Anda di halaman 1dari 17

MUNAKAHAT

Kelompok 2:
Cindi Aulia
Andina Kusuma Putri
Revi Afrilia Rachman
Idan Nurhakim
PENGERTIAN MUNAKAHAT
Menurut bahasa munakahat berasal dari kata “Nakaha, Yunhiku,
Nikaahan” yang berarti menghimpun, mengumpulkan / ikatan
pernikahan.
Atau dari kata Aqdun artinya ikatan (perjanjian).
Dalam istilah syari’at nikah berarti melakukan suatu akad atau
perjanjian yang menghalalkan hubungan suami istri antara seorang
pria dan Wanita yang bukan muhrimnya sehingga terjadi hak dan
kewajiban diantara kedua insan tersebut dalam membangun sebuah
rumah tangga yang sakinah mawaddah warrahmah dengan
memenuhi syarat dan rukun yang telah ditentukan oleh agama.
DASAR DASAR HUKUM
MUNAKAHAT 1 Ar-rum [30] ayat 31

Dasar-dasar hukum pernikahan dalam islam


adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Ayat-ayat yang 2 An-nisa [4] ayat 1 dan 3
menjelaskan tentang pernikahan antara lain:

3 An-nur [24] ayat 31-32

4 An-nahl [16] ayat 72


Munakahat / pernikahan juga memiliki hukum yang dapat mengatur
setiap proses pernikahan dengan baik. Hukum munakahat yaitu Harus,
wajib, sunnah, makruh, dan haram.

a) Jaiz (boleh), merupakan hukum asal perkawinan.


b) Wajib, berarti mampu dari Zahir dan batin. Contohnya: jika
seseorang ingin berkawin sudah mempunyai pasangan tetapi belum
mempunyai kerja yang tetap, (Q.S An-Nur : 33).
c) Sunah, bagi orang yang berkehendak dan baginya yang mempunyai
biaya sehinggga dapat memberi nafkah kepada istrinya. Contohnya:
seseorang mampu dari segi Zahir dan batin tapi mampu mengawal diri
daripada melakukan perbuatan keji.
d) Makruh, tidak mampu memberi nafkah Zahir tetapi berkeinginan
untuk menikah.
e) Haram, berarti tidak mampu melaksanakan kewajiban, keadilan atau
ingin melakukan kezaliman kepada istrinya, (Q.S Al-Baqarah : 195).
TUJUAN MENIKAH
1) Melaksanakan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya.
2) Menciptakan keluarga Sakinah.
3) Menyalurkan libido seksual (nafsu secara naluri)
4) Mendapat kan ket urunan yang sah dan sholeh-
sholehah.
5) Menghindari diri dari perbuatan dosa dan maksiat.
RUKUN NIKAH
a) Ada calon mempelai laki-laki, usia sekurang-kurangnya 19
tahun (khusus Indonesia).
b) Ada calon mempelai Wanita, usia sekurang-kurangnya 16
tahun.
c) Ada wali nikah.
d) Ada saksi (minimal 2 orang).
Berdasarkan sabda Nabi sallahu’alaihi wa sallam,
“Tidak (sah) nikah kecuali dengan kehadiran wali dan dua orang
saksi.” (HR. Thabrani. Hadits ini juga terdapat dalam kitab Shahih
AlJami’, no. 7558)
e) Sighat, akad yang terjadi dari ijab dan qabul.
SYARAT SAH MENIKAH
Syarat untuk wali, sebagai berikut: Syarat sah wali perempuan:

a) Berakal. a) Bapaknya.
b) Baligh. b) K a k e k n y a ( b a p a k d a r i b a p a k m e m p e l a i
c) Merdeka (bukan budak). perempuan).
d) Kesamaan agama. c) Saudara laki-laki yang seibu sebapak.
e) Adil, bukan fasik. d) Saudara laki-laki yang sebapak saja dengannya.
f) Laki-laki. e) Anak laki-laki dari saudara laki-laki yang seibu
g) Bijak sebapak.
h) Para wali harus berurutan menurut ahli f) Anak laki-laki yang sebapak saja dengannya.
f iq ih. Sab d a nab i M uham m ad SAW, g) Saudara bapak yang laki-laki (paman dari pihak
“Barang siapa diantara perempuan yang bapak).
menikah tidak dengan izinwalinya, maka h) Anak laki-laki pamannya dari pihak bapaknya.i)
pernikahannya batal.” (Riwayat empat Hakim.
orang ahlihadis, kecuali Nasai).
Syarat-syarat saksi:

a) Pria/laki-laki.
b) Berjumlah dua orang.
c) Sudah dewasa atau baligh.
d) Mengerti maksud dari akad nikah.
e) Hadir langsung pada acara akad nikah.
HAK SUAMI DAN ISTRI
Hak suami terhadap istri: Hak istri terhadap suami:

• Ditaati dalam hal-hal yang tidak maksiat • Mendapat nafkah Zahir dan Batin
• Istri menjaga dirinya sendiri dan harta suami • Mendapat perlindungan
• Menjauhkan diri dari mencampuri sesuatu •Mendapat didikan dan nasihat dari
yang menyusahkan suami suami
• Tidak bermuka masam di hadapan suami • Dirahasiakan keaiban sendiri
• Tidak menunjukan keadaan yang tidak • B er ta w a k a l k ep a da A l l a h S W T,
disenangi suami mencapai kebahagiaan
KEWAJIBAN SUAMI DAN ISTRI
Kewajiban suami terhadap istri:

• Memberi nafkan Zahir dan Batin


• Mendidik istri dengan memberi ilmu agama
• Menyediakan tempat tinggal untuk istri dan anak-anak
• Keadilan, adil keatas istri-istri

Kewajiban istri terhadap suami:

• Taat dan patuh terhadap suami (perintah yang tidak melanggar syariat islam)
• Memenuhi keperluan batin suami (tidak menghindari tempat tidur suami “nusyuz”)
• Menjaga maruah dan harta suami (meskipun sewaktu ketiadaan suami)
LARANGAN PERNIKAHAN
1) Larangan pernikahan karena hubungan darah.
2) Larangan pernikahan karena hubungan kekeluargaan.
3) Larangan pernikahan karna hubungan persusuan.
4) Larangan pernikahan karena berbeda agama.
5) Larangan poliandri bagi wanita.
6) Mengumpulkan dua orang perempuan yang masih bersaudara
dalam waktu yang bersamaan.
7) Menikahkan mantan istri yang sudah di talak tiga (bain).
THALAQ
Pengertian Thalaq

Menurut Bahasa, ath-thalaq berasal dari kata al-ithlaq, yang


berarti melepaskan atau meninggalkan. Sedangkan menurut
istilah, talak adalah melepaskan ikatan pernikahan dan
mengakhiri hubungan suami istri. Dari Ibnu Umar. dengan
memiliki kemaslahatan atau kemudaratannya, maka hukum
talak ada 3, yaitu:
a).Wajib,
b). Sunat,
c). Haram (bid’ah) dalam dua keadaan.
MACAM MACAM THALAQ
Macam-Macam Thalaq:
Thalaq menurut bentuknya, terbagi atas:
a) Ila’, adalah sumpah suami untuk tidak mengumpuli istrinya karena suatu sebab.
b) Lian adalah saling melaknat antara suami dan istri. Lian terjadi karena salah satu (suami/istri)
menuduh yang telah berbuat zina, sementara yang dituduh bersikeras menolak tuduhan tersebut.
c) Dzihar, secara bahasa berarti punggung. Dalam istilah f iq ih, dzihar diartikan sebagai
perkataan suami terhadap istrinya yang bermaksud menyamakan istrinya dengan ibunya sendiri.
d) Fasakh ialah pembatalan nikah yang dilakukan oleh pengadilan karena salah satu pihak
(suami/istri) tidak dapat melakukan kewajibannya. Contohnya:

Suami cacat tubuh yang serius


Suami tidak memberi nafkah kepada istri
Suami berselingkuh dengan Wanita lain
Suami murtad atau pindah agama
IDDAH
Iddah ialah “masa menanti yang diwajibkan atas
perempuan yang diceraikan oleh suaminya (cerai
hidup atau cerai mati), gunanya supaya diketahui
kandungannya berisi atau tidak. Hal ini dijelaskan
dalam firman Allah SWT dalam,
Q.S At-Thalaq ayat 4 dan Q.S Al-Baqarah ayat 234.
RUJUK
Rujuk’ adalah mengembalikan istri yang telah ditalak pada
pernikahan yang asal sebelum diceraikan.
Perceraian ada 3 cara, yaitu:
Talak tiga, dinamakan “Bain kubra.”
Talak tebus, dinamakan pula “Bain sugra.”
Talak satu atau talak dua, dinamakan “Talak raj’i.”

Hukum rujuk:
a) Wajib
b) Haram
c) Makruh
d) Jaiz(boleh)
e) Sunat
POLIGAMI
poligami sebagai sistem perkawinan yang mengizinkan seorang suami
mempunyai istri lebih dari satu atau bisa kedua, ketiga dan seterusnya.
Ajaran Islam membolehkan pengikutnya melakukan poligami dengan batasan
jumlah sebanyak empat kali atau hanya empat istri. Di sisi lain ada persyaratan
yang harus dipenuhi, di antaranya harus bisa berlaku adil pada semua istrinya
secara harfiah maupun lahiriah.

namun
Abdul Rahman Ghazaly, ulama Rasyid Ridha memandang poligami lebih banyak
membawa risiko atau mudarat daripada manfaatnya. Sebab ada rasa cemburu,
iri hati, juga mengeluh dalam fitrah manusia.

pengertian ini dijelaskan pada surah an nisa ayat 3


Dan Jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita
-wanita (lain) yang kamu senangi; dua, tiga, atau empat.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai