Anda di halaman 1dari 22

Makalah

TABLIGH, KHUTBAH, DAKWAH, DAN


PENYELENGGARAAN JENAZAH

Di Susun Oleh:
WARDATUL JANNAH

XI TMM I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan
rohani sehingga kita masih tetap dapat menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi
rahmat bagi seluruh alam.

Saya sebagai penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang
telah menjadi tugas pendidikan agama dengan judul Tabligh, Khutbah, Dakwah, dan
Penyelenggaraan Jenazah. Disamping itu, saya penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini.

Akhir kata, saya penulis memahami jika makalah ini jauh dari kata sempurna, maka
kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami diwaktu yang
akan datang.

Agustus, 2019

Penulis Makalah

Wardatul Jannah
Daftar Isi
Kata Pengantar.............................................................................................................i

Daftar Isi......................................................................................................................ii

Bab I

Pendahuluan..................................................................................................................1

1. Latar Belakang..........................................................................................................

2. Rumusan Masalah.....................................................................................................

3. Tujuan.......................................................................................................................

Bab II

Pembahasan

A. Kutbah, Tabligh Dan Dakwah..........................................................................

B. Pentingnya Khutbah, Tabligh, Dan Dakwah............................................................

C. Ketentuan Khutbah/Khotbah, Tabligh Dan Dakwah...........................................................

D. Menerapkan Perilaku Mulia Sehubungan Dengan Khutbah, Tabligh Dan Dakwah........

E. Pelaksanaan Fardu Kifayah Terhadap Jenazah...............................................................

1. Pengertian jenazah............................................................................................................
2. Penyelenggaraan jenazah.........................................................................................
A. Memandikan jenazah..................................................................................................
B. Mengkafani Jenazah............................................................................................
C. Menshalatkan Jenazah.........................................................................................
D. Menguburkan Jenazah.........................................................................................
Bab III
Penutup
1. kesimpulan................................................................................................................

Daftar Pusaka................................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Saat ini begitu banyak acara-acara keagamaan di televisi yang bertajuk khutbah, tabligh
dan dakwah. Hal ini bertujuan agar semua orang yang menyaksikan acara tersebut bisa
memahami dan mendalami agama islam. Namun, disini tidak semua orang tahu perbedaan
antara khutbah, tabligh, dan dakwah, hal ini dikarenakan dakwah memiliki kesamaan dengan
tabligh dan khutbah, banyak orang-orang awam yang belum mengetahui perbedaan antara
dakwah, tabligh, dan khutbah.
Melalui makalah ini, maka akan dibahas mengenai khutbah, tabligh, dan dakwah, serta
melalui makalah ini kita dapat membedakan antara tabligh, khutbah, dan dakwah, berikut
rukun sunah-sunahnya dan hal yang dimakruhkan dalam khutbah, tabligh, dan dakwah.
Pembahasan ini juga dapat memberikan pelajaran mengenai cara mempraktikan tata cara
khutbah, tabligh, dan dakwah.
2. Rumusan Masalah
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan khutbah, tabligh, dan dakwah.
2. Jelaskan mengenai khutbah, hukum-hukumnya, dan sunah-sunah khutbah.
3. Bagaimana tata cara baik dan benar khutbah, tabligh, dan dakwah.
4. Bagaimana cara menyusun teks dan memperagakan khutbah, tabligh, dan dakwah
3. Maksud dan Tujuan
Saya sebagai penulis menyusun makalah ini merupakan sebuah bentuk pengaplikasian
dari bagian proses pembelajaran yang cukup kompleks tentang penyampaian ayat. Untuk
memperjelas pengaplikasian tersebut, maka dapat dirumuskan sebuah maksud dan tujuan dari
penyusunan makalah ini.
1. Memahami lebih tentang khutbah, tabligh, dan dakwah.
2. Belajar sambil berdiskusi dengan teman sekelas tentang khutbah, tabligh, dan
dakwah.
3. Memenuhi tugas yang diberikan oleh guru mata pelajaran PAI.

1
BAB II

KHUTBAH, TABLIGH, DAKWAH, DAN JENAZAH

A. KHUTBAH

Agama islam dalam menyampaikan ajaran-ajarannya kepada seluruh umat manusia


menggunakan beberapa cara, yang antara lain melalui khutbah, tabligh, dakwah, dan
penyelenggaraan jenazah. Cara tersebut disesuaikan dengan situasi serta kondisi. Berikut
definisi dari beberapa cara yang digunakan untuk menyampaikan agama islam tersebut, yaitu:
a. Khotbah : Adalah berpidato pada rangkaian sholat Jumat yang berisi tentang
menyampaikan pesan tentang bertakwa kepada Allah SWT, dengan syarat-syarat
tertentu.

Pentingnya khutbah

Sebagaimana yang dijelaskan, bahwa khutbah masuk pada aktivitas ibadah. Maka,
khutbah tidak mungkin bisa di tinggalkan karena akan membatalkan rangkaian aktivitas
ibadah. Contohnya, apabila sholat Jumat jika tidak ada khutbah, maka sholat Jumat tersebut
tidak sah dan apabila wukuf di Arafah jika tidak ada khutbah, maka wukufnya tidak sah

Sesungguhnya, khutbah merupakan kesempatan yang sangat besar untuk berdakwah


dan membimbing manusia menuju jalan yang di ridhoi Allah SWT. Hal ini jika khutbah
dimanfaatkan sebaik-baiknya, dengan menyampaikan materi yang dibutuhkan oleh hadirin
menyangkut masalah kehidupannya dengan ringkas, tidak panjang lebar, dan dengan cara
yang menarik serta tidak membosankan. Khutbah memiliki kedudukan yang agung dalam
syariat islam sehingga sepantasnya seorang khatib melaksanakan tugasnya dengan sebaik-
baiknya.

Seorang khatib harus memahami aqidah yang benar sehingga dia tidak sesat dan
menyesatkan orang lain. Seorang khatib harusnya memahami fiqih sehingga mampu
membimbing manusia dengan cahaya syariat menuju jalan yang lurus.

2
KetentuanKhutbah

a. Khatib jum’at
Khotbah Jum’at adalah pidato atau ceramah yang wajib dilaksanakan oleh seorang khatib,
sebelum salat Jum’at dimulai.
Agar tujuan mulia tersebut tercapai maka, hendaklah khatib Jum’at harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut, ini :
- Mengetahui ajaran Islam, terutama mengenai akidah, ibadah, dan akhlak.
- Mengetahui berbagai hal tentang khotbah Jum’at, terutama tentang syarat, rukun
dan sunah-sunahnya.
- Dapat membaca hamdalah, syahadat, salawat, Al-Qua’an dan hadist dengan baik
dan benar, juga sanggup bebicara di muka umum dengan jelas dan mudah
dipahami.
- Orang yang sudah balig danbertakwa kepada Allah, berakhlak baik, tidak
melakukan perbuatan maksiat, dan bukan orang munafik.
- Orang yang dipandang terhormat, dihormati, dan disegani.

b. Syarat Khutbah Jum’at


-  Khutbah dimulai pada waktu zuhur (sesudah matahari tergelincir).
- Khutbah dilakukan dengan dua kali dengan berdiri (jika dimungkinkan).
- Khatib hendaknya duduk di antara dua khotbah.
- Khotbah diucapkan dengan suara yang jelas dan keras.
- Dilakiukan secara berturut-turut sesuai dengan rukunnya.
c. Rukun Khotbah
- Mengucapkan hamdalah atau puji-pujian kepada Alllah SWT.
- Membaca syahadatain, yakni syahadat tauhid dan syahadat rasul. Dalam hal ini
Rasulullah SAW bersabda, “Tiap-tiap khotbah yang tidak ada syahadatnya, adalah
seperti tangan yang terpotong.” (H.R. Ahmad dan Abu Daud).
- Membaca salawat atas Nabi Muhammad SAW.
- Berwasiat atau member nasihat tentang takwa dan menyampaikan ajaran tentang
akidah, ibadah, akhlak dan muamalah yang bersumber kepada Al-Qur’an dan
Hadist.
3
- Membaca ayat Al-Qur’an pada salah satu dari dua khotbah. Rasulullah bersabdah
yang artinya:
“Dari Jabir bin Samurah, katanya, “Rasulullah SAW berkhotbah berdiri, duduk
antara keduanya, membaca ayat-ayat Al-Qur’an, mengingatkan dan
memperingatkan kabar takut pada manusia.” (H.R. Muslim).
- Berdoa pada khotbah kedua agar kaum muslimin memperoleh ampunan dosa dan
rahmat Allah SWT.
d. Sunah Khotbah Jum’at
- Khatib hendaknya berdiri diatas mimbar atau di tempat yang lebih tinggi dan letak
mimbar berada di sebelah kanan tempat berdirinya Imam salat.
- Khatib hendaknya mengawali khotbahnya dengan member salam. Setelah itu,
duduk sebentar sambil mendengarkan mu’azzin berazan.
- Khotbah hendaknya jelas, mudah dipahami, tidak terlalu panjang dan tidak terlalu
pendek.
- Khatib, di dalam khotbahnya hendaknya menghadap kepada para jamaah salat
Jum’at dan jangan berputar-putar karena yang demikian itu tidak disyariatkan.
- Menertibkan tiga rukun yaitu puji-pujian, salawat, dan nasihat agar bertakwa.
- Mambaca surah Al-Ikhlas, sewaktu duduk dua khotbah.
B. TABLIGH

Menurut bahasa Arab, tabligh berarti menyampaikan. Menurut istilah artinya


menyampaikan perintah dan larangan Allah, sebagai ajaran agama agar manusia beriman
kepada-Nya. Orang yang memiliki keahlian bertabligh disebut muballig. Berikut adalah
salah satu hadist yang membahas tentang tabligh : “Sampaikanlah dariku walau satu
ayat” (H.R. Bukhari).

Pentingnya Tabligh

Salah satu sifat wajib bagi rasul adalah Tabligh, yakni menyampaikan wahyu dari Allah
Swt. kepada umatnya. Semasa Nabi Muhammad saw. masih hidup, seluruh waktunya
dihabiskan untuk menyampaikan wahyu kepada umatnya. Setelah Rasulullah saw. wafat,
kebiasaan ini dilanjutkan oleh para sahabatnya, para tabi’in (pengikutnya sahabat), dan
tabi’it-tabi’in (pengikut pengikutnya sahabat).

Banyak yang menyangka bahwa tugas Tabligh hanyalah tugas alim ulama saja. Hal itu
tidak benar. Setiap orang yang mengetahui kemungkaran yang terjadi di hadapannya, ia wajib
mencegahnya atau menghentikannya, baik dengan tangannya (kekuasaanya), mulutnya
(nasihat), atau dengan hatinya (bahwa ia tidak ikut dalam kemungkaran tersebut). Seseorang
tidak mesti menjadi ulama terlebih dulu. Siapa pun yang melihat kemungkaran terjadi di
depan matanya, dan ia mampu menghentikannya, ia wajib menghentikannya. Bagi yang
mengerti suatu permasalahan agama, ia mesti menyampaikannya kepada yang lain, siapa pun
mereka. Sebagaimana hadis Rasulullah saw.: Artinya: Dari Abi Said al-Khudri ra. berkata,
saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka
ubahlah dengan tangannya. Apabila tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya. apabila
tidak mampu maka dengan hatinya (tidak mengikuti kemungkaran tersebut), dan itu selemah-
lemahnya iman”. (HR. Muslim).

C. DAKWAH

Menurut bahasa Arab, dakwah berarti mengajak atau menyeru. Menurut istilah dakwah
merupakan mengajak manusia untuk mengikuti kebenaran berdasarkan Al-Qur’an dan
hadist sebagai sumber ajaran islam agar manusia mendapatkan kebahagiaan di dunia dan
di akhirat. Berikut adalah salah satu hadist yang membahas dakwah : “Barang siapa yang
mengajak orang ke jalan yang baik, maka akan mendapatkan pahala sebanyak pahala
orang yang mengikutinya”(H.R. Muslim).
Pentingnya Dakwah

Salah satu kewajiban umat Islam adalah berdakwah. Sebagian ulama ada yang
menyebut berdakwah itu hukumnya fardhu kifayah (kewajiban kolektif), sebagian lainnya
menyatakan fardhu ain. Meski begitu, Rasulullah saw. tetap selalu mengajarkan agar seorang
muslim selalu menyeru pada jalan kebaikan dengan cara-cara yang baik.

Setiap dakwah hendaknya bertujuan untuk mewujudkan kebahagiaan dan


kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat dan mendapat ridha dari Allah Swt. Nabi
Muhammad saw. mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan,
tulisan dan perbuatan.

Rasulullah saw. memulai dakwahnya kepada istri, keluarga, dan teman- teman
karibnya hingga raja-raja yang berkuasa pada saat itu. Di antara raja-raja yang mendapat surat
atau risalah Rasulullah saw. adalah Kaisar Heraklius dari Byzantium, Mukaukis dari Mesir,
Kisra dari Persia (Iran), dan Raja Najasyi dari Habasyah (Ethiopia). Ada beberapa metode
dakwah yang bisa dilakukan seorang muslim menurut syariat.
s

Ketentuan Tablig dan Dakwah

a. Tablig dan dakwah hendaknya dimulai dari diri mubalig dan da’i itu sendiri, sebab
sebelum seorang mubalig atau da’I mengajak orang lain untuk berimandan bertakwa,
maka terlebih dahulu mubalig dan atau da’i menjadi orang yang beriman dan
bertakwa. Hal ini diisyaratkan dalam firman Allah SWT, yang artinya: “Amat besar
kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan ap-apa yang tidak kamu kerjakan”.
(Q.S. As-Saff, 61:3)
b. Dalam bertablig atau berdakwah, mubalig, atau da’i hendaknya menggunakan pola
kebijaksanaan, yaitu berbicara atau bertablig kepada manusia menurut kadar
kemampuan akal mereka. Tablig atau dakwah kepada kaum intelek yang kadar
keilmuannya sudah tinggiharus dibedakan dengan tablig atau dakwah terhadap orang
kebanyakan, kadar keilmuannya masih rendah.
c. Dakwah dapat dilakukan dengan “bi al-hal” yaitu melalui perbuatan baik diridai oleh
Allah SWT agar diteladani orang lain.
d. Dakwah dapat dilaksanakan melalui ucapan lisan dan tulisan, baik perorangan
ataupun kepada masyarakat.

Dalam berdakwa pastinya dilakukan dengan berbagai metode  dimana  telah dijelaskan
Allah SWT dalam Al-Quran dalam surah An-Nahl, 16:125 yaitu :

- Metode al-hikmah yang artinya penyampaian dakwah terlebih dahulu  mengetahui


tujuan dan sasaran dakwahnya.
- Metode al-mau’izah al-hasanah yakni member kepuasan kepada orang atau
masyarakat yang menjadi sasaran dakwah dengan cara seperti ini member nasihat,
pengajaran dan teladan yang baik.
- Metode “mujadalah bi al-lati hiya ahsan” ialah bertukar pikiran (berdiskusi) dengan
cara-cara yang terbaik. Metode ini digunakan bagi sasaran dakwah tertentu, misalnya
bagi orang-orang yang berpikir kritis dan kaum terpelajar. Akan tetapi pada erang
yang  serbah canggih ini, sekarang dakwah dapat disampaikan melalui media surat
kabar, majalah, radio dantelevisi.

Hikmah Khutbah, Tablig, dan Dakwah


Dari hal-hal yang telah diuraikan terdahulu, dapat kita analisa bahwa khothbah, tabligh
dan dakwah hampir sama, namun ada perbedaan diantara ketiganya. Yang paling tinggi dan
paling luas cakupannya adalah dakwah. Di dalam dakwah ada beberapa jenjang aktifitas.
Salah satunya adalah tabligh. Jadi tabligh itu bagian dari dakwah, tetapi dakwah bukan hanya
semata-mata tabligh. Tabligh sendiri berarti menyampaikan. Di dalam tabligh, yang menjadi
inti masalah adalah bagaimana agar sebuah informasi tentang agama Islam bisa sampai
kepada objek dakwah.

Perbedaan-perbedaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :


KHUTHBAH TABLIGH DAKWAH
1.  Dilaksanakan pada waktu- 1.  Dapat dilakukan kapan saja 1.  Dapat dilakukan kapan saja.
waktu tertentu. 2.  Tidak ada syarat dan rukun 2.  Tidak ada syarat dan rukun
2.  Ada syarat dan rukun. 3.  Ada yang meggunakan mimbar 3.  Tidak perlu ada mimbar khusus
3.  Ada mimbar khusus untuk dan ada yang tidak, tergantung dalam pelaksanannya
melaksanakannya. tempat pelaksanaannya 4.  Tidak dibatasi waktu
4.  Waktunya terbatas 4.  Ada yang tidak terbatas dan ada 5.  Boleh dilakukan siapa saja,
5.  Dilakukan oleh seorang yang dibatasi waktunya karena setiap muslim wajib,
yang memiliki kemampuan 5.  Bisa dilakukan oleh siapa saja mempelari, mengamalkan dan
berorasi dan memiliki yang memiliki kemampuan mendakwahkan Islam.
pengetahuan yang cukup berorasi dan pengetahuan agama 6.  Orang yang melaksana-kannya
6.  Orang yang melaksanakan 6.  Orang yang melaksanakan disebut dengan da’i.
disebut khatib. disebut mubaligh/mubalighot 7.  Dapat dilakukan tanpa melalui
7.  Dilakukan secara khusus 7.  Dapat dilakukan melalui acara formal karena dapat
dan memiliki tata cara berbagai cara seperti seminar dilakukan kapan dan dimana
tertentu. atau menggunakan tehnologi saja.
D. JENAZAH

Kata jenazah diambil dari bahasa Arab  (‫ )جن ذح‬yang berarti tubuh mayat dan kata ‫جن‬
‫ذ‬   yang berarti menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki arti tubuh mayat yang
tertutup.

Penyelenggaraan jenazah adalah fardu kifayah bagi sebagian kaum muslimin,


khususnya penduduk setempat terhadap jenazah muslim/ muslimah.
Namun, sebelum penyelenggaraan jenazah itu dimulai, maka ada beberapa hal yang harus
dilakukan terhadap jenazah tersebut, yaitu :
1. Dipejamkan matanya, mendo’akan dan meminta ampunkan atas dosanya.
2. Dilemaskan tangannya untuk disedekapkan di dada dan kakinya diluruskan.
3. Mengatupkan rahangnya atau mengikatnya dari puncak kepala sampai ke dagu supaya
mulutnya tidak menganga/terbuka.
4. Jika memungkinkan jenazah diletakkan membujur ke arah utaradan badannya
diselubungi dengan kain.
5. Menyebarluaskan berita kematiannya kepada kerabat- kerabatnya dan handai
tolannya.
6. Lunasilah hutang-hutangnya dengan segera jika ia punya hutang.
7. Segerakanlah fardu kifayahnya.
Penyelengaraan Jenazah
Menurut syari’at Islam, fardu kifayah dalam menyelenggarakan jenazah ada empat
macam, yaitu :
1. Memandikan jenazah.
2. Mengkafani jenazah.
3. Mensalatkan jenazah.
4. Menguburkan jenazah

Memandikan jenazah
Memandikan adalah salah satu cara yang wajib dilakukan terhadap mayat orang yang
beragama Islam. Caranya adalah menyampaikan atau mengalirkan air bersih ke seluruh
tubuhnya walaupun ia sedang haid atau junub. Memandikan ini dilakukan orang yang masih
hidup dengan menggunakan sabun dan wangi- wangian, tetapi dengan lemah lembut.

Adapun persiapan yang harus dilakukan atau peralatan yang harus disediakan sebelum
memandikan jenazah adalah:
1. Menyediakan air yang suci dan mensucikan secukupnya dan mempersiapkan
perlengkapan mandi seperti handuk, sabun, wangi- wangian, kapur barus dan lain-
lain.
2. Mengusahakan tempat yang tertutup untuk memandikan jenazah sehingga hanya
orang yang berkepentingan saja yang ada disitu.
3. Menyediakan kain kafan secukupnya.
4. Usahakanlah orang-orang yang akan memandikan jenazah itu adalah keluarga
terdekat jenazah atau orang-orang yang dapat menjaga rahasia. Jika jenazahnya laki-
laki, maka yang memandikannya harus laki- laki, demikian juga sebaliknya jika
jenazahnya perempuan, maka yang memandikannya harus perempuan, kecuali suami
kepada istrinya/istri kepada suaminya atau muhrimnya.
Orang yang boleh memandikan jenazah adalah orang yang sama jenis kelaminnya
dengan mayat. kecuali istri/ suami. Namun, jika ada beberapa orang yang berhak
memandikanny, maka yang lebih berhak adalah keluarga terdekat yang mengetahui
pelaksanaan mandi jenazah serta bersifat amanah. Kalau tidak, orang lain yang lebih
berpengetahuan serta amanah ( dapat dipercaya untuk tidak membuka aib jenazah).

Adapun cara memandikan jenazah itu dapat dilakukan sebagai berikut :


1. Niat karena Allah ta’ala.
2. Melepaskan segala pakaian yang melekat di badan  jenazah dan menggantinya dengan
kain  yang  menutup aurat.
3. Melepaskan perhiasan dan gigi palsunya jika memungkinkan.
4. Membersihkan rongga mulutnya, kuku- kukunya dan seluruh tubuhnya dari kotoran
dan najis.
5. Memulai memandikan dengan membersihkan anggota wudu’nya, dengan
mendahulukan yang kanan dan menyiramnya sampai rata tiga, lima,tujuh kali atau
sesuai dengan kebutuhan.
6. Jenazah dimiringkan ke kiri kemudian bagian kanan badan disiram dengan air, dan
selanjutnya dimiringkan ke kanan dan bagian kiri badan disiram dengan air, siramlah
dengan bilangan ganjil.
7. Pada waktu jenazah disiram dengan air, badannya di gosok-gosok guna
menghilangkan najis/ kotoran sekaligus untuk meratakan air ke seluruh tubuh,
perutnya di urut dengan pelan atau badannya di bungkukkan sedikit supaya gas dan
kotoran yang ada dalam perutnya keluar, dan tempat keluar kotoran tersebut disiram
dengan air yang harum dengan memakai sarung tangan.
8. Pada bagian akhir siraman hendaklah disiram dengan wangi- wangian.
9. Mengeringkan badan jenazah dengan handuk dan berilah wangi-wangian. Bagi
jenazah yang berambut panjang hendaklah dikepang rambutnya jika memungkinkan.  
4
Selain hal di atas, yang perlu diperhatikan terhadap jenazah adalah sebagai berikut:
1. Orang yang gugur, syahid dalam peprangan membela agama Allah cukup
dimakamkan dengan pakaian yang melekat di tubuhnya ( tanpa dimandikan, dikafani
dan disalatkan ).
2. Orang yang wafat dalam keadaan berihram di rawat seperti biasa tanpa diberi wangi-
wangian.
3. Orang yang syahid selain dalam peperangan membela agama Allah seperti
melahirkan, tenggelam, terbakar dirawat seperti biasa.
4. Jenazah janin yang telah berusia empat bulan dirawat seperti biasa.
5. Jika terdapat halangan untuk memandikan jenazah, maka cukup diganti dengan
tayammum.
6. Bagi orang yang memandikan jenazah, disunnahkan untuk mandi sesudahnya.

Mengkafani jenazah
Mengkafani jenazah adalah membalut seluruh tubuhnya dengan kain dan sebagainya
walaupun hanya dengan sehelai kain. Mayat laki- laki sunat dikafani dengan tiga lapis kain
putih. Hal ini sesuai dengan hadis dari Aisyah r.a
‫ق‬MM‫ة (متّف‬MM‫ا قميص وال عمام‬MM‫ف ليس فيه‬MM‫حوليّة كرس‬MM‫عن عائشة كفّن رسول هللا صلّى هللا عليه وسلّم في ثالثة اثواب بيض س‬
)‫عليه‬
Sementara itu, mayat perempuan sunat mengkafaninya dengan lima lapis kain yang
terdiri dari sehelai kain sarung, selendang dan dua helai kain untuk membalut tubuh
mayat/jenazah.
Persiapan dan perlengkapan yang akan dilakukan untuk mengkafani jenazah adalah :
1. Kain untuk mengkafani secukupnya dan diutamakan yang berwarna putih.
2. Kain kafan untuk jenazah laki- laki terdiri dari tiga lembar, sedangkan kain kafan
untuk jenazah perempuan terdiri dari lima lembar kain, yaitu : kain basahan, baju
kurung, kerudung dan dua lembar kain penutup.

Sebaiknya disediakan perlengkapan sebagai berikut:


1. Tali sejumlah 3, 5, 7, atau 9 antara lain untuk ujung kepala, leher, pinggang/ pada
lengan tangan, perut, lutut, pergelangan kaki dan ujungkaki.
2. Kapas secukupnya.
3. Kapur barus atau pewangi secukupnya.
4. Meletakkan kain memanjang searah tubuhnya di atas tali-tali yang telah disediakan.
5. Untuk jenazah perempuan, aturlah kerudung/ mukena, baju dan kain basahan sesuai
dengan letaknya.

Setelah perlengkapan disediakan, maka dilakukan dengan mengkafani jenazah dengan


urutan sebagai berikut:
1. Pada waktu hendak mengkafani dipasang lebih dahulu tirai (pendinding) supaya
jenazah itu tidak sampaidilihat orang lain/ selain orang yang mengkafani.
2. Kain kafan telah dihamparkan dengan letak sebagai berikut:
a. Kain kafan diletakkan pada urutan yang paling bawah yang telah ditaburi dengan
wangi-wangian seperti kapur barus. Dibawah kain kafan diletakkan tiga/ lima
buah tali yang di ambil dari pinggir kain kafan. Cara meletakkannya, satu helai di
ujung kepala, satu helai di pinggang dan satu helai lagi di ujung kaki. Kedua
tangannya diletakkan di dadanya seperti ketika melaksanakan solat.
b. Jenazah diletakkan membujur di atas kain kafan dalam keadaan tertutup selubung
kain.
c. Lepaskan kain selubung dalam keadaan aurat tetap tertutup.
d. Jika diperlukan, tutuplah dengan kapas lubang- lubang yang mengeluarkan cairan.
3. Bagi jenazah laki-laki di tutup dengan tiga lapis kain secara rapi dan di ikat dengan
simpul disebelah kiri.
4. Bagi jenazah yang berrambut panjang (permpuan) hendaklah rambutnya dikepang
jika memungkinkan.
5. Bagi jenazah perempuan, kenakan(pakaian) lima lapis kain yaitu: kerudung, untuk
kepala, baju kurung , kain basahan penutup aurat dan dua lembar kain penutup secara
rapi serta di ikat dengan simpul disebelah kiri.
6. Setelah tutup kepala, baju( bagi wanita) kain dan kapas dipakaikan, maka kain kapan
digulung dengan cara mempertemukan ujung kain sebelah kanan dan kiri satu persatu,
sejak dari leher sampai ke kaki kemudian di ikat dengan tali yang telah diletakkan
terlebih dahulu di bawah kain kafan yaitu di ujung sebelah kaki dan pinggang,
sedangkan yang sebelah atas masih terbuka sambil menanti kerabatnya ziarah
terakhir. Setelah kerabat dan familinya selesai berziarah, maka disempurnakan
gulungannya.
7. Kemudian di ikat di ujung sebelah atas. Dan pertemuan ikatan itu sebaiknya dibuat
sebelah kiri jenazah.
Menshalatkan jenazah
Dalam mensalatkan jenazah, terdapat beberapa perbedaan dengan salat- salat pada
umumnya karena ada rukun yang sama dan adapula yang berbeda dengan rukun salat pada
umumnya.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan salat jenazah, yaitu:
1. Jenazah diletakkan di arah kiblat( di depan imam apabila berjama’ah atau di depan
orang yang mensalatkannya apabila sendiri). Posisi jenazah, kepalanya sebelah kanan
dan kaki sebelah kiri imam.
2. ada jenazah laki- laki imamnya berdiri sejajar dengan dada jenazah, sedangkan
apabila jenazahnya perempuan, maka imam berdiri sejajar dengan pinggang jenazah.
3. Setelah jama’ah salat jenazah siap untuk melaksanakan salat jenazah tersebut,
kemudian berniatlah di dalam hati untuk melaksanakan salat jenazah.

Adapun rukun salat jenah adalah sebagai berikut:


1.  Niat dengan lafaz
‫ هذا\ هذه الميت \ميتة اربع تكبيرات فرض كفا ية اما ما\ ما موما هلل تعلى‬ ‫ا صلى على‬
2. Berdiri bagi yang kuasa tanpa rukuk dan sujud.

Takbir empat kali dengan urutan sebagai berikut :

Setelah berniat sebagaimana tersebut di atas, lalu bertakbir dengan mengangkat kedua
tangan sejajar dengan kedua telinga atau sejajar kedua bahu dan diletakkan di dada.
1. Sesudah takbir pertama, dibaca surat Al- Fatihah.
2. Sesudah takbir kedua, dibaca salawat atas nabi.
3. Sesudah takbir ketiga, dibaca do’a. Antara lain do’a yang dibaca Rasulullah Saw
sebagaimana hadis riwayat Muslim dan Nasa’i dari Auf bin Malik, Rasulullah
membaca :
‫الثلج َو ْالبَ َر ِد َونَق ِه ِمنَ ْالخَ طَا‬
ِ ‫ب ْال َما ِء َو‬ ِ ُ‫اَللهُم ا ْغفِرْ لَهُ ورْ َح ْمهُ َو عَا فِ ِه َوا عْفُ َع ْنهُ َو اَ ْك ِر ْم نُ ُز لَهُ َو َو س ْع َم ْد خَ لَهُ َو ا ْغ ِس ْله‬
ِ ‫َس َواَ ْب ِد ْلهُ دَا َرا َخ ْيرًا ِم ْن د‬
ْ‫َار ِه َواَ ْهالً خَ ْيرًا ِم ْن اَ ْهلِ ِه َو َزوْ جا ً خَ يْراً ِمن َزوْ ِج ِه َو قِ ِه ِمن‬ ِ ‫يَا َك َما يُنَقى الثوْ بُ االَ بْييَضُ ِمنَ الدن‬
‫ب النار‬ِ ‫بر َو َع َذا‬ِ َ‫ب ْالق‬
ِ ‫فِ ْتنَ ِة َع َذا‬
( ‫) متفق عليه‬ 
4. Sesudah takbir ke empat sesuai hadis riwayat Al- Hakim dibaca:
) ‫ ( َر َواه ُال َحا ِكم‬ ‫اَللهُم الَ تَحْ ِر ْمنا َ أَجْ َره ُ َوالَ تَ ْفتِنا َ َوا ْغفِرْ لنَا َو لَه‬

Menguburkan jenazah
Kewajiban yang ke empat terhadap jenazah ialah menguburkannya. hukum menguburkan
jenazah adalah fardu kipayah atas orang  yang masih hidup. Dalamnya kuburan sekurang
kurangnya kira-kira tidak tercium  bau busuk mayat  itu dari  atas kubur dan tidak dapat
dibongkar oleh  binatang  buas,sebab maksud menguburkan mayat ialah untuk menjaga
kehormatan mayat itu dan menjaga  kesehatan orang-orang yang ada di sekitar tempat itu.
Sedangkan waktu penguburan secara normal dapat dilakukan pada siang
hari.Namun,penguburan dapat dilakukan juga pada malam hari sebab rasulullah saw pernah
menguburkan seseorang pada malam hari ,Ali r.a. menguburkan Fatimah binti
Muhammad,Abu bakar,Usman,Aisyah,dan Ibnu Mas’ud juga dikuburkan pada malam hari
sebagaimana sabda rasulullah SAW.dari jabir r.a yang diriwayatkan ibnu m
‫ قا ل‬ ‫ قال‬ ‫ المكي عن ابي الز بير عن جا بر بن عبدهللا‬M‫ حد ثنا وكيع عن ابرهيم بن يذيد‬ ‫حد ثنا عمرو بن عبدهللا الءودي‬
‫رسوهللا صلى هللا عليه و سلم الل تد فنوا مو تا كم با ليل اال ان‬
                                                                                                                                            ‫تضطروا‬
           
Artinya’’:janganlah kamu menguburkan jenazah pada malam hari kecuali dalam keadaan
terpaksa’’(H.R.Sunan Ibnu Majah no.1510 kitab ja’a fi al-janaiz)
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penguburan jenazah ini antara lain adalah:
1. Ketika memasukkan mayat ke liang kubur hendaknya pekerja jenazah untuk
membaca’’
2.      ‫بسم‬  ‫لم‬MM‫ه و س‬MM‫لي هللا علي‬MM‫و هلل ص‬MM‫ رس‬ ‫ة‬MM‫مل‬ ‫ وعلى‬ ‫ه‬MM‫الل‬    .  Khusus ketika memasukkan jenazah
perempuan hendaklah di bentangkan kain di atas liang kuburnya.
3. Dua  atau tiga  orang dari keluarga terdekat jenazah  dan di utamakan yang tidak
junub pada malam hari sebelumnya, masuk kedalam liang kubur dengan berdiri untuk
menerima jenazah.
4. Adapun melepas tali-talinya dan membuka kain yang menutupi dan jari-jari kakinya
sehingga menempel ke tanah serta memasang bantalan tidak ada tuntunan dari
rasulullah SAW.
5. Bagi pengiring jenazah yang tiba di kuburan ketika kubur bekum selesai  digali
hendaklah duduk menghadap kiblat dan jangan duduk di atas kuburan.
6. Memintakan ampunan  dan keteguhan dalam jawaban bagi jenazah dan
mendo’akannya sambil berdiri.
7. Jenazah diperbolehkan untuk di masukkan ke dalam peti  jika tanahnya berair atau
jenazah dalam keadaan mudorat.
8. Dalam kondisi darurat boleh menguburkan dalam satu lubang dua mayat atau lebih,
dan yang lebih didahulukan adalah yang lebih afdhal di antara mereka.
9. Yang menurunkan mayat adalah kaum laki-laki meskipun mayatnya perempuan.
10. Menurut sunnah: memasukkan mayat dari arah belakang liang kubur.
11. Meletakkan mayat di atas sebelah kanannya, wajahnya menghadap kiblat.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jika diteliti dengan cermat, memahami makna hadits tersebut dengan hal semacam itu
sangatlah tidak tepat. Hadits ini menyuruh kepada kita agar ketika menyampaikan hadits
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam kita tahu dan yakin bahwa hadits tersebut berasal dari
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Jadi yang benar dari hadits ini bukanlah memotivasi orang yang tidak berilmu untuk
berbicara (masalah agama) akan tetapi hadits ini memotivasi kepada orang yang telah belajar
dan mengetahui, hendaklah disampaikan walau sedikit. Ketika seseorang telah mengetahui
syariat ini benar dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka diperkenankan baginya untuk
menyampaikannya kepada orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

http://jasmencomputer.blogspot.com/2016/01/contoh-makalah-pai.html?m=1
https://images.app.goo.gl/3gEVAkQSQvDzMmtY8
https://images.app.goo.gl/bgwdUBZucjoYuKrg6
Daftar Isi
Kata Pengantar.............................................................................................................

Daftar Isi......................................................................................................................

Bab I

Pendahuluan..................................................................................................................

1. Latar Belakang..........................................................................................................

2. Rumusan Masalah.....................................................................................................

3. Tujuan.......................................................................................................................

Bab II

Pembahasan

A. Kutbah, Tabligh Dan Dakwah..........................................................................

B. Pentingnya Khutbah, Tabligh, Dan Dakwah............................................................

C. Ketentuan Khutbah/Khotbah, Tabligh Dan Dakwah...........................................................

D. Menerapkan Perilaku Mulia Sehubungan Dengan Khutbah, Tabligh Dan Dakwah........

E. Pelaksanaan Fardu Kifayah Terhadap Jenazah...............................................................

3. Pengertian jenazah............................................................................................................
4. Penyelenggaraan jenazah.........................................................................................
E. Memandikan jenazah..................................................................................................
F. Mengkafani Jenazah............................................................................................
G. Menshalatkan Jenazah.........................................................................................
H. Menguburkan Jenazah.........................................................................................
Bab III
Penutup
1. kesimpulan................................................................................................................

Daftar Pusaka................................................................................................................

Anda mungkin juga menyukai