Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

LAFADZ ATAU IKRAR WAKAF (SIGHAT)

Diajukan Untuk Memenuhi

Tugas Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Anggota Kelompok : - Brigitta Christa Natasha Aulia

- Lidya Sephiana

Kelas : 10 MIA 4

Guru Pembimbing : Rizka Susilawati, S. Pd, M. Pd

SMAN 1 KABUPATEN TANGERANG

TAHUN PELAJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas segala
karunia nikmat-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Makalah yang berjudul “Lafadz atau Ikrar Wakaf (sighat)” ini disusun dalam rangka memenuhi
salah satu tugas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang diberikan oleh
Ibu Rizka Susilawati, S. Pd, M. Pd.

Makalah ini berisi tentang lafadz atau ikrar wakaf (sighat) beserta syarat-syaratnya.
Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya tidak lepas dari bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Oleh sebab itu kami ucapkan
banyak terima kasih atas segala kontribusinya dalam membantu penyusunan makalah ini.

Walaupun banyak sekali hambatan dan kesulitan yang kami hadapi dalam menyusun
makalah ini, dan mungkin makalah ini masih terdapat kekurangan dan belum bisa dikatakan
sempurna dikarenakan keterbatasan kemampuan kami. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak terutama dari
Bapak/Ibu Guru sekalian supaya kami dapat lebih baik lagi dalam menyusun sebuah makalah
di kemudian hari.

Besar harapan kami makalah ini dapat berguna bagi siapa saja terutama bagi kita yang
ingin memperdalam ilmu agama, khususnya tentang wakaf.

Demikian apa yang bisa kami sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil manfaat
dari karya ini.

Tangerang, April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 3

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 3

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4

C. Tujuan ............................................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 5

A. Pengertian Wakaf ............................................................................................................ 5

B. Lafadz atau Ikrar Wakaf (Sighat) ................................................................................... 6

C. Syarat-Syarat Mengikrarkan Wakaf ............................................................................... 8

BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 9

A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 9

B. Saran ............................................................................................................................... 9

C. Penutup ........................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu lembaga yang dianjurkan oleh ajaran Islam untuk dipergunakan oleh
seseorang sabagai sarana penyaluran rezeki yang diberikan oleh Tuhan kepadanya adalah
wakaf. Dalam Islam, wakaf merupakan ibadah yang bercorak sosial ekonomi yang cukup
penting. Menurut sejarah Islam, wakaf telah memainkan peran yang sangat penting dalam
meningkatkan kesejahteraan kaum muslimin, baik di bidang pendidikan, pelayanan kesehatan,
pelayanan sosial dan kepentingan umum, kegiatan keagamaan, pengembangan ilmu
pengetahuan serta peradaban Islam secara umum.

Di Indonesia, wakaf telah dikenal dan dilaksanakan oleh umat Islam sejak agama Islam
masuk di Indonesia. Selain di Indonesia perkembangan Wakaf di Negara-negara Timur
Tengah juga sangat baik, bahkan disana Wakaf diatur sedemikian rupa sehingga sangat
dirasakan manfaatnya bagi masyarakat di Negara-negara tersebut. Sebagai salah satu Lembaga
keagamaan yang erat hubungannya dengan sosial ekonomi, wakaf telah banyak membantu
pembangunan secara menyeluruh di Indonesia dan berbagai Negara lainnya, baik dalam
pembangunan sumber daya manusia maupun dalam pembangunan sumber daya sosial. Karena
pada kenyataannya, sebagian besar rumah ibadah, tempat pemakaman, peguruan Islam dan
lembaga-lembaga keagamaan Islam lainnya dibangun di atas tanah wakaf.

Namun, apakah sebenarnya wakaf itu? Bagaimana lafadz atau ikrar wakaf (sighat)?
Dan, apakah syarat mengikrarkan wakaf?

Maka untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, kami mencoba untuk


menyajikan pembahasan mengenai pengertian wakaf, seperti apakah lafadz wakaf, beserta
syarat-syarat dalam mengikrarkan wakaf.

3
B. Rumusan Masalah

Untuk memudahkan pembahasannya maka akan dibahas sub masalah sesuai dengan
latar belakang diatas yakni sebagai berikut :

1. Apa pengertian wakaf?


2. Bagaimanakah lafadz atau ikrar wakaf (sighat)?
3. Apa sajakah syarat-syarat mengikrarkan wakaf?

C. Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui pengertian wakaf


2. Mengetahui lafadz atau ikrar wakaf (sighat)
3. Mengetahui syarat-syarat mengikrarkan wakaf?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Wakaf

Perkataan waqaf, yang menjadi wakaf dalam bahasa Indonesia, berasal dari kata
kerja bahasa Arab waqafa yang berarti menghentikan, berdiam di tempat atau menahan
sesuatu. Wakaf dalam pengertian Ilmu tajwid mengandung makna menghentikan bacaan,
baik seterusnya maupun untuk mengembil nafas sementara. Pengertian wakaf dalam makna
berdiam di tempat, dikaitkan dengan wuquf. Yakni berdiam di Arafah pada tanggal 9
Zulhijjah ketika menunaikan Ibadah Haji. Sedangkan pengertian menahan (sesuatu)
dihubungkan dengan harta kekayaan, itulah yang dimaksud dengan wakaf dalam makalah
ini (Ali, 1988, p. 80). Wakaf adalah menahan harta dan memberikan manfaatnya di jalan
Allah, sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah yang ganjarannya tidak terbatas
sepanjang pewakaf itu hidup, tetapi terbawa sampai ia meninggal dunia (Suryana, Alba,
Syamsudin, & Asiyah, 1996, p. 131). Wakaf adalah salah satu lembaga yang dianjurkan
oleh ajaran Islam untuk dipergunakan oleh seseorang sebagai sarana penyaluran rezeki yang
diberika oleh Allah kepadanya (Ali, 1988, p. 77).

Dari beberapa definisi dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian wakaf adalah
menahan harta yang diberikan Allah yang dikelola oleh suatu lembaga dan hal tersebut
sangat dianjurkan oleh ajaran Islam karena sebagai saran mendekatkan diri kepada Allah
yang ganjarannya terbawa sampai si pewakaf meninggal dunia.

Di dalam Al-Qur’an surah Ali-Imran (3) ayat 92 Allah SWT berfirman :

Artinya Kamu sekali-kali tidak sampai pada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sebagian harta yang kamu sayangi. (Q.S Ali-Imron, 3 : 92).

5
Dan di dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah (2) ayat 267 Allah SWT berfirman :

Artinya Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari
hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk
kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya,
padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan menicingkan mata
terhadapnya. Dan Ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji (Q.S Al-Baqarah,
2 : 267).

Menurut hadist Nabi Muhammad SAW. yang diriwayatkan oleh Muslim berasal
dari Abu Hurairah, “seorang manusia yang meninggal dunia akan berhenti semua pahala
amal perbuatannya, kecuali pahala tiga amalan yaitu (1) shadaqah jariyah : sedekah yang
pahalanya tetap mengalir yang diberikannya selama hidup, (2) Ilmu yang bermanfaat bagi
orang lain yang diajarkannya selama hayatnya, dan (3) do’a anak saleh yakni anak yang
membalas guna orang tuanya dan mendo’akan ayah-ibunya meskipun orangtuanya itu telah
tiada” menurut A.A. Basyir.

B. Lafadz atau Ikrar Wakaf (Sighat)

Niat wakaf harus disertakan ketika mewakafkan suatu barang. Wakaf dalam Islam
bermakna perbuatan yang dilakukan oleh wakif atau orang yang berwakaf untuk memberi
sebagian ataupun semua harta benda yang dipunyai demi keperluan ibadah serta
kemakmuran masyarakat untuk selamanya.

Pernyataan pemberian wakaf harus disertai ucapan secara lisan bahwa harta
benda kita akan diwakafkan. Contohnya, ketika kita mengatakan, “Tanah ini merupakan
tanah wakaf, diwakafkan untuk umum.” Artinya, saat kita mengatakan hal itu, sudah
terjadi akad wakaf.

Akan tetapi, jika kita mengatakan, “Aku akan mewakafkan tanah ini,” pada saat
itu tidak terjadi apa-apa. Tanah yang kita sebutkan belum merupakan tanah wakaf. Tidak

6
terjadi akad wakaf pada saat kita mengatakan seperti ini karena kalimat itu hanya
menceritakan suatu kabar.

Adapun lafadz yang dengannya wakaf akan teranggap sah, para ulama membaginya
menjadi dua bagian:

1. Lafadz yang sharih, yaitu lafadz yang dengan jelas menunjukkan wakaf dan tidak
mengandung makna lain.

2. Lafadz kinayah, yaitu lafadz yang mengandung makna wakaf meskipun tidak secara
langsung dan memiliki makna lainnya, namun dengan tanda-tanda yang
mengiringinya menjadi bermakna wakaf.

Untuk lafadz yang pertama, maka cukup dengan diucapkannya akan berlaku
hukum wakaf. Adapun lafadz yang kedua ketika diucapkan akan berlaku hukum wakaf
jika diiringi dengan niat wakaf atau lafadz lain yang dengan jelas menunjukkan makna
wakaf. (Lihat asy-Syarhul Mumti’)

Para ulama telah sepakat bahwasanya yang harus ada adalah lafadz dari yang
mewakafkan. Jadi, wakaf adalah akad yang sah dengan datang dari satu arah. Adapun
lafadz penerimaan (qabul) dari yang dituju dari wakaf tersebut tidak menjadi rukunnya.
(Lihat Majalah al-Buhuts al-Islamiyyah edisi 77)

7
C. Syarat-Syarat Mengikrarkan Wakaf

a) ucapan ikrar wakaf harus mengandung kata-kata yang menunjukkan kekalnya


(ta’bid), tidak sah wakaf jika ucapannya dengan batas waktu tertentu.

b) Ucapan ikrar wakaf dapat direalisasikan segera (tanjiz), tanpa disangkutkan, atau
digantungkan kepada syarat tertentu.

c) Ucapan ikarar wakaf bersifat pasti.

d) Ucapan ikarar wakaf tidak diikuti oleh syarat yang membatalkan.

Apabila semua persyaratan di atas dapat terpenuhi, maka penguasaan atas tanah
wakaf bagi penerima wakaf sah. Pewakaf (wakif) tidak dapat lagi menarik kembali
kepemilikan harta tersebut karena telah berpindah kepada Allah Swt. dan penguasaan
harta tersebut berpindah kepada orang yang menerima wakaf (náir). Secara umum,
penerima wakaf (náir) dianggap pemiliknya, tetapi bersifat tidak penuh (gaira tammah).

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Wakaf adalah menahan harta yang diberikan Allah yang dikelola oleh suatu lembaga
dan hal tersebut sangat dianjurkan oleh ajaran Islam karena sebagai saran mendekatkan
diri kepada Allah yang ganjarannya terbawa sampai si pewakaf meninggal dunia.

Pernyataan pemberian wakaf harus disertai ucapan secara lisan bahwa harta benda
kita akan diwakafkan.

Syarat-syarat lafadz yaiu ucapan ikrar wakaf harus mengandung kata-kata yang
menunjukkan kekalnya (ta’bid), tidak sah wakaf jika ucapannya dengan batas waktu
tertentu. Ucapan ikrar wakaf dapat direalisasikan segera (tanjiz), tanpa disangkutkan, atau
digantungkan kepada syarat tertentu. Ucapan ikarar wakaf bersifat pasti. Ucapan ikarar
wakaf tidak diikuti oleh syarat yang membatalkan.

B. Saran

Ulama Aceh lahirkan rekomendasi sighat wakaf. bahwa salah satu syarat sah wakaf
adalah wakif wajib menjelaskan “peruntukan” harta wakaf pada saat melafalkan sighat. Contoh
sighat wakaf yang benar yaitu: Wakaftu Haza-Lillahi Li Binail Masjidi (saya wakafkan harta
ini karena Allah, supaya digunakan untuk pembangunan masjid). Jadi, dalam shigat itu intinya
terdapat dua komponen. Pertama niat wakaf karena Allah (lillahi), dan kedua penyebutan
peruntukan harta yang diwakafkan. Tapi, di antara dua komponen itu, yang tak boleh ditinggal
adalah penyebutan peruntukan aset. Kalau begitu, wakaf dianggap tetap sah jika wakif hanya
menyebutkan peruntukan aset, meski tanpa kata lillahi (karena Allah) saat melafalkan sighat.

C. Penutup

Demikianlah isi makalah kami, atas kekurangan dan kesalahan kami dalam penulisan
makalah ini, kami mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Atas kritik teman-teman
dan guru-guru sekalian kami ucapkan termakasih. Marilah kita tumbuhkan rasa ingin tahu kita
tentang wakaf agar kita bisa semakin memperdalam ilmu agama kita.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. D. (1988). Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. Jakarta: UI-Press.

Zen, E. S. 2016. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan

www.beritawakaf.com

bwi.or.id

10

Anda mungkin juga menyukai