Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

KHUTBAH

DISUSUN OLEH :
M. HAFIZH HABIBILLAH

KELAS : XI MULTIMEDIA 1

GURU PEMBIMBING : MERLI HIDAYATI, S.Pd.I

SMK N 1 KEC. PANGKALAN KOTO BARU


KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
PROVINSI SUMATERA BARAT

TP.2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah memberikan
kesehatan maupun kesempatan sehingga saya dapat menyelesaikan tugas saya ini “Makalah
Tentang Khutbah “

Memiliki pengetahuan tentang khutbah merupakan hal yang penting bagi setiap
muslim.Karena pengetahuan akan ibadah kepada allah merupakan ilmu yang agung lagi
mulia. Seorang hamba yang menyibukkan diri dalam memahami ilmu dan menyelami
kandungan yang terdapat di dalamnya,berarti telah menyibukkan diri dalam hal yang mulia di
sisi Allah.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian.Kritik dan Saran dari
Pembaca dibutuhkan untuk kesempurnaan makalah ini sehingga penulis dapat menghindari
kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.

Wassalamu Alaikum Wr.Wb

Pangkalan, November 2022

                                            Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I       PENDAHULUAN


A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 1

BAB II      PEMBAHASAN


A. Pengertian Khutbah Jum’at............................................................. 2
B. Dalil-dalil Tentang Khutbah Jum’at............................................... 2
C. Persyaratan Khatib.......................................................................... 3
D. Fungsi Khutbah............................................................................... 3
E. Syarat Sahnya Khutbah................................................................... 4
F. Rukun Khutbah............................................................................... 4
G. Sunah-sunah Khutbah..................................................................... 5
H. Hal-hal yang Dimakruhkan Dalam Khutbah ................................. 6
I. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Khotib........................................ 6
J. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Khutbah.......................... 7
K. Beberapa Kajadian yang Mengecewakan Para Pendengar............. 7

BAB III    PENUTUP


A. Kesimpulan  ................................................................................... 9
B. Saran  ............................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA  ........................................................................................ 10


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Khutbah Jum’at merupakan perkataan yang mengandung mau’izhah dan tuntunan
ibadah yang diucapkan oleh Khatib dengan syarat yang telah ditentukan syara’ dan
menjadi rukun untuk memberikan pengertian para hadlirin, menurut rukun dari shalat
Jum’at.
Secara etimologis (harfiyah), khuthbah artinya : pidato, nasihat, pesan
(taushiyah). Sedangkan menurut terminologi Islam (istilah syara’); khutbah (Jum’at) ialah
pidato yang disampaikan oleh seorang khatib di depan jama’ah sebelum shalat Jum’at
dilaksanakan dengan syarat-syarat dan rukun tertentu, baik berupa tadzkiroh (peringatan,
penyadaran), mau’idzoh (pembelajaran) maupun taushiyah (nasehat).
Berdasarkan pengertian di atas, maka khutbah adalah pidato normatif, karena
selain merupakan bagian dari shalat Jum’at juga memerlukan persiapan yang lebih
matang, penguasaan bahan dan metodologi yang mampu memikat perhatian. Selain
khutbah Jum’at, ada pula khutbah yang dilaksanakan sesudah sholat, yaitu: khutbah ‘Idul
Fitri, ‘Idul Adha, khutbah sholat Gerhana (Kusuf dan Khusuf). Sedangkan khutbah nikah
dilaksanakan sebelum akad nikah. Dalam makalah ini yang akan dikaji adalah khusus
tentang khutbah Jum’at.
Sedangkan khutbah nikah dilaksanakan sebelum akad nikah. Dalam makalah ini
yang akan dikaji adalah khusus tentang khutbah Jum’at.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian singkat dalam latar belakang, pemakalah mengajukan
permaslahan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Khutbah Jum’at, beserta dalil-dalil yang menerangkan
tentang Khutbah Jum’at?
2. Apa sajakan yang menjadi fungsi, dan Syarat sahnya Khutbah?
3. Apa sajakah Rukun dan Sunah Khutbah?
4. Apa sajakah hal yang makruh dilakukan ketika berkhutbah, dan hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam Khutbah?
5. Apa sajakah yang membuat pendengar kecewa usai mendengarkan Khutbah?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Khutbah Jum’at


Secara etimologis (harfiyah), khuthbah artinya : pidato, nasihat, pesan (taushiyah).
Sedangkan menurut terminologi Islam (istilah syara’); khutbah (Jum’at) ialah pidato yang
disampaikan oleh seorang khatib di depan jama’ah sebelum shalat Jum’at dilaksanakan
dengan syarat-syarat dan rukun tertentu, baik berupa tadzkiroh (peringatan, penyadaran),
mau’idzoh (pembelajaran) maupun taushiyah (nasehat).
Berdasarkan pengertian di atas, maka khutbah adalah pidato normatif, karena
selain merupakan bagian dari shalat Jum’at juga memerlukan persiapan yang lebih
matang, penguasaan bahan dan metodologi yang mampu memikat perhatian.
Selain khutbah Jum’at, ada pula khutbah yang dilaksanakan sesudah sholat, yaitu:
khutbah ‘Idul Fitri, ‘Idul Adha, khutbah sholat Gerhana (Kusuf dan Khusuf). Sedangkan
khutbah nikah dilaksanakan sebelum akad nikah. Dalam makalah ini yang akan dikaji
adalah khusus tentang khutbah Jum’at.

B. Dalil-dalil Tentang Khutbah Jum’at


1. Firman Allah SWT dalam surat Al-Jumu’ah ayat 9  yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari
Jum’at (shalat Jum’at), maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah
urusan jual beli (urusan duniawi). Yang demikian itu lebih baik bagi kamu jika kamu
mengetahui”. (QS. Al-Jumu’ah : 9)
2. Riwayat Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar r.a.:
“Adalah Nabi SAW. berkhutbah pada hari Jum’at dengan berdiri, kemudian beliau
duduk dan lalu berdiri lagi sebagaimana dijalankan oleh orang-orang sekarang”.
3. Riwayat Bukhari, Nasai dan Abu Daud dari Yazid bin Sa’id r.a.:
“Adalah seruan pada hari Jum’at itu awalnya (adzan) tatkala Imam duduk di atas
mimbar, hal demikian itu berlaku pada masa Rasulullah SAW. hingga masa khalifah
Umar r.a. Setelah tiba masa khalifah Usman r.a. dan orang semakin banyak, maka
beliau menambah adzan ketiga (karena adzan dan iqomah dipandang dua seruan) di
atas Zaura (nama tempat di pasar), yang mana pada masa Nabi SAW. hanya ada
seorang muadzin”.

2
4. Riwayat Muslim dari Jabir r.a.:
"Pada suatu ketika Nabi SAW. sedang berkhutbah, tiba-tiba datang seorang laki-laki,
lalu Nabi bertanya kepadanya: Apakah Anda sudah shalat? Hai Fulan! Jawab orang
itu : Belum wahai Rasulullah! Sabda beliau: Berdirilah! Shalatlah lebih dahulu (dua
raka’at) (HR. Muslim).

C.  Persyaratan Khotib


1. Ikhlas, terhindari dari pamrih, riya dan sum’ah (popularitas). Perhatikan firman Allah
SWT. dalam menceritakan keikhlasan Nabi Hud AS:
“Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini, ucapanku tidak
lain hanyalah dari Allah yang menciptakan aku. Tidakkah kamu memikirkannya?”.
(QS. Hud:51).
2. ‘Amilun bi’ilmihi (mengamalkan ilmunya), Allah SWT. berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu
lakukan? Amat besar kemurkaan di sisi Allah terhadap orang yang mengatakan apa
yang tidak kamu kerjakan”. (QS. As-Shaf : 2-3).
3. Kasih sayang kepada jama’ah, Rasulullah SAW. bersabda:
“Bahwa sesungguhnya aku terhadap kamu semua laksana seorang ayah terhadap
anaknya”. (HR. Abu Dawud, An-Nasai, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dari Abu
Hurairah).
4. Wara’ (menghindari yang syubhat), perhatikan sabda Nabi SAW:
“Jadilah kamu sebagai seorang yang wara’, maka kamu adalah manusia yang paling
tekun beribadah”. (HR. Baihaqi dari Abi Hurairah)
5. ‘Izzatun Nafsi (tahu harga diri untuk menjadi khairunnas), Allah SWT. berfirman:
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk
dengan perintah Kami ketika mereka sabar (dalam menegakkan kebenaran), dan
adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami”. (QS. As-Sajdah : 24).

D. Fungsi Khutbah
1. Tahdzir (peringatan, perhatian)
2. Taushiyah (pesan, nasehat)
3. Tadzkir/mau’idzoh (pembelajaran, penyadaran)
4. Tabsyir (kabar gembiran, harapan)
5. Bagian dari syarat sahnya sholat Jum’at
3
Berkenaan dengan fungsi khutbah tersebut di atas, maka khutbah disampaikan dengan
bahasa yang mudah difahami oleh jama’ah (boleh bahasa setempat), kecuali rukun-rukun
khutbah. Allah SWT. berfirman:
          “Dan tidaklah Kami mengutus Rasul, melainkan dengan bahasa yang difahami oleh
kaumnya, agar ia dapat memberi penjelasan kepada mereka”. (QS. Ibrahim : 4).

E.  Syarat Sahnya Khutbah


1. Dilaksanakan sebelum sholat Jum’at. Ini berdasarkan amaliyah Rasulullah SAW.
2. Telah masuk waktu Jum’at, berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Anas bin Malik r.a.
ia berkata:
“Sesungguhnya Nabi SAW. melaksanakan shalat Jum’at setelah zawal (matahari
condong ke Barat)”. (HR. Bukhari).
3. Tidak memalingkan pandangan
4. Rukun khutbah dengan bahasa Arab, ittiba’ kepada Rasulullah SAW.
5. Berturut-turut antara dua khutbah dan shalat
6. Khatib suci dari hadats dan najis, karena berkhutbah merupakan syarat sahnya shalat
Jum’at.
7. Khatib menutup ‘aurat, sama dengan persyaratan shalat Jum’at.
8. Dilaksanakan dengan berdiri kecuali darurat, berdasarkan hadits Nabi SAW. dari
Ibnu Umar r.a:
“Sesungguhnya Nabi SAW. apabila keluar pada hari Jum’at, beliau duduk yakni di
atas mimbar hingga muadzin diam, kemudian berdiri lalu berkhutbah”. (HR. Abu
Daud).
9. Duduk antara dua khutbah dengan tuma’ninah, berdasarkan hadits Nabi SAW. dari
Ibnu Umar r.a. ia berkata:
“Adalah Nabi SAW. berkhutbah sambil berdiri, kemudian duduk, dan berdiri lagi
sebagaimana kamu semua melakukannya sekarang ini”. (HR. Bukhari dan Muslim).
10. Terdengar oleh semua jama’ah
11. Khatib Jum’at adalah laki-laki
12. Khatib lebih utama sebagai Imam sholat

F.  Rukun Khutbah


1. Hamdalah, yakni ucapan “Alhamdulillah” , berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Jabir
r.a.:
4
“Sesungguhnya Nabi SAW. berkhutbah pada hari Jum’at, maka (beliau) memuji
Allah (dengan mengucap Alhamdulillah) dan menyanjung-Nya”. (HR. Imam
Muslim). Hamdalah Khutbah jumat itu wajib dimulai dengan hamdalah. Yaitu lafaz
yang memuji Allah SWT. Misalnya lafaz alhamdulillah, atau innalhamda lillah, atau
ahmadullah. Pendeknya, minimal ada kata alhamd dan lafaz Allah, baik di khutbah
pertama atau khutbah kedua.
2. Syahadat (Tasyahud), yaitu membaca “Asyhadu anla ilaaha illallah wahdahu laa
syarikalahu wa Asyhadu anna Muhammadan abduhu warasuluhu”, berdasarkan
hadits Nabi SAW:
“Tia-tiap khutbah yang tidak ada syahadatnya adalah seperti tangan yang
terpotong”. (HR. Ahmad dan Abu Dauwd).
3. Shalawat
4. Wasiyat Taqwa, antara lain ucapan “Ittaqullah haqqa tuqaatih”.
5. Membaca ayat Al-Qur’an, berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Jabir bin Samurah
r.a.:
“Adalah Rasulullah SAW. berkhutbah (dalam keadaan) berdiri dan duduk antara
dua khutbah, membaca ayat-ayat Al-Qur’an serta memberikan peringatan kepada
manusia”. (HR. Jama’ah, kecuali Bukhari dan Tirmidzi).
6. Berdo’a
Semua rukun khutbah diucapkan dalam bahasa Arab. Empat rukun yang pertama
(Hamdalah, Syahadat, Shalawat dan wasiyat) diucapkan pada khutbah yang pertama
dan kedua, sedangkan ayat Al-Qur’an boleh dibaca pada salah satu khutbah (pertama
atau kedua) dan do’a pada khutbah yang kedua.

G.  Sunnah-sunnah Khutbah


1. Berdiri di tempat yang tinggi (mimbar)
2. Memberi salam, berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Jabir ra.:
“Sesungguhnya Nabi SAW. apabila telah naik mimbar, (beliau) memberi salam”.
(HR. Ibnu Majah).
3. Menghadap Jama’ah, berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Adi bin Tsabit dari
ayahnya dari kakeknya: “Adalah Nabi SAW. apabila telah berdiri di atas mimbar,
shahabat-shahabatnya menghadapkan wajah mereka ke arahnya”. (HR. Ibnu
Majah).

5
4. Suara jelas penuh semangat, berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Jabir r.a: “Adalah
Rasulullah SAW. apabila berkhutbah kedua matanya menjadi merah, suaranya
lantang/tinggi, berapi-api bagaikan seorang panglima (yang memberi komando
kepada tentaranya) dengan kata-kata “Siap siagalah di waktu pagi dan petang”.
(HR. Muslim dan Ibnu Majah).
5. Singkat, padat, akurat dan memikat, Rasulullah SAW. bersabda :
“Adalah Rasulullah SAW. biasa memanjangkan shalat dan memendekkan
khutbahnya”. (HR. Nasai dari Abdullah bin Abi Auf).
6. Gerakan tangan tidak terlalu bebas, berdasarkan hadits Nabi SAW. dari
Abdurrahman bin’ Sa’ad bin ‘Ammar bin Sa’ad ia berkata: “Adalah Nabi SAW.
apabila berkhutbah dalam suatu peperangan beliau berkhutbah atas anak panah,
dan bila berkhutbah di hari Jum’at belaiu berpegangan pada tongkat”. (HR. Ibnu
Majah dan Baihaqi).
7. Seusai khutbah kedua segera turun dari mimbar, berdasarkan hadits Nabi SAW.
“Adalah shahabat Bilal itu menyerukan adzan apabila Nabi SAW. telah duduk di
atas mimbar, dan ia iqomah apabila Nabi SAW. telah turun”. (HR. Imam Ahmad
dan Nasai).
8. Tertib dalam membacakan rukun-rukun khutbah, yaitu: Hamdalah, Syahadat,
Shalawat, wasiyat, Ayat Al-Qur’an dan Do’a.

H.  Hal-hal Yang Dimakhruhkan Dalam Khutbah


1. Membelakangi Jama’ah.
2. Terlalu banyak bergerak.
3. Meludah.

I.  Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Khotib


1. Melakukan persiapan, mental, fisik dan naskah khutbah
2. Memilih materi yang tepat dan up to date
3. Melakukan latihan seperlunya
4. Menguasai materi khutbah
5. Menjiwai isi khutbah
6. Bahasa yang mudah difahami
7. Suara jelas, tegas dan lugas
8. Pakaian sopan, memadai dan Islami
6
9. Waktu maksimal 15 menit
10. Bersedia menjadi Imam shalat Jum’at

J.  Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Ketika Khutbah


1. Pakaian hendaklah sopan dan jangan menyalahi adat istiadat kebiasaan masyarakat
itu.
2. Bahasanya hendaklah fasih, jelas dan tepat.
3. Ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits hendaklah diucapkan dengan lidah fasih dan jitu.
Hendaklah jangan melakukan kesalahan mengatakan ayat Al-Qur’an sebagai Hadits
dan Hadits dinyatakan sebagai Al-Qur’an.
4. Berkhutbah hendaknya tenang dan susunan bahasanya dapat dimengerti orang.
5. khutbah hendaklah telah siap ditulis, sehingga khatib dapat berbicara tepat tidak
bertele-tele.
6. Kuatkanlah keyakinan, bahwa tujuan khutbah adalah ibadat.
7. Seorang khatib hendaklah betul-betul menjadi teladan yang baik dan memberi
pimpinan yang baik kepada masyarakat.
8. Jangan membanggakan diri.
9. Isi khutbah jangan menyinggung kehormatan golongan lain dan pilihlah acara
khutbah yang sifatnya umum.
10. Dengan suarayang keras cukup didengar seluruh pengunjung Jum’at.

K.  Beberapa Kejadian yang Mengecewakan Para Pendengar


Dalam melaksanakan khutbah sering terjadi peristiwa yang Menimbulkan
kekecewaan pra pendengar, yakni para pengunjung Jum’at misalnya :
1. Khutbah sangat panjang dan dalam khutbah bukan menganjurkan amal ibadat,
melainkan berkisar pada persoalan politik yang tidak dimengerti oleh sebagian para
pengunjung Jum’at.
2. Diwaktu berkhutbah kadang-kadang dipakai kata-kata bahasa asing yang tidak
dimengerti oleh sebagian besar para pengunjung Jum’at.
3. Khutbah Jum’at sering dipakai memberikan jawaban suatu masalah pertentangan
khilafiyah, yang akibatnya pada Jum’at berikutnya dilanjutkan lawannya untuk
membalas dan memberikan penjelasan yang tidak ada habis-habisnya. Atau setidak-
tidaknya membuat ketegangan dikalangan para pengunjung Jum’at setelah selesainya
shalat.
7
Peristiwa semacam ini hendaklah diperhatikan benar-benar oleh para khatib sebab
kejadian demikian itu dapat menggemparkan masyarakat, karena tindak-tanduk para
khatib yang kadang-kadang tidak sengaja.

8
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Selain khutbah Jum’at, ada pula khutbah yang dilaksanakan sesudah sholat, yaitu:
khutbah ‘Idul Fitri, ‘Idul Adha, khutbah sholat Gerhana (Kusuf dan Khusuf). Sedangkan
khutbah nikah dilaksanakan sebelum akad nikah. Dalam makalah ini yang akan dikaji
adalah khusus tentang khutbah Jum’at.
Berkenaan dengan fungsi khutbah tersebut di atas, maka khutbah disampaikan
dengan bahasa yang mudah difahami oleh jama’ah (boleh bahasa setempat), kecuali
rukun-rukun khutbah. Allah SWT. berfirman:
“Dan tidaklah Kami mengutus Rasul, melainkan dengan bahasa yang difahami
oleh kaumnya, agar ia dapat memberi penjelasan kepada mereka”. (QS. Ibrahim : 4).
Selain khutbah jum’at ada juga khutbah-khutbah yang lain yang telah ditentukan
syara’. Selain Khutbah Jum’at, ialah Khutbah “Idul Adl-ha, ‘Idul Fitri, gerhana
matahari, gerhana bulan, dan Khutbah istitsqa/meminta hujan. Khutbah-khutbah ini
dilakukan sesudah shalat.

B. Saran
Dengan kerendahan hati, penulis merasa makalah ini sangat sederhana dan jauh
dari kesempuraan. Saran kritik yang konstuktif sangat diperlukan demi kesempurnaan
makalah sehingga akan lebih bernanfaat kontibusinya bagi hazanah keilmuan. Wallahu
a’lam.

9
DAFTAR PUSTAKA

 Rifa’i, Muhammad. Fiqih Islam. Semarang: Karya Putra Thoha.


 Rasjid, Sulaiman. 2011. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
 http://assunnah.or.id
 http://www.gaulislam.com/adab-adab-khutbah-jumat
 http://blog.re.or.id/tata-cara-khutbah-pada-shalat-jumat.htm

10

Anda mungkin juga menyukai