Anda di halaman 1dari 10

Malakah

Prinsip Pernikahan Dalam Islam

KELOMPOK 1

Chagiya Olyfia (08)


Charisa Martha (09)
Daniela Narda (11)
Dina Trisnawati (13)
Sagita Nurfadilah (28)
Stefany Atika (30)

SMAN 1 BANYUWANGI
SEMESTER 5–2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya sehingga makalah prinsip
pernikahan dalam islam ini dapat selesai tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk meninjau dan menambah
pengetahuan tentang prinsip pernikahan dalam islam.
Pada kesempatan kali ini, penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan laporan ini, khususnya kepada Rizky
Ardianto,S.Pd., selaku guru yang telah membimbing penyusun dalam menyusun makalah ini.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan makalah ini sebaik mungkin, penyusun
menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan
dalam penyusunan makalah.
Akhir kata, penyusun berharap semoga laporan ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.

Banyuwangi, 9 September 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................3
1. Pengertian Pernikahan..............................................................................................................4
2. Tujuan Pernikahan....................................................................................................................4
3. Hukum Pernikahan...................................................................................................................5
4. Mahram (orang yang tidak boleh dinikahi)................................................................................5
5. Rukun Pernikahan.....................................................................................................................6
6. Rukun Pernikahan.....................................................................................................................6
7. Hak dan Kewajiban Suami Istri..................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………………………………….9

3
1. Pengertian Pernikahan
Secara bahasa, ‘nikah’ berarti mengumpulkan, menggabungkan, atau menjodohkan.
Dalam KBBI, ‘nikah’ diartikan sebagai ‘perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk
bersuami istri (dengan resmi) atau ‘pernikahan’
Dalam syari’ah, ‘nikah’ berarti akad yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan
perempuan yang bukan mahramnya yang menimbulkan hak dan kewajiban masing-masing.
Dalam UU Pernikahan RI No. 1 Tahun 1974, definisi atau pengertian perkawinan
atau pernikahan ialah: “ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri,
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang berbahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa”
2. Tujuan Pernikahan
Diantara tujuan pernikahan adalah sebagai berikut:
a. Untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang asasi, Rasulullah SAW bersabda:
Dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi Muhammad saw., beliau bersabda: “wanita dinikahi
karena 4 hal: karena hartanya, kedudukannya, kecantikannya, dan karena agamanya.
Nikahilah wanita karena agamanya, kalau tidak kamu akan celaka”. (HR. Al-Bukhari
dan Muslim)
b. Untuk mendapatkan ketenangan hidup
Allah SWT berfirman Q.S. ar-Rum/30: 21 yang bunyinya:
‫َّك‬‫َف‬ ‫َق‬‫ِّل‬ ‫ٰي‬ ‫ٰاَل‬ ‫ٰذ‬ ‫ًة‬ ‫ًة‬ ‫ُك‬ ‫َل‬ ‫ْٓو‬‫ُن‬ ‫ُك‬ ‫ِّل‬ ‫َاْز‬ ‫ُك‬
‫ِس ْم َو اًجا َتْس ا ِا ْيَها َو َجَعَل َبْيَن ْم َّمَو َّد َّوَر ْح َم ۗ ِاَّن ِفْي ِلَك ٍت ْو ٍم َّيَت ُرْو َن‬ ‫ْنُف‬‫َا‬ ‫ْن‬ ‫َوِم ْن ٰا ٰي ِتٖٓه َخ َق ْم ِّم‬
‫َلُك‬ ‫َل‬ ‫َاْن‬
Artinya: “Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan
pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram
kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi
kaum yang berpikir."
c. Untuk membentangi akhlak
Rasulullah saw bersabda: “Wahai para pemuda! Barangsiapa diantara kalian
berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan
pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak
mampu, maka hendaklah ia puasa (shaum), karena shaum itu dapat membentengi
dirinya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
d. Untuk meningkatkan ibadah kepada Allah Swt
e. Untuk mandapatkan keturunan yang saleh
f. Untuk menegakkan rumah tangga yang islami

4
3. Hukum Pernikahan
a. Wajib
Pernikahan hukumnya wajib bagi mereka yang telah mampu fisik, mental,
ekonomi, maupun akhlak untuk melakukan pernikahan Pernikahan juga diwajibkan
bagi mereka yang meresa khawatir dirinya akan berbuat zina. Untuk menjauhi zina,
wajib baginya untuk menikah.

b. Sunnah
Pernikahan sunnah bagi mereka yang tidak dikhawatirka akan melakukan maksiat
jika tidak menikah. Meskipun demikian, melakukan pernikahan lebih baik daripada
mengkhususkan diri untuk beribadah sebagai bentuk sikap taat kepada Allah SWT.
c. Mubah
Mubah bagi mereka yang aman dari fitnah dan tidak memiliki syahwat, seperti
orang yang lanjut usia atau yang tidak mampu menafkahi. Pernikahan juga me jadi
mubah bagi mereka yang menikah hanya dengan tujuan untuk bersenang-senang
tanpa ada niat memiliki keturunan
d. Haram
Yaitu bagi orang yang yakin bahwa dirinya tidak akan mampu melaksanakan
kewajiban-kewajiban pernikahan, baik yang berkaitan dengan hubungan seksual
ataupun kewajiban lainnya.
e. Makruh
Yaitu bagi seseorang yang mampu menikah tetapi dia khawatir akan menyakiti
wanita yang akan dinikahinya atau menzalimi hak-hak istri
4. Mahram (orang yang tidak boleh dinikahi)
Mahram terbagi kepada dua; pertama mahram muabbad (wanita yang diharamkan
untuk dinikahi selama-lamanya), seperti:
 Keturunan
 Satu susuan
 Mertua perempuan
 Anak tiri jika ibunya sudah dicampuri
 Bekas menantu perempuan
 Bekas ibu tiri
Kedua, mahram gair muabbad, yaitu mahram sebab menghimpun dua perempuan
yang statusnya bersaudara. Misalnya saudara sepersusuan kakak dan adiknya. Hal ini
boleh dinikahi tetapi setelah yang satu statusnya sudah bercerai atau meninggal dunia.

5
5. Rukun Pernikahan
1. Terdapat calon pengantin laki-laki dan perempuan yang tidak terhalang secara syar'i
untuk menikah
2. Calon pengantin perempuan harus memiliki wali nikah
3. Pernikahan dihadiri dua orang saksi laki-laki untuk menyaksikan sah tidaknya
pernikahan
4. Diucapkannya ijab dari pihak wali pengantin perempuan atau yang mewakilinya
5. Diucapkannya kabul dari pengantin laki-laki atau yang mewakilinya

6. Rukun Pernikahan
1. Kedua calon pengantin beragama islam
Syarat pertama nikah adalah calon suami dan istri harus memeluk agama Islam.
Syarat ini bersifat mutlak karena akan dianggap tidak sah jika seorang muslim
menikahi non-muslim dengan tata cara ijab kabul Islam.
2. Tidak menikah denga mahram
Calon suami dan istri harus tidak memiliki hubungan darah, bukan merupakan
saudara sepersusuan atau mahram. Oleh karena itu, sebelum menikah perlu
menelusuri pasangan yang akan dinikahi. Misalnya, sewaktu kecil dibesarkan dan
disusui oleh ibu asuh yang sama. Hal ini tergolong mahram sehingga haram untuk
dinikahi.
3. Wali nikah laki-laki
Sebuah pernikahan wajib dihadiri oleh wali nikah laki-laki, tidak boleh
perempuan. Hal ini merujuk pada hadis : “Dari Abu Hurairah ia berkata, bersabda
Rasulullah SAW: 'Perempuan tidak boleh menikahkan (menjadi wali) terhadap
perempuan dan tidak boleh menikahkan dirinya." (HR. ad-Daruqutni dan Ibnu
Majah).
Wali nikah mempelai perempuan yang utama adalah ayah kandung. Namun jika
ayah dari mempelai perempuan sudah meninggal, maka bisa diwakilkan oleh lelaki
dari jalur ayah, seperti kakek, buyut, saudara laki-laki seayah seibu, paman, dan
seterusnya berdasarkan urutan nasab.
4. Dihadiri saksi
Syarat nikah selanjutnya adalah terdapat minimal dua orang saksi laki-laki yang
menghadiri ijab kabul. Saksi bisa terdiri dari satu orang dari wali mempelai
perempuan dan satu orang dari wali mempelai laki-laki. Selain itu, seorang saksi
harus beragama Islam, dewasa, dan dapat mengerti maksud akad.

6
5. Sedang tidak ihram atau berhaji
Hal ini juga ditegaskan seorang ulama bermazhab Syafii dalam kitab Fathul Qarib
al-Mujib yang menyebut salah satu larangan dalam haji adalah melakukan akad
nikah maupun menjadi wali dalam pernikahan : "Kedelapan (dari sepuluh perkara
yang dilarang dilakukan ketika ihram) yaitu akad nikah. Akad nikah diharamkan
bagi orang yang sedang ihram, bagi dirinya maupun bagi orang lain (menjadi wali)"

6. Bukan paksaan
Syarat nikah terakhir yang tak kalah penting adalah pernikahan bukan merupakan
paksaan, telah mendapatkan ridha dari masing-masing pihak, dan murni merupakan
keinginan kedua mempelai. Hal Ini sesuai dengan hadis Abu Hurairah ra : "Tidak
boleh seorang janda dinikahkan hingga ia diajak musyawarah atau dimintai
pendapat, dan tidak boleh seorang gadis dinikahkan sampai dimintai izinnya." (HR
Al Bukhari: 5136, Muslim: 3458)

7. Hak dan Kewajiban Suami Istri


Kewajiban suami kepada istri adalah mempergaulinya secara ma’ruf, memberinya
nafkah, lahir dan batin, mendidik istri, dan menjaga kehormatan istri dan keluarga.
Adapun kewajiban istri kepada suami adalah taat kepada suami, menjaga amanat
sebagai istri/ibu dari anak-anak, rabbatu al-bayt atau manajer rumahtangga, menjaga
kehormatan dan harta suami dan meminta izin kepada suami ketika hendak bepergian
dan puasa sunnah.
Kewajiban bersama suami istri yakni menjaga iman dan meningkatkan
ketaqwaan, menjaga agar senantiasa taat kepada Allah, yang diwujudkan dalam sikap
menjadikan syariat Islam sebagai tolok ukur perbuatan (miqyasu al-’amal) dalam semua
aspek kehidupan, seperti beribadah bersama, menjaga makanan dan minuman agar
halal, selalu menutup aurat, dan mendidik anak agar menjadi anak yang shaleh.
Suami istri harus pula selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT
dengan cara selalu bersabar ketika menghadapi kesulitan, tawakal bila mempunyai
rencana, selalu bermusyawarah dalam menyelesaikan persoalan, saling mengingatkan
dalam kebaikan, mempererat tali silaturahim dengan keluarga suami istri dan lain
sebagainya

7
Bila semua hak dan kewajiban suami dan istri serta kewajiban bersama
ditunaikan dengan sebaik-baiknya, Insya Allah keluarga sakinah akan terwujud. Karena
keluarga sakinah adalah buah dari ketundukan suami istri kepada ajaran dan nilai-nilai
Islam.
8
DAFTAR PUSTAKA
https://www.medianekita.com/edukasi/pr-2245005283/rangkuman-materi-pai-kelas-12-
kurikulum-13-bab-7-tentang-prinsip-prinsip-pernikahan-dalam-islam
https://www.tokopedia.com/blog/rukun-dan-syarat-nikah-slm/?
utm_source=google&utm_medium=organic#:~:text=Menikah%20dalam%20Islam
%20merupakan%20salah,dasar%20keikhlasan%20dan%20tanggung%20jawab
https://kepri.kemenag.go.id/page/det/hak-dan-kewajiban-suami-istri-dalam-kehidupan-rumah-
tangga

Anda mungkin juga menyukai