau perceraian adalah memutuskan tali ikatan pernikahan. Hukum asal dari talaq adalah makruh
Hukum talaq ada 4 , yaitu:
1. Wajib, apabila terjadi perselisihan antara suami-istri yang tidak bisa didamaikan dan hakim memandang perlu bercerai
2. Sunnah, apabila suamu tidak sanggup lagi menunaikan kewajibannya atau perempuan tidak bisa lagi menjaga kehormatan dirinya
3. Haram, apabila istri dalam keadaan :
- Haid atau hamil
- Keadaan suci yang dicampuri pada waktu itu
4. Makruh, yaitu hukum asal talaq

• Bentuk Talaq
- Talaq raj'i, yaitu talaq yang membolehkan suami kembali kepada mantan istrinya tanpa melakukan perkawinan baru selama masih
dalam masa iddah
- Talaq ba'in, talaq ini terbagi menjadi 2 jenis yaitu talaq ba'i. sugra yang merupakan talaq yang tidak dapat dirujum kembali kecuali
dengan melangsungkan akad nikah yang baru , dan talaq ba'in kubra adalah talaq yang tidak dapat dirujuk kembali, kecuali mantan
istrinya sudah menikah terlebih dahulu dengan laki-laki lain
JUMLAH ATAU BATAS TALAQ
Suami-istri yang telah bercerai masih mungkin untuk berkumpul kembali, namun untuk menghindari
ti dakan sewenang-wenang, maka jumlah talaq yang membolehkan suami kembali kepada istrinya
dibatasi hanya sampai 2 kali
Setelah talaq jatuh 3 kali, suami-istri tidak.boleh kembali kecuali istri telah menikah lagi dengan
orang lain, atas sasar suka sama suka sesudah bergaul dan bercerai lagi

• CARA MENJATUHKAN TALAQ


Ada 2 cara untuk menjatuhlan talaq:
1. Dengan kata-kata yang jelas (sharih), misalnya suami berkata kepada istrinya, "Engkau saya
talaq, engkau saya ceraikan." Maka dengan perkataan tersebut jatuh talaqnya, sekalipun tidak
disertai dengan niat
2. Dengan kata-kata samar atau sindiran (kinayah), misalnya suami berkata : "Pergi engkau dari
sini," atau " Pulang ke rumah orang tuamu". Dengan perkataan serupa ini, talaq belum jatuh
apabila tidak disertai dengan niat
• PENYEBAB TERJADINYA TALAQ

a. Li'an yaitu suami dan istri saling melaknat. Suami menuduh istri berzina, tetapi tidak dapat
membuktikannya dengan 4 saksi, maka dia harus bersumpah 4x sumpah dengan menyatakan: "Kalau saya
berdusta, maka laknat Allah swt. untuk diri saya." Kemudian istrinya menolak dengan 4x sumpah dengan
ucapan seperti di atas. Setelah itu, maka suami-istri menjadi cerai (Q.S. An-Nur/24: 6-9).

b. Zihār secara bahasa artinya punggung, secara istilah seorang laki-laki yang menyamakan istrinya seperti ibu
sendiri (seperti mengatakan: "Kamu seperti punggung ibuku"), maka untuk menghalalkan kembali suami wajib
membayar kafarat (baca Q.S. Al-Mujādalah/58: 3-4).

c. lla'yaitu seorang suami yang marah sampai mengharamkan istrinya bergaul dengannya atau bersumpah
hendak menjauhkan dirinya dari istrinya. Jika ingin menggauli kembali istrinya, wajib membayar kafarat
sumpahnya (Q.S. Al-Baqarah/2: 226-227).

d. Ta'lik Talaq, yaitu seorang suami yang melanggar janjinya ketika diucapkan saat akad nikah, seperti tidak
memberi nafkah istri 6 bulan berturut-turut, atau menyakiti badan istri, sejalan dengan itu sang istri tidak
ridha kemudian mengadukan ke Pengadilan Agama, maka jatuhlah talaq satu..
2. Khulu
Khulu' yaitu talaq yang diminta oleh istri kepada suaminya dengan memberi iwadh atau tebusan yang disebabkan oleh
beberapa hal tertentu. Adapun faktor-faktor yang dapat dijadikan alasan istri untuk meminta talaq tebus (khulu') ialah
suami ternyata seornag pezina, pemabuk, penjudi, dan hal-hal maksiat lainnya. Dengan demikian khulu' dapat
dilakukan jika ternyata antara suami dan istri tidak ada persesuaian hidup, dan inisiatif justru datangnya dari pihak istri,
bukan dari pihak suami

3. Fasakh
Pengertian dari talaq ini adalah talaq yang dijatuhkan oleh hakim atas pengaduan istri. Talaq fasakh dapat dilakukan karena:
°Adanya aib atau cacat pada salah satu pihak.
° Suami tidak mampu memberikan nafkah (keterangan Q.S. Al- Aḥzāb/33: 49 dan Q.S. Al-Baqarah/2: 229).
° Adanya penipuan atau penghianatan dari pihak suami.
° Diketahui adanya hubungan mahram antara suami-istri 5(Q.S. An-Nisa'/4: 23).
4.'Iddah
a. Pengertian Iddah adalah masa menanti bagi kaum perempuan yang diceraikan suaminya (baik cerai hidup maupun cerai mati).
Tujuan ditetapkan 'iddah, salah satunya adalah adanya kehamilan atau tidak.

b. Macam-macam 'Iddah:
1. Perempuan yang ditinggal mati suaminya, 'iddahnya ada 2 macam:
• Apabila sedang hamil, 'iddahnya sampai anak lahir.
• Apabila tidak hamil, 'iddahnya 4 bulan 10 hari. Pahami Q.S. Al-Baqarah/2: 234.

2. Perempuan yang dicerai suaminya, 'iddahnya:


• Apabila sedang hamil, 'iddahnya sampai saat lahir
.• Apabila tidak hamil, iddahnya 3 kali suci (quru') (Perhatikan Q.S. Al-Baqarah/2: 228).

3. Apabila tidak haid, 'iddahnya 3 bulan.


Perempuan yang tidak haid ada 3 macam, yaitu:
• Perempuan yang masih kecil.
• Perempuan yang sampai umur, tetapi belum pernah haid
• Perempuan yang sudah haid, tetapi sudah tua sehingga tidak haid lagi (menopause). (Q.S .At-Talaq/65:4)

c. Kewajiban suami dalam masa 'iddah


Selama masa iddah, seorang suami berkewajiban memberi nafkah lahir, dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Memberi nafkah, pakaian, dan tempat tinggal bagi istri yang ditalaq raj'i
2. Memberi kediaman bagi istri yang talaq 3 dan talaq tebus, jika tidak mengandung
3. Memberi nafkah, pakaian, tempat tinggal bagi istr yang talaq 3 danntalaq tebus apabila mengandung
5. Rujū'
a. Pengertian Ruju'
Maksud dari ruju' adalah kembalinya suami kepada istri yang telah ditalaq, yaitu talaq satu atau talaq dua

b. Hukum Ruju
Asal hukumnya "mubah" (boleh), bisa jadi sunah apabila maksud ruju' untuk memperbaiki hubungan antara keduanya. Bisa jadi makruh
apabila perceraian lebih bermanfaat bagi kehidupan mereka, dan bisa menjadi haram apabila menyebab- kan satu pasangan, baik istri
maupun suami teraniaya.

c. Rukun Ruju
1. Istri disyaratkan
• Sudah pernah bercampur suami-istri
• Dalam talaq raj'i
• Masih dalam iddah

2. Suami disyaratkan : Balig, berakal, dan dengan kemauan sendiri (tanpa paksaan)

3. Siqat (Ucapan)
• Sarih ( terang-terangan)
• Kinayah (sindiran)
6. Hadanah
Pengertian haḍānah adalah "mengasuh dan memelihara anak kecil yang belum dapat mengatur dan menjaga dirinya
sendiri." Persoalan haḍānah timbul apabila terjadi perceraian antara suami-istri , sedangkan mereka mempunyai anak
yang belum mumayyiz (masih kecil dan belum balig).
Keadaan seperti ini, menjadikan istri lebih berhak mengasuh anak tersebut sampai anak itu mengerti dan dapat
mengatur dirinya sendiri (balig). Sekalipun anak tersebut diasuh oleh ibunya dan tinggal bersamanya, namun nafkah
belanjanya tetap menjadi tanggung jawab ayahnya (keterangan H.R. Abu Daud dan Hakim).
Syarat-syarat menjadi hadanāh:

1. Berakal sehat
2.
3. Melaksanakan ajaran agama
4. Dapat menjaga ehormatan dirinya
5. Dapat siperca
6. Menetap bersama anak yang dididiknya
Dalam UU No. 1 tahun 1974 pasal 2 ayat (1) ditegaskan bahwa perkawinan sah apabila dilakukan menurut hukum agama masing-masing

Selanjutnya dijelaskan:

1. Perkawinan sah apabila dilakukan menurut Hukum Islam.


2. Perkawinan menurut Hukum Islam adalah akad yang sangatkuat untuk menaati perintah Allah, dan pelaksanaannya merupakan ibadah.

Hak dan Kedudukan wanita dalam keluarga bersasarkan hukum Islam

1. Wanita dalam Islam


Wanita merupakan salah satu makhluk ciptaan Allah swt. yang tentunya penciptaannya juga mengandung hikmah, salah satunya adalah dengan
adanya wanita maka proses berlangsungnya kehidupan manusia akan terus berjalan sampai datangnya Hari Akhir. Oleh karena itu, ajaran Islam sangat
memuliakan wanita dengan berbagai perannya, baik sebagai ibu, istri, anak atau sebagai anggota masyarakat. Hal tersebut terlihat pada hal berikut.
1. Agama islam sangat mencela perilaku masyarakat Arab jahiliyyah yang memiliki kebiasaan atau tradisi mengubur bayi perempuan hidup-hidup
2. Allah swt. memerintahkan agar memuliakan anak perempuan dengan memperhatikan pendidikannya
2. Hak wanita dalam Keluarga
Hak menurut bahasa adalah ketetapan dan kesesuaiannya dengan realitas, sedangkan menurut istilah adalah hal-hal yang ditetapkan
dengan ketentuan syar'i dan kecenderungan untuk menerapkannya. Sumber penetapan hak adalah syari'at, yaitu apa yang sudah
tercantum dalam Al-Qur'an, As-Sunnah, dan Ijma' ulama, sehingga penerapan hak tidak boleh mengada-ngada.
Adapun hak wanita dalam keluarga adalah sesuatu yang mutlak menjadi milik wanita dalam kehidupannya. Hak-hak tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Hak untuk memiliki kebebasan pribadi
2. Hak rumah sebagai tempat privasi
3. Hak untuk mengemukakan pendapat
4. Hak untuk menuntut ilmu
5. Hak terkait kepemilikan harta
6. Hak dalam pernikahan
7. Hak dalam berwasiat
3. Kedudukan wanita dalam keluarga
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dari Rasulullah saw. bahwa seorang laki-laki bertanya, "Ya Rasulullah, siapakah manusia
yang paling patut aku hormati dengan baik?" Beliau menjawab, "Ibumu." Orang itu kembali bertanya, "Lalu siapa?" Beliau menjawab,
"Ibumu" "lalu siapa?" "Ibumu." Lalu siapa?" Beliau menjawab, "Ayahmu." (H.R. Bukhari dan Muslim) Selain sebagai ibu, wanita juga
berperan sebagai istri dan pendamping suami. Statusnya bukan sekadar pelengkap, tetapi menjadi penentu utama dan pengaruh yang
besar dalam kesuksesan suami. Sebab itu, ada slogan: Dibalik kesuksesan suami, selalu ada yang berperan besar membantunya, yaitu istri.
Sejarah mencatat bagaimana peranan Siti Khadijah dalam mendampingi dakwah Rasulullah saw.

Demikian istri yang shalihah, Rasulullah saw. memberikan gambarannya sebagai "sebaik-baiknya perhiasan dunia, adalah istri shalihah",
meski fisiknya terlihat lemah, tetapi ternyata memiliki energi yang luar biasa, karena mampu memberikan inspirasi kepada suami dengan
konstribusinya, melalui:
a. Ketaatan sebagai bentuk bakti istri terhadap suami, sepanjang ketaatan tersebut tidak bertentangan dengan syariat

b. Ikhlas dan bersyukur atas pemberian suami, meski sedikit. Dikabulkan segala keinginannya, sesuai syar'i dengan penuh rasa hormat. Jika
terpaksa menolak, dilakukan dengan cara yang santun.

c. Pelayanan seorang istri kepada suami, mengatur makanannya dan waktunya, menjaga ketenangan dan istirahatnya.
d. Cara bagaimana seorang istri dalam menjaga harta benda suaminya, menjaga rahasia-rahasianya, memperhatikan sanak saudaranya.

e. Memberikan semangat dan motivasi kepada suami, agar tidak mudah putus asa dalam memperjuangkan kebenaran, akibatnya suami lebih
tabah, ulet, sabar, kuat dalam menghadapi lika-liku kehidupan.

f. Menjaga penampilan diri, dengan menjaga kecantikan lahirbbatin, merawat keindahan fisik maupun psikis.

Adapun tanda-tanda seorang istri shalihah adalah memiliki sikap baik dalam berbagai hal, selalu menjaga kehormatan diri, baik suami sedang
di rumah maupun di luar rumah, senantiasa menjaga suami dari godaan luar yang menjerumuskan, dan selalu taat dengan ketaatan yang
berlandaskan rasa cinta kepada Allah swt. dan Rasul-Nya
TERIMAA KASIHH !!

Anda mungkin juga menyukai