Anda di halaman 1dari 3

A.

Pengertian Qiyas
Secara etimologis kata “qiyas” berarti “qadar” artinya mengukur, membandingkan
sesuatu dengan semisalnya.1 Hasby ash Sidieqy mengartikan qiyas secara bahasa yakni
mengukur dan memberi batas. Menurut istilah ahli ushul ialah: “menghubungkan hukum
sesuatu pekerjaan kepada yang lain, karena kedua pekerjaaan itu sebabnya sama yang
menyebaban hukumnya juga sama”.2Redaksi yang berbeda di jelaskan oleh Sulaiman
Abdullah mengenai istilah yang disampaikan oleh ahli ushul yakni:”qiyas adalah
mempersamakan satu peristiwa hukum yang tidak ditentukan hukumnya oleh nash, dengan
peristiwa hukum yang ditentukan oleh nash bahwa ketentuan hukumnya sama dengan
hukum yang ditentukan nash.3

B. Rukun-rukun Qiyas
1. Suatu wadah atau hal yang telah ditetapkan sendiri hukumnya oleh pembuat hukum. Ini
disebut“maqis alaihi” atau “ashal” atau “musyabah bihi”.
2. Suatu wadah atau hal yang belum ditemukan hukumnya secara jelas dalam nash syara.
Ini disebut“maqis”atau”furu”atau”musyabbah”.
3. Hukum yang disebutkan sendiri pembuat hukum (syari) pada Ashal. Berdasarkan
kesamaan ashal itu dengan furu,dalam illatnya para mujtahid dapat menetapkan hukum
pada furu . ini disebut hukum ashal.
4. Illat hukum yang terdapat pada ashal dan terlihat pula oleh mujtahid pada furu.4

C. Syarat-Syarat Qiyas

1. Maqis alaihi (tempat menqiyaskan sesuatu kepadanya). Syarat-syaratnya


2. Maqis (sesuatu yang akan dipersamakan hukumnya dengan ashal)
3. Hukum Ashal adalah hukum yang terdapat pada suatu wadah maqis alaihi yang
ditetapkan hukumnya berdasarkan nash dan hukum itu pula yang akan diberlakukan
pada furu
4. Illat adalah sifat yang menjadi kaitan bagi adanya suatu hukum
a. Fungsi illat
1) Penyebab/penetap yaitu illat yang dalam hubungannya dengan hukum
merupakan penyebab atau penetap adanya hukum, baik dengan nama mu’arif
,muassir, atau baits.
2) Penolak yaitu illat yang keberadaannya menghalangi hukum yang akan terjadi,
tetapi tuidak mencabut hukum itu seandainya ilat tersebut terdapat pada saat
hukum tengah beraku.

1
Amir Syarifuddin,Ushul Fiqh,(Jakarta:Kencana,2008),hlm.158
2
Teungku Muhammd Hasbi Ash Sidieqy,Pengantar Hukum Islam,(Semarang;Pustaka Rizki
Putera,2001),hlm.200
3
Sulaiman Abdullah,Sumber Hukum Islam Permasalahan dan Fleksibilitasnya , (Jakarta:Siinar
Grafika,2004),hlm.82
4
Ibid,.hlm.164
3) Pencabut, yaitu illat yang mencabut kelangsungan suatu hukum bila illat itu
terjadi dalam masa tersebut.
4) Penolak atau pencegah, yakni illat yang hubungannya dengan hukum dapat
mencegah terjadinya suatu hukum dan sekaligus dapat mencabutnya bila hukum
itu telah berlangsung.

b. Syarat-syarat illat
1) Illat itu harus mengandung hikmah yang mendorong pelaksanaan suatu hukum
dan dapat dijadikan sebagai kaitan hukum.
2) Illat itu adalah suatu sifat yang jelas dan dapat disaksikan.
3) Illat itu harus dalam bentuk sifat yang terukur, keadaannya jelas dan terbatas,
sehingga tidak tercampur dengan yang lainnya.
4) Harus ada hubungan kesesuaian dan kelayakan antara hukum dengan sifat yang
akan menjadi illat.
5) Illat itu harus mempunyai daya rentang.
6) Tidak ada dalil yang menyatakan bahwa sifat itu tidak dipandang untuk menjadi
illat.5

D. Macam-macam Qiyas

1. Pembagian qiyas dari segi kekuatan illat yang terdapat pada furu, dibandingkan pada
ilat yang terdapat pada ashal.
a) Qiyas awlawi.
b) Qiyas musawi
c) Qiyas adwan.

2. Pembagian qiyas dari segi kejelasan illatnya


a) Qiyas jali

3. Pembagian qiyas dari segi keserasian illatnya dengan hukum;


a) Qiyas muatsir.
b) Qiyas mulaim

5
Ibid,.hlm.180-193

Anda mungkin juga menyukai