Setelah pensiunnya Ungku Abdul Aziz, Naquib Al-Attas yang pada saat itu usianya
muda pindah dan menetap tinggal dengan paman yang lain yaitu Dato’ Onn ibn Dato’ ja’far
yang merupakan Kepala Menteri Johor ketujuh, dan terus tetap tinggal dengan beliau
sampai ia menyelesaikan pendidikan tingkat menengahnya. Setelah tamat dari sekolah
menengah pada tahun 1951, Naquib mendaftar di resimen Melayu sebagai seorang kadet
serta mengikuti sebuah pendidikan militer di negara Inggris dari tahun 1952-1955. Selama
pelatihannya di Inggris, beliau mendalami dan berusaha memahami aspek-aspek yang
dapat mempengaruhi semangat dan gaya hidup masyarakat negara Inggris. Selama
mengikuti pendidikan militer Naquib juga belajar mengenai metafisika tasawuf terutama dari
karya besar ulama’ tasawuf yang beliau akses melalui perpustakaan kampus, Naquib juga
sering berjalan-jalan ke wilayah yang memiliki budaya dan unsur negara Islam yang kuat.
Karir/Karya
Karya yang dihasilkan oleh Al-Attas sudah banyak sekali, tercacat bahwa beliau
sudah menyampaikan lebih dari 400 makalah ilmiah di berbagai negara dan aktif dalam
menulis artikel-artikel dalam jurnal-jurnal Internasional. Al-Attas juga telah banyak
menerbitkan buku karyanya seperti pada tahun 1559 menerbitkan buku berjudul Rangkaian
Ruba’iyat, 1963 menerbitkan buku berjudul some Aspects Of Shifism as Understood and
Practised Among The Malays, tahun 1966 menerbitkan buku berjudul Raniri and the
wujudiyah of the 17thcentury Acheh, tahun 1968 menerbitkan buku berjudul the origin of
the malay sya’ir, premeliminary statement on a general theory ofthe islamization of the
malay-indonesian archipelago pad tahun 1969, pada tahun 1970 menerbitkan buku berjudul
the mysticism of hamzah fanshuri, tahun 1971 menerbitkan buku berjudul concluding
postscript to the origin of the sya’ir, dan lain-lain.
Ide Pemikiran
Pemikiran al-Attas secara garis besar dilandasi oleh kondisi kemunduran umat islam
dalam berbagai aspek kehidupan, terutama dalam aspek pendidikan dan perkembangan
ilmu pengetahuan. Menurut beliau, zaman yang semakin maju dan berkembang pesat
membuat moderanitas menjadi tantangan tersendiri bagi umat islam. Karena saat ini
pertumbuhan SAINS semakin hari semakin mengikis nilai-nilai agama dan moral. Selain itu
menurut al-Attas SAINS sudah tercampur dengan budaya barat, sehingga menyebabkan
hilangnya peran agama dalam SAINS. Berikut beberapa gagasan al-Attas sebagai upaya
untuk mengembalikan nilai-nilai islam sebagai pandangan dunia :
A. Islamisasi Ilmu
B. Epistemologi Islam
Menurut al-Attas perkembangan ilmu pengetahuan saat ini adalah produk dari
kebingungan sekeptisme, sedangkan epistemologi Islam tidak berangkat dari
keraguan karna adanya keyakinan terhadap kebenaranan kandungan al-Qur’an sebagai
petunjuk. Oleh karena itu beliau menganggap pentingnya program islamisasi sebagi
sebuah upaya pemecahan masalah Epistemology modern SAINS saat ini yang
berpijak pada landasan pemisahan antara ilmu pengetahuan dan agama.
C. Dewesternisasi
Dewesternisasi sendiri adalah upaya pembersihan atau pelepasan segala sesuatu
dari pengaruh barat, terutama dari tubuh pengetahuan (menurut al-Attas) agar
mengubah nilai-nilai, dan tafsiran konseptual isi pengetahuan seperti yang disajikan di
zaman sekarang.
Pendidikan Islam
1. Konsep
Dalam pandangan al-Attas, ada beberapa kosa kata yang merupakan konsep kunci
untuk membangun konsep pendidikan, yaitu: ilmu, keadilan, pikiran, kebenaran,
makna, kebijaksanaan, simbol, hati, nalar, tindakan, jiwa, kata-kata, tatanan hirarkhis
dalam penciptaan (maratib dan darajat), interpretasi (tafsir dan ta’wil) dan adab.
Unsur terakhir yang disebutkan sendiri adalah inti atau konsep kunci dalam proses
pendidikan. Karena adab adalah meliputi disiplin pikiran, tubuh dan jiwa, sehingga dapat
memilih dan melakukan tindakan yang benar dan melawan yang keliru, agar terhindar
dari kehinaan. Karena pendidikan tidak hanya melibatkan fisik dan material saja,
melainkan juga aktivitas psikis dan immaterial.
2. Tujuan
Menurut Al-attas tujuan pendidikan adalah untuk membentuk dan menghasilkan
manusia yang “baik” dan berbudi luhur yang menyembah kepada Allah SWT dengan
membangun struktur kehidupan dunia sesuai dengan apa yang disyari’atkan dalam Al-
qur’an dan Hadist untuk menjunjung tinggi imannya. Selain itu tujuan pendidikan
lainnya adalah juga untuk menekankan manusia sebagai mahluk sosial yang
berhubungan dengan manusia lainnya, oleh karena itu individu dituntut sadar bahwa
ia harus berrhubungan secara tepat dengan tuhan masyarakat, dan alam.
Ilmu fardhu ‘ain: pembacaan dan interpretasi Kitab Suci al- Qur’an, syari’at
(hukum dan fiih), sunah, teologi, metafisika Islam (psikologi, kosmologi dan
ontologi) dan ilmu Bahasa.
ilmu fardhu kifayah : ilmu sosial atau kemanusiaan, SAINS, sejarah islam,
teknologi, budaya, perbandingan Agama dan sebagiannya
2. Metode
Al-Attas memandang metode metode cerita, metafora dan tauhid efektif dalam
menyampaikan pesan-pesan moral dan kebaikan. Selain itu metode tafsir dan ta’wil
juga berguna dalam mengkaji alam dan juga merupakan metode yang valid dalam
ilmu pengetahuan. Oleh karena itu al-Attas meyakini bahwa metode tersebut
hendaknya diaplikasikan ke dalam bidang-bidang kegiatan intelektual dan penelitian
ilmiah lainnya.
Perkembangan Pemikiran
Kesimpulan
Naquib Al-Attas lahir pada 5 September 1931 di Bogor, Jawa Barat. Lahir dari orang
tua bernama Syarifah Raquan al-Aydarus dan Syed Ali Al-Attas, dari kedua orang tuanya
inilah beliau mendapatkan pendidikan ilmu-ilmu keislaman dan setelah beliau menyelesaikan
segala tahapan pendidikan, Naquib Al-Attas mendirikan sebuah institusi pendidikan tinggi
bernama International Institute of Islamic Thought and Civilization. Setelah menyelesaikan
program doktornya di universitas London, Al-Attas memulai karirnya dengan menjadi dosen
di universitas Malaya Singapura, tahun 1968-1970 beliau menjabat sebagai ketua
departemen kesusasteraan dalam pengkajian melayu. Tahun 1970 Al-Attas merupakan salah
satu pendiri universitas kebangsaan di Malaysia, berselang 2 tahun kemudian beliau
diangkat menjadi guru besar dan kemudian menjadi dekan fakultas sastra dan kebudayaan
melayu di universitas tersebut. Al-Attas juga telah banyak menerbitkan buku karyanya
seperti pada tahun 1559 menerbitkan buku berjudul Rangkaian Ruba’iyat, 1963 menerbitkan
buku berjudul some Aspects Of Shifism as Understood and Practised Among The Malays,
tahun 1966 menerbitkan buku berjudul Raniri and the wujudiyah of the 17th century Acheh,
dan lain-lain.
Dengan pandangan akan dampak negatif dari ilmu modern dari pemimit Barat,
beliau mengajukan gagasan tentang islamisasi ilmu pengetahuan dengan formulasi yang
lebih sistematis. Dimana Pengaruh Islamisasi bahasa mampu menghasilkan pemikiran dan
penalaran, karena dalam setiap istilahnya mampu memberikan sebuah penalaran yang
mudah dipahami oleh akal pikir. Menurut Naquib perkembangan ilmu pengetahuan
merupakan salah satu faktor dari kebingungan skeptisme, di mana dalam epistemologi islam
tidak adanya keraguan karena islam percaya akan kebenaran kandungan Al Qur'an. Dengan
ini Naquib berupaya menghidupkan kembali tasawuf filsafi yang dianggap sebagai sebuah
keniscayaan, karena dianggap mampu memberikan kendali akan pikiran rasional dari sebuah
kekuasaan. Dengan menerapkan sistem kurikulum yang diadopsi dari ilmu-ilmu fardhu ain
dan fardhu kifayah, yang artinya membaca dan menginterpretasikan Al Qur'an sesuai
dengan syariat, sunnah, teologi, metafisika dan ilmu bahasan serta mempelajari ilmu sosial
dan pengetahuan. Dengan pandangan metode cerita dan tauhid dinilai lebih efektif
menyampaikan pesan moral dan kebaikan, karena metode tafsir dan ta'wil berguna untuk
mengkaji alam serta merupakan metode yang dianggap valid dalam ilmu pengetahuan.
Naquib Al-Attas menjelaskan westernisasi adalah proses yang mampu memisahkan
antara unsur-unsur sekular (substansi, roh, watak dan keperibadian kebudayaan dalam
peradaban Barat), dari pengetahuan akan berubah dasar bentuk, nilai dan tafsiran
konseptual pengetahuan. Naquib mengatakan bahwa ilmu datang dari tuhan dan diperoleh
melalui beberapa metode, yaitu laporan yang benar sesuai otoritas. Dimana terminologi al-
aql "pengikatan" atau "penahanan", yang artinya mengikat atau menahan. objek ilmu
dengan menunjukkan realitas sesuai kata hati (al-qalb), ruh dan diri (al-nafs). Dimana hal ini
merupakan suatu yang klasik, dimana manusia pada dasarnya memiliki potensi diri
sebagaimana pemanfaatannya.
Daftar Pustaka
Aini, E.H. (2016). Islamisasi Ilmu Sebuah Gagasan Pendidikan Islam (Telaah
Pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas). Sarjana Skripsi. Universitas Islam Negeri
Sunan KaliJaga Yogyakarta
Nuryanti, M., & Hakim, L. (2020). Pemikiran Islam Modern Syed Muhammad Naquib
Al-Attas. Substantia: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 22(1), 73-84.
Yusuf, S., & Ahyan, M. Pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-attas Tentang
Pendidikan Islam. Tamaddun, 1-29.