Anda di halaman 1dari 41

PERNIKAHAN DALAM ISLAM

(Fiqih Munakahat )

Aturan hukum tentang pernikahan

(mulai dari aqad nikah hingga aturan tentang berumah tangga)


TUJUAN MATERI
 Mengetahui pengertian pernikahan dalam islam
 Mengetahui hikmah pernikahan dan tujuannya
 Mengetahui hukum, rukun dan syarat nikah
 Memahami muhrim dan perwalian
 Mengetahui hak dan kewajiban suami istri.
 Mengetahui hal- hal yang memutuskan ikatan
pernikahan ( talak, cerai dan rujuk )
 Menjelaskan masa iddah.
POKOK BAHASAN
 MAKNA NIKAH
 TUJUAN PERNIKAHAN
 HUKUM PERNIKAHAN
 KRITERIA MEMILIH JODOH
 PACARAN
 RUKUN DAN SYARAT PERNIKAHAN
 MAHRAM
 RUSAKNYA PERNIKAHAN
MAKNA PERNIKAHAN
Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1
tahun 1974 pasal 1:

“Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara


seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami isteri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan KetuhananYang Maha esa.”
Menurut Hukum Islam
 Perkawinan menurut hukum Islam adalah “Akad yang
sangat kuat atau mitsaqan ghaliiza untuk mentaati
perintah Allah dan melaksanakannya merupakan
ibadah.
 Firman Allah:

‫ظا‬ َ ‫ض ُك ْم لََِى بَ ْعٍ َوأ َ َخ ْذََ لِ ْْ ُك ْم لِيثَاقًا‬


ً ‫غ للي‬ َ ‫ْف تَأ ْ ُخذُونَهُ َوقَ ْد أ َ ْف‬
ُ ‫ضى بَ ْع‬ َ ‫ َو َكي‬

 Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal


sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang
lain sebagai suami-isteri. Dan mereka (isteri-isterimu)
telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat. (QS. An
Nisa:21)
Maksud Penikahan Sebagai
“Miittsaqan Ghaliiza” (Ikatan Yang Agung)
 Ikatan perjanjian pernikahan yang agung
antara lelaki dan perempuan yang sudah
dihalalkan Allah, didalamnya ada hak dan
kewajiban sebagai suami istri,
TUJUAN PERNIKAHAN
 Mendapatkan ketenangan dan ridha Allah
 Mengikuti sunnah Rasulullah
 Mewujudkan keluarga yang sakinah,
mawadah wa rahmah
 Mendapatkan keturunan
 Menyambung silaturahim
 Memperbaiki kualitas hidup
Mendapatkan Ketenangan dan Ridha
Allah
 ‫وَ لِ ْن َءا َٰيَ لت ل ٓۦه أ َ َْ َخلَقَ ََ ُكم ل ِِّ ْن أَنفُ لس ُك ْم أ َ ْز َٰ َو ًۭ ًجا لَِّت َ ْس ُكُْ ٓو ۟ا لََِ ْي َها‬
ََ‫َو َجعَ َل بَ ْيَْ ُكم َِّ َودَّ ًۭة ً َو َر ْح َمةً ۚ لِ ََّ لفى ََٰٰ لَ َ َء َءا َٰيَ ۢ لَِّ َ ْوم يَتَفَ َّك ُرو‬
 “Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah
Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya
diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berpikir.” [QS. Ar. Ruum (30):21].
Mengikuti Sunnah ( ajaran )
Rasululullah
َ‫َمَنِِّىَ(رواه‬
ِ ‫سنَّتِىَفليْس‬
ُ َ‫سنَّتِىَفم ْنَر ِغبَعَ ْن‬
ُ َ‫ ألنِِّكا ُح‬
)‫البخارىَوَمسلم‬
"Nikah itu adalah sunahku,
barang siapa tidak senang dengan sunah
ku, bukanlah golonganku". (HR. Bukhori dan
Muslim)
HUKUM PERNIKAHAN
 ADA 5 HUKUM:
◦ WAJIB
◦ SUNNAH
◦ MUBAH
◦ MAKRUH
◦ HARAM
WAJIB
 Apabila seorang yang sudah mampu secara
finansial dan juga sangat beresiko jatuh ke
dalam perzinaan, karena zina merupakan
dosa besar.
 Imam Al-Qurtubi berkata bahwa para ulama
tidak berbeda pendapat tentang wajibnya
seorang untuk menikah bila dia adalah
orang yang mampu dan takut tertimpa
resiko zina.
SUNNAH
 Apabila orang yang sudah mampu namun masih
tidak merasa takut jatuh kepada zina,
disebabkan karena memang usianya yang masih
muda atau pun lingkungannya yang cukup baik
dan kondusif.
Orang yang punya kondisi seperti ini hanyalah
disunnahkan untuk menikah, namun tidak
sampai wajib.
 Bila dia menikah, tentu dia akan mendapatkan
keutamaan yang lebih dibandingkan dengan
tidak menikah
 Dari Abi Umamah bahwa Rasulullah SAW
bersabda,”Menikahlah, karena aku bangga
berlomba dengan umat lain dalam jumlah
umat. Dan janganlah kalian menjadi seperti
para rahib nasrani. (HR. Al-Baihaqi 7/78)
 Ibnu Abbas berkata ,“Orang yang tidak
mau menikah tidak sempurna ibadahnya.
HARAM, Jika:
 Bertujuan untuk menguasai harta atau
menyakiti calon pasangannya
 Tidak lengkap syarat sahnya dan rukunnya,
seperti tidak ada wali dan saksi
 Tidak mampu memberi nafkah
MAKRUH
 Jika lelaki tidak sanggup menafkahi, lahir
bathin, Belum mampu dan belum cukup
usianya.
MUBAH
 Orang yang berada pada posisi tengah-
tengah antara hal-hal yang mendorong
keharusannya untuk menikah dengan hal-hal
yang mencegahnya untuk menikah.
 Tidak dianjurkan untuk segera menikah
namun juga tidak ada larangan atau anjuran
untuk mengakhirkannya
KRITERIA MEMILIH JODOH
 َ،‫ لمالهاَولحسبهاَوجمالهاَولدينها‬:‫تنكحَالمرأةَألربع‬
‫فاظفرَبذاتَالدينَتربتَيداك‬
 “Wanita biasanya dinikahi karena empat hal:
karena hartanya, karena kedudukannya,
karena parasnya dan karena agamanya.
Maka hendaklah kamu pilih wanita yang
bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak
demikian, niscaya kamu akan merugi.” (HR.
Bukhari-Muslim)
KRITERIA JODOH
 HARTA
 KETURUNAN
 WAJAH
 AGAMANYA, { pilihlah jodoh atas dasar
agama yg utama, kau akan beruntung }
 Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
bersabda,
 َ‫إذاَجاءكمَمنَترضونَدينهَوخلقهَفزوجوهَإالَتفعلوه‬
‫تكنَفتنةَفيَاألرضَوفسادَكبير‬
 “Jika datang kepada kalian seorang lelaki
yang kalian ridhai agama dan akhlaknya,
maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan
terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan
yang besar.” HR. Tirmidzi.
JODOH
 Rahasia Allah
 Setiap manusia sudah ada jodohnya, namun
tidak mutlak satu banding satu.
 Jika didunia tidak ditemukan, sangat mungkin
di akherat, jangan berburuk sangka kepada
Allah.
 Berusaha maksimal dan berdoa serta
memperbaiki diri
 Jangan terlalu berlebihan selektif dalam
menentukan kriteria ideal jodoh, karena
faktor agama yang paling utama.
TAHAPAN PERNIKAHAN
 TA’ARUF ( mengenal calon pasangan,
dengan syarat sudah siap baik jasmani,
rohani maupun finansial, bukan untuk
berpacaran )
◦ Bisa melalui keluarga atau sahabat
◦ Bisa melalui orang yang dipercaya ( guru )
 KONSULTASI, kepada orang yang sudah
berpengalaman dalam hidup
 ISTIKHARAH, shalat memohon
ditetapkan pilihan hati dan jodoh kita.
MACAM-MACAM PERNIKAHAN
 Nikah Resmi : nikah yang tercatat pada Kantor
Urusan Agama (KUA). Setelah akad nikah dilanjutkan
dengan walimah kemudian keduanya berumah tangga.
Hukumnya halal
 Nikah mut’ah (nikah kontrak), ialah menikah dengan
batas waktu tertentu misalnya untuk selama 3 bulan, 3
tahun, tujuannya hanya memperturutkan hawa nafsu,
biasa dilakukan oleh golongan Syiah. Hukumnya
haram.
 Nikah Sirri : Syarat dan rukunnya dipenuhi tetapi
pelaksanaan akad nikahnya di bawah tangan, tidak
dibukukan oleh KUA atau catatan sipil serta tidak
dipublikasikan secara luas. Dampak negatifnya lebih
besar, dan lebih baik dihindari.
ETIKA TA’ARUF
 Tidak boleh berkhalwat ( berdua-dua an ),
harus ditemani keluarga atau teman.
 Tidak bersentuhan
 Menahan pandangan mata
 Tidak membuat suara mendayu-dayu
sehingga mengundang perhatian
 Terus terang tentang niat menikah dna
kondisi pribadi masing-masing.
SYARAT PERNIKAHAN
Terbagi 2, yaitu syarat sah dan syarat
kesempurnaan:
SYARAT SAH ADA 2:
◦ Seagama
◦ Saling ridha
SYARAT KESEMPURNAAN ADA 2:
◦ Baligh
◦ Kufu ( Setara )
1. Pengantin : Pengantin pria boleh diwakili. Pengantin
wanita boleh tidak hadir di tempat akad
2. Wali : Ayah, kakak, kakek atau pamannya. Bisa juga wali
hakim (dari negara) atau wali muhakam dari masyarakat
jika wali hakim tidak ada.
dua orang laki-laki
4. Mahar : Besaran mahar merupakan hasil kesepakatan
antara calon mempelai pria dan calon mempelai wanita.
5. Ijab Qabul : Fungsinya agar kedua belah pihak sepakat
menerima akad pernikahan ini dengan segala akibatnya.
Redaksi ijab qabul sangat fleksibel, bisa panjang bisa pula
singkat, yang penting essensinya.
Syarat-Syarat Saksi
 Islam
 Baligh (dewasa)
 Berakal
 Merdeka (bukan hamba sahaya)
 Laki-laki
 ‘Adil (bukan orang yang fasik)
Urutan Wali Nikah
1. Ayah
2. Kakek (ayah dari ayah)
3. Saudara laki-laki kandung
4. Saudara laki-laki seayah
5. Anak dari saudara laki-laki kandung
(keponakan)
6. Anak dari saudara laki-laki seayah
(keponakan)
7. Paman (saudara ayah)
8. Anak dari paman (sepupu)
Pengertian Rukun
 Suatu yang harus ditepati sebelum
mengerjakan sesuatu. Kalau syarat sesuatu
tersebut tidak sempurna, maka pekerjaan
itu tidak sah.
 Contoh: Shalat tidak sah jika salah satu
gerakannya ditingalkan dengan sengaja;
meninggalkan rukuk atau sujud.
MAHRAM
 Mahram adalah: Wanita yang haram
dinikahi oleh seorang laki-laki karena
sebab-sebab tertentu.
 Mahram terbagi dua:
◦ Mahram Muabbad: Tidak boleh dinikahi
selamanya
◦ Muaqqat: Tidak boleh dinikahi sementara
waktu saja karena ada penghalangnya, jika
penghalang tersebut hilang maka hukumnya
menjadi boleh
Mahram Muabbad ( selamanya )
• (7 org) Ibu, anak perempuan, saudara perempuan, bibi
dari jalur ayah, bibi dari jalur ibu, anak perempuan dari
Nasab saudara laki-laki atau saudara perempuan kita.

• (4 org ) Ibu, ibu mertua, anak perempuan dari istri (


anak tiri ), menantu
Perkawinan

• Wanita yang menyusui dan ibunya, anak


perempuannya, saudara perempuannya dan suaminya
Persusuan
Firman Allah
 Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-
anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang
perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan;
saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak
perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-
anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan;
ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan
sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu
yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu
campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu
itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu
mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak
kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam
perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang
telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang (QS.An Nisa: 23)
Mahram Muaqqat ( sementara )
 Ipar, jika istri atau suami meninggal maka
boleh menikahi ipar
 Bibi dari jalur istri, jika istri meninggal
maka boleh menikahi bibi dari istri
 Wanita yang musyrik hingga beriman
 Wanita yang ditalaq tiga hingga ia menikah
denga laki-laki lain.
Skema Mahram
Rusaknya Pernikahan
1. Talaq ( dari pihak laki-laki )
2. Gugat Cerai ( dari pihak wanita )
ْ ِ‫ ا‬artinya
◦ Secara bahasa: berasal dari kata َ‫طَلق‬
melepaskan.
◦ Secara istilah: adalah putusnya hubungan
perkawinan antara suami dan istri dalam waktu
tertentu atau selamanya karena ucapan atau
perbuatan kedua belah pihak.
◦ Talaq biasanya diucapkan suami kepada istrinya
dengan lafadz,” Saya ceraikan kamu,” atau ucapan
semisal,” Pulanglah kerumah orang tuamu.
Jenis –Jenis Talaq
 Talaq Raj’i adalah talaq yang boleh rujuk ( kembali
kepada suami ) kondisi ini terjadi pada talak 1 dan
2, artinya: suami boleh kembali kepada istrinya
selama masa iddah tanpa harus melakukan akad
nikah baru, namun setelah masa iddah selesai
harus diadakan akad baru
 Talaq Ba’in, adalah talaq dimana suami tidak boleh
rujuk kepada istrinya sebelum istrinya menikah
dengan laki-laki lain, lalu laki-laki tersebut
menceraikannya, baru boleh kembali menikah
dengan suami terdahulunya. Talaq ba’in terjadi
pada talaq 3.
TALAQ

Raj’i Ba’in

Talaq tidak boleh


Talaq boleh rujuk
rujuk selama
kembali
masa iddah
Talaq Bain terbagi 2
 Talaq ba’in sughra ( kecil ): adalah
perceraian yg disebabkan oleh
gugatan cerai oleh istri, sehingga:
Sughra ◦ Suami tidak boleh rujuk pada istri
selama masa iddah
( kecil ) ◦ Suami boleh rujuk setelah masa
iddah namun dengan akad nikah
baru.

Ba’in
 Talaq ba’in kubra ( besar ): adalah
talaq dimana suami tidak boleh
rujuk kepada istrinya sebelum
istrinya menikah dengan laki-laki
Kubra lain, lalu laki-laki tersebut
( besar ) menceraikannya, baru boleh
kembali menikah dengan suami
terdahulunya. Talaq ba’in terjadi
pada talaq 3
Masa Iddah
 Masa iddah adalah masa menunggu seorang
wanita setelah dicerai oleh suaminya
 Rincian masa iddah:
◦ Perempuan dicerai dalam kondisi tidak hamil )
masa iddahnya adalah tiga kali suci ( Al Baqarah:
228 )
◦ Perempuan yg suaminya wafat masa iddahnya 4
bulan 10 hari ( QS Al Baqarah:234)
◦ Perempuan yg diceraikan dlm kondisi hamil masa
iddahnya hingga melahirkan ( QS At Talaq:4)
◦ Perempuan yg masih blm baligh atau yg
menopause masa iddahnya adalah 3 bulan.
Hikmah Masa Iddah bagi wanita
 Untuk memastikan bahwa rahim wanita yang
dicerai tidak ada janin didalamnya, sehingga
tidak tercampur nasab jika ia menikah
dengan lelaki lain sedang didalam rahimnya
terdapat janin yang sedang berkembang.
 Memberi kesempatan kepada suami dan istri
yang bercerai untuk rujuk ( kembali ) karena
masa iddah cukup untuk berfikir jernih dalam
menyelesaikan persoalan keduanya.

Anda mungkin juga menyukai