Anda di halaman 1dari 10

MAKALA TENTANG IZARAH

DOSEN PENGAMPU: ROHMI YAHANI’AH

Kelompok 13:
Alvin Okdiansyah (2041030180)
Anggi Saputra (2041030190)

JURUSAN MAANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UINIVIRSITAS ISLAM NEGRI RADIN INTAN LAMPUNG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunianya kepada kami sehingga kami mampu dan bisa menyelesaikan tugas
makala PPKN ini, mahkota solawat dan bahtera salamnya Allah semoga selalu
tercurahkan kepada junjungan kita nabi agung muhammad SAW.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makala ini tidak akan tuntas tanpa
tanpa adanya bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak oleh karna itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan trima kasih yang sebesar besarnya, kususnya
kepada:
1. Rohmi Yahani’ah selaku dosen pembimbing mata kuliah ppkn
2. Teman kelompok 13 selaku penulis dan pembuat makala ini

Kami menyadari bahwa makala yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangan, kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Akhirmya, kritik, saran dan
masukan kami butuhkan untuk dijadikan pedoman dalam penulisan kearah yang
lebih baik lagi. Semoga makala ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI

HALAM JUDUL ..............................................................................................


DARTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan............................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Al Ijarah ...................................................................... 2
B. Landasan Hukum Al Ijarah .......................................................... 2
C. Rukun Al Ijarah ........................................................................... 3
D. Syarat Sah Al Ijarah ...................................................................... 3
E. Pembagian Macam Al Ijarah ......................................................... 4
F. Hak Menerima Upah ..................................................................... 5
G. Berakhirnya Al Ijarah ................................................................... 6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................... 7
B. Saran.............................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 8

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Muamalah merupakan bagian dari rukun islam yang mengatur hubungan antara
seseorang dan orang lain. Contoh hukum islam yang termasuk muamalah salah satunya
adalah ijarah (sewa-menyewa).
Seiring dengan perkembangan zaman, transaksi muamalah tidak terdapat miniatur
dari ulama klasik, transaksi tersebut merupakan terobosan baru dalam dunia modern.Dalam
hal ini kita harus cermat, apakah transaksi modern ini memiliki pertentangan tidak dengan
kaidah fiqih? Jika tidak, maka transaksi dapat dikatakan mubah.
Dalam makalah ini akan dijelaskan secara sederhana tentang definisi ijarah, landasan
hukum, rukun dan syarat sahnya. Juga pembagian dan hukum ijarah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil sebuah rumusan yaitu:
1. Apa Pengertian Al Ijarah ?
2. Apa Landasan Hukum Al Ijarah ?
3. Apa Rukun Al Ijarah ?
4. Apa Syarat Sah Al Ijarah ?
5. Bagamana Pembagian Macam Al ijarah ?
6. Bagaimana Hak Menerima Upah ?
7. Apa Sebab-sebab Berakhirnya Al Ijarah ?

C. Tujuan
Pembuatan makalah ini mempunyai tujuan yaitu :
1. Untuk memenuhi tugas dari dosen.
2. Untuk menjawab rasa penasaran.
3. Untuk mengetahui lebih dalam tentang Psikologi Perkembangan Remaja.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Ijarah
Al-Ijarah berasal dari kata al-Ajru yang berarti Al’lwadhu (ganti). Dari sebab itu Ats
Tsawab (pahala) dinamai Ajru (upah).
Menurut pengertian Syara’, Al-Ijarah ialah: Urusan sewa menyewa yang jelas manfaat
dan tujuanya, dapat diserah terimakan, boleh dengan ganti (upah) yang telah diketahui
(gajian tertentu). Seperti halnya barang itu harus bermanfaat, misalkan: rumah untuk
ditempati, mobil untuk dinaiki.
Pemilik yang menyewakan manfaat disebut Mu’ajjir (orang yang menyewakan). Pihak
lain yang memberikan sewa disebut Musta’jir ( orang yang menyewa = penyewa). Dan,
sesuatu yang di akadkan untuk diambil manfaatnya disebut Ma’jur ( Sewaan). Sedangkan
jasa yang diberikan sebagai imbalan manfaat disebut Ajran atau Ujrah (upah). Dan setelah
terjadi akad Ijarah telah berlangsung orang yang menyewakan berhak mengambil upah, dan
orang yang menyewa berhak mengambil manfaat, akad ini disebut pula Mu’addhah
(penggantian).

B. Dasar Hukum
Dasar –dasar hukum atau rujukan Ijarah adalah Al-Qur’an, Al-Sunnah, dan Al-Ijma’.
1. Dasar hukum Ijarah dalam Al-Qur’an adalah :

َ‫رضعنَ لَکُم‬
َ َ‫فاِن ا‬

“Kemudian jika mereka menyusukan (anak anak) mu untuku. (Ath-Thalaq: 6


2. Dasar Hukun Ijarah Dari Al-Hadits:

‫هريرةأبيعنالرزاقعبدرواه ) ) اَجْ َر ُه َف ْل َيعْ َم ْل ِجيْرً ااَ َج َراسْ َتأْ َم ِن‬


“Barang siapa yang meminta untuk menjadi buruh, beritahukanlah upahnya.”
(HR. Abdul Razaqdari Abu Hurairah).

3. Landasan Ijma’nya ialah:


Umat islam pada masa sahabat telah ber ijma’ bahwa ijarah diperbolehkan sebab
bermanfaat bagi manusia.
C. Rukun Ijarah
Menurut ulama Hanafiyah, rukun Ijarah adalah ijab dan qabul, antara lain dengan
menggunakan kalimat: al-ijarah, al-isti’jar, al-iktira’, dan al-ikra.
Adapun menurut jumhur ulama, rukun ijaraha da 4, yaitu:
a) Aqid (orang yang akad).
b) Shigat akad.
c) Ujrah (upah).
d) Manfaat.

D. Syarat Sah Ijarah


Ada 5 syarat sah dari ijarah, diantaranya:
1) Kerelaan dari dua pihak yang melakukan akad ijarah tersebut,
2) Mengetahui manfaat dengan sempurna barang yang diakadkan, sehingga mencegah
terjadinya perselisihan,
3) Kegunaannya dari barang tersebut,
4) Kemanfaatan benda dibolehkan menurutsyara’,
5) bjek transaksi akad itu (barangnya) dapat dimanfaatkan kegunaannya menurut kriteria,
dan realita.

E. Pembagian ( Macam ) dan Ijarah


Ijarah terbagi menjadi dua, yaitu ijarah terhadap benda atau sewa-menyewa, dan ijarah
atas pekerjaan atau upah-mengupah.
1) Hukum sewa-menyewa ( Ijarah ‘ala al-manafi’ )
Dibolehkan ijarah atas barang mubah, seperti: rumah, kamar, dan lain-lain. Tetapi
dilarang ijarah terhadap benda-benda yang diharamkan.
a) Ketetapan Hukum Akad dalam Ijarah
Menurut ulama Hanafiyah, ketetapan akad ijarah adalah kemanfaatan yang sifatnya
mubah.Menurut ulama Malikiyah, hokum ijarah sesuai dengan keberadaan manfaat. Ulama
Hanabilah danS yafi’iyah berpendapat bahwa hukum ijarah tetap pada keadaannya, dan
hukum tersebut menjadikan masa sewa seperti benda yang tampak.

b) Cara Memanfaatkan Barang Sewaan


1) Sewa Rumah
Jika seseorang menyewa rumah dibolehkan untuk memanfaatkannya sesuai kemauannya,
baik dimanfaatkan sendiri atau dengan orang orang lain, bahkan boleh disewakan lagi atau
dipinjamkan pada orang lain.
2) Sewa Tanah
Sewa tanah diharuskan untuk menjelaskan tanaman apa yang akan ditanam atau bangunan
apa yang akand idirikan di atasnya. Jika tidak dijelaskan ijarah dipandang rusak.
3) Sewa kendaraan
Dalam menyewa kendaraan, baik hewan atau kendaraan lainnya harus dijelaskan salah satu
diantara dua hal, yaitu waktu dan tempat. Juga harus dijelaskan barang yang akan dibawa
atau benda yang akan diangkut.

c) Perbaikan Barang Sewaan


Menurut ulama Hanafiyah, jika barang yang disewakan rusak, pemiliknyalah yang
berkewajiban memmperbaikinya, tetapi ia tidak boleh dipaksa. Apabila penyewa bersedia
memperbaikinya, ia tidak diberikan upah sebab dianggap sukarela.
Adapun hal-hal kecil seperti membersihkan sampah atau tanah merupakan kewajiban
penyewa.
c) Kewajiban Penyewa Setelah Habis Masa Sewa
1) Menyeahkan kunci jika yang disewa rumah
2) Jika yang disewa kendaraan, ia harus menyimpannya kembali di tempat asalnya

2) Hukum Upah-Mengupah
Upah-mengupah atau ijarah ‘ala al-a’mal, yakni jual-beli jasa. Biasanya berlaku dalam
beberapa hal seperti menjahitkan pakaian, membangun rumah, dan lain-lain. Ijarah ‘ala al
a’mal, terbagi dua, yaitu:
a) Ijarah Khusus
Yaitu ijarah yang dilakukan oleh seorang pekerja. Hukumnya, orang yang bekerja
tidak boleh bekerja selain dengan orang yang telah memberinya upah.
b) Ijarah Musytarik
Yaitu ijarah dilakukan secara bersama-sama atau melalui kerja-sama. Hukumnya
dibolehkan bekerja-sama dengan orang lain.
F. Hak Menerima Upah
1) Selesai bekerja
Seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, bahwa Rasulullah SAW,
bersabda:

ُ ْ‫عمرابيعنماجهابنرواه)) َع َرقُ ُه َي ِج َّفا َ ْن َق ْباَل َجْ َر ُهاْالَ ِجي َْراُع‬


‫ط ْوا‬

“Berikanlah olehmu upah orang bayaran sebelum keringatnya kering.”

2) Mengalirnya manfaat, jika ijarah untuk barang


Karena apabila dalam suatu barang itu telah terjadi kerusakan maka akad ijarah
itupun batal.
3) Memungkinkan mengalirnya manfaat jika masanya berlasung.
4) Mempercepat dalam bentuk akad ijarah (bayaran).

G. Pembatalan dan Berakhirnya Ijarah


Ijarah adalah jenis akad lazim, yang salah satu pihak yang berakad tidak memiliki hak
fasakh, karena ia merupakan akad pertukaran, kecuali didapati hal yang mewajibkan fasakh.
Seperti di bawah ini:
1. Menurut Hanafiyah ijâraħ berakhir dangan meninggalnya salah seorang dari dua orang
yang berakad. Ijâraħ hanya hak manfaat, maka hak ini tidak dapat di wariskan karena
kewarisan berlaku untuk benda yang dimiliki. Sedangkan jumhur ulama berpendapat ijâraħ
tidak fasakh karena kematian salah satu pihak yang berakad. Sifat akad ijâraħ adalah akad
lazim (mengikat para pihak) seperti halnya dengan jual beli. Ijâraħ merupakan milik al-
manfaah (kepemilikan manfaat) maka dapat diwariskan.
2. Terjadi aib terhadap barang sewaan yang kejadiannya di tangan penyewa atau terlihat aib
lama padanya.
3. Rusaknya barang yang disewakan.
4. Terpenuhinya manfaat yang diakadkan, atau selesainya pekerjaan, atau berakhirnya
masa, kecuali jika terdapat uzur yang mencegah fasakh.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya, ijarah di defnisikan
sebagai hak untuk memanfaatkan barang/jasa dengan membayar imbalan tertentu. ada
yang menerjemahkan, ijarah sebagai jual beli jasa (upah-mengupah), yakni mengambil
manfaat tenaga manusia, ada pula yang menerjemahkan sewa-menyewa, yakni mengambil
manfaat dari barang.
Transaksi ijarah di landasi adanya pemindahan manfaat (hak guna), bukan
pemindahan kepemilikan (hak milik). Jadi prinsip ijarah sama saja prinsip jual beli.
Al ijarah dibagi menjadi 2 yaitu : Sewa menyewa barang dan Pemberian upah atas
jasa tenaganya .

B. Saran
Untuk pembuatan makalah ini saya berharap ada komentar dari dosen maupun
mahasiswa agar saya tau dimana letak kesalahan dalam pembuatan makalah ini sehingga
saya bisa memperbaiki pembuatan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
HTTP//www.bagiilmu.blogspotsyarat-sah-ijaroh-1245-2257.html
Abu Abdillah, Syamsuddin. 2010. Terjemah FHATHUL QARIB. Surabaya : CM Grafika.
Djuwaini, Dimyauddin. 2010. Pengantar FIQH MUAMALAH. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Hasbi Ash Shiddieqi, Teungku Muhammad. 1997. Hukum-hukum Fiqih Islam. Yogyakarta :
PT. Pustaka Rizki Putra.
Sabiq, Sayyid. 1987. Fikih Sunnah 13. Bandung : PT. AL – Ma’arif.
Suhendi, Hendi. 2005. Fiqh Muamalah. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Syafe’i Rachmat. 2004. Fiqih Muamalah. Bandung : Pustaka Setia. Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah
13 (Bandung : PT. AL – Ma’arif, 1987) hlm 7.
Syamsuddin Abu Abdillah, Terjemah FHATHUL QARIB,(Surabaya : CM Grafika, 2010) hlm.
209.
Dr. H. Hendi Suhendi, M.Si. FIQH MUAMALAH, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), hlm. 116
http//www.bagiilmu.blogspot/syarat-sah-ijaroh-1245-2257.html
Sayyidsabiq, Op.Cit., hlm. 12-13
Prof. DR. H. Rachmat Syafe’I, M.A., Op.Cit.,hlm. 131-134
SayyidSabiq, Op.Cit.,hlm. 21

Anda mungkin juga menyukai