Anda di halaman 1dari 13

Menyempurnakan Hidup Melalui Pernikahan (Manakahat)

A. Ketentuan Pernikahan dalam Islam


Pernikahan merupakan jalan terbentuknya industri keluarga. Melalui keluarga , terwujudnya pilar
pilar kokoh kehidupan.Dalam menempuh kehidupan seseorang memerlukan pedamping sebagai
tempat mencurahkan suka maupun duka . Hidup berpasangan adalah kebijaksanaan Allah swt.
terhadap seluruh mahluknya (Q.S Az-Zariyat/51:49 dan Q.S Yasin/36:36).
Pernikahan merupakan fitrah pribadi masyarakat . itulah sebabnya, kenapa islam mengecam keras
pergaulan bebas dan menyukai sesama jenis, karena bertentangan dengan fitrah manusia (Q.S Ar-
Rum /30:21).
Adapun fungsi pernikahan adalah sebagai berikut :
Pertama ,sebagai salah satu pilar kokohnya sebuah masyarakat, Q.S An-Nur/24: 32 yang artinya
“Dan nikahkanlah orang2 yg masih membujang diantara kamu, dan juga orang2 yg layak
(menikah)...”
Kedua ,sebagai penerus kelangsungan hidup manusia (Q.S An-Nisa/4:1).
Ketiga , merupakan perlindungan dan terjaganya ahlak dan tata susila.
Keempat , merupakan jalan bagi berlangsungnya proses pembentukan dan penanaman nilai,serta
pembentukan kepribadian.(Q.S At-Tahrim/66:6).
Kelima , untuk terwujudnya ketentraman, cinta yang suci dan kasih sayang yang dapat dicari di
dalam atau setelah menikah.
Manakala setiap pasangan menjalankan norma tersebut dgn baik yakinlah bahwa Allah swt. pasti
akan memberikan rumah tangga yg sakinah, mawaddah dan warahmah.

1.Pengertian Pernikahan
Pernikahan yaitu akad yg menghalalkan pergaulan antara laki2 dan perempuan yg bukan mahramnya
yg menimbulkan hak dan kewajiban masing2. Firman Allah swt. dalam Q.S An-Nisa/4:3: yg artinya
“… maka nikahilah perempuan yang kamu senangi…”.
Ada empat pengertian yg dipakai Al-Qur’an berkaitan dgn pernikahan yaitu:
1. “ Uqdatun Nikah” artinya bentuk perjanjian yg kuat dalam ikatan pernikahan (Q.S
Al-Baqarah/2:237).
2. “Zawwaja”berasal dari kata “zauj” yg artinya “Pasangan” (Q.S Al-Baqarah/2:230).
3. “Misaqan Galiza” artinya ikatan yg kokoh (Q.S An-Nisa/4:21).
4. “Mawaddah Warahmah” artinya bentuk kasih sayang yg dirahmati (Q.S Ar-Rum/30:21).

2.Hal-hal Penting yg perlu Diperhatikan menuju pernikan


a. Adanya kesiapan fisik dan mental.(usia 20-25thn untuk wanita dan 25-30thn untuk pria).
b.Kematangan mental dan kepribadian pendidikan, perbedaan umur minimal 5 tahun antara L dan P.
3.Faktor-faktor Penting Memilih Pasangan
a. Satu agama (Q.S Al-Baqarah/2:221).
b. Hindari pasangan yg buruk kepribadiannya (Q.S An-Nur/24:26).
c. Memilih pasangan dgn menempuh jalan kesucian.
d. Memohon pertimbangan kpd Allah swt. melalui shalat istikharah.

4.Hukum Pernikahan
Hukum pernikahan bersifat kondisional yaitu berubah menurut situasi dan kondisi seseorang dan
lingkungannya. Ada 5 hukum diantaranya:
1.Jaiz/mubah. Hukum ini adalah hukum asli pernikahan, artinya bagi yg sudah memenuhi syarat ia
berhak menikah.
2.Sunnah. Hukum ini berdasarkan pemahaman bahwa siapa saja yg mampu memenuhi syarat nikah,
namun tidak khawatir berbuat zina, ia di sunnah kan melakukan pernikahan.
3.Wajib. Hukum ini dikenakan bagi yg sudah memenuhi syarat, karena dikhawatirkan terjadi
perzinaan maka ia wajib melakukan pernikahan.
4.Makruh. Mempunyai keinginan menikah, tetapi belum mampu memberi nafkah
(sandang,pangan,papan).
5.Haram. Hukum ini dikenakan bagi siapa saja yg menikah namun menpunyai maksud yg
buruk/jahat, baik untuk pasangannya maupun diri sendiri.

5.Tujuan Pernikahan
a.Tercapainya ketentraman hati dan ketenangan pikiran karena kehidupan yg diliputi cinta, mawaddah
warahmah lahir dan batin antara suami dan istri (Q.S Ar-Rum/30:21).
b.Untuk memperoleh keturunan yg sah (Q.S Asy-Syura/42 :11 dan 49-50).
c.Sebagai alat kendali bagi manusia agar tidak terjerumus kedalam jurang kemaksiatan (Q.S
Al-Isra/17:32).
d.Untuk mewujudkan keluarga bahagia dan sejahtera (sakinah) (H.R. Jama`ah).
e.Memenuhi kebutuhan seksual yg halal, sah dan suci (Q.S Al-Baqarah/2:187 dan 223).

6.RukunNikah
a. Adanya calon suami
b. Adanya calon istri
c. Wali mempelai perempuan, yaitu seseorang yg mengizinkan dan menikahkan mempelai
perempuan.
Wali ada 2 yaitu :
1. Wali Nasab, yaitu wali yg mempunyai ikatan darah dgn si mempelai.
2. Wali Hakim, yaitu wali yg berdasarkan wewenang.
d.Dua orang saksi (H.R. Daruquthni).
Syarat untuk menjadi saksi atau wali yaitu beragama islam (Q.S Al-Ma`idah/5:51).,balig, merdeka,
berakal, laki-laki, adil dan tidak fasik.
e.Akad atau Sigat atau “Ijab Qabul” yaitu, perkataan dari pihak wali perempuan(Ijab) dan diterima
oleh pihak mempelai laki-laki(Qabul).

7.Orang-orang yg tidak boleh dinikahi


Berdasar pada Q.S.An-Nisa/4:23-24 ada 4 kelompok orang-orang yg tidak boleh dinikahi yaitu, se
keturunan, pernikahan, se persusuan, dan dikumpul.

8.Hak dan Kewajiban Suami Istri


a.Kewajiban Suami
1.Menjadi pemimpin dan bertanggung jawab atas keluarga nya (Q.S. At-Tahrim/66:6).
2.Memberi sandang , pangan dan papan kepada keluarga (Q.S. Al-Baqarah/2: 168 dan 172).
3.Bergaul dgn istri secara ma`ruf dan memperlakukan keluarga dgn baik.
4.Memberi kebebasan berpikir dan bertindak kepada seluruh anggota keluarga sepanjang tidak
menyalahi ketentuan agama.
b.Kewajiban Istri
1.Taat dan patuh terhadap suami selama sesuai dgn agama islam.
2.Selalu menjaga kehormatan diri dan rumah tangga.
3.Bersyukur atas rezki yg diterima dan menggunakannya sebaik mungkin.
4.Membantu suami dan mengatur rumah tangga sebaik mungkin.
c.Kewajiban Suami dan Istri
1.Memelihara dan mendidik anak sebaik mungkin.
2.Berbuat baik kepada anggota keluarga lainnya.
3.Setia dalam hubungan rumah tangga.
4.Saling membantu antar keduanya. (Q.S At-Tahrim/66:6, Al-Maidah/5:2)

9.Hikmah Pernikahan
a.Menentramkan hati, pikiran , dan perasaan.
b.Menyalurkan hajat fitrah hubungan yg biologis yg halal guna mendapatkan keturunan yg
berkualitas.
c.Membina silaturahmi kedua keluarga yg sejahtera dan bertanggung jawab.
d.Menghindarkan diri dari penyakit fisik, mental dan moral.
B. Hal-hal yg Berkaitan dengan Pernikahan
1. Talaq (Perceraian)
a.Pengertian Talaq dan Hukumnya.
Talaq atau perceraian adalah memutuskan tali ikatan pernikahan. Hukum asal dari talaq adalah
makruh (ket. H.R. Abu Dawud).
b.Hukum talaq ada 4 yaitu:
-Wajib, bila terjadi perselisihan antara suami-istri yg tidak bisa berdamai dan hakim memandang
perlu bercerai.
-Sunah, bila suami tak sanggup lagi menunaikan kewajibannya atau istri tidak bisa menjaga
kehormatan dirinya.
-Haram, bila istri dalam keadaan haid atau hamil atau keadaan suci yg dicampuri pada waktu itu.
-Makruh, yaitu hukum asal talaq.
c.Bentuk-bentuk Talaq
1.Talaq raj`i , yaitu takaq yg memperbolehkan suami kembali kpd mantan istrinya tanapa melakukan
pernikahan yg baru, selama masih dalam masa `iddah, seperti talaq yg kesatu dan yg kedua.
2.Talaq ba`in, talaq ini dibagi menjadi dua jenis yakni, kesatu: talaq ba`in sugra yg merupakan talaq
yg tak dapat dirujuk kembali kecuali dgn melangsungkan akad nikah yg baru, dan yg kedua talaq
ba`in kubro yaitu talaq tiga. Talaq ini tidak dapat dirujuk kembali, kecuali mantan istrinya sudah
menikah terlebih dahulu dgn laki2 lain, dan keduanya telah bersenggama kemudian bercerai dan telah
habis masa iddahnya.
d.Jumlah atau Batas Talaq
Untuk menghindari sewenang wenangan , maka jumlah talaq yg membolehkan suami kembali kpd
istrinya dibatasi hanya sampai 2 kali. Setelah talaq jatuh tiga kali, suami istri tidak boleh lagi kembali
kecuali istri telah menikah lagi dgn orang lain , atas dasar suka sama suka sesudah bergaul dan cerai lagi
(Q.S Al-Baqarah/2:229-230)
e.Cara Menjatuhkan Talaq
1.Dengan kata2 yg jelas (sharih),misalnya “engkau saya talaq, engkau saya ceraikan ”,maka dgn
perkataan tersebut jatuh talaqnya sekalipun tidak disertai dgn niat.
2.Dengan kata2 samar atau sindiran (kinayah), jika melakukan dgn cara ini maka talaq belum jatuh
apabila tidak disertai dgn niat.
f.Penyebab terjadinya Talaq
1.Li`an yaitu suami dan isrti saling melaknat atau tuduh menuduh satu sama lain berbuat zina.
2.Zihar secara bahasa artinya punggung, secara istilah seorang laki2 menyamakan istrinya seperti ibu
sendiri, maka untuk menghalalkan kembali suami wajib membaya kafarat.
3.Ila’ yaitu seorang suami marah sampai mengharamkan istrinya bergaul dengannya atau bersumpah
hendak menjauhkan dirinya dari istrinya.
4.Ta’lik Talaq yaitu seorang suami yang melanggar janjinya ketika diucapkan saat akad nikah , seperti
tidak memberi nafkah istri 6 bulan berturut turut , atau menyakiti badan istri , sejalan dengan itu sang istri
tidak ridha kemudian mengadukan ke pengadilan agama , jatuhlah talaq satu
2..Khulu
Khulu yaitu talaq yg diminta oleh istri kpd suaminya dgn memberi iwadh atau tebusan yg disebabkan
oleh beberapa hal tertentu.
3.Fasakh
Talaq ini adalah talaq yg dijatuhkan oleh hakim atas pengaduan istri, talaq ini dilakukan karena adanya
aib,suami tidak mapu memberi nafkah,berselingkuh diantara keduanya dan diketahui satu turunan.
4.`Iddah
a.Pengertian iddah adalah masa menanti bagi kaum perempuan yg diceraikan suaminya (baik cerai
maupun cerai mati).
b.Macam2 Iddah:
1. Iddah cerai mati :
-Apabila sedang hamil ,iddahnya sampai anak lahir.
-Apabila tidak hamil,iddahnya 4 bulan 10 hari Q.S Al-Baqarah/2:234.
2. Iddah cerai :
-Apabila sedang hamil, iddahnya sampai saat lahir.
-Apabila tidak hamil, iddahnya tiga kali suci (quru).
3. Apabila tidak haid, iddahnya tiga bulan.
c. Kewajiban Suami dalam masa iddah
1.Memberikan sandang, pangan dan papan bagi yg di talaq raj`i
2.Memberi tempat kediaman bagi istri yg ditalaq tiga dan talaq tebus,jika tidak hamil.
3. Memberikan sandang, pangan dan papan bagi yg di talaq tiga dan talaq tebus apabila hamil.
5.Ruju`
a.Pengertian Ruju
Ruju adalah kembalinya suami kpd istri yg telah ditalaq, yaitu talaq satu dan talaq tiga.
b.Hukum Ruju
Asal hukumnya “mubah”(boleh), bisa jadi sunnah jika untuk memperbaiki hubungan antara keduanya.
Bisa jadi makruh apabila perceraian lebih bermanfaat bagi kehidupan mereka, dan bisa jadi haram apabila
menyebabkan satu pasangan, baik istri maupun suami teraniaya.
c.Rukun Ruju
1.Istri disyaratkan sudah pernah bercampur suami istri, dalam talaq raj`i, dan masih dalam iddah.
2.Suami disyaratkan balig, berakal, dan dgn kemauan sendiri (tanpa paksaan).
3.Sigat(Ucapan): Sarih(terang-terangan) dan kinayah (sindiran).
6.Hadanah
Hadanah adalah “mengasuh dan memelihara anak kecil yg belum dapat mengatur dan menjaga dirinya
sendiri”. Syarat2 menjadi hadanah : berakal sehat, merdeka, melaksanakan agama, dapat menjaga
kehormatan dirinya, dapat dipercaya, dan menetap bersama anak yg dididiknya.

C.Perkawinan Menurut UU No. 1 Tahun 1974


1.Dalam UU No. 1 tahun 1974 pasal 2 ayat (1) ditegaskan bahwa perkawinan sah apabila dilakukan
menurut hukum agama masing2.
Selanjutnya dijelaskan: perkawinan sah apabila dilakukan menurut Hukum Islam. Kemudian Perkawinan
menurut hukum islam adalah akad yg sangat kuat untuk menaati perintah Allah, dan pelaksanaannya
merupakan ibadah.
2.Pencatatan Perkawinan (UU No. 1 Tahun 1974 pasal 2 ayat 2)
a.Terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat islam Indonesia.
b.Pencatatan harus dilakukan oleh pegawai pencatat nikah.
c.Setiap perkawinan harus dilakukan di hadapan pengawas pegawai pecatat nikah.
d.Pernikahan yg dilakukan di luar pengawasan pegawai pencatat nikah tidak memiliki kekuatan hukum.
3.Tujuan dan Batasan2 Poligami
Dalam uu no 1 tahun 1974 pasal 3 ayat 1 menyatakan bahwa pada azasnya disetiap perkawinan seorang
pria hanya boleh mempunyai seorang istri dan begitu pun sebaliknya dgn istri yg hanya boleh mempunyai
seorang suami. Pengadilan memberi izin kpd seorang suami untuk beristri lebih dari satu apabila di
kehendaki oleh pihak yg bersangkutan dan wajib mengajukan permohonan ke pengadilan setempat.
Pengadilan memberi izin untuk berpoligami apabila istri tidak bisa menjalankan kewajibannya sebagai
istri, istri mempunyai cacat atau penyakit yg tidak dapat sembuh, dan tidak bisa memberi keturunan.
Syarat-syarat mengajukan permohonan berpoligami yaitu mendapat izin persetujuan dari pihak istri,
adanya kepastian mampu menjamin keperluan hidup istri dan anak , dan kepastian mampu adil diantara
keduanya.

D. Hak dan Kewajiban Wanita dalam Keluarga Berdasarkan Hukum Islam


1.Wanita dalam Islam
Sebelum Nabi Muhammad saw. diutus, kedudukan wanita sangat menyedihkan .Namun ajaran Islam
merupakan rahmat bagi seluruh alam, kemudian menghapus seluruh bentuk2 kezaliman terhadap kaum
wanita ,dan mengangkat derajatnya selayaknya seorang manusia. Martabat wanita disejajarkan dgn
martabat pria, yg menjadikannya mulia dan tidaknya manusia bukan karena jenis kelaminnya melainkan
ketaqwaannya kpd Allah swt. Wanita merupakan salah satu mahluk ciptaan Allah swt yg memiliki
hikmah dgn adanya wanita maka proses berlangsungnya kehidupan akan terus berjalan sampai hari akhir.
Agama islam sangat mencela perilaku masyarakat arab jahiliyyah yg mempunyai kebiasaan mengubur
bayi perempuan hidup-hidup (Q.S At-Takwir/81:8-9). Allah swt. memerintahkan agar memuliakan anak
perempuan dgn memperhatikan pendidikannya (H.R Muslim).
2.Hak Wanita dalam Keluarga
a.Hak untuk memiliki kebebasan pribadi yaitu merupakan hak yg harus diterima wanita untuk bebas
beraktivitas dgn syarat harus sesuai dgn syari`ah.
b.Hak rumah sebagai tempat privasi bagi wanita
c.Hak untuk mengemukakan pendapat sebebasnya selama hal itu dalam rangka untuk membela kebenaran
dan memerangi yg batil yg tentunya sesuai dgn syari`ah.
d.Hak untuk menuntut ilmu , karena ada hal-hal yg tidak bisa dilakukan oleh kaum pria sementara wanita
harus bisa melakukannya, oleh karena itu menuntut ilmu harus bagi wanita agar memiliki pengetahuan
mengenai hal-hal tersebut.
e.Hak terkait kepemilikan harta, yaitu wanita bebas bekerja secara halal dan berhak mendapatkan warisan
dan berhak menggunakan hartanya untuk apapun selama itu masih sesuai dgn syari`ah.
f.Hak dalam pernikahan, yaitu wanita menerima mahar, akad, sandang, pangan dan papan yg harus
ditunaikan oleh seorang suami.
g.Hak dalam berwasiat, yakni wanita berhak mewasiatkan hartanya sebanyak lebih dari 1\3. Dgn
demikian, sebelum harta diwariskan terlebih dahulu harta tersebutbharus dikeluarkan sebagai wasiat.
3.Kedudukan wanita dalam keluarga
Berdasarkan Q.S An-Nisa/4:32 , pria maupun wanita memiliki kedudukan yg sama yaitu sama2 mahluk
ciptaan Allah swt. Seorang suami adalah pemimpin yg bertanggung jawab terhadap keluarganya dan
seorang istri adalah seorang pemimpin di rumah suaminya. Selain ibu seorang wanita juga berperan
sebagai istri pendamping suami.Statusnya bukan pelengkap melainkan menjadi penentu utama dan
pengaruh yg besar dalam meraih kesuksesan.
Rasulullah saw. memberikan gambaran sebagai “sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah istri shalihah”.
Karena mampu memberikan inspirasi kpd suami dgn konstribusinya, melalui:
a.Ketaatan terhadap suami yg tidak bertentangan dgn syari`at.
b.Ikhlas dan bersyukur atas apa yg diberikan oleh suami dan jika menolak dilakukan dgn santun.
c.Pelayanan yg baik terhadap suami baik lahir maupun bathin.
d.Menjaga kehormatan suaminya.
e.Memberikan semangat dan motivasi kpd suami dalam menghadapi lika-liku kehidupan.
f.Menjaga penampilan luar maupun dalam untuk membahagiakan suami.
Adapun tanda2 seorang istri shalih adalah yg mampu bersikap baik dalam berbagai hal, mampu menjaga
kehormatan dirinya dan suami dalam keadaan apapun, serta taat kepada perintah Allah swt dan Rasul-Nya
BAB 9 Meningkatkan Derajat Keluarga Melalui Mawaris
A.Hukum Waris dalam Islam
Keberadaan warisan menjadi bukti bahwa orang tua harus bertanggung jawab terhadap keluarga dan
turunannya. Bukan hanya pada segi mental rohaniah, namun juga dari segi materi dan ekonomi juga harus
diperhatikan (Q.S. An-Nisa/4:9). Berdasarkan ayat ini, orang tua harus merasa khawatir terhadap masa
depan keluarga nya.
Warisan atau disebut juga dgn mawaris adalah serangkaian kejadian mengenai pengalihan kepemilikan
harta benda dari seseorang yg meninggal dunia kpd seseorang yg masih hidup. Menurut ilmu Fiqh ,
dikenal dgn ilmu Fara`id, yaitu ilmu yg membicarakan tentang pembagian harta waris dari seorang
muslim/muslimah yg sudah meninggal. Dalam masalah warisan, di salah satu sisi terjadi perdebatan di
antara para ahli Fiqh, khususnya perbedaan yg diterima ahli waris laki2 dgn perempuan. Namun setelah
dikaji secara mendalam, keadilan menjadi kunci jawaban dalam semua aturan islam, apalagi laki2
mempunyai tanggung jawab yg lebih besar dibanding dgn perempuan.
Sejalan dgn itu, pihak perempuan jika nantinya sudah menikah suaminya akan mendapat dua bagian dari
keluarganya sehingga banyak sedikitnya bagian yg diterima seseorang , tergantung dari dekat tidaknya
nasab dan besar kecilnya peran dan tanggung jawabnya terhadap keluarga.

B.RukunWaris
1.Muwaris,yaitu orang yg meninggal (orang yg mewariskan) dan ada harta yg ditinggalkan. Kematian
seseorang terbagi dua: kematian hakiki, yaitu kematian nyata yg dapat disaksikan, dan kematian secara
hukum, apabila kematiannya tidak diketahui secara pasti, seperti hilang yg tidak diketahui rimbanya.
2.Harta waris , yaitu harta pribadi (bukan harta bersama sekalipun suami istri) peninggalan dari orang yg
meninggal. Dikatakan waris jika harta peninggalan tersebut, sudah dikurangi hal-hal sebagai berikut:
a. Biaya mengurus jenazah mulai meninggal sampai saat dimakamkan.
b.Pelunasan utang apabila ada (Q.S An-Nisa/4:12.). Utang ada 2 macam yaitu:
1).Utang terhadap Allah swt. seperti zakat,nazar dsb.
2).Utang terhadap sesama manusia baik uang, barang maupun bentuk lainnya.
c.Wasiat, yaitu pesan sebelum seseorang meninggal (Q.S An-Nisa/4:11). Adapun syarat2 wasiat adalah:
1).Tidak boleh lebih dari 1\3 harta miliknya.
2).Tidak boleh wasiat kpd salah satu ahli waris saja jika ada ahli waris yg lain dan ada saksi .
3).Tidak untuk maksiat.
3.Maurus atau ahli waris, yaitu satu atau beberapa orang hidup sebagai keluarga yg ditinggalkan yg
berhak mendapat harta waris dari muwaris.
a.Penyebab terjadinya seseorang dapat menjadi ahli waris ada 4 yaitu sebagai berikut:
1).Adanya hubungan pertalian darah dgn yg meninggal(nasab).
2).Adanya hubungan pernikahan, suami istri.
3).Adanya pertalian agama, apabila orang yg meninggal tidak meninggalkan ahli waris.
4).Karena memerdekakan statusnya dari budak menjadi orang yg merdeka.
b.Kelompok2 ahli waris
Jumlah ahli waris yg berhak menerima harta warisan dari seseorang yg meninggal dunia ada 25 orang,
yaitu 15 orang dari pihak laki-laki dan 10 orang dari pihak perempuan.
Ahli waris dari pihak laki2 yakni:
1). Anak laki-laki
2). Cucu laki-laki dan anak laki-laki
3). Bapak
4). Kakek dari bapak
5). Saudara laki-laki sekandung
6). Saudara laki-laki sebapak
7). Saudara laki-laki seibu
8). Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung
9). Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak
10). Paman yg sekandung dgn bapak
11). Paman yg sebapak dgn bapak
12). Anak laki-laki paman yg sekandung dgn bapak
13). Anak laki-laki paman yg sebapak dgn bapak
14). Suami
15). Laki-laki yg memerdekakan jika dia statusnya sebagai budak
Jika ahli waris dari pihak laki2 semuanya ada, yg berhak mendapat warisan tiga orang saja yaitu:
1). Anak 2). Bapak 3). Suami
Selanjutnya ahli waris dari pihak perempuan yaitu:
1). Anak perempuan
2). Cucu perempuan (anak perempuan dari anak laki-laki)
3). Ibu
4). Nenek dari bapak
5). Nenek dari ibu
6). Saudara perempuan sekandung
7). Saudara perempuan sebapak
8). Saudara perempuan seibu
9). Istri
10). Perempuan yg memerdekakan kalau dia statusnya sebagai budak
Selanjutnya, jika ahli waris dari pihak perempuan semuanya ada, yg mendapat warisan 5 orang yakni:
1). Istri 2). Anak Perempuan 3). Ibu 4). Cucu perempuan dari anak laki-laki
5). Saudara perempuan sekandung
Begitu juga, apabila ahli waris baik laki-laki maupun perempuan ada semua, hanya 5 orang saja yg
mendapat bagian:
1).Suami/istri 2).Ibu 3).Bapak 4).Anak laki-laki 5).Anak perempuan
c.Furudul Muqaddarah, yaitu bagian2 yg diterima ahli waris. Bagian ini dikelompokkan menjadi 2 bagian
yaitu Zawil Furud dan Asabah.
1).Zawil Furud: ahli waris yg mendapat bagian dari harta peninggalan menurut ketentuan yg telah
diterangkan pada Al-Qur`an yaitu sebagai berikut:
a). Yang mendapat 1/2 : 1)anak perempuan tunggal(Q.S An-Nisa/4:11), 2)cucu perempuan tunggal dari
anak laki-laki, apabila tidak ada anak dan saudara laki-laki, 3)Saudara perempuan tunggal sekandung,
apabila tidak ada anak, 4)Saudara perempuan tunggal sebapak, apabila tidak ada anak, 5)Suami apabila
tidak ada anak (Q.S An-Nisa/4:12).
b). Yang mendapat 1/4 : 1)Suami apabila ada anak/cucu. 2)Istri, apabila tidak ada anak\cucu
c). Yang mendapat 1/8 : 1)Istri apabila ada anak/cucu
d). Yang mendapat 1/3 : 1)Ibu, apabila tidak ada anak/cucu/saudara (Q.S An-Nisa/4:11). 2)Dua orang
saudara/lebih , baik laki-laki /perempuan yg seibu (Q.S An-Nia/4:12), apabila tidak ada anak atau bapak.
e). Yang mendapat 2/3 : 1)Dua orang anak perempuan/lebih, apabila tidak ada anak/cucu laki-laki(Q.S
An-Nisa/4:11) 2)Dua orang cucu perempuan /lebih , apabila tidak ada anak/cucu laki-laki 3)Dua orang
saudara perempuan/lebih sekandung, apabila tidak ada anak atau saudara laki-laki(Q.S An-Nisa/4:176)
4)Dua orang saudara perempuan/lebih sebapak, apabila tidak ada anak atau saudara laki-laki(Q.S An-
Nisa/4:176)
f). Yang mendapat 1/6 : 1)Ibu, apabila ada anak/cucu/saudara(Q.S An-Nisa/4:11) 2)Bapak, apabila ada
anak laki-laki/cucu 3)Nenek, apabila tidak ada ibu (hadits) 4)Cucu perempuan, apabila bersama anak
perempuan tunggal 5)Kakek, apabila tidak ada bapak 6)Seorang saudara yg seibu, baik laki-laki maupun
perempuan (Q.S An-Nisa/4:12), apabila tidak ada anak/cucu/bapak. 7)Saudara perempuan seorang/lebih
sebapak, apabila bersama seorang saudara perempuan sekandung.
2). Asabah : ahli waris yg ketentuannya mendapat sisa atau menghabiskan harta waris. Asabah dibagi
menjadi 3 yaitu sebagai berikut:
a). Asabah binafsi : ahli waris yg menjadi asabah dgn sendirinya. Mereka itu adalah anak laki-laki, cucu
laki-lakidari anak laki-laki, bapak, kakek dari bapak, saudara laki-laki sekandung, saudara laki-laki
sebapak, anak saudara laki-laki sekandung, anak saudara laki-laki sebapak, paman yg sekandung dgn
bapak, paman yg sebapak dgn bapak, anak laki-laki paman yg sekandung dgn bapak, dan anak laki-laki
paman yg sebapak dgn bapak.
b). Asabah bil gair : ahli waris yg menjadi asabah karena sebab orang lain (ditarik oleh saudara laki-
lakinya). Mereka itu adalah anak perempuan jika ditarik saudaranya yg laki-laki, cucu perempuan jika
ditarik saudaranya yg laki-laki, saudara perempuan sekandung jika ditarik saudaranya yg laki-laki, dan
saudara perempuan yg sebapak, jika ditarik saudaranya yg laki-laki(Q.S An-Nisa/4:11).
c). Asabah ma`al gair : ahli waris yg menjadi asabah bila bersama ahli waris wanita lain. Mereka itu
adalah saudara perempuan sekandung seorang/lebih bila bersama anak perempuan/cucu perempuan
seorang/lebih, dan saudara perempuan sebapak seorang/lebih bila bersama anak perempuan/cucu
perempuan seorang/lebih
d.Penyebab terjadinya hal2 yg mengugurkan ahli waris
1).Faktor luar diri dari waris yg bersangkutan, yaitu adanya hijab (halangan untuk tidak mendapat
warisan) dan mahjub (orangnya), ada halangan yg sifatnya mengurangi jumlah warisan yg disebut hijab
Nuasan dan ada juga hijab model penuh yg disebut dgn hijab Hirman.
2).Faktor dalam diri ahli waris yg bersangkutan yaitu dikarenakan statusnya sebagai budak, membunuh
muwaris(H.R. Ibnu Majah), dan berbeda agama dgn muwaris(H.R. Bukhari).

C.Hikmah Adanya Hukum Waris


1. Menghindari perselisihan yg mungkin terjadi antar sesama ahli waris.
2. Menjalin persaudaraan berdasarkan hak dan kewajiban yg seimbang.
3. Menghindari keserakahan terhadap ahli waris lainnya.
4. Menghilangkan pilih kasih dari orang tua.
5. Melindungi hak anak yg masih kecil atau dalam keadaan lemah.

D.Perhitungan Membagi Waris


1. Perhatikan susunan ahli waris, apakah ada yg terhalang(tidak menerima warisan).
2. Bedakan ahli waris zawil furud dan asabah, apabila ada ahli waris asabah lebih dari satu kelompok, ahli
waris yg lebih jauh keberadaannya dari yg meninggal menjadi ahli waris zawil furud.
Contoh:
1.Asabah
Cara membagi meninggal dimana ahli warisnya terdapat asabah, misalnya:
Bapak ahmad wafat, ahli warisnya satu orang istri, ibu, bapak, satu orang anak laki-laki, dua orang anak
perempuan, dan tiga orang saudara laki-laki. Harta yg ditinggalkan Rp.12.400.000 sebelum meninggal
memiliki utang sebesar Rp.200.000 wasiat Rp.100.000 dan biaya mengurus jenazah Rp.2.100.000. Berapa
bagian masing2?
jawab:
Harta peninggalan Rp. 12.400.000

Kewajiban yg dikeluarkan:

1.utang Rp.200.000

2.wasiat Rp.100.000

3.Biaya pengurusan jenazah Rp.2.100.000 +

Jumlah : Rp. 2.400.000

Harta waris : Rp. 10.000.000

Ahli waris

1.Istri : 1/8 4. Anak laki-laki :Asabah

2.Ibu : 1/6 5. Anak perempuan :Asabah

3.Bapak : 1/6 6. Saudara laki-laki :Mahjub

KPK : 24

Istri 1/8 = 3/24 x Rp.10.000.000 = Rp.1.250.000

Bapak 1/6 = 4/24 x Rp.10.000.000 = Rp.1.666.666

Ibu 1/6 = 4/24 x Rp.10.000.000 = Rp.1.666.666 +

Jumlah Rp.4.583.332

1 anak laki-laki (2 bagian ) + 2 anak perempuan (2 bagian ) = 4 bagian .

Bagian anak-anak =Rp.10.000.000-Rp.4.583.332

=Rp.5.416.668

1 anak laki-laki =2/4 x Rp.5.416.668 = Rp.2.708.334

1 anak perempuan =1/4 x Rp.5.416.668 = Rp.1.354.167

2.Al-`Aul
Cara membagi waris yg tidak terdapat asabah yaitu setelah KPK semua ahli waris disamakan kemudian
ditambahkan, ternyata hasilnya lebih besar dari penyebut. Agar bilangan menjadi genap, penyebutnya
ditambahkan agar sama dgn pembilang.
3.Ar-Radd
Cara membagi waris yg tidak terdapat asabah, yaitu setelah KPK semua ahli waris disamakan kemudian
ditambahkan , ternyata ada sisa harta .Sisa harta tersebut dikembalikan kpd ahli waris asli (sedarah) selain
suami istri.
4.Gharawain
Pembagian waris yg terdiri dari bapak, ibu, suami atau istri, dimana bagian ibu diambil dari bagian suami
istri.

Anda mungkin juga menyukai