Di Susun Oleh:
WARDATUL JANNAH
XI TMM I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan
rohani sehingga kita masih tetap dapat menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi
rahmat bagi seluruh alam.
Saya sebagai penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang
telah menjadi tugas pendidikan agama dengan judul Tabligh, Khutbah, Dakwah, dan
Penyelenggaraan Jenazah. Disamping itu, saya penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini.
Akhir kata, saya penulis memahami jika makalah ini jauh dari kata sempurna, maka
kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami diwaktu yang
akan datang.
Agustus, 2019
Penulis Makalah
Wardatul Jannah
Daftar Isi
Kata Pengantar.............................................................................................................i
Daftar Isi......................................................................................................................ii
Bab I
Pendahuluan..................................................................................................................1
1. Latar Belakang..........................................................................................................
2. Rumusan Masalah.....................................................................................................
3. Tujuan.......................................................................................................................
Bab II
Pembahasan
1. Pengertian jenazah............................................................................................................
2. Penyelenggaraan jenazah.........................................................................................
A. Memandikan jenazah..................................................................................................
B. Mengkafani Jenazah............................................................................................
C. Menshalatkan Jenazah.........................................................................................
D. Menguburkan Jenazah.........................................................................................
Bab III
Penutup
1. kesimpulan................................................................................................................
Daftar Pusaka................................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Saat ini begitu banyak acara-acara keagamaan di televisi yang bertajuk khutbah, tabligh
dan dakwah. Hal ini bertujuan agar semua orang yang menyaksikan acara tersebut bisa
memahami dan mendalami agama islam. Namun, disini tidak semua orang tahu perbedaan
antara khutbah, tabligh, dan dakwah, hal ini dikarenakan dakwah memiliki kesamaan dengan
tabligh dan khutbah, banyak orang-orang awam yang belum mengetahui perbedaan antara
dakwah, tabligh, dan khutbah.
Melalui makalah ini, maka akan dibahas mengenai khutbah, tabligh, dan dakwah, serta
melalui makalah ini kita dapat membedakan antara tabligh, khutbah, dan dakwah, berikut
rukun sunah-sunahnya dan hal yang dimakruhkan dalam khutbah, tabligh, dan dakwah.
Pembahasan ini juga dapat memberikan pelajaran mengenai cara mempraktikan tata cara
khutbah, tabligh, dan dakwah.
2. Rumusan Masalah
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan khutbah, tabligh, dan dakwah.
2. Jelaskan mengenai khutbah, hukum-hukumnya, dan sunah-sunah khutbah.
3. Bagaimana tata cara baik dan benar khutbah, tabligh, dan dakwah.
4. Bagaimana cara menyusun teks dan memperagakan khutbah, tabligh, dan dakwah
3. Maksud dan Tujuan
Saya sebagai penulis menyusun makalah ini merupakan sebuah bentuk pengaplikasian
dari bagian proses pembelajaran yang cukup kompleks tentang penyampaian ayat. Untuk
memperjelas pengaplikasian tersebut, maka dapat dirumuskan sebuah maksud dan tujuan dari
penyusunan makalah ini.
1. Memahami lebih tentang khutbah, tabligh, dan dakwah.
2. Belajar sambil berdiskusi dengan teman sekelas tentang khutbah, tabligh, dan
dakwah.
3. Memenuhi tugas yang diberikan oleh guru mata pelajaran PAI.
1
BAB II
A. KHUTBAH
Pentingnya khutbah
Sebagaimana yang dijelaskan, bahwa khutbah masuk pada aktivitas ibadah. Maka,
khutbah tidak mungkin bisa di tinggalkan karena akan membatalkan rangkaian aktivitas
ibadah. Contohnya, apabila sholat Jumat jika tidak ada khutbah, maka sholat Jumat tersebut
tidak sah dan apabila wukuf di Arafah jika tidak ada khutbah, maka wukufnya tidak sah
Seorang khatib harus memahami aqidah yang benar sehingga dia tidak sesat dan
menyesatkan orang lain. Seorang khatib harusnya memahami fiqih sehingga mampu
membimbing manusia dengan cahaya syariat menuju jalan yang lurus.
2
KetentuanKhutbah
a. Khatib jum’at
Khotbah Jum’at adalah pidato atau ceramah yang wajib dilaksanakan oleh seorang khatib,
sebelum salat Jum’at dimulai.
Agar tujuan mulia tersebut tercapai maka, hendaklah khatib Jum’at harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut, ini :
- Mengetahui ajaran Islam, terutama mengenai akidah, ibadah, dan akhlak.
- Mengetahui berbagai hal tentang khotbah Jum’at, terutama tentang syarat, rukun
dan sunah-sunahnya.
- Dapat membaca hamdalah, syahadat, salawat, Al-Qua’an dan hadist dengan baik
dan benar, juga sanggup bebicara di muka umum dengan jelas dan mudah
dipahami.
- Orang yang sudah balig danbertakwa kepada Allah, berakhlak baik, tidak
melakukan perbuatan maksiat, dan bukan orang munafik.
- Orang yang dipandang terhormat, dihormati, dan disegani.
Pentingnya Tabligh
Salah satu sifat wajib bagi rasul adalah Tabligh, yakni menyampaikan wahyu dari Allah
Swt. kepada umatnya. Semasa Nabi Muhammad saw. masih hidup, seluruh waktunya
dihabiskan untuk menyampaikan wahyu kepada umatnya. Setelah Rasulullah saw. wafat,
kebiasaan ini dilanjutkan oleh para sahabatnya, para tabi’in (pengikutnya sahabat), dan
tabi’it-tabi’in (pengikut pengikutnya sahabat).
Banyak yang menyangka bahwa tugas Tabligh hanyalah tugas alim ulama saja. Hal itu
tidak benar. Setiap orang yang mengetahui kemungkaran yang terjadi di hadapannya, ia wajib
mencegahnya atau menghentikannya, baik dengan tangannya (kekuasaanya), mulutnya
(nasihat), atau dengan hatinya (bahwa ia tidak ikut dalam kemungkaran tersebut). Seseorang
tidak mesti menjadi ulama terlebih dulu. Siapa pun yang melihat kemungkaran terjadi di
depan matanya, dan ia mampu menghentikannya, ia wajib menghentikannya. Bagi yang
mengerti suatu permasalahan agama, ia mesti menyampaikannya kepada yang lain, siapa pun
mereka. Sebagaimana hadis Rasulullah saw.: Artinya: Dari Abi Said al-Khudri ra. berkata,
saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka
ubahlah dengan tangannya. Apabila tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya. apabila
tidak mampu maka dengan hatinya (tidak mengikuti kemungkaran tersebut), dan itu selemah-
lemahnya iman”. (HR. Muslim).
C. DAKWAH
Menurut bahasa Arab, dakwah berarti mengajak atau menyeru. Menurut istilah dakwah
merupakan mengajak manusia untuk mengikuti kebenaran berdasarkan Al-Qur’an dan
hadist sebagai sumber ajaran islam agar manusia mendapatkan kebahagiaan di dunia dan
di akhirat. Berikut adalah salah satu hadist yang membahas dakwah : “Barang siapa yang
mengajak orang ke jalan yang baik, maka akan mendapatkan pahala sebanyak pahala
orang yang mengikutinya”(H.R. Muslim).
Pentingnya Dakwah
Salah satu kewajiban umat Islam adalah berdakwah. Sebagian ulama ada yang
menyebut berdakwah itu hukumnya fardhu kifayah (kewajiban kolektif), sebagian lainnya
menyatakan fardhu ain. Meski begitu, Rasulullah saw. tetap selalu mengajarkan agar seorang
muslim selalu menyeru pada jalan kebaikan dengan cara-cara yang baik.
Rasulullah saw. memulai dakwahnya kepada istri, keluarga, dan teman- teman
karibnya hingga raja-raja yang berkuasa pada saat itu. Di antara raja-raja yang mendapat surat
atau risalah Rasulullah saw. adalah Kaisar Heraklius dari Byzantium, Mukaukis dari Mesir,
Kisra dari Persia (Iran), dan Raja Najasyi dari Habasyah (Ethiopia). Ada beberapa metode
dakwah yang bisa dilakukan seorang muslim menurut syariat.
s
a. Tablig dan dakwah hendaknya dimulai dari diri mubalig dan da’i itu sendiri, sebab
sebelum seorang mubalig atau da’I mengajak orang lain untuk berimandan bertakwa,
maka terlebih dahulu mubalig dan atau da’i menjadi orang yang beriman dan
bertakwa. Hal ini diisyaratkan dalam firman Allah SWT, yang artinya: “Amat besar
kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan ap-apa yang tidak kamu kerjakan”.
(Q.S. As-Saff, 61:3)
b. Dalam bertablig atau berdakwah, mubalig, atau da’i hendaknya menggunakan pola
kebijaksanaan, yaitu berbicara atau bertablig kepada manusia menurut kadar
kemampuan akal mereka. Tablig atau dakwah kepada kaum intelek yang kadar
keilmuannya sudah tinggiharus dibedakan dengan tablig atau dakwah terhadap orang
kebanyakan, kadar keilmuannya masih rendah.
c. Dakwah dapat dilakukan dengan “bi al-hal” yaitu melalui perbuatan baik diridai oleh
Allah SWT agar diteladani orang lain.
d. Dakwah dapat dilaksanakan melalui ucapan lisan dan tulisan, baik perorangan
ataupun kepada masyarakat.
Dalam berdakwa pastinya dilakukan dengan berbagai metode dimana telah dijelaskan
Allah SWT dalam Al-Quran dalam surah An-Nahl, 16:125 yaitu :
Kata jenazah diambil dari bahasa Arab ( )جن ذحyang berarti tubuh mayat dan kata جن
ذ yang berarti menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki arti tubuh mayat yang
tertutup.
Memandikan jenazah
Memandikan adalah salah satu cara yang wajib dilakukan terhadap mayat orang yang
beragama Islam. Caranya adalah menyampaikan atau mengalirkan air bersih ke seluruh
tubuhnya walaupun ia sedang haid atau junub. Memandikan ini dilakukan orang yang masih
hidup dengan menggunakan sabun dan wangi- wangian, tetapi dengan lemah lembut.
Adapun persiapan yang harus dilakukan atau peralatan yang harus disediakan sebelum
memandikan jenazah adalah:
1. Menyediakan air yang suci dan mensucikan secukupnya dan mempersiapkan
perlengkapan mandi seperti handuk, sabun, wangi- wangian, kapur barus dan lain-
lain.
2. Mengusahakan tempat yang tertutup untuk memandikan jenazah sehingga hanya
orang yang berkepentingan saja yang ada disitu.
3. Menyediakan kain kafan secukupnya.
4. Usahakanlah orang-orang yang akan memandikan jenazah itu adalah keluarga
terdekat jenazah atau orang-orang yang dapat menjaga rahasia. Jika jenazahnya laki-
laki, maka yang memandikannya harus laki- laki, demikian juga sebaliknya jika
jenazahnya perempuan, maka yang memandikannya harus perempuan, kecuali suami
kepada istrinya/istri kepada suaminya atau muhrimnya.
Orang yang boleh memandikan jenazah adalah orang yang sama jenis kelaminnya
dengan mayat. kecuali istri/ suami. Namun, jika ada beberapa orang yang berhak
memandikanny, maka yang lebih berhak adalah keluarga terdekat yang mengetahui
pelaksanaan mandi jenazah serta bersifat amanah. Kalau tidak, orang lain yang lebih
berpengetahuan serta amanah ( dapat dipercaya untuk tidak membuka aib jenazah).
Mengkafani jenazah
Mengkafani jenazah adalah membalut seluruh tubuhnya dengan kain dan sebagainya
walaupun hanya dengan sehelai kain. Mayat laki- laki sunat dikafani dengan tiga lapis kain
putih. Hal ini sesuai dengan hadis dari Aisyah r.a
قMMة (متّفMMا قميص وال عمامMMف ليس فيهMMحوليّة كرسMMعن عائشة كفّن رسول هللا صلّى هللا عليه وسلّم في ثالثة اثواب بيض س
)عليه
Sementara itu, mayat perempuan sunat mengkafaninya dengan lima lapis kain yang
terdiri dari sehelai kain sarung, selendang dan dua helai kain untuk membalut tubuh
mayat/jenazah.
Persiapan dan perlengkapan yang akan dilakukan untuk mengkafani jenazah adalah :
1. Kain untuk mengkafani secukupnya dan diutamakan yang berwarna putih.
2. Kain kafan untuk jenazah laki- laki terdiri dari tiga lembar, sedangkan kain kafan
untuk jenazah perempuan terdiri dari lima lembar kain, yaitu : kain basahan, baju
kurung, kerudung dan dua lembar kain penutup.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan salat jenazah, yaitu:
1. Jenazah diletakkan di arah kiblat( di depan imam apabila berjama’ah atau di depan
orang yang mensalatkannya apabila sendiri). Posisi jenazah, kepalanya sebelah kanan
dan kaki sebelah kiri imam.
2. ada jenazah laki- laki imamnya berdiri sejajar dengan dada jenazah, sedangkan
apabila jenazahnya perempuan, maka imam berdiri sejajar dengan pinggang jenazah.
3. Setelah jama’ah salat jenazah siap untuk melaksanakan salat jenazah tersebut,
kemudian berniatlah di dalam hati untuk melaksanakan salat jenazah.
Setelah berniat sebagaimana tersebut di atas, lalu bertakbir dengan mengangkat kedua
tangan sejajar dengan kedua telinga atau sejajar kedua bahu dan diletakkan di dada.
1. Sesudah takbir pertama, dibaca surat Al- Fatihah.
2. Sesudah takbir kedua, dibaca salawat atas nabi.
3. Sesudah takbir ketiga, dibaca do’a. Antara lain do’a yang dibaca Rasulullah Saw
sebagaimana hadis riwayat Muslim dan Nasa’i dari Auf bin Malik, Rasulullah
membaca :
الثلج َو ْالبَ َر ِد َونَق ِه ِمنَ ْالخَ طَا
ِ ب ْال َما ِء َو ِ ُاَللهُم ا ْغفِرْ لَهُ ورْ َح ْمهُ َو عَا فِ ِه َوا عْفُ َع ْنهُ َو اَ ْك ِر ْم نُ ُز لَهُ َو َو س ْع َم ْد خَ لَهُ َو ا ْغ ِس ْله
ِ َس َواَ ْب ِد ْلهُ دَا َرا َخ ْيرًا ِم ْن د
َْار ِه َواَ ْهالً خَ ْيرًا ِم ْن اَ ْهلِ ِه َو َزوْ جا ً خَ يْراً ِمن َزوْ ِج ِه َو قِ ِه ِمن ِ يَا َك َما يُنَقى الثوْ بُ االَ بْييَضُ ِمنَ الدن
ب النارِ بر َو َع َذاِ َب ْالق
ِ فِ ْتنَ ِة َع َذا
( ) متفق عليه
4. Sesudah takbir ke empat sesuai hadis riwayat Al- Hakim dibaca:
) ( َر َواه ُال َحا ِكم اَللهُم الَ تَحْ ِر ْمنا َ أَجْ َره ُ َوالَ تَ ْفتِنا َ َوا ْغفِرْ لنَا َو لَه
Menguburkan jenazah
Kewajiban yang ke empat terhadap jenazah ialah menguburkannya. hukum menguburkan
jenazah adalah fardu kipayah atas orang yang masih hidup. Dalamnya kuburan sekurang
kurangnya kira-kira tidak tercium bau busuk mayat itu dari atas kubur dan tidak dapat
dibongkar oleh binatang buas,sebab maksud menguburkan mayat ialah untuk menjaga
kehormatan mayat itu dan menjaga kesehatan orang-orang yang ada di sekitar tempat itu.
Sedangkan waktu penguburan secara normal dapat dilakukan pada siang
hari.Namun,penguburan dapat dilakukan juga pada malam hari sebab rasulullah saw pernah
menguburkan seseorang pada malam hari ,Ali r.a. menguburkan Fatimah binti
Muhammad,Abu bakar,Usman,Aisyah,dan Ibnu Mas’ud juga dikuburkan pada malam hari
sebagaimana sabda rasulullah SAW.dari jabir r.a yang diriwayatkan ibnu m
قا ل قال المكي عن ابي الز بير عن جا بر بن عبدهللاM حد ثنا وكيع عن ابرهيم بن يذيد حد ثنا عمرو بن عبدهللا الءودي
رسوهللا صلى هللا عليه و سلم الل تد فنوا مو تا كم با ليل اال ان
تضطروا
Artinya’’:janganlah kamu menguburkan jenazah pada malam hari kecuali dalam keadaan
terpaksa’’(H.R.Sunan Ibnu Majah no.1510 kitab ja’a fi al-janaiz)
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penguburan jenazah ini antara lain adalah:
1. Ketika memasukkan mayat ke liang kubur hendaknya pekerja jenazah untuk
membaca’’
2. بسم لمMMه و سMMلي هللا عليMMو هلل صMM رس ةMMمل وعلى هMMالل . Khusus ketika memasukkan jenazah
perempuan hendaklah di bentangkan kain di atas liang kuburnya.
3. Dua atau tiga orang dari keluarga terdekat jenazah dan di utamakan yang tidak
junub pada malam hari sebelumnya, masuk kedalam liang kubur dengan berdiri untuk
menerima jenazah.
4. Adapun melepas tali-talinya dan membuka kain yang menutupi dan jari-jari kakinya
sehingga menempel ke tanah serta memasang bantalan tidak ada tuntunan dari
rasulullah SAW.
5. Bagi pengiring jenazah yang tiba di kuburan ketika kubur bekum selesai digali
hendaklah duduk menghadap kiblat dan jangan duduk di atas kuburan.
6. Memintakan ampunan dan keteguhan dalam jawaban bagi jenazah dan
mendo’akannya sambil berdiri.
7. Jenazah diperbolehkan untuk di masukkan ke dalam peti jika tanahnya berair atau
jenazah dalam keadaan mudorat.
8. Dalam kondisi darurat boleh menguburkan dalam satu lubang dua mayat atau lebih,
dan yang lebih didahulukan adalah yang lebih afdhal di antara mereka.
9. Yang menurunkan mayat adalah kaum laki-laki meskipun mayatnya perempuan.
10. Menurut sunnah: memasukkan mayat dari arah belakang liang kubur.
11. Meletakkan mayat di atas sebelah kanannya, wajahnya menghadap kiblat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jika diteliti dengan cermat, memahami makna hadits tersebut dengan hal semacam itu
sangatlah tidak tepat. Hadits ini menyuruh kepada kita agar ketika menyampaikan hadits
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam kita tahu dan yakin bahwa hadits tersebut berasal dari
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Jadi yang benar dari hadits ini bukanlah memotivasi orang yang tidak berilmu untuk
berbicara (masalah agama) akan tetapi hadits ini memotivasi kepada orang yang telah belajar
dan mengetahui, hendaklah disampaikan walau sedikit. Ketika seseorang telah mengetahui
syariat ini benar dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka diperkenankan baginya untuk
menyampaikannya kepada orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
http://jasmencomputer.blogspot.com/2016/01/contoh-makalah-pai.html?m=1
https://images.app.goo.gl/3gEVAkQSQvDzMmtY8
https://images.app.goo.gl/bgwdUBZucjoYuKrg6
Daftar Isi
Kata Pengantar.............................................................................................................
Daftar Isi......................................................................................................................
Bab I
Pendahuluan..................................................................................................................
1. Latar Belakang..........................................................................................................
2. Rumusan Masalah.....................................................................................................
3. Tujuan.......................................................................................................................
Bab II
Pembahasan
3. Pengertian jenazah............................................................................................................
4. Penyelenggaraan jenazah.........................................................................................
E. Memandikan jenazah..................................................................................................
F. Mengkafani Jenazah............................................................................................
G. Menshalatkan Jenazah.........................................................................................
H. Menguburkan Jenazah.........................................................................................
Bab III
Penutup
1. kesimpulan................................................................................................................
Daftar Pusaka................................................................................................................