Anda di halaman 1dari 14

BAB II

A. Pengertian Hadits Maudhu’

Dari segi etimologi Hadits Maudhu’ berasal dari dua suku kata bahasa Arab
yaitu al-Hadits dan al-Maudhu’ . secara etimologi al-Hadits mempunyai beberapa
pengertian yakni al-Jadid yang bermakna baru dan al-Khabar yang bermakna berita,
yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain.
Bentuk jamaknya adalah al-Ahadits.1
Sesuai dengan latar belakang disiplin keilmuannya para ahli mendefinisikan
kata al-Hadits bermacam-macam. Ta’rif al-Hadits sebagaimana yang dikemukakan
oleh Jumhurul Muhadditsin ialah:

‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َق ْوالً أ َْوفِ ْعالً أ َْو َت ْق ِر ْيًرا أ َْو حَنْ َو َها‬ ِ ‫ُضي‬
َ ِّ ‫ف للنَّىِب‬
ِ
َ ْ ‫َما أ‬
“Ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. baik berupa
perkataan, perbuatan, pernyataan (taqrir) dan yang sebagainya.”2

Sedangkan kata maudhu’ merupakan bentuk isim maf’ul dari kata ‫ يضيع‬-‫ وضع‬,

sama hal nya dengan al-Hadits kata ‫ وضع‬pun memiliki beberapa makna, yakni ‫االسقاط‬

(menggugurkan),‫( ال رتك‬meninggalkan), ‫( االت راء واالختالف‬memalsukan dan mengada-

ngadakan).3
Demikianlah dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Hadits
Maudhu’ menurut Ajaj Al-Khatib dalam bukunya Ushul al-Hadits ialah:

‫هو ما نسب أىل الرسول صلّى اهلل عليه وسلّم واختالقا و كذبا هم مل يقله أو يفعله أو يقره‬
“Sesuatu yang dinisbatkan kepada Raasulullah saw. Dengan cara mengada-
ada dan dusta, yaitu yang tidak pernah beliau sabdakan, beliau kerjakan maupun
beliau taqrirkan”
Tidak jauh berbeda dengan pendapat sebelumnya para muhaditsin juga
berpendapat, Hadits Maudhu’ ialah :
1
Zainul Arifin, Studi Kitab Hadis, (Surabaya: Al-Muna, 2010). Hal, 1
2
Drs. Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits. (Bandung: PT Al Maarif, 1974). Hal, 20
3
Rabiatul Aslamiah, Hadits Maudhu’ dan Akibatnya, ( Alhiwar Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah Vol. 04 No. 07
Januari-juni, 2016). Hal, 24
ِ ِ ‫هوالْمختلَع املصنوع الْمنصو‬
َ ‫ص َّل اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ُز ْو ًر َاوبُ ْهتَانًا َس َواءٌ َكا َن ذُل‬
‫ك‬ ِ ِ
َ ‫ب اىَل َر ُس ْول اللّه‬
ُ ُْ َْ ُ ْ ُْ َ ُ َْ ُ َ ُ

ً‫ع ْم ًدا اَْم َخطَاء‬.


َ

“Hadits yang dicipta serta dibuat oleh seseorang (pendusta) yang ciptaan itu
dibangsakan kepada Rasulullah saw. secara palsu dan dusta, baik hal itu disengaja
maupun tidak.”
Pernyataan di atas menerangkan bahwasanya yang dimaksud rawi yang
berdusta kepada Rasulullah saw. adalah mereka yang pernah berdusta dalam membuat
hadits, walaupun hanya sekali. Dan hadits yang mereka riwayatkan tidak diterima
walau mereka telah bertaubat sekalipun.4 Tindakan demikian adalah merupakan
pendustaan terhadap Rasulullah saw.

‫ب َعلَ َّى ُمَت َع ِّم ًدا فَليَتََب َّوأْ َم ْق َع َدهُ ِم َن النَّا ِر‬
َ ‫َو َم ْن َك َذ‬
“Siapa yang berdusta terhadapku dengan sengaja maka hendaklah ia
menempati tempatnya di neraka’ (HR. Bukhari)
ِ ٍ ِ ‫من حد َ حِب‬
َ ‫َح ُد ال َك َّذابِنْي‬ ٌ ‫َّث َديْث َو ُه َو َيَرى أَنَّهُ َكذ‬
َ ‫ب َف ُه َو أ‬ َ َْ
“Siapa yang menceritakan suatu hadits (tentang aku) dan dia tahu bahwa itu
dusta, maka dia termasuk golongan pendusta.” (HR. Ahmad : 18211)5
Dimana hadits maudhu’ haram hukumnya untuk disampaikan pada masyarakat
umum kecuali hanya sebatas memberi contoh atau penjelasan bahwa hadits tersebut
adalah maudhu’ (palsu).6 Itu sebabnya ia tidak lagi termasuk dalam golongan hadits
dhaif karena seburuk-buruknya hadits.
Hadits Maudhu’ dari segi periwayatan termasuk hadits yang paling jelek dan
buruk diantara hadits-hadits lainnya. Hadits ini menjadi bagian tersendiri diantara
pembagian hadits oleh para ulama muhaditsin yang terdiri dari : shahih, hasan dhaif
dan maudhu’7

4
Drs. Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits. (Bandung: PT Al Maarif, 1974) Hal. 168-169
5
Rabiatul Aslamiah, Hadits Maudhu’ dan Akibatnya, ( Alhiwar Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah Vol. 04 No. 07
Januari-juni, 2016). Hal, 30
6
Rabiatul Aslamiah, Hadits Maudhu’ dan Akibatnya, ( Alhiwar Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah Vol. 04 No. 07
Januari-juni, 2016). Hal, 24
7
Edi Kuswadi, Hadits Maudhu’ dan Hukum Mengamalkannya. (EL-BANAT : Jurnal pemikiran dan Pendidikan
Islam Volume 6, Nomor 1, Januari-Juni 2016). Hal, 81
Namun, pada hakikatnya Hadits Maudhu’ bukanlah sebuah hadits, hanya
karena statemen si pembuat hadits itulah kemudian di katakan dia sebagai hadits
meskipun palsu. Dinamakan hadits juga dalam rangka mempraktiskan kerja ulama
hadits untuk menyelidiki lebih dalam hadits-hadits palsu tersebut.8

B. Sejarah Hadits Maudhu’


Kegigihan para sahabat dalam mensyiarkan agama Islam terbukti dengan
keberhasilannya menguasai beberapa wilayah berpengaruh pada jaman itu, sehingga
mengakibatkan berbondong-bondongnya penganut agama lain masuk ke dalam agama
Islam.9 Hal ini merupakan sebuah indikasi tersebarnya hadits-hadits maudhu’. Ada
beberapa faktor yang terbaca mengenai apa yang melatar belakangi mereka masuk
Islam. Selain mereka yang benar-benar meng-imani Allah dan mayakini Muhammad
saw. sebagai utusan-Nya, diantara mereka terdapat orang-orang yang terpaksa masuk
Islam karena terpaksa tunduk pada kekuasaan Islam pada waktu itu. 10 Atau dapat
dikatakan terpaksa mengalah kepada kekuatan Islam. Golongan ini dapat disebut
Zindiq.11
Golongan inilah yang menyimpan dendam dan dengki terhadap kaum
muslimin, diam-diam mereka menyusun strategi dan menunggu waktu yang tepat
untuk menghancurkan dan menimbulkan keraguan dalam hati orang banyak terhadap
Islam. Pada masa pemerintahan Khalifah Ustman bin Affan mereka –golongan
Zindiq- mulai merealisasikan rencananya karena dirasa pada masa pemerintahan
Khalifah Utsman bin Affan ini memiliki sikap toleran yang tinggi terhadap orang lain.
Dan bermula dari golongan inilah benih-benih fitnah ditaburkan. Salah satu tokoh
yang berperan menghancurkan Islam pada masa kekhalifahan Ustman bin Affan
adalah Abdullah bin Saba’, seorang penganut Yahudi yang menyatakan telah masuk
Islam.12
Salah satu hadits maudhu’ yang sengajaia ciptakan ialah dengan mengatakan
“Setiap Nabi itu ada penerima wasiatnya dan penerima wasiatku adalah Ali” hal ini
ia lakukan untuk memperkuat propaganda yang ia ciptakan pada khalayak ramai. Ia
8
Afrizal Nur, Kontribusi dan Peran Ulama Mencegah Hadits Maudhu’. (An-Nida’ Vol. 38 No.2 Juli-Desember
2013) hal. 69
9
Prof.Dr. H. Zainul Arifin, MA, Ilmu Hadits Historis & Metodologis. (Surabaya : Pstaka al-Muna, 2014). Hal, 182
10
Ibid., 25
11
Edi Kuswadi, Hadits Maudhu’ dan Hukum Mengamalkannya. (EL-BANAT : Jurnal pemikiran dan Pendidikan
Islam Volume 6, Nomor 1, Januari-Juni 2016). Hal, 81

12
Prof.Dr. H. Zainul Arifin, MA, Ilmu Hadits Historis & Metodologis. (Surabaya : Pstaka al-Muna, 2014). Hal, 182
menjelajah ke penjuru plosok untuk mengajak orang-orang membela Ali dan Ahli
Bait serta menyampaikan ketidak pantasan Abu Bakar, Umar dan Ustman menduduki
singgasana kekhalifahan.
Aktivitas pemalsuan hadits maudhu’ mulai berkembang pada tahun 41 H,
dimana terbunuhnya Ustman bin Affan dan mulai memanasnya keadaan politik Islam
pada saat itu. Hal ini yang menyebabkan terpecahnya kaum muslimin menjadi
beberapa kelompok, pro-kontra pendapat dalam persoalan polotik yang menyebabkan
Islam terbagi menjadi beberapa sekte utama, Syi’ah, Khawarij, dan golongan yang
berpihak pada Mu’awiyyah.13

Terpecahnya kaum Muslimin menjadi beberapa sekte diantara penyababnya


ialah setelah tersebarnya fitnah ternubuhnya Ustman bin Affan, menjadikan setiap
kelompok mencari dukungan dari Alquran dan as-Sunnah guna memperkuat golongan
mereka. Bahkan, sebagian kelompok ada yang mentakwilkan Alquran bukan pada
makna sebenarnya dan membawa as-Sunnah bukan pada maksudnya.14 Ditambah
dengan masing-masing pengikut membawa persoalan-persoalan bid’ah, ta’assub dan
mereka yang terlihat Islam padahal sesungguhnya kufur.15

Adapun jika di tinjau dari awal kemunculan hadits maudhu’ ini memiliki
motifasi dan tujuan tertentu yang berfarisi, diantaranya:

1. Faktor politik
Terpecahnya umat Islam menjadi beberapa golongan dengan mengklaim
bahwa kelompoknya yang paling benar yang paling sesuai dengan ijtihad mereka,
masing-masing ingin mempertahankan kelompoknya, dan saling berlomba untuk
memperbanyak masa dengan cara mengambil dalil Alquran dan hadits. Mereka
berusaha untuk mentakwilkan dan memberi interpretasi yang terkadang tidak
sesuai dengan aslinya. Bahkan mereka memalsukan hadits dengan mengatas
namakan Rasulullah saw. hadits-hadits yang paling banyak dibuat ialah mengenai
keutamaan para khalifah, pimpinan kelompok, dan aliran-aliran dalam agama.
Dari diantara golongan yang pertama dan yang paling banyak membuat hadits

13
Ibid, 69
14
Triyasyid Nuruddin, Hadits Maudhu’
15
Afrizal Nur, Kontribusi dan Peran Ulama Mencegah Hadits Maudhu’. (An-Nida’ Vol. 38 No.2 Juli-Desember
2013) hal. 69
palsu adalah golongan Syi’ah dan Rafidlah.16 Imam Syafi’i berkata: “saya tidak
melihat suatu kaum yang lebih berani berdusta selain kaum Rafidlah”17
Diantara hadits yang dibuat oleh kelompok Syi’ah ialah hadits tentang wasiat
Nabi bahwa Ali adalah orang yang paling berhak menjadi khalifah dan mereka
menjatuhkan orang-orang yang dianggap lawan politiknya, yaitu Abu Bakar,
Umar, Ustman, dan lain-lain.

‫علي‬
ّ ‫سري و خليفيت يف أهلي خري من أخلف بعدي‬
ّ ‫وصيي وموقع‬
ّ

“yang menerima wasiatku, dan yag menjadi tempat rahasiaku dan


penggantiku dari keluargaku adalah Ali”

Sedangkan dari pihak Mu’awiyah ada pula yang membuat hadits maudhu’
sebagai berikut:

‫االمناء عند اهلل ثال ثة انا وجربيل ومعاويه‬


“orang yang dapat dipercaya disisi Allah ada tiga yaitu: Aku, Jibril, dan
Mu’awiyah”.
2. Faktor kebencian dan permusuhan

Keterpaksaan beberapa orang dalalm memeluk Islam adalah salah satu


faktor kemunculan hadits maudhu’, barisan orang-orang sakit hati inilah yang
berniat menghancurkan Islam melalui ke fanatisme an dengan menyebarkan
hadits-hadits maudhu’, untuk menghilangkan kemurnian dan ketinggiannya dalam
pandangan ahli fikir dan ahli ilmu. Golongan ini terdiri dari golongan Zindiq,
Yahudi, Majusi, dan Nasrani yang senantiasa menyimpan dendam dan benci pada
Islam. Demikian, mereka dengan sengaja membuat beribu-ribu hadits maudhu’
dalam bidang aqidah, akhlak, pengobatan, serta hukum halal dan haram dalam
suatu perbutan18. Diantara hadits yang mereka buat ialah:

ٌ‫الو ْج ِه اجلَ ِمْي ِل ِعبَ َادة‬ ِ


َ ‫النَّظَُر إىَل‬

16
Rabiatul Aslamiah, Hadits Maudhu’ dan Akibatnya, ( Alhiwar Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah Vol. 04 No. 07
Januari-juni, 2016). Hal, 26
17
Drs. Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits. (Bandung: PT Al Maarif, 1974) Hal. 175

18
Ibid., 177
“Melihat (memandang) kepada muka yang indah, adalah ibadah”19
Tokoh-tokoh mereka yang terkenal dalam membuat hadits maudhu’
ialah :
a. ‘Abdul Karim bin Abi’l-Auja’, ysng dibunuh oleh Muhammad bin
Sulaiman, Wali kota Basrah, ia mengaku telah membuat 4000 hadits
maudhu’
b. Bayan bin sam’an Al-Mahdy, yang mati dibunuh oleh Khalid bin
‘Abdillah
c. Muhammad bin Sa’idd Al-Mashlub, yang dibunuh oleh Abu Ja’far al-
Manshur.20
3. Menarik minat dan meraih keuntungan melalui nasihat dan cerita.

Pada masa tabi’in, terdapat suatu forum dengan metode pengajian di


masjid-masjid dan pasar. Dan kebanyakan orang yang dianggap mubaligh itu
tidak dari kalangan yang berpengetahuan dan berilmu, tetapi mereka terkenal
karena cerita-cerita yang mereka sampaikan. Tujuan utama mereka hanyalah
menarik perhatian publik, sehingga mereka menyampaikan ceramah dengan
muatan khurafat, mitos yang batil, dan lain-lain. Dan tidak jarang pada saat yang
sama mereka membuat hadits-hadits palsu daan menisbatkannya kepada
Rasulullah saw. serta membuat rangkaian sanad-sanad yang mashur pada hadits
palsu tersebut.21

4. Fanatik kebangsaan, kesukuan, kedaerahan, kebahasaan, dan kultus individu


terhadap imam mereka.

Seperti mereka yang fanatik (ta’ashshub) kepada bangsa dan bahasa Persi
mengutarakan:

‫ب اَْنَز َل الْ َو ْح َى بِْل َعَربِيَّ ِة َواِ َذا َر ِض َى اَْنَز َل لْ َو ْحى بِالْ َفا ِر ِسيَّ ِة‬ ِ ِ ِ
َ ‫ا َّن اللَّهَ ا َذا َغض‬
“sesungguhnya Allah itu apabila marah, menurunkan wahyu dengan
bahasa Arab dan bila rela, menurunkan wahyu dengan bahasa Persi”22

19
Rabiatul Aslamiah, Hadits Maudhu’ dan Akibatnya, ( Alhiwar Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah Vol. 04 No. 07
Januari-juni, 2016). Hal, 26
20
Drs. Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits. (Bandung: PT Al Maarif, 1974) Hal. 178
21
Afrizal Nur, Kontribusi dan Peran Ulama Mencegah Hadits Maudhu’. (An-Nida’ Vol. 38 No.2 Juli-Desember
2013) hal. 71
22
Drs. Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits. (Bandung: PT Al Maarif, 1974) Hal. 180
5. Mempertahankan madzhab dalam masalah khilafiyah-fiqhiyah dan kalamiyah.
Untuk mereka yang menganggap tidak sah shalat dengan mengangkat
kedua tangan, mereka membuat hadits maudhu’ :
ِ َّ ‫من رفَع ي َدي ِه ىِف‬
ُ‫صاَل ةَ لَه‬
َ ‫الصالَة فَاَل‬ ْ َ َ َ َْ
“barang siapa yang mengangkat kedua tangannya di dalam shalat, maka
tidak sah shalatnya.”
6. Mencari muka dihadapan para penguasa untuk mencari kedudukan atau mencari
hadiah
7. Kejahilan mereka dalam ilmu agama disertai dengan adanya kemauan keras untuk
berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya.

Mereka menganggap bahwa membuat hadits untuk targhib dan tarhib,


demi untuk bertaqarrub kepada Allah dan berkhidmad kepada agama, di
perbolehkan. Mereka banyak membuat hadits-hadits maudhu’ tentang keutamaan
surat-surat Alquran di luar apa yang telah diterangkan oleh nash-nash yag sharih.23

C. Ciri-ciri Hadits Maudhu’

Untuk mengetahui shahih, hasan, atau dhaifnya suatu hadits, para ulama
tentunya memiliki ketentuan-ketentuan atau kriteria yang harus dipenuhi dalam
menentukan tingkatan hadits. Sama halnya dengan hadits maudhu’, para ulama juga
menentukan ciri-ciri ke-maudhu’an hadits. Yakni dengan menentukan ciri-ciri yang
terdapat pada sanad dan ciri-ciri yang terdapat pada matan hadits.

a. Ciri-ciri yang terdapat pada sanad


1. Rawi tersebut terkenal pendusta (seorang pendusta) dan tidak ada
seorang rawi yang terpercaya yang meriwayatkan hadits dari dia.24
2. Pengakuan dari si pembuat sendiri
Seperti pengakuan Abu ‘Ismah Nun bin Maryam 25 yang ditanya
oleh Ibnu Isma’il tentang keutamaan ayat-ayat Alquran 26, serentak
menjawab:
23
Ibid., 181
24
Prof.Dr. H. Zainul Arifin, MA, Ilmu Hadits Historis & Metodologis. (Surabaya : Pstaka al-Muna, 2014). Hal, 189
25
Dr. Mahmud Thahhan, Ulumul Hadits Studi Kompleksitas Hadits Nabi, (Yogyakarta : Darul Tsaqafah
Islamiyah, Beirut Cet. VII). Hal, 87
26
Drs. Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits. (Bandung: PT Al Maarif, 1974) Hal. 169
“tidak seorang yang meriwayatkan hadits kepadaku, akan tetapi
serentak kami melihat manusia-manusia sama membenci Alquran,
kami ciptakan untuk mereka hadits ini (tentang keutamaan ayat-ayat
Alquran), agar mereka menaruh perhatian untuk mencintai
Alquran”.27
3. Qarinah-qarinah yang memperkuat adanya pengakuan membuat hadits
madhu’
Seperti seseorang mengaku menerima suatu hadits dari seorang
guru, padahal ia tidak pernah bertemu dengan guru tersebut, atau
menerima dari seorang guru yang telah meninggal sebelum ia di
lahirkan.
4. Qarinah-qarinah yang berpautan dengan tingkah lakunya.
Seperti apa yang pernah dilakukan oleh Ghiyats bin Ibrahim di
kala ia berkunjung ke rumah Al-Mahdy yang tengah bermain dengan
burung-burung merpati. Katanya :

ٍ َ‫ف أ َْو َحافِ ٍر أ َْو َجن‬


‫اح‬ ْ َ‫الَ َسبَ َق إِالَّ ىِف ن‬
ٍّ ‫ص ٍل أ َْو ُخ‬
“tidak sah perlombaan itu selain: mengadu anak panah, mengadu
unta, mengadu kuda atau mengadu burung.”
Perkataan au Janahin (mengadu burung) adalah perkataan
Ghiyats sendiri, yang dengan spontan ia tambahkan di akhir hadits
yang ia ucapkan, dengan maksud untuk membesarkan hati, atau
setidak-tidaknya untuk membenarkan tindakan Al-Mahdy yang sedang
melombakan burung. Tindakan Ghiyats semacam itu menjadi qarinah
untuk menetapkan ke-maudhu’an suatu hadits.
b. Ciri-ciri yang terdapat pada matan
Ciri-ciri yang terdapat pada matan itu, dapat ditinjau dari segi makna
dan dari segi lafadznya. Dari segi maknanya, maka makna hadits itu
bertentangan dengan : Alquran, hadits mutawatir, ijma’, dan dengan
logika yang sehat.
1. Terdapat riwayat yang janggal dan cacat pada makna dan mafhumnya.
Seperti yang dikatakan oleh al-Hafiz Ibnu Hajar “puncak yang

27
Ibid., 170
menentukan ketidak fasihan lafadz adalah cacatnya makna, cacatnya
makna menunjukkan bahwa hadits itu maudhu’.....”28
2. Hadits maudhu’ yang bertentangan dengan Alquran :

‫الزنَا الَيَ ْد ُخ ُل اجلُنَّهُ إِىَل َسْب َع ِة أ َْبنَ ٍاء‬


ِّ ‫ِولَ ُد‬
“Anak zina itu, tidak dapat masuk durga, sampai tujuh turunan”

ْ ‫َوالَ تَ ِز ُر َوا ِز َرةٌ ِو ْز َرأ‬


‫ُخَرى‬
“Dan seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang
lain.” (Q.S : al-An’am :164)

3. Riwayat yang mengandung perkataan yang tidak menyerupai perkataan


seorang Nabi.29
4. Hadits yang tidak diketahui sumbernya, misalnya hadits yang
menyalahi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan, seperti ketentuan
akal, tidak dapat ditakwil, ditolak perasaan, kejadian empiris dan fakta
sejarah.30 :

‫اذا عطشس الرجل عند احلديث فهو دليل صدقه‬


“jika seseorang bersin ketika membacakan suatu hadits, maka itu
menandakan bahwa pembicaraannya benar”
5. Hadits yang berlawanan dengan ilmu kedokteran atau sains serta
hukum akhlak yang umum atau menyalahi kenyataan :

ٌ‫الو ْج ِه اجلَ ِمْي ِل ِعبَ َادة‬ ِ


َ ‫النَّظَُر إىَل‬
“melihat (memandang) kepada muka yang indah, adalah ibadah”
6. Susunan kalimat yang sederhana, tetapi isinya berlebihan.
ِ ْ‫ضل ِمن بِنَ ِاء اَل‬
‫ف مَجِ ٍع‬ ِ
ْ ُ َ ْ‫لُْق َمةٌ ىِف بَطْ ِن َجائ ٍع أَف‬
“sesuap makanan di perut si lapar adalah lebih baik dari pada
membangun seribu masjid jami’”31
28
Afrizal Nur, Kontribusi dan Peran Ulama Mencegah Hadits Maudhu’. (An-Nida’ Vol. 38 No.2 Juli-Desember
2013) hal. 74
29
Ibid., 74
30
Rabiatul Aslamiah, Hadits Maudhu’ dan Akibatnya, ( Alhiwar Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah Vol. 04 No. 07
Januari-juni, 2016). Hal, 29
31
Drs. Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits. (Bandung: PT Al Maarif, 1974) Hal. 173
7. Hadits yang mengandung dongeng-dongeng yang tidak masuk
akal.
8. Matan yang mengandung sesuatu yang buruk dan lucu “Janganlah
kamu mencela ayam jantankarena ia adalah temanku. Sekiranya
anak Adan tahu menilai keistimewaan suara ayam niscaya ia akan
membeli bulu dan dagingnya dengan takaran emas.”32

D. Usaha dalam Memberantas Hadits Maudhu’

Untuk menjaga dan memelihara sunnah serta membersihkannya dari


pemalsuan hadits, para ulama muhaditsin melakukan beberapa langkah-langkah agar
hadits Nabi Muhammad saw. tetap murni, di antaranya :

1. Meneliti karakteristik para rawi dengan mengamati tingkah laku dan


riwayat mereka.
2. Memilih perawi-perawi yang terpercaya
3. Mengisnadkan hadits, sehingga tidak mudah menerima hadits yang tidak
bersanad .
4. Menguji kebenaran hadits dengan membandingkannya dengan riwayat
yang melalui jalur lain dan hadits-hadits lain yang telah diakui
keberadaannya.33
5. Mengambil tindakan kepada para pemalsu hadits
6. Menyusun kaidah-kaidah umum tentang klasifikasi hadits
7. Membuat ketentuan-ketentuan untuk mengetahui ciri-ciri hadits maudhu’34
8. Menyusun kitab himpunan hadits-hadits maudhu’ untuk memberi
keterangan dan peringatan kepada masyarakat tentang keberadaan hadits-
hadits tersebut.35

Adapun beberapa kitab yang sengaja disusun oleh para ulama dengan tujuan
memelihara dan menjaga kesucian hadits Nabi Muhammad saw. antara lain :

32
Afrizal Nur, Kontribusi dan Peran Ulama Mencegah Hadits Maudhu’. (An-Nida’ Vol. 38 No.2 Juli-Desember
2013) hal. 74
33
Rabiatul Aslamiah, Hadits Maudhu’ dan Akibatnya, ( Alhiwar Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah Vol. 04 No. 07
Januari-juni, 2016). Hal, 31
34
Drs. Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits. (Bandung: PT Al Maarif, 1974) Hal. 183
35
Rabiatul Aslamiah, Hadits Maudhu’ dan Akibatnya, ( Alhiwar Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah Vol. 04 No. 07
Januari-juni, 2016). Hal, 31
1. Kitab Tadzkirah al-Mawdhu’at, Abu Fadhil Muhammad bin Thahir al-
Maqdisiy (w. 507 H).
2. Kitab al-Maudhu’at al-Kubra, Abu Faraj Abdurrahman bin al-Jawzi (w.
597).
3. Kitab al- Ba’its ‘ala al-Khilash min hawadits al-Qasshas, Hafiz Zainuddin
Abdurrahim al-Iraqi.
4. Kitab al-La’ali al-Masnu’ah fi ahadits al-Maudhu’at, Hafiz Jalaluddin as-
Suyutiy.
5. Kitab al-Fawa’id al-Majmu’ah fi al-Ahadits al-Maudhu’at, oleh Abu
Abdullah Muhammad bin Ali as-Syawkaniy.
6. Kitan al-Mughniy ‘ani al-Hifzi wal Kitab bi Qaulihim Lam Yasih Sya’i fi
Haza Bab, oleh Abu Hafash ‘Al-hafiz Diya’ al-Din Abu Hafs Umar bin
Badr al-Mausili al-Hanafi (w. 623 H).
7. Kitab al-Maudhu’at, oleh Syaikh ‘ala al-Qaariy al-Hanafiy.
8. Tahzir al-Khawas min Akazib al-Qussas, oleh al-Hafiz Jalaluddin al-
Suyutiy (w. 911 H).
9. Silisilah al-Hadits al-Dhaifah wa al-Maudhu’at. Oleh Syaikh Nasir al-Din
al-Bani (w.1420 H)
10. Mausu’at al-Ahadits wa al-Atsar al-Dhaifah wa al-Maudhu’at. Oleh
Syaikh Aki Hasan bin Ali al-Halabi.
11. Al-Lu’lu’ al-Marsu di Ma La ash Lahu au bi Aslihi Maudhu’, oleh
Muhammad bin Abi al-Mahasin al-Hasani.
12. Qanun al-Khabar al-Maudhu’at wa al-Rijal al-Du’afa’, oleh Jamaluddin
Muhammad bin Tahir bin Ali al-Patni (w.986 H)
13. Al-Maudhu’at fi al-Ahadits al-Marfu’at, oleh Abu Abdillah Husain bin
Ibrahim al-Hamdani al- Jauzaqi (w. 543 H).36

Sementara itu beberapa nama-nama tokoh pembuat hadits maudhu’ sebagai


berikut :

1. Aban bin Ja’far telah membuat hadits yang disandarkan kepada perawi
Abu Hanifah jumlahnya 300 hadits.

36
Afrizal Nur, Kontribusi dan Peran Ulama Mencegah Hadits Maudhu’. (An-Nida’ Vol. 38 No.2 Juli-Desember
2013) hal. 75
2. Ibrahim bin Zaid al-Aslami, telah meriwayatkan dari Imam Malik
beberapa hadits yang tidak memiliki asal usul.
3. Ahmad bin Abdullah al-Juwaibariy, telah membuat ribuan hadits untuk
mendukung kelompok al-Karamiah.
4. Jabir bin Yazid al-Ja’fi. Sufyan mengatakan: “aku telah mendengar
hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Jabir sebanyak 30.000, tetapi tidak
ada satupun yang harus aku meriwayatkannya.”
5. Nuh bin Abu Maryam, telah membuat hadits yang berhubungan dengan
kelebihan surah-surah Alquran.
6. Muhammad bin Syuja’ al-Thalji.
7. Al-Harits bin Abdullah al-A’war.
8. Muqatil bin Sulaiman.
9. Muhammad bin Sa’id al-Maslub.
10. Muhammad bin Umar al-Waqidiy.
11. Ibrahim bin Muhammad bin Abu Yahya al-Aslamiy.
12. Wahab bin Wahab al-Qadiy.
13. Muhammad bin al-Sa’ib al-Kalbiy.
14. Abu Daud al-Nakha’i.
15. Ishaq bin Najih al-Malti.
16. Abbas bin Ibrahim al-Nakha’i.
17. Ma’mun bin Abu Ahmad al-Harwi.
18. Muhammad bin ‘Ukkasyah al-Karmani.
19. Muhammad bin al-Qasim al-Taikani.
20. Muhammad bin Ziyad al-Yasykari.
21. Muhammad bin Tamim al-Faryabiy.37

E. Pengaruh Hadits Maudhu’ pada Tafsir

Adanya hadits-hadits dhaif dan hadits palsu merupakan salah satu faktor
penyebab lemahnya periwayatan yang terdapat pada tafsir bil ma’tsur. Al-Dzahabiy,
sebagaimana yang dikutip oleh Shalah Abdul Fattah al-Khalidiy menyatakan :
“Sebab-sebab lemahnya pada beberapa sisi periwayatan tafsir bil matsur, pertama,
berkembang dan tersebarnya hadits-hadits maudhu’ dalam penafsiran, sehingga

37
Ibid., 75
berakibat pada tercampurnya antara periwayatan yang shahih dengan riwayat dari
para pembuat hadits maudhu’ (pendusta). Kedua, masuknya isra’iliyat. Ketiga,
penghapusan sanad.”

Adapun unsur-unsur yag terdapat di dalam al-Dakhil fi Tafsir ialah ada tujuh,
antara lain :

1. Isra’iliyyat dalam Tafsir


2. Hadist-hadits maudhu’ dan dha’if
3. Pentakwilan kelompok al-Bathiniyyah
4. Kesalahan-kesalahan ahli sufi dalam menafsirkan
5. Kesalahan penafsiran dalam segi kebahasan
6. Penyimpangan penafsiran dari kelompok Baha’iyyah dan al-Qadaniyyah
7. Kesalahan-kesalahan dari mufassir kontemporer.38

Menjadi serius kiranya jika hadits maudhu’ tercampur atau sengaja


dicampurkan oleh mufassir untuk memperkuat hasil tafsirannya, kerena motif terbesar
atas pembuatan hadits maudhu’ ialah untuk menghancurkan Islam dari dalam, dengan
menghilangkan kemurnian atau esensi Islam sendiri. Hal ini akan berimplikasi buruk
terhadap aqidah, ibadah, akhlak, dan pemikiran umat Islam jika hal tersebut sampai
terjadi.

Namun, terdapat kekhilafan beberapa mufassir dalam menafsirkan sebuah


ayat, mereka menyebutkan hadits-hadits maudhu’ tanpa menjelaskan kepalsuannya.
Khususnya riwayat tentang fadhilah membaca dan mengamalkan Alquran. Diantara
mufassir tesebut ialah :

1. Ahmad Abu Ishaq as-Tsa’labiy kitabnya al-Kasyfu wa al-Bayan


2. tafsir al-Wahidiy
3. Tafsir az-Zamakhsyari dalam kitabnya al-Kasysyaf, bahkan az-
Zamakhsyari menyebutkan hadits Ubai di akhir setiap surat.39
4. Al-Baidhawi.40

38
Ibid., 70
39
https://asysyariah.com
40
Afrizal Nur, Kontribusi dan Peran Ulama Mencegah Hadits Maudhu’. (An-Nida’ Vol. 38 No.2 Juli-Desember
2013) hal. 76

Anda mungkin juga menyukai