Anda di halaman 1dari 39

TEOREMA DIVERGENSI GAUSS

Diajukan untuk melengkapi tugas mata kuliah seminar matematika

Oleh

ELZA NORA YULIANI


NIM. 1484202002

DOSEN PEMBIMBING

ZULHENDRI M.Si
NIP TT. 096.542.111

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN
TUANKU TAMBUSAI
RIAU
2017
i

LEMBAR PENGESAHAN

Makalah “Teorema Divergensi Gauss” oleh Elza Nora Yuiani

(1484202002) telah diseminarkan dan dipertahankan didepan penguji pada hari

Jum’at 05 Mai 2017.

Pembimbing Penguji

Zulhendri, M.Si. Adityawarman Hidayat, S.Pd, M.Pd.


NIP TT. 096.542.111 NIP TT. 096.542.135

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

Astuti Yunus, M.Pd.


NIP TT.096.542.107

i
i

KATA PENGANTAR

Dengan mengharapkan ridho Allah S.W.T penulis berharap mendapatkan

kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini. Sholawat beserta salam yang

selalu tercurah kepada baginda Rasullah S.A.W yang membawa risalah islam

kepada umat manusia. Adapun judul makalah ini “Teorema Divergensi Gauss”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas “seminar mata kuliah” yang bertujuan

untuk menambah pengetahuan kita tentang ilmu matematika.

Makalah disusun oleh penyusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

seminar matematika. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak

lepas dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyatakan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Amir Luthfi selaku Rektor Universitas Pahlawan Tuanku

Tambusai sekaligus Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan.

1. Ibu Astuti Yunus, M.Pd. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.

2. Bapak Zulhendri, M.Si. selaku dosen pembimbing mata kuliah seminar

matematika yang telah memberi bimbingan dan arahan selama proses

penyusunan.

3. Bapak Adityawarman Hidayat, S.Pd, M.Pd selaku dosen penguji mata kuliah

seminar matematika yang telah menyempurnakan makalah penulis ini.

i
ii

4. Keluarga dan teman-teman program studi pendidikan matematika khususnya

NEUFURY (Nora, Eka, Ulfa, Fitria, Umai, Romi, Yohana) yang

memberikan semangat dan bantuan kepada penulis.

Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan

karena keterbatasan kemampuan penulis dalam penyusunannya. Oleh karena itu

kritik sebagai perbaikan sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat

bagi para pembaca.

Kuok, 05 Mai 2017

Penulis

ii
iii

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Batasan Masalah................................................................................ 2
C. Rumusan Masalah.............................................................................. 2
D. Tujuan Penulisan............................................................................... 2
E. Mamfaat Penulisan............................................................................ 2
BAB II MATERI PENDUKUNG........................................................................ 3
A. Turunan.............................................................................................. 3
B. Turunan parsial.................................................................................. 4
C. Kekontinuan....................................................................................... 5
D. Kekontinuan pada himpunan............................................................. 6
E. Kurva mulus...................................................................................... 7
F. Teorema dasar kalkulus..................................................................... 8
G. Integral............................................................................................... 9
H. Integral lipat dua atas bukan daerah persegi panjang......................... 11
I. Integral lipat tiga (koordinat cartesius).............................................. 15
J. Teorema green di bidang................................................................... 17
K. Divergensi medan vektor................................................................... 21
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................... 22
A. Teorema Divergensi........................................................................... 22
B. Teorema Gauss.................................................................................. 23
BAB IV PENUTUP.................................................................................................. 31
A. Simpulan............................................................................................ 31
B. Saran.................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA

iii
iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Grafik Kekontinuan........................................................................... 5
Gambar 2. Kekontinuan pada himpunan............................................................. 6
Gambar 3. Himpunan S dalam persegi panjang.................................................. 12
Gambar 4. F(x,y)=0 pada R di luar himpunan S................................................. 12
Gambar 5. Himpunan sederhana y...................................................................... 12
Gambar 6. Himpunan sederhana x...................................................................... 12
Gambar 7. Himpunan bukan sederhana x atau sederhana y................................ 13
Gambar 8. Himpunan dalam persegi panjang R................................................. 13
Gambar 9. Balok B dengan sisi-sisi sejajar sumbu-sumbu koordinat................. 16
Gambar 10. Daerah S terbatas dan tertutup di ruang dimensi tiga...................... 16
Gambar 11. Proyeksi pada bidang xy.................................................................. 16
Gambar 12. Kurva bidang sembarang................................................................. 18
Gambar 13. Kurva bidang sembarang................................................................. 18
Gambar 14. Segitiga dalam kurva....................................................................... 20
Gambar 15. Benda pejal tertutup dan sederhana................................................. 23
Gambar 16. Daerah S tertutup dan Sederhana.................................................... 25
Gambar 17. Permukaan benda pejal persegi panjang S ..................................... 27
Gambar 18. Permukaan kubus............................................................................ 29

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengetahuan matematika adalah ilmu dasar dari semua ilmu pengetahuan.

Matematika juga adalah ilmu universal, tidak akan habis pembahasan tentang ilmu

matematika. Banyak hal yang dapat dipelajari lalu dikembangankan dalam

matematika sehingga bermamfaat bagi kehidupan manusia.

Kalkulus merupakan salah satu cabang ilmu matematika yang penerapannya

sangat banyak dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu hal yang dipelajari dalam

kalkulus yaitu kalkulus vektor.

Kalkulus Vektor/Vector Calculus (atau sering disebut Analisis Vektor) dalam

matematika adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari analisis riil dari vektor

dalam dua atau lebih dimensi. Cabang ilmu ini sangat berguna bagi para insinyur dan

fisikawan dalam menyelesaikan masalah karena mengandung teknik-teknik dalam

menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan vektor.

Salah satu fokus dari kalkulus vektor adalah permasalahan bidang skalar,

dimana terdapat suatu nilai dalam setiap titik dalam ruang. Kalkulus vektor

melingkupi operasi vektor, diferensial vektor, integral vektor, dan teorema-teorema

yang berhubungan dengan operasi nabla.

Nabla (atau del) adalah salah satu operator yang digunakan dalam kalkulus

vektor. Dinotasikan secara matematika sebagai “”. Terdapat empat operasi penting

dalam kalkulus vektor berhubungan dengan operator ini, yaitu: Gradien, Divergensi,

Curl, Laplacian.

1
2

Kali ini akan dibahas mengenai “Teorema Divergansi Gauss”. Topik ini

belum pernah dipelajari, maupun dibahas oleh dosen sebelumnya. Oleh karena itu,

penulis akan menjadikan topik ini sebagai bahan Seminar Matematika.

B. Batasan Masalah

Agar permasalahan ini lebih jelas dan terarah, penulis membatasi masalah

hanya pada pembuktian Teorema Divergensi Gauss.

C. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam makalah ini

adalah “Bagaimana Pembuktian Teorema Divergensi Gauss”?

D. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui langkah-langkah pembuktian Teorema Divergensi Gauss

dengan materi pendukung yang ada.

2. Sebagai bahan seminar untuk diseminarkan dan sekaligus sebagai syarat

untuk mengikuti mata kuliah seminar.

E. Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan dalam pembahasan ini adalah pengetahuan


mahasiswa bertambah khususnya dalam hal membuktikan Teorema Divergensi
Gauss.

2
3

BAB II
MATERI PENDUKUNG

A. Turunan

Definisi:

Turunan Fungsi f adalah fungsi lain f ' (dibaca “f aksen”) yang nilainya pada

sembarang bilangan c adalah

f ( c +h ) −f ( c )
f ' (c)=lim
h →0 h

asalkan limit ini ada.

Rumus umum turunan: D x ( x n )=nxn −1

Contoh 1:

Tentukan turunan dari f ( x )=3 x 2 +3.

Penyelesaian:

f ( x+ h )−f ( x )
f ' (x )=lim
h →0 h

3 ( x+ h )2−(3 x 2 +3)
¿ lim
h→0 h

(x ¿ ¿ 2+2 xh+h2 )−(3 x 2 +3)


¿ lim 3 ¿
h→0 h

(6 xh+3 h2)
¿ lim
h→0 h

( 6 x +3 h ) h
¿ lim =6 x atau
h→0 h

Jika f ( x )=3 x 2 +3, maka f ' ( x )=2. 3 x2−1 +3. 0. x−1=6 x +0=6 x

3
4

B. Turunan Parsial

Definisi: jika f terhadap x dan y, maka:

(i) Turunan parsial f terhadap x, dinotasikan dengan f x ( x , y ) di definisikan

sebagai:

f ( x +∆ x , y )−f (x , y )
f x ( x , y )= lim
∆ x →0 ∆x

(ii) Turunan parsial f terhadap y, dinotasikan dengan f y ( x , y ) di definisikan

sebagai:

f ( x , y +∆ y )−f (x , y)
f y ( x , y )= lim
∆ y →0 ∆y

Jika z=f ( x , y ), kita gunakan cara penulisan lain:

∂ z ∂f (x , y) ∂ z ∂f (x, y)
f x ( x , y )= = f y ( x , y )= =
∂x ∂x ∂y ∂y

Contoh 2:

∂z ∂z
Jika z=x 2 y +5 x +4 , cari dan .
∂x ∂y

Penyelesaian:

∂z ∂ 2
= ( x y +5 x+ 4 )=2 xy +5
∂x ∂ x

∂z ∂ 2
= ( x y+ 5 x + 4 ) =x 2
∂y ∂y

4
5

C. Kekontinuan

Dalam bahasa yang biasa, kata kontinu digunakan untuk memberikan suatu

proses yang berkelanjutan tanpa perubahan yang mendadak.Dari gambar ada tiga

grafik hanya grafik yang terakhir yang memperlihatkan kekontinuan di c.

Gambar 1. Grafik Kekontinuan

Defenisi:

Kekontinuan disatu titik. Dikatan bahwa f kontinu di c jika beberapa selang

terbuka di sekitar cterkandung dalam daerah asal f dan

lim f ( x )=f (c)


x →c

5
6

Dengan definisi ini bermaksud mensyaratkan tiga hal: (1) lim


x →c
f ( x )ada, (2) f (c )

ada, (yakni,c dalam daerah asal f ), dan (3)lim


x →c
f ( x )=f (c). Jika salah satu dari ketiga

fungsi ini tidak terpenuhi, maka f tak kontinu (diskontinu) di c.

Contoh 3:

x 2−4
Andaikan f ( x )= , x ≠ 2 bagaimana seharusnya f didefinisikan di x=2 agar
x−2

kontinu dititik itu?

Penyelesaian:

x 2−4 ( x−2 ) ( x+ 2 )
lim =lim =lim ( x +2 )=4
x →2 x−2 x →2 x−2 x→ 2

Karena itu didefinisikan f (2)=4.

D. Kekontinuan pada himpunan

Untuk menyatakan bahwa f (x , y ) adalah kontinu pada suatu himpunan S

seharusnya berarti bahwa f (x , y ) adalah kontinu disetiap titik dari himpunan.

6
7

Gambar 2. Kekontinuan pada himpunan

Pada Gambar 2, A suatu titik dalam dariS dan B suatu titik batas dari S.

Akhirnya, suatu himpunan adalah terbuka jika semua titiknya adalah titik dalam dan

ia tertutup jika mengandung semua titik batasnya. Jika S suatu himpunan terbuka,

untuk mengatakan bahwa f kontinu pada S secara tepatnya berarti bahwa f kontinu di

setiap titik dari S. Sebaliknya, jikaS mengandung beberapa atau semua titik batasnya,

kita harus hati-hati dalam memberikan tafsiran yang benar dari kekontinuan pada

titik-titik yang demikian. Untuk mengatakan bahwa f kontinu pada suatu titik batas P

dari S berarti bahwa f (Q) harus mendekati f (P) untuk Q mendekati P melalui titik-

titik dari S.

E. Kurva mulus

Defenisi:

Sebuah kurva rata-rata dikatakan kurva mulus apabila kurva itu ditentukan

oleh persamaan-persamaan x=f (t ), y=g (t ), a≤t≤b , dengan ketentuan-

ketentuan f ' dan g' adalah kontinu pada [a , b] sedangkan f ' (t) dan g' (t) tidak

bersama nol diselang (a , b).

Istilah mulus digunakan untuk menggambarkan sifat sebagai berikut; apabila

sebuah partikel bergerak sepanjang kurva x , ymaka arah gerakannya tidak akan

berubah sekonyong-konyong (ini dijamin oleh kekontinuan f ' dan g' ), partikel ini

tidak akan berhenti atau berbalik arah ( f ' (t) dan g' (t)) akan menjamin ini, oleh karena

tak bersama-sama nol.

7
8

F. Teorema dasar kalkulus

Andaikan f kontinu (karena terintegralkan) pada [ a , b ] dan andaikan F

sebarang anti turunan dari f disana. Maka,

∫ f ( x ) dx=F ( b )−F (a)


a

Bukti:

Andaikan P :a=x 0 < x 2 < x 3< …< x n−1< xn =b adalah partisi sebarang dari [ a , b ].

Maka akal”kurangkan-dan-tambahkan” yang baku memberikan

F ( b )−F ( a )=F (x¿¿ n)−F (x ¿¿ n−1)+ F (x¿ ¿ n−1)−F (x¿ ¿ n−2)+ …+ F ( x¿ ¿1)−F ( x ¿¿ 0)¿ ¿ ¿

n
¿ ∑ [ F ( x i ) −F( x i−1) ]
i=1

Menurut teorema nilai rata-rata untuk turunan yang diterapkan pada F pada selang

[ x i−1 , x i ],

F (x¿¿ i)−F ( x¿¿ i−1)=F ' ( x́ i ) ( x i−x i−1) =f ( x́ i) ∆ x i ¿ ¿

Untuk suatu pilihan x́ i dalam selang terbuka ( x i−1 , x i). Jadi,

n
F ( b )−F ( a )=∑ f ( x́ i) ∆ x i
i=1

8
9

Pada ruas kiri mempunyai sebuah konstanta; pada ruas kanan kita mempunyai

jumlah riemann untuk f pada [a, b]. Bilamana kedua ruas diambil limitnya untuk

|P|=0 sehingga diperoleh

n b
F ( b )−F ( a )= lim ∑ f ( x́ i)∆ x i=∫ f ( x ) dx
|P|→ 0 i=1 a

G. Integral

Integral adalah kebalikan dari proses diferensial. Integral ditemukan

menyusul ditemukannya masalah dalam diferensiasi di mana matematikawan harus

berfikir bagaimana menyelesaikan masalah yang kebalikan dengan solusi

diferensiasi. Lambang integral adalah ∫.

Integral terbagi dua yaitu integral tak tentu dan integral tentu. Bedanya integral

tertentu memiliki batas atas dan batas bawah. Integral tak tentu biasanya dipakai

untuk mencari volume benda putar dan luas.

Integral disebut juga antiturunan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

∫ f ' ( x ) dx=F ( x ) +C
Dengan f ' ( x )= turunan pertama F ( x ) dan C= konstanta.

1. Integral tak tentu

Integral tak tentu adalah sebuah bilangan yang dimana untuk mencari

besaran dan volume benda.

Misalkan diberikan fungsi-fungsi berikut.

y=x 2 +2 x+5

9
10

y=x 2 +2 x−2

Kedua fungsi itu memiliki turunan yang sama, yaitu: y ' =2 x+ 2

Sekarang, tinjau balik. Misalkan diberikan y ' =2 x+ 2. Jika dicari integralnya,

akan diperoleh fungsi-fungsi

y=x 2 +2 x+5 ,

y=x 2 +2 x−2, bahkan

y=x 2 +2 x+10 ,

y=x 2 +2 x−log 3, dan sebagainya.

Dengan demikian, fungsi yang memiliki turunan 2 x+2, bukan saja dua

fungsi diatas, tetapi banyak sekali. Walaupun demikian, fungsi-fungsi itu hanya

berbeda dalam hal bilangan tetap saja ( seperti 5, -2, 10 log 3, dan seterusnya).

Bilangan-bilangan ini dapat disimbolkan dengan C.

Rumus integral tak tentu:

n x n+1
1) ∫ x dx= +c
n+1

2) ∫ ( u+ v ) dx=∫ u dx +∫ v dx

2. Integral tentu

Definisi 2.1.1:

Misalkan f sebuah fungsi yang terdefinisi pada interval tertutup [a,b]. Jika
n
lim ∑ f ( x́ i ) ∆ x i
|p|→ 0 i=1

10
11

Ada, kita dapat mengatakan bahwa f terintegralkan di [a,b]. Selanjutnya,

∫ f ( x ) dx,disebut integral tertentu (atau integral Riemann) f dari a ke b dan


a

diberikan oleh
b n

∫ f ( x ) dx=|lim
p|→ 0
∑ f ( x́ i ) ∆ x i
a i=1

Rumus integral tentu:


b b b
1) ∫ f ( x ) + g ( x ) dx=∫ f ( x ) dx+∫ g ( x ) dx
a a a

b b b

2) ∫ f ( x ) −g ( x ) dx=∫ f ( x ) dx−∫ g ( x ) dx
a a a

b
3) ∫ f ( x ) dx=0
a

b b

4) ∫ f ( x ) dx=−∫ f ( x ) dx
a a

a b
5) ∫ kf ( x ) dx=k ∫ f ( x ) dx
b a

H. Integral lipat dua atas daerah bukan persegi panjang

Sekarang perhatikan suatu himpunan S tertutup dan terbatas di bidang. Keliling

S oleh suatu persegi panjang R dengan sisi-sisinya sejajar sumbu-sumbu koordinat

(gambar 3). Andaikan f (x , y ) terdefinisi pada S dan didefinisikan f ( x , y )=0 pada

11
12

bagian R di luar S (gambar 4). Kita katakan bahwa f dapat diintegralkan pada S jika

ia dapat diintegralkan pada R dan ditulis:

❑ ❑

∬ f ( x , y ) dA=∬ f ( x , y ) dA
S R

Gambar 3. Himpunan S Gambar 4. F (x , y )=0 pada R

dalam persegi panjang di luar himpunan S

Perhitungan integral lipat dua atas himpunan-himpunan umum. Himpunan

dengan batas-batas melengkung dapat menjadi sangat rumit. Suatu himpunan S

adalah y sederhana (gambar 5) jika terdapat fungsi-fungsi kontinu φ 1 dan φ 2 pada

[ a , b ] sedemikian sehingga:

s {( x , y ) :φ1 ( x ) ≤ y ≤ φ2 ( x ) , a ≤ x ≤ b }

12
13

Gambar 5. Himpunan sederhana y Gambar 6. Himpunan sederhana x

Gambar 7. Himpunan bukan Gambar 8. Himpunan S dalam

Sederhana x atau sederhana y persegi panjang R

Suatu himpunan S adalah x sederhana (gambar 6) jika terdapat fungsi-fungsi

kontinu ψ 1 dan ψ 2 pada [ c , d ] sedemikian sehingga:

s {( x , y ) :ψ 1 ( y ) ≤ x ≤ψ 2 ( y ) ; c ≤ y ≤ d }

Perhatikan bahwa setiap garis tegak memotong suatu himpunan y sederhana

dalam sutu ruas garis. Hal yang sama berlaku untuk himpunan x sederhana dengan

13
14

garis-garis mendatar. Gambar 7 memperlihatkan suatu himpunan yang beraku x

sederhana maupun y sederhana.

Selanjutnya, andaikan kita bermaksud untuk menghitung integral lipat dua

dari fungsi f (x , y ) atas sebuah himpunan sederhana y S. Kita melingkupi S didalam

sebuah persegi panjang R (gambar 8) dan membuat f ( x , y )=0 di luas S. Maka

❑ ❑

∬ f ( x , y ) dA=∬ f ( x , y ) dA
S R

b d
¿∫
a
[∫
c
]
f ( x , y ) dy dx

b φ 2(x)

¿∫
a
[∫
φ 1(x)
]
f ( x , y ) dy dx

Ringkasnya:

❑ d φ 2(x)

∬ f ( x , y ) dA=∫ ∫ f ( x , y ) dy dx
S c φ 1(x)

Contoh 4:

Hitunglah integral berulang

2
5 x

∫ ∫ ( 4 x+10 y ) dy dx
3 −x

Penyelesaian:

14
15

Pertama-tama kita melakukan pengintegralan sebelah dalam y, dimana untuk

sementara kita memandang x sebagai sebuah konstanta, dan mendapatkan

2
5 x 5 2
x dx
∫ ∫ ( 4 x+10 y ) dy dx=∫ [ 4 xy+5 y 2 ] −x
3 −x 3

5
¿ ∫ [ ( 4 x 3+5 x 4 ) −(−4 x 2 +5 x2 ) ] dx
3

5
¿ ∫ ( 5 x 4 +4 x3 −x2 ) dx
3

x3 5
[
¿ x 5 + x 4− ( )]
3 3

1
¿ 3393
3

Perhatikan bahwa untuk integral berulang, integral sebelah luar tidak bisa

mempunyai batas-batas yang bergantung pada peubah dari pengintegralan.

I. Integral lipat tiga (koordinat cartesius)

Sekarang perhatikan suatu fungsi f tiga peubah yang didefinisikan atas suatu

daerah berbentuk balok B dengan sisi-sisi sejajar sumbu-sumbu koordinat. Sehingga

terbentuklah suatu partisi P dari B dengan melewatkan bidang-bidang melalui B

sejajar bidang koordinat, jadi memotong B ke dalam balok-balok bagian

15
16

B1 , B2 , … , Bn, satu yang khusus Bk diperlihatkan pada gambar 9. Pada Bk , ambil satu

¿ ¿ ¿
titik contoh ( x , y , z ) dan perhatikan penjumlahan Riemann
k k k

∑ f ( ¿x k , ¿y k , ¿z k ) ∆V k
k =1

Dengan ∆ V k =∆ x k ∆ y k ∆ z k adalah volume Bk . Andai norma partisi |P| ini

adalah diagonal terpandang dari semua balok bagian. Maka kita definisikan integral

lipat tiga dengan


❑ n

∭ f ( x , y , z ) dV = lim ∑ f ( ¿ , ¿ , ¿ )∆V k
B |P|→0 k =1xk yk zk

Asalkan limitnya ada.

Gambar 9. Balok B dengan sisi-sisi sejajar

sumbu-sumbu koordinat

Perhatikan suatu daerah S terbatas dan tertutup di ruang dimensi tiga dan

dilengkungi di dalam suatu balok B, seperti gambar 10. Andaikan f (x , y , z)

didefinisikan pada S dan berikan f nilai nol diluarS. Kemudian didefinisikan


❑ ❑

∭ f ( x , y , z ) dV =¿ ∭ f (x , y , z) ¿
S B

16
17

Andaikan S adalah himpunan z sederhana dan andaikan S xy adalah proyeksi

pada bidang xy (gambar 11). Maka

ψ 2 (x , y)

[ ]
❑ ❑

∭ f ( x , y , z ) dV =¿ ∬ ∫ f ( x , y , z ) dz dA ¿
S Sxy ψ 1 (x , y)

Gambar

10. Daerah S terbatas Gambar 11. Proyeksi pada

Dan tertutup di ruang dimensi tiga bidang xy

Dari gambar 11, kita dapat mengulang tulisan integral lipat dua sebelah luar

sebagai sebuah integral lipat.

❑ a2 ψ 2(x) ψ 2( x, y)

∭ f ( x , y , z ) dV =¿ ∫ ∫ ∫ f ( x , y , z ) dz dy dx ¿
S a1 ψ 1(x) ψ 1( x, y)

Contoh 5:

Hitunglah integral lipat


5 3 x x+2

∫ ∫ ∫ 4 dz dy dx
−2 0 y

Penyelesaian:

5 3 x x+2 5 3x x +2

∫ ∫ ∫ 4 dz dy dx=∫ ∫ ∫ 4 dz
−2 0 y −2 0
( y
) dy dx

17
18

5 3x
¿ ∫ ∫ [ 4 z ] x +2 dy dx
−2 0 y

5 3x
¿ ∫ ∫ ( 4 x−4 y +8 ) dy dx
−2 0

5
¿ ∫ [ 4 xy−2 y 2 +8 y ] 3 x dx
−2 0

5
¿ ∫ (−6 x 2 +24 x ) dx
−2

¿−14

J. Teorema grenn di bidang

Misalkan C suatu kurva tertutup sederhana yang mulus sepotong-sepotong dan

merupakan batas dari suatu daerah D pada bidang XOY dan M (x , y ) dan N ( x , y)

adalah fungsi-fungsi yang kontinu serta mempunyai turunan parsial yang kontinu

pada R yang batasnya C, maka:


❑ ❑

∬ ( ∂∂ Nx − ∂∂My ) dxdy =∮ ( M dx + N dx )
D C

Bukti:

Akan dibuktikan bahwa teorema tersebut berlaku untuk daerah khusus D.

Misalkan D= { ( x , y )∨g ( x ) ≤ y ≤ f ( x ) , a ≤ x ≤b } seperti tampak pada gambar 12

atau D= { ( x , y )∨c ≤ y ≤ d ,u ( y) ≤ x ≤ v ( y ) } seperti tampak pada gambar 13.

18
19

Gambar 12. Kurva bidang sembarang

Gambar 13. Kurva bidang sembarang

Pada gambar 12, daerah D dibatasi


❑ ❑ ❑

∮ M dx=∫ M dx+∫ M dx
C C1 C2

b a
¿ ∫ M ( x , g (x) ) dx +∫ M ( x , f ( x ) ) dx
a b

b b
¿ ∫ M ( x , g ( x) ) dx−∫ M ( x , f ( x) ) dx
a a

b
¿−∫ [ M ( x , f ( x ) )−M ( x , g ( x ) ) ] dx
a

b f (x)
∂ M ( x , y)
¿−∫ ∫ dx dy
a g (x) ∂y

19
20


∂M
¿−∬ dx dy
D ∂y

Pada gambar 13, daerah D dibatasi oleh kurva C yang terdiri dari busur C 3 dan

busur C 4 yang berturut-turut persamaannya adalah x=u( y) dan x=v ( y ) , maka:


❑ ❑ ❑

∮ N dy=∫ N dy +∫ N dy
C C3 C4

c d
¿ ∫ N ( u ( y ) , y ) dy +∫ N ( v ( y ) , y ) dy
d c

d d
¿−∫ N ( u ( y ) , y ) dy +∫ N ( v ( y ) , y ) dy
c c

d
¿ ∫ [ N ( v ( y ) , y )−N ( u ( y ) , y ) ] dy
c

d f ( x)
∂ N (x , y)
¿∫ ∫ dx dy
c g (x) ∂x


∂N
¿∬ dx dy
D ∂x

Sehingga untuk daerah khusus D ini dibatasi oleh kurva C telah terbukti

bahwa:
❑ ❑
∂ N ∂M
∬( −
∂x ∂y )
dxdy =∮ ( M dx + N dx )
D C

Contoh 6:

Asumsikan C adalah batas dari segitiga dengan titik-titik sudut (0,0), (1,2), dan


2
(0,2). Akan dihitung ∮ 4 x ydx +2 y dy .
C

20
21

Gambar 14. Segitiga dalam kurva

Penyelesaian:

Dengan Teorema Green:

∂M ∂N
M =4 x 2 y , maka =4 x 2, dan N=2 y, maka =0 sehingga
∂y ∂x

❑ 1 2

∮ ¿ ¿) ¿ ∫∫ ( 0−4 x2 ) dydx
C 0 2x

1
¿ ∫ (−8 x 2 +8 x3 ) dx
0

x +2 x 4 1
−8 3
¿ [ 3 0]
2
¿−
3

K. Divergensi dari medan vektor

Definisi:

21
22

(Div dan Curl). Andaikan F=Mi+ Nj+ Pk adalah vektor untuk mana

∂M ∂ N ∂P
, , ada. maka
∂x ∂ y ∂z

∂M ∂N ∂P
¿ F= + +
∂x ∂ y ∂z

curl F= ( ∂∂ Py − ∂∂Nz ) i+( ∂∂Mz − ∂∂ Px ) j+( ∂∂Nx − ∂∂My )k

BAB III
PEMBAHASAN

A. Teorema Divergensi

Fluks listrik yang dipancarkan dari suatu permukaan tertutup dengan luas

permukaan tertentu adalah sama dengan muatan listrik yang dicakup oleh permukaan

tertutup itu sehingga satuan dari fluks listrik adalah sama dengan satuan muatan

22
23

listrik. Fluks listrik yang dipancarkan dari suatu permukaan tertutup seluas S dapat

dihitung dengan menggunakan hukum Gauss.

Formula hukum Gauss ini dapat dikembangkan menjadi teorema divergensi

yang mengubah bentuk integral permukaan tertutup menjadi integral volume. Dalam

hal ini diperlukan divergensi dari vector rapat fluks yang ditampilkan dalam system

koordinat kartesian, silinder, atau bola. Dari teorema divergensi dapat diperoleh

formula untuk mendapatkan muatan ruang didalam satu kubus atau bola . Teorema

divergensi menghubungkan integral luasan pada permukaan yang menutupi volume

dengan interal lipat tiga pada volume tertutup.

Teorema Green, Gauss dan Stokes menghubungkan suatu integral atas suatu

himpunan S ke integral lain atas perbatasan S. untuk menekankan keserupaan dalam

teorema-teorema ini, kita perkenalkan lambang penulisan S untuk menggantikan

perbatasan S. Jadi, suatu bentuk teorema Green dapat dituliskan sebagai :

❑ ❑

∮ F . n dS=∬ ¿ F dA
∂S S

Persamaan ini mengatakan bahwa fluks F yang melewati perbatasan S dari

daerah bidang tertutup terbatas S sama dengan integral ganda dari div F atas daerah

tersebut (Purcell: 1987).

B. Teorema Gauss

23
24

Gambar 15. Benda pejal tertutup dan sederhana

Misalkan S suatu benda pejal tertutup dan terbatas pada ruang dimensi tiga yang

secara lengkap dicakup oleh suatu permukaan mulus sepotong-sepotong S (gambar

15).

Teorema Gauss (Purcell: 1987) :

Andaikan F = Mi + Nj + Pk berupa medan vector sedemikian sehingga M, N, P

mempunyai turunan-turunan parsial pertama yang kontinu pada benda pejal S

dan batasnya S. Jika n menyatakan normal satuan sebelah luar terhadap S,

maka:

❑ ❑

∬ F . n dS=∭ ¿ F dV
∂S S

Pembuktian untuk menyatakan kesimpulan terhadap teorema Gauss dalam

bentuk Cartesiusnya (bukan vector) merupakan hal yang penting. Sehingga dapat

dituliskan

n = cos α i + cos βj + cos γk

dengan , , dan  adalah sudut-sudut arah untuk n. Jadi :

24
25

F . n = M cos  + N cos  + P cos 

Sehingga rumus Gauss menjadi :

❑ ❑

∬ ( M cos + N cos+ P cos ) dS=∭


∂S s
( ∂∂Mx + ∂∂ Ny + ∂∂Pz ) dV

Bukti:

Kasus dengan daerah S adalah sederhana x, sederhana y, dan sederhana z. Akan

cukup untuk menunjukan bahwa :

❑ ❑
∂M
∬ M cos α dS=∭ ∂x
dV
∂S s

❑ ❑

∬ N cos β dS=∭ ∂∂ Ny dV
∂S s

❑ ❑
∂P
∬ P cos γ dS=∭ ∂z
dV
∂S s

Cukup membuktikan yang ketiga, karena yang lain serupa.

Gambar 16. Daerah S tertutup dan sederhana

25
26

Karena S adalah z sederhana, maka S dapat dijelaskan oleh f1 (x,y)  z f2 (x,y).

Seperti pada (gambar 16), S terdiri dari tiga bagian; S1yang berpadanan dengan z =

f1(x,y) ; S2 yang berpadanan dengan z = f2(x,y) ; dan permukaan samping S3 yang

boleh kosong. Pada S3cos  = cos 90 = 0, sehingga dapat diabaikan.

❑ ❑

∬ P cos dS=∬ P( x , y , f 2 ¿ ( x , y ))dx dy ¿


∂S2 R

❑ ❑

∬ P cos dS=−∬ P( x , y , f 1 ¿ ( x , y )) dx dy ¿
∂S1 R

Jadi,

❑ ❑

∬ P cos ⁡dS=∬ [P (x , y , f 2 ¿( x , y))−P(x , y , f 1(x , y))]dx dy ¿


∂S R

f 2 ( x , y)

[∫ ]
❑ ❑
∂P ∂P
¿∬ dz dx dy=∭ dV
R f 1 ( x , y)
∂z S
∂z

Contoh 7:

Periksa kebenaran teorema Gauss untuk F = xi + yj + zk dan S = {(x,y,z) : x² + y²

+ z²  a²} dengan secara bebas menghitung :


(a) ∬ F . n dS
∂S

(b) ∭ ¿ F dV
S

Penyelesaian :

26
27

(a) Pada S, n = (xi + yj + zk)/a, dengan demikian F.n = (x² + y² + z²)/a = a. Jadi,
❑ ❑

∬ F . n dS=a∬ dS=a ( 4 π a2 ) =4 πa ³
∂S ∂S

(b) Oleh karena div F = 3, maka :

4 πa3
❑ ❑

∭ ¿ F dV =3∭ dV =3
S S
( ) 3
=4 πa ³

Contoh 8:

Hitung Fluk medan vektor F=x 2 y i+ 2 xz j+ yz 3 k melewati permukaan benda

pejal persegi panjang S yang ditentukan oleh:

0 ≤ x ≤ 1, 0 ≤ y ≤ 2 , 0≤ z ≤ 3

Gambar 17. Permukaan benda pejal persegi panjang S

Penyelesaian:

27
28

∂M
M =x 2 y, maka =2 xy
∂x

∂N
N=2 xz, maka =0
∂y

∂P
P= yz3 , maka =3 y z 2
∂z

Menurut teorema gauss, didapat


❑ ❑

∬ F . n dS=∭ ( 2 xy + 0+3 y z 2 ) dV
∂S S

1 2 3
2
¿ ∫ ∫∫ ( 2 xy+ 3 y z ) dzdydx
0 0 0

1 2 3
¿ ∫∫
0 0
[∫
0
2 xy+ 3 y z dz dydx
2
]
1 2
z3 3
[
¿ ∫ ∫ 2 xyz+ 3 y
0 0
]
3 0
dydx

1 2
(3 ) 3
¿ ∫∫[ 2 xy ( 3 )+3 y
3 ]
−0 dydx
0 0

1 2
¿ ∫ ∫ 6 xy +27 y dydx
0 0

1 2
¿∫
0
[∫0
]
6 xy +27 y dy dx

1
y2 y2 2
0
[
¿∫ 6 x
2
+ 27
2 0
dx ]
1
(2)2 (2)2
¿∫ 6 x
0
[ 2
+ 27
2
−0 dx ]

28
29

1
¿ ∫ 12 x +54 dx
0

x2
[
¿ 12
2 ]
+54 x
1
0

12
[
¿ 12 + 54 ( 1 )−0
2 ]
¿ 6+54

¿ 60

Contoh 9:

Hitung ∬ F . n dS dimana F=( 2 x−z ) i+ x 2 y j−x z 2 k dan S adalah permukaan


∂S

kubus yang dibatasi oleh

x=0 , x=1 , y=0 , y=1 , z=0 , z=1

Penyelesaian:

29
30

Gambar 18. Permukaan kubus

∂m
M =2 x, maka =2
∂x

∂n
N=x 2 y , maka =x 2
∂y

∂p
P=xz 2, maka =2 xz
∂z

Menurut teorema divergensi gauss

❑ ❑

∬ F . n dS=∭ 2+ x2 −2 xz dV
∂S S

1 1 1
¿ ∫ ∫∫ 2+ x 2−2 xz dxdydz
0 0 0

1 1 1
¿ ∫∫
0 0
[ ∫ 2+ x 2−2 xz dx
0
] dydz

1 1
x3 2 1
¿ ∫∫
0 0
[ 3 ]
2 x+ −x z dydz
0

1 1
( 1 )3
[
¿ ∫ ∫ 2 ( 1 )+
0 0 3
−( 1 )2 z−0 dydz ]
1 1
7
¿ ∫ ∫ −z dydz
0 0 3

1 1
¿∫
0
[∫
0
7
3 ]
−z dy dz

30
31

1
7
¿∫ [ y −zy 1 dz
]
0 3 0

1
7
¿∫
0
[ 3 ]
( 1 )− z ( 1 )−0 dz

1
7
¿ ∫ −z dz
0 3

7 z z2 1
¿ [ −
3 2 0 ]
7(1) (1)2
¿ [ 3

2
−0 ]
11
¿
6

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

1) Teorema Green dapat dituliskan sebagai :

31
32

❑ ❑

∮ F . n dS=∬ ¿ F dA
∂S S

2) Teorema divergensi Gauss

❑ ❑

∬ ( M cos + N cos+ P cos ) dS=∭


∂S s
( ∂∂Mx + ∂∂ Ny + ∂∂Pz ) dV

B. Saran

Dengan menggunakan teorema Divergensi Gauss ini diharapkan agar dapat

dikembangkan dan di aplikasikan penerapannya.

DAFTAR PUSTAKA

Purcell,Edwin J dan Varberg,Dale.1987.Kalkulus dan Geometri Analitis jilid I Ed. V.


Jakarta: Erlangga.

Purcell,Edwin J dan Varberg,Dale.1987.Kalkulus dan Geometri Analitis jilid II Ed.


V. Jakarta: Erlangga.

32
33

Tromba,Marsden.1976.Vektor Calculus. USA: W.H Freeman Company.

33

Anda mungkin juga menyukai