Anda di halaman 1dari 13

A. Pemikiran Tentang Pencatatan Perkawinan di Indonesia.

Di Indonesia masalah perkawinan diatur dalam UU Perkawinan No. 1 Tahun


1974, yang mulai diundangkan pada tanggal 2 januari 1974. Undang-undang tersebut
dibuat dengan mempertimbangkan bahwa falsafah Negara Republik Indonesia adalah
Pancasila, maka perlu dibuat undang-undang perkawinan yang berlaku bagi semua warga
negara . Bagi umat islam di Indonesia, undang-undang tersebut meskipun tidak sama
persis dengan hukum pernikahaan di dalam fikih islam, namun dalam pembuatannya telah
di cermati secara mendalam sehingga tidak bertentangan dengan hokum islam.
Undang-undang RI tentang Perkawinan No. 1 tahun 1974 diundangkan pada
tanggal 2 Januari 1974 dan diberlakukan bersamaan dengan dikeluarkannya peraturan
pelaksanaan yaitu Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1
tahun 1974 tentang Perkawinan.
Menurut UU Perkawinan, perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria
dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Pasal 1 UU
Perkawinan).
Mengenai sahnya perkawinan dan pencatatan perkawinan terdapat pada pasal 2
UU Perkawinan, yang berbunyi:
1. Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya
dan kepercayaannya itu;
2. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Hikmah Pernikahan
Allah SWT berfirman :
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-
isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”(Ar-ruum,21)
Pernikahan menjadikan proses keberlangsungan hidup manusia didunia ini berlanjut,
darigenerasi ke generasi. Selain juga menjadi penyalur nafsu birahi, melalui hubungan
suami istri serta menghindari godaan syetan yang menjerumuskan. Pernikahan juga
berfungsi untuk mengatur hubungan laki-laki dan perempuan berdasarkan pada asas
saling menolong dalam wilayah kasih sayang dan penghormatan muslimah berkewajiban
untuk mengerjakan tugas didalam rumah tangganya seperti mengatur rumah, mendidik
anak, dan menciptakan suasana yang menyenangkan. Supaya suami dapat mengerjakan
kewajibannya dengan baik untuk kepentingan dunia dan akhirat.
Adapun hikmah yang lain dalam pernikahannya itu yaitu :
o Mampu menjaga kelangsungan hidup manusia dengan jalan berkembang biak dan
berketurunan.
o Mampu menjaga suami istri terjerumus dalam perbuatan nista dan mampu
mengekang syahwat seta menahan pandangan dari sesuatu yang diharamkan.
o Mampu menenangkan dan menentramkan jiwa denagn cara duduk-duduk dan
bencrengkramah dengan pacarannya.
o Mampu membuat wanita melaksanakan tugasnya sesuai dengan tabiat kewanitaan
yang diciptakan.

C. Pengertian Pernikahan dalam Islam


Perkawinan atau nikah menurut bahasa ialah berkumpul dan bercampur.
Menurut istilah syarak pula ialah ijab dan qabul (‘aqad) yang menghalalkan
persetubuhan antara lelaki dan perempuan yang diucapkan oleh kata-kata yang
menunjukkan nikah, menurut peraturan yang ditentukan oleh Islam. Perkataan zawaj
digunakan di dalam al-Quran bermaksud pasangan dalam penggunaannya perkataan
ini bermaksud perkahwinan Allah s.w.t. menjadikan manusia itu berpasang-pasangan,
menghalalkan perkahwinan dan mengharamkan zina.

D. Ketentuan Hukum Pernikahan Dalam Islam


Hukum nikah pada dasarnya bisa berubah sesuai dengan keadaan pelakunya. Ini
disebabkan kondisi mukallaf, baik dari segi karakter manusiaannya maupun dari segi
kemampuan hartanya. Hukum nikah tidak hanya satu yang berlaku bagi seluruh
mukallaf. Masing-masing mukallaf mempunyai hukum tersendiri yang spesifik sesuai
dengan kondisinya yang spesifik pula, baik persyaratan harta, fisik, dan atau akhlak.1[6]
Nikah ditinjau dari segi hukum syar’i ada lima macam. Terkadang hukum nikah
itu wajib, terkadang bisa menjadi sunnah, kadang itu hukumnya haram, kadang menjadi
makruh dan mubah atau hukumnya boleh menurut syari’at. Sebagian ulama membaginya
kepada lima kategori sebagaimana halnya pembagian hukum perbuatan, Sedangkan
sebagian ulama lainya membagi hukum perkawinan tidaklah demikian, yaitu :  

1
1. Mazhab Syafi’i mengatakan bahwa hukum asal perkawinan adalah mubah (boleh).
2. Mazhab Hanafi, Maliki, dan Ahmad Hambali mengatakan bahwa hukum
melangsungkan perkawinan adalah sunat.
3. Dawud Zahiri mengatakan bahwa hukum melangsungkan perkawinan adalah wajib
bagi orang muslim satu kali seumur hidup.2[8]
4. Sedangkan Sayyid Sabiq menyimpulkan lima kategori hukum dari perkawinan itu,
yaitu :
 Wajib, apabila seseorang sudah mampu kawin, nafsunya mendesak dan takut
terjerumus dalam perzinahan.
 Sunnah, bagi seseorang yang nafsunya telah mendesak dan mampu untuk kawin
tetapi masih dapat menahan dirinya dari berbuat zina.
 Haram, apabila seseorang yang tidak mampu memenuhi nafkah batin dan
lahirnya kepada istrinya serta nafsunya tidak mendesak.
 Makruh, apabila seseorang yang hendak kawin lemah syahwatnya dan tidak
mampu memberi belanja istrinya walaupun tidak merugikan istri.
 Mubah, jika seseorang tidak terdesak oleh semua alasan yang mewajibkan dan
mengharamkan untuk kawin.
Hukum nikah dapat berubah sesuai dengan kondisi dan situasi dan akan kembali
kepada hukum yang lima (al-ahkamul khasah).3[9] Menurut syariat, disunnahkan
menikahi wanita yang mempunyai latar belakang agama yang baik,mampu menjaga
diri dan berasal dari keturunan orang baik-baik.4[10]

E. TUJUAN PERNIKAHAN
Perkawinan memiliki tujuan yang sangat mulia yaitu untuk mewujudkan
kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah, sebagaimana firman
Allah SWT. :
‫ت‬ َ ِ‫بَ ْينَ ُك ْم َم َو َّدةً َو َرحْ َمةً ِإ َّن فِي َذل‬ ‫ َو َج َع َل‬ ‫ق لَ ُك ْم ِم ْن َأ ْنفُ ِس ُك ْم َأ ْز َواجًا لِتَ ْس ُكنُوا ِإلَ ْيهَا‬
ٍ ‫ك آليَا‬ َ َ‫َو ِم ْن آيَاتِ ِه َأ ْن َخل‬
َ‫لِقَوْ ٍم يَتَفَ َّكرُون‬
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram

4
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda bagi kaum yang berfikir” (QS.
Ar-Rum ayat 21).
Menurut ayat tersebut, keluarga islam terbentuk dalam keterpaduan antar
ketentraman (sakinah), penuh rasa cinta (mawaddah), dan kasih sayang (rahmah). Ia
terdiri dari istri yang patuh dan setia, suami yang jujur dan tulus, ayah yang penuh
kasih sayang dan ramah, ibu yang lemah lembut dan berperasaan halus, putra-putri
yang patuh dan taat serta kerabat yang saling membina silaturrahmi dan tolong
menolong. Hal ini dapat tercapai bila masing-masing anggota keluarga tersebut
mengetahui hak dan kewajibannya.
Sulaiman Al-Mufarraj, dalam bukunya Bekal Pernikahan, menjelaskan bahwa
ada 15 tujuan perkawinan, yaitu:
1. Sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Nikah juga dalam
rangka taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
2. Untuk ‘iffah (menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang; ihsan (membentengi
diri) dan mubadho’ah (bisa melakukan hubungan intim)
3. Memperbanyak umat Muhammad SAW
4. Menyempurnakan agama
5. Menikah termasuk sunnahnya para utusan Allah SWT
6. Melahirkan anak yang dapat memintakan pertolongan Allah untuk ayah dan ibu
mereka saat masuk surga
7. Menjaga masyarakat dari keburukan,runtuhnya moral,perzinaan, dan lain
sebagainya
8. Legalitas untuk melakukan hubungan intim, menciptakan tanggung jawab bagi
suami dalam memimpin rumah tangga, memberikan nafkah dan membantu istri
dirumah
9. Mempertemukan tali keluarga yang berbeda sehingga memperkokoh lingkaran
keluarga
10. Saling mengenal dan menyayangi
11. Menjadikan ketenangan kecintaan dalam jiwa suami dan istri
12. Sebagai pilar untuk membangun rumah tangga islam yang sesuai dengan ajaran-
Nya terkadang bagi orang yang tidak menghiraukan kalimat Allah SWT, maka
tujuan nikahnya akan menyimpang
13. Suatu tanda kebesaran Allah SWT. Kita melihat orang yang sudah menikah,
awalnya mereka tidak saling mengenal satu sama lainnya, tetapi dengan
melangsungkan tali pernikahan hubungan keduanya bisa saling mengenal dan
sekaligus mengasihi
14. Memperbanyak keturunan umat islam dan menyemarakkan bumi melalui proses
pernikahan
15. Untuk mengikuti panggilan ‘iffah dan menjaga pandangan kepada hal-hal yang
diharamkan.5[14]

F. Dalil Naqli Tentang Pernikahan


ٍ ۢ َ‫ق لَ ُكم ِّم ْن َأنفُ ِس ُك ْم َأ ْز ٰ َو ۭ ًجا لِّتَ ْس ُكنُ ٓو ۟ا ِإلَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُكم َّم َو َّد ۭةً َو َرحْ َمةً ۚ ِإ َّن فِى ٰ َذلِكَ َل َءا ٰي‬
َ‫ت لِّقَوْ ۢ ٍم يَتَفَ َّكرُون‬ َ َ‫َو ِم ْن َءا ٰيَتِ ِٓۦه َأ ْن خَ ل‬
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-
isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” [QS. Ar. Ruum (30):21].

G. Rukun dan Syarat Nikah

1. Rukun Nikah dalam Islam

Dalam Islam terdapat 5 rukun nikah yang telah disepakati para ulama dan
wajib dipenuhi agar pernikahan dinyatakan sah. Berikut adalah 5 rukun nikah dalam
Islam:

 Terdapat calon pengantin laki-laki dan perempuan yang tidak terhalang secara
syar'i untuk menikah
 Calon pengantin perempuan harus memiliki wali nikah
 Pernikahan dihadiri dua orang saksi laki-laki untuk menyaksikan sah tidaknya
pernikahan
 Diucapkannya ijab dari pihak wali pengantin perempuan atau yang
mewakilinya
 Diucapkannya kabul dari pengantin laki-laki atau yang mewakilinya

2. Syarat Nikah dalam Islam

 Kedua Calon Pengantin Beragama Islam

5
Syarat pertama nikah adalah calon suami dan istri harus memeluk agama
Islam. Syarat ini bersifat mutlak karena akan dianggap tidak sah jika seorang
muslim menikahi non-muslim dengan tata cara ijab kabul Islam.

 Tidak Menikah dengan Mahram

Calon suami dan istri harus tidak memiliki hubungan darah, bukan
merupakan saudara sepersusuan atau mahram. Oleh karena itu, sebelum menikah
perlu menelusuri pasangan yang akan dinikahi.

Misalnya, sewaktu kecil dibesarkan dan disusui oleh ibu asuh yang sama.
Hal ini tergolong mahram sehingga haram untuk dinikahi.

 Wali Nikah Laki-Laki

Sebuah pernikahan wajib dihadiri oleh wali nikah laki-laki, tidak boleh
perempuan. Hal ini merujuk pada hadis:

“Dari Abu Hurairah ia berkata, bersabda Rasulullah SAW: 'Perempuan


tidak boleh menikahkan (menjadi wali) terhadap perempuan dan tidak boleh
menikahkan dirinya." (HR. ad-Daruqutni dan Ibnu Majah).

Wali nikah mempelai perempuan yang utama adalah ayah kandung.


Namun jika ayah dari mempelai perempuan sudah meninggal, maka bisa
diwakilkan oleh lelaki dari jalur ayah, seperti kakek, buyut, saudara laki-laki
seayah seibu, paman, dan seterusnya berdasarkan urutan nasab.

 Dihadiri Saksi

Syarat nikah selanjutnya adalah terdapat minimal dua orang saksi laki-
laki yang menghadiri ijab kabul. Saksi bisa terdiri dari satu orang dari wali
mempelai perempuan dan satu orang dari wali mempelai laki-laki. Selain itu,
seorang saksi harus beragama Islam, dewasa, dan dapat mengerti maksud akad.

 Sedang Tidak Ihram atau Berhaji

Hal ini juga ditegaskan seorang ulama bermazhab Syafii dalam kitab
Fathul Qarib al-Mujib yang menyebut salah satu larangan dalam haji adalah
melakukan akad nikah maupun menjadi wali dalam pernikahan:

"Kedelapan (dari sepuluh perkara yang dilarang dilakukan ketika ihram)


yaitu akad nikah. Akad nikah diharamkan bagi orang yang sedang ihram, bagi
dirinya maupun bagi orang lain (menjadi wali)"

 Bukan Paksaan

Syarat nikah terakhir yang tak kalah penting adalah pernikahan bukan
merupakan paksaan, telah mendapatkan ridha dari masing-masing pihak, dan
murni merupakan keinginan kedua mempelai. Hal Ini sesuai dengan hadis Abu
Hurairah ra:

"Tidak boleh seorang janda dinikahkan hingga ia diajak musyawarah atau


dimintai pendapat, dan tidak boleh seorang gadis dinikahkan sampai dimintai
izinnya." (HR Al Bukhari: 5136, Muslim: 3458).

H. Thalak ( Perceraian )
 Pengertian Thalak
Di dalam Islam, penceraian merupakan sesuatu yang tidak disukai oleh Islam
tetapi dibolehkan dengan alasan dan sebab-sebab tertentu.Talak menurut bahasa
bermaksud melepaskan ikatan dan menurut syarak pula, talak membawa maksud
melepaskan ikatan perkahwinan dengan lafaz talak dan seumpamanya. Talak
merupakan suatu jalan penyelesaian yang terakhir sekiranya suami dan isteri tidak
dapat hidup bersama dan mencari kata sepakat untuk mecari kebahagian
berumahtangga. Talak merupakan perkara yang dibenci Allah s.w.t tetapi
dibenarkan.

 Sebab-Sebab Thalak
Adanya Ketidakjujuran
“Sesungguhnya kejujuran akan menunjukkan kepada kebaikan, dan
kebaikan itu akan mengantarkan ke surga. Seseorang yang berbuat jujur oleh
Allah akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya bohong itu akan
menunjukkan kepada kezaliman, dan kezaliman itu akan mengantarkan ke arah
neraka”. (HR Bukhar muslim).
Penyebab talak dalam islam yang pertama dan yang paling sering terjadi
dari kisah nyata nyata orang orang yang melakukan talak ialah adanya
ketidakjujuran antara salah satu pihak atau keduanya satu sama lain. keutamaan
jujur dalam islam memang penting dimana dalam pernikahan telah diucap janji
untuk saling menjaga, saling terbuka, dan saling setia, jika hal tersebut nyatanya
tidak mampu mereka laksananakan dalam kehidupan berkeluarga, jadilah talak
pada akhirnya karena hubungan yang tidak ada rasa percaya satu sama lain tidak
akan mungkin bisa bertahan.
Dari Tutur Kata
“Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia, … (QS Al
Baqarah :83). Selanjutnya hingga dapat terjadi talak ialah dari tutur kata. Laki
laki dan wanita memiliki karakter dasar yang berlawanan, laki laki memang
cenderung tidak memperlihatkan rasa kepeduliannya secara langsung atau terbiasa
berkata kata yang menurutnya biasa saja tapi kasar di telinga wanita. cara
Rasulullah memuliakan istri juga selalu kata baik sehingga tidak menyakiti
wanita. Untuk masalah ini kedua pasangan harus saling terbuka mengenai kalimat
seperti apa yang disukai atau yang menimbulkan sakit hati, sehingga tidak
menyebabkan rasa sakit yang dipendam yang dapat berujung kepada talak.
Tidak Menjaga Pandangan
“Janganlah engkau iringkan satu pandangan kepada wanita yang bukan
mahram dengan pandangan lain, karena pandangan yang pertama itu halal
bagimu, tetapi tidak yang kedua!“. (HR Abu Daud). Jelas bahwa Allah selalu
memerintahkan untuk menjaga pandangan, melihat kepada yang bukan muhrim
membuat mudah merasuknya syetan ke dalam hati dan syetan senang
menunjukkan keburukan pasangannya, baik laki laki atau wanita wajib menjaga
diri, wajib hanya melihat kepada seeorang yang telah menjadi muhrimnya saja.
bahaya nafsu dalam islam contohnya adalah terjadi permasalahan dalam rumah
tangga.
Minim Ilmu
“Mintalah ilmu yang bermanfaat dan berlindunglah kepada Nya dari
ilmu yang tidak bermanfaat”. (HR Ibnu Majah no 3843). Wanita dan pria yang
dewasa ketika menikah seharusnya sudah memiliki ilmu tentang kehidupan
rumah tangga sehingga nantinya mudah beradaptasi dan memahami kebiasaan
satu sama lain serta mmapu berbuat yang terbaik untuk satu sama lain.
kedewasaan akan berpengaruh pada kehidupan rumah tangga sebab itu wajib
untuk selalu belajar dewasa dalam segala hal. keutamaan berilmu dalam islam
juga penting dalam kehidupan rumah tangga.
Kurang Bersyukur
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik baiknya (QS At Tin : 4). Kurangnya rasa syukur membuat kasih sayang
kepada pasangan berkurang karena tidak melihat sisi baik dari pasangannya
sehingga menjadi penyebab talak. keutamaan bersyukur dalam islam harus
diterapkan sebagai cara untuk mengatasinya sehingga pasangan saling
mensyukuri keberadaan satu sama lain dan rasa cinta timbul lebih dalam.
Niat Awal Bukan Karena Allah
“Mereka mencintainya (memuja dan mentaatinya) sebagaimana mereka
mencintai Allah, sedang orang orang yang beriman itu lebih cinta (taat) kepada
Allah”. (Al Baqarah : 165). Jika niat awal menikah karena fisik atau harta maka
nantinya akan dihinakan Allah dan tidak memiliki kehidupan rumah tangga yang
berkah karena tidak menerima apa adanya.
Hawa Nafsu
“Dijadikan indah bagi manusia kesukaan kepada benda benda yang
diingini, yaitu perempuan perempuan dan anak anak, harta benda yang banyak
dari emas dan perak”. (Ali Imron : 14). Nafsu dapat menyebabkan talak karena
membuat seseorang hilang kendali dan hanya berfikir secara jangka pendek tidak
mempertimbangkan masa depan.

 Macam-Macam Thalak
a. Macam-macam Talak Berdasar Waktu Jatuhnya
 Munajjaz atau Mu'ajjal
Talak yang jatuh pada saat diucapkan waktu itu juga. Ungkapan
yang berlaku selama suami yang dianggap sah telah menjatuhkan talak pada
istri sahnya. Misalkan seorang suami berucap, "Engkau telah ditalak," atau
"Engkau telah tertalak."
 Mudhaf
Menyandarkan talak pada waktu yang akan datang. Sebagai contoh,
suami mengucapkan "Engkau tertalak pada esok hari."
 Mu'allaq atau Talak Ta'liq
Macam talak berdasar waktu selanjutnya mu'allaq atau talak yang
bersyarat. Talak yang bergantung pada suatu perkara di masa
mendatang.Misalkan suami berkata, "Jika engkau masuk lagi ke rumah si
Fulan, maka engkau tertalak."

b. Macam-Macam Talak Ditinjau dari Segi Jumlah


 Talak Satu
Talak satu ialah talak yang pertama kali diucapkan oleh suami pada
istrinya dan hanya dengan satu kata talak.
 Talak Dua
Talak dua merupakan talak yang dijatuhkan oleh suami kepada istrinya
yang kedua kali atau untuk yang pertama kalinya tetapi dengan dua talak
sekaligus. Misalkan, "Aku talak kamu dengan talak dua."
 Talak Tiga
Talak tiga adalah talak yang disampaikan oleh suami kepada istrinya
untuk yang ketiga kalinya. Bisa pula pertama kali diucapkan, tapi langsung
talak tiga. Contohnya suami berujar: "Aku talak kamu dengan talak tiga."

c. Macam-Macam Talak Berdasarkan Segi Tegas Atau Tidaknya


 Talak Sarih
Talak sarih ialah talak yang diucapkan dengan kata-kata yang jelas
maknanya untuk menceraikan. Misal: "Saya ceraikan kamu" atau "Kamu
telah haram bagiku".Talak dengan ketegasan jenis ini berarti pasangan
tersebut sudah sah bercerai menurut Islam.
 Talak Kinaya
Sedangkan talak kinaya diucapkan dengan kata-kata yang belum jelas
maknanya. Contoh: "Aku tidak bisa hidup denganmu lagi".
d. Macam-Macam Talak Ditinjau dari Segi Boleh Tidaknya Rujuk
 Talak Raj'i
Talak raj'i merupakan talak yang boleh untuk rujuk lagi saat istri sedang
dalam masa iddah. Namun, apabila istri sudah di luar masa iddah, rujuk hanya
boleh dilakukan dengan akad nikah yang baru. Jenis talak raj'i, suami hanya
memiliki kesempatan untuk menjatuhkan talak 1 dan 2. Sedangkan yang ketiga,
talaknya akan menjadi talak bain.
 Talak Bain
Talak Bain terbagi jadi dua, yakni talak bain sugra dan talak bain
kubra. Talak bain sugra ialah talak yang hilangnya kepemilikan mantan
suami terhadap mantan istri. Tapi diperbolehkan mantan suami untuk rujuk
dengan melakukan akad nikah ulang.
e. Macam Talak Berdasar Segi Langsung Atau Tidaknya Menjatuhkan
 Talak Muallaq
Talak Muallaq merupakan talak yang dikaitkan dengan syarat tertentu.
Talak ini jatuh apabila syarat yang disebutkan suami terwujud.Misalkan suami
mengatakan, "Engkau tertalak apabila meninggalkan salat". Maka bila istri
benar-benar tidak salat, jatuhlah talak.
 Talak Ghairu Muallaq
Sebaliknya, talak Ghairu Muallaq tidak dikaitkan dengan suatu syarat
tertentu. Semisal suami mengatakan, "Sekarang juga engkau aku talak."
f. Talak Ditinjau dari Segi Keadaan Istri
 Talak Sunny
Talak Sunny adalah talak yang dijatuhkan oleh suami pada istri sah
yang pernah dicampurinya. Pada waktu itu keadaan istri tengah suci atau
tidak haidh atau tidak bermasalah secara hukum syara'.Keadaan istri sudah
suci belum dicampuri oleh suami, atau sedang hamil dan jelas
kehamilannya.
 Talak Bid'iy
Talak bid'iy yaitu talak yang dijatuhkan suami kepada istri yang
pernah dicampurinya. Pada saat itu keadaan istri sedang haid atau
bermasalah (dalam pandangan syar'i).
 Talak La Sunny Wala Bid’iy
Secara bahasa berarti "Bukan talak sunny dan talak bid’iy",
merupakan talak yang dijatuhkan suami dengan keadaan istri belum pernah
dicampuri sama sekali. Belum pernah haid karena masih kecil atau sudah
berhenti haid (menopause).

g. Talak Ditinjau Dari Segi Cara Suami Menyampaikan Talak


 Talak dengan Ucapan
Talak yang disampaikan oleh suami pada istrinya secara langsung,
dengan ucapan lisan dan di hadapan istrinya. Sehingga mendengar ucapan
suami dengan jelas.
 Talak dengan Tulisan
Berikutnya talak dengan tulisan, tentunya disampaikan oleh suami
dalam bentuk untaian kata. Kemudian sang istri membaca dan memahami
isinya.
h. Talak dengan Isyarat
Talak selanjutnya disampaikan menggunakan isyarat dari suami yang
tidak bisa bicara (tuna wicara). Sepanjang isyarat itu jelas dan benar sesuai yang
dimaksudkan untuk talak. Sementara sang istri memahami isyarat tersebut.
i. Talak dengan Utusan
Jenis yang terakhir ialah talak yang dijatuhkan suami melalui perantara
orang lain yang dipercaya. Orang tersebut yang akan menyampaikan maksud
bahwa suami mentalak sang istri.

I. IDDAH
Iddah adalah waktu menunggu bagi mantan istri yang telah diceraikan oleh mantan
suaminya, baik itu karena thalak atau diceraikannya. Ataupun karena suaminya
meninggal dunia yang pada waktu tunggu itu mantan istri belum boleh melangsungkan
pernikahan kembali dengan laki-laki lain. Pada saat iddah inilah antara kedua belah pihak
yang telah mengadakan perceraian, masing-masing masih mempunyai hak dan kewajiban
antara keduanya.Lamanya masa iddah bagi perempuan adalah sebagai berikut:
 Perempuan yang masih mengalami haid secara normal, iddahnya tiga kali suci
 Perempuan yang tidak mengalami lagi haid (menopause) atau belum mengalami
sama sekali, iddahnya tiga bulan
 Perempuan yang ditinggal mati suaminya, iddahnya empat bulan sepuluh hari
 Perempuan yang sedang hamil, iddahnya sampai melahirkan

J. RUJUK
Menurut bahasa rujuk boleh didefinisikan sebagai kembali. Manakala menurut
syarak, ia membawa maksud suami kembali semula kepada isterinya yang diceraikan
dengan ikatan pernikahan asal (dalam masa idah) dengan lafaz rujuk.

Hukum rujuk
Hukum Penjelasan
Bagi suami yang menceraikan isterinya yang belum menyempurnakan gilirannya
Wajib
dari isteri-isterinya yang lain
Suami merujuk isterinya dengan tujuan untuk menyakiti atau memudaratkan
Haram
isterinya itu
Makruh Apabila penceraian lebih baik antara suami dan isteri
Harus Sekirannya rujuk boleh membawa kebaikan bersama

Rukun rujuk
Perkara Syarat
Berakal
Suami Baligh
Dengan kerelaan sendiri
Telah disetubuhi
Berkeadaan talak raj’i
Isteri Bukan dengan talak tiga
Bukan cerai secara khuluk
Masih dalam idah
Ucapan yang jelas menyatakan rujuk
Tiada disyaratkan dengan khiar atau pilihan
Lafaz
Disegerakan tanpa dikaitkan dengan taklik atau bersyarat
Dengan sengaja dan bukan paksaan

Contoh lafaz rujuk


1. Lafaz sarih
Lafaz terang dan jelas menunjukkan rujuk. Contoh : “Saya rujuk awak
kembali” atau “Saya kembali semula awak sebagai isteri saya.”
2.     Lafaz kinayah
Lafaz kiasan atau sindiran. Contoh : “Saya jadikan awak milik saya semula”
atau “Saya pegang awak semula”. Lafaz kinayah perlu dengan niat suami untuk
merujuk kerana jika dengan niat rujuk, maka jadilah rujuk. Namun jika tiada niat
rujuk, maka tidak sahlah rujuknya.

Anda mungkin juga menyukai