Anda di halaman 1dari 19

Makalah Pendidikan Agama Islam

Tabliq, Khutbah, Dakwa, dan Penyelenggaraan Jenazah

Di Susun Oleh
ANDHYN FIRLY DELVIANA
SMK YADIKA 12
Kata Pengantar

Puji syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya
penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas Makalah Pendidikan Agama
Islam ini. Tidak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada:

 Guru Pendidikan Agama Islam yaitu Bapak Deding yang telah membimbing penulis
agar dapat mengerti tentang bagaimana cara menyusun makalah ini
 Teman-teman penulis yang telah bersedia membantu penyusunan makalah ini
 Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan dalam bentuk materi, doa dan
waktu.

Tujuan dari disusunnya makalah ini agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
Perbandingan Makna Antara Khutbah, Tabligh, Dakwah Dan Penyelenggaraan Jenazah yang
penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Terlepas itu semua ada
mungkin kami menyadari masih banyak kesalahan dalam karya ini, baik itu yang datang dari
diri penulis maupn yang datang dari luar. Jika makalah ini tidak terlalu bagus penulis mohon
untuk memberikan saran dan kritiknya.
Daftar Isi
Kata Pengantar.............................................................................................................
Daftar Isi......................................................................................................................
Bab I
Pendahuluan..................................................................................................................
1. Latar Belakang..........................................................................................................
2. Rumusan Masalah.....................................................................................................
3. Tujuan.......................................................................................................................
Bab II
Pembahasan
A. Kutbah, Tabligh Dan Dakwah..........................................................................
B. Pentingnya Khutbah, Tabligh, Dan Dakwah............................................................
C. Ketentuan Khutbah/Khotbah, Tabligh Dan Dakwah...........................................................
D. Menerapkan Perilaku Mulia Sehubungan Dengan Khutbah, Tabligh Dan Dakwah........
E. Pelaksanaan Fardu Kifayah Terhadap Jenazah...............................................................
1. Pengertian jenazah............................................................................................................
2. Penyelenggaraan jenazah.........................................................................................
A. Memandikan jenazah..................................................................................................
B. Mengkafani Jenazah............................................................................................
C. Menshalatkan Jenazah.........................................................................................
D. Menguburkan Jenazah.........................................................................................
Bab III
Penutup
1. kesimpulan................................................................................................................
Daftar Pusaka................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Khutbah adalah pidato pada rangkaian sholat yang berisi menyampaikan pesan tentang
bertakwa kepada Allah SWT. Dengan syarat-syarat tertentu.
Menurut bahasa arab tablig berarti menyampaikan, menurut istilah arti menyampaikan
perintah dan larangan Allah SWT. Sebagai ajaran agama agar manusia beriman kepada nya.
Orang yang memiliki keahlian bertabliq di sebut mubalig. Berikut adalah salah satu hadist
yang membahas tentang tabliq.
“Sampaikanlah dariku walau satu ayat”(HR Bukhari)
Dakwah dalam bahasa Arab berarti mngajak atau menyeru. Menurut istilah dakwah
merupakan mengajak manusia untuk mengikuti kebenaran berdasarkan Al Quran dan hadist
sebagai sumber ajaran Islam agar manusia mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

2. Rumusan masalah
A. Pengertian, dan ketentuan kutbah
B. Pengertian, dan ketentuan tabligh
C. Pengertian, dan ketentuan dakwah 
D. Pengertian jenazah
E. Tata pengurusan jenazah

3. Tujuan
A. Memahami lebih tentang Khutbah, Tablig, Dakwah, Dan Penyelenggaraan Jenazah
B. Belajar sambil Berdiskusi dengan teman sekelas tentang Khutbah, Tablig, Dakwah,
Dan Penyelenggaran Jenazah
C. Memenuhi tugas yang diberikan oleh guru mata pelajaran PAI.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. KUTBAH, TABLIGH DAN DAKWAH
1. Pengertian Khutbah
Khutbah secara bahasa berarti ceramah atau pidato. Selain itu juga, khutbah dapat bermakna
memberi peringatan, pembelajaran atau nasehat dalam kegiatan ibadah seperti : salat(salat
Jumat, Idul Adha, Istisqa’, Kusuf) wukuf dan nikah.
Sedangkan pengertian khutbah secara istilah yaitu kegiatan ceramah yang disampaikan
kepada sejumlah orang Islam dengan syarat dan rukun tertentun yang erat kaitannya dengan
keabsahan dan/atau kesunahan ibadah (misalnya khutbah Jumat untuk solat Jumat, khutbah
nikah untuk kesunahan akad nikah).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka kita dapat menyimpulkan beberapa macam khutbah,
yaitu : khutbah Jumat, khutbah Idul Fitri, khutbah Idul Adha, khutbah Istisqa’, maupun
khutbah dalam rangkaian salat Kusuf dan Khusuf.
2. Pengertian Tabligh
Tablig secara etimologi/bahasa berasal dari kata ballaga-yuballigu-tabligan yang artinya
menyampaikan atau memberitahukan dengan lisan. Adapun menurut terminologi/istilah,
tablig berarti menyampaikan ajaran Islam baik dari Al-Quran maupun Hadist yang ditujukan
kepada umat manusia. Tablig juga dapat diartikan sebagai kegiatan menyampaikan ‘pesan’
Allah Subhanahu Wata’ala secara lisan kepada satu orang Islam atau lebih untuk diketahui
dan diamalkan isinya. Misalnya, Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam memerintahkan
kepada sahabat di majlisnya untuk menyampaikan suatu ayat kepada sahabat yang tidak
hadir.Seseorang yang melakukan tabligh disebut dengan muballig. Muballig ini biasanya
menyampaikan tablignya dengan gaya dan retorika yang menarik. Sobat pasti sering
mendengar istilah tabligh akbar, istilah tersebut dapat diartikan sebagai kegiatan
menyampaikan ‘pesan’ Allah Subhanahu Wata’ala dalam jumlah pendengar yang banyak.
3. Pengertian Dakwah
Dakwah berasal dari Bahasa Arab yaitu da’a – yad’u – da’watan yang berarti memanggil,
menyeru atau mengajak. Menurut istilah, dakwah adalah kegiatan untuk mengajak orang lain
ke jalan Allah Subhanahu Wata’ala secara lisan atau perbuatan untuk kemudian diamalkan
dalam kehidupan nyata supaya mendapat kebahagiaan yang hakiki baik di dunia dan akhirat.
Seseorang yang melaksanakan dakwah disebut da’i. Adapun macam-macam dakwah
berdasarkan bentuk penyampaiannya yaitu :
• Dakwah dengan lisan (kultum, kajian, khutbah).
• Dakwah dengan tulisan (majelis buku, membuat artikel lalu diletakkan di majalah
dinding atau diunggah ke internet).
• Dakwah dengan perilaku (memberi contoh kepada orang lain agar berperilaku baik
sesuai syariat Islam).
2
Selain itu, kegiatan dakwah dapat berupa aksi sosial yang nyata. Misalnya santunan kepada
anak yatim, sumbangan untuk membangun fasilitas umum, dan sebagainya.
B. PENTINGNYA KHUTBAH, TABLIGH, DAN DAKWAH
Setelah kita memahami berbagai ulasan di atas, kita juga perlu memahami seberapa
pentingkah khutbah, tabligh dan dakwah dalam kehidupan. Yuk simak pembahasannya sekali
lagi...
1. Pentingnya Khutbah
Ketika khutbah menjadi salah satu aktivitas ibadah, maka tidak mungkin khutbah
ditinggalkan. Jikapun demikian, maka akan membatalkan (tidak sah) ibadah tersebut.
Contohnya, apabila salat Jumat dan wukuf tidak ada khutbahnya, maka ibadahnya menjadi
tidak sah. Jadi peranan khutbah di sini menjadi sangat penting, apalagi khutbah menjadi saran
untuk membimbing manusia menuju ke-rida-an Allah Subahanahu Wata’ala. Khutbah juga
memiliki kedudukan Agung dalam Islam sehingga sepatutnya seorang khatib melaksanakan
tugasnya dengan sebaik-baiknya.

2. Pentingnya Tabligh
Telah kita ketahui bersama, tablig merupakan salah satu sifat wajib bagi rasul. Itulah
sebabnya mengapa Allah Subhanahu Wata’ala sering kali menyebut dalam kitab-Nya bahwa
tugas seorang rasul tidak lain hanyalah menyampaikan. Setelah Rasulullah Salallahu Alaihi
Wassalam wafat, kebiasaan ini dilanjutkan oleh para sahabatnya, pengikut sahabat (tabi’in)
dan pengikut pengikutnya sahabat (tabi’ut tabi’in). Setelah mereka semua tiada, kita sebagai
umat muslim memiliki tanggung jawab untuk meneruskan kegiatan tabligh tersebut. Tidak
mesti menjadi seorang ulama dahulu, siapapun yang melihat kemungkaran dimatanya, dan ia
mampu menghentikannya maka ia wajib menghentikannya. Bagi yang mengerti
permasalahan agama, ia harus menyampaikannya kepada yang lain siapa pun mereka,
walaupun itu hanya satu ayat.
Nabi pernah bersabda yang berbunyi :
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.” (H.R. Bukhari)
3

3. Pentingnya Dakwah
Dakwah merupakan kewajiban setiap umat Islam. Di antara pentingnya dakwah yang
disebutkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala dalam Al Quran antara lain :
Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah yang munkar. Merekalah orang-
orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran/3 :104)
Setiap dakwah hendaknya bertujuan untuk mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup
di dunia dan akhirat, serta mendapat rida dari Allah Subhanahu Wata’ala. Nabi Muhammad
Salallahu Alaihi Wassalam mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara
melalui lisan, tulisan dan perbuatan.
Ia memulai dakwahnya kepada istri, keluarga dan teman-temannya hingga raja yang berkuasa
pada saat itu (seperti Kaisar Heraklius dari Byzantium, Raja Mukaukis dari Mesir, Raja Kisra
dari Persia/Iran, dan Raja Najaysi dari Habasyah/Ethiopia).
4
C. KETENTUAN KHUTBAH/KHOTBAH, TABLIGH DAN DAKWAH
1. Ketentuan Khutbah
a.) Syarat Seorang Khatib
• Islam.
• Ballig.
• Berakal sehat.
• Mengetahui ilmu agama.
b.) Syarat Dua Khutbah
• Khutbah dilaksanakan sesudah waktu masuk dzuhur.
• Khatib duduk di antara dua khutbah.
• Khutbah diucapkan dengan suara yang keras dan jelas.
• Tertib.
c.) Syarat-syarat Khotbah Jumat
• Khutbah dilaksanakan sesudah tergelincirnya matahari (masuk waktu dzuhur).
• Khatib dalam keadan suci dari hadas dan najis.
• Khatib harus laki-laki.
• Khatib duduk di antara dua khutbah.
• Khutbah diucapkan dengan suara yang keras dan jelas.
• Khutbah dilakukan dalam keadaan berdiri (jika mampu).
• Hendaknya tertib dalam melakukan rukun khutbah.
d.) Rukun Khutbah
• Membaca hamdallah.
• Membaca syahadat.
• Membaca shalawat atas Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam.
• Berwasiat taqwa.
• Membaca ayat Al Qur’an pada salah satu khotbah.
• Berdoa pada khutbah kedua.
e.) Sunah-sunah Khutbah Jumat
• Khatib memberikan salam sebelum azan dikumandangkan.
5
• Khotbah diucapkan dengan kalimat yang jelas, fasih, mudah dipahami, dan
disampaikan dengan penuh semangat.
• Khatib menyampaikan khutbah hendaknya diperpendek dan jangan terlalu panjang,
sebaliknya solat Jumatnya yang diperpanjang.
• Khatib menghadap ke jamaah ketika berkhutbah.
• Menertibkan rukun-rukun khutbah.
• Khotbah dilakukan di atas mimbar atau tempat yang tinggi.
Tambahan :
• Pada prinsipnya, ketentuan dan cara khutbah, baik itu untuk salat Jumat, Idul Fitri,
Idul
Adha maupun salat khusuf itu sama. Letak perbedaannya yaitu pada waktu
pelaksanaannya, yaitu dilaksanakan setelah salat dan diawali dengan takbir.
• Khutbah wukuf adalah khutbah yang dilakukan pada saat wukuf di Arafah dan
merupakan salah satu rukun wukuf setelah melaksanakan salat dzuhur dan ahsar (di
qasar). Khutbah wukuf hampir sama dengan khutbah Jumat, bedanya pada waktu
pelaksanaannya yaitu ketika wukuf di Arafah
2. Ketentuan Tabligh
a.) Syarat Muballig
• Islam.
• Ballig.
• Berakal sehat.
• Mendalami ajaran Agama Islam.
b.) Etika dalam Menyampaikan Tabligh
• Menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
• Bersikap lemah lembut, tidak kasar dan tidak merusak.
• Mengutamakan musyawarah dan berdiskusi untuk memperoleh kesepakatan bersama.
• Materi dakwah yang disampaikan harus memiliki dasar hukum yang kuat, sumbernya
juga harus jelas.
• Menyampaikannya dengan ikhlas dan sabar, sesuai dengan kondisi, psikologis dan
sosiologi si penerima.
• Tidak menghasut orang lain untuk merusak, bermusuhan, berselisih, dan/atau mencari
kesalahan orang lain.
3. Ketentuan Dakwah
a.) Syarat Seorang Da’i
• Islam.
• Ballig.
• Berakal sehat.
• Mendalami ajaran Agama Islam.
b.) Etika dalam Berdakwah
• Dakwah dilaksanakan dengan hikmah (diucapkan dengan jelas, tegas dan sikap yang
bijaksana).

6
• Dakwah dilaksanakan dengan mauzatul hasanah atau nasihat yang baik, yaitu cara
persuasif (tanpa kekerasan) dan edukatif (pengajaran).
• Dakwah dilaksanakan dengan memberi contoh yang baik.
• Dakwah dilaksanakan dengan mujadalah, yaitu diskusi atau bertukar pikiran yang
berjalan dengan dinamis dan santun serta menghargai pendapat orang lain.

c.) Objek Dakwah (Mad’u)

Objek dakwah adalah orang yang didakwahi, dengan kata lain orang yang diajak kepada
agama Allah dan untuk kebaikan. Objek dakwah mencakup seluruh manusia, tak terkecuali si
pendakwah itu sendiri.

d.) Materi Dakwah (Al Maudhu’)


Materi dakwah adalah segala sesuatu yang disampaikan kepada subyek dakwah kepada objek
dakwah yang meliputi seluruh ajaran Islam yang bersumber dari Al Quran maupun Hadist.
Secara umum, materi dakwah mencakup 4 hal yaitu : akidah (keyakinan), syariah (hukum),
akhlak (perilaku), dan muamalah (hubungan sosial).

e.) Metode Dakwah (asalibud da’wah)


Metode dakwah yaitu cara-cara yang digunakan oleh seorang da’i dalam berdakwah agar
maksud dari dakwah tersebut tercapai. Metode dakwah tersebut telah disebutkan dalam Al
Quran Surah An-Nahl ayat 125 yang artinya :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan
berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang
lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa
yang mendapat petunjuk” (Q.S. An-Nahl/16 : 125)
Metode dakwah tersebut jika kita jabarkan menjadi :
a.) Berdakwah dengan Hikmah
• Al Quran dan sunah.
• Ucapan ringkas yang mengandung banyak makna.
• Manfaat serta rahasia setiap hari.
b.) Berdakwah dengan Mau’idah Hasanah
• Memberikan motivasi untuk berbuat baik atau memberi peringatan jika melakukan
maksiat.
• Ucapan yang lemah lembut.
• Pengajaran yang mengandung pesan positif.
Jadi, mau’idah hasanah dapat diartikan sebagai nasihat yang diucapkan dengan perkataan
lemah lembut sehingga dapat masuk ke dalam hati orang yang didakwahi dan dapat diterima
dengan penuh kesadaran.
7
c.) Berdakwah dengan Mujadalah Ahsan
• Mujadalah ahsan adalah melakukan diskusi, bertukar pikiran ataupun membantah
perkataan yang lembut dan tidak menggunakan ucapan yang kasar sehingga dapat
diterima oleh lawan dengan lapang dada.

D. MENERAPKAN PERILAKU MULIA SEHUBUNGAN DENGAN KHUTBAH,


TABLIGH DAN DAKWAH
Sebagai umat Islam yang baik, kita tentu harus merealisasikan nilai-nilai khutbah, tabligh dan
dakwah di mana saja kita berada. Adapun cara-cara yang dapat dilakukan yaitu :
1. Ketika solat Jumat, hendaknya mengamati dan menyimak khutbah yang disampaikan
khatib. Dengan memperhatikannya secara utuh, diharapkan suatu saat nanti bisa tampil
seabagi khatib pada waktu salat Jumat.
2. Ketika kita melihat keadaan sekitar yang termasuk maksiat (seperti mencuri, tawuran,
mencontek, dan sebagainya), kita harus mencegahnya dengan memberikan alasan yang logis,
baik atas dasar agama maupun sosial. Cara mencegahnya dapat kita lakukan dengan
perbuatan, jika tidak mampu dengan lisan, dan jika tidak mampu juga maka dengan hati.
3. Jika melihat sesuatu yang baik, contohlah. Dimulai dari diri sendiri, dari tindakan yang
kecil dimulai dari sekarang.
4. Lebih aktif mengikuti kegiatan keagamaan.

E. PELAKSANAAN FARDU KIFAYAH TERHADAP JENAZAH


A. PENGERTIAN JENAZAH
Kata jenazah diambil dari bahasa Arab (‫ )جن ذح‬yang berarti tubuh mayat dan kata ‫جن ذ‬
yang berarti menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki arti tubuhmayat yang
tertutup.[1]
Penyelenggaraan jenazah adalah fardu kifayah bagi sebagian kaum muslimin, khususnya
penduduk setempat terhadap jenazah muslim/ muslimah.
Namun, sebelum penyelenggaraan jenazah itu dimulai, maka ada beberapa hal yang harus
dilakukan terhadap jenazah tersebut,[2] yaitu :
1. Dipejamkan matanya, mendo’akan dan meminta ampunkan atas dosanya.
2. Dilemaskan tangannya untuk disedekapkan di dada dan kakinya diluruskan.
3. Mengatupkan rahangnya atau mengikatnya dari puncak kepala sampai ke dagu supaya
mulutnya tidak menganga/terbuka.
4. Jika memungkinkan jenazah diletakkan membujur ke arah utaradan badannya
diselubungi
dengan kain.
8
5. Menyebarluaskan berita kematiannya kepada kerabat- kerabatnya dan handai tolannya.
6. Lunasilah hutang-hutangnya dengan segera jika ia punya hutang.
7. Segerakanlah fardu kifayahnya.

B. PENYELENGARAAN JENAZAH
Menurut syari’at Islam, fardu kifayah dalam menyelenggarakan jenazah ada empat macam,
yaitu :
1. Memandikan jenazah
2. Mengkafani jenazah
3. Mensalatkan jenazah
4. Menguburkan jenazah

1. Memandikan jenazah
Memandikan adalah salah satu cara yang wajib dilakukan terhadap mayat orang yang
beragama Islam. Caranya adalah menyampaikan atau mengalirkan air bersih ke seluruh
tubuhnya walaupun ia sedang haid atau junub. Memandikan ini dilakukan orang yang masih
hidup dengan menggunakan sabun dan wangi- wangian, tetapi dengan lemah lembut.

 Adapun persiapan yang harus dilakukan atau peralatan yang harus disediakan sebelum
memandikan jenazah adalah:
1. Menyediakan air yang suci dan mensucikan secukupnya dan mempersiapkan
perlengkapan mandi seperti handuk, sabun, wangi- wangian, kapur barus dan lain-lain.
2. Mengusahakan tempat yang tertutup untuk memandikan jenazah sehingga hanya orang
yang berkepentingan saja yang ada disitu.
3. Menyediakan kain kafan secukupnya.
4. Usahakanlah orang-orang yang akan memandikan jenazah itu adalah keluarga terdekat
jenazah atau orang-orang yang dapat menjaga rahasia. Jika jenazahnya laki-laki, maka
9
yang memandikannya harus laki- laki, demikian juga sebaliknya jika jenazahnya
perempuan, maka yang memandikannya harus perempuan, kecuali suami kepada
istrinya/istri kepada suaminya atau muhrimnya.

Orang yang boleh memandikan jenazah adalah orang yang sama jenis kelaminnya dengan
mayat kecuali istri/ suami. Namun, jika ada beberapa orang yang berhak memandikanny,
maka yang lebih berhak adalah keluarga terdekat yang mengetahui pelaksanaan mandi
jenazah serta bersifat amanah. Kalau tidak, orang lain yang lebih berpengetahuan serta
amanah ( dapat dipercaya untuk tidak membuka aib jenazah).
 Adapun cara memandikan jenazah itu dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Niat karena Allah ta’ala.
2. Melepaskan segala pakaian yang melekat di badan jenazah dan menggantinya dengan
kain yang menutup aurat.
3. Melepaskan perhiasan dan gigi palsunya jika memungkinkan.
4. Membersihkan rongga mulutnya, kuku- kukunya dan seluruh tubuhnya dari kotoran dan
najis.
5. Memulai memandikan dengan membersihkan anggota wudu’nya, dengan mendahulukan
yang kanan dan menyiramnya sampai rata tiga, lima,tujuh kali atau sesuai dengan
kebutuhan.
6. Jenazah dimiringkan ke kiri kemudian bagian kanan badan disiram dengan air, dan
selanjutnya dimiringkan ke kanan dan bagian kiri badan disiram dengan air, siramlah
dengan bilangan ganjil.
7. Pada waktu jenazah disiram dengan air, badannya di gosok-gosok guna menghilangkan
najis/ kotoran sekaligus untuk meratakan air ke seluruh tubuh, perutnya di urut dengan
pelan atau badannya di bungkukkan sedikit supaya gas dan kotoran yang ada dalam
perutnya keluar, dan tempat keluar kotoran tersebut disiram dengan air yang harum
dengan memakai sarung tangan.
8. Pada bagian akhir siraman hendaklah disiram dengan wangi- wangian
9. Mengeringkan badan jenazah dengan handuk dan berilah wangi-wangian. Bagi jenazah
yang berambut panjang hendaklah dikepang rambutnya jika memungkinkan.

 Selain hal di atas, yang perlu diperhatikan terhadap jenazah adalah sebagai berikut:
1. Orang yang gugur, syahid dalam peprangan membela agama Allah cukup dimakamkan
dengan pakaian yang melekat di tubuhnya ( tanpa dimandikan, dikafani dan disalatkan ).
2. Orang yang wafat dalam keadaan berihram di rawat seperti biasa tanpa diberi wangi-
wangian.
3. Orang yang syahid selain dalam peperangan membela agama Allah seperti melahirkan,
tenggelam, terbakar dirawat seperti biasa .
4. Jenazah janin yang telah berusia empat bulan dirawat seperti biasa.
10
5. Jika terdapat halangan untuk memandikan jenazah, maka cukup diganti dengan
tayammum.
6. Bagi orang yang memandikan jenazah, disunnahkan untuk mandi sesudahnya
2. Mengkafani jenazah
Mengkafani jenazah adalah membalut seluruh tubuhnya dengan kain dan sebagainya
walaupun hanya dengan sehelai kain. Mayat laki- laki sunat dikafani dengan tiga lapis kain
putih. Hal ini sesuai dengan hadis dari Aisyah r.a
)‫عن عائشة كفّن رسول هللا صلّى هللا عليه وسلّم في ثالثة اثواب بيض سحوليّة كرسف ليس فيها قميص وال عمامة (متّفق عليه‬

Sementara itu, mayat perempuan sunat mengkafaninya dengan lima lapis kain yang terdiri
dari sehelai kain sarung, selendang dan dua helai kain untuk membalut tubuh mayat/jenazah.
 Persiapan dan perlengkapan yang akan dilakukan untuk mengkafani jenazah adalah :
1. Kain untuk mengkafani secukupnya dan diutamakan yang berwarna putih.
2. Kain kafan untuk jenazah laki- laki terdiri dari tiga lembar, sedangkan kain kafan untuk
jenazah perempuan terdiri dari lima lembar kain, yaitu : kain basahan, baju kurung,
kerudung dan dua lembar kain penutup.
3. Sebaiknya disediakan perlengkapan sebagai berikut:
a. Tali sejumlah 3, 5, 7, atau 9 antara lain untuk ujung kepala, leher, pinggang/ pada lengan
tangan, perut, lutut, pergelangan kaki dan ujungkaki
b. Kapas secukupnya.
c. Kapur barus atau pewangi secukupnya.
d. Meletakkan kain memanjang searah tubuhnya di atas tali-tali yang telah disediakan.
e. Untuk jenazah perempuan, aturlah kerudung/ mukena, baju dan kain basahan sesuai
dengan
letaknya.
 Setelah perlengkapan disediakan, maka dilakukan dengan mengkafani jenazah dengan
urutan sebagai berikut :
1. Pada waktu hendak mengkafani dipasang lebih dahulu tirai (pendinding) supaya
jenazah itu tidak sampaidilihat orang lain/ selain orang yang mengkafani.
2. Kain kafan telah dihamparkan dengan letak sebagai berikut:
a. Kain kafan diletakkan pada urutan yang paling bawah yang telah ditaburi dengan
wangi-wangian seperti kapur barus. Dibawah kain kafan diletakkan tiga/ lima buah tali yang
di ambil dari pinggir kain kafan. Cara meletakkannya, satu helai di ujung kepala, satu helai di
pinggang dan satu helai lagi di ujung kaki. Kedua tangannya diletakkan di dadanya seperti
ketika melaksanakan solat.
b. Jenazah diletakkan membujur di atas kain kafan dalam keadaan tertutup selubung kain.

11
c. Lepaskan kain selubung dalam keadaan aurat tetap tertutup
d. Jika diperlukan, tutuplah dengan kapas lubang- lubang yang mengeluarkan cairan.
3. Bagi jenazah laki-laki di tutup dengan tiga lapis kain secara rapi dan di ikat dengan
simpul disebelah kiri.
4. Bagi jenazah yang berrambut panjang (permpuan) hendaklah rambutnya dikepang jika
memungkinkan.
5. Bagi jenazah perempuan, kenakan(pakaian) lima lapis kain yaitu: kerudung, untuk
kepala, baju kurung , kain basahan penutup aurat dan dua lembar kain penutup secara rapi
serta di ikat dengan simpul disebelah kiri.
6. Setelah tutup kepala, baju( bagi wanita) kain dan kapas dipakaikan, maka kain kapan
digulung dengan cara mempertemukan ujung kain sebelah kanan dan kiri satu persatu, sejak
dari leher sampai ke kaki kemudian di ikat dengan tali yang telah diletakkan terlebih dahulu
di bawah kain kafan yaitu di ujung sebelah kaki dan pinggang, sedangkan yang sebelah atas
masih terbuka sambil menanti kerabatnya ziarah terakhir. Setelah kerabat dan familinya
selesai berziarah, maka disempurnakan gulungannya dan
7. kemudian di ikat di ujung sebelah atas. Dan pertemuan ikatan itu sebaiknya dibuat
sebelah kiri jenazah.
3. Menshalatkan jenazah
Dalam mensalatkan jenazah, terdapat beberapa perbedaan dengan salat- salat pada umumnya
karena ada rukun yang sama dan adapula yang berbeda dengan rukun salat pada umumnya.

 Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan salat jenazah, yaitu:[3]
a. Jenazah diletakkan di arah kiblat( di depan imam apabila berjama’ah atau di depan
orang yang mensalatkannya apabila sendiri). Posisi jenazah, kepalanya sebelah kanan dan
kaki sebelah kiri imam.
b. Pada jenazah laki- laki imamnya berdiri sejajar dengan dada jenazah, sedangkan apabila
jenazahnya perempuan, maka imam berdiri sejajar dengan pinggang jenazah.
c. Setelah jama’ah salat jenazah siap untuk melaksanakan salat jenazah tersebut,
kemudian berniatlah di dalam hati untuk melaksanakan salat jenazah.
12
 Adapun rukun salat jenah adalah sebagai berikut :
1. Niat dengan lafaz
‫ا صلى على هذا\ هذه الميت \ميتة اربع تكبيرات فرض كفا ية اما ما\ ما موما هلل تعلى‬

2. Berdiri bagi yang kuasa tanpa rukuk dan sujud.


3. Takbir empat kali dengan urutan sebagai berikut :
Setelah berniat sebagaimana tersebut di atas, lalu bertakbir dengan mengangkat kedua tangan
sejajar dengan kedua telinga atau sejajar kedua bahu dan diletakkan di dada.
• Sesudah takbir pertama, dibaca surat Al- Fatihah.
• Sesudah takbir kedua, dibaca salawat atas nabi.
• Sesudah takbir ketiga, dibaca do’a. Antara lain do’a yang dibaca Rasulullah Saw
sebagaimana hadis riwayat Muslim dan Nasa’i dari Auf bin Malik, Rasulullah membaca:
‫الثلج َو ْالبَ َر ِد َونَق ِه ِمنَ ْالخَ طَا يَا َك َما يُنَقى‬
ِ ‫ب ْال َما ِء َو‬ ِ ُ‫اَللهُم ا ْغفِرْ لَهُ ورْ َح ْمهُ َو عَا فِ ِه َوا عْفُ َع ْنهُ َو اَ ْك ِر ْم نُ ُز لَهُ َو َو س ْع َم ْد َخلَهُ َو ا ْغ ِس ْله‬
ِ ‫بر َو َع َذا‬
‫ب‬ ِ َ‫ب ْالق‬ ِ ‫َس َواَ ْب ِد ْلهُ دَا َرا َخ ْيرًا ِم ْن د‬
ِ ‫َار ِه َواَ ْهالً خَ ْيرًا ِم ْن اَ ْهلِ ِه َوزَ وْ جا ً َخيْراً ِمن َزوْ ِج ِه َو قِ ِه ِم ْن فِ ْتنَ ِة َع َذا‬ ِ ‫الثوْ بُ االَ بْييَضُ ِمنَ الدن‬
) ‫النار( متفق عليه‬

• Sesudah takbir ke empat sesuai hadis riwayat Al- Hakim dibaca:


‫اَللهُم الَ تَحْ ِر ْمنا َ أَجْ َره َُوالَ تَ ْفتِنا َ َوا ْغفِرْ لنَا َو لَه ( َر َواه ُال َحا ِكم‬

Apabila jenazahnya anak- anak, maka do’anya sesudah takbir ketiga diganti dengan do’a
berikut sebagaimana hadis riwayat Al-Bukhori dan Al- Baihaqy :
) ‫اَللهُم اج َعله لَنا َسلَفًا َو ُز ْخرًا َوفَ َرطًا ( رواه البخارى و البيهقي‬

Kemudian yang terakhir adalah mengucap salam ke kanan dan kiri :


‫السال م عليكم ورحمة هللا وبركا ته‬

4. Menguburkan jenazah
Kewajiban yang ke empat terhadap jenazah ialah menguburkannya. hukum menguburkan
jenazah adalah fardu kipayah atas orang yang masih hidup. Dalamnya kuburan sekurang
kurangnya kira-kira tidak tercium bau busuk mayat itu dari atas kubur dan tidak dapat
dibongkar oleh binatang buas,sebab maksud menguburkan mayat ialah untuk menjaga
kehormatan mayat itu dan menjaga kesehatan orang-orang yang ada di sekitar tempat itu.[5]
Sedangkan waktu penguburan secara normal dapat dilakukan pada siang
hari.Namun,penguburan dapat dilakukan juga pada malam hari sebab rasulullah saw pernah
menguburkan seseorang pada malam hari ,Ali r.a. menguburkan Fatimah binti
Muhammad,Abu bakar,Usman,Aisyah,dan Ibnu Mas’ud juga dikuburkan pada malam hari
sebagaimana sabda rasulullah SAW.dari jabir r.a yang diriwayatkan ibnu m
‫حد ثنا عمرو بن عبدهللا الءودي حد ثنا وكيع عن ابرهيم بن يذيد المكي عن ابي الز بير عن جا بر بن عبدهللا قال قا ل رسوهللا‬
‫صلى هللا عليه و سلم الل تد فنوا مو تا كم با ليل اال ان تضطروا‬
13
Artinya’’:janganlah kamu menguburkan jenazah pada malam hari kecuali dalam keadaan
terpaksa’’(H.R.Sunan Ibnu Majah no.1510 kitab ja’a fi al-janaiz

 Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penguburan jenazah ini antara lain adalah:
1) Ketika memasukkan mayat ke liang kubur hendaknya pekerja jenazah untuk membaca’’
2) ‫ هللا وعلى ملة رسو هلل صلي هللا عليه و سلم بسم‬.Khusus ketika memasukkan jenazah perempuan
hendaklah di bentangkan kain di atas liang kuburnya.
3) Dua atau tiga orang dari keluarga terdekat jenazah dan di utamakan yang tidak junub
pada malam hari sebelumnya, masuk kedalam liang kubur dengan berdiri untuk menerima
jenazah.
4) Adapun melepas tali-talinya dan membuka kain yang menutupi dan jari-jari kakinya
sehingga menempel ke tanah serta memasang bantalan tidak ada tuntunan dari rasulullah
SAW.
5) Bagi pengiring jenazah yang tiba di kuburan ketika kubur bekum selesai digali
hendaklah duduk menghadap kiblat dan jangan duduk di atas kuburan.
6) Memintakan ampunan dan keteguhan dalam jawaban bagi jenazah dan mendo’akannya
sambil berdiri
7) Jenazah diperbolehkan untuk di masukkan ke dalam peti jika tanahnya berair atau
jenazah dalam keadaan mudorat.[7]
8) Dalam kondisi darurat boleh menguburkan dalam satu lubang dua mayat atau lebih, dan
yang lebih didahulukan adalah yang lebih afdhal di antara mereka.
9) Yang menurunkan mayat adalah kaum laki-laki meskipun mayatnya perempuan.
10) Menurut sunnah: memasukkan mayat dari arah belakang liang kubur.
11) Meletakkan mayat di atas sebelah kanannya, wajahnya menghadap kiblat.
14
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Khotbah berasal dari kata khataba, yakhtubu, khutbatan yang berarti ceramah atau pidato.
Khotbah Jum'at ialah bentuk ceramah yang berisi nasehat dan wasiat keagamaan yang
disampaikan kepada jamaah yang diikat oleh syarat dan rukun. Khutbah jumat punya syarat
dan rukun yang tidak boleh ditinggalkan, sebab terkait erat dengan sah atau tidaknya sebuah
ibadah mahdhah. Orang yang menyampaikan khotbah disebut dengan khotib.
Tabligh berasal dari kata ballagha, yuballighu tablighon yang berarti menyampaikan.
Menurut istilah tabligh adalah menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada umat manusia
untuk dijadikan pedoman agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akherat. Di dalam tabligh,
yang menjadi inti masalah adalah bagaimana agar sebuah informasi tentang agama Islam bisa
sampai kepada objek dakwah. Tapi tidak ada tuntutan lebih jauh untuk mendalami suatu
masalah itu
Kata da’wah merupakan masdar (kata dasar) dari kata kerja da’aa yad’uu yang berarti
seruan, panggilan, ajakan. Menurut istilah dakwah ialah setiap kegiatan yang bersifat
menyeru, mengajak dan memanggil orang atau kelompok orang untuk beriman kepada Allah
swt, sesuai dengan ajaran aqidah (keyakinan), syari’ah (hukum) dan akhlak Islam.
Kesimpulan bahwasanya manusia sebagi makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk
menghormati kemuliannya itu perlu mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan
jenazahnya. Dimana, penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu
kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika
telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
 Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah:
a. Memandikan
b. Mengkafani
c. Menshalatkan
d. Menguburkan
 Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:
a. Memperoleh pahala yang besar.
b. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame manusia.
c. Membantu meringankan beban keluarga jenazah dan sebagai ungkapan belasungkawa
atas musibah yang dideritanya.
d. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan masing-
masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
e. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila
salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya menurut
aturan Allah SWT dan RasulNya.
15
Daftar Pustaka

Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Sinar Baru Algensindo Bandung. 1994


Ali Imran Sinaga, Fiqih Taharah, Ibadah, Muamalah, Cita Pustaka Media Perintis Bandung.
2011
Buku Ajar Praktik Ibadah, Fakultas Tarbiyah IAIN SU Medan. 2012
Praktikum Ibadah, Fakultas Ushuluddin IAIN SU Medan. 2012
http: //dear.to/ Abusalma, Ringkasan Cara Penyelenggaraan Jenazah
http://zainlzainal.blogspot.com/2012/10/penyelenggaraan-jenazah-disusun-oleh.html

Anda mungkin juga menyukai