BAB II
Gambar 2.2 Kelas komplemen kabur Yager kw(a) untuk beberapa nilai w
2. Kelas Hamacher :
a+b (2 )ab
s (a, b ) , (0, )
1 (1 )ab
3. Kelas Yager :
sw (a, b ) min 1, (a w +b w )w , w (0, )
1
4. Kelas Dubois dan Prade :
a+b-ab-min (a,b,1- )
s (a, b ) , (0,1)
max (1-a , 1-b, )
5. Kelas Dombi :
1
s (a , b ) , (0, )
1
1 a -1 b 1
1 1
Untuk masing-masing nilai parameter yang dipilih, kelima kelas s-norm
tersebut masing-masing akan mendefinisikan suatu s-norm khusus.
Beberapa s-norm lain yang sering digunakan dan banyak dibahas
dalam literatur-literatur di antaranya adalah:
1. Jumlah drastis :
max [a, b ] jika min [a, b ] 0
sJD (a, b)
1 yang lain
2. Jumlah terbatas :
sJT (a, b ) min[1, a b ]
3. Jumlah Einstein :
a b
sJE (a, b )
1 ab
4. Jumlah aljabar : sJA (a, b ) a b ab
Suatu pertanyaan dapat timbul, mengapa begitu banyak s-norm yang
diusulkan oleh para ahli? Alasan teoritisnya adalah bahwa s-norm tersebut
akan menjadi identik jika derajat keanggotaan dibatasi pada nilai nol atau satu
saja. Atau dengan kata lain s-norm tersebut merupakan perluasan dari
gabungan himpunan biasa. Sedangkan alasan praktisnya adalah bahwa
terdapat s-norm yang cocok dipakai pada suatu aplikasi tapi tidak cocok pada
aplikasi yang lain, demikian sebaliknya.
36 Dasar-Dasar Teori Himpunan Kabur dan Logika Kabur
Contoh 2.1
Pandang kembali himpunan kabur A dan B pada Contoh 1.13. Akan
digunakan keempat s-norm yang disebutkan di atas untuk mendapatkan
A B , sebagai berikut:
1. Jumlah drastis:
μ A B ( x) sJD (a, b ), sehingga
A B = {(a, 1), (b, 1), (c, 1), (d, 0.1), (e, 1)}
2. Jumlah terbatas:
μ A B ( x) sJT (a, b ), sehingga
A B = {(a, 0.7), (b, 1), (c, 1), (d, 0.1), (e, 1)}
3. Jumlah Einstein:
μ A B ( x) sJE (a, b ), sehingga
A B = {(a, 0.64), (b, 0.83), (c, 1), (d, 0.1), (e, 0.8)}
4. Jumlah aljabar:
μ A B ( x) sJA (a, b ), sehingga
A B = {(a, 0.6), (b, 0.79), (c, 1), (d, 0.1), (e, 0.75)}
2. Kelas Hamacher :
ab
t (a, b ) ; (0, ) .
(1 )(a b ab )
3. Kelas Yager :
w
1
5. Kelas Dombi:
1
t (a, b ) 1
; (0, )
1 ( a1 1) ( b1 1)
Contoh 2.2
Pandang kembali himpunan kabur A dan B pada Contoh 1.13. Akan
digunakan keempat t-norm yang disebutkan di atas untuk mendapatkan
A B , sebagai berikut:
1. Hasil kali drastis:
μ A B (x ) t HD (a, b ), sehingga:
A B = {(c, 0.1)}
2. Hasil kali terbatas:
μ A B (x ) t HT (a, b ), sehingga:
A B ={(c, 0.1)}
3. Hasil kali Einstein:
μ A B (x ) t HE (a, b ), sehingga
A B = {(a, 0.71), (b, 0.17), (c, 0.5), (d, 0), (e, 0.2)}
Operasi-operasi Lanjutan pada Himpunan Kabur 39
demikian,
μ A
( x ) sup μ A ( x ) = a = μ A (x ) ■
0 ,1 [ 0,a ]
Operasi-operasi Lanjutan pada Himpunan Kabur 45
jika x A
μ A (x ) =
0 x yang lain
Kemudian misalkan diambil tiga nilai , yaitu 1, 2 dan 3, maka akan
didapatkan himpunan kabur A1 , A 2 dan A3 seperti diperlihatkan dalam
Gambar 2.3. Jika diambil semua nilai [0, 1] maka akan didapatkan A ,
dan jika A digabungkan untuk semua [0, 1] maka akan diperoleh
himpunan kabur A kembali.
Contoh 2.4
A x
1
A1
1
A 2
2
A 3
3
0 ~ x
A 1
~
A
~ 2
A 3
Jika n = 1, maka (2.11) akan menjadi (2.10). Identitas (2.10) dan (2.11) biasa
disebut prinsip perluasan.
Contoh 2.5
Misalkan f adalah fungsi yang memetakan pasangan berurut U1={a, b, c} dan
U2={x, y} ke V={p, q, r}, di mana fungsi f didefinisikan dalam bentuk matriks
berikut:
x y
a p p
b q r
c r p
Misalkan A1 adalah himpunan kabur pada U1 dan A2 adalah himpunan
kabur pada U2, sedemikian sehingga:
A1 ={(a, 0.3), (b, 0.9), (c, 0.5)} dan
A2 ={(x, 0.5), (y, 1)}
maka derajat keanggotaan p, q, dan r dalam himpunan kabur
B f (A1, A2 ) dapat dihitung dengan menggunakan prinsip perluasan
sebagai berikut:
μB ( p) = max[min{0.3, 0.5}, min{0.3, 1}, min{0.5, 1}] = 0.5
μ B (q ) = max[min{0.9, 0.5}] = 0.5
48 Dasar-Dasar Teori Himpunan Kabur dan Logika Kabur
f x x 2
4 4
Fungsi keang-
~
gotaan B
1 1
x
0 A~ 0
B~ 0 1 Fungsi keang-
1 0,8 0,4 0,8
gotaan A
0,5
0,4
0
-1 0 1 2
Contoh 2.7
Misalkan diberikan fungsi y f (x ) x dan didefinisikan himpunan kabur
A =“bilangan riil sekitar 3” pada bilangan rill dengan fungsi keanggotaan:
x21 ; 1 x 3
μ A (x ) 52 x ; 3 x 5 , x
0 yang lain
maka himpunan kabur B yang dipetakan oleh f, yaitu B f (A ) ,
mempunyai fungsi keanggotaan yang dapat diperoleh melalui proses berikut:
Untuk 1 x 3, maka akan dipetakan oleh f menjadi 1 y 3 . Invers dari
f adalah x = f 1(y ) = y2, sehingga diperoleh:
y2 1
μ B (y ) , jika 1 y 3
2
Untuk 3 < x 5 maka dengan cara yang serupa diperoleh:
5 y2
μ B (y ) , jika 3 < y 5
2
sehingga:
y 2 ; 1 y 3
22
5 y
μ B (y ) 2 ; 3 y 5 , y
0 yang lain
y
f (x ) x
5
3
0 x
B~ 1 0
A~
1
0
1 3 5
~
Gambar 2.5 Prinsip perluasan pada himpunan A (Contoh 2.7)
Contoh 2.8.
Misalkan diberikan fungsi y = f(x) = x2 – 6x + 11 dan didefinisikan himpunan
kabur C = ”bilangan riil sekitar 4” dengan fungsi keanggotaan:
x 22 ; 2 x 4
μC (x ) 62x ; 4 x 6 x
0 yang lain
Himpunan kabur D yang dipetakan oleh f , yaitu D = f (C ) , mempunyai
fungsi keanggotaan yang dapat diperoleh melalui proses berikut:
Untuk 2 x 4, akan dipetakan oleh f menjadi 2 y 3, dan invers dari
fungsi f adalah x = f -1(y ) = y 2 + 3, sehingga:
Operasi-operasi Lanjutan pada Himpunan Kabur 51
y 2 1 y 2 1
μ D (y ) max ,
2 2
y 2 1
; jika 2 y 3
2
Untuk 4 < x <6, akan dipetakan oleh f menjadi 3 < y < 11, dan invers dari
fungsi f adalah x = f 1(y ) = y 2 + 3, sehingga:
3 y 2
μ D (y ) = jika 3 < y < 11
2
sehingga diperoleh:
y 2 1 ; 2 y 3
2
3 y 2
μ D (y ) 2 ; 3 y 11 y
0 yang lain
3
2
x
B 1 0,5
0
A~
1
x
2 3 4 5 6
~
Gambar 2.6 Prinsip perluasan pada himpunan kabur D (Contoh 2.8)
52 Dasar-Dasar Teori Himpunan Kabur dan Logika Kabur
Soal-Soal Latihan
2 (1 a )
2.1. Perlihatkan bahwa fungsi k(a) = , a[0, 1], 0
a 2 (1 a )
adalah suatu komplomen kabur. Gambar grafik fungsi tersebut untuk
beberapa nilai .
2.2. Kesetimbangan suatu komplemen kabur k didefinisikan sebagai suatu
nilai a[0, 1] sedemikian sehingga k(a) = a.
a) Tentukan kesetimbangan komplemen kabur Sugeno.
b) Buktikan bahwa setiap komplemen kabur mempunyai sekurang-
kurangnya satu kesetimbangan.
c) Buktikan bahwa suatu komplemen kabur kontinu mempunyai
kesetimbangan yang tunggal.
2.3. Suatu komplemen kabur disebut involutif jika k[k(a)] = a, a[0, 1].
Perlihatkan bahwa komplemen kabur Sugeno dan komplemen kabur
Yager serta komplemen kabur standard adalah involutif.
2.4. Buktikan generalisasi hukum De’Morgan dengan mengambil pasangan
dual operator:
a) Hasil kali terbatas dan jumlah terbatas
b) Hasil kali drastis dan jumlah drastis
c) Hasil kali Einstein dan jumlah Einstein.
d) Hasil kali Hamacher dan jumlah Hamacher.
2.5. Misalkan t adalah suatu t-norm sedemikian sehingga
t(a, b + c) = t(a, b) + t(a, c) a, b, c [0, 1], b + c 1. Perlihatkan
bahwa t(a, b) adalah hasil kali aljabar.
2.6. Buktikan Teorema 2.1.
2.7. Perlihatkan bahwa rata-rata diperumum (2.5) akan menjadi operator
max jika dan akan menjadi operator min jika -.
2.8. Misalkan A dan B adalah himpunan kabur yang didefinisikan pada
, yaitu: A = {(-1, 0.5), (0, 1), (1, 0.5), (2, 0.3)}
B = {(2, 0.5), (3, 1), (4, 0.5), (5, 0.3)}
Diberikan suatu fungsi f : yang didefinisikan sebagai
f(x, y)=x.y, x, y. Tentukanlah f ( A, B) .
Operasi-operasi Lanjutan pada Himpunan Kabur 53
2.9. Jika fungsi f pada soal no. 2.8 diganti menjadi f(x, y) = x+y, tentukanlah
f ( A, B) .
2.10. Misalkan diberikan himpunan kabur A = { (-1, 0.5), (0, 0.8), (1, 1),
(2, 0.4)} dan fungsi f(x) = x2 – 1, x. Tentukanlah f ( A) .
54 Dasar-Dasar Teori Himpunan Kabur dan Logika Kabur