Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Ruang Lingkup Iman kepada Allah ll

Mata Kuliah

Pendidikan Akidah Akhlak

Dosen Pegampu

Muhammad Junaidi, M.Pd.

Disusun Oleh

Suhaibatul Aslamiah NIM: 20010130

Widiya NIM: 20010131

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYYAH

SYEKH MUHAMMAD NAFIS

TABALONG

2021
KATA PENGANTAR

‫ميحرلا نمحرلا هللا‬ ‫بسم‬

Dengan menyebut nama Allah SWT. yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami

dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Akidah Akhlak yang

berjudul “Ruang Lingkup Iman kepada Allah ll”.

Kami mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang telah

mendukung dan mendo’akan kami sehingga dapat melanjutkan ke tingkat kuliah

ini. Pada kesempatan ini kami banyak-banyak terima kasih kepada dosen yang

telah membimbing dan memberikan arahannya dan kepada rekan-rekan yang

telah membantu sehingga bisa terselesaikan makalah ini.

Kami dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun

agar kami dapat memperbaiki setiap kekurangan dari makalah ini. Akhirnya,

kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua,

Amin.

Tabalong, 01 Maret 2021

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar ................................................................................................ i

Daftar Isi ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 1

C. Tujuan Masalah ...................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 2

A. Pengertian 50 Aqaid ............................................................................... 2

B. Sifat Wajib dan Mustahil bagi Allah SWT ........................................... 3

C. Pembagian Sifat-sifat Wajib bagi Allah SWT ....................................... 9

D. Sifat Jaiz bagi Allah SWT...................................................................... 10

E. Sifat Wajib bagi Rasul Allah SWT ........................................................ 12

F. Sifat Mustahil bagi Rasul Allah SWT.................................................... 15

G. Sifat Jaiz bagi Rasul Allah SWT ........................................................... 16

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 18

A. Kesimpulan ............................................................................................ 18

B. Saran ....................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Aqaid 50 merupakan 50 akidah yang wajib untuk diketahui umat muslim,

karena Aqaid 50 merupakan pengetahuan ketauhidan dasar yang harus

dimiliki oleh umat muslim, terutama mahasiswa sebagai generasi Islam yang

diharapakn mampu mendededikasikan dirinya langsung ke masyarakat dan

memperbaiki pemahaman-pemahaman menyimpang di masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut, kami beriniiatif untuk membawakan makalah

yang berjudul ‘Ruang Lingkup Iman kepada Allah’ meliputi 50 Aqaid serta

pembagian sifat wajib bagi Allah SWT, yang dimaksudkan untuk

meningkatkan pemahaman akidah para mahasiswa.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian Aqaid 50?

2. Bagaimana sifat wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah SWT?

3. Bagaimana pembagian sifat wajib bagi Allah SWT?

4. Bagaimana sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Rasul Allah SWT?

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui pengertian Aqaid 50.

2. Mengetahui sifat wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah SWT.

3. Mengetahui pembagian sifat wajib bagi Allah SWT.

4. Mengetahui sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Rasul Allah SWT.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian 50 Aqaid
Aqaid 50 (lima puluh) merupakan kepercayaan yang harus menyertai
kehidupan setiap muslim dan kehidupannya untuk mengenal Allah SWT dan
rasul-Nya serta melalui sifat-sifat yang melekat pada zat Allah dan Rasul-
Nya.
Kata Aqaid merupakan bentuk jamak dari kata I‟tiqad yang berasal dari
kata-kata „aqada ya‟qidu „itiqadun artinya percaya atau kepercayaan. I‟tiqad
bisa juga disebut dengan istilah aqidah yang berarti ikatan, berpegang teguh
dan yakin. Menurut istilah, aqidah adalah hal-hal yang wajib dibenarkan oleh
hati dan jiwa merasa tentram kepada-Nya, sehingga menjadi keyakinan kokoh
yang tidak tercampur oleh keraguan.
Dari definisi di atas bisa dipahami bahwa yang dimaksud dengan Aqaid 50
adalah kepercayaan seorang muslim terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya,
meliputi 20 sifat wajib bagi Allah, 20 sifat mustahil bagi Allah, 1 sifat jaiz
bagi Allah, 4 sifat wajib bagi para Rasul, 4 sifat mustahil bagi para Rasul dan
1 sifat jaiz bagi para Rasul. 1
Hukum mengetahui Aqaid 50 wajib, sebagaimana yang dikutip oleh Syekh
Muhammad al-Fudholy dalam kitabnya yang berjudul Kifayatul Awam, yang
isinya adalah sebagai berikut:
َ ‫َ ْؼ ِش‬٠ ْْ َ ‫ ُو ًِّ ُِ ْغ ٍِ ٍُ ا‬ٍَٟ‫َ ِجتُ َػ‬٠ ََُّٗٔ‫اِ ْػٍَ ُْ ا‬
‫َْٓ َػ ِمذَح‬١‫ف َخ ّْ ِغ‬
“Ketahuilah! bahwa wajib atas setiap muslim untuk mengetahui 50
akidah.”2

1
Abdullah, Panduan Akidah Lengkap, (Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2005), hlm. 27-28
2
M uhammad Al-Fudholi, Terjemah Kifayatul Awam, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 2018),
hlm. 9

2
B. Sifat Wajib dan Mustahil bagi Allah SWT
Yang dimaksud sifat wajib bagi Allah SWT adalah sifat-sifat yang pasti
dimiliki oleh Allah SWT yan sesuai dngan keagungan-Nya sebagai pencipta
alam seisinya.
Sedangkan sifat mustahil Allah SWT adalah kebalikan dari sifat wajib
Allah SWT, yaitu sifat yang tidak mungkin ada dan tidak layak disandarkan
pada zat-Nya sebagai pencipta alam semesta.
Sifat-sifat wajib dan mustahil bagi Allah SWT adalah sebagai berikut:
1. Wajib : Wujud artinya Ada, Allah SWT adalah Tuhan yang
wajib kita sembah itu pasti ada. Allah SWT itu ada tanpa ada perantara
sesuatu dan tanpa ada yang mewujudkan.
Mustahil : ‘Adam artinya tidak ada
a. Dalil aqli: Adanya Allah SWT dapat dibuktikan dengan adanya alam
dan seisinya ini. Semua barang yang ada di lingkungan kita pasti ada
yang membuat. Adanya meja ada yang membuat, yaitu tukang kayu.
Adanya baju atau pakaian karena dibuat oleh penjahit. Alam ini pasti
ada yang membuat dan tidak mungkin ada dengan sendirinya.
b. Dalil naqli: Berdasarkan firman Allah SWT dalam Q.S. Ali Imran: 2
ُّ ‫ اٌ َح‬َُٛ ٘ ‫اَّللُ ََل اٌََِٗ ا ََِّل‬
َُ ُّْٛ ١َ‫ اٌم‬ٟ َّ
Artinya: “Allah, tidak ada Tuhan ( yang berhak disembah selain Dia).
Yang maha hidup yang terus menerus mengurus makhluk-Nya.”
2. Wajib : Qidam artinya Terdahulu, sebagai Zat yang
menciptakan seluruh alam, Allah SWT pasti lebih dahulu ada sebelum
makhuk.
Mustahil : Huduts artinya baru
a. Dalil aqli: Akal sehat mengatakan bahwa tukang kayu lebih dahulu ada
daripada meja yang dibuatnya. Allah SWT adalah pencipta alam
semesta, Dia lebih dahulu ada sebelum alam ini ada.
b. Dalil naqli: Berdasarkan firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Hadid: 3
ُْ١ٍِ ‫ْئ َػ‬ َ ًِّ ‫ ثِ ُى‬َُٛ َ٘ٚ ُٓ‫بغ‬
ٍ ١‫ش‬ َّ ٌ‫ ا‬َٚ ‫ اَلَ ِخ ُش‬َٚ ‫ ُي‬َّٚ َ‫ اَل‬َُٛ ٘
ِ َ‫ اٌج‬َٚ ‫ظب٘ ُِش‬

3
Artinya: “Dialah yang Awal dan yang Akhir, yang Lahir dan yang
Batin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”
3. Wajib : Baqa’ artinya Kekal, Allah SWT senantiasa ada, tidak
akan mengalami keebinasaan atau kerusakan.
Mustahil : Fana artinya rusak
a. Dalil aqli: Semua makhluk ciptaan Allah SWT akan rusak, sedangkan
Dia sebagai pencipta tidak akan rusak. Allah SWT akan kekal
selamanya dan tidak akan pernah mati.
b. Dalil naqli: Berdasarkan firman Allah SWT dalam Q.S. Ar-Rahman:
26-27
َ‫ا َِل ْو َش ِا‬َٚ ‫ اٌ َج ََل ِي‬ُٚ‫جْ ُٗ َس ِّثهَ ر‬َٚ َٟ‫ ْجم‬٠َ َٚ ْ‫ب فَب‬َٙ ١ْ ٍَ‫ُو ًُّ َِ ْٓ َػ‬
Artinya: “Semua yang ada di bumi itu akan binasa, dan tetap kekal
Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.”
4. Wajib : Mukhalafatu lil Hawaditsi artinya Berbeda dengan
Makhluk, Allah SWT pasti berbeda dngan makhluk-Nya, meliputi Sifat,
Zat dan Perbuatan-Nya.
Mustahil : Mumatsalatu lil Hawaditsi artinya sama dengan
makhluk
a. Dalil aqli: Allah SWT memiliki sifat yang sempurna dan istimewa.
Sifat Allah SWT berbeda dengan sifat makhluk-Nya.
b. Dalil naqli: Berdasarkan firman Allah SWT dalam Q.S. Asy-Syura: 11
‫ ُْش‬١‫ص‬
ِ ‫ ُغ اٌ َج‬١ْ َِّّ ‫ اٌغ‬ٛ٘ َ ِٗ ٍِ ْ‫ْظ و َِّث‬
َ َٚ ‫ْئ‬١‫ش‬ َ ١ٌَ
Artinya: “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah
Maha Mendengar dan Melihat.”
5. Wajib : Qiyamuhu binafsihi artinya Berdiri sendiri, Allah SWT
tidak membutuhkan sesuatu apapun (tidak membutuhkan tempat atau zat
yang diciptakan).
Mustahil : Ihtiyaju lighairihi artinya butuh kepada yang lain
a. Dalil aqli: Allah SWT sebagai Pencipta alam adalah Maha Kuasa. Dia
tidak memerlukan bantuan dari kekuatan lain karena mempunyai
kekuatan yang ada pada diri-Nya.

4
b. Dalil naqli: Berdasarkan firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Ankabut: 6
ُٓ ١ْ ِّ ٌَ‫ َػ ِٓ اٌؼَب‬ٟ
ٌّ َِٕ‫اَّللَ ٌَغ‬
َّ َِّْ ‫ُ َجب ِ٘ذ ُ ٌَِٕ ْف ِغ ِٗ ا‬٠ ‫ َِ ْٓ َجب َ٘ذَ فَ ِبَّٔ َّب‬َٚ
Artinya: “Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya
jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri, ssungguhnya Allah SWT
benar-benar Maha Kaya yang tidak memerlukan sesuatu dari semesta
alam.”
6. Wajib : Wahdaniyah artinya Esa, Allah SWT itu Esa dalam zat-
Nya (tidak tersusun dari beberapa unsur dan tidak ada zat yang menyamai
zat Allah SWT). Esa sifat-Nya (sifat Allah SWT tidak terdiri dari dua sifat
yang sama dan tidak ada satupun yang menyamai sifat Allah SWT. Esa
perbuatan-Nya ( hanyalah Allah SWT yang memiliki kesempurnaan
dalam perbuatan dan tidak ada satupun yang dapat menyamai perbuatan
Allah SWT.
Mustahil : Ta’addud artinya berbilang
a. Dalil aqli: Manusia itu dituntut untuk meyakini bahwa wujud Allah
SWT Maha Esa (satu). Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan
selain Allah SWT, tentulah keduanya itu telah rusak dan binasa.
b. Dalil naqli: Berdasarkan firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Ikhlas: 1
َّ َُٛ ٘ ًْ ُ‫ل‬
‫اَّللُ ا َ َحذ‬
Artinya: “Katakanlah, Dialah Allah Yang Maha Esa.”
7. Wajib : Qudrat artinya Kuasa, Allah SWT Maha Kuasa dengan
kekuasaan yang tidak terbatas. Kekuasaan Allah SWT ini meliputi segala
sesuatu, untuk mewujudkan ataupun meniadakan apapun yang
dikehendaki.
Mustahil : ‘Ajzun artinya lemah
a. Dalil aqli: Manusia dapat berkuasa, tetapi kekuasaannya sangat
terbatas. Manusia tidak akan dapat mempertahankan dirinya untuk tetap
hidup. Kuasa Allah SWT di atas segala-galanya.
b. Berdasarkan firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Baqarah: 20
‫ْش‬٠‫ْئ لَ ِذ‬ َ ًِّ ‫ ُو‬ٍَٟ‫اَّللَ َػ‬
ٍ ١‫ش‬ َّ َّْ ِ‫ا‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.”

5
8. Wajib : Iradah artinya Berkehendak, Allah SWT Maha
berkehendak dan tidak seorang pun yang mnghalanginya. Segala yang
terjadi di dunia berjalan sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Mustahil : Karahah artinya terpaksa
a. Dalil aqli: Manusia memiliki kehendak, tetapi banyak yang tidak
terlaksana. Kehendak Allah SWT pasti terlaksana karena Dia Maha
Kuasa. Jika Allah SWT berkehendak tidak satupun yang dapat
menolak. Allah SWT mempunyai kemauan dan keehendak sendiri
dalam menciptakan alam semesta. Dia tidak akan pernah diperintah dan
diatur pihak lain.
b. Dalil naqli: Berdasarkan firman Allah SWT dalam Q.S. Yasin: 82
ُْْٛ ‫َ ُى‬١َ‫ َي ٌَٗ ُ ُو ْٓ ف‬ْٛ ُ‫َم‬٠ ْْ َ ‫ْئب ا‬١‫ش‬
َ َ‫أَِّ َّب ا َ ِْ ُشُٖ اِرَا اَساد‬
Artinya: “Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki
sesuatu hanyalah berkata kepadanya:” Jadilah!” maka terjadilah ia.”
9. Wajib : ‘Ilmun artinya Mengetahui, Allah SWT mengetahui
semua ciptaan-Nya. Allah SWT mengetahui dengan jelas akan semua
perkara yang tampak dan samar tanpa ada perbedaan antara keduanya.
Mustahil : Jahlun artinya bodoh
a. Dalil aqli: Akal sehat pasti mengetahui bahwa orang yang membuat
sesuatu pasti mengetahui sesuatu yang akan dibuat. Allah SWT adalah
pencipta alam ini dan Dia mengetahui semua ciptaaan-Nya.
b. Dalil naqli: Berdasarkan firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Hujurat: 16
ّْٛ١ٍِ ‫ْئ َػ‬ َ ًِّ ‫اَّللُ ِث ُى‬
ٍ ١‫ش‬ َّ َٚ
Artinya: “Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
10. Wajib : Hayat artinya Hidup, Allah SWT Maha Hidup. Hidup
Allah SWT adalah kehidupan abadi tidak akan mati.
Mustahil : Mautun artinya mati
a. Dalil aqli: Seluruh kehidupan makhluk tunduk kepada Allah SWT, Dia
yang mengatur semua kehidupan makhluk hidup. Allah SWT tidak
akan mati dan Dia akan kekal selamanya.
b. Dalil naqli: Berdasarkan firman Allah SWT dalam Q.S. Ali Imran: 2

6
ُّ ‫ اٌ َح‬َُٛ ٘ ‫اَّللُ ََل اٌََِٗ ا ََِّل‬
َُ ُّْٛ ١َ‫ اٌم‬ٟ َّ
Artinya: “Allah, tidak ada Tuhan ( yang berhak disembah selain Dia).
Yang maha hidup yang terus menerus mengurus makhluk-Nya.”
11. Wajib : Sama’ artinya Mendengar. Pendengaran Allah SWT
tidak sama dengan pendengaran manusia yang bisa dibatasi ruang dan
waktu. Allah SWT mendengar dengan jelas semua yang diucapkan hamba-
Nya, lahir maupun batin.
Mustahil : Shummun artinya tuli
a. Dalil aqli: Tidak ada suatu yaang tidak didengar oleh Allah SWT
walaupun jumlah manusia ratusan juta, semua akan didengar oleh Allah
SWT.
b. Dalil naqli: Berdasarkan firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Hujurat: 1
ُْ١ٍِ ‫ْغ َػ‬١ِّ ‫ع‬ َّ َّْ ِ‫ا‬
َ َ‫اَّلل‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.”
12. Wajib : Bashar artinya Melihat, Allah SWT Maha Melihat
segala sesuatu yang tampak maupun samar. Bahkan, andaikata ada semut
yang hitam berjalan di tengah malam yang gelap gulita, Allah SWT dapat
melihatnya dengan jelas.
Mustahil : ‘Umyun artinya buta
a. Dalil aqli: Allah SWT melihat segala sesuatu baik yang besar maupun
yang kecil, bahkan yang tersembunyi, tanpa bantuan alat untuk melihat.
Penglihatan Allah SWT tidak ada batasnya. Teknologi manusia yang
paling canggih pun tidak mungkin dapat mengimbangi penglihatan
Allah SWT.
b. Dalil naqli: Berdasarkan firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Isra: 1
ِ َ‫ ُغ اٌج‬١ْ َِّّ ‫ اٌغ‬َُٛ ٘ َُِّٗٔ‫ا‬
‫ ُْش‬١‫ص‬
Artinya: “Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.”

7
13. Wajib : Kalam artinya Berfirman, firman Allah SWT tanpa
suara dan kata-kata, tidak sama seperti perkataan manusia yang terdiri-dari
suara dan susunan kata-kata.
Mustahil : Bukmun artinya bisu
a. Dalil aqli: Kalam berarti Allah SWT berbicara melalui firman-Nya
yang berupa wahyu.
b. Dalil naqli: Berdasarkan firman Allah SWT dalam Q.S. An-Nisa: 164
‫ّْب‬١ٍِ ‫ ت َ ْى‬ٟ‫ع‬ َّ َُ ٍَّ‫ َو‬ٚ
َ ْٛ ُِ ُ‫اَّلل‬
Artinya: “Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.”

Dari sifat yang 13 itu, para ulama menambahkan 7 sifat yang


merupakan penguat dari 7 sifat yang terakhir ( Qudrad, Iradat, „Ilmu,
Hayat, Sama, Bashar, dan Kalam). Sehingga sifat-sifat Allah SWT yang
wajib dan mustahil menjadi 20 sifat, sifat-sifat itu adalah:
14. Wajib : Qadiran artinya Yang Maha Kuasa
Mustahil : ‘Ajizan artinya yang lemah
15. Wajib : Muridan artinya Yang Maha Berkehendak
Mustahil : Mukrahan artinya yang terpaksa
16. Wajib : ‘Aliman artinya Yang Maha Mengetahui
Mustahil : Jahilan artinya yang bodoh
17. Wajib : Hayyan artinya Yang Maha Hidup
Mustahil : Mayyitan artinya yang mati
18. Wajib : Sami’an artinya Yang Maha Mendengar
Mustahil : Ashommu artinya yang tuli
19. Wajib : Bashiran artinya Yang Maha Melihat
Mustahil : A’ma artinya yang buta
20. Wajib : Mutakalliman artinya Yang Maha Berfirman
Mustahil : Abkam artinya yang bisu3

3
Akhmad Fauzi, Akidah Akhlak Kelas 7 Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Direktorat KSKK
Madrasah, 2020), hlm. 29-34.

8
C. Pembagian Sifat-sifat Wajib bagi Allah SWT
20 sifat di atas tersebut dikelompokkan menjadi 4 kelompok sebagai
berikut:
1. Sifat Nafsiyah, yaitu sifat yang berhubungan dengan dzat Allah SWT
semata. Sifat nafsiyah ini ada satu, yaitu wujud (‫د‬ْٛ ‫ ُج‬ٚ)
َ
2. Sifat Salbiyah, yang sifat yang menolak segala sifat-sifat yang tidak layak
dan patut bagi Allah SWT, sebab Allah Maha Sempurna dan tidak
memiliki kekurangan. Atau bisa diartikan sifat salbiyah ini hanya dimiliki
oleh Allah SWT dan tidak dimiliki oleh makhluk-Nya.Sifat salbiyah ada
lima, yaitu:
a. Qidam (َ‫)لِذَا‬
b. Baqa‟ (‫)ثَمَبء‬
ِ ‫ا ِد‬َٛ ‫) ُِخَبٌَفَخُ ٌٍِ َح‬
c. Mukhalafati lil Hawaditsi (‫ث‬
d. Qiyamuhu binafsihi (ِٗ ‫َب ُُِٗ ثَِٕ ْف ِغ‬١ِ‫)ل‬
e. Wahdaniyyah (َ‫َّخ‬١ِٔ‫حْ ذَا‬ٚ)
َ
3. Sifat Ma’ani, yaitu sifat yang ada pada dzat Allah SWT yang sesuai
dengan kesempurnaan Allah SWT. Karena keberadan sifat inilah nantinya
muncul sifat ma‟nawaiyah. Yang termasuk sifat ma‟ani ada tujuh, yaitu:
a. Qudrat (‫)لُذ َْسح‬
b. Iradat (‫)ا َِسادَح‬
c. „Ilmu (ُُ ٍْ ‫) ِػ‬
d. Hayat (‫بح‬١َ ‫) َح‬
e. Sama‟ (‫ع َّغ‬
َ )
f. Basar (‫صبس‬
َ َ‫)ث‬
g. Kalam (َ‫)و َََل‬
4. Sifat Ma’nawiyah, yaitu sifat yang selalu tetap ada pada dzat Allah SWT
dan tidak mungkin pada suatu ketika Allah SWT tidak bersifat demikian.
Jumlah sifat ma‟nawiyah sama denganjum’lah sifat ma‟ani, yaitu:
a. Qadiran (‫)لَذِسا‬
b. Muridan (‫ْذا‬٠‫) َِ ِش‬
c. „Aliman (‫) َػب ٌِّب‬

9
d. Hayyan (‫ًّب‬١‫) َح‬
e. Sami‟an (‫ْؼب‬١ِّ ‫ع‬
َ )
f. Basiran (‫ْشا‬١‫ص‬
ِ َ‫)ث‬
g. Mutakalliman (‫) ُِتَ َى ٍِّّب‬
Sifat-sifat ini sebagai penguat dari sifat-sifat ma‟ani Allah SWT. Dengan
demikian sifat ma‟ani Allah dan sifat ma‟nawiyah-Nya tidak bisa
dipisahkan dengan yang lainnya, sebab setiap ada sifat ma‟ani tentu ada
sifat ma‟nawiyah. Dengan kata lain, sifat ma‟nawiyah Allah
menggambaarkan keadaan dan zat Allah SWT yang terus menerus
memiliki sifat ma‟ani. Jika disebutkan Allah SWT bersifat Qudrat
(Kuasa), artinya secara otomatis Allah adalah Zat Yang Maha Kuasa dan
akan tetap seperti itu tanpa ada batasnya.

D. Sifat Jaiz bagi Allah SWT


Sifat jaiz Allah SWT berarti sifat kebebasan Allah SWT, yakni kebebasan
yang dimiliki-Nya sebagai Tuhan semesta alam. Sifat jaiz Allah SWT ialah
kebebasan untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu sesuai dengan
kehendak-Nya yang mutlak.
Berikut ini kebebasan-kebebasan mutlak yang dimiliki Allah SWT:
1. Kebebasan untuk mencipta atau tidak mencipta sesuatu
Allah SWT berfirman:
َْْٛ ‫ُ ْش ِش ُو‬٠ ‫ َػ َّب‬ٌَٟ‫ تَ َؼب‬َٚ ِ‫اَّلل‬ ُ ُ ‫بسح‬
َّ َْ‫ع ْج َحب‬ َ ١َ ‫اٌخ‬ ُ ‫ ْخت‬٠َ َٚ ‫شَب ُء‬٠َ ‫ ْخٍُ ُك َِب‬٠َ َ‫ َسثُّه‬َٚ
ِ ُُ ُٙ ٌَ َْ‫َبس َِب َوب‬
“Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya.
Sekali-kali tidak ada pilihan dari mereka. Maha Suci Allah dan Maha
Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia),” (Q.S. Al-
Qasas:68)
Ayat di atas menjelaskan bahwa apa yang hendak diciptakan Allah
SWT tergantung pada kehendak-Nya semata. Dia memilih sesuatu sesuai
kehendak-Nya dan tidak ada pihak lain yang mempengaruhi-Nya.
Makhluk tidak mempunyai wewenang untuk memilih dan tidak dapat
menolak kehendak Allah SWT jika Allah SWT menghendaki laki-laki,

10
maka jadilah laki-laki, demikian pun sebaliknya. Manusia hanya diberi hak
untuk memohon kepada-Nya. Jika Allah SWT mengabulkan, jadilah apa
yang dikehendaki manusia. Sebaliknya, jika Allah SWT tidak
menghendaki, apapun yang diinginkan manusia tidak akan terjadi.
2. Kebebasan untuk mengatur semua makhluk sesuai yang Dia kehendaki
Kebebasan Allah SWT dalam mengatur semua makhluk telah
ditegaskan dalam firman-Nya sekaligus merupakan tuntunan do’a bagi
kita, firman Allah SWT:
‫ت ِز ُّي َِ ْٓ تَشَب ُء‬ٚ ‫ت ُ ِؼ ُّض َِ ْٓ تَشَب ُء‬َٚ ‫ع اٌ ُّ ٍْهُ ِِ َّّ ْٓ تَشَب ُء‬
ُ ‫ ت َ ْٕ ِض‬َٚ ‫ اٌ ُّ ٍْهَ َِ ْٓ تَشَب ُء‬ٟ َ ِ‫ َُّ َِبٌِهَ اٌ ُّ ٍْ ِه تُؤْ ت‬ُٙ ٌٍَّ‫لُ ًِ ا‬
َ ًَّ ‫ ُو‬ٍَٟ‫ ُْش أَِّهُ َػ‬١‫َ ِذنُ اٌ َخ‬١‫ِث‬
‫ْش‬٠‫ ٍئ لَ ِذ‬١ْ ‫ش‬
“Katakanlah! Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau
berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut
kerajaan dari orang yangEngkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang
Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau keehendaki.
Di tangan Engkau lah segala kebajikan. Ssungguhnya Engkau Maha
Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. Ali Imran: 26)
Semua perjalanan hidup yang dialami manusia ada pada kekuasaan
Allah SWT. Naiknya seseorang ke derajat yang tinggi ke derajat yang
rendah tidak terlepas dari kuasa dan kehendak-Nya.
Manusia hendaknya menyadari sedalam-dalamnya, sehingga tidak
sombong saat mendapatkan atau mengalami suatu yang lebih daripada
yang lainnya seperti ilmu, kebahagiaan, harta, dan lain sebagainya.
Sebalik-Nya tidak mudah mengalami tekanan batin apabila suatu saat
mengalami keadaan yang kurang menyenangkan. Suka dan duka serta
sedih dan gembira adalah bagian dari perjuangan hidup yang harus
dihadapi dengan kepasrahan jiwa dan raga kepada Allah SWT yang
mengatur segala-galanya.4

4
Anonim, Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Kementrian Agama,
2014), hlm 23-27

11
E. Sifat Wajib bagi Rasul Allah SWT
Allah mengangkat orang-orang terpilih untuk menjadi Rasul dan
menyampaikan wahyu-Nya. Untuk suksesnya tugas yang diberikan Allah,
maka para Rasul didukung oleh sifat-sifat istimewa.
Sifat wajib bagi Rasul Allah maksudnya adalah bahwa rasul wajib
memiliki sifat-sifat tersebut antara lain adalah:
1. Shiddiq artinya Benar
Seorang rasul wajib memiliki sifat benar, baik dalam perkataan
maupun dalam perbuatan. Firman Allah :
‫ًّب‬١‫ْمب َّٔ ِج‬٠ّ‫ص ِذ‬ ِ ‫ ْاٌ ِى ٰت‬ِٝ‫ارْ ُو ْش ف‬َٚ
ِ َْ‫ َُْ ەۗ أَِّٗٗ َوب‬١ِ٘ ‫ت اِث ْٰش‬
Artinya:”Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Kitab
(Al-Qur'an), sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat
membenarkan, seorang Nabi”.(Maryam:41)
ٍ ْ‫صذ‬
‫ًّب‬١ٍِ ‫ق َػ‬ َ ٌِ ُْ ُٙ ٌَ ‫ َجؼَ ٍَْٕب‬َٚ ‫ ُْ ِ ِّ ْٓ َّسحْ َّتَِٕب‬ُٙ ٌَ ‫ َ٘ ْجَٕب‬َٚ َٚ
ِ َْ‫غب‬
Artinya:“Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat
Kami dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik dan
mulia.”(Maryam:50)
‫ َِب‬َٚ ۖ ٌُْٗٗٛ ‫ع‬ َ َٚ ٌُْٗٗٛ ‫ع‬
‫صذَقَ ه‬
ُ ‫ َس‬َٚ ُ‫اَّلل‬ َ َۙ َ‫َْ ْاَلَحْ ض‬ْٛ ُِِٕ ْ‫ٌَ َّّب َسا َ ْاٌ ُّؤ‬َٚ
‫ َػذََٔب ه‬َٚ ‫ا ٰ٘زَا َِب‬ْٛ ٌُ‫اة لَب‬
ُ ‫ َس‬َٚ ُ‫اَّلل‬
‫ّْ ۗب‬١ٍِ ‫ت َ ْغ‬َّٚ ‫ َّبٔب‬٠ْ ِ‫َِل ا‬
ٓ َّ ‫صَ ادَ ُ٘ ُْ ا‬
Artinya:“Dan ketika orang-orang mukmin melihat golongan-golongan
(yang bersekutu) itu, mereka berkata, “Inilah yang dijanjikan Allah dan
Rasul-Nya kepada kita.” Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang
demikian itu menambah keimanan dan keislaman mereka.”(Al
Ahzab:22)
2. Amanah artinya Terpercaya
Rasul wajib memiliki sifat amanah, karena sifat ini, maka tugas Rasul
yang sangat berat tidak akan terlaksana. Firman Allah:

َُْٛ‫ح أ َ ََل تَتَّم‬ُٛٔ ُْ ُ٘ ٛ‫ ُْ أَ ُخ‬ُٙ ٌَ ‫إِرْ لَب َي‬


Artinya“Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka:
"Mengapa kamu tidak bertakwa.”(Asy Syu’ara: 106)

12
ٓ١ِِ َ ‫ي أ‬ٛ‫ع‬
ُ ‫ ٌَ ُى ُْ َس‬ِِّٝٔ‫إ‬
Artinya:“Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang
diutus) kepadamu.”(Asy Syu’ara:107)
Karena kejujuran yang dimiliki Rasulullah, orang menaruh
kepercayaan kepadanya. Kebencian umat terdahulu terhadap Rasulullah
bukan karena kepribadian Rasul yang tidak baik, melainkan karena
ajaran agama yang disiarkan para rasul tidak sesuai dengan agama
mereka. Demikian juga kebencian kafir Quraisy terhadap Rasulullah.
Meskipun mereka membencinya namun mereka mempercayai
kepribadian Rasulullah SAW sehingga beliau diberi gelar Al Amin yaitu
orang yang dapat dipercaya.
‫ت ه‬
َُْْٚ ‫َجْ َحذ‬٠ ِ‫اَّلل‬ ‫ ٌٰ ِى َّٓ اٌ ه‬َٚ َ‫َٔه‬ُْٛ ‫ُ َى ِزّث‬٠ ‫ ُْ ََل‬ُٙ َّٔ‫َْ فَ ِب‬ْٛ ٌُْٛ ُ‫َم‬٠ ِٞ
ِ ٠ٰ ‫َْٓ ثِ ٰب‬١ِّ ٍِ ‫ظ‬ ْ ‫َحْ ُضُٔهَ اٌَّز‬١ٌَ َِّٗٗٔ‫لَذْ َٔ ْؼٍَ ُُ ا‬
Artinya:“Sungguh, Kami mengetahui bahwa apa yang mereka katakan
itu menyedihkan hatimu (Muhammad), (janganlah bersedih hati) karena
sebenarnya mereka bukan mendustakan engkau, tetapi orang yang zalim
itu mengingkari ayat-ayat Allah.”(Al An ‘am: 33)
3. Tabligh artinya Menyampaikan.
Rasul harus memiliki sifat menyampaikan perintah-perintah dan
larangan-larangan Allah dan tidak menyembunyikan sedikit pun wahyu
yang diterimanya dari Allah SWT kepada umat-Nya. Firman Allah:
َ‫ص ُّه‬ ‫ ه‬َٚۗ َٗٗ‫ا ِْْ ٌَّ ُْ ت َ ْف َؼ ًْ فَ َّب َث ٍَّ ْغتَ ِسعٰ ٍَت‬َٚۗ َ‫ْهَ ِِ ْٓ َّس ِثّه‬١ٌَِ‫ ُي َث ٍِّ ْغ َِب ٓ ا ُ ْٔ ِض َي ا‬ْٛ ‫ع‬
ِ ‫ ْؼ‬٠َ ُ‫اَّلل‬ َّ ‫ب‬َٙ ُّ٠َ‫ب‬٠ٓ ٰ
ُ ‫اٌش‬
َْٓ٠‫ ََ ْاٌ ٰى ِف ِش‬ْٛ َ‫ ْاٌم‬ِٜ‫ذ‬ْٙ ٠َ ‫اَّللَ ََل‬ ‫بط ا َِّْ ه‬ ۗ ِ ٌَّٕ‫َِِٓ ا‬
Artinya:“Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu
kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu)
berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah memelihara
engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang kafir.”(Al Maidah: 67)
ِ ْ ‫أَِّب ٓ اِرَآ اَرَ ْلَٕب‬َٚۗ ‫ْهَ ا ََِّل ْاٌجَ ٍٰ ُغ‬١ٍَ‫ْظب ۗا ِْْ َػ‬١‫ ُْ َح ِف‬ِٙ ١ْ ٍَ‫ػ‬
َ ْٔ ‫اَل‬
‫غبَْ َِِّٕب‬ َ َ‫ع ٍْ ٰٕه‬
َ ‫ا فَ َّب ٓ ا َ ْس‬ُْٛ ‫فَب ِْْ اَػ َْشظ‬
‫س‬ْٛ ُ‫غبَْ َوف‬ ِ ْ َِّْ ‫ ُْ فَب‬ِٙ ٠ْ ‫ ِذ‬٠ْ َ ‫ت ا‬
َ ْٔ ‫اَل‬ ْ َِ َّ‫ئ َخ ۢثِ َّب لَذ‬١ِّ ‫ع‬ ِ ُ ‫ا ِْْ ت‬َٚۚ ‫ب‬َٙ ِ‫َسحْ َّخ فَ ِش َح ث‬
َ ُْ ُٙ ‫ص ْج‬

13
Artinya:“Jika mereka berpaling, maka (ingatlah) Kami tidak mengutus
engkau sebagai pengawas bagi mereka. Kewajibanmu tidak lain
hanyalah menyampaikan (risalah). Dan sungguh, apabila Kami
merasakan kepada manusia suatu rahmat dari Kami, dia menyambutnya
dengan gembira; tetapi jika mereka ditimpa kesusahan disebabkan
perbuatan tangan mereka sendiri (niscaya mereka ingkar), sungguh,
manusia itu sangat ingkar (kepada nikmat).”(Asy Syu’ara: 48)
ُٓ١ْ ِ‫َٕب ٓ ا ََِّل ْاٌجَ ٍٰ ُغ ْاٌ ُّج‬١ْ ٍَ‫ َِب َػ‬َٚ
Artinya:”Dan kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah)
dengan jelas.”(Yasin: 17)
4. Fathanah artinya Cerdas
Rasul wajib memiliki sifat cerdas, karena tugas rasul adalah membina
umat yang wataknya bermacam-macam, sehingga rasul harus mampu
menguasai umatnya dengan teknik pendekatan yang tepat. Walaupun
mungkin Rasulullah tidak dapat membaca dan menulis namun Rasulullah
dapat menghafal dan memahami wahyu Allah tersebut sehingga dapat
menyampaikannya kepada umat manusia. Firman Allah:
ٍ ‫ ِِ ۗٗ ٔ َْشفَ ُغ دَ َس ٰج‬ْٛ َ‫ ل‬ٍٰٝ ‫ َُْ َػ‬١ِ٘ ‫ب ٓ اِث ْٰش‬َٙ ْٰٕ ١َ‫ ِت ٍْهَ ُح َّجتَُٕب ٓ ٰات‬َٚ
ُْ١ٍِ ‫ُْ َػ‬١‫ت َِّ ْٓ َّٔش َۤب ۗ ُء ا َِّْ َسثَّهَ َح ِى‬
Artinya:”Dan itulah keterangan Kami yang Kami berikan kepada
Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan derajat siapa yang
Kami kehendaki. Sesungguhnya Tuhanmu Mahabijaksana, Maha
Mengetahui.”(Al An ‘am: 83)
َْ‫ َِب َوب‬َٚ ۗ ‫ت‬ َّ ٌ‫ْج َِِٓ ا‬
ِ ١ِّ ‫ط‬ َ ١‫ْضَ ْاٌ َخ ِج‬١ِّ ٠َ ٝ‫ ِٗ َحته‬١ْ ٍَ ‫ َِب ٓ ا َ ْٔت ُ ُْ َػ‬ٍٰٝ ‫َْٓ َػ‬١ِٕ ِِ ْ‫زَ َس ْاٌ ُّؤ‬١َ ٌِ ُ‫اَّلل‬
‫َِب َوبَْ ه‬
ِْْ ‫ا‬َٚ ۚ ٍِٗ ‫ع‬ ‫ا ثِ ه‬ْٛ ُِِٕ ‫َّش َۤب ُء ۖ فَ ٰب‬٠ ْٓ َِ ٍِٗ ‫ع‬
ُ ‫ ُس‬َٚ ِ‫بَّلل‬ ُ ‫ ِِ ْٓ ُّس‬ْٟ ِ‫َجْ تَج‬٠ َ‫اَّلل‬ ‫ ٌٰ ِى َّٓ ه‬َٚ ‫ت‬
ِ ١ْ َ‫ ْاٌغ‬ٍَٝ‫ُط ٍِؼَ ُى ُْ َػ‬ ْ ١ٌِ ُ‫اَّلل‬
‫ه‬
ُْ١‫ا فٍََ ُى ُْ ا َجْ ش َػ ِظ‬ْٛ ُ‫تَتَّم‬َٚ ‫ا‬ْٛ ُِِٕ ْ‫تُؤ‬
Artinya:”Allah tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman
sebagaimana dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia
membedakan yang buruk dari yang baik. Allah tidak akan
memperlihatkan kepadamu hal-hal yang gaib, tetapi Allah memilih siapa
yang Dia kehendaki di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu, berimanlah

14
kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Jika kamu beriman dan bertakwa,
maka kamu akan mendapat pahala yang besar.”(Ali Imran: 179)

F. Sifat Mustahil bagi Rasul Allah SWT


Sifat mustahil bagi Rasul maksudnya adalah bahwa Rasul tidak mungkin
memiliki sifat-sifat yang bertentangan dengan sifat wajib. Sifat mustahil bagi
Rasul ada 4, yaitu :
1. Kazib artinya dusta
Rasul tidak mungkin memiliki sifat dusta, baik dalam perkataan
maupun perbuatan. Allah berfirman :
)4( ًَ‫) ِإ ْن ُه َى ِإال َوحْ ٌي يُىح‬3( ‫ق ع َِن ْاله ََىي‬
ُ ‫) َو َما َي ْن ِط‬2( ‫غ َىي‬
َ ‫َاحبُ ُك ْم َو َما‬
ِ ‫ض َّل ص‬
َ ‫َما‬
Artinya:“kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru, dan
tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur'an) menurut kemauan hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan (kepadanya).”(An Najm: 2-4)
ٜ‫ة ْاٌفُ َؤادُ َِب َس ٰا‬
َ َ‫َِب َوز‬
Artinya:“Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya.”(An
Najm:11)
2. Khianat artinya curang
Tidak mungkin seorang Rasul bersifat curang atau ingkar janji
terhadap tugas-tugas yang diberikan Allah SWT. Firman Allah:
ْ ‫اَػ ِْش‬َٚ َُٛ ۚ ٘ ‫َل ا ٌَِٰٗ ا ََِّل‬
َْٓ١‫ض َػ ِٓ ْاٌ ُّ ْش ِش ِو‬ ٓ َ َ‫ْهَ ِِ ْٓ َّس ِثّ ۚه‬١ٌَِ‫ ا‬ٟ
َ ‫ ِح‬ْٚ ُ ‫اِت َّ ِج ْغ َِب ٓ ا‬
Artinya:“Ikutilah apa yang telah diwahyukan Tuhanmu kepadamu
(Muhammad); tidak ada tuhan selain Dia; dan berpalinglah dari orang-
orang musyrik.”(Al An ‘am: 106)
3. Kitman artinya menyembunyikan
Para rasul diberika tugas menyampaikan wahyu, sehingga mustahill
seorang rasul menambah atau mengurangi bahkan menyembunyikan
wahyu Allah. Jika demikian maka wahyu Allah tidak akan sampai pada
umatnya. Firman Allah :

15
‫ ٍََِ ۚه ا ِْْ اَت َّجِ ُغ ا ََِّل َِب‬ْٟ ِّٔ ِ‫ ُي ٌَ ُى ُْ ا‬ْٛ ُ‫َل اَل‬ َ ١َ‫َل ا َ ْػٍَ ُُ ْاٌغ‬
ٓ َ َٚ ‫ْت‬ ‫ خَضَ ۤا ِٕىُٓ ه‬ٞ
ٓ َ َٚ ِ‫اَّلل‬ ٓ َّ ًْ ُ‫ل‬
ْ ‫ ُي ٌَ ُى ُْ ِػ ْٕ ِذ‬ْٛ ُ‫َل اَل‬
َْْٚ ‫ ۗ ُْش اَفَ ََل تَتَفَ َّى ُش‬١‫ص‬
ِ َ‫ ْاٌج‬َٚ ٝ ّْٰ‫ ْاَلَػ‬ِٜٛ َ ‫َ ْغت‬٠ ًَْ ٘ ًْ ُ‫ ل‬ٟ َّ ۗ ٌَِ‫ ا‬ٝ‫ ٰ ٓح‬ُْٛ ٠
Artinya:”Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak mengatakan kepadamu,
bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan aku tidak mengetahui
yang gaib dan aku tidak (pula) mengatakan kepadamu bahwa aku
malaikat. Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku.”
Katakanlah, “Apakah sama orang yang buta dengan orang yang
melihat? Apakah kamu tidak memikirkan(nya)?”(Al An ‘am : 50 )
4. Baladah artinya bodoh
Mustahil seorang rasul bersifat bodoh, sebab seorang rasul memiliki
tugas untuk mengatur dan membimbing orang lain dengan berbagai
watak dan perilaku. Firman Allah :
َْٓ١ٍِ ِ٘ ‫ض َػ ِٓ ْاٌ َجب‬ ِ ‫أْ ُِ ْش ثِ ْبٌؼُ ْش‬َٚ َٛ ‫ُخ ِز ْاٌؼَ ْف‬
ْ ‫اَػ ِْش‬َٚ ‫ف‬
Artinya:“Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf,
serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.”(Al A ‘raf : 199)
Mengingat perkerjaan dan tugas Rasul, sebagai pesuruh Allah untuk
memberikan petunjuk kepada segenap manusia dan untuk memperbaiki
masyarakat, maka tentu saja harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

G. Sifat Jaiz bagi Rasul Allah SWT


Sifat Jaiz bagi Rasul adalah sifat yang pada umumnya dimiliki manusia.
Sebagaimana manusia para Rasul juga memiliki sifat yang pada umumnya
dimilki oleh manusia, diantaranya makan, minum, lapar, haus, tidur, mencari
nafkah, berumah tangga, sakit, penat, mati, merasa enak dan tidak enak,
sehat, dan juga menderita sakit yang tidak mengurangi kedudukannya sebagai
Rasul, Yakni sakit yang tidak menyebabkan orang-orang menjadi jijik atau
menjauhkan diri padanya. Rasulullah SAW sebagaimana seorang manusia
tidak memiliki kekebalan terhadap senjata. Selain itu Rasulullah tidak segan-
segan mengerjakan perkerjaan rumah, namun Allah telah menjadikan bahwa

16
sifat jaiz yang dimiliki Rasul tidak sampai merendahkan martabat
kerasulannya.5 Firman Allah:
ٰ ْ ‫ا ثِ ٍِمَ ۤب ِء‬ُْٛ ‫ َوزَّث‬َٚ ‫ا‬ْٚ ‫َْٓ َوفَ ُش‬٠‫ ِِ ِٗ اٌَّ ِز‬ْٛ َ‫لَب َي ْاٌ َّ ََلُ ِِ ْٓ ل‬َٚ
ُْ َۙ ‫َ َۙب َِب ٰ٘زَآ ا ََِّل ثَشَش ِِّثٍُْ ُى‬١ْٔ ُّ‫حِ اٌذ‬ٛ١ٰ ‫ ْاٌ َح‬ِٝ‫ ُْ ف‬ُٙ ٰٕ ‫اَتْ َش ْف‬َٚ ِ‫اَل ِخ َشح‬
َُْْٛ ‫ ْش َشةُ ِِ َّّب ت َ ْش َشث‬٠َ َٚ ُْٕٗ ِِ َْْٛ ٍُ‫َأ ْ ُو ًُ ِِ َّّب ت َأ ْ ُو‬٠
Artinya:“Dan berkatalah para pemuka orang kafir dari kaumnya dan yang
mendustakan pertemuan hari akhirat serta mereka yang telah Kami beri
kemewahan dan kesenangan dalam kehidupan di dunia, “(Orang) ini tidak
lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan apa yang kamu makan, dan
dia minum apa yang kamu minum.”( Al-Mu’minun:33)

Firman Allah lainnya


َ ‫ َجؼَ ٍَْٕب َث ْؼ‬َٚ ‫ق‬
ٍ ‫ع ُى ُْ ٌِجَ ْؼ‬
‫ط‬ ِ ۗ ‫ا‬َْٛ ‫ ْاَلَع‬ِٝ‫َْ ف‬ْٛ ‫ش‬
ُ ّْ َ٠َٚ َ‫ب‬ َّ ٌ‫َْ ا‬ْٛ ٍُ‫َأ ْ ُو‬١ٌَ ُْ ُٙ َِّٔ‫َِل ا‬
َ َ‫طؼ‬ َ ‫ع ٍَْٕب لَ ْجٍَهَ َِِٓ ْاٌ ُّ ْش‬
ٓ َّ ‫َْٓ ا‬١ٍِ ‫ع‬ َ ‫ َِب ٓ ا َ ْس‬َٚ
‫ْشا ۔‬١‫ص‬ ِ َ‫ َوبَْ َسثُّهَ ث‬َٚ َْۚ ْٚ ‫صجِ ُش‬ ْ َ ‫فِتَْٕخ ۗ اَت‬
Artinya:“Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu (Muhammad),
melainkan mereka pasti memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar.
Dan Kami jadikan sebagian kamu sebagai cobaan bagi sebagian yang lain.
Maukah kamu bersabar? Dan Tuhanmu Maha Melihat”.

Firman Allah lainnya:


‫َ ٍخ ا ََِّل ثِ ِبرْ ِْ ه‬٠‫ ثِ ٰب‬ٟ
ًِّ ‫اَّللِ ۗ ٌِ ُى‬ ْ ُ ‫ َِب َوبَْ ٌِ َش‬َٚۗ ‫َّخ‬٠‫ر ُ ِ ّس‬َّٚ ‫اجب‬َٚ ‫ ُْ ا َ ْص‬ُٙ ٌَ ‫ َجؼَ ٍَْٕب‬َٚ َ‫عَل ِ ِّ ْٓ لَ ْجٍِه‬
ُ ‫ع ٍَْٕب ُس‬
َ ‫ٌَمَذْ ا َ ْس‬َٚ
َ ِ‫َّأت‬٠ ْْ َ ‫ ٍي ا‬ْٛ ‫ع‬
‫ا َ َج ًٍ ِوتَبة‬
Artinya:“Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum
engkau (Muhammad) dan Kami berikan kepada mereka istri-istri dan
keturunan. Tidak ada hak bagi seorang rasul mendatangkan sesuatu bukti
(mukjizat) melainkan dengan izin Allah. Untuk setiap masa ada Kitab
(tertentu)”.

5
Ali Mahfudz, Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Kementrian Agama,
2013), hlm 9-12

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
50 Aqaid merupakan 50 akidah yang harus dimiliki umat muslim, di
antaranya adalah 20 sifat wajib bagi Allah SWT, 20 sifat mustahil bagi Allah
SWT, 1 sifat jaiz bagi Allah SWT, 4 sifat wajib bagi Rasul, 4 sifat mustahil
bagi Rasul dan 1 sifat jaiz bagi Rasul.
20 Sifat wajib bagi Allah SWT adalah Wujud, Qidam, Baqa, Mukhalafatu
Lilhawditsi, Qiyamuhu binafsihi, Wahdaniyah, Qudrat, Iradat, Ilmu, Hayat,
Sama, Bashar, Kalam, Qadiran, Muridan, „Aliman, Hayyan, Sami‟an,
Bashiran, Mutakalliman. 20 sifat Mustahil bagi Allah adalah adam, huduts,
fana, mumatsalatu lilhawaditsi, ihtiyaju bighairihi, ta‟addud, ajzun, karahah,
jahlun, mautun, shummun, umyun, bukmun, ajizan, mukrahan, jahilan,
mayyitan, ashommu, a‟ma, abkam. 1 sifat jaiz Allah adalah sifat kebebasan. 4
sifat wajib Rasul adalah shiddih, amanah, tabligh, fathanah. 4 sifat mustahil
Rasul adalah kidzib, khianat, kitman, baladah. 1 sifat jaiiz Rasul adalah sifat
yang umumnya dimiliki manusia.
Selain itu, keduapuluh sifat wajib Allah SWT dikelompokkan menjadi 4,
yaitu sifat nafsiyah, sifat salbiyah, sifat ma‟ani, dan sifat ma‟nawiyah.
B. Saran
Dengan selesainya pembuatan makalah ini, kami menyadari bahwa

makalah kami ini tidak begitu sempurna, sehingga para pembaca bisa

memberikan suatu tanggapan yang agar nantinya bisa membangun.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, 2005, Panduan Akidah Lengkap, Bogor: Pustaka Ibnu Katsir


Al-Fudholi, Muhammad, 2018, Terjemah Kifayatul Awam, Surabaya: Mutiara
Ilmu
Fauzi, Akhmad, 2020, Akidah Akhlak Kelas 7 Madrasah Tsanawiyah, Jakarta:
Direktorat KSKK Madrasah
Anonim, 2014, Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah, Jakarta: Kementrian
Agama
Mahfudz, Ali, 2013, Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah, Jakarta: Kementrian
Agama

19

Anda mungkin juga menyukai