Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH AGAMA ISLAM

PERKAWINAN DALAM ISLAM

DISUSUN OLEH :
NAMA : SHINTYA NALLI RATIH

NIM : 2037004

PRODI : TEKNIK INFORMATIKA

DOSEN PEMBIMBING : ISMIYATUL RAHMAH,M.Pd

FAKULTAS ILMU KOMPUTER


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam dengan judul “Perkawinan Dalam
Islam”.

Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Rambah Utama, 5 Desember 2020

Shintya Nalli Ratih


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Manusia merupakan makhluk yang memiliki naluri ataupun keinginan didalam dirinya.
Pernikahan merupakan salah satu naluri serta kewajiban dari seorang manusia. Sesungguhnya
Islam telah memberikan tuntunan kepada pemeluknya yang akan memasuki jenjang pernikahan,
lengkap dengan tata cara atau aturan-aturan Allah Swt. Sehingga mereka yang tergolong ahli
ibadah, tidak akan memilih tata cara yang lain. Namun di masyarakat kita, hal ini tidak banyak
diketahui orang. Menikah merupakan perintah dari Allah Swt. Seperti dalil berikut ini:

ِ ‫ َوبِنِ ْع َم‬  َ‫يُْؤ ِمنُون‬ ‫َأفَبِ ْالبَا ِط ِل‬  ۚ‫ت‬


ُ‫ه‬ ِ ‫هَّللا‬ ‫ت‬ ِ ‫الطَّيِّبَا‬  َ‫ ِمن‬ ‫ َو َر َزقَ ُك ْم‬ ً‫ َو َحفَ َدة‬  َ‫بَنِين‬ ‫َأ ْز َوا ِج ُك ْم‬ ‫ ِم ْن‬ ‫لَ ُك ْم‬ ‫ َو َج َع َل‬ ‫َأ ْز َواجًا‬ ‫َأ ْنفُ ِس ُك ْم‬ ‫ ِم ْن‬ ‫لَ ُك ْم‬ ‫ َج َع َل‬ ُ ‫َوهَّللا‬
َ‫يَ ْكفُ\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\رُون‬ ‫ْم‬

“Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri) dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rizki dari yang baik.
Mengapa mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?”(An-Nahl;72)

Adapun secara Islam pernikahan itu sendiri mempunyai tatacara, syarat, tujuan, hukum, serta
hikmahnya tersendiri. Berdasarkan dalil dibawah ini merupakan salah satu tujuan dari
pernikahan:
ِ ‫النِّ َك‬ ‫فِي‬ ‫ت‬
‫اح‬ ُّ ‫ال ُّد‬ ‫ َو ْال َح َر ِام‬ ‫ ْال َحالَ ِل‬  َ‫بَ ْين‬ ‫ َما‬ ‫فَصْ ُل‬
ُ ْ‫ َوالصَّو‬ ‫ف‬
“Pemisah antara apa yang halal dan yang haram adalah duff dan shaut (suara) dalam
pernikahan.” (HR. An-Nasa`i no. 3369, Ibnu Majah no. 1896. Dihasankan Al-Imam Al-Albani
rahimahullahu dalam Al-Irwa` no. 1994)

B. Rumusan masalah
1. Apa itu perkawinan dalam islam
2. Apa syarat sah perkawinan
3. Apa rukun perkawinan

C. Tujuan
1. Mengetahui pentingnya pengetahuan terhadap Pernikahan
2. Mengetahui syarat sah perkawinan
3. Mengetahui rukun dalam perkawinan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian perkawinan dalam islam

Pernikahan atau Munahakat artinya dalam bahasa adalah terkumpul dan menyatu. Menurut
istilah lain juga dapat berarti akad nikah (Ijab Qobul) yang menghalalkan pergaulan antara laki-
laki dan perempuan yang bukan muhrim sehingga menimbulkan hak dan kewajiban diantara
keduanya yang diucapkan oleh kata-kata , sesusai peraturan yang diwajibkan oleh Islam.
Kata zawaj digunakan dalam al-Quran artinya adalah pasangan yang dalam penggunaannya pula
juga dapat diartikan sebagai pernikahan, Allah s.w.t. menjadikan manusia itu saling
berpasangan, menghalalkan pernikahan dan mengharamkan zina.

Dalam buku 'Fiqh Keluarga Terlengkap' karya Rizem Aizid tujuan pernikahan dalam Islam
adalah membangun keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah. Hal ini tertuang dalam Quran surat
Ar Ruum ayat 21

ٍ ‫ق لَ ُك ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم اَ ْز َواجًا لِّتَ ْس ُكنُ ْٓوا اِلَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم َّم َو َّدةً َّو َرحْ َمةً ۗاِ َّن فِ ْي ٰذلِكَ اَل ٰ ٰي‬
Arab: َ‫ت لِّقَوْ ٍم يَّتَفَ َّكرُوْ ن‬ َ َ‫َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖ ٓه اَ ْن خَ ل‬

Latin: wa min āyātihī an khalaqa lakum min anfusikum azwājal litaskunū ilaihā wa ja'ala
bainakum mawaddataw wa raḥmah, inna fī żālika la`āyātil liqaumiy yatafakkarụn

Artinya: Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-


pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.

Hadits riwayat Bukhari dan Muslim menjelaskan bahwa menikah juga bertujuan menjaga
diri dari perbuatan zina. Hal ini juga yang menjadi dasar hukum pernikahan dalam Islam.

Rasulullah SAW bersabda, "Wahai para pemuda, barang siapa dari kamu telah mampu
memikul tanggung jawab keluarga, hendaknya segera menikah, karena dengan pernikahan
engkau lebih mampu untuk menundukkan pandangan dan menjaga kemaluanmu."

Selain itu, menikah juga menjadi salah satu cara memperkuat ibadah. Hal ini sesuai
dengan hadits tentang pernikahan yang diriwayatkan oleh Baihaqi, Rasulullah SAW bersabda,
"Apabila seorang hamba menikah, maka telah sempurna separuh agamanya. Maka takut lah
kepada Allah SWT untuk separuh sisanya."
Tujuan menikah yang lain, yakni untuk memperoleh keturunan. Dalam hadits riwayat
Ahmad, Ibnu Hibban, dan Thabrani, Rasulullah SAW bersabda "Nikahi lah wanita-wanita yang
bersifat penyayang dan subur (banyak anak), karena aku akan berbangga-bangga dengan
(jumlah) kalian di hadapan umat-umat lainnya kelak pada hari kiamat."

B. Rukun perkawinan

1. Mampelai pria dan wanita beragama Islam


2. Laki-laki bukan mahram bagi calon istri
3. Wali akad nikah dari perempuan
Dalam hal ini ayah si perempuan. Jika ayahnya sudah meninggal bisa
diwakilkan ke kerabat terdekat perempuan dari pihak laki-laki seperti kakek,
paman, atau saudara laki-lakinya. Jika tak punya ayah maka bisa diwakilkan
oleh wali hakim.
4. Tidak sedang ihram
Nabi Muhammad bersabda, "seorang yang sedang berihram tidak boleh
menikahkan, tidak boleh dinikahkan, dan tidak boleh mengkhitbah." (HR
Muslim Nomor 3432)
5. Pernikahan tidak atas paksaan

C. Syarat sah perkawinan

1. Mempelai laki-laki
Syarat sah menikah adalah ada mempelai laki-laki. Pernikahan dimulai pada saat akad nikah.
2. Mempelai Perempuan
Sahnya menikah kedua yakni ada mempelai perempuan yang halal untuk dinikahi. Dilarang
untuk memperistri perempuan yang haram untuk dinikahi seperti pertalian darah, hubungan
persusuan, atau hubungan kemertuaan.
3. Wali Nikah Perempuan
Syarat sah menikah berikutnya adanya wali nikah. Wali merupakan orangtua mempelai
perempuan yakni ayah, kakek, saudara laki-laki kandung (kakak atau adik), saudara laki-laki
seayah, saudara kandung ayah (pakde atau om), anak laki-laki dari saudara kandung ayah.
4. Saksi Nikah
Menikah sah bila ada saksi nikah. Tidak sah menikah seseorang bila tidak ada saksi. Syarat
menjadi saksi nikah yakni Islam, baligh, berakal, merdeka, lelaki, dan adil. Dua orang saksi
ini diwakilkan oleh pihak keluarga, tetangga, ataupun orang yang dapat dipercaya untuk
menjadi seorang saksi.
5. Ijab dan Qabul
Terakhir, syarat sah nikah yakni ijab dan qabul. Ijab dan qabul adalah janji suci kepada Allah
SWT di hadapan penghulu, wali, dan saksi. Saat kalimat "Saya terima nikahnya", maka
dalam waktu bersamaan dua mempelai laki-laki dan perempuan sah untuk menjadi sepasang
suami istri.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pernikahan adalah akad nikah (Ijab Qobul) antara laki-laki dan perempuan yang bukan
muhrimnya  sehingga  menimbulkan  kewajiban dan  hak  di  antara  keduanya melalui  kata-
kata  secara  lisan, sesuai  dengan  peraturan-peraturan  yang  diwajibkan  secara  Islam.
Pernikahan merupakan sunnah Rasulullah Saw. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah:
“nikah itu Sunnahku, barang siapa membenci pernikahan, maka ia bukanlah ummadku”.
Hadis lain Rasulullah Bersabda:
“Nikah itu adalah setengah iman”.

Maka pernikahan dianjurnya kepada ummad Rasulullah, tetapi pernikahan yang mengikuti
aturan yang dianjurkan oleh ajaran agama Islam. Adapun cangkupan pernikahan yang dianjurkan
dalam Islam yaitu adanya Rukun Pernikahan, Hukum Pernikahan, Syarat sebuah Pernikahan,
Perminangan, dan dalam pemilihan calon suami/istri. Islam sangat membenci sebuah perceraian,
tetapi dalam pernikahan itu sendiri terkadang ada hal-hal yang menyebabkan kehancuran dalam
sebuah rumah tangga.  Islam secara terperinci menjelaskan mengenai perceraian yang
berdasarkan hukumnya. Dan dalam Islam pun dijelaskan mengenai fasakh, khuluk, rujuk, dan
masa iddah bagi kaum perempuan.

B. Saran

Dari beberapa penjelasan diatas jelas banyaklah kesalahan serta kekeliruan, baik disengaja
maupun tidak, dari itu saya harapkan kritik dan sarannya untuk memperbaiki segala keterbatasan
yang saya punya, sebab manusia adalah tempatnya salah dan lupa

Anda mungkin juga menyukai