Anda di halaman 1dari 20

Tugas Kelompok :

ISTIADZAH DAN BASMALAH DI AWAL SURAT

Dosen Pengampu :

EKO SISWONO, M.Pd.I

Diajukan untuk melengkapi tugas mata kuliah Qiroatul Qur’an

SITI MUNAYAH (2041030175)

MEGA MARGARETA (2041030170)

Jurusan : Manajemen Dakwah

Semester : II (Dua)

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

1442 H/2021 M
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah Swt. Karena dengan rahmat
dan karunianya kami masih siberi kesempatan untk menyelesaikan makalah ini
yang kami beri judul “Istiadzan Dan Basmalah Di Awal Surat”

Sholawat serta salam kami sampaikan kepada baginda Muhammad Saw.


Semoga kita termasuk kedalam golongnnya. Tidak lupa kami ucapkan terimaksih
yang tak terhingga pada Dosen pengampu mata kuliah Qiroatul Qur’an Bapak
Eko Siswono, M.Pd.I dan teman-teman yang telah berpartisipasi dan memberikan
dukungan dalam menyelesikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak


ketidak sempurnaan baik dari segi tulisan, segi Bahasa dan pokok Bahasa oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari rekan-rekan dan
pembaca yang bersifat membangun serta semoga dengan selesainya makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca juga temen-teman.Amin

Wassalamualaikum Wr.Wb

Bandar Lampung, 12 Maret 2021

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................2
C. Tujuan Makalah.........................................................................2

BAB I PEMBAHASAN

A. Pengertian Istiadzah dan Basmalah...........................................3


B. Hukum membaca Istiadzah dan Basmalah................................5
C. Beberapa pendapat mengenai Basmalah.................................10
D. Contoh-contoh bacaan Istiadzah dan Basmalah......................11
E. Keutamaan membaca Istiadzah dan Basmalah.......................11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................14
B. Saran........................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kitabullah Al Karim, wahyu yang terakhir diturunkan dari langit ke bumi. Allah
menjaganya dari pengubahan dan penggantian baik tulisan maupun bacaannya dan
menjadikannya sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia. Inilah Al Qur’an yang
agung. Kita terhitung beribadah dengan mengimaninya, membaca, menghafal, dan
mengamalkan kandungannya.

Oleh karena itu, menjadi kewajiban bagi seluruh umat untuk mengetahui
bagaimana cara membaca Al Qur’an dengan baik dan benar menggunakan hukum
tajwid dan hukum membaca Al Qur’an dengan kitab yang khusus mempelajari
tentang bacaan Al Qur’an.
Makalah ini ditulis agar manjadi pendorong bagi para pembaca, kaum muslimin,
untuk meningkatkan kesungguhan dalam memperhatikan saat membaca kitab
Rabb Nya. Disamping agar menjadi semacam nasihat bagi kaum muslimin, juga
sebagai bentuk tolong menolong diatas kebaikan dan ketakwaan. Alloh yang
menjadi setiap tujuan dan Dia lah penolong kita, Dia lah sebaik baik penolong.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Istiadzah dan Basmallah ?

2. Apa hukum membaca Istiadzah dan Basmalah ?

3. Apa pendapat para ulama mengenai Basmalah ?

4. Bagaimana contoh bacaan Istiadzah dan Basmalah?

5. Apa keutamaan membaca Istiadzah dan Basmalah?

C. Tujuan Maklah

1. Untuk mengetahui pengetian dari Istiadzah dan Basmalah

2. Untuk memahami hukum membaca Istiadzah dan Basmalah

3. Untuk mengatahui pendapat para ulama mengenai Basmalah

4. Untuk mengetahui bacaan Istiadzah dan Basmalah

5. Untuk memahami keutamaan membaca Istiadzah dan Basmalah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian istiadzah dan Basmalah

• Isti’adzah menurut bahasa adalah :

‫اإللتجاء واإلعتصام و التحصّـن‬


Memohon perlindungan, pemeliharaan dan penjagaan

Sedangkan menurut istilah :


‫لفظ مقصود به إعتصام القارىء والتجاؤه باهلل تعالى عن ش ّر ال ّشيطان‬
Lafazh yang dimaksudkan seorang qari untuk memohon pemeliharaan dan
perlindungan Allah ta’ala dari kejahatan setan

Isti’adzah adalah mashdar (kata dasar) dari kata kerja (fi’il) isti’adza-yasta adzu
yang berarti memohon perlindungan.[2] Menurut  istilah isti’adzah adalah
kalimat  yang  berisi ungkapan dalam rangka memohon perlindungan kepada allah
dari godaan syaitan yang terkutuk ‘’. Pengertian ini didasarkan pada bentuk
kalimat.

“A’udzubillahi minasyaithonirrojiim”

a.       A’udzu : Mohon perlindungan, membentengi, meminta penjagaan, berlindung


kepada Alloh.
b.      Billahi : Rabb atas segala sesuatu yang diIlahkan dan disembah sendirian, tidak
ada sekutu bagiNya.

3
c.       Asyaithon : Iblis yang Alloh melaknatnya.
d.      Arrojiim : Terkutuk, terjauhkan, tertolak dari semua rahmat dan kebaikan, yang
tidak akan mendatangkan kejelekan kepada dienku dan duniaku.

• Adapun basmalah menurut bahasa adalah :


berasal dari kata ‫ بسمللة – يبسمل – بسمل‬. pengertiannya hampir sama dengan
isti’adzah, yaitu memohon perlindungan dengan meyebut nama Allah yang maha
pengasih dan juda maha penyayang, baik di dunia dan akhirat dan khusus di
akherat saja, untuk lafadz ‫ الرحمن‬adalah maha pengasih di dunia dan di akherat.
Sedangkan lafadz ‫ الرحيم‬khusus di akherat
lafadz basmalah juga sering di sebut dengan bacaan tasmiyah yaitu lafadz
“‫“بسم هللا الرحمن الرحيم‬
Yang disunnahkan di dalamnya dibacakan tasmiyah ‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
seperti wudlu, mandi, tayammum, menyembelih hewan qurban, membaca qur’an
dan hal hal yang dimubahkan seperti makan, minum dan jima’.
Yang tidak disunnahkan membaca tasmiyah, seperti misalkan shalat, adzan, haji,
umrah, do’a-do’a, haji.
Hal yang dibenci diucapkan basmalah di dalamnya seperti hal-hal yang
diharamkan, karena tujuan daripada mengucapkan tasmiyah adalah mengambil
keberkahan pada perbuatan yang dicakup atasnya.

Disyariatkan untuk hamba dan dianjurkan mengucapkan basmalah ketika


membacanya pada setiap surat dari kitab Allah Ta’ala kecuali ketika membaca
surat At-taubah, maka tidaklah membacanya dengan mengucap basmalah, dan
ketika sholat wajib mengucapkan basmalah dengan suara lirih (pelan) meskipun
melakukan sholat jahriyah (dikeraskan bacaannya), dan disunnahkan bagi hamba
untuk mengucapkan Bismillah ketika makan, minum, memakai pakaian, ketika
masuk masjid dan keluar darinya, dan ketika naik kendaraan, dan dalam setiap
urusan yang penting sebagimana wajibnya bagi hamba untuk mengucapkan

4
Bismillah, Allahuakbar ketika menyembelih dan nahr (menyembelih unta dengan
cara menusuk dileher).

B. Hukum Membaca isti’adzah dan Basmalah

Allah memerintahkan membaca isti’adzah ketika hendak membaca qur’an.


Allah berfirman dalam surah an nahl ((16):98). “Apabila kamu membaca Al
Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang
terkutuk.”
Menurut Jumhur ‘ulama hukum isti’adzah adalah sunnah ketika hendak membaca
Al-Qur’an , sebagian ‘ulama menyatakan wajib. Mereka berkata :
“Sesungguhnya isti’adzah hukumnya mubah dan mereka membawa perintah
Allah (dlm surah an nahl) kepada sunnah, apabila qari’ tidak membaca isti’adzah
dia tidak berdosa.”
Dalam kitab An Nasyr fii qiro’atil asyr, Al Imam ibnul jazari rahimahullah
berkata bahwa isti’adzah dilakukan sebelum baca qur’an karena dengan isti’adzah
ini merupakan pensuci mulut kita dari apa yang telah dilakukan oleh lisan kita
seperti perkataan main-main, perkataan jelek, kemudian mempersiapkan lisan kita
untuk membaca kalamullah, permintaan perlindungan seseorang kepada Allah
dari dari kesalahan-kesalahan yang akan datang ketika membaca qur’an dan
selainnya, serta keyakinan akan kekuasaan Allah dan pengakuan kelemahannya
dari musuh yang tersembunyi yang tidak sanggup manusia mencegahnya, hanya
Allah-lah yang bisa mencegahnya.
Tentang cara baca isti’adzah terjadi khilaf dikalangan para ulama. Dalam kitab Al
waafi syarah kitab asy syatibiyyah lil qiro’atis sab’ ada 4 tempat sirr (pelan, hanya
terdengar oleh dirinya sendiri) :

5
1. Apabila qari membaca sir, (pelan didingarkan dirinya sendiri) baik dia
sendiri maupun di majelis, maka lebih baik dia baca ta’awwudz dengan sir

2. Apabila dia sendiri, baik dia membaca qur’an dengan sirr atau tatkala
dengan keras, maka hendaknya dia sirrkan isti’adzah-nya.

3. Apabila berada dalam shalat, baik shalat sir maupun dijahrkan, baik
sendiri maupun tatkala menjadi imam

4. Apabila membaca di tengah jama’ah yang tengah bertadarus (belajar


qur’an) dan dia bukan orang pertama

Selain tempat-tempat diatas disukai membaca ta’awwudz secara di jahr-kan.


Menurut golongan Imam Hanafi dan Hambali, Basmalah dibaca dengan pelan
baik pada sholat Sirriyyah maupun sholat Jahriyyah. Menurut golongan Imam
Syafi’I, Basmalah dibaca dengan pelan pada sholat Sirriyyah dan dibaca dengan
keras pada sholat Jahriyyah.
Adapun menurut golongan Imam Maliki, makruh hukumnya membaca Isti’adzah
dan Basmalah dengan keras sebelum Al-Fatihah dengan surat, tetapi mereka
khilaf (berbeda pendapat apabila keduanya dibaca dengan pelan).

Hukum Isti’adzah

Disunnahkan bagi setiap yang ingin membaca sesuatu dari Alqur’an satu
surat atau lebih, ucapkanlah :” ‫(”أعوذبــــا هللا من الشــــيطان الــــر جيم‬A’udzubillahi
minasyaithonirrojiim), kemudian baru membacanya.
Seperti yang disukai bagi orang yang sedang marah atau orang yang
khawatir akan kejelekan yang akan menimpanya maka berlindunglah kepada
Allah dari syaithon yang terkutuk.
Basmalah, yaitu ucapan Bismillahirahmanirrohim
                    
Hukum membaca basamalah

6
a. Wajib :
wajib membaca Basmalah pada awal surat Al-Fatihah, sebab Basmalah termasuk
salah satu ayatnya, menurut mahzab Syafi’i.

b. Haram :
haram membaca Basmalah pada awal surat Al-Baro’ah (At-Taubah),
sebab sudah menjadi Ijma’ (kesepakatan ulama). Dalam mushaf Utsmany pun
tidak ada tulisan basmalahnya pada awal surat Al-Baro’ah.
Dalilnya hadits dari ibnu ‘abbas :
‫كان النبي صلى هللا عليه وسلم ال يعرف فصل السورة حتى ينزل عليه بسم هللا الرحمن الرحيم‬

“Adalah Nabi tidak mengetahui pembatas surat sehingga turun kepada


beliau“Bismillahirrahmaanirrahiim”.
(HR. Abu Dawud dan Imam Hakim dan beliau berkata shahih atas syarat
shahihain)
Imam As Suyuthi berkata dalam Al itqan :
“Hendaknya menjaga untuk membaca “Bismillahirrahmaanirrahiim” diawal setiap
surat selain surat bara’ah karena kebanyakan ulama mengatakan bahwa dia
merupakan ayat yang tersendiri dan dia merupakan salah satu ayat dari surat An
Naml, apabila tidak membaca basmalah maka dia berarti meninggalkan sebagian
khataman al qur’an menurut kebanyakan para ‘ulama.”

Memohon perlindungan kepada Allah SWT adalah suatu keharusan bagi


setiap musim dalam seluruh aspek kehidupannya. Terlebih lagi ketika kita hendak
membaca Al-Qur’an, sebagaimana di perintahkan oleh Allah SWT dalam surat
An-Nahl ayat 98, yang artinya :
 Apabila kamu hendak membaca Al-Qur’an maka berlindunglah kepada
Allah dari godaan syetan yang terkutuk ” (QS. 16 : 98)
 Yang dimaksud dengan isti ‘adzah adalah membaca :
‫اَ ُعوْ َذ بِاهللِ ِمنَ ال َّش ْيطَا ِن ال َّر ِجيْم‬
Hukum membaca isti’adzah sebelum memulai tilawah adalah sunnah.

7
Firman Allah Swt:
‫فَا ِ َذا قَ َر ْأتَ ْالقُرآنَ فَا ْستَ ِع ْذ بِاهللِ ِمنَ ال َّشـ ْيطَا ِن ال َّر ِجي ِْم‬
Maka apabila engkau membaca Al-Qur’an, maka mohonlah perlindungan
kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk”. (QS. 16 : 98)
Lafadz isti’adzah dapat berbunyi seperti diatas atau dengan menambahkan
‫ال َّس ِمي ِْع ْال َعلِي ِْم‬ menjadi :
‫أَعُو ُذ بِاهَّلل ِ ال َّس ِمي ِْع ْال َعلِي ِْم ِمنَ ال َّش ْيطَا ِن ال َّر ِجي ِْم‬
Adapun membaca basmalah sangat dianjurkan (mustahabbah), baik diawal
surat atau pertengahan surat -kecuali pada surat At Taubah – baik dilakukan
dengan suara keras atau pelan. Sebagian ulama Qira’at memberinya hukum Wajib
Sina’i artinya kewajiban yang apabila ditinggalkan tidak berdosa. Istilah tersebut
digunakan karena Rasulullah sangat menganjurkan membaca basmalah,
sebagaimana didalam sabdanya:
‫ُكلُّ اَ ْم ٍر ِذيْ بَا ٍل الَ يُ ْبدَأُبِبِس ِْم هللاِ الرَّحْ م ِن ال َّر ِحي ِْم فَه َُو اَ ْقطَ ُع‬
Setiap urusan yang penting yang tidak dimulai dengan membaca kalimat
basmalah , maka terputuslah barokahnya”.
Cara membaca isti’adzah, basmalah dan ayat pada awal surah ada 4 macam cara,
yaitu :
ْ َ‫ق‬ (Qath’ul Jam’i) yaitu pisah semuanya.
1. ‫ط ُع ْال َج ِميْع‬
Caranya adalah membaca isti’adzah, berhenti (waqaf), lalu membaca
basmalah, dan berhenti lagi (waqaf), kemudian membaca awal surah. Contoh :
ِ َ‫☼قُلْ اَ ُعوْ ُذ بِ َربِّ ْالفَل‬ ‫بِس ِْم هللاِ الرَّحْ م ِن ال َّر ِحي ِْم‬ ☼‫َّجي ِْم‬
‫ق‬ ِ ‫اَ ُعوْ ُذ بِاهللِ ِمنَ ال َّشـ ْيطَا ِن الر‬ ☼
ِ ِ‫ط ُع األَو َِّل َو َوصْ ُل الثَّانِ ْي بِالثَّال‬
2. ‫ث‬ ْ َ‫ق‬
Qath’ul Awwal Wa Washluts Tsani Bitstsalits, yaitu memutus yang pertama
dan menyambung yang kedua dengan yang ketiga.
Caranya adalah membaca isti’adzah, berhenti (waqaf), lalu membaca
basmalah disambung (washal) dengan awal surah. Contoh :
ِ َ‫قُلْ اَ ُعوْ ُذ بِ َربِّ ْالفَل‬ __ ‫بِس ِْم هللاِ الرَّحْ م ِن ال َّر ِحي ِْم‬ ☼‫َّجي ِْم‬
‫ق‬ ِ ‫اَ ُعوْ ُذ بِاهللِ ِمنَ ال َّشـ ْيطَا ِن الر‬
ْ َ‫ف َعلَ ْي ِه َوق‬
ِ ِ‫ط ُع الثَّال‬
3. ‫ث‬ ِ ‫ ْال َو ْق‬ ‫َوصْ ُل األَ َّو ِل بِالثَّانِ ْي َم َع‬
Washlul Awwal Bitstsani Ma’al Waqfi ‘Alaihi Wa Qath’utstsalits, yaitu
menyambung yang pertama dengan yang kedua lalu berhenti, dan memutus yang
ketiga.

8
Caranya adalah membaca isti’adzah disambung ( washal ) dengan
basmalah, lalu berhenti(waqaf ), kemudian membaca awal surah. Contoh :
ِ َ‫قُلْ اَ ُعوْ ُذ بِ َربِّ ْالفَل‬ ☼ ‫بِس ِْم هللاِ الرَّحْ م ِن ال َّر ِحي ِْم‬ __ ‫َّجي ِْم‬
‫ق‬ ِ ‫اَ ُعوْ ُذ بِاهللِ ِمنَ ال َّشـ ْيطَا ِن الر‬
4. ‫وصْ ُل ْال َج ِمي ِْع‬ (Washlul
َ Jam’i) yaitu menyambung semuanya.
Caranya adalah membaca isti’adzah disambung ( washal) dengan
basmalah, disambung lagi.
(washal) dengan awal surah. Contoh :
ِ َ‫قُلْ اَ ُعوْ ُذ بِ َربِّ ْالفَل‬ ___ ‫بِس ِْم هللاِ الرَّحْ م ِن ال َّر ِحي ِْم‬ ___ ‫َّجي ِْم‬
‫ق‬ ِ ‫اَ ُعوْ ُذ بِاهللِ ِمنَ ال َّشـ ْيطَا ِن الر‬
Membaca Basmalah Diantara Dua Surah
Adapun cara membaca basmalah diantara dua surah, dapat dilakukan
dengan 3 cara, yaitu :
ْ َ‫ق‬ (Qath’ul Jam’i) yaitu dipisah semuanya.
1. ‫ط ُع ْال َج ِمي ِْع‬
Cara membacanya adalah membaca ayat pada akhir surah, berhenti
(waqaf), lalu membaca basmalah, berhenti ( waqaf), kemudian membaca ayat
pada awal surah. Contoh :
ِ َ‫☼قُلْ اَ ُعوْ ُذ بِ َربِّ ْالفَل‬ ‫بِس ِْم هللاِ الرَّحْ م ِن ال َّر ِحي ِْم‬ ☼ ‫ َولَ ْم يَ ُك ْن لَّه ُكفُ ًوااَ َح ٌد‬ ☼
‫ق‬
ْ َ‫ق‬
ِ ِ‫ط ُع األَو َِّل َو َوصْ ُل الثَّانِ ْي بِالثُّال‬
2. ‫ث‬
Qath’ul Awwal Wa Washlutstsani Bitstsalits, yaitu memutus yang pertama
dan menyambung yang kedua dengan yang ketiga.
Cara membacanya adalah membaca ayat pada akhir surah, berhenti
( waqaf), lalu membaca basmalah, disambung (washal) dengan ayat pada awal
surah. Contoh:
ِ َ‫قُلْ اَ ُعوْ ُذ بِ َربِّ ْالفَل‬ __ ‫بِس ِْم هللاِ الرَّحْ م ِن ال َّر ِحي ِْم‬ ☼ ‫ َولَ ْم يَ ُك ْن لَّه ُكفُ ًوااَ َح ٌد‬ ☼
‫ق‬
3.  ‫وصْ ُل ْال َج ِمي ِْع‬ ( Washlul
َ jam’i ), yaitu menyambung semuanya.
Yaitu membaca ayat pada akhir surah,disambung ( washal) dengan
basmalah, dan disambung (washal) dengan awal surah. Contoh :
ِ َ‫قُلْ اَ ُعوْ ُذ بِ َربِّ ْالفَل‬ __ ‫بِس ِْم هللاِ الرَّحْ م ِن ال َّر ِحي ِْم‬ __ ‫َولَ ْم يَ ُك ْن لَّه ُكفُ ًوااَ َح ٌد‬
‫ق‬
Catatan :
Tidak dibolehkan membaca ayat pada akhir surah disambung
(washal) dengan basmalah langsung berhenti (waqaf). Hal ini dikhawatirkan ada
kesan, bahwa basmalah adalah akhir surah.
Cara membaca yang tidak dibolehkan adalah seperti contoh berikut :

9
‫بِس ِْم هللاِ الرَّحْ م ِن ال َّر ِحي ِْم‬ __ ‫ َولَ ْم يَ ُك ْن لَّه ُكفُ ًوا اَ َح ٌد‬ ☼
Wallahu’alam bisshowwab.
Maroji :

C .Beberapa pendapat mengenai basmalah


1. Imam Syafi’i

Imam Syafi’I menilai Basmalah sebagai ayat pertama dari surah al-Fatihah, dan
karena shalat tidak sah tanpa membaca al-Fatihah . Dalam arti lain, sebelum
membaca al-fatiah hukumnya wajib membaca basmalah dan apabila tidak maka
tidak sah.
Ar-Rahman ar-Rahim, Dengan kata ar-Rahman digambarkan bahwa Tuhan
mencurahkan rahmat-Nya, sedangkan dengan kata ar-Rahim dinyatakan bahwa
Alloh memiliki sifat rahmat yang melekat pada-Nya. Ada juga ulama yang
memahami kata ar-Rahman sebagai sifat Allah swt. yang mencurahkan rahmat
yang bersifat sementara ini meliputi seluruh makhluk, tanpa kecuali dan tanpa
membedakan antara mukmin dan kafir.

2. Imam Malik

Imam Malik berpendapat bahwa Basmalah bukan bagian dari al-Fatihah, dan
karena itu ia tidak dibaca ketika membaca al-Fatihah dalam shalat. Alasannya
antara lain adalah perbedaan pendapat itu. Ini karena al- Qur’an bersifat
mutawatir, dalam arti periwayatannya disampingkan oleh orang banyak yang
jumlahnya meyakinkan, sedang riwayat tentang Basmalah dalam al-Fatihah tidak
demikian. Buktinya adalah kenyataan terjadinya perbedaan pendapat.

10
3. Pendapat Lain

Akan tetapi pendapat yang paling shahih menyatakan bahwa, basmalah


merupakan pemisah antar surat, sebagaimana yang dikemukakan oleh ibnu abbas
yang diriwayatkan oleh abu daud. Barangsiapa yang berpandangan bahwa ia
termasuk fatihah, berarti ia berpendapat bahwa membacanya harus dzahir dalam
shalat, dan orang yang tidak berpendapat demikian, berarti membacanya secara sir
[tidak keras]. Masing-masing pendapat itu dianut oleh para sahabat sesuai dengan
pandangannya sendiri.

D. Contoh Contoh Bacaan Isti’adzah dan Basmalah

 Lafazh Isti’adzah
‫اعوذ باهلل من ال ّشيطن الرجيم‬
“Aku Berlindung Kepada Allah dari syaitan yang terkutuk”
Atau
‫اعوذ باهلل من ال ّشيطن الرجيم من همزه ونفخه ونفثه‬
“Aku Berlindung Kepada Allah dari syaitan yang terkutuk, dari kegilaannya, dari
kesombongannya, dan dari syairnya yang tercela”
Atau
‫اعوذ باهلل السميع العليم من ال ّشيطن الرجيم‬
“Aku Berlindung Kepada Allah Yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui
dari syaitan yang terkutuk”
 Lafazh Basmalah
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

E . Keutamaan Membaca Istiadzah dan Basmalah

Imam Ibnul Qoyyim menjelaskan beberapa hal mengapa Allah SWT


menganjurkan kepada setiap pembaca Alqur’an agar membaca isti’adzah dan
basmalah sebagaimana berikut:

11
1. Alqur’an adalah obat untuk penyakit-penyakit hati.

Allah berfirman di dalam Alqur’an, surat Yunus (10) ayat 57:

“Wahai manusia, telah datang kepadamu pelajaran dari Rabb-mu dan penyembuh
bagi penyakit-penyakit (yang berada) di dalam dada, dan petunjuk serta rahmat
bagi orang-orang yang beriman.”

Maka, ketika Allah memerintahkan kepada kita agar memohon perlindungan,


maksudnya adalah agar Alqur’an benar-benar kita fungsikan sebagai syifa’ (obat)
bagi penyakit-penyakit yang ada di dalam dada tanpa dipengaruhi oleh syaithon.
Karena jika tidak, ada kemungkinan Alqur’an tidak lagi menjadi obat yang
mujarab yang dapat menyembuhkan.

2. Syaithon diciptakan dari api yang bisa membakar apa saja. Sedangkan Alqur’an
adalah dzat yang dapat membawa hidayah, pengetahuan dan siraman bagi hati.
Karena itulah Allah SWT menyuruh ber-isti’adzah agar syaithon tidak mampu
membakar. Isti’adzah berfungsi sebagai peredam.

3. Sesungguhnya malaikat selalu mendekati pembaca Alqur’an dan


mendengarkannya, sebagaimana pernah terjadi pada Usaid bin Hudhair, ketika
membaca Alqur’an, ia melihat ada semacam awan yang di dalamnya terdapat
lampu-lampu, dan awan itu bergerak mendekatinya. Ketika hal itu ditanyakan
kepada Rasulullah SAW, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa itu adalah
malaikat. Oleh karena itu, Allah SWT menyuruh ber-isti’adzah agar kita terhindar
dari kehadiran syaithon dan sekaligus mengharap agar selalu dihadiri malaikat.

4. Allah SWT menjelaskan bahwa syaithon dan bala tentaranya selalu berusaha
memalingkan manusia dari mengingat Allah. Ketika seseorang membaca
Alqur’an, syaithon terus mengganggunya dan mencegahnya dari mentadabburi
Alqur’an.

Tentang hal itu, Allah berfirman di dalam Alqur’an, surat Al-Isro’ (17) ayat 64:

“Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu
dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukan yang berjalan
kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan berilah janji

12
kepada mereka; dan tidak ada yang dijanjikan syaithon kepada mereka melainkan
tipu daya belaka.”

5. Di dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa Allah SWT sangat bersemangat


mendengarkan bacaan Alqur’an dari hamba-hamba-Nya.

Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya Allah SWT lebih bersemangat mendengarkan seseorang yang


bagus bacaan Alqur’annya melebihi (semangat) seseorang yang cinta nyanyian
ketika ia bernyanyi.”

Syaithon sangat suka mendengarkan alunan musik yang membuai. Maka, dengan
ber-isti’adzah, insya Allah dapat menghindarkan pembacanya dari kehadiran
syaithon, namun sebaliknya, mengharapkan kehadiran Allah SWT.

6. Syaithon mempunyai sifat ingin mencegah siapa saja yang ingin beramal
shaleh, termasuk terhadap orang yang ingin/sedang membaca Alqur’an. Bahkan
Nabi pun pernah digoda olehnya. Nabi SAW pernah bersabda:

“Sesungguhnya syaithon tadi malam menggodaku dan hendak membatalkan


shalatku.”

Oleh karena itu, semakin besar nilai yang kita kerjakan semakin besar pula usaha
syaithon untuk mencegahnya. Isti’adzah dibacakan dengan maksud supaya
terhindar dari godaan syaithon.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Cara membaca Isti’adzah : Isti’adzah dibaca dengan pelan, apabila membaca


Al-Qur’an dengan pelan, Isti’adzah dibaca dengan pelan, apabila dibaca sendirian.
Isti’adzah dibaca pelan pada saat sholat (Jahriyyah atau Sirriyyah).Isti’adzah
dibaca dengan keras, apabila membaca Al-Qur’an dengan keras. Apabila
membaca Al-Qur’an dengan berkelompok, maka cukup pembaca pertama yang
mengeraskan bacaan Isti’adzah sedang yang lain tidak. Apabila ada sesuatu yang
mengahalangi Qori yang meneruskan suatu bacaan, setelah ia selesai membaca
Isti’adzah (seperti batuk, bersin, pembicaraan mengenai hal-hal yang ada
hubungannya dengan bacaan (tafsir) dan masih dalam satu majlis,maka Isti’adzah
tidak usah di ulang. Tetapi apabila yang mengahalangi ini adalah sesuatu yang
lain seperti pembicaraan yang tidak ada hubungannya dengan bacaan, makan, dan
lain-lain), maka Isti’adzah diulangi sebelum memulai suatu bacaan yang kedua
kalinya.
Cara membaca ta’awudz basmalah dan surat ada 4 macam:
1. qath’ul jami’ (seluruhnya diputuskan).Yaitu Ta’awudz,basmalah dan surat
dibaca terpisah-pisah(tidak diwashalkan/tidak disambung),
2. Washluljami’ (seluruhnya disambung /diwashalkan) Yaitu Ta’awudz.basmalah
dan surat dibaca bersambung ,
3. Ta’awudz disambung dengan basmalah(tidak disambung dengan surat),
4. Basmalah disambung dengan surat sedangkan ta’awudz di
waqafkan(dihentikan).

14
Hukum Membaca Basmalah : Hukumnya ada tiga, yaitu wajib, sunah dan Haram.
Wajib ketika membaca pada awal surat alfatihah karena menurut beberapa ulama,
basmalah adalah sebagian dari surat alfatihah, sunah ketika membaca semua surat
selain fatihah dan Attaubah, haram ketika membaca pada awal surat attaubah
karna sudah menjadi kesepakan para uama, ini terbkti bahwa tiada lafadz
basmalah pada awal surat attaubah.

B. Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai pokok materi yang ada dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahanya karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya referensi dalam makalah ini.
Penulis berharap banyak kepada pembaca agar dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis, demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah dikesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini bisa berguna bagi penulis pada khususnya, juga para
pembaca yang budiman pada umumnya dan dapat memberikan manfaat bagi kita
semua. Amin.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Abdur Ra’uf Al Hafidz, Pedoman Dauroh Al-Qur’an, Kajian Ilmu Tajwid,
Lc.

Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz, Syarh Addurusumuhimah liaamatilummah,

Daar Ashomii”i. Hafash, Imam , Qiroatil Quran, (Bandung : PT.Al-ma’rif )


Moh. Wahyudi, Ilmu Tajwid Plus, (Malang : Halim Jaya, 2005)

 http://tashfiyah.or.id/istiadzah-dan-basmalah/

 http://abumuhassin.blogspot.com/2011/04/hukum-membaca-istiadzah.html

 http://farisibnusahili.blogspot.com/2011/12/makalah-tentang-hukum-istiadzah-
dalam.html

16
17

Anda mungkin juga menyukai