Anda di halaman 1dari 200

ABSTRAK

KHUMAIDI M (104017000510), “Upaya Meningkatkan Pemahaman


Konsep Bangun Ruang Sisi Datar dengan Menggunakan Media Manipulatif”
Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Juli 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep bangun
ruang sisi datar dengan menggunakan media manipulatif, selain itu penggunaan
media manipulatif dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan aktivitas
belajar matematika siswa. Penelitian dilaksanakan bulan Januari sampai dengan
Maret 2010 di Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair Ciputat Tangerang
Selatan tahun pelajaran 2009/2010.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK)
yang berlangsung selama dua siklus. Dalam pelaksanaan tindakan penelitian
metode pembelajaran yang digunakan adalah metode kelompok, dimana subjek
penelitian dikelompokan secara heterogen. Pengumpulan data pemahaman konsep
bangun ruang sisi datar menggunakan instrumen tes formatif akhir setiap siklus
berupa test essay. Sedangkan pengumpulan data aktivitas belajar matematika
siswa menggunakan instrumen aktivitas belajar matematika siswa, catatan
observasi aktivitas belajar matematika siswa, dan wawancara terhadap subjek
penelitian.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran dengan
menggunakan media manipulatif dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun
ruang sisi datar dan aktivitas belajar matematika siswa.

Kata kunci: Pemahaman konsep, Media manipulatif.

iii
iv
KATA PENGANTAR

‫ﺑﺳﻢﺍﷲﺍﻟﺭﺤﻣﻦﺍﻟﺭﺤﻳﻢ‬
Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
telah memberikan segala rahmat, taufik, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga
tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya,
dan pada umatnya yang selalu setia mengikuti petunjuknya sampai akhir zaman.
Alhamdulillah skripsi dengan judul ”Upaya Meningkatkan Pemahaman
Konsep Bangun Ruang Sisi Datar dengan Menggunakan Media Manipulatif”
dapat penulis selesaikan. Skripsi ini dapat terselesaikan tentunya dengan adanya
bantuan dan dorongan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak, yaitu:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yakni Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika yakni Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd
atas segala nasehat dan motivasi untuk menyusun skripsi ini.
3. Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika yakni Bapak Otong Suhyanto,
M.Si atas segala kemudahan yang diberikan.
4. Dosen pembimbing I yakni Ibu Gelar Dwirahayu, M.Pd yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat,
dan arahan kepada penulis selama menyusun skripsi ini.
5. Dosen Pembimbing II yakni Bapak Firdausi, M.Pd yang dengan kesabaran
dan keikhlasannya telah membimbing, memberikan saran, masukan serta
arahan kepada penulis.
6. Para dosen dan staf Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan. Semoga ilmu yang bapak dan Ibu
berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. Serta staf jurusan dan
fakultas yang selalu membantu penulis dalam proses administrasi.

v
7. Kepala Sekolah MTs Jam’iyyatul Khair Ciputat Tangerang yakni Bapak
Drs. Sukirman yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan
penelitian skripsi ini, dan guru matematika yakni Bapak Aspuri, S.Pd yang
telah memberikan arahan dalam penelitian skripsi ini.
8. Teristimewa untuk kedua orangtuaku tercinta, ayahanda H. Marjaya dan
Ibunda Hj. Hapipah yang tiada hentinya mencurahkan kasih sayang, selalu
mendoakan, serta memberikan dukungan moril dan materil kepada
penulis. Serta kakak-kakakku (Hasbullah, M. Romli, M. Nuryani, Siti
Maryam, dan Siti Ningrum) yang telah memberikan dukungan, semangat
dan doa kepada penulis, Love you.
9. Sahabat-sahabat seperjuanganku dibangku kuliah (Aditya Prana, Supriyadi
dan Muhammad Ihsan) yang bersama-sama saling memberikan semangat,
nasehat, dan doa kepada penulis. Serta semua teman-temanku di Jurusan
Pendidikan Matematika 2004. Terima kasih atas kebersamaan kalian
selama ini.
10. Semua pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah semua ini penulis serahkan
semoga kebaikan mereka mmendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah
SWT. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, penulis meminta kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penulisan selanjutnya. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca semuanya, Amin.

Jakarta, Juli 2011

Penulis

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI............................................i


SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI...........................................................ii
ABSTRAK..................................................................................................................iii
ABSTRACT................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR.................................................................................................v
DAFTAR ISI.............................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan..............................................................1
B. Identifikasi Masalah.............................................................................9
C. Pembatasan Fokus Penelitian...............................................................9
D. Perumusan Masalah Penelitian..........................................................10
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian..........................................................10
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Kajian Teori........................................................................................12
1. Pemahaman Konsep Matematika Bangun Ruang Sisi Datar........12
a. Pengertian Pemahaman Konsep..............................................12
b. Indikator Pemahaman Konsep................................................19
c. Pembelajaran Matematika.......................................................19
1) Pengertian Pembelajaran...................................................19
2) Pengertian Matematika......................................................25
d. Konsep Matematika Bangun Ruang Sisi Datar.......................30
1) Kubus.................................................................................30
2) Balok..................................................................................32
3) Prisma................................................................................34
4) Limas.................................................................................35

vii
2. Pembelajaran Menggunakan Media Manipulatif ....................... 36
a. Pengertian Media Pembelajaran ......................................... 36
b. Jenis-Jenis Media Pembelajaran ......................................... 41
c. Media Manipulatif .............................................................. 43
d. Keuntungan Penggunaan Media Manipulatif ..................... 45
B. Hasil Penelitian yang Relevan ......................................................... 46
C. Hipotesis Tindakan........................................................................... 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 47
B. Metode Penelitian............................................................................. 47
C. Subjek Penelitian.............................................................................. 50
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ..................................... 50
E. Tahapan Perencanaan Kegiatan ....................................................... 50
1. Tahapan Penelitian Kegiatan Awal ............................................ 51
2. Siklus I........................................................................................ 51
a. Tahap Perencanaan Tindakan I............................................ 51
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan I ............................................ 51
c. Tahap Observasi Tindakan I ................................................ 52
d. Tahap Refleksi Tindakan I .................................................. 52
3. Siklus II ...................................................................................... 53
a. Tahap Perencanaan Tindakan II .......................................... 53
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan II .......................................... 53
c. Tahap Observasi Tindakan II .............................................. 54
d. Tahap Refleksi Tindakan II ................................................. 54
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ................................... 54
G. Data dan Sumber Data .................................................................... 54
H. Instrument-Instrumen Pengumpulan Data ....................................... 55
I. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 58
J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan (Trusworthiness) Studi ............. 58
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Data ........................................ 59
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ............................................ 60

viii
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Penelitian Pendahuluan .................................................................... 61
B. Data Penelitian dan Analisis Data.................................................... 63
1. Analisis Pemahaman Konsep Matematika Siswa....................... 63
2. Analisis Catatan Observasi Aktivitas Belajar Matematika ........ 65
3. Analisis Data Hasil Wawancara ................................................. 66
4. Rekapitulasi Data Aktivitas Belajar Matematika Siswa............. 67
C. Tindakan Pembelajaran Siklus I....................................................... 69
1. Tahap Perencanaan..................................................................... 69
2. Tahap Pelaksanaan ..................................................................... 70
3. Tahap Observasi/Pengamatan .................................................... 77
4. Tahap Refleksi ............................................................................ 79
D. Tindakan Pembelajaran Siklus II .................................................... 82
1. Tahap Perencanaan..................................................................... 82
2. Tahap Pelaksanaan ..................................................................... 82
3. Tahap Observasi/Pengamatan .................................................... 88
4. Tahap Refleksi ........................................................................... 90
E. Hasil Temuan .................................................................................. 92
F. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan (Trusworthiness) Studi ............ 94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................................... 95
B. Saran................................................................................................. 95
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 97
.
LAMPIRAN-LAMPIRAN.....................................................................................100

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Desain Penelitian.................................................................................48


Tabel 2 Kategori Aktivitas Belajar Siswa........................................................49
Tabel 3 Kisi-Kisi Instrumen Test Pemahaman Konsep Bangun Ruang
Sisi Datar Siklus I................................................................................55
Tabel 4 Kisi-Kisi Instrumen Test Pemahaman Konsep Bangun Ruang
Sisi Datar Siklus II..............................................................................56
Tabel 5 Kisi-kisi Instrumen Aktivitas Belajar Matematika Siswa...................56
Tabel 6 Kisi-kisi Instrumen Pedoman Wawancara..........................................57
Tabel 7 Persentase Rata-rata Pemahaman Konsep Siklus I dan Siklus II........65
Tabel 8 Persentase Rata-rata Aktivitas Belajar Matematika Siswa
Siklus I dan Siklus II...........................................................................68
Tabel 9 Persentase Hasil Keaktifan Belajar Kelompok
Siklus I dan Siklus II...........................................................................68
Tabel 10 Persentase Rata-Rata Aktivitas Belajar Matematika Siswa
Siklus I dan Siklus II..........................................................................68
Tabel 11 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I............................................78
Tabel 12 Distribusi Frekuensi Hasil Tes Formatif Akhir Siklus I.....................79
Tabel 13 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II...........................................89
Tabel 14 Distribusi Frekuensi Hasil Tes Formatif Akhir Siklus II....................91

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale....................................................40


Gambar 2 Bentuk-Bentuk Bangun Ruang dalam Kehidupan Sehari-Hari......71
Gambar 3 Jenis-Jenis Bangun Ruang...............................................................72
Gambar 4 Siswa Berusaha Membuat Jaring-Jaring Bangun Ruang................73
Gambar 5 Aktivitas Siswa Melakukan Kerja Kelompok Hanya
Mengandalkan Teman yang Pintar untuk Mengerjakan
Tugas Kelompok.............................................................................74
Gambar 6 Aktivitas Siswa Melakukan Kegiatan Kerja Kelompok.................75
Gambar 7 Cara Menentukan Luas Permukaan Limas dan Prisma.................76
Gambar 8 Cara Menentukan Volume Kubus..................................................83
Gambar 9 Cara Menentukan Volume Limas...................................................84
Gambar 10 Macam-Macam Bangun Ruang Prisma.........................................87

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I.......................100


Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II......................123
Lampiran 3 Lembar Kerja siswa (LKS).............................................................134
Lampiran 4 Lembar Latihan Siswa....................................................................146
Lampiran 5 Kisi-Kisi Uji Coba Tes Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi
Datar Pra Penelitian........................................................................154
Lampiran 6 Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematika Siswa Siklus I.............................................................155
Lampiran 7 Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematika Siswa Siklus II............................................................156
Lampiran 8 Instrumen Tes Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi Datar
Pra Penelitian..................................................................................157
Lampiran 9 Instrumen Tes Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi Datar
Siklus I............................................................................................159
Lampiran 10 Instrumen Tes Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi Datar
Siklus II...........................................................................................161
Lampiran 11 Instrumen Aktivitas Belajar Matematika Siswa..............................163
Lampiran 12 Instrumen Catatan Observasi Aktivitas Belajar Matematika
Siswa Siklus I..................................................................................164
Lampiran 13 Instrumen Catatan Observasi Aktivitas Belajar Matematika
Siswa Siklus II................................................................................165
Lampiran 14 Catatan Evaluasi Tindakan Penelitian............................................166
Lampiran 15 Catatan Tindakan Penelitian...........................................................167
Lampiran 16 Pedoman Wawancara Guru.............................................................168
Lampiran 17 Pedoman Wawancara......................................................................169
Lampiran 18 Pembagian Kelompok Siklus I........................................................170
Lampiran 19 Pembagian Kelompok Siklus II......................................................171
Lampiran 20 Hasil Rekapitulasi Instrumen Aktivitas Belajar Matematika
Siswa...............................................................................................172

xii
Lampiran 21 Nilai Hasil Tes Pra Penelitian Pemahaman Konsep Bangun
Ruang sisi datar...............................................................................185
Lampiran 22 Nilai Tes Formatif Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi
Datar Siklus I..................................................................................186
Lampiran 23 Nilai Tes Formatif Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi
Datar Siklus II.................................................................................187
Lampiran 24 Hasil Tes Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi Datar
Pra Penelitian..................................................................................188
Lampiran 25 Nilai Tes Formatif Akhir Siklus I...................................................189
Lampiran 26 Nilai Tes Formatif Akhir Siklus II..................................................190
Lampiran 27 Perhitungan Distribusi Frekuensi Tes Formatif Akhir Siklus I......191
Lampiran 28 Perhitungan Distribusi Frekuensi Tes Formatif Akhir Siklus II.....193
Lampiran 29 Hasil Wawancara Guru...................................................................195
Lampiran 30 Hasil Wawancara Siklus I...............................................................198
Lampiran 31 Hasil Wawancara Siklus II..............................................................200
Lampiran 32 Lembar Uji Referensi......................................................................202
Lampiran 33 Surat Pengajuan Judul Skripsi........................................................206
Lampiran 34 Surat Bimbingan Skripsi.................................................................207
Lampiran 35 Surat Izin Penelitian........................................................................208
Lampiran 36 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian...............................209

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari proses
kehidupan. Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa kemudian tua manusia
selalu mengalami proses pendidikan, baik itu dari orang tua, masyarakat, maupun
lingkungannya. Selain itu, pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat
penting dalam menunjang kehidupan bangsa di masa depan, melalui pendidikan
manusia sebagai subjek pembangunan dapat dididik, dibina, dan dikembangkan
potensi-potensinya.
Dengan pendidikan diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia
yang berkualitas dan berwawasan yang membentuk peradaban manusia yang
bermartabat. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang terdapat
dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab II
Pasal 3 yang berbunyi:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.1
Pendidikan sangat penting bagi manusia, karena dengan pendidikan
manusia dapat merealisasikan dirinya baik fisik, emosional, mental sosial, dan
etika. Pendidikan adalah suatu aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi yang ada pada dirinya.
Selain itu, pendidikan juga dapat mengangkat derajat manusia sebagaimana
dijelaskan dalam firman Allah SWT (Q.S. Al-Mujadilah: 11) yang artinya

1
Departeman Pendidikan Nasional, Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 9

1
2

“Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antara


kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat”.
Manusia sangat membutuhkan pendidikan untuk menggali dan
mengembangkan potensi dirinya melalui proses pengajaran maupun dengan cara
lain yang telah diakui oleh masyarakat.2 Muhibbin Syah mengatakan bahwa
pendidikan adalah “Proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau
sekelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan.3
Salah satu jalur pendidikan yang sangat akrab di lingkungan kita adalah
pendidikan formal yang pelaksanaannya telah diatur oleh pemerintah. Pendidikan
formal pada intinya adalah kegiatan belajar mengajar. Pendidikan bukanlah suatu
hal yang statis atau tetap melainkan suatu hal yang dinamis sehingga menuntut
adanya suatu perubahan atau perbaikan secara terus menerus. Perubahan dapat
dilakukan dalam hal strategi mengajar, metode mengajar, media mengajar, buku-
buku, alat-alat laboratorium, maupun materi-materi pelajaran. Komponen-
komponen yang terlibat dalam proses belajar mengajar ini meliputi: guru, siswa,
kurikulum dan sarana penunjang pendidikan. Siswa merupakan komponen utama
di antara komponen-komponen yang lain, sebab siswa merupakan obyek yang
akan dididik dan dibimbing untuk menjadi manusia-manusia yang berkualitas dan
tangguh dalam menghadapi tantangan kehidupan yang semakin maju. Adapun
salah satu tempat untuk memperoleh pendidikan formal adalah di sekolah, dimana
matematika salah satu pelajaran yang harus dipelajari. Matematika merupakan
salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal
ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran untuk pelajaran matematika di sekolah
lebih banyak di bandingkan dengan pelajaran lain. Selain itu pelajaran matematika
dalam pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai
dari taman kanak-kanak sampai sekolah perguruan tinggi.

2
Departeman Pendidikan Nasional, Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hal. V
3
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2003), h. 10
3

Matematika diperlukan oleh ilmu pengetahuan lain sebagai landasan


berfikir dan pengembangan konsep. Maka sangat tepat jika Howard F. Fehr
mengatakan seperti yang dikutip oleh Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya:
“Matematika sebagai ratu dan sekaligus sebagai pelayan ilmu. Disatu pihak
sebagai ratu, matematika bentuk tertinggi dari logika, sedangkan dilain pihak
sebagai pelayan.4 Dengan belajar matematika seseorang akan mempunyai sikap
dan kebiasaan berfikir kritis, logis dan matematis.
Pamahaman konsep matematika secara tepat dan optimal akan membentuk
seseorang lebih terampil dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Seseorang
akan mengetahui nilai perasaan, lebih besar, lebih kecil, ukuran, jumlah, bentuk
bangun datar dan ruang, nilai uang logam dan masih banyak lagi manfaat yang
bisa diperoleh melalui matematika.
Ada hal yang juga tidak bisa terlepas dari matematika itu sendiri, yaitu
proses pembelajaran. Untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal maka perlu
ada proses pencapaian yang maksimal pula. Proses pembelajaran inilah yang biasa
disebut dengan pendidikan, karena pendidikan merupakan sebuah proses dengan
menggunakan metode-metode tertentu sehingga seseorang memperoleh
pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan
kebutuhan5.
Pemahaman merupakan kemampuan untuk memahami apa yang sedang
diajarkan serta mampu menggunakan dan menerapkan apa yang telah diajarkan
untuk menyelesaikan permasalahan. Pemahaman sangatlah penting dicapai oleh
siswa dalam proses pembelajaran karena jika pemahaman belum dapat dicapai
oleh siswa ketika menerima pelajaran maka mana mungkin siswa itu dapat
menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru yang menyangkut materi yang
telah diajarkan dan siswa akan mengalami kesulitan karena informasi yang telah
disampaikan oleh guru belum dapat diserap dengan baik oleh siswa. Dalam hal

4
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Sinar Harapan,
2005), h. 203
5
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung; PT Remaja
Rosdakarya, 2003), h. 10
4

belajar matematika pada dasarnya merupakan belajar konsep. 6 Selama ini siswa
cenderung menghafal konsep-konsep matematika tanpa memahami maksud dan
isinya. Dengan demikian pembelajaran matematika di sekolah merupakan
masalah. Jika konsep dasar diterima salah, maka sangat sukar untuk memperbaiki
kembali, terutama jika sudah diterapkan dalam menyelesaikan soal-soal
matematika. Oleh karena itu, yang penting adalah bagaimana siswa memahami
konsep-konsep matematika secara bulat dan utuh, sehingga jika diterapkan dalam
menyelesaikan soal-soal matematika siswa tidak mengalami kesulitan.
Pemahaman konsep matematika dapat diberikan secara bertahap, sebab
ilmu ini berkenaan dengan konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis.
Sebagai contoh, seorang siswa tidak mungkin dapat memahami proses perkalian
jika ia belum menguasai konsep penjumlahan. Tentunya masih banyak lagi contoh
lain yang menggambarkan betapa pentingnya pembelajaran matematika ini harus
diberikan menurut kaidah yang tepat berdasarkan pemahaman konsep matematika.
Berdasarkan penjelasan di atas pemahaman konsep itu perlu ditanamkan
kepada peserta didik sejak dini yaitu sejak anak tersebut masih duduk dibangku
sekolah dasar maupun bagi siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama terkait
bahwa pemahaman konsep juga sangat diperlukan. Di sana mereka dituntut
mengerti tentang definisi, pengertian, cara pemecahan masalah maupun
pengoperasian matematika secara benar, karena akan menjadi bekal dalam
mempelajari matematika pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, kemampuan pemahaman konsep sangatlah diperlukan
dalam mata pelajaran matematika karena orang yang memiliki kemampuan
pemahaman konsep yang baik akan mampu memecahkan permasalahan yang
berkaitan dengan konsep yang dipelajari yang nantinya akan berpengaruh pada
hasil belajar siswa.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah menengah
mempunyai perbedaan dengan mata pelajaran lainnya. Sebagian besar materi yang
dipelajari di dalam matematika berisi konsep-konsep dan rumus-rumus yang

6
Mulyati, Pengatar Psikologi Belajar, (Jogjakarta: Quality Publishing, 2007), Ed. ke-2, h.
52.
5

mendukung konsep-konsep tersebut. Salah satu hal yang unik dan perlu mendapat
perhatian adalah bahwa materi yang diajarkan kebanyakan bersifat abstrak,
sehingga dituntut kemampuan guru untuk mengupayakan metode yang tepat
sesuai tingkat perkembangan mental siswa. Untuk itu diperlukan model dan media
pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mencapai kompetensi dasar dan
indikator pembelajaran. Pemilihan media yang tepat juga sangat memberikan
peranan dalam pembelajaran, sehingga diperlukan suatu media pembelajaran yang
dapat menarik perhatian dan memotivasi siswa untuk belajar matematika tanpa
mengurangi fungsi media pembelajaran secara umum.
Fungsi khusus media dalam pembelajaran matematika di antaranya untuk
membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa, menghindari atau mengurangi
terjadinya salah komunikasi dan untuk konsep matematika yang abstrak dapat
disajikan dalam bentuk konkret sehingga dapat lebih dipahami, dimengerti dan
dapat disajikan sesuai dengan tingkat-tingkat berfikir siswa.
Namun sampai saat ini pelajaran matematika masih dianggap sebagai
pelajaran yang sulit dan susah untuk dipahami, dan telah menjadi anggapan umum
dalam masyarakat Indonesia. Seoarang guru diharapkan dapat menciptakan
suasana pembelajaran matematika yang menyenangkan, akrab dan bukan
membuat siswa menjadi takut pada pelajaran matematika. Seorang guru dapat
mengembangkan kreativitas dirinya dalam mengembangkan strategi dan media
pembelajaran yang digunakan sehingga membantu mereka dalam proses belajar
mengajar menjadi lebih efektif dan efisien. Oleh sebab itu bagaimana cara guru
meyakinkan kepada siswa bahwa pelajaran matematika tidak sulit seperti yang
mereka bayangkan, karena dengan menganggap sulit dapat mempengaruhi
keberhasilan siswa dalam belajar matematika.
Kenyataannya hasil belajar matematika yang diperoleh siswa saat ini
masih memprihatinkan. Hal ini menjadi bahan perbincangan dalam berbagai
diskusi mengenai pendidikan di Indonesia bahwa mutu pendidikan di Indonesia
masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan mutu pendidikan di negara lain.
Salah satu indikator adalah mutu pendidikan matematika yang diduga telah
tergolong memprihatinkan yang ditandai dengan rendahnya nilai rata-rata
6

matematika siswa di sekolah lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai mata
pelajaran lain. Bahkan banyak diperbincangkan tentang nilai ujian akhir nasional
(UN) bidang studi matematika yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan
bidang studi lainnya. Prestasi siswa Indonesia pada mata pelajaran matematika
masih belum memuaskan. Data UNESCO berdasarkan penelitian Trends in
International Mathematics and Science Study (TIMMS) pada tahun 1999
menempatkan Indonesia berada di peringkat ke-34 dari 38 negara pada mata
pelajaran matematika, masih di bawah Malaysia dan Singapura.
Sedangkan berdasarkan penelitian TIMMS yang dilakukan oleh Frederick
K. S. Leung pada tahun 2003 yang dipublikasikan di Jakarta pada 21 Januari 2007
menyatakan jumlah jam pelajaran matematika di Indonesia tidak sebanding
dengan prestasi yang diraih.
“Jumlah jam pengajaran matematika di Indonesia jauh lebih banyak
dibanding kedua negara tersebut. Dalam satu tahun, siswa kelas 8 di
Indonesia rata-rata mendapat 169 jam pelajaran matematika, sementara
siswa di Malaysia hanya mendapat 120 jam dan 112 jam di Singapura.
Namun, waktu yang dihabiskan siswa Indonesia tidak sebanding dengan
prestasi yang diraih. Prestasi matematika siswa Indonesia hanya
menembus skor rata-rata 411, 11 angka lebih tinggi dari rata-rata rendah
dan masih kurang 64 poin lagi untuk menembus rata-rata menengah.
Sementara Malaysia dan Singapura masing-masing mencapai 508 dan
605”.
Lebih lanjut, dari 49 negara yang ikut serta dalam TIMSS 2007, prestasi
siswa Indonesia dalam matematika berada di urutan ke-36, dengan skor rata-rata
405 (skor rata-rata internasional = 500). Dalam pencapaian prestasi belajar
matematika, lima urutan terbaik dunia diduduki oleh Taiwan diikuti oleh Korea
Selatan, Singapura, Hong Kong, dan Jepang. Secara umum, hasil TIMSS 2007
tersebut menunjukkan bahwa siswa kita mempunyai pengetahuan dasar
matematika tetapi tidak cukup untuk dapat memecahkan masalah rutin
(manipulasi bentuk, memilih strategi, dan sebagainya) apalagi yang non-rutin
(penalaran intuitif dan induktif berdasarkan pola dan kereguleran). 7

7
“Rendah, Prestasi Matematika Indonesia,” artikel diakses pada 16 September 2011 dari
http://www.topix.com/forum/world/malaysia/TPKMP1F380BEBFJGS.
7

Angka-angka tersebut tidak berbeda jauh jika kita menengok kembali


batas Standar Kelulusan Minimal (SKM) pada Ujian Akhir Sekolah Berstandar
Nasional (UASBN) tahun ini. Di sekolah yang sarana dan prasarananya masih di
bawah Sekolah Standar Nasional (SSN), nilai SKM matematika ditentukan hanya
3,3, lebih rendah dari IPA dengan nilai 4 dan Bahasa Indonesia dengan nilai 6.
Sedangkan pada kebanyakan sekolah Menengah pertama unggulan, SKM yang
diambil untuk mata pelajaran matematika hanya sebesar 3,75 atau 4,0, tidak
berbeda dengan tahun lalu. Sementara bahasa Indonesia dan IPA masing-masing
dinaikkan 0,5 poin dari tahun lalu. 8
Pengembangan strategi yang tepat pada pembelajaran matematika
permulaan bagi anak usia 6-7 tahun yang masih dalam tahap pemahaman
matematika secara konkrit (konsep) dapat menggunakan media yang sederhana
dan mudah didapat, seperti media manipulatif. Media manipulatif adalah segala
benda yang dilihat, disentuh, didengar, dirasakan, dan dimanipulasikan
(penyimpangan dari fungsi yang sebenarnya). Media ini relatif sangat sederhana
penyediaannya dan bisa ditemukan dan digunakan dalam kehidupan siswa sehari-
hari, sehingga siswa dapat menikmati pelajaran matematika yang diberikan di
sekolah.
Penggunaan media akan sangat membantu keefektifan proses belajar
mengajar. Bahkan Arsyad mengatakan bahwa ”Selain dapat membangkitkan
motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa
meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpecaya,
memudahkan penafsiran dan memadatkan informasi”.9
Dalam Al-quran juga Allah SWT menggambarkan betapa pentingnya
peranan media dalam pengajaran. Hal ini termaktub dalam Q.S. Al-’Alaq ayat 4,
yang berbunyi:

    
 
 

8
“Matematika Masih Jadi Momok,” artikel diakses pada 16 September 2011 dari
http://edukasi.kompas.com/read/xml/2009/05/12/20370372/matematika.masih.jadi.momok
9
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004),cet ke-5
h.16
8

Artinya: ’yang mengajarkan (manusia) dengan perantara kalam”. (Q.S. Al-


’Alaq: 4).
Dalam tafsir Al-Muraghi ayat tersebut menjelaskan bahwa: Dialah Allah
SWT yang menjadikan kalam sebagai media yang digunakan manusia untuk
memahami sesuatu. Dan dengan bantuan Al-qalam ini manusia dapat memahami
masalah yang sulit.10
Penggunaan media pengajaran itu sangat penting bagi kelancaran proses
belajar mengajar untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa.
Oleh karena itu seorang guru harus dapat membuat media yang semenarik
mungkin, sehingga hal tersebut dapat memudahkan siswa untuk memahami materi
pelajaran dengan baik. Media yang dapat digunakan guru dalam proses belajar
mengajar bermacam-macam, dan seorang guru harus dapat memilih media mana
yang tepat untuk mengajarkan materi tersebut.
Pelajaran matematika masih menjadi beban berat bagi guru dan siswa,
lemahnya intensitas pemahaman terhadap suatu materi, sehingga banyak siswa
mendapatkan kesulitan dalam menjawab soal-soal dalam pelajaran matematika.
Dalam pelajaran matematika salah satunya diajarkan adalah Bangun Ruang Sisi
Datar (BRSD). Pada materi bangun ruang sisi datar siswa dituntut memiliki
kemampuan geometri (menggambar). Di samping itu, siswa juga dituntut
memiliki kemampuan dasar berhitung serta menghafal rumus-rumus, karena pada
pokok bahasan bangun ruang sisi datar banyak rumus-rumus yang harus dihafal
serta dipahami oleh siswa untuk memudahkan dalam menyelesaikan soal-soal.
Terlihat dari fakta di atas bahwa pemahaman konsep matematika di
Indonesia masih sangatlah rendah. Kurangnya pemahaman konsep matematika
juga akan berakibat terhadap hasil belajarnya. Berdasarkan hasil observasi, hasil
belajar matematika di MTs Jam’iyyatul Khair Ciputat belum maksimal. Terlihat
dari rata-rata hasil ulangan pra penelitian kelas VIII-2 pada pokok bahasan bangun
ruang hanya mencapai 47,70 dan ini tidak memenuhi standar KKM yaitu sebesar
62,00 dengan persentase nilai di atas KKM hanya 10% (3 orang) dan 90% nilai di

10
Abudin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002),cet
ke-1 h.49
9

bawah KKM (27 orang). Ini terbukti bahwa matematika merupakan masalah
khususnya pada pokok bahasan bangun ruang. Oleh karena itu, perlulah
pembelajaran di Indonesia mulai dibenahi sehingga bisa bersaing dengan negara
lainnya.
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar peserta didik,
khususnya dibidang matematika, salah satunya adalah kurangnya sarana dan
prasarana sekolah, misal media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar.
Kenyataan menunjukkan bahwa selama ini kebanyakan guru mengajar tanpa
menggunakan media pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
penulis tertarik untuk membahas masalah tersebut dalam penelitian yang berjudul
“UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG
SISI DATAR DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MANIPULATIF“.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Pemahaman konsep matematika siswa masih rendah;
2. Potensi belajar siswa yang belum dikembangkan secara maksimal;
3. Strategi pembelajaran yang digunakan yaitu metode ceramah dalam proses
pembelajaran matematika tidak mampu menyelesaikan permasalahan belajar
siswa;
4. Pemanfaatan media pembelajaran untuk menyelesaikan permasalahan rendahnya
pemahaman konsep matematika siswa belum maksimal;
5. Kemampuan siswa dalam menghafal dan kemampuan dasar menghitung bangun
ruang sisi datar masih lemah.

C. Pembatasan Fokus Penelitian


Karena terlalu luasnya cakupan variabel penggunaan media manipulatif
dan aktivitas belajar pemahaman konsep matematika, maka penulis membatasi
variabel-variabel yang akan diteliti agar tidak melebarnya permasalahan dan
10

memberi arah yang jelas bagi penulis dalam menguraikan pembahasan


selanjutnya. Adapun batasan-batasan tersebut adalah:
1. Pemahaman konsep matematika adalah kemampuan untuk memahami apa
yang sedang diajarkan serta mampu menggunakan dan menerapkan apa yang
telah diajarkan untuk menyelesaikan permasalahan mengenai konsep
matematika.
2. Media manipulatif yang dimaksud adalah segala bentuk benda yang dapat
dilihat, disentuh, didengar, dirasakan, dan dimanipulasikan (penyimpangan
dari fungsi yang sebenarnya), dengan kata lain benda-benda konkrit yang
sering dilihat dalam kehidupan sehari-hari.
3. Materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah bangun ruang sisi datar
yang di dalamnya mencakup tentang balok, kubus, prisma, dan limas.
4. Aktivitas belajar matematika siswa adalah kegiatan pembelajaran matematika
yang dilakukan siswa selama dalam proses pembelajaran matematika
berlangsung.

D. Perumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan pembatasan fokus penelitian, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah penggunaan media manipulatif dapat meningkatkan pemahaman
konsep bangun ruang sisi datar?
2. Bagaimanakah aktivitas pembelajaran matematika dengan menggunakan
media manipulatif?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini, antara lain:
a. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep matematika bangun
ruang sisi datar yang pembelajarannya dengan menggunakan media
manipulatif.
11

b. Untuk mengetahui aktivitas pembelajaran pemahaman konsep matematika


yang pembelajarannya dengan menggunakan media manipulatif.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini, antara lain:
a. Bagi siswa; Apabila hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa strategi
pembelajaran menggunakan media manipulatif/benda konkrit dalam
pembelajaran matematika dapat memberi pengaruh yang baik terhadap
pemahaman konsep bangun ruang sisi datar, maka melalui pembelajaran ini
siswa akan lebih paham mengenai materi yang diajarkan dan akan
mempengaruhi hasil belajarnya serta melalui pembelajaran ini dapat
memberikan pengalaman baru bagi siswa agar tidak bosan terhadap
pembelajaran yang monoton dan lebih termotivasi untuk belajar.
b. Bagi guru; Implementasi strategi pembelajaran menggunakan media
manipulatif/benda konkrit dalam pembelajaran matematika dapat digunakan
sebagai salah satu alternatif pembelajaran matematika dalam upaya
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa.
c. Bagi sekolah; Implementasi strategi pembelajaran menggunakan media
manipulatif/benda konkrit dalam pembelajaran matematika dapat dijadikan
sebagai bahan masukan untuk sekolah tentang peranan strategi pembelajaran
menggunakan media manipulatif dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN

A. Kajian Teori
1. Pemahaman Konsep Matematika Bangun Ruang Sisi Datar
a. Pengertian Pemahaman Konsep
Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya (1) pengertian:
pengetahuan yang banyak, (2) pendapat, pikiran, (3) aliran:pandangan, (4)
mengerti benar (akan); tahu benar (akan), (5) pandai dan mengerti benar. Menurut
Depdikbud, apabila mendapat imbuhan me-i menjadi memahami, berarti: (1)
mengerti benar (akan); mengetahui benar, (2) memaklumi. Dan jika mendapat
imbuhan pe-an menjadi pemahaman artinya (1) proses, (2) perbuatan, (3) cara
memahami atau memahamkan (mempelajari baik-baik supaya paham), sehingga
dapat diartikan bahwa pemahaman adalah suatu proses, cara memahami atau cara
mempelajari baik-baik supaya paham dan mengerti banyak1.
Pemahaman menurut Sudijono adalah “Kemampuan seseorang untuk
mengerti atau memahami sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain
memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai
segi”2. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto pemahaman adalah “tingkat
kemampuan yang mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau konsep,
situasi serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini ia tidak hanya hafal secara
verbalitas, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan.
Maka operasionalnya dapat membedakan, mengubah, mempersiapkan,
menyajikan, mengatur, menginterpretasikan, menjelaskan, mendemonstrasikan,
memberi contoh, memperkirakan, menentukan, dan mengambil keputusan”.3

1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002). Cet. II, h. 588.
2
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: PT Raja Grasindo Persada, 1996),
h. 50
3
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1997), cet-8, h. 44

12
13

Pemahaman atau understanding mempunyai beberapa tingkat kedalaman


arti yang berbeda. Pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau
memahamkan. “Menurut Driver pemahaman adalah kemampuan untuk
menjelaskan suatu situasi atau suatu tindakan.”4 Sedangkan menurut Benyamin S.
Bloom, “pemahaman merupakan kemampuan untuk memahami apa yang sedang
dikomunikasikan dan mampu mengimplementasikan ide tanpa harus
mengaitkannya dengan ide lain, dan juga tanpa harus melihat ide itu secara
mendalam”.5
Pemahaman berhubungan dengan kemampuan untuk menjelaskan
pengatahuan atau informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri,
sehingga siswa diharapkan dapat menterjemahkan dan menyebutkan kembali yang
telah didengar dengan kata-kata sendiri. Kata kerja operasioanal pada level ini
antara lain: menerjemahkan, mengubah, menggeneralisasi, menguraikan (dengan
kata-kata sendiri), menulis ulang (dengan kalimat sendiri), meringkas,
membedakan, mempertahankan, menyimpulkan, berpendapat, dan menjelaskan.6
Dalam belajar matematika siswa harus mampu menangkap makna dari
hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya. Penangkapan
makna inilah yang disebut memahami, mengerti, atau insight. Menurut Ernest
Hilgart dalam R.Ibrahim dan Nana Syaiodih ada 6 ciri belajar yang mengandung
pemahaman, yaitu7: (1) Pemahaman di pengaruhi oleh kemampuan dasar, (2)
Pemahaman dipengaruhi oleh pengalaman belajar masa lalu, (3) Pemahaman
tergantung pada pengaturan situasi, (4) Pemahaman di dahului dengan usaha dan
coba-coba, (5) Belajar dengan pemahaman dapat di ulangi, (6) Suatu pemahaman
dapat di aplikasikan bagi pemahaman situasi lain.

4
Gusni Satriawati, dalam “Algoritma Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika”, Vol.
1, No. 1, Juni 2006, hal. 108.
5
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2004),
h.69.
6
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis…h.69.
7
Diah Puspita, “Penggunaan Media Benda Asli Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep
Pecahan Dalam Pembelajaran Matematika” dalam http://www.dunia guru.com, 28 Juni 2011.
14

Pemahaman lebih ditekankan pada jenjang kemampuan berfikir yang


setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan. Pemahaman dapat dilihat dari
pemberian uraian seorang peserta didik yang lebih rinci tentang suatu konsep.
Polya dalam Gusni mengemukakan empat tingkatam pemahaman suatu
hukum yaitu8 :
1) Pemahaman mekanikal, yaitu pemahaman yang dimiliki seseorang bila ia
dapat mengingat dan menerapkan hukum secara benar.
2) Pemahaman induktif, yaitu pemahaman yang dimiliki seseorang bila ia telah
mencobakan hukum itu dalam kasus sederhana dan yakin bahwa hukum itu
berlaku dalam kasus yang serupa.
3) Pemahaman rasional, yaitu pemahaman yang dimiliki seseorang bila ia
dapat membuktikan hukum itu.
4) Pemahaman intuitif, yaitu pemahaman yang dimiliki seseorang bila ia telah
yakin akan keberadaan hukum itu tanpa ragu-ragu lagi.
Skemp dalam Gusni, membedakan dua jenis pemahaman konsep, yaitu:
1) Pemahaman instrumental atau kemampuan komputasional, yaitu
pemahaman atas konsep yang saling terpisah dan hanya hafal rumus dalam
perhitungan sederhana.
2) Pemahaman relasional atau pengetahuan fungsional, yaitu pemahaman yang
termuat suatu skema atau struktur yang dapat digunakan pada penyelesaian
masalah yang lebih luas.
Bloom dalam Gusni, mengemukakan bahwa ada tiga macam pemahaman,
yaitu :
1) Pengubahan (translation), yaitu pemahaman yang berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam menterjemahkan kalimat dalam soal menjadi
bentuk kalimat lain, misalnya menyebutkan variabel-variabel yang diketahui
dan yang dinyatakan.

8
Gusni Satriawati, “Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended Untuk Meningkatkan
Pemahaman dan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMP”, dalam “Algoritma Jurnal
Matematika dan Pendidikan Matematika”, Vol. 1, No. 1, Juni 2006, hal. 108.
15

Contoh : ketika siswa diberikan sebuah bangun kubus, siswa tersebut dapat
menyebutkan yang mana yang merupakan rusuk, titik sudut, sisi, serta
diagonal-digonalnya maka siswa tersebut dapat dikatakan telah mencapai
pemahaman secara translasi.
2) Pemberian arti (interpretation), yaitu pemahaman yang berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam menentukan konsep-konsep yang tepat untuk
digunakan dalam menyelesaikan soal.
Contoh : ketika siswa diberikan bangun balok dan diperintahkan untuk
menentukan banyak karton yang dibutuhkan untuk menutupi balok tersebut,
jika siswa dapat menentukan rumus mana yang dapat dipakai untuk
menyelesaikan soal tersebut tetapi tidak dapat melakukan perhitungannya
namun siswa tersebut telah dapat dikatakan mencapai pemahaman secara
interpretasi.
3) Pembuatan ekstrapolasi (extrapolation), yaitu pemahaman yang berkaitan
dengan kemampuan siswa menerapkan konsep dalam perhitungan
matematis untuk menyelesaikan soal.
Contoh : ketika siswa diberikan sebuah kotak minuman beserta ukurannya
kemudian diperitahkan untuk menentukan berapakah banyak air yang dapat
mengisi kotak minum tesebut, jika siswa dapat menentukan rumus mana
yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan soal tersebut serta dapat
menghitungnya sampai mendapatkan hasil jawabannya maka siswa tersebut
dapat dikatakan telah mencapai pemahaman secara ekstrapolasi.
Berdasarkan penjelasan di atas secara umum, pemahaman terbagi menjadi
3 macam, pengubahan (translation), pemberian arti (interpretation), dan
pembuatan ekstrapolasi (exstrapolation). Pemahaman marupakan proses berfikir.
Dapat dikatakan bahwa pemahaman sangatlah penting dicapai oleh siswa dalam
proses pembelajaran karena siswa yang telah dapat memahami apa yang diajarkan
maka ia akan lebih mudah memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan apa
yang dipelajari yang nantinya akan berpengaruh pada hasil belajarnya.
16

Konsep menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “ide atau


pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret”. 9 Dan menurut kamus
matematika. “Konsep adalah gambaran ide tentang sesuatu benda yang dilihat dari
segi ciri-cirinya seperti kuantitas, sifat, dan kualitas”. 10 Menurut Rosser, konsep
adalah suatu abtraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian,
kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang
sama11.
Sedangkan konsep menurut Ngalim Purwanto adalah ide abstrak yang
memungkinkan kita dapat mengelompokkan objek ke dalam contoh dan non
contoh.12 Menurut Syaiful Bahri Djamarah ”Konsep atau pengertian adalah suatu
arti untuk memiliki sejumlah objek atau benda yang mempunyai ciri-ciri yang
sama”.13
Sedangkan Chaplin yang mendefinisikan “konsep sebagai suatu ide umum
atau pengertian umum yang disusun dengan kata, simbol, dan tanda, yang
mengombinasikan beberapa unsur dari sumber-sumber berbeda ke dalam satu
gagasan tunggal”14. “Konsep dalam matematika adalah suatu ide abstrak yang
memungkinkan orang dapat mengklasifikasikan objek-objek atau peristiwa-
peristiwa dan menentukan apakah objek atau peristiwa itu merupakan contoh atau
bukan contoh dari ide abstrak tersebut”.15 Konsep dalam matematika dapat
diperkenalkan melalui “definisi”, “gambar/gambaran/contoh”, “model/peraga”.
Contohnya “trapesium” adalah segiempat yang tepat sepasang sisinya sejajar, atau
contoh lain “bilangan genap” diungkap dengan definisi bilangan yang merupakan
kelipatan 2.

9
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka,
10
2002). Cet. II, h. 588.
Baharin Shamsudin, Kamus Matematika Bergambar, (Jakarta: Grasindo, 2002), h. 72.
11
Mulyono Abdurrahman, Pendidkan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1999), h. 252
12
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran......, h. 224
13
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-1, h.
30
14
Mulyati, Pengatar Psikologi Belajar, (Jogjakarta: Quality Publishing, 2007), Ed. ke-2, h.
53.
15
Sri Anitah W dan Janet Trineke Manoy, Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2008), Cet. III, h.7.6
17

Menurut Ausubel, konsep-konsep diperoleh dengan dua cara, pertama cara


formasi konsep, formasi konsep merupakan bentuk perolehan konsep-konsep
sebelum anak masuk sekolah atau belajar konsep konkret karena pengalaman.
Pengalaman menguasai konsep dengan cara formasi konsep terjadi dengan (1)
proses induktif, (2) belajar penemuan, (3) mengikuti pola contoh/aturan. Kedua
cara asimilasi konsep merupakan perolehan konsep selama dan sesudah sekolah,
pada umumnya belajar konsep abstrak. Perolehan konsep dengan cara asimilasi
terjadi dengan (1) proses deduktif, (2) belajar sajian, (3) belajar konsep sebagai
aturan/contoh16.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
konsep adalah suatu pengertian umum yang dikelompokan menjadi suatu
pengertian khusus yang diringkas menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah
untuk diterima dan dipahami.
Klausmeier memaparkan empat tingkat pada taraf pencapaian konsep-
konsep, yakni tingkat konkret, tingkat identitas, tingkat klasifikatori, dan tingkat
formal17.
1) Tingkat konkret yaitu apabila siswa mengenal suatu benda yang telah
dihadapinya sebelumnya. Siswa membuat respon yang sama ketika meihat
sesuatu yang sama. Pencapaian tingkai konkret yaitu: memperhatikan,
mendeskriminasikan dan mengingat, siswa harus dapat mengadakan
generalisasi.
Ciri-ciri penempatan konsep tingkat konkret yakni :
a. Harus dapat mengenal bedanya.
b. Dapat membedakan benda itu dari berbagai stimulus yang ada
dilingkungannya.
c. Menyajikan benda itu sebagai gambaran mental.
d. Menyimpan gambaran mental itu.

16
Mulyati, Pengantar Psikologi Belajar, (Jogjakarta: Quality Publishing, 2007), cet. Ke-2, h.
55
17
Mulyati, Pengantar Psikologi Belajar, (Jogjakarya: Quality Publishing, 2007), Edisi. 2, hal.
55–56.
18

2) Tingkat identitas yaitu dimana siswa harus dapat mengenal objek sesudah
selang waktu, memiliki orientasi ruang yang berbeda terhadap objek, dan
ditentukan melalui suatu cara indera (sense modality) yang berbeda.
Ciri-ciri penempatan konsep tingkat identitas yakni :
a. Sesudah selang suatu waktu.
b. Bila orang memiliki orientasi ruang yang berbeda terhadap obyek.
c. Bila obyek ditentukan melalui suatu cara indera yag berbeda.
d. Harus dapat mengadakan generalisasi.
3) Tingkat Klasifikatori yaitu dimana siswa mengenal persamaan (equevalence)
dari dua contoh yang berbeda dari kelas yang sama. Siswa dapat mengadakan
generalisasi bahwa dua contoh atau lebih sampai batas-batas ekuivalen.
Ciri-ciri penempatan konsep tingkat klasifikatori yakni :
a. Mengenal persamaan dua contoh yang berbeda dari kelas yang sama.
b. Mengadakan generalisasi dan mengabstraksi kualitas-kualitas yang sama
yang memiliki obyek itu.
4) Tingkat formal yaitu dimana siswa harus dapat menentukan atribut-atribut
yang membatasi konsep, siswa dapat member nama, mendefinisikan suatu
konsep dalam atribu-atribut kriteriannya, dan mengevaluasikan secara verbal
contoh dan noncontoh konsep.
Ciri-ciri pencapaian konsep tingkat formal yakni ;
a. Harus dapat menentukan atribut-atruibut pembatas konsep.
b. Dapat memberi nama konsep itu.
c. Mendefinisikan konsep dalam atribut-atribut kriteria-kriterianya.
d. Mendiskriminasi dan memberi nama atribut-atribut yang membatasi atau
memberikan secara verbal.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman
konsep adalah kemampuan memahami apa yang diajarkan atau apa yang
dikomunikasikan dan dapat menyampaikan/menjelaskannya kembali informasi
tersebut dengan kata-kata sendiri serta dapat menerapkan informasi tersebut dalam
menyelesaikan permasalahan dengan tepat dan benar.
19

b. Indikator Pemahaman Konsep


Dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) tahun 2006 untuk
Sekolah Menengah Pertama, disebutkan bahwa standar kompetensi mata pelajaran
matematika SMP terdiri dari 4 aspek yaitu: (a) bilangan, (b) aljabar, (c) geometri
dan pengukuran, (d) peluang dan statistika. Kecakapan atau kemahiran
matematika yang diharapkan dalam pembelajaran matematika yang mencakup ke
empat aspek tersebut diatas adalah mencakup: (a) pemahaman konsep, (b)
prosedur, (c) penalaran dan komunikasi, (d) pemecahan masalah, dan (e)
menghargai kegunaan matematika.
Pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam
memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes,
akurat, efisien dan tepat. Adapun indikator pemahaman konsep untuk keperluan
penelitian ini adalah pemahaman yang dikemukaan oleh Bloom, yaitu:
1. Penerjemahan (translation), yaitu menterjemahkan konsepsi abstrak
menjadi suatu model, misalnya dari lambang ke arti. Kata oprasional yang
digunakan adalah : menterjemahkan, mengubah, mengilustrasikan,
memberikan definisi, dan menjelaskan kembali.
2. Penafsiran (interpretation), yaitu kemampuan untuk mengenal dan
memahami ide utama suatu komunikasi, misalnya diberikan suatu
diagram, tabel, grafik, atau gambar-gambar dan ditafsirkan. Kata kerja
operasional yang digunakan adalah menginterpretasikan, membedakan,
menjelaskan dan menggambarkan.
3. Ekstrapolasi (extrapolation) yaitu meyimpulkan dari sesuatu yang telah
diketahui. Kata kerja operasional yang dapat dipakai untuk mengukur
kemampuan ini adalah : memperhitungkan, menduga, menyimpulkan,
meramalkan, membedakan, menentukan, dan mengisi.

c. Pembelajaran Matematika
1) Pengertian Pembelajaran
Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak, manusia selalu dalam
kondisi belajar. Hal ini disebabkan karena sifat manusia yang selalu ingin tahu
20

dan berkeinginan untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Belajar


merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia.
Dalam hal ini, para ahli dalam bidang pendidikan mengemukakan tentang
pengertian belajar, antara lain: Menurut Sardiman, “Belajar itu senantiasa
merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan
misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain
sebagainya”.18 Menurut Slameto dalam Syaiful Bahri Djamarah ”belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya”.19 Menurut Witherington dalam Ngalim
Purwanto, “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang
menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan,
sikap, kebiasaan, kepribadian/suatu pengertian”.20 Menurut Skinner dalam
Muhibbin Syah, berpendapat bahwa “Belajar adalah suatu proses adaptasi
(penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif”.21 Menurut W.S.
Winkel, ”Belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai berikut: suatu aktivitas
mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan
yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pengalaman,
keterampilan, dan sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan
berbekas”.22 Dalam kamus umum bahasa Indonesia, dinyatakan bahwa “Belajar
adalah berusaha atau berlatih dan sebaginya supaya mendapat sesuatu
kepandaian”.23
Berdasarkan pengertian belajar di atas, jadi dapat disimpulkan bahwa,
belajar merupakan suatu proses kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah
laku, yang bersifat menetap sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
berinteraksi dengan lingkungannya, seperti dari yang tidak tahu menjadi tahu, dan

18
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2008), h. 20
19
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 13
20
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 84
21
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 2001), h. 60
22
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran,(Jakarta: PT. Grasindo, 1998), h. 53
23
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN
Balai Pustaka, 2002), h. 108
21

sebagainya. Namun demikian tidak semua perubahan merupakan hasil dari suatu
proses belajar. Perubahan kelelahan fisik, penggunaan obat bius, penyakit, dan
kehancuran fisik tidak termasuk proses belajar.
Perubahan tingkah laku dalam belajar hanya dapat diperoleh melalui
berbagai pengalaman dan latihan melalui usaha, adapun bentuk-bentuk usaha
tersebut dapat berupa aktivitas yang mengarah pada tercapainya perubahan pada
diri seseorang seperti bertanya, berlatih, membaca, dan sebagainya.
Pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan
terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang
beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa
dengan siswa. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, guru harus mampu
mengorganisir semua komponen sedemikian rupa sehingga antara komponen yang
satu dengan yang lainnya dapat berinteraksi secara harmonis.
Menurut Gagne bahwa ”Pembelajaran sebagai perangkat acara peristiwa
eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa proses belajar
yang sifatnya internal. ”Suatu pengertian yang hampir sama dikemukakan oleh
Correy bahwa ”Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang
secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi khusus
atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu” 24. Menurut Zurinal dan
Wahdi, pembelajaran adalah suatu usaha dan proses yang dilakukan secara sadar
dengan mengacu pada tujuan (Pembentukan kompetensi), yang dengan sistematik
dan terarah pada terwujudnya pada perubahan tingkah laku25. Dari pengertian-
pengertian yang telah dkemukakan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
suatu proses yang disengaja atau upaya yang dirancang oleh pendidik dengan
tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah) yang
memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar serta terjadinya interaksi
optimal antara guru dengan siswa serta siswa dengan siswa.

24
Ismail, et.al., Kapita Selekta Pembelajaran Matematika, (Jakarta: UT, 2002), h. 1.13.
25
Zurinal. Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan (Pengantar dan Dasar-dasar Pendidikan),
(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet. I.h. 117.
22

Belajar pada manusia erat sekali hubungannya dengan proses berfikir,


berfikir adalah tingkah laku yang menggunakan ide yaitu suatu proses simbolis.
Kegiatan berfikir digolongkan sebagai berikut:
a. Berfikir Assosiatif yaitu proses berfikir dimana suatu ide merangsang
timbulnya ide lain.
b. Berfikir Terarah yaitu proses berfikir yang sudah ditentukan sebelumnya
dan diarahkan kepada sesuatu, biasanya diarahkan kepada pemecahan
persoalan.
Dalam belajar matematika, berfikir terarah sangat diperlukan, hal ini
berkaitan dengan pemecahan masalah yang biasa ditemukan ketika belajar
matematika, ada dua macam berfikir terarah, yaitu:
a. Berfikir Kritis, membuat keputusan atau pemilihan terhadap suatu
keadaan.
b. Berfikir Kreatif, yaitu berfikir untuk menemukan hubungan-hubungan
antara beberapa hal, menemukan pemecahan baru dari suatu soal,
menemukan sistem baru, menemukan bentuk artistik baru dan sebagainya.
Jerome Bruner mengemukakan belajar merupakan suatu proses aktif yang
memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar (melebihi)
informasi yang diberikan kepada dirinya. Ada dua bagian yang penting dari teori
Bruner yaitu26 :
Tahap-tahap dalam proses belajar
a. Tahap enaktif yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan dimana
pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda
konkret atau menggunakan situasi yang nyata
b Tahap ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan dimana
pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk visual (visual imagery),
gambar atau diagram, yang menggambarkan kegiatan konkret atau situasi
konkret yang terdapat pada tahap enaktif tersebut di atas (butir a).

26
Suwarsono. “Teori-teori Perkembangan Kognitif dan Proses Pembelajaran yang Relevan
Untuk Pembelajaran Matematika”, dalam http://www.masbied.com, 3 Juli 2011.
23

c Tahap simbolik yaitu suatu tahap pembelajaran di mana pengetahuan itu


dipresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak, yaitu simbol-simbol
arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam bidang
yang bersangkutan, baik simbol-simbol verbal (misalnya huruf-huruf kata-
kata, kalimat-kalimat).
Teorema tentang cara belajar dan mengajar matematika
a Tahan konstruksi (contruction theorem) di dalam teorema ini dikatakan
bahwa cara yang terbaik bagi seorang siswa untuk mempelajari sesuatu
konsep atau sesuatu prinsip dalam matematika adalah dengan
mengkonstruksikan sebuah representasi dari konsep atau prinsip tersebut,
seperti yang diuraikan pada penjelasan tentang modus-modus representasi,
akan lebih baik jika para siswa mula-mula menggunakan representasi
konkret yang memungkinkan siswa untuk aktif, tidak hanya aktif secara
intelektual (mental) tetapi secara fisik.
b Teorema Notasi (notation theorema) menurut apa yang dikatakan dalam
teorema notasi, representasi dari sesuatu materi matematika akan lebih
mudah dipahami oleh siswa apabila di dalam representasi itu digunakan
notasi yang sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa.
c Teorema kekontrasan dan variasi (contrast and variation theorem) di
kemukakan bahwa sesuatu konsep matematika akan lebih mudah dipahami
oleh siswa apabila konsep itu dikotraskan dengan konsep-konsep yang
lain, sehingga perbedaan antara konsep itu dengan konsep-konsep yang
lain jelas.
Dalam pembelajaran matematika ada beberapa hal penting mengapa
matematika harus diajarkan. Menurut Cornelius mengemukakan lima alasan
perlunya belajar matematika, antara lain: (1) Sarana berfikir yang jelas dan logis;
(2) Sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari; (3) Sarana
mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman; (4) Sarana untuk
mengembangkan kreativitas; dan (5) Sarana untuk meningkatkan kesadaran
terhadap perkembangan budaya. Sedangkan menurut Cockroft, bahwa matematika
perlu diajarkan kepada siswa karena: (1) Selalu digunakan dalam segi kehidupan;
24

(2) Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3)
Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) Meningkatkan
kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (5) Memberi
kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang27.
Dalam pembelajaran matematika salah satu upaya yang dilakukan oleh
guru adalah dengan menggunakan media benda asli/manipulatif. Penggunaan
media dalam pembelajaran matematika sangat menunjang dikarenakan dengan
menggunakan media siswa lebih mudah memahami konsep matematika yang
abstrak.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menyatakan bahwa potensi siswa
harus dapat dikembangkan secara optimal dan di dalam proses belajar matematika
siswa dituntut untuk mampu; a) Melakukan kegiatan penelusuran pola dan
hubungan; b) Mengembangkan kreatifitas dengan imajinasi, intuisi, dan
penemuannya; c) Melakukan kegiatan pemecahan masalah; d)
Mengkomunikasikan pemikiran matematisnya kepada orang lain. Menurut
Depdiknas untuk mencapai kemampuan tersebut perlu dikembangkannya proses
belajar matematika yang menyenangkan, memperhatikan keinginan siswa,
membangun pengetahuan dari apa yang diketahui siswa, menciptakan suasana
kelas yang mendukung kegiatan belajar, memberikan kegiatan yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran, memberikan kegiatan yang menantang, memberikan
kegiatan yang memberi harapan keberhasilan, menghargai setiap pencapaian
siswa28.
Selain itu di dalam mempelajari matematika siswa memerlukan konteks
dan situasi yang berbeda-beda sehingga diperlukan usaha guru untuk : 1)
menyediakan dan menggunakan berbagai alat peraga atau media pembelajaran
yang menarik perhatian siswa; 2) memberikan kesempatan belajar matematika di
berbagai tempat dan keadaan; 3) memberikan kesempatan menggunakan
matematika untuk berbagai keperluan; 4) mengembangkan sikap menggunakan

27
Mulyono Abdurrahman, Pendidkan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta,28 1999), h. 253
Departemen Pendidikan Nasional, “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan”,dalam
http://edukasi.kompasiana.com, 1 Juli 2011
25

matematika sebagai alat untuk memecahkan matematika baik di sekolah


manaupun di rumah; 5) menghargai sumbangan tradisi budaya dan seni di dalam
pengembangan matematika; 6) membantu siswa menilai sendiri kegiatan
matematikanya.
Dengan demikian pembelajaran matematika dalah proses yang harus lebih
dulu dirancang oleh guru agar mampu mengorganisir semua komponen dalam
belajar matematika dan hendaknya antara komponen yang satu dengan komponen
yang lainnya dapat berinteraksi secara harmonis dengan tujuan untuk menciptakan
belajar matematika yang efektif.

2) Pengertian Matematika
Secara bahasa matematika memiliki akar kata mathema atau mathanein.
Mathema berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge/science), sedangkan
mathanein berarti belajar atau berpikir.29 Dalam kamus bahasa Indonesia
matematika diartikan sebagai “Ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara
bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah
mengenai bilangan”.
Matematika menurut Ruseffendi dalam Heruman menyatakan bahwa:
Matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima
pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang
terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang
didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan hakikat
matematika menurut Soedjadi dalam Heruman yaitu memiliki objek tujuan
abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif30.
Menurut Suyitno matematika adalah ilmu tentang logika mengenal bentuk,
susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu dengan yang
lainnya. Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan
dengan ide, proses, dan penalaran. Matematika adalah ilmu yang mempelajari
tentang bilangan dan ruang yang bersifat abstrak. Untuk menunjang kelancaran

29
30Erman Suherman
Heruman, dan Udin S.W.,Matematika
Model Pembelajaran Strategi Belajar Mengajar,
di Sekolah Dasar,(Jakarta: UT,PT
(Bandung: 1999), h. 119
Remaja
Rosdakarya, 2010), Cet. Ke-3, h. 1
26

pembelajaran di samping pemilihan metode yang tepat juga perlu digunakan suatu
pembelajaran yang sangat berperan dalam membimbing abstraksi siswa31.
Menurut James bahwa ”Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai
bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang
lainya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu
aljabar, analisis, dan geometri.” Sedangkan menurut Johnson dan Rising
mengatakan bahwa ”Matematika adalah pola fikir, pola mengorganisasikan,
pembuktian yang logik, matematika adalah bahasa yang menggunakan istilah
yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan
simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai
bunyi”32.
Matematika adalah cara atau metode berfikir dan bernalar. Matematika
dapat digunakan untuk memutuskan apakah suatu ide itu benar atau salah, atau
paling sedikit ada kemungkinan benar. Matematika adalah suatu medan eksplorasi
dan penemuan. Matematika adalah cara berfikir yang digunakan untuk
memecahkan semua jenis persoalan di dalam sains, pemerintah dan industri.
Matematika adalah seni, seperti halnya musik, penuh dengan simetri, pola dan
irama yang dapat sangat menyenangkan.33
Selain dari definisi matematika di atas ada beberapa definisi lain yang
dikemukakan oleh para tokoh matematika antara lain:
a. Jhonson dan Myklebust,“Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi
praktisnya untuk mengekpresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan
keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan
berfikir”.
b. Lerner,“Matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan
bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mendata, dan
mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas”.

31
Suyitno, “Matematika”, dalam http://www.dunia.guru.com, 16 Juni 2011
32
Erman Suherman, et.al., Strategi Pembelajaran matematika Kontemporer, (Bandung: UPI,
2003), h. 16-17
33
Sukardono, Filsafat dan Sejarah Matematika, (Jakarta: UT, 2000), h.13
27

c. Kline,“Matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah


penggunaan cara berfikir deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara
bernalar induktif”.34
Siswa dalam belajar matematika secara bertahap sebab,“Konsep-konsep
matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis dan sistematis mulai dari
konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Dalam
matematika terdapat topik atau konsep prasyarat sebagai dasar untuk memahami
topik atau konsep berikutnya.
Menurut Jujun S. Suriasumantri matematika adalah bahasa yang
melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan.
Lambang-lambang matematika bersifat “Artifisial”, yaitu baru mempunyai arti
setelah sebuah makna diberikan padanya. Tanpa itu matematika hanya merupakan
kumpulan rumus-rumus mati.35
Berdasarkan beberapa pengertian tentang matematika yang dikemukakan
di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah cara berfikir dengan bahasa
simbolis yang bernalar deduktif dan induktif yang terdiri dari pengetahuan tentang
bilangan-bilangan, bentuk, susunan besaran, konsep-konsep yang berhubungan
dan terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri. Matematika
juga perlu penggunaan logika deduktif dan induktif yang dapat dipahami dan
diterapkan secara optimal.
Karakteristik matematika menurut Sumardyono dalam Abdul Halim
Fathani, antara lain36:
a. Memiliki objek kajian abstrak
Dalam matematika objek dasar yang di pelajari adalah abstrak, sering juga
disebut objek mental. Objek-objek itu merupakan objek pikiran. Objek dasar itu
meliputi (1) fakta, (2) konsep, (3) operasi ataupun relasi dan (4) prinsip. Dari
objek dasar itulah dapat disusun suatu pola struktur matematika.

34
Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 1999), h.252
35
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: PT. Sinar
Harapan, 1995), h. 357
36
Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat dan Logika, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009),
Cet. Ke-1, h. 59-71
28

1) Fakta (abstrak) berupa konvensi-konvensi yang diungkap dengan simbol


tertentu. Simbol bilangan “3” sudah dipahami sebagai bilangan “tiga”. Jika
disajikan angka “3” orang sudah dengan sendirinya menangkap maksudnya
yaitu “tiga”. Sebaliknya kalau seseorang mengucapkan kata “tiga” dengan
sendirinya dapat disimbolkan dengan “3”.
2) Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau
mengklasifikasikan sekumpulan objek, apakah objek tertentu merupakan
contoh konsep atau bukan. “kubus” adalah nama suatu konsep abstrak.
Dengan konsep itu sekumpulan objek dapat digolongkan sebagai contoh atau
bukan contoh.
Definisi
Konsep berhubungan erat dengan definisi. Definisi adalah ungkapan yang
membatasi suatu konsep. Dengan adanya definisi ini orang dapat membuat
ilustrasi atau gambar atau lambang dari konsep yang didefinisikan. Sehingga
menjadi semakin jelas apa yang dimaksud dengan konsep tertentu. Konsep
prisma misalnya bila dikemukakan dalam definisi “prisma adalah bangun
ruang yang alas dan tutupnya kongruen”. Konsep prisma dapat juga
dikemukakan dengan definisi lain, misalnya “bangun ruang sisi datar yang
dibatasi oleh dua bidang yang sejajar (alas dan tutup) adalah prisma”.
3) Operasi (abstrak) adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar dan
pengerjaan matematika yang lain. Sebagai contoh misalnya “penjumlahan”,
“perkalian”, “pembagian”.
4) Prinsip (abstrak) adalah objek matematika yang komplek. Prinsip dapat
terdiri atas beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi
ataupun operasi. Secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa prinsip adalah
hubungan antara berbagai objek dasar matematika.
b. Bertumpu pada kesepakatan
Dalam matematika kesepakatan merupakan tumpuan yang amat penting.
Kesepakatan yang amat mendasar adalah aksioma dan konsep primitif. Aksioma
diperlukan untuk menghindarkan berputar-putar dalam pembuktian. Sedangkan
konsep primitif diperlukan untuk menghindarkan berputar-putar dalam
29

pendefinisian. Aksioma juga disebut sebagai postulat (sekarang) ataupun


pernyataan pangkal (yang sering dinyatakan tidak perlu dibuktikan).
c. Berpola pikir deduktif
Dalam matematika sebagai “ilmu” hanya diterima pola pikir deduktif. Pola
pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran “yang berpangkal dari
hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat
khusus”. Pola pikir deduktif ini dapat terwujud dalam bentuk yang amat sederhana
tetapi juga dapat terwujud dalam bentuk yang tidak sederhana.
d. Memiliki simbol yang kosong dari arti.
Dalam matematika jelas terlihat banyak sekali simbol yang digunakan,
baik berupa huruf ataupun bukan huruf. Rangkaian simbol-simbol dalam
matematika dapat membentuk suatu model matematika. Model matematika dapat
berupa persamaan, pertidaksamaan, bangun geometri tertentu, dsb. Huruf-huruf
yang digunakan dalam model persamaan, misalnya x + y = z belum tentu
bermakna atau berarti bilangan, bilangan tersebut bisa berupa panjang, jumlah
barang, volume, dan lain-lain tergantung pada konteks penerapan bilangan
tersebut.
e. Memperhatikan semesta pembicaraan
Sehubungan dengan penjelasan tentang kosongnya arti dari simbol-simbol
dan tanda-tanda dalam matematika diatas, menunjukkan dengan jelas bahwa
dalam menggunakan matematika diperlukan kejelasan dalam lingkup apa model
itu dipakai. Bila lingkup pembicaraanya adalah geometri, maka simbol-simbol
diartikan geometri. Lingkup pembicaraan itulah yang disebut dengan semesta
pembicaraan. Benar atau salahnya ataupun ada tidaknya penyelesaian suatu
model matematika sangat ditentukan oleh semesta pembicaraannya.
f. Konsisten dalam sistemnya.
Dalam matematika terdapat banyak sistem. Ada sistem yang mempunyai
kaitan satu sama lain, tetapi juga ada sistem yang dapat dipandang terlepas satu
sama lain. Misal sistem-sistem aljabar, sistem-sistem geometri. Sistem aljabar dan
sistem geometri tersebut dapat dipandang terlepas satu sama lain, tetapi dalam
sistem aljabar sendiri terdapat beberapa sistem yang lebih “kecil” yang terkait satu
30

sama lain. Demikian juga dalam sistem geometri, terdapat beberapa sistem yang
“kecil” yang berkaitan satu sama lain.

d. Konsep Matematika Bangun Ruang Sisi Datar


Bangun ruang adalah bangun matematika yang mempunyai isi atau
volume.
H G
Unsur-unsur bangun ruang sisi datar :
E F
1. Sisi/bidang adalah bidang pada bangun ruang yang
membatasi antara bangun ruang dengan ruangan di
D C
sekitarnya. Misalkan pada gambar 1, ABCD, ABFE, dll
A B
merupakan sisi/bidang. Gambar 1

2. Rusuk adalah pertemuan dua sisi yang berupa ruas garis H


pada bangun ruang. Misalkan pada gambar 1, AB, CD, G

AE, HG, dll merupakan rusuk. E


F
3. Titik sudut adalah titik hasil pertemuan rusuk yang
berjumlah tiga atau lebih. Misalkan pada gambar 2, A, B,
C, D, dll merupakan titik sudut.
D C
4. Diagonal bidang/diagonal sisi adalah garis yang
menghubungkan 2 titik sudut berhadapan dalam satu
A B
bidang. Misalkan pada gambar 1, BE merupakan Gambar 2

diagonal bidang.
H G
5. Diagonal ruang adalah garis yang menghubungkan 2 titik
E F
sudut berhadapan yang tidak sebidang. Misalkan pada
gambar 2, AG merupakan diagonal ruang.
D C
6. Bidang diagonal adalah bidang yang melalui 2 diagonal A B
Gambar 3
bidang sejajar. Misalkan pada gambar 3, BDHF
merupakan bidang diagonal.

1) KUBUS
Kubus merupakan bangun ruang sisi datar dengan 6 sisi yang sama besar
(kongruen).
Ciri-ciri kubus:
 Kubus mempunyai 6 sisi berbentuk persegi.
 Kubus mempunyai 12 rusuk yang sama panjang.
 Kubus mempunyai 8 titik sudut.
 Jaring-jaring kubus berupa 6 buah persegi yang kongruen.

Jaring-jaring kubus
Adalah rangkaian persegi pembentuk kubus yang direbahkan.
Contoh:

( ii


Panjang kerangka kubus = 12 x s
 Luas Permukaan Kubus
Luas permukaan kubus adalah jumlah seluruh sisi kubus. Sebuah kubus
memiliki 6 buah sisi yang setiap rusuknya sama panjang, dan s menyatakan
panjang rusuk pada kubus tersebut.

s
s s

s s
(b) s
(a)

Gambar 4
32

Untuk mencari luas permukaan kubus, berarti sama saja dengan


menghitung luas jaring-jaring kubus tersebut. Oleh karena jaring-jaring kubus
merupakan 6 buah persegi yang sama dan kongruen maka :
Luas permukaan kubus = Luas jaring-jaring kubus
= 6 × luas persegi
= 6 × (s × s)
= 6 × s2
= 6 s2
Jadi, luas permukaan kubus dapat dinyatakan dengan rumus sebagai
berikut. Luas Permukaan Kubus = 6s2

2) BALOK
Balok merupakan bangun ruang yang dibatasi 6 persegi panjang dimana 3
pasang persegi panjang kongruen.
Ciri-ciri balok:
 Balok mempunyai 6 sisi berbentuk persegi panjang.
 Balok mempunyai 3 pasang bidang sisi berhadapan yang kongruen.
 Balok mempunyai 12 rusuk.
 4 buah rusuk yang sejajar sama panjang.
 Balok mempunyai 8 titik sudut.
 Jaring-jaring balok berupa 6 buah persegi panjang.

 Jaring-jaring balok
Adalah rangkaian persegi panjang pembentuk balok yang direbahkan.
Contoh:

 Kerangka balok
Panjang kerangka balok = 4p + 4l + 4t = 4(p + l + t)
33

mukaan Balok
ghitung luas permukaan balok sama dengan cara menghitung luas permukaan kubus, yaitu dengan menghitung semua luas
u perhatikan gambar berikut.

H G t p t
E 6
t 3 l p
F l l 5l
C 4
t p
A D 2 t
l pp
B l 1 l
(a)p
p
(b)
Gambar 5
Misalkan, rusuk-rusuk pada balok diberi nama p (panjang), l (lebar), dan t
(tinggi) seperti pada gambar .
Dengan demikian, luas permukaan balok tersebut adalah :
Luas permukaan balok = luas persegi panjang 1 + luas persegi panjang 2 +
luas persegi panjang 3 + luas persegi panjang 4
+ luas persegi panjang 5 + luas persegi panjang

6
= (p × l)+(p × t)+(l × t)+(p × l)+(l × t)+(p × t)
= (p × l)+(p × l)+(l × t)+(l × t)+(p × t)+(p × t)
= 2 (p × l) + 2(l × t) + 2(p × t)
= 2 ((p × l) + (l × t) + (p × t)
= 2 (pl+ lt + pt)
Jadi, luas permukaan balok dapat dinyatakan dengan rumus sebagai
berikut.

Luas Permukaan Balok = 2(pl + lt + pt)


34

3) PRISMA
Prisma merupakan bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang sejajar dan
kongruen (alas dan tutupnya) dan bidang-bidang tegak yang saling berpotonngan
menurut rusuk-rusuk sejajar.
Ciri-ciri prisma:
 Rusuk prisma alas dan atas yang berhadapan sama dan sejajar.
 Rusuk tegak prisma sama dan sejajar.
 Rusuk tegak prisma tegak lurus dengan alas dan atas prisma.
 Rusuk tegak prisma disebut juga tinggi prisma.
 Prisma terdiri dari prisma segitiga dan prisma segi-n beraturan.
 Prisma segitiga mempunyai bidang alas dan bidang atas berupa segitiga
yang kongruen.
 Luas Permukaan Prisma
Sama seperti kubus dan balok, luas permukaan prisma dapat dihitung
menggunakan jaring-jaring prisma tersebut. Caranya adalah dengan
menjumlahkan semua luas bangun datar pada jaring-jaring prisma. Coba kamu
perhatikan prisma segitiga beserta jaring-jaringnya pada Gambar 2.5 berikut ini.
E

D F E D F E

A C C A C C

(a) (b)
B Gambar
B6

Gambar 6 (a) menunjukkan prisma tegak segitiga ABC.DEF, sedangkan,


Gambar 6 (b) menunjukkan jaring-jaring prisma tersebut. Sehingga rumus luas
permukaan prisma dari jaring-jaring prisma tersebut, adalah :

Luas permukaan prisma


35

= luas  DEF + luas  ABC + luas BADE + luas ACFD + luas CBEF
= (2  luas  ABC) + (AB  BE) + (AC  AD) + (CB  CF)
= (2  luas  ABC) + (AB  AD+ (AC  AD) + (CB  AD)
= (2  luas  ABC) + [(AB + AC + CB)  AD]
= (2  luas alas  ) + (keliling  ABC  tinggi)
= (2  luas alas) + (keliling alas  tinggi)
Dengan demikian, secara umum rumus luas permukaan prisma sebagai
berikut :
Luas permukaan prisma = (2 x luas alas) + (keliling alas x tinggi)

4) LIMAS
Limas adalah bangun ruang sisi datar yang mempunyai bidang alas segi
banyak dan dari bidang alas tersebut dibentuk suatu sisi berbentuk segitiga yang
akan bertemu pada satu titik.
Ciri-ciri limas:
 Nama limas ditentukan oleh bentuk alasnya.
 Tinggi limas adalah garis tegak lurus dari puncak limas ke alas limas.
 Memiliki alas dan titik puncak.
 Luas Permukaan Limas
Sama halnya dengan prisma, luas permukaan limas pun dapat diperoleh
dengan cara menentukan jaring-jaring limas tersebut. Kemudian, menjumlahkan
luas bangun datar dari jaring-jaring yang terbentuk. T

T
D C

D C T T

A A B
B

(a) (b)
Gambar 7 T
36

Gambar 7 memperlihatkan sebuah limas segiempat T.ABCD beserta


jaring-jaringnya. Dengan demikian, luas permukaan limas tersebut adalah sebagai
berikut.
Luas permukaan limas T. ABCD
= luas ABCD + luas Δ ABT + luas Δ BCT + luas Δ CDT + luas Δ ADT
= luas ABCD + (luas Δ ABT + luas Δ BCT + luas Δ CDT + luas Δ ADT)
= luas alas + jumlah luas seluruh sisi tegak
Jadi, secara umum rumus luas permukaan limas sebagai berikut.
Luas permukaan limas = luas alas + jumlah luas sisi-sisi tegak

2. Pembelajaran Menggunakan Media Manipulatif


a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin bentuk jamak dari medium yang
secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan37. Gerlach dan Ely dalam Azhar
Arsyad mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah
manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa
mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini
guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus,
pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-
alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, menyusun
kembali informasi visual atau verbal38.
Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi
dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication
Technology/AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan
saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Gagne
menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan
siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs berpendapat

37
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 3
38
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran.....h .3
37

bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta
merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah contoh-
contohnya.
Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA)
memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik
tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Media hendaknya dapat
dimanipulasi, dapat dilihat, didengar, dan dibaca. Apa pun batasan yang diberikan,
ada persamaan di antara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian
siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi39.
Dalam pengajaran matematika penggunaan media yang bervariasi dapat
mempengaruhi kreativitas dan kecepatan pemahaman siswa terhadap konsep
matematika. Guru dapat menyeleksi media-media yang mudah didapatkan, aman,
dan dapat digunakan dengan berbagai cara yang berbeda. Penyedian media tidak
selamanya harus dengan harga yang mahal, cukup dengan model yang sederhana
dan biasa ditemukan oleh siswa dalam kesehariannya. Sedangkan Arief S.
Sadiman menyatakan,”di antara hal terpenting dalam proses pembelajaran adalah
cara penyampaian informasi suatu bahan pelajaran, karena pembelajaran itu
merupakan proses komunikasi, yaitu penyampaian informasi melalui saluran
tertentu kepada si penerima”.40 Dalam komunikasi sering timbul hambatan-
hambatan yang menyebabkan proses komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien,
diantaranya adalah:41
1) Verbalisme, dimana guru menerangkan pelajaran hanya melalui kata-kata
atau secara lisan, di sini yang aktif hanya guru, sedangkan murid lebih
banyakbersifat pasif, dan komunikasi bersifat satu arah.
2) Perhatian yang bercabang, yaitu perhatian murid tidak terpusat pada
informasi yang disampaikan guru.

39
Arief S, Sadiman, Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 6-7
40
Arief S, Sadiman, Media Pendidikan.........h. 184
41
Asnawir dan M. Basyiruddin, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 6
38

3) Kekacauan penafsiran, ini terjadi disebabkan daya tangkap yang berbeda-


beda.
4) Tidak adanya tanggapan, yaitu murid-murid tidak merespon secara aktif
apa yang disampaikan guru, sehingga tidak terbentuk sikap yang
diperlukan.
5) Kurang perhatian, disebabkan prosedur dan metode pengajaran kurang
bervariasi, sehingga penyampaian informasi bersifat monoton, yang
menyebabkan kebosanan.
6) Keadaan fisik dan lingkungan yang menganggu.
7) Sikap pasif anak didik, yaitu tidak bergairahnya siswa dalam mengikuti
pelajaran disebabkan kesalahan memilih teknik komunikasi.
Oleh sebab itu, bermacam-macam media digunakan guru untuk
menyampaikan pesan ajaran kepada siswa, agar komunikasi berjalan dengan
efektif dan efisien. Media yang digunakan bisa berupa media penglihatan,
pendengaran, maupun keduanya.
Sadiman, dkk menyampaikan fungsi media (media pendidikan) secara
umum, adalah sebagai berikut: (i) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu
bersifat visual; (ii) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misal
objek yang terlalu besar untuk dibawa ke kelas dapat diganti dengan gambar,
slide, dsb., peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat film,
video, fota atau film bingkai; (iii) meningkatkan kegairahan belajar,
memungkinkan siswa belajar sendiri berdasarkan minat dan kemampuannya, dan
mengatasi sikap pasif siswa; dan (iv) memberikan rangsangan yang sama, dapat
menyamakan pengalaman dan persepsi siswa terhadap isi pelajaran42.
Fungsi media, khususnya media visual juga dikemukakan oleh Levie dan
Lentz, seperti yang dikutip oleh Arsyad bahwa media tersebut memiliki empat
fungsi yaitu: (a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, dan (d) fungsi
kompensatoris. Dalam fungsi atensi, media visual dapat menarik dan
mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran. Fungsi

42
Arief S, Sadiman, Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 16-17
39

afektif dari media visual dapat diamati dari tingkat “kenikmatan” siswa ketika
belajar (membaca) teks bergambar. Dalam hal ini gambar atau simbul visual dapat
menggugah emosi dan sikap siswa. Berdasarkan temuan-temuan penelitian
diungkapkan bahwa fungsi kognitif media visual melalui gambar atau lambang
visual dapat mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran untuk memahami dan
mengingat pesan/informasi yang terkandung dalam gambar atau lambang visual
tersebut. Fungsi kompensatoris media pembelajaran adalah memberikan konteks
kepada siswa yang kemampuannya lemah dalam mengorganisasikan dan
mengingat kembali informasi dalam teks. Dengan kata lain bahwa media
pembelajaran ini berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat
dalam menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dalam bentuk teks
(disampaikan secara verbal)43.
Menurut Asnawir dan Basyiruddin penggunaan media dalam proses
belajar mengajar mempunyai nilai-nilai praktis sebagai berikut:44
1. Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki
siswa;
2. Media dapat mengatasi ruang kelas;
3. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan
lingkungannya;
4. Media mnghasilkan keseragaman pengamatan;
5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis;
6. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru;
7. Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk
belajar;
8. Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang
konkrit sampai kepada yang abstrak.
Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu Edgar Dale
mengadakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang paling konkrit ke
yang paling abstrak, dari pengalaman langsung, obsevasi, partisipasi, demonstrasi,

43
44 Azhar Arsyad,
Asnawir dan M.Media Pembelajaran,
Basyiruddin, (Jakarta: PT Raja
Media Pembelajaran, Grafindo
(Jakarta: Persada,
Ciputat Pers,2007),
2002),h.h.16-17
16

wisata, tv, film, radio, visual,simbol visual, dan verbal. Klasifikasi


pengalaman tersebut diakui secara luas oleh kalangan pendidik dalam menentukan
alat bantu apa seharusnya sesuai untuk pengalaman belajar tertentu. Klasifikasi
pengalaman ersebut dikenal dengan nama kerucut pengalaman (Cone of
Experience).

Verbal Simbol Visual


Visual Radio
Film Televisi Pameran
Karyawisata Pengalaman Demonstrasi Pengalaman Dramatisasi
Pengalaman Tiruan

Pengalaman Langsung

Gambar 1: Kerucut Pengalaman Edgar Dale

Kerucut pengalaman adalah sebuah teori pola media pendidikan yang


dikemukakan oleh seorang ahli audio-visual material yang bernama Edgar Dale.
Dalam bukunya yang berjudul Audio-Visual Methods in Teaching,
digambarkannya tentang tingkat-tingkat pengalaman dan alat-alat yang diperlukan
untuk memperoleh pengalaman itu. Pengalaman berlangsung dari tingkat yang
kongkrit naik menuju ke tingkat yang abstrak. Pada tingkat yang kongkrit
seseorang belajar dari kenyataan atau pengalaman langsung yang bertujuan dalam
kehidupan kita. Kemudian meningkat ke tingkat yang lebih atas menuju kepuncak
kerucut, dalam tingkat yang abstrak dalam bentuk simbol-simbol. Semakin ke atas
semakin abstrak, tetapi tidak berarti semakin sulit. Pembagian tingkat-tingkat ini
semata-mata untuk membantu kita melihat pengalaman belajar.
41
b. Jenis-Jenis Media Pembelajaran
Menurut Amir Hamzah Sulaiman seperti yang dikutip oleh Wijaya jenis-
jenis media dapat digolongkan sebagai berikut: (1) Alat-alat visual dua dimensi
pada bidang yang tidak transparan yang meliputi gambar, lembaran balik, wayang
beber, grafik, diagram, bagan, peta, poster, gambar hasil cetak saring, foto dan
gambar sederhana, (2) Berbagai macam papan yang meliputi papan tulis, papan
flannel, papan magnet dan papan peragaan, (3) Alat-alat visual tiga dimensi yaitu
meliputi benda asli, model, barang contoh, alat tiruan sederhana, diaroma,
pameran, dan bak pasir, (4) Alat-alat audio yang meliputi tape recorder dan radio,
(5) Alat-alat audio visual murni yang meliputi film suara, (6) Demonstrasi dan
widyawisata45.
Menurut Rudy Bretz dalam Sadiman mengidentifikasi jenis-jenis media
berdasarkan tiga unsur pokok, yaitu: suara, visual dan gerak. Visual sendiri
dibedakan menjadi tiga yaitu gambar, garis, dan simbol. Berdasarkan tiga unsur
tersebut, Bretz mengklasifikasikan media ke dalam delapan kelompok, yaitu: (1)
media audio, (2) media cetak, (3) media visual diam, (4) media visual gerak, (5)
media audio semi gerak, (6) media semi gerak, (7) media audio visual diam, (8)
media audio visual gerak46.
Dalam perkembangannya media pembelajaran mengikuti perkembangan
teknologi. Teknologi yang paling tua yang dimanfaatkan dalam proses belajar
adalah percetakan yang bekerja atas dasar prinsip mekanis. Kemudian lahir
teknologi audio-visual yang menggabungkan penemuan mekanis dan elektronis
untuk tujuan pembelajaran. Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut,
Arsyad mengklasifikasikan media atas empat kelompok: 1) media hasil teknologi
cetak, 2) media hasil teknologi audio-visual, 3) media hasil teknologi berbasis
komputer, dan 4) media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Seels dan
Glasgow dalam Arsyadmembagi media ke dalam dua kelompok besar, yaitu:
media tradisional dan media teknologi mutakhir. Pilihan media tradisional berupa

45
I Wayan Sukra Warpala, “Strategi Pembelajaran, Bahan Sajian Program Pendidikan Akta
Mengajar”, dalam http://edukasi.kompasiana.com, 1 Juli 2011.
46
Arief S, Sadiman, Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 20
42

media visual diam tak diproyeksikan dan yang diproyeksikan, audio, penyajian
multimedia, visual dinamis yang diproyeksikan, media cetak, permainan, dan
media realia. Sedangkan pilihan media teknologi mutakhir berupa media berbasis
telekomunikasi (misal teleconference) dan media berbasis mikroprosesor (misal:
permainan komputer dan hypermedia)47.
Dari beberapa pengelompokan media tersebut, dapat dilihat bahwa hingga
kini belum ada suatu pengelompokan media yang mencakup segala aspek,
khususnya untuk keperluan pembelajaran. pengelompokan yang ada dilakukan
atas bermacam-macam kepentingan. Namun apapun dasar yang digunakan dalam
pengelompokan itu, tujuannya sama saja yaitu agar orang lebih mudah
mempelajarinya.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis media
dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu:
1) Media yang tidak diproyeksikan
Meliputi (a) Media realia/media manipulatif yaitu benda nyata yang
digunakan sebagai bahan atau sumber belajar. Ciri media realia yang asli
adalah benda yang masih dalam keadaan utuh, dapat dioperasikan, dalam
ukuran yang sebenarnya dan dapat dikenali sebagai wujud aslinya, (b)
Model yaitu benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang merupakan
representasi atau pengganti dari benda yang sesungguhnya. Contoh model
adalah: Candi borobudur, pesawat terbang atau tugu monas yang dibuat
dalam bentuk mini, (c) Media grafis, tergolong jenis media visual yang
menyalurkan pesan lewat simbol-simbol visual. Grafis juga berfungsi untuk
menarik perhatian, memperjelassajian pelajaran, dan mengilustrasikan suatu
fakta atau konsep yang mudah terlupakan jika hanya dijelaskan melalui
penjelasan verbal saja. Media grafis banyak jenisnya misalnya: gambar/foto,
sketsa, bagan, diagram, grafik, poster, kartun dan sebagainya.
2) Media yang diproyeksikan
Meliputi (a) Transparansi OHP, visualnya diproyeksikan ke layar
menggunakan proyektor. Media ini terdiri dari dua perangkat yaitu

47
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 29-35
43

perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Perangkat


lunaknya berupa transparansi yang disebut OHT (overhead transparency)
dan perangkat lunaknya adalah OHP (overhead projector), (b) Film
bingkai/slide, adalah suatu film tranparan yang umumnya berukuran 35 mm
dan diberi bingkai ukuran 2x2 inci.
3) Media Audio
Media audio secara khusus membahas tentang kaset audio, karena media ini
yang paling sering digunakan di sekolah.
4) Media Video
Media video merupakan salah satu jenis media audio visual. Sebagai media
audio visual video dapat menampilkan suara, gambar, dan gerakan
sekaligus. Sehingga media ini efektif untuk menyajikan berbagai topic
pelajaran yang sulit disampaikan melalui informasi verbal.

c. Media Manipulatif
Menurut Martiningsih benda asli/manipulatif adalah benda yang
sebenarnya, yang dapat diamati secara langsung oleh panca indera dengan cara
melihat, mengamati, dan memegangnya secara langsung tanpa melalui alat
bantu48.
Media manipulatif merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat
dipakai pada proses pembelajaran matematika. Penggunaan media manipulatif ini
pada proses pembelajaran matematika akan sangat membantu siswa dalam
memahami konsep, sesuai dengan tingkat kognitif siswa.
Media manipulatif (konkrit) adalah segala benda yang dilihat, disentuh,
didengar, dirasakan, dan dimanipulasikan (penyimpangan dari fungsi yang
sebenarnya). Hal ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang bisa ditemukan oleh
siswa dalam kesehariannya dapat dijadikan media matematika, seperti batang
korek api, uang logam, bola, balok, jam dinding, papan tulis, meja, lemari, dan

48
Martiningsih,“Penelitian Tindakan Kelas SMP Kelas IX”, dalam
http://www.martiningsih.co.cc, 6 Juni 2011.
44

masih banyak lagi media lain yang bisa digunakan dalam kegiatan pembelajaran
dan stimulasi matematika.
Menurut Aristo Rahadi benda asli/manipulatif atau benda realia adalah
benda nyata yang digunakan sebagai bahan atau sumber belajar. Benda asli dapat
digunakan dalam kegiatan belajar dalam bentuk sebagaimana adanya tidak perlu
dimodifikasi, tidak ada pengubahan kecuali dipindahkan dari kondisi lingkungan
aslinya. Ciri media asli (realita) adalah benda yang masih dalam keadaan utuh,
dapat dioperasikan, dalam ukuran yang sebenarnya dan dapat dikenali sebagai
wujud aslinya.
Menurut Muhammad Ikhsan mengatakan bahwa media asli adalah media
realita. Benda tersebut tidak harus dihadirkan di ruang kelas, tetapi siswa dapat
melihat langsung ke objek. Kelebihan dari media asli adalah dapat memberikan
pengalaman nyata kepada siswa49.
Menurut Agung Raharjo mengatakan bahwa benda asli/manipulatif adalah
benda-benda yang sebenarnya. Pengalaman melalui benda sebenarnya yakni
benda-benda real yang dipakai manusia di dalam kehidupan sehari-hari. Golongan
ini merupakan golongan utama yaitu pengalaman-pengalaman yang diperoleh
adalah pengalaman langsung dan nyata. Benda-benda asli itu banyak macamnya,
mulai dari manusia, benda atau makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan, juga
termasuk benda-benda mati seperti batuan, air, tanah, dan lain-lain50.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa media benda
asli/media manipulatif adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima yang berwujud benda sebenarnya
yang dapat diamati secara langsung oleh pancaindera dengan cara melihat,
mengamati, dan memegangnya tanpa melalui alat bantu.
Penggunaan media manipulatif dalam pembelajaran matematika yang
dilakukan sekolah menengah pertama memiliki beberapa fungsi diantaranya
sebagai berikut:

49
Muhammad Ikhsan,” Berbagai Jenis Pembelajaran”,dalam http://alazka.sch.id, 19 Juni
2011.
50
Agung Raharjo, “Pengembangan Model Remedial Pembelajaran Matematika Sekolah
Dasar dengan Menggunakan Alat Manipulatif”, dalam http://www.unisla.ac.id, 19 Juni 2011.
45

a. Untuk menarik perhatian siswa, atau menumbuhkan kesukaan siswa akan


matematika.
b. Untuk memperagakan objek atau operasi matematis, ketika siswa belum
mampu bekerja dengan objek atau operasi yang abstrak.
c. Untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghayati peristiwa
yang terjadi ketika mereka mengutak atik media manipulatif untuk
memperoleh pemahaman tentang konsep matematis atau sifat matematis.
Hal ini dapat dikerjakan secara kelompok atau secara individu.

d. Keuntungan Penggunaan Media Manipulatif


Media manipulatif yang digunakan dalam proses pembelajaran matematika
mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan dari penggunaan media manipulatif antara lain:
1) Menimbulkan minat dan motivasi belajar siswa.
2) Mengembangkan kreativitas siswa.
3) Mengefektifkan komunikasi.
4) Menjelaskan konsep matematika.
5) Merumuskan atau membentuk konsep.
6) Melatih siswa untuk belajar menemukan suatu ide dan relasi tentang
konsep yang diketahui.
Kelemahan dari penggunaan media manipulatif antara lain:
1) Media manipulatif perlu dipersiapkan dengan matang agar siswa dapat
menemukan sendiri, karena kalau tidak waktu yang dibutuhkan tidak
mencukupi.
2) Tidak semua konsep dapat dijelaskan dengan menggunakan media
manipulatif.
3) Bagi siswa yang pintar penggunaan media manipulatif tidak menarik.
4) Butuh biaya yang tidak sedikit51.

51
Fitrani Dwina dan Yerizon, “Alat Manipulatif dalam Proses Pembelajaran Matematika di
Sekolah Dasar”, dalam http://www.duniaguru.com, 8 Juni 2011
46

B. Hasil Penelitian yang Relevan


1. Menurut penelitian Diah Puspita dengan judul ”Penggunaan Media Benda
Asli Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Dalam Pembelajaran
Matematika Kelas III SD Negeri Baran I Kecamatan Nguter Kabupaten
Sukoharjo” tahun 2010 menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran
dengan menggunakan media benda asli/media manipulatif dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di kelas III sehingga dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep pecahan.
2. Menurut penelitian Suhariyanto dengan judul “Peningkatan Pemahaman
Konsep Geometri Melalui Pembelajaran Kooperatif Menggunakan Media
Benda Kongkret Dan Lembar Kerja Siswa” tahun 2007 menyimpulkan bahwa
model pembelajaran kooperatif menggunakan media benda-benda kongkrit
dan lembar kegiatan siswa dapat meningkatan aktifitas siswa dalam belajar,
pemahaman konsep geometri, dan meningkatan hasil belajar siswa.

C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis
tindakan dalam penelitian ini adalah:
1. Penggunaan media manipulatif/benda konkret dapat meningkatkan
pemahaman konsep bangun ruang sisi datar.
2. Penggunaan media manipulatif/benda konkret dapat meningkatkan aktivitas
belajar matematika siswa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di MTs Jam’iyyatul Khair Ciputat
Tangerang Selatan kelas VIII-2 yang berjumlah 32 siswa. Adapun waktu
penelitian ini dilaksanakan pada semester genap bulan Januari sampai dengan
Maret 2010 tahun pelajaran 2009/2010.

B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas atau classroom
action research, yaitu penelitian yang dilakukan di kelas dengan tujuan
memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran. 1 Penelitian tindakan
kelas ini adalah usaha guru untuk dapat mengorganisasikan kondisi praktek
pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri.2 Metode
penelitian kelas ini dilakukan pada pembelajaran matematika dengan
menggunakan media manipulatif sebagai upaya meningkatkan pemahaman
konsep BRSD (Bangun Ruang Sisi Datar).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa siklus, dimana tiap-
tiap siklus terdiri dari empat tahapan, diantaranya:
1. Perencanaan (Planning)
Peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Peneliti
menyiapkan skenario pembelajaran dan instrumen penelitian yang terdiri atas
lembar soal-soal latihan, lembar tes formatif, lembar observasi dan lembar
wawancara.
2. Tindakan (Acting)
Tahap kedua dari penelitian ini adalah pelaksanaan yang merupakan
implementasi atau isi rancangan, yaitu menggunakan tindakan kelas.

1
Suharsimi,dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), h.58.
2
Rochiati Wiraatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2005), Cet. 1, h. 13.

47
48

3. Pengamatan (Observation)
Tahap ketiga yaitu selama tahap pelaksanaan peneliti mengobservasi
keaktifan dan respon siswa terhadap skenario pembelajaran yang telah dibuat
peneliti, dengan menggunakan lembar observasi.
4. Refleksi (Reflecting)
Pada tahap ini, hasil yang didapat dari observasi dikumpulkan dan
dianalisa bersama oleh peneliti dan guru, sehingga dapat diketahui apakah
kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Hasil
analisis tersebut akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan
selanjutnya.
Adapun alur penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan
digambarkan sebagai berikut3 :
Tabel. 1
Diagram Desain Penelitian
SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III

Permasalahan Permasalahan baru Permasalahan


Kurangnya hasil baru hasil refleksi
pemahaman konsep refleksi I II
yang dimiliki siswa

Perencanaan Perencanaan Perencanaan


tindakan 1 tindakan II tindakan III

Pelaksanaan Pelaksanaan Pelaksanaan


tindakan 1 tindakan II tindakan III

Pengamatan/ Pengamatan/ Pengamatan/


pengumpulan pengumpulan pengumpulan
data data data

Refleksi 1 Refleksi II Refleksi III

3
Suharsimi,dkk., Penelitian Tindakan..., h. 74
49

Berdasarkan analisis tersebut maka dapat ditentukan apakah siklus


selanjutnya perlu dilanjutkan atau tidak, sedangkan penelitian akan dihentikan
dengan indikator keberhasilan sebagai berikut :
1) Hasil belajar matematika siswa berupa nilai tes formatif akhir siklus
menunjukkan 75%4 siswa mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh MTs Jam’iyyatul
Khair Ciputat Tangerang Selatan yakni 62.
2) Persentase aktivitas belajar matematika siswa selama satu siklus mencapai
72%5, yang diperoleh dari rata-rata skor aktivitas dalam instrumen
aktivitas belajar matematika siswa. Peneliti mengembangkan kategori-
kategori aktivitas belajar matematika siswa sebagai ukuran dalam
menggambarkan bagaimana aktivitas belajar matematika siswa yang
dicapai. Kategori-kategori tersebut tercantum dalam tabel sebagai berikut:
Tabel. 2
Kategori Aktivitas Belajar Siswa

Kategori Deskripsi
Kurang aktif Persentase aktivitas belajar siswa mencapai ≤ 60%.
Cukup aktif Persentase aktivitas belajar siswa mencapai 60% – 70%.
Aktif Persentase aktivitas belajar siswa mencapai 71% – 95%.
Sangat aktif Persentase aktivitas belajar siswa mencapai 96% – 100%.

Indikator keberhasilan kinerja aktivitas belajar matematika siswa yang


ditetapkan yakni sebesar 72%. Hal ini jika dibandingkan dengan tabel kategori
aktivitas belajar maka berada pada rentang batas bawah kategori aktif.
Jika kedua indikator kinerja tersebut terpenuhi maka penelitian tindakan
ini berhasil dan tindakan penelitian dihentikan. Sebaliknya, jika salah satu atau
kedua indikator keberhasilan kinerja belum terpenuhi, maka tindakan penelitian
ini harus dilanjutkan ke siklus berikutnya, dan disertai dengan adanya perbaikan-
perbaikan yang menjadi kekurangan dari siklus sebelumnya.

4
Akhmad Sudrajat,”Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning) dalam KTSP”,dalam
http://akhmad sudrajat.wordpress.com, 5 Oktober 2011.
5
Akhmad Sudrajat,”Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning) dalam KTSP”,dalam
http://akhmad sudrajat.wordpress.com, 13 Oktober 2009.
50

C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-2 Madrasah
Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair Ciputat Tangerang Selatan tahun pelajaran
2009/2010, dengan jumlah 32 siswa yang terdiri dari putra 15 orang dan putri 17
orang. Alasan peneliti mengambil objek penelitian kelas VIII-2 karena di kelas ini
pemahaman konsep matematika rendah dan aktivitas dalam pembelajaran belum
maksimal, hal ini berdasarkan data hasil observasi dan wawancara yang dilakukan
peneliti terhadap guru mata pelajaran. Dari data yang ada menunjukkan bahwa
90% (27 orang) yang nilainya di bawah nilai KKM yang sudah ditetapkan oleh
sekolah tersebut, jadi hanya 10% (3 orang) yang nilainya di atas atau sama dengan
nilai KKM.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian


Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaksana tindakan
penelitian dan pewawancara terhadap subjek penelitian. Peneliti bekerja sama
dengan dua orang guru kolaborator, guru kolaborator pertama bertugas: (a)
Mengamati aktivitas belajar matematika siswa dan menulisnya dalam instrumen
catatan observasi aktivitas belajar matematika siswa, serta memberikan skor pada
instrumen aktivitas belajar matematika siswa. (b) Mengamati pelaksanaan
tindakan penelitian dan menuangkannya dalam lembar catatan evaluasi tindakan
penelitian. (c) Bersama peneliti mengevaluasi tindakan penelitian yang telah
dilakukan pada suatu siklus tertentu dalam tahap refleksi. Sedangkan guru
kolaborator kedua bertugas mendokumentasikan aktivitas pembelajaran dalam
bentuk foto-foto selama penelitian berlangsung.

E. Tahapan Perencanaan Kegiatan


Tahap penelitian ini dimulai dengan kegiatan pendahuluan (tahap
prapenelitian) yang akan dilanjutkan dengan siklus 1, setelah melakukan analisis
dan refleksi pada siklus I penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II dan
seterusnya.
51

Adapun tahapan penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan


digambarkan sebagai berikut:
1. Tahapan Penelitian Kegiatan Awal
a. Observasi
b. Mengurus surat izin penelitian
c. Membuat instrument penelitian
d. Mempersiapkan media manipulatif
e. Menghubungi kepala sekolah
f. Menentukan kelas subjek penelitian
g. Wawancara terhadap guru mata pelajaran
h. Memberikan tes bangun ruang sisi datar untuk mengetahui kemampuan awal.
i. Observasi proses pembelajaran di kelas penelitian
j. Mensosialisasikan pembelajaran matematika dengan menggunakan media
manipulatif.

2. Siklus I
a. Tahap Perencanaan Tindakan I
1) Membuat rencana pembelajaran.
2) Mempersiapkan media manipulatif/benda konkret,
3) Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan,
4) Membuat LKS,
5) Menyiapkan soal latihan pada setiap pertemuan,
6) Menyiapkan soal akhir siklus I
7) Mempersiapkan semua keperluan untuk observasi.
8) Menyiapkan alat dokumentasi.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan I
1) Pendahuluan
a) Memotivasi siswa pembelajaran dengan menggunakan media
manipulatif.
b) Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran
52

2) Kegiatan inti
a) Guru memberikan LKS
b) Siswa bekerja dalam kelompok dan mendiskusikan LKS.
c) Siswa mempresentasikan pekerjaannya dan kelompok lain
menanggapi.
d) Siswa menyebutkan benda-benda yang termasuk bangun ruang sisi
datar beserta nama bangun ruangnya.
e) Guru menjelaskan dengan mengajak siswa berdiskusi mengenai LKS
yang telah dikerjakan siswa, dalam berdiskusi guru mengkonstruk
pemahaman siswa mengenai bangun ruang sisi datar.
f) Guru menjelaskan sambil memperagakan media manipulatif/benda
konkret.
g) Untuk meningkatkan pemahaman terhadap bangun ruang sisi datar
guru memberikan latihan kepada siswa.
h) Membahas dan mengoreksi latihan bersama-sama.
i) Mengerjakan soal tes siklus I
j) Mewawancarai siswa
k) Dokumentasi
3) Penutup
a) Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang telah
dibahas.
b) Memberikan tugas kepada siswa.
c. Tahap Observasi Tindakan I
1) Observer mencatat kegiatan belajar mengajar siswa yang menggunakan
lembar kerja siswa di kelas.
2) Menganalisis data yang telah terkumpul pada setiap pertemuan.
d. Tahap Refleksi Tindakan I
1) Menentukan keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan siklus I yang
akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya.
2) Merefleksi kekurangan pada siklus I
53

3. Siklus II
Dengan memperhatikan hasil tindakan dalam siklus I, maka penelitian
ditindaklanjuti dengan berbagai tahapan sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan Tindakan II
1) Membuat rencana pembelajaran.
2) Mempersiapkan media manipulatif/benda konkret,
3) Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan,
4) Membuat LKS,
5) Menyiapkan soal latihan pada setiap pertemuan,
6) Menyiapkan soal akhir siklus II
7) Mempersiapkan semua keperluan untuk observasi.
8) Menyiapkan alat dokumentasi.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan II
1) Pendahuluan
a) Memotivasi siswa pembelajaran dengan menggunakan media
manipulatif.
b) Mengomunikasikan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan inti.
a) Pembelajaran diulang dengan tetap mengacu pada LKS di siklus I
b) Siswa didampingi teman yang menguasai materi.
c) Siswa dapat membuat jaring-jaring bangun ruang dari benda-benda
yang sudah ditugaskan kepada siswa.
d) Guru menjelaskan dengan mengajak siswa berdiskusi mengenai LKS
yang telah dikerjakan siswa, dalam berdiskusi guru mengkonstruk
pemahaman siswa mengenai bangun ruang sisi datar.
e) Guru menjelaskan sambil memperagakan media manipulatif/benda
konkret.
f) Siswa diberikan latihan-latihan.
g) Mengerjakan soal tes siklus II
h) Mewawancarai siswa,
i) Dokumentasi
54

3) Penutup
a) Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang telah
dibahas.
b) Memberikan tugas kepada siswa.
c. Tahap Observasi Tindakan II
1) Observer mencatat kegiatan belajar mengajar siswa yang menggunakan
lembar kerja siswa di kelas.
2) Guru mengadakan post test pada akhir siklus II.
3) Menganalisis data yang telah terkumpul pada setiap pertemuan.
d. Tahap Refleksi Tindakan II
1) Menentukan keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan siklus II
yang akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya.
2) Menarik kesimpulan mengenai hasil yang dicapai dalam proses belajar
mengajar selama penelitian baik kekurangan maupun kelebihannya
melalui metode dan media yang dipakai dalam pembelajaran.
Keterangan: Apabila permasalahan belum terselesaikan dilanjutkan ke
siklus selanjutnya.

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan


Hasil intervensi tindakan yang diharapkan adalah sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai yaitu meningkatkan pemahaman konsep Bangun Ruang Sisi
Datar kelas VIII-2 MTs Jam’iyyatul Khair Ciputat Tangerang Selatan dengan
menggunakan media manipulatif, guna meningkatkan hasil belajar matematika
siswa dan meningkatnya aktivitas belajar matematika siswa sesuai dengan
indikator keberhasilan kinerja.

G. Data dan Sumber Data


Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif
1. Data kualitatif: hasil catatan observasi aktivitas belajar matematika siswa,
hasil catatan evaluasi tindakan penelitian, hasil catatan tindakan penelitian,
55

hasil wawancara terhadap subjek penelitian, dan hasil dokumentasi


(berupa foto kegiatan pembelajaran).
2. Data kuantitatif: nilai tes formatif akhir siklus yaitu berupa tes pemahaman
konsep matematika bangun ruang sisi datar dan persentase aktivitas belajar
matematika siswa pada setiap siklus.
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari seluruh siswa kelas VIII-2
Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair Ciputat Tangerang Selatan tahun
pelajarn 2009/2010 sebagai subjek penelitian, guru kolaborator, dan peneliti.

H. Instrumen-instrumen Pengumpulan Data


Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
terdiri atas dua jenis yaitu:
1. Instrumen Tes
Instrumen tes digunakan tes formatif pemahaman konsep matematika
bangun ruang sisi datar yaitu tes yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Tes
ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan pemahaman konsep matematika
bangun ruang sisi datar dengan menggunakan media manipulatif dan ketuntasan
belajar siswa terhadap seluruh materi yang telah diberikan pada kedua siklus.
Tabel. 3
Kisi-Kisi Instrumen Test Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi Datar
Siklus I
Dimensi Pemahaman Konsep Jumlah
No Indikator Bloom soal
Translasi Interpretasi Ekstrapolasi

1 Siswa dapat menghitung jumlah panjang


1
rusuk-rusuk bangun ruang sisi datar 1
2
2 Siswa dapat menghitung luas
3 3
permukaan bangun ruang sisi datar.
6
Siswa dapat menerapkan konsep luas
3 permukaan bangun ruang sisi datar 4 2
dalam kehidupan sehari-hari.
5
Jumlah 6
56

Tabel. 4
Kisi-Kisi Instrumen Test Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi Datar Siklus II

Dimensi Pemahaman
No Indikator Konsep Bloom Jumlah
Translasi Interpretasi Ekstrapolasi soal

1 Siswa dapat menghitung jumlah panjang


1
rusuk-rusuk bangun ruang sisi datar 1
Siswa dapat menghitung volume bangun
ruang sisi datar (kubus, balok, prisma,
3
2 dan limas) jika diketahui luas
4 3
permukaan, jumlah panjang rusuk-rusuk
6
dan perbandingan panjang rusuk-
rusuknya.

Siswa dapat menerapkan konsep volume 2


3 bangun ruang sisi datar dalam kehidupan 2
sehari-hari 5

Jumlah 6

2. Instrumen Non Tes


Instrumen non tes ini terdiri dari:
a. Instrumen aktivitas belajar matematika siswa untuk mengukur aktivitas

belajar matematika siswa saat tindakan dikenakan terhadap subjek


penelitian tindakan.
Berikut kisi-kisi instrumen aktivitas belajar matematika siswa.
Tabel. 5
Kisi-kisi Instrumen Aktivitas Belajar Matematika Siswa

Indikator aktivitas Butir-butir pernyataan Nomor


No
belajar butir
1 Motivasi Belajar  Memperhatikan penjelasan teman/guru 1
dengan serius
 Bersemangat dan antusias dalam belajar 2
 Rasa ingin memahami materi tinggi 3
 Tekun dalam menghadapi tugas 4
2 Keaktifan Belajar  Banyak bertanya/menjawab 5
Kelompok pertanyaan guru/teman
 Senang mencari dan memecahkan soal 6
 Dapat mempertahankan pendapatnya 7
57

b. Catatan evaluasi tindakan penelitian


Catatan evaluasi tindakan penelitian digunakan untuk mengetahui apakah
proses pembelajaran terlaksana dengan baik, bagaimana interaksi yang
terjadi dikelas, bagaimana aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran
berlangsung, serta untuk mengetahui kekurangan dalam proses
pembelajaran. Observasi ini dilakukan oleh guru matematika kelas VIII-2
di MTs Jam’iyyatul Khair Ciputat Tangerang Selatan. Lembar observasi
ini digunakan untuk menganalisa dan merefleksi setiap siklus untuk
memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya.
c. Lembar Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap subjek penelitian. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui secara langsung kondisi siswa serta untuk mengetahui
gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalah-
masalah yang dihadapi di kelas serta untuk mengetahui respon siswa
terhadap pembelajaran dengan menggunakan media manipulatif.
Berikut adalah tabel kisi-kisi instrumen pedoman wawancara:
Tabel. 6
Kisi-kisi Instrumen Pedoman Wawancara

Indikator aktivitas Butir-butir pertanyaan Nomor


belajar butir
Keaktifan Belajar  Apakah anda mendengarkan penjelasan 1
Siswa yang disampaikan teman/guru?
 Apakah anda antusias dalam mengikuti 2
pembelajaran?
 Apakah anda merasa terbebani dengan 3
kemampuan minimal yang harus dikuasai?
 Apakah anda merasa terbantu dengan 4
teman anda ketika mengalami kesulitan?
 Apakah anda selalu membantu teman yang 5
mengalami kesulitan?
 Apakah media yang digunakan oleh guru
membantu memudahkan anda dalam 6
memahami konsep matematika bangun
ruang sisi datar?
58

I. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian tindakan ini data-data yang dikumpulkan berupa
informasi tentang:
1. Data aktivitas belajar matematika siswa
Data aktivitas belajar matematika siswa diperoleh dari instrumen aktivitas
belajar matematika siswa, instrumen catatan observasi aktivitas belajar
matematika siswa yang diisi oleh guru kolaborator, catatan tindakan penelitian
yang diisi oleh peneliti, hasil wawancara terhadap subjek penelitian, serta foto-
foto aktivitas pembelajaran saat tindakan berlangsung.
2. Data hasil belajar matematika siswa
Data hasil belajar matematika siswa diperoleh dari tes formatif akhir
siklus.

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness) Studi


Instrumen yang akan mengukur hasil belajar siswa adalah tes formatif
akhir siklus, untuk memvalidasi validitas instrumen tes formatif akhir siklus
digunakan validitas judgement yaitu validitas yang berdasarkan para ahli/pakar.
Instrumen yang akan mengukur aktivitas belajar matematika siswa adalah
instrumen aktivitas belajar matematika siswa, instrumen catatan observasi
aktivitas belajar matematika siswa dan pedoman wawancara terhadap subjek
penelitian. Teknik pemeriksaan kepercayaan yang digunakan terhadap data
aktivitas belajar matematika siswa ini adalah dengan menggunakan metode
triangulasi. Triangulasi merupakan proses memastikan sesuatu (getting a fix) dari
berbagai sudut pandang. Triangulasi berfungsi untuk meningkatkan ketajaman
hasil pengamatan melalui berbagai cara dalam pengumpulan data. Metode
triangulasi terhadap data aktivitas belajar matematika siswa diperoleh dari data
yang dihasilkan dari instrumen aktivitas belajar matematika siswa, instrumen
catatan observasi aktivitas belajar matematika siswa, dan hasil wawancara
terhadap subjek penelitian. Sehingga hasil dari ketiga data tersebut semuanya
mengarah dan memperkuat data aktivitas belajar matematika siswa.
59

K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Data


Setelah data-data penelitian yang dihasilkan terkumpul, peneliti
memeriksa kembali kelengkapan dan keabsahan data-data tersebut. Tahap
selanjutnya adalah menganalisis data-data tersebut.
1. Data kuantitatif
Data kuantitatif berupa data skor aktivitas belajar matematika siswa dan
nilai tes formatif akhir siklus. Data-data tersebut penulis sajikan ke dalam bentuk
tabel dan mengelompokkannya ke dalam tabel distribusi frekuensi dengan
menggunakan aturan sturgess. Kemudian data dianalisis dengan menggunakan
analisis statistik deskriptif berupa nilai persentase, rata-rata (ukuran pemusatan
data), nilai tertinggi, dan nilai terendah.
Rumus persentase yang digunakan adalah6:

Keterangan:
p = Angka persentase.
f = Frekuensi yang akan dicari persentasenya.
N = Number of Cases (Jumlah frekuensi/banyaknya individu).
Analisis data dilakukan pada berbagai kesempatan, dari awal penelitian
sampai berakhirnya proses penelitian. Hasil dari analisis data ini berupa informasi
berbentuk kalimat-kalimat yang memberi gambaran proses penelitian.
Setelah menganalisis data-data, selanjutnya adalah memberikan
interpretasi terhadap nilai persentase dan rata-rata sehingga diperoleh suatu
kesimpulan yang tepat.
2. Data kualitatif
Data kualitatif berupa data aktivitas belajar matematika siswa yang
diperoleh dari instrumen catatan observasi aktivitas belajar matematika siswa,
catatan evaluasi tindakan penelitian, catatan tindakan penelitian, dan hasil
wawancara peneliti terhadap subjek penelitian. Dianalisis secara kualitatif dengan

6
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008),
h. 43.
60

proses koding untuk mengorganisasi data, selanjutnya membuat interpretasi data


dan mendeskripsikannya secara jelas atas dasar data sehingga menjadi suatu
kesimpulan.

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan


Media manipulatif/benda konkret merupakan salah satu media
pembelajaran yang dapat dipakai pada proses pembelajaran matematika.
Penggunaaan media manipulatif pada proses pembelajaran matematika akan
sangat membantu siswa dalam memahami konsep matematika sesuai dengan
tingkat kognitif siswa. Berdasarkan teori yang diuraikan bahwa media
manipulatif/benda konkret merupakan media pembelajaran yang dapat memenuhi
kebutuhan belajar setiap siswa dan membantu dalam mengembangkan potensi
belajar semua siswa. Zaman selalu berubah dan kompetitif berdasarkan
perkembangan teknologi informasi, untuk itu guru yang ideal harus merancang
media pembelajaran bagi siswanya demi kesuksesan siswa dalam menghadapi
perkembangan zaman.
Sejalan dengan alasan tersebut penulis mengharapkan bahwa tindak lanjut
tindakan penelitian ini tidak berhenti sampai penelitian ini berakhir, tetapi juga
dikembangkan secara maksimal sesuai dengan teori media pembelajaran. Dalam
media pembelajaran terdapat banyak jenis-jenis media yang digunakan dalam
melaksanakan pembelajara, diantaranya media gambar, multimedia, media
interaktif dan sebagainya. Penulis menawarkan kepada pihak lain untuk
meneliti/mengembangkan penggunaan media pembelajaran berdasarkan jenis-
jenis media pembelajaran yang lainnya dalam aplikasi pembelajaran, demi
terciptanya kualitas pembelajaran yang maksimal dan memperhatikan kebutuhan
belajar siswa. Sebagai bahan referensi penulis menyediakan contoh format
instrumen-instrumen penilaian, rencana pelaksanaan pembelajaran yang dapat
diadopsi atau dikembangkan sesuai dengan kebutuhan.
61
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Penelitian Pendahuluan
Peneliti melakukan observasi selama tiga kali yaitu pada tanggal 19, 25,
dan 26 Januari 2010. Observasi yang dilakukan peneliti pada hari Selasa, 16
Januari 2010 yaitu ke bagian kurikulum untuk menanyakan silabus yang
digunakan untuk bahan pembelajaran, besar KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimum) yang digunakan di MTs Jam’iyyatul Khair, khususnya pelajaran
matematika yaitu sebesar 62,0.
Senin, 25 Januari 2010 peneliti melakukan wawancara kepada guru bidang
studi matematika, tujuannya untuk mengetahui proses pembelajaran matematika
di kelas VIII dan mengetahui tentang sikap siswa terhadap pelajaran matematika
terkait dengan pembelajaran matematika dengan menggunakan media manipulatif.
Dari hasil wawancara digunakan untuk bahan perencanaan tindakan kegiatan
pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, diperoleh informasi bahwa
pembelajaran matematika yang selama ini digunakan adalah dengan mengunakan
metode ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab. Menurut guru tersebut, sikap
siswa yang cenderung pasif dalam belajar matematika sehingga kurang adanya
interaksi antara guru dan siswa. Selain itu guru menganggap karena kemampuan
siswa dalam pelajaran matematika masih rendah, sehingga guru kesulitan untuk
mencoba metode lain untuk pembelajaran matematika.
Dari hasil wawancara ini, ditentukan kelas VIII-2 sebagai kelas yang
cocok untuk penelitian, terkait dengan permasalahan pemahaman konsep siswa
dalam belajar matematika. Penentuan ini didasarkan pada pengamatan yang
dilakukan oleh guru selama mengajar di kelas tersebut. Dalam pengamatan ini
terlihat sikap dari sebagian siswa di kelas tersebut memiliki prestasi yang lebih
rendah dibandingkan kelas yang lain. Hal ini terlihat dari beberapa hasil ulangan
harian matematika, dimana hampir seluruh siswa pada kelas tersebut harus

61
62

melakukan remedial. Dimana nilai rata-rata ulangan hanya 47,7 dengan persentase
nilai di atas KKM hanya 10% (3 orang) dan 90% nilai di bawah KKM (27 orang).
Dalam proses pembelajaran siswa masih terlihat takut untuk bertanya.
Berdasarkan masalah di atas dapat disimpulkan, bahwa seorang guru harus
dapat membuat sebuah pembelajaran matematika yang menarik dan
menyenangkan, agar materi yang disampaikan mudah diterima dengan baik oleh
siswa. Selain itu, siswa akan lebih bersemangat dalam mengerjakan tugas-tugas
yang diberikan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menggunakan media
manipulatif sebagai media pembelajaran matematika yang diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa serta dapat meningkatkan
hasil belajar matematika.
Selasa, 26 Januari 2010 peneliti mengobservasi keadaan sekolah. Di
sekolah sama sekali tidak mempunyai fasilitas pembelajaran matematika seperti
buku paket, alat peraga, serta alat pendukung lainnya yang berhubungan dengan
pembelajaran matematika.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan hasil observasi pembelajaran di
kelas dari penelitian pendahuluan yang dilakukan adalah:
a. Metode pembelajaran matematika yang sering digunakan oleh guru
matematika adalah metode ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab.
b. Pada saat kegiatan pembelajaran siswa kurang bersemangat dan kurang
termotivasi untuk belajar, hal ini ditunjukan dengan kurang antusiasnya
siswa dalam menerima pelajaran, siswa kurang aktif dalam mengikuti
pembelajaran.
c. Kurangnya pendekatan guru terhadap murid sehingga menyebabkan siswa
masih merasa takut untuk bertanya kepada guru.
d. Siswa tidak terbiasa belajar secara berkelompok
e. Tingkat kemampuan siswa dalam belajar matematika masih kurang
Berdasarkan hasil observasi penelitian pendahuluan, maka peneliti
melaksanakan penelitian di sekolah MTs Jam’iyyatul Khair Ciputat Tangerang
Selatan, hal ini disebabkan pembelajaran matematika dengan metode ceramah,
demonstrasi, dan tanya jawab terlihat belum maksimal sehingga peneliti mencoba
63

pembelajaran matematika dengan menggunakan media manipulatif, dan


pengggunaan media manipulatif menjadikan siswa lebih aktif dalam belajar serta
akan menumbuhkan sikap saling kerja sama dalam belajar kelompok.
Di samping itu, pembelajaran menggunakan media manipulatif diharapkan
dapat membantu siswa untuk aktif bertanya kepada guru sehingga akan
meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar matematika.

B. Data Penelitian dan Analisis Data


1. Analisis Pemahaman Konsep Matematika Siswa
Data pemahaman konsep matematika yang dimaksud adalah pemahaman
konsep matematika bangun ruang sisi datar, adapun sub pokok bahasannya hanya
sampai menghitung luas permukaan bangun ruang sisi datar (kubus, balok, prisma
dan limas). Data pemahaman konsep matematika siswa diperoleh dari nilai tes
formatif akhir siklus. Data-data nilai tes formatif akhir siklus I dan II peneliti
analisis dengan menggunakan analisis kualitatif. Analisis kualitatif penulis
menganalisisnya berdasarkan data hasil jawaban tes formatif akhir siklus I dan II.
Pada tes formatif akhir siklus I, siswa yang berkemampuan akademik
tinggi mendominasi daftar ketuntasan. Pada siklus I ini skor pemahaman konsep
bangun ruang sisi datar yang mendapat persentase paling besar adalah dimensi
translation sebesar 83,75%, sedangkan pemahaman konsep pada dimensi
interpretation dan ekstrapolation berturut-turut sebesar 71,18% dan 41,52%.
Peneliti menganalisis proses-proses dalam menemukan jawaban, penemuan
peneliti bahwa terdapat siswa yang dapat mengerjakan semua soal dengan cepat
dan hanya saja karena kurang teliti siswa tersebut salah dalam perhitungan akhir,
padahal langkah-langkah sudah sesuai dengan konsep materi. Ada pula siswa
lainnya dalam pengisisan jawaban secara konsep benar namun karena kurang teliti
dalam hal operasi aljabar mengakibatkan jawaban akhirnya kurang tepat.
Pada siswa berkemampuan akademik sedang tidak begitu banyak yang
tuntas. Mereka hanya mampu menyelesaikan yang soal-soal dengan tingkat
kesukaran mudah dan beberapa yang sedang. Dalam mengisi jawaban mereka
dapat menggunakan konsep yang tepat. Namun kendalanya adalah mereka belum
64

bisa mengoperasikan konsep secara aljabar hingga menemukan jawabannya,


mereka hanya bisa sebatas menginput angka-angkanya saja.
Siswa berkemampuan rendah belum ada yang mencapai tuntas.
Berdasarkan isian jawaban mereka baru benar pada soal dengan tingkat
kesukaran mudah. Pada soal yang lain mereka berusaha untuk menjawabnya. Isian
jawaban menunjukkan bahwa mereka dapat menyebutkan konsep dengan benar
namun kendala mereka adalah belum tepat dalam menginput angka-angka ke
dalam konsep tersebut dan operasi aljabar yang masih keliru.
Pada tes formatif akhir siklus II siswa berkemampuan akademik tinggi
semuanya tuntas. Mereka dapat mengerjakan soal-soal dengan baik dan sistematis.
Siswa berkemampuan sedang tuntas dalam tes formatif siklus II, sebagian besar
dapat mengerjakan soal dengan baik pada soal-soal dengan tingkat kesukaran
mudah dan sedang. Siswa yang lainnya belum mencapai nilai ketuntasan, namun
pada sisi lain terjadi peningkatan jumlah soal yang dijawab dengan benar dari
pada siklus I, akibatnya nilai yang diperoleh tidak terlalu rendah. Skor
pemahaman konsep matematika didominasi pada dimensi pemahaman translation.
Hal ini terlihat dari persentase tiap dimensi, dimana dimensi translation
memperoleh persentase yang paling besar yaitu 88,43% sedangkan dimensi
interpretation dan dimensi extrapolation memperoleh persentase berturut-turut
sebesar 82,01%, dan 55,62%.
Hasil yang diperoleh bahwa terdapat peningkatan pemahaman konsep
matematika siswa pada siklus II. Hal ini berdasarkan nilai persentase rata-rata
pemahaman konsep matematika akhir siklus II mencapai 75,35 % sedangkan
pemahaman konsep matematika pada akhir siklus I hanya mencapai 65,48%
artinya pemahaman konsep matematika bangun ruang sisi datar dari siklus I dan
siklus II mengalami peningkatan sebesar 9,87%. Selain itu, pada akhir siklus II
menunjukkan 78,1% siswa tuntas dalam belajar matematika, hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar siswa menguasai materi bangun ruang sisi datar di akhir
siklus II. Data persentase rata-rata pemahaman konsep matematika akhir siklus I
dan II peneliti sajikan dalam tabel 7 sebagai berikut:
65

Tabel. 7
Persentase Rata-rata Pemahaman Konsep Siklus I dan Siklus II

Indikator Siklus I Siklus II Peningkatan


Pemahaman Konsep (%) (%) (%)
Translasi 83,75 88,43 4,68

Interpretasi 71,18 82,01 10,83

Ekstrapolasi 41,52 55,62 14,1

Rata-rata 65,48 75,35 9,87

2. Analisis Catatan Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa


Data aktivitas belajar matematika siswa dari catatan observasi aktivitas
belajar matematika siswa pada siklus I lebih memfokuskan pada keaktifan siswa
dalam berdiskusi yang belum maksimal. Karena jika aktivitas diskusi dapat
berjalan dengan baik, maka aktivitas lainnya pun akan terpengaruhi dengan baik
pula. Faktor-faktor yang diuraikan oleh guru kolaborator mengenai ketidakaktifan
siswa dalam berdiskusi diantaranya adalah penempatan kelompok belum
maksimal. Selain itu, siswa kelihatan lelah dan kurang berkonsentasi karena
pembelajaran terletak pada jam ke-5 dan ke-6, dan siswa cenderung mengerjakan
soal secara sendiri-sendiri tanpa mendiskusikannya. Secara umum pada siklus I
keaktifan siswa dalam pembelajaran sudah kelihatan, tetapi belum maksimal dan
perlu diperbaiki lagi dalam siklus selanjutnya.
Pada siklus II keaktifan siswa dalam pembelajaran lebih baik dari pada
siklus sebelumnya, dimana siswa yang mengalami kesulitan belajar mengalami
kemajuan dengan sering memperhatikan dan mengerjakan tugas dengan baik,
pembelajaran sangat fokus, sebagian besar siswa aktif dalam memperhatikan
penjelasan dan mencatat materi pembelajaran, kegiatan diskusi sudah
menunjukkan perbaikan dari pada siklus I, namun pada pertemuan tertentu masih
saja terdapat kegiatan diskusi kurang maksimal dikarenakan waktu pembelajaran
yang kurang terkelola dengan baik.
66

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa pada


siklus I pada saat peneliti berkeliling melakukan observasi ke setiap kelompok
yang sedang melakukan diskusi kelompok, ada beberapa kelompok yang
menanyakan pemahaman materi kepada peneliti, dan ada juga yang bertanya
kepada tutor siswa kelompok lain. Oleh karena itu pada siklus II kerja kelompok
baru dilakukan apabila siswa sudah dianggap siap melakukan diskusi kelompok.
Pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan media mampu
membuat siswa aktif mengikuti proses belajar mengajar. Di samping itu,
pembelajaran yang dilakukan dengan cara melibatkan siswa secara langsung
membuat siswa senang dan lebih akrab dengan guru. Hal ini peneliti perhatikan
bahwa setelah pertemuan ini siswa menjadi lebih berani bertanya,
mengungkapkan pendapatnya, bahkan mau berusaha menjawab petanyaan
temannya.
Setelah peneliti memberikan motivasi, siswa terlihat bersemangat
mengikuti pelajaran, apalagi ketika siswa tetap mendapatkan pujian walaupun
hasil pekerjaannya kurang bagus, hal ini diketahui peneliti ketika siswa tidak mau
penelitian ini berakhir dengan alasan bahwa peneliti tidak pernah marah ketika
siswa tidak dapat menyelesaikan soal dengan baik, malah tetap memberikan
pujian sehingga siswa merasa malu apabila tidak dapat mengerjakan tugas. Oleh
karena itu apabila penelitian ini dilanjutkan tindakan seperti ini perlu
dipertahankan, agar siswa merasa dihargai sehingga siswa terus memiliki
keinginan bahkan merasa senang untuk belajar matematika.

3. Analisis Data Hasil Wawancara


Hasil wawancara yang dilakukan terhadap subjek penelitian bahwa pada
siklus I dalam aktivitas mendengarkan siswa cenderung mendengarkan penjelasan
yang disampaikan guru/teman dan sering meresponnya. Antusias mereka dalam
pembelajaran sangat antusias dan sering bersemangat dalam pembelajaran. Siswa
kadang-kadang merasa terbebani dengan kemampuan minimal yang harus mereka
kuasai karena sulit, sedangkan LKS membuat siswa tertantang dalam
pembelajaran walaupun tidak jarang mereka belum berhasil menyelesaikannya.
67

Peran tutor sebaya sangat membantu mereka dalam pembelajaran dan membantu
teman jika ada kesulitan dalam pembelajaran. Penggunaan media manipulatif atau
komputer sangat membantu mereka dalam pembelajaran, mereka dapat belajar
dengan baik, walaupun terkadanng penggunaan media belum maksimal karena
cukup memakan waktu dalam belajar, di samping itu, penggunaan media dalam
pembelajaran menurut mereka lebih memudahkan pemahaman bagi siswa
terutama materi bangun ruang, mereka kesulitan dalam menvisualkan gambar.
Pada siklus II hasil wawancara yang diperoleh bahwa aktivitas
mendengarkan pada siswa berkemampuan rendah rata-rata menjawab jarang
mendengarkan. Mereka mendengarkan ketika mereka lagi bagus mood nya dan
ketika materi yang diajarkan mudah untuk dipahami. Siswa berkemampuan tinggi
dan sedang rata-rata mereka menjawab sering mendengarkan penjelasan yang
disampaikan teman/guru. Antusiasme mereka dalam pembelajaran rata-rata
mereka sangat antusias dengan berbagai alasan diantaranya suka dengan
matematika, mau naik kelas IX, materi mudah untuk dipahami. Sebagian besar
siswa tidak merasa terbebani dengan kemampuan minimal yang harus dikuasai
karena materi yang diajarkan relatif mudah. Soal tantangan membuat siswa
tertantang dalam menyelesaikannya, mereka berusaha menjadi orang pertama
yang berhasil mengerjakannya. Peran tutor sebaya sangat membantu mereka
dalam memahami materi yang belum dipahaminya. Penggunaan media
manipulatif dan komputer sangat membantu siswa dalam pembelajaran, salah satu
alasannya adalah lebih memudahkan untuk memahami materi dan terdapat
pembahasan soal dan latihannya yang tersusun secara sistematis.

4. Rekapitulasi Data Aktivitas Belajar Matematika Siswa


Data mengenai aktivitas belajar matematika siswa salah satunya diperoleh
dari instrumen aktivitas belajar matematika siswa. Rata-rata persentase aktivitas
belajar matematika siswa pada akhir siklus I masih rendah, tetapi pada akhir siklus
II rata-rata persentase aktivitas belajar matematika siswa mengalami peningkatan.
Rata-rata persentase aktivitas belajar matematika siswa siklus I dan siklus II,
penulis sajikan pada tabel 8, 9, dan 10 di bawah ini:
68

Tabel. 8
Persentase Hasil Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II

Persentase
Aspek Aktivitas
Siklus I Siklus II
1. Memperhatikan penjelasan guru/teman dengan serius 49,3% 87,1%
2. Bersemangat dan sangat antusias dalam belajar 36,4% 73,3%
3. Rasa ingin memahami materi tinggi 34,8% 79,3%
4. Tekun dalam menghadapi tugas 31,4% 73,3%
Rata-rata 37,9% 78,3%

Tabel. 9
Persentase Hasil Aktivitas Keaktifan Belajar Kelompok pada Siklus I dan Siklus II

Persentase
Aspek Aktivitas
Siklus I Siklus II
1. Banyak bertanya/menjawab pertanyaan guru/teman 33,6% 73,9%
2. Senang mencari dan memecahkan soal 26,9% 59,4%
3. Dapat mempertahankan pendapatnya 30,8% 68,4%
Rata-rata 30,4% 67,2%

Tabel. 10
Persentase Rata-rata Aktivitas Belajar Matematika Siswa pada
Siklus I dan Siklus II

Siklus Rata-rata (%) Peningkatan (%)


Siklus I 34,2
38,6
Siklus II 72,8

Pada tabel 10 diketahui bahwa persentase rata-rata aktivitas belajar


matematika siswa pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 38,6% dari siklus
I, hal ini menunjukkan bahwa tindakan perbaikan yang dilakukan pada siklus II
dapat memperbaiki dan meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.
69

Berdasarkan keempat instrumen penelitian di atas, dapat disimpulkan


bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan media manipulatif dapat
meningkatkan pemahaman konsep matematika bangun ruang sisi datar, hal ini
dapat dilihat dari hasil nilai persentase rata-rata pemahaman konsep matematika di
akhir siklus II mengalami peningkatan sebesar 9,87% dari siklus I. Selain itu,
penggunaan media manipulatif dalam pembelajaran matematika dapat
meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa dilihat dari hasil lembar aktivitas
belajar matematika mengalami peningkatan sebesar 38,6%, hasil catatan observasi
aktivitas belajar siswa dan hasil wawancara.

C. Tindakan Pembelajaran Siklus I


1. Tahap Perencanaan
Pembelajaran pada siklus I ini terdiri dari 6 kali pertemuan dengan
berdurasi masing-masing 2 x 40 menit. Materi yang akan diajarkan pada siklus I
adalah mengenai Bangun Ruang Sisi datar dengan sub pokok bahasan, pengertian
bangun ruang sisi datar, bagian-bagian dari bangun ruang, jaring-jaring bangun
ruang, dan luas permukaan bangun ruang sisi datar.
Peneliti mempersiapkan pedoman lembar observasi kegiatan belajar
mengajar siswa untuk menilai aktivitas siswa selama proses pembelajaran
kelompok. Selain itu peneliti juga membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang telah dilengkapi dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dibuat
setiap pertemuan untuk memudahkan peneliti dalam menyampaikan materi
pelajaran, sehingga peneliti dapat menyampaikan materi dengan baik. Untuk
menunjang pembelajaran, peneliti menyiapkan media pembelajaran yang berupa
bentuk-bentuk bangun ruang yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari,
kerangka bangun ruang, serta dilengkapi dengan menggunakan media komputer
untuk memperlancar proses pembelajaran. Instrumen lain yang disiapkan oleh
peneliti pada tahap perencanaan ini adalah lembar kegiatan siswa berisi ringkasan
materi dan soal-soal dan soal latihan untuk setiap pertemuan.
Pada siklus I ini, peneliti memperkenalkan pembelajaran dengan
menggunakan media manipulatif kepada siswa dengan harapan siswa dapat
70

menyukai pelajaran matematika sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep


matematika khususnya pada materi bangun ruang sisi datar serta meningkatkan
hasil belajar matematika. Penelitian dilaksanakan di kelas VIII-2 yang berjumlah
32 siswa yang terdiri dari 17 perempuan dan 15 laki-laki. Pada setiap
pembelajaran siswa dikelompokkan menjadi 6 kelompok dengan jumlah masing-
masing anggota kelompok berjumlah 5 orang dan ada 2 kelompok yang berjumlah
6 kelompok. Penentuan kelompok dilakukan secara acak, tidak ditentukan
berdasarkan nilai-nilai siswa pada pelajaran matematika sebelumnya.
Pengelompokan ini dipergunakan pada saat siswa mengerjakan LKS dan
mempermudah melihat keadaan siswa pada tahap pelaksanaan.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada pelaksanaan siklus I pokok bahasan yang disampaikan adalah
mengenai Bangun Ruang Sisi datar dengan sub pokok bahasan, pengertian bangun
ruang sisi datar, bagian-bagian dari bangun ruang, jaring-jaring bangun ruang, dan
luas permukaan bangun ruang sisi datar yang disampaikan sebanyak 6 kali
pertemuan. Adapun uraian proses pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut:
1) Pertemuan Pertama / Rabu, 27 Januari 2010
Pertemuan pertama peneliti tidak langsung menjelaskan materi
karena pada awal pertemuan peneliti terlebih dahulu memberikan tes pra
penelitian selama 1 jam pelajaran (40 menit) dengan tujuan untuk mengetahui
kemampuan dasar matematika tentang bangun ruang sisi datar. Dari hasil tes
tersebut ternyata sebagian besar pemahaman konsep bangun ruang sisi datar
siswa masih kurang, bahkan untuk membedakan nama bangun ruang sisi
datar masih salah, selain itu dalam menerapkan dalam soal perhitungan juga
masih banyak yang salah konsep sifat-sifat operasi aljabar. Peneliti masuk
kelas pada pukul 10:30 WIB. Pertemuan itu dimulai dengan
mensosialisasikan model pembelajaran yang akan dilakukan peneliti kepada
siswa. Kemudian peneliti membentuk kelompok menjadi 6 kelompok dari 32
siswa, masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 siswa. Kemudian peneliti
menginformasikan materi yang akan disampaikan selama penelitian ini.
71

Peneliti memberikan pengantar materi bangun ruang sisi datar


dengan cara memberikan contoh bentuk-bentuk bangun ruang sisi datar yang
biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Namun siswa masih kesulitan
untuk membedakan antara kubus dan balok, serta prisma dan limas, selain itu
untuk bangun ruang prisma dan limas jarang dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari sehingga siswa kesulitan untuk memahami konsep dari prisma dan
limas. Setelah selesai menjelaskan siswa diberi kesempatan untuk mencatat
namun sebagian besar siswa lambat dalam mencatat sehingga menghabiskan
banyak waktu yang telah ditargetkan penulis, baru setelah sebagian besar
siswa selesai mencatat, bel waktu pelajaran pertama selesai berbunyi. Di
bawah ini jenis bangun ruang yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-
hari.

Gambar 2: Bentuk-bentuk bangun ruang dalam kehidupan sehari-hari


Sehubungan dengan peristiwa yang terjadi di atas, mengakibatkan
waktu pembelajaran tidak cukup, sehingga pembelajaran pada pertemuan
pertama tidak sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah
direncanakan. Diantaranya hanya satu dari dua contoh soal yang dapat
disampaikan, lembar kerja siswa ke-1 tidak sempat didiskusikan dan latihan
soal untuk masing-masing siswa tidak sempat juga diberikan. Di akhir
pertemuan peneliti meminta siswa mempelajari kembali contoh soal agar
pada pertemuan selanjutnya siswa siap menghadapi materi, siswa juga
diminta untuk mencatat dan mempelajari materi yang ada di LKS sekolah.
2) Pertemuan kedua / Rabu, 03 Februari 2010
Pertemuan ini berlangsung selama 2 jam pelajaran. Materi yang
dibahas pada pertemuan kedua ini adalah membuat jaring-jaring bangun
72

ruang sisi datar. Sebelum siswa membuat jaring-jaring terlebih dahulu


peneliti menjelaskan pengertian dari jaring-jaring.
Media yang digunakan oleh peneliti adalah media komputer dan
bentuk-bentuk bangun ruang sebagai bahan siswa membuat jaring-jaring
bangun ruang. Pada saat penjelasan materi siswa mulai banyak yang
memperhatikan penjelasan peneliti. Pada penjelasan awal siswa masih
bersemangat untuk belajar terlihat dengan respon siswa dalam menjawab
pertanyaan peneliti. Ketika peneliti meminta salah seorang meminta membuat
jaring-jaring di whiteboard siswa mulai diam dan tidak merespon pertanyaan
yang diajukan oleh peneliti.

Gambar 3: Jenis-jenis bangun ruang


Peneliti kemudian membagikan lembar LKS dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mempelajari dan mengisi soal LKS selama
30 menit. Pada saat kerja kelompok berlangsung peneliti dan observer
berkeliling melakukan observasi proses pembelajaran yang dilakukan
kelompok siswa.
Setelah waktu yang disediakan peneliti untuk bekerja sama habis,
peneliti meminta siswa untuk segera mengumpulkan hasil diskusi mereka,
namun hanya 2 kelompok yang mengumpulkan hasil kerjanya, sedangkan
tiga kelompok lainnya mengeluh untuk tidak mengumpulkan jawaban terlebih
dahulu karena masih banyak soal yang belum dikerjakan, oleh karena itu
penulis memberikan perpanjangan waktu sebanyak 10 menit. Dari lembar
LKS tersebut nampak bahwa pemahaman konsep mengenai membuat jaring-
73

jaring bangun ruang sisi datar masih rendah, hanya kurang lebih 25% siswa
dapat membuat jaring-jaring bangun ruang dan menentukan ukurannya
kemudian menghitung berapa panjang ukuran minimal untuk membuat
kerangka bangun ruang yang sudah ditentukan. Peneliti mendatangi
kelompok satu persatu untuk membantu menjelaskan materi. Namun sampai
waktu tambahan selesai masih juga siswa tidak dapat menyelesaikan LKS.
akhirnya penulis terpaksa tetap meminta jawaban soal seadanya dari siswa.
Penulis mananyakan alasan mengapa siswa lama mengerjakan LKS,
salah seorang siswa mengeluhkan tidak dapat bekerja sama dengan baik
bersama anggota kelompoknya. Peneliti juga sepakat dengan siswa yang
berani bercerita mengenai situasi kerja kelompoknya, hal itu terlihat dari
keadaan beberapa kelompok dimana kertas coretannya masih kosong, buku
LKS yang tetap tertutup menandakan tidak ada usaha yang sungguh-sungguh
dari siswa untuk menjawab soal dan suasana diskusi yang tenang tampak
tidak ada masalah.
Melihat keadaan seperti ini akhirnya penulis menjelaskan kembali
materi cara membuat jaring-jaring bangun ruang sisi datar, akan tetapi tidak
lama kemudian bel tanda pelajaran selesai berbunyi, sehingga siswa tidak jadi
mengerjakan soal latihan. Penulis meminta siswa untuk membaca kembali
materi dirumah dan memberikan tugas kelompok agar pada pertemuan yang
akan datang dapat bekerja sama dengan baik.

Gambar 4: Siswa berusaha membuat jaring-jaring bangun ruang


74

3) Pertemuan ketiga / Kamis, 04 Februari 2010


Pertemuan ini berlangsung selama 2 jam pelajaran (80 menit).
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan mulai pukul 08.50 sampai dengan 10.10
WIB. Pada pertemuan ini jumlah siswa yang hadir 29 siswa, dan yang absen 3
orang. Materi yang disampaikan pada pertemuan ketiga ini mengenai
menentukan luas permukaan bangun ruang sisi datar, yakni kubus dan balok.
Sebelum menjelaskan materi, peneliti membagikan LKS kepada
setiap kelompok, dan benda-benda yang akan dijadikan media untuk
menentukan luas permukaan kubus dan balok, kemudian peneliti menjelaskan
bagaimana cara mengerjakannya. Kemudian peneliti meminta siswa untuk
mengumpulkan tugas kelompok. Peneliti memberikan penjelasan materi
bagaimana cara mencari luas permukaan dari bangun ruang sisi datar. Materi
yang pertama disampaikan adalah kubus berikut contoh-contohnya. Setelah
siswa memahami cara menentukan luas permukaan kubus tersebut barulah
peneliti melanjutkan kepermasalahan menentukan luas permukaan balok
berikut dengan contoh-contohnya. Peneliti meminta siswa bersama dengan
kelompoknya untuk mengerjakan lembar kerja siswa, saat itu peneliti dan
observer berkeliling kesetiap meja kelompok untuk melakukan observasi
proses pembelajaran kelompok siswa. Dari hasil lembar kerja siswa nampak
bahwa siswa sudah memahami tentang konsep mencari luas permukaan
bangun ruang sisi datar, dan dari hasil latihan siswa hampir 90 % siswa
mengerjakan soal latihan dengan benar.

Gambar 5: Aktivitas siswa melakukan kerja kelompok hanya


mengandalkan teman yang pintar untuk mengerjakan tugas kelompok
75

4) Pertemuan keempat / Rabu, 10 Februari 2010


Pada pertemuan ini, siswa berkumpul sesuai dengan kelompok belajar
masing-masing, kegiatan belajar mengajar berlangsung selama 2 jam
pelajaran mulai pada pukul 10.30 sampai dengan 11.50 WIB. Pertemuan ini
semua siswa hadir yaitu 32 siswa. Materi yang disampaikan pada pertemuan
kali ini menentukan luas permukaan prisma dan limas.
Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai seperti biasa peneliti
membagikan LKS kepada setiap kelompok dan benda-benda sebagai media
manipulatif yang akan dijadikan untuk menentukan luas permukaan prisma
dan limas, kemudian peneliti menjelaskan bagaimana cara mengerjakannya.
Peneliti langsung menyampaikan materi bagaimana menentukan luas
permukaan bangun ruang sisi datar yaitu prisma dan limas beserta contohnya.
Setelah menjelaskan materi peneliti meminta siswa untuk mengerjakan LKS
yang sudah dibagikan sebelumnya, peneliti berkeliling ke setiap meja
kelompok untuk melakukan observasi proses pembelajaran kelompok siswa.
Di akhir pembelajaran peneliti meminta siswa untuk membuat rangkuman
mengenai luas permukaan prisma dan limas. Dari hasil LKS siswa terlihat
belum memahami konsep luas permukaan prisma dan limas, baik dari
dimensi pemahaman konsep translasi, interpretasi, maupun ekstrapolasi. Dari
latihan yang diberikan pun sebagian besar siswa masih banyak yang salah
dalam menjawab soal.
Dokumentasi aktivitas siswa melakukan kegiatan belajar kelompok.

Gambar 6: Aktivitas Siswa Melakukan Kegiatan Kerja Kelompok


76

Gambar 7: Cara menentukan luas permukaan limas dan prisma


5) Pertemuan kelima / Rabu, 17 Februari 2010
Pertemuan ini berlangsung selama 2 jam pelajaran, jumlah siswa yang
hadir 30 siswa. Diawal pertemuan peneliti menanyakan pemahaman siswa
mengenai materi luas permukaan kubus dan balok, kemudian peneliti
membagikan lembar kegiatan siswa kepada setiap kelompok dan meminta
kelompok untuk mempelajarinya dan menyelesaikan soal yang ada pada
lembar tersebut. peneliti mengobservasi siswa disaat siswa melakukan diskusi
kelompok.
Setelah soal-soal LKS selesai dikerjakan, peneliti membagikan lembar
latihan soal agar dikerjakan masing-masing siswa, namun siswa
diperbolehkan bertanya kepada teman kelompoknya. Peneliti meminta siswa
yang telah selesai menjawab minimal satu soal untuk menulis jawabannya di
papan tulis. Dari LKS dan latihan yang diberikan terlihat sebagian besar
siswa sudah memahami pemahaman konsep dimensi translasi, tetapi untuk
dimensi interpretasi dan ekstrapolasi masih banyak siswa yang masih salah
menafsirkan soal dari bentuk cerita ke dalam bentuk gambar, bahkan
penempatan angkannya pun masih salah.
Peneliti memberitahukan bahwa pada hari Rabu, 24 Februari akan
diadakan tes siklus I. oleh karena itu siswa ditugaskan untuk menyelesaikan
soal-soal LKS sekolah halaman 39 sampai 43 pilihan ganda, untuk
menghadapi tes tersebut.
77

6) Pertemuan keenam / Kamis, 18 Februari 2010


Pertemuan keenam ini merupakan akhir dari siklus I. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya pada pertemuan ini, pembelajaran akan diisi
masih dengan diskusi kelompok. Pembelajaran kali ini peneliti akan
memperbanyak latihan soal mengenai prisma dan limas. Kemudian peneliti
membagikan lembar kegiatan siswa kepada setiap kelompok dan meminta
kelompok untuk mempelajarinya dan menyelesaikan soal yang ada pada
lembar tersebut. peneliti mengobservasi siswa disaat siswa melakukan diskusi
kelompok.
Pada saat diskusi berlangsung, beberapa siswa mengaku kesulitan
dalam menghitung luas permukaan limas. Padahal sebelumnya peneliti sudah
menjelaskan bagaimana menghitung luas permukaan limas, hal ini
menunjukkan bahwa siswa masih lemah dalam pemahaman konsep bangun
ruang sisi datar yaitu limas. Selain itu dalam menggambar bangun ruang sisi
datar yaitu prisma dan limas masih agak kesulitan padahal pada pertemuan
sebelumnya sudah dibahas.
Setelah soal-soal LKS selesai dikerjakan, peneliti membagikan lembar
latihan soal agar dikerjakan masing-masing siswa, namun siswa
diperbolehkan bertanya kepada teman kelompoknya. Peneliti meminta siswa
yang telah selesai menjawab minimal satu soal untuk menulis jawabannya di
papan tulis.
Pada akhir pertemuan peneliti mengingatkan kembali bahwa hari
Rabu, 24 Februari akan ada tes siklus I, peneliti mengarahkan siswa untuk
mempersiapkan diri dalam menghadapi tes ini, karena tes ini akan dijadikan
sebagai nilai individu.
3. Tahap Observasi/Pengamatan
Tahap observasi dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan.
Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan guru kolaborator. Untuk mengamati
aktivitas siswa, peneliti melakukan teknik bertanya kepada setiap siswa untuk
lebih meyakinkan peneliti terhadap apa yang dirasakan oleh siswa. Pada awal
observasi, peneliti mengalami kendala dalam mengisi lembar observasi
78

rvasi selanjutnya dilakukan secara bersama-sama oleh peneliti dan guru kolaborator. Di setiap akhir pembelajaran peneliti b
Tabel. 11
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus I

Pertemuan Ke Rata
No Aspek Aktivitas
-rata
1 2 3 4 5 6
1 Motivasi Belajar Siswa % % % % % % %
Memperhatikan dengan serius 32,3 42,9 48,3 46,9 60 65,5 49,3
Bersemangat dan sangat antusias 22,6 28,6 34,5 37,5 43,3 51,7 36,4
Rasa ingin tahu tinggi 19,4 28,6 31 34,4 40 55,2 34,8
Tekun menghadapi tugas 16,1 25 27,6 31,3 40 48,3 31,4
Jumlah rata-rata 22,6 31,3 35,4 37,5 45,8 55,2 37,9
2 Keaktifan Belajar Kelompok
Banyak bertanya 16,1 25 31 34,5 43,3 51,7 33,6
Senang mencari dan memecahkan soal 9,7 17,9 27,6 28,1 36,7 41,4 26,9
Dapat mempertahankan pendapatnya 16,1 21,4 27,6 31,3 40 48,3 30,8
Jumlah rata-rata 13,9 21,4 28,7 31,3 40 47,1 30,4
Jumlah siswa yang hadir 31 28 29 32 30 29
Persentase rata-rata total 34,2

Dari hasil skor lembar observasi, rata-rata aktivitas belajar siswa pada
siklus I masih rendah yaitu 34,2% dari jumlah siswa yang hadir. Dengan data
tersebut, pembelajaran yang dilakukan masih harus terus diperbaiki sehingga
aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika semakin meningkat. Di samping
itu, dari lembar observasi dapat dilihat bahwa pada kegiatan siklus I pelaksanaan
pembelajaran kelompok kurang efektif, karena setiap sub pokok bahasan, siswa
dianjurkan untuk kerja kelompok. Sedangkan siswa belum siap untuk kerja
kelompok. Disamping itu anggota kelompok-kelompok tertentu tidak terbiasa
79

belajar kelompok sehingga untuk memahami materi tetap menunggu penjelasan


dari guru. Hal itu terlihat ketika peneliti mendekati kelompok tertentu untuk
melakukan observasi, kelompok tersebut menanyakan materi yang belum mereka
pahami, pada saat itulah mereka mengatakan lebih paham jika peneliti yang
menjelaskan.
Selain lembar observasi, peneliti juga melakukan wawancara pada akhir
siklus I untuk memperkuat data observasi. Hasil wawancara pada akhir siklus I
adalah sebagai berikut:
1. Siswa menyukai pembelajaran matematika dengan menggunakan media.
2. Siswa lebih bersemangat dalam belajar menggunakan media dibandingkan
dengan pembelajaran yang dahulu, lebih membuat siswa selalu ingat akan
materi yang disampaikan.
3. Pembelajaran menyenangkan sehingga membuat siswa berani untuk
bertanya.
4. Siswa merasa pada saat diskusi kelompok terjadi dominasi tugas pada
siswa yang lebih pintar dan kurangnya kerjasama antar kelompok.
5. Soal-soal yang diberikan terlalu banyak dan susah sehingga sering
memusingkan beberapa siswa pada saat mengerjakan soal.
6. Siswa akan mulai takut jika guru menyuruh siswa untuk maju ke depan
mengerjakan soal.
Setelah enam kali tindakan penelitian berlangsung, diakhir siklus I
diadakan tes formatif akhir siklus I yang dilaksanakan pada pertemuan ke-7 yaitu
Rabu, 24 Februari 2010. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) siklus I adalah 62
artinya jika siswa memperoleh nilai 62 maka siswa tersebut dinyatakan tuntas.
Data nilai siswa pada tes formatif akhir siklus I penulis lampirkan pada bagian
lampiran.

4. Tahap Refleksi
Data yang diperoleh dari siklus I bahwa persentase aktivitas belajar
matematika siswa sebesar 34,2% yang berada pada kategori kurang aktif, serta
data hasil belajar matematika siswa berupa tes formatif siklus I sebanyak 40,6%
80

siswa tuntas (memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan KKM). Data-data
tersebut jika dibandingkan dengan indikator keberhasilan kinerja baik aktivitas
belajar matematika siswa maupun hasil belajar matematika siswa, maka penelitian
tindakan siklus I belum berhasil memenuhi indikator keberhasilan kinerja.
Sehingga, penelitian tindakan ini harus dilanjutkan ke siklus II dan disertai dengan
adanya perbaikan-perbaikan tindakan dari siklus I.
Dengan menggunakan aturan sturgess, penulis menyajikan data nilai tes
formatif akhir siklus I dalam tabel 12 distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel. 12
Distribusi Frekuensi Nilai Tes Formatif Akhir Siklus I

Nilai Frekuensi
25 – 35 4 32 100
36 – 46 4 28 87,5
47 – 57 5 24 75
58 – 68 8 19 59,375
69 – 79 6 11 34,375
80 – 90 5 5 15,625

Keterangan:
: Frekuensi kumulatif lebih dari
: Persentase frekuensi kumulatif lebih dari
Dari data nilai tes formatif akhir siklus I diketahui bahwa terdapat 13 siswa
tuntas (40,6%), sedangkan 19 siswa belum tuntas (59,4%).
Peneliti dan guru kolaborator mencermati serta mendiskusikan hal-hal
yang menyebabkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa di siklus I belum
memenuhi indikator keberhasilan kinerja, juga hal-hal yang menjadi keberhasilan
dan kekurangan tindakan di siklus I.
Ramainya siswa ketika pembagian kelompok menandakan adanya
ketidaknyamanan berada dalam kelompok tertentu atau ada rasa iri terhadap
kelompok lain. Untuk mengatasi hal ini peneliti memberikan pandangan bahwa
syarat seseorang dapat menguasai materi pelajaran atau memahami suatu konsep
adalah timbul dari diri sendiri, jadi apabila ingin menjadi yang terbaik atau
memiliki kelompok terbaik berarti harus berusaha sebaik mungkin secara
81

bersama. Sedangkan untuk mengatasi ketidaknyamanan dengan anggota


kelompok, peneliti menganjurkan siswa untuk memberi nama kelompoknya.
Banyak siswa yang mengeluh tidak dapat menyelesikan soal bangun ruang
yang berbentuk soal cerita. Hal ini menunjukan bahwa masih banyak siswa yang
lemah dalam memahami soal untuk dirubah dalam simbol matematika. Untuk
mengatasi hal ini pada pembelajaran siklus II akan digunakan media/alat peraga
untuk menvisualkan soal cerita, sehingga soal yang dianggap sulit menjadi lebih
mudah diselesaikan oleh siswa. Dari sekian banyak siswa masih ada beberapa
orang yang kurang memahami operasi pembagian. Hal itu terlihat dari proses
pengerjaan lembar kerja siswa ketika belajar kelompok. Untuk mengatasi
kelemahan siswa tersebut, setiap peneliti menyelesaikan contoh soal yang
berhubungan dengan pembagian diselesaikan secara terurut tahap demi tahap.
Dari lembar observasi dapat dilihat bahwa masih ada beberapa kelompok
yang tidak dapat bekerja kelompok dengan baik. Kelompok tersebut lebih senang
jika peneliti yang menerangkan materi secara langsung dan mendetail. Untuk
mengatasi hal ini maka pada pembelajaran siklus berikutnya penjelasan materi
dilakukan oleh peneliti sedangkan siswa hanya mendiskusikan soal-soal LKS
yang diberikan oleh peneliti setelah siswa dianggap benar-benar telah memahami
materi yang dipelajari.
Keberhasilan tindakan di siklus I adalah penggunaan media/alat peraga
pembelajaran dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran
dan memudahkan dalam mengerjakan tugas serta membantu siswa dalam
memahami konsep-konsep bangun ruang sisi datar yaitu kubus, balok, prisma dan
limas.
Kekurangan tindakan di siklus I diantaranya adalah aktivitas diskusi
kelompok yang belum berjalan dengan maksimal, hal tersebut disebabkan karena:
(1) Penentuan anggota kelompok yang kurang cocok, (2) Sebagian siswa
berkemampuan tinggi belum bisa diandalkan menjadi tutor sebaya sehingga
diskusi kurang begitu berjalan dengan baik, (3) Pengaturan posisi tempat duduk
kelompok yang belum terkondisikan dengan baik.
82

Dari kekurangan-kekurangan tersebut maka perlu adanya perbaikan


tindakan untuk siklus II, diantaranya adalah: (1) Peneliti bersama guru kolaborator
mengelompokkan kembali bagi siswa yang kurang nyaman dikelompoknya di
siklus I, (2) Mengantisipasi siswa berkemampuan tinggi yang belum bisa
diandalkan menjadi tutor sebaya, maka siswa berkemampuan tinggi tersebut
dikelompokkan bersama dengan siswa berkemampuan sedang yang dapat
diandalkan menjadi tutor teman sebaya, (3) Upaya meningkatkan pemahaman
konsep dan hasil belajar siswa peneliti harus lebih banyak menerangkan dengan
media komputer, sehingga siswa mudah memahami materi yang disampaikan
demi kemajuan belajar matematika siswa, (4) Penataan posisi tempat duduk siswa
menjadi lebih kondusif untuk berdiskusi, (5) Memberikan reward berupa
souvenier bagi kelompok yang aktif dan memperoleh rata-rata poin kemajuan
tertinggi, serta reward bagi siswa yang aktif menjadi tutor sebaya.

D. Tindakan Pembelajaran Siklus II


1. Tahap Perencanaan
Pada siklus II, pembelajaran yang dilakukan lebih banyak terpusat pada
peneliti, sedangkan kegiatan yang dilakukan secara berkelompok hanya untuk
menyelesaikan soal dalam LKS. Hal ini dilakukan berdasarkan temuan penelitian
pada siklus I dimana siswa dalam kelompoknya tidak mampu memberikan
penjelasan dengan baik terhadap temannya yang sulit memahami materi. selain itu
untuk meningkatkan semangat siswa dalam belajar, peneliti memberikan motivasi
bentuk lain berupa pujian, hadiah, atau memberikan apersepsi. Materi yang akan
dibahas pada siklus II ini adalah volume bangun ruang sisi datar.

2. Tahap Pelaksanaan
1) Pertemuan kedelapan / Kamis, 25 Februari 2010
Pertemuan ini berlangsung 2 jam pelajaran. Pada pertemuan ini
peneliti telah mempersiapkan materi volume kubus dan balok, dan
mempersiapkan media berupa dadu-dadu kecil yang terbuat dari karton dan
berupa kotak yang berbentuk balok. Selain itu peneliti juga mempersiapkan
83

penghargaan kelompok berupa bingkisan bagi yang selesai menyelesaikan


LKS dengan cepat dan benar. Di samping itu peneliti mempersiapkan
pembelajaran dengan menggunakan media lain berupa multimedia, berupa
peragaan bagaimana menemukan volume kubus dan balok. Setelah peneliti
perhatikan ternyata siswa lebih antusias belajar dengan menggunakan
multimedia, karena sebelumnya mereka belum pernah melihat guru
matematika mengajar dengan menggunakan media komputer atau pun alat
peraga lainnya. Hasil latihan menunjukkan pemahaman siswa untuk
menentukan volume kubus dan balok sudah baik, terlihat dari berbagai
dimensi pemahaman konsep, bahkan untuk dimensi pemahaman konsep
translasi dan interpretasi hampir 100% siswa bisa menjawab dengan benar,
tetapi untuk dimensi ekstrapolasi masih banyak siswa yang mengalami
kesulitan, masih banyak yang salah dalam menafsirkan soal cerita.

Gambar 8: Cara menentukan volume kubus


Sebelum pelajaran diakhiri peneliti menjelaskan kembali pemahaman
konsep siswa tentang luas permukaan bangun ruang sisi datar, mengingat
hasil tes siklus I masih di bawah rata-rata. Di akhir pembelajaran peneliti
seperti biasa menyarankan kepada siswa untuk membuat rangkuman yang
84

sudah dipelajari hari ini, selain itu peneliti juga memberikan latihan yang ada
di buku LKS siswa.
2) Pertemuan kesembilan / Rabu, 03 Maret 2010
Pertemuan ini berlangsung 2 jam pelajaran. Pada awal pembelajaran
peneliti memberikan motivasi kepada kelompok lain agar lebih meningkatkan
kerjasamanya sehingga dapat meningkatkan nilai kelompok dengan baik.
Kemudian melanjutkan memberikan materi dengan menanyakan pelajaran
yang kemarin terlebih dahulu yaitu menentukan volume kubus dan balok.
Peneliti menjelaskan pengertian kubus, balok, prisma dan limas secara
teoritis. Peneliti membagikan LKS kepada masing-masing kelompok.
Kemudian peneliti menjelaskan bagaimana cara menentukan volume prisma
dan limas. Peneliti meminta setiap kelompok untuk menjelaskan hasil yang
telah didiskusikan bersama teman kelompoknya di depan kelas. Dari hasil
pengamatan peneliti ternyata pemahaman konsep matematika siswa dalam
menentukan volume prisma dan limas masih lemah, terlihat masih banyak
LKS yang masih kosong belum selesai dikerjakan, selain itu siswa masih
belum percaya diri ketika menjelaskan hasil kerjasamanya kepada teman-
teman yang lain. Setelah semua kelompok menjelaskan hasilnya, kemudian
peneliti menambahkan penjelasan mengenai bagaimana menentukan volume
prisma dan limas dengan alat peraga berupa multimedia. Setelah dijelaskan
siswa menjadi lebih paham, sehingga ada yang berkata”...Pak, kenapa ga
dari tadi pake media komputer, kan jadi lebih cepet ngerti”.
H G

E F

D C

A B

Gambar 9: Cara menentukan volume limas


85

Diakhir pembelajaran peneliti memberikan tugas kepada siswa untuk


mempelajari dan mencatat materi LKS dari sekolah tentang penjelasan materi
volume prisma dan limas.
3) Pertemuan kesepuluh / Kamis, 04 Maret 2010
Pertemuan ini berlangsung 2 jam pelajaran. Materi yang akan dibahas
pada pertemuan ini adalah menghitung volume kubus. Penjelasan yang
diberikan adalah menentukan volume kubus jika diketahui panjang rusuknya,
menentukan volume kubus jika diketahui luas permukaannya, dan
menentukan panjang rusuk jika diketahui volumenya serta menyelesaikan
soal kubus dalam bentuk soal cerita.
Pada awal pertemuan peneliti memberikan motivasi agar siswa lebih
berkonsentrasi dalam menerima pelajaran. Peneliti menanyakan pemahaman
siswa mengenai materi yang disampaikan pertemuan sebelumnya. Pada
pertemuan ini, peneliti tidak terlalu banyak dalam menjelaskan, peneliti lebih
banyak membimbing siswa dalam mengerjakan soal dengan cara yang tepat.
Karena pada pertemuan ini, peneliti hanya menjelaskan satu materi saja
sehingga banyak siswa dapat mengerti apa yang sudah dijelaskan peneliti.
Siswa mengaku pembelajaran hari ini tidak terlalu memusingkan walaupun
materi yang dibahas pada hari ini membutuhkan konsentrasi dan keseriusan
dalam belajar matematika.
Siswa diberikan kesempatan untuk mengerjakan lembar kerja siswa
yang telah dirancang sedemikian rupa, sehingga menuntun siswa untuk dapat
menyelesaikan soal dan memahami cara penyelesaiannya. Kemudian siswa
juga diminta untuk menyelesaikan latihan soal yang soal-soalnya diambil dari
LKS sekolah. Diakhir pertemuan peneliti memberikan PR kepada siswa agar
mengerjakan LKS dari sekolah berupa soal pilihan ganda. Setiap siswa hanya
mengerjakan 2 soal akan tetapi soal yang dikerjakan tidak boleh sama dengan
soal teman satu kelompoknya.
4) Pertemuan kesebelas / Rabu, 10 Maret 2010
Pertemuan ini berlangsung selama 2 jam pelajaran dimana setiap
jamnya 40 menit, yaitu mulai pukul 08.20 sampai pukul 09.40 WIB. Jumlah
86

yang hadir adalah 24 siswa, banyak siswa izin untuk main marawis karena
pada hari ini kepala sekolah mau menunaikan ibadah umroh, sehingga banyak
dari kelas VIII-2 yang ikut main marawis. Materi yang disampaikan pada
pertemuan ini adalah menghitung volume balok. Sebelum pembelajaran
dimulai peneliti bersama dengan siswa mengumpulkan dan memeriksa tugas
LKS.
Peneliti menerangkan materi dimulai dengan memberikan pengertian
bahwa untuk menghitung volume balok tidak terlalu beda dengan menghitung
volume kubus. Oleh karena itu peneliti meminta siswa dapat membedakan
antara kubus dan balok terlebih dahulu. Peneliti menerangkan materi dengan
menyelesaikan dua contoh soal. Pada pertemuan ini, perhatian siswa pada
pembelajaran ini terlihat jauh lebih baik dibandingkan dengan pertemuan
sebelumnya. Siswa lebih terlihat aktif dalam menjawab pertanyaan peneliti.
Peneliti mengukur kemampuan siswa dengan meminta perwakilan siswa dari
tiap-tiap kelompok untuk menyelesaikan soal yang ada pada LKS sekolah
kemudian membahasnya secara bersama-sama di depan kelas.
5) Pertemuan kedua belas / Kamis, 11 Maret 2010
Pertemuan ini berlangsung selama 2 jam pelajaran dan jumlah siswa
yang hadir adalah 30 siswa, ada 2 siswa yang sakit. Pembelajaran di mulai
pukul 10.00 sampai dengan 11.20 WIB. Materi yang akan disampaikan
adalah menghitung volume prisma, sebelum menjelaskan peneliti
mengingatkan bahwa dalam menghitung volume prisma para siswa harus
mempelajari lagi tentang jenis-jenis bangun datar yang telah dipelajari dikelas
VII. Karena bentuk-bentuk prisma banyak, tergantung bentuk alasnya.
Namun banyak siswa yang mengeluh sudah lupa materi kelas VII, sehingga
peneliti menjelaskan ulang dan memberikan materi macam-macam bangun
datar beserta rumus-rumusnya. Karena hal tersebut pembelajaran yang
seharusnya lebih maksimal pada materi menghitung volume prisma dan
latihan-latihan, tetapi peneliti hanya menyampaikan beberapa contoh
mengenai materi menghitung volume prisma.
87

Gambar 10: Macam-macam bangun ruang prisma

Peneliti meminta siswa untuk konsentrasi dalam memahami


menghitung volume prisma. Karena bentuk-bentuk prisma banyak, sehingga
siswa harus benar-benar paham pengertian prisma itu sendiri. Peneliti
memberikan dua bentuk contoh prisma yang alasnya trapesium dengan belah
ketupat. Kemudian peneliti bersama dengan siswa menentukan volome
prisma tersebut. Diakhir pertemuan peneliti meminta siswa membuat
rangkuman yang sudah dipelajari hari ini dan memberikan latihan yang ada di
buku LKS sekolah. Dan mengingatkan siswa bahwa pekan depan akan
diadakan tes tentang volume bangun ruang yaitu kubus, balok, prisma dan
limas, sehingga peneliti meminta siswa untuk belajar di rumah dan bertanya
jika ada kesulitan dalam menjawab soal tentang volume bangun ruang
6) Pertemuan ketiga belas / Rabu, 17 Maret 2010
Pertemuan keenam ini merupakan akhir dari siklus II. Pertemuan ini
berlangsung selama 2 jam pelajaran. Materi yang akan dibahas pada
pertemuan kali ini adalah menghitung volume limas. Peneliti memberikan
dua bentuk contoh soal, dan salah satunya berupa soal aplikasi. Untuk
memudahkan siswa dalam menghitung volume peneliti mencoba
menggunakan media komputer dan alat peraga berupa bentuk limas yang
sudah dibuat siswa pada pertemuan sebelumnya. Namun siswa masih
kesulitan dalam menghitung volume limas, peneliti mencoba menerangkan
lagi bagaimana menghitung volume limas dengan pelan-pelan, dan ternyata
siswa mampu memahami dan mengerti volume bangun ruang berupa limas.
88

Pada pertemuan ini peneliti tidak memberikan tugas kepada siswa,


dengan harapan siswa supaya lebih fokus untuk mempersiapkan untuk tes
akhir siklus II esok hari, dengan harapan nilai yang diperoleh siswa lebih baik
dari nilai tes akhir siklus I dan siswa yang tuntas dalam belajar matematika
bangun ruang sisi datar lebih banyak dari tes akhir siklus I. Peneliti
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan hari ini dan materi yang sudah dipelajari. Ada beberapa siswa
yang bertanya: ”Pak, besok soalnya pilahan ganda atau essay”? besok
soalnya essay 6 soal, yang terdiri dari translasi 1 soal, interpretasi 3 soal dan
ekstrapolasi 2 soal. Peneliti menyarankan supaya belajar di rumah apa yang
sudah dipelajari sebelum-sebelumnya.
Tes ini bertujuan untuk mengetahui nilai siswa pada siklus kedua.
Serta untuk mengetahui apakah ada peningkatan nilai yang diperoleh siswa
setelah dilakukan pembelajaran dengan mengunakan media manipulatif atau
alat peraga yang berupa bentuk-bentuk bangun ruang dan untuk memberikan
motivasi terhadap siswa bahwa pembelajaran matematika sebernarnya mudah
dipahami.

3. Tahap Observasi/Pengamatan
Pada siklus II ini, berdasarkan observasi yang dilakukan terdapat
peningkatan pada aktivitas belajar siswa. Siswa mulai tidak takut bertanya kepada
peneliti, terkadang siswa lain berani menjawab pertanyaan dari siswa yang
bertanya tersebut. Siswa mulai terbiasa dengan banyaknya soal-soal latihan yang
dikerjakan, hal ini terbukti dengan berkurangnya keluhan siswa terhadap soal
yang diberikan dan siswa pun lebih bersemangat dalam mengerjakannya. Selain
itu siswa juga termotivasi karena dalam waktu dekat akan dilaksanakan ujian
semester II yang akan menentukan naik atau tidak kejenjang yang lebih tinggi.
Hasil observasi yang diperoleh pada siklus II dapat dilihat pada tabel 13
sebagai berikut:
89

Tabel. 13
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus II
Pertemuan Ke Rata
No Aspek Aktivitas
-rata
1 2 3 4 5 6
1 Motivasi Belajar Siswa % % % % % %
Memperhatikan dengan serius 61,7 92 95,8 89,7 90 93,5 87,1
Bersemangat dan sangat antusias 54,8 72 83,3 72,4 76,7 80,6 73,3
Rasa ingin tahu tinggi 58,1 80 87,5 82,8 83,3 83,9 79,3
Tekun menghadapi tugas 51,6 72 83,3 72,4 76,7 83,9 73,3
Jumlah rata-rata 56,6 79 87,5 79,3 81,7 85,5 78,3
2 Keaktifan Belajar Kelompok
Banyak bertanya 58,1 76 83,3 72,4 73,3 80,6 73,9
Senang mencari dan memecahkan soal 41,9 56 62,5 58,6 63,3 74,2 59,4
Dapat mempertahankan pendapatnya 48,4 64 75 68,9 73,3 80,6 68,4
Jumlah rata-rata 49,5 65,3 73,6 66,6 69,9 78,5 67,2
Jumlah siswa yang hadir 31 28 29 32 30 29
Persentase rata-rata total 72,8

Dari hasil skor lembar observasi, terlihat rata-rata aktivitas siswa pada
siklus II terjadi peningkatan yaitu 72,8% dari jumlah siswa yang hadir. Dengan
data tersebut, bahwa pembelajaran yang dilakukan menunjukkan bahwa aktivitas
siswa dalam belajar matematika semakin meningkat setelah melakukan
pembelajaran dengan menggunakan media manipulatif.
Hasil wawancara yang dilakukan pada siswa mengarah kepada
meningkatnya pemahaman konsep dan aktivitas siswa dalam belajar matematika.
Hasil wawancara dengan siswa pada siklus II ini dirangkum sebagai berikut:
1. 100% siswa menyukai pembelajaran dengan menggunakan media.
2. Sebagian besar siswa tidak takut lagi jika bertanya kepada peneliti dan
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa lainnya.
3. Siswa mulai menyukai diskusi kelompok yang dilakukan karena mulai ada
perubahan pada kerjasama yang dilakukan. Beberapa siswa mengatakan
90

banyak terbantu pada saat diskusi kelompok karena teman yang pintar
sering mengajari anggota lain.
4. Semua siswa berharap belajar dengan menggunakan media ini
dilaksanakan terus-menerus karena siswa lebih mudah menerima pelajaran
dan suasana belajar lebih seru dan tidak menegangkan.
5. Siswa menjadi terbiasa dengan soal-soal yang banyak sehingga mereka
tidak khawatir lagi jika menghadapi ujian karena sudah mendapat latihan
sebelumnya.
Pada siklus II dilakukan enam kali tindakan. Pertemuan ke-14 merupakan
tes siklus II, tes ini dihadiri oleh 32 siswa. Tes siklus II mengukur kemampuan
siswa atas kompetensi dasar selama siklus II. Kisi-kisi soal dan instrumen soal
penulis lampirkan pada halaman lampiran.
Hasil yang diperoleh dari tes siklus II, bahwa siswa yang tuntas mencapai
78,1% dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) 6,2. Untuk lebih detailnya
mengenai data tes siklus II penulis bahas dalam analisis data. Selama tindakan
penelitian berlangsung guru kolaborator mengamati jalannya tindakan, dan
mengamati aktivitas belajar matematika siswa pada siklus II.
Diakhir siklus II (pertemuan ke-14) siswa diberikan tes formatif akhir
siklus II, kriteria ketuntasan minimal (KKM) siklus II adalah 6,2. Peneliti
lampirkan hasil tes formatif akhir siklus II pada bagian lampiran.

4. Tahap Refleksi
Siswa sangat antusias mengikuti pembelajaran pada saat melakukan
percobaan dengan menggunakan media pembelajaran, bahkan siswa yang
biasanya tidak aktif menjadi ikut melakukan percobaan. Hal ini dapat dilakukan
kembali apabila menyampaikan materi yang sama, atau guru dapat melakukan hal
yang sama dengan ketentuan media disesuaikan dengan materi yang disampaikan.
Namun pada saat menjelaskan materi guru harus memastikan tidak ada siswa yang
memainkan media sehingga semua siswa memperhatikan kedepan.
Siswa terlihat bersemangat mengikuti pembelajaran setelah diberikan
motivasi terutama berupa pujian. tindakan seperti ini dapat diterapkan untuk
91

pembelajaran selanjutnya, dan bentuk motivasi yang diberikan harus sesuai


dengan kebutuhan siswa, agar motivasi yang diberikan benar-benar dapat
memotivasi siswa. Selain itu hal yang perlu diperhatikan adalah penghargaan.
Siswa membutuhkan motivasi berupa penghargaan atas usaha belajar yang telah
dilakukan walaupun hasilnya kurang baik. Hal ini peneliti ketahui ketika mereka
menyampaikan perasaan senangnya kepada peneliti karena telah memuji
pekerjaannya padahal siswa tersebut sadar bahwa pekerjaannya salah, bahkan
siswa menyatakan akan lebih berusaha lagi untuk belajar lebih giat karena dia
merasa malu atas pekerjaannya yang tidak baik.
Hasil tindakan penelitian siklus II diperoleh data persentase aktivitas
belajar matematika siswa sebesar 72,8% dengan kategori aktif dan ketuntasan tes
formatif akhir siklus II mencapai 78,1%. Hal ini jika dibandingkan dengan
indikator keberhasilan kinerja maka tindakan penelitian siklus II telah memenuhi
indikator keberhasilan kinerja, sehingga tindakan penelitian ini dihentikan.
Dengan menggunakan aturan sturgess, penulis menyajikan data nilai tes
formatif akhir siklus II dalam tabel 14 distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel. 14
Distribusi Frekuensi Nilai Tes Formatif Akhir Siklus II
Nilai Frekuensi
38 – 47 2 32 100
48 – 57 3 30 93,75
58 – 67 6 27 84,375
68 – 77 10 21 65,625
78 – 87 8 11 34,375
88 – 97 3 3 9,375

Dari tabel 14 distribusi frekuensi terlihat bahwa terdapat 25 siswa (78,1%)


tuntas, sedangkan 7 siswa (21,9%) belum tuntas.
Keberhasilan tindakan penelitian ini tidak terlepas dari perbaikan-
perbaikan yang diperoleh dari siklus I, yakni upaya dalam meningkatkan aktivitas
belajar matematika siswa peneliti bersama guru kolaborator mengelompokkan
kembali bagi siswa, hal ini dapat dilihat berdasarkan kurang nyaman saat
92

berdiskusi, pembagian siswa yang berkemampuan tinggi tidak merata disiklus I,


penataan posisi tempat duduk siswa menjadi lebih kondusif untuk berdiskusi, dan
memberikan reward bagi kelompok yang aktif dan memperoleh rata-rata poin
kemajuan tertinggi, serta reward bagi siswa yang aktif menjadi tutor sebaya.
Sedangkan upaya dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa disetiap
pertemuan peneliti menggunakan media untuk memudahkan siswa dalam belajar.
Selain keberhasilan tindakan penelitian yang telah dicapai, namun masih terdapat
kekurangan dalam tindakan di siklus II diantaranya adalah belum optimalnya
aktivitas senang mencari dan memecahkan soal yang hingga siklus II hanya
mencapai 59,4%. Hal ini disebabkan karena subjek penelitian cenderung sedikit
malas dan tidak percaya diri dalam menjawab soal yang diberikan, hanya
beberapa subjek saja yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang besar yang
dapat melakukan aktivitas ini.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan guru kolaborator kelompok
yang aktif dan konsisten keaktifannya dalam berdiskusi sehingga memperoleh
reward adalah kelompok 3, sedangkan siswa yang aktif menjadi tutor sebaya dan
peduli terhadap anggota kelompok lainnya adalah S14.

E. Hasil Temuan
Media merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan
belajar. Media tidak saja berpengaruh terhadap pemahaman konsep, tetapi juga
berpengaruh terhadap proses belajar.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan deskripsi data-data hasil
penelitian, maka temuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Penggunaan media manipulatif dalam pembelajaran terutama materi
bangun ruang sisi datar dapat membantu siswa dalam pemahaman konsep
matematika.
Pernyataan ini berdasarkan hasil tes formatif siklus I dan siklus II
yang menunjukkan peningkatan disetiap dimensi pemahaman konsep,
translasi mengalami peningkatan sebesar 4,68%, sedangkan interpretasi
dan ekstrapolasi berturut-turut sebesar 10,83% dan 14,10% serta
93

pengamatan peneliti dan hasil wawancara yang dilakukan terhadap subjek


pembelajaran. Menurut hasil wawancara bahwa dengan adanya media
pembelajaran dapat membantu memudahkan siswa-siswa dalam
memahami materi pembelajaran. Penggunaan media dalam pembelajaran
membuat pembelajaran lebih menyenangkan.
b. Peran tutor sebaya dalam pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas
belajar matematika siswa.
Pernyataan ini berdasarkan hasil pengamatan peneliti maupun guru
kolaborator yang dilakukan terhadap subjek penelitian. Tutor sebaya
merupakan motor keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan
adanya peranan tutor sebaya akan memunculkan interaksi sesama anggota
kelompok dalam sebuah kegiatan diskusi. Akibat dari kegiatan diskusi
yang berjalan dengan baik, maka keaktifan siswa dalam pembelajaran akan
terpengaruh dengan baik pula.
c. Pemberian reward berupa souvenier dalam pembelajaran dapat
memotivasi siswa untuk belajar lebih aktif
Pernyataan ini berdasarkan hasil pengamatan peneliti di siklus II,
dimana pada siklus II diadakan reward berupa souvenier sebagai upaya
untuk perbaikan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Reward ini
diberikan kepada siswa yang paling aktif menjadi tutor sebaya dan
kelompok yang paling aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dengan adanya
reward ini siswa berusaha menjadi tutor sebaya bagi kelompoknya dan
juga masing-masing kelompok berusaha menunjukkan keaktifannya dalam
pembelajaran.
Dari sisi lain, hal ini dapat diartikan juga bahwa kemampuan subjek
penelitian dalam menguasai materi sudah baik dari berbagai tingkatan akademik,
sehingga pembelajaran dengan menggunakan media manipulatif dapat terbukti
memenuhi kebutuhan belajar siswa dan memaksimalkan potensi belajar siswa.
94

F. Teknik Pemeriksan Kepercayaan (Trusworthiness) Studi


Dari hasil tes pemahaman konsep bangun ruang sisi datar yang diperoleh
bahwa terdapat peningkatan pemahaman konsep matematika siswa pada siklus II.
Hal ini berdasarkan nilai persentase rata-rata pemahaman konsep matematika
akhir siklus II mencapai 75,35 % dan pada akhir siklus II menunjukkan 78,1%
siswa tuntas dalam belajar matematika. Selain itu, pembelajaran yang dilakukan
dengan menggunakan media manipulatif mampu membuat siswa aktif mengikuti
proses belajar mengajar sehingga pada akhir siklus II terdapat peningkatan
terhadap aktivitas belajar matematika siswa sebesar 38,6%. Di samping itu,
pembelajaran yang dilakukan dengan cara melibatkan siswa secara langsung
membuat siswa senang dan lebih akrab dengan guru. Hal ini peneliti perhatikan
bahwa setelah pertemuan demi pertemuan siswa menjadi lebih berani bertanya,
mengungkapkan pendapatnya, bahkan mau berusaha menjawab petanyaan
temannya.
Sedangkan dari hasil wawancara siswa diperoleh bahwa peran tutor sebaya
sangat membantu mereka dalam memahami materi yang belum dipahaminya.
Penggunaan media manipulatif dan komputer sangat membantu siswa dalam
pembelajaran, salah satu alasannya adalah lebih memudahkan untuk memahami
materi dan terdapat pembahasan soal dan latihannya yang tersusun secara
sistematis.
Berdasarkan hasil pengumpulan data-data berupa instrument tes
pemahaman konsep bangun ruang sisi datar, catatan observasi aktivitas belajar
matematika siswa, catatan evaluasi tindakan penelitian dan wawancara yang
diperoleh bisa disimpulkan bahwa penggunaan media manipulatif dalam
pembelajaran matematika dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang
sisi datar dan aktivitas belajar matematika siswa.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan deskripsi data yang telah diuraikan
sebelumnya, maka penulis menyimpulkan bahwa:
1. Pembelajaran bangun ruang sisi datar dengan menggunakan media
manipulatif/benda asli dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika
siswa, hal ini dapat dilihat dari peningkatan pemahaman konsep matematika
siswa sebesar 9,87%. Pada akhir siklus nilai menunjukkan 78,1% siswa (25
siswa) tuntas dalam belajar matematika bangun ruang sisi datar.
2. Pembelajaran matematika dengan menggunakan media manipulatif/benda
asli dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa, hal ini dilihat
dari hasil lembar aktivitas belajar matematika siswa dimana hampir semua
indikator aktivitas belajar matematika siswa termasuk katagori aktif (lebih
dari 72%), akan tetapi siswa dalam mempertahankan pendapatnya yang
disampaikan yang hingga akhir siklus II hanya mencapai 68,4% (kriteria:
cukup aktif). Hal ini disebabkan karena subjek penelitian cenderung tidak
berani dan tidak percaya diri dalam menjelaskan kembali, hanya beberapa
subjek saja yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang besar yang dapat
melakukan aktivitas ini.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang
dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain:
1. Bagi guru
a. Sebaiknya guru meningkatkan kualitas pembelajaran dengan merancang
proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga siswa menjadi
lebih tertarik dan pembelajaran akan menjadi lebih kondusif dan
bermakna. Hal ini membuat siswa tidak mudah bosan dan tetap
termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran yang pada akhirnya

95
96

dapat meningkatkan pemahaman konsep pada materi pelajaran. Selain itu


solusi untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika adalah
memberikan banyak kesempatan kepada siswa dalam menjelaskan
kembali materi pelajaran, menghargai sekecil apapun yang telah
dilakukan siswa sehingga turut menumbuhkan sikap rasa percaya diri
siswa.
b. Dalam penyampaian materi guru hendaknya menggunakan media yang
sesuai karena dapat memberikan kemudahan terhadap peserta didik untuk
lebih memahami konsep, prinsip, sikap, dan keterampilan tertentu, serta
mampu memberikan pengalaman yang berbeda dan bervariasi sehingga
merangsang minat peserta didik sehingga pembelajaran akan lebih
bermakna.
c. Guru hendaknya mengupayakan tindak lanjut terhadap pembelajaran
dengan menggunakan media manipulatif/benda asli pada pembelajaran
yang akan dilaksanakan.
2. Bagi peneliti lain
Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya
lebih cermat dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang berkaitan
dengan pembelajaran yang menggunakan media benda asli/media manipulatif
guna melengkapi kekurangan yang ada, misalnya benda-benda sulit
didapatkan untuk pelaksanaan penelitian, serta sebagai salah satu alternatif
dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa terhadap materi bangun ruang
sisi datar yang belum tercakup dalam penelitian ini agar diperoleh hasil yang
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta:


Rineka Cipta, 1999.

Anitah, Sri, et. al, Strategi Pembelajaran Matematika, Jakarta: Universitas


Terbuka, 2008.

Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:Bumi Aksara,


2008.

Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.

Asnawir dan M. Basyiruddin, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers, 2002

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,


Jakarta: Balai Pustaka, 2002.

Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003


Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Departemen Pendidikan Nasional, “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan” dari


http://edukasi.kompasiana.com, 1 Juli 2011.

Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.

Dwina, Fitrani dan Yerizon, “Alat Manipulatif dalam Proses Pembelajaran


Matematika di Sekolah Dasar”, dari http://www.duniaguru.com, 8 Juni
2011.

Fathani, Abdul Halim, Matematika Hakikat dan Logika, Jogjakarta: Ar-Ruzz


Media, 2009.

Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, Bandung: PT


Remaja Rosdakarya, 2010.

Ikhsan, Muhammad “Berbagai Jenis Pembelajaran”, dari http://alazka.sch.id, 19


Juni 2011.

Ismail dkk, Kapita Selekta Pembelajaran Matematika, Jakarta: Universitas


Terbuka, 2002.

Martiningsih,“Penelitian Tindakan Kelas SMP Kelas IX”, dari


http://www.martiningsih.co.cc, 6 Juni 2011.

97
98

Mulyati, Pengatar Psikologi Belajar, Jogjakarta: Quality Publishing, 2007.

Nata, Abuddin, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,


2002.

Purwanto, Ngalim, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung:


PT Remaja Rosdakarya, 1997.

Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


2002.

Raharjo, Agung, “Pengembangan Model Remedial Pembelajaran Matematika


Sekolah Dasar dengan Menggunakan Alat Manipulatif”, dari
http://www.unisla.ac.id, 19 Juni 2011.

Rosyada, Dede, Paradigma Pendidikan Demokratis, Jakarta: Universitas


Terbuka, 2001.

Sadiman, Arief, S, et al, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan


Pemanfaatannya, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2007.

Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Problematika


Belajar dan Mengajar, Bandung:Alfabeta, 2007.

Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,


Jakarta:Kencana, 2007.

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada, 2008.

Satriawati, Gusni, Pembelajaran dengan Pendekatan Open Ended untuk


Meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa
SMP, dalam Algoritma, Vol. 1, No. 1, Tahun 2006.

Shamsudin, Baharudin, Kamus Matematika Bergambar, Jakarta: Grasindo, 2002.

Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grasindo


Persada, 1996.

Sudrajat, Akhmad, “Pembelajaran Tuntas (Mastery learning) dalam KTSP”, dari


http://akhmad sudrajat.wordpress.com, 13 Oktober 2009.

Suharsimi,dkk., Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006.

Suhendra dkk, Materi Pokok Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran


Matematika, Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.
99

Suherman, Erman, “Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer”,


Bandung:UPI, 2003.

Suherman, Eman dan Udin, S.W., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Universitas
Terbuka, 1999.

Sukardono, Filsafat dan Sejarah Matematika, Jakarta: Universitas Terbuka, 2000.

Suprapto Jiel Wongsolo, “Penggunaan Media Pada Pembelajaran Matematika”,


dari http://supraptojielwongsolo.wordpress.com, 1 Juli 2011.

Suriasumantri, Jujun S, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Sinar


Harapan, 1995.

Suwarsono. “Teori-teori Perkembangan Kognitif dan Proses Pembelajaran yang


Relevan Untuk Pembelajaran Matematika” dari http://www.masbied.com, 3
Juli 2011.

Suyitno, “Matematika”, dari http://www.dunia.guru.com, 16 Juni 2011.

Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2001.

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT


Remaja Rosdakarya, 2003.

Warpala, I Wayan Sukra, “Strategi Pembelajaran, Bahan Sajian Program


Pendidikan Akta Mengajar”, dari http://edukasi.kompasiana.com, 1 Juli
2011.

Winkel W.S, Psikologi Pengajaran, Jakarta: PT Grasindo, 1998.

Wiraatmadja, Rochiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: PT Remaja


Rosda Karya, 2005.

Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan (Pengantar dan Dasar-dasar


Pendidikan), Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
100

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


SIKLUS I

Satuan Pendidikan : MTs Jam’iyyatul Khair


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/semester : VIII / II
Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan
bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya..
Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma, dan
limas, serta bagian-bagiannya.
Indikator : Menyebutkan unsur-unsur bangun ruang yaitu; rusuk, titik,
sudut, bidang/sisi, diagonal bidang, diagonal ruang dan
bidang diagonal.
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit

I. Tujuan Pembelajaran
a. Siswa dapat menyebutkan unsur-unsur bangun ruang yaitu; rusuk, titik,
sudut, bidang/sisi, diagonal bidang, diagonal ruang dan bidang diagonal.
b. Siswa dapat menentukan penggunaan konsep dalam menyelesaikan
masalah.

II. Materi Pembelajaran


Kubus dan balok
1. Pengertian Kubus
H G
Perhatikan Gambar 1 secara saksama. Gambar tersebut menunjukkan
E F
sebuah bangun ruang yang semua sisinya berbentuk persegi dan semua
rusuknya sama panjang. Bangun ruang seperti itu dinamakan kubus. D C
Gambar 1 menunjukkan sebuah kubus ABCD.EFGH yang memiliki A
B
Gambar 1
unsur-unsur sebagai berikut.
H G
2. Pengertian Balok
E F
Balok adalah bangun ruang yang memiliki tiga pasang sisi berhadapan
yang sama bentuk dan ukurannya,di mana setiap sisinya berbentuk

D
C

A B
persegi panjang.
Gambar 1 menunjukkan sebuah kubus ABCD.EFGH yang memiliki
unsur-unsur sebagai berikut.
a. Sisi/Bidang
Sisi kubus adalah bidang yang membatasi kubus. Dari Gambar 1 terlihat bahwa
kubus memiliki 6 buah sisi yang semuanya berbentuk persegi, yaitu ABCD (sisi
bawah), EFGH (sisi atas), ABFE (sisi depan), CDHG (sisi belakang), BCGF (sisi
samping kiri), dan ADHE (sisi samping kanan).
b. Rusuk
Rusuk kubus adalah garis potong antara dua sisi bidang kubus dan terlihat seperti
kerangka yang menyusun kubus. Coba perhatikan kembali Gambar 1 Kubus
ABCD.EFGH memiliki 12 buah rusuk, yaitu AB, BC, CD, DA, EF, FG, GH, HE,
AE, BF, CG, dan DH.
c. Titik Sudut
Titik sudut kubus adalah titik potong antara dua rusuk. Dari Gambar 1 terlihat
kubus ABCD. EFGH memiliki 8 buah titik sudut, yaitu titik A, B, C, D, E, F, G,
dan H.
Selain ketiga unsur di atas, kubus juga memiliki diagonal. Diagonal pada kubus
ada tiga, yaitu diagonal bidang, diagonal ruang, dan bidang diagonal.
d. Diagonal Bidang
Coba kamu perhatikan kubus ABCD.EFGH pada Gambar 1. Pada kubus tersebut
terdapat garis BE yang menghubungkan dua titik sudut yang saling berhadapan
dalam satu sisi/bidang. Ruas garis tersebut dinamakan sebagai diagonal bidang.
e. Diagonal Ruang
Sekarang perhatikan kubus ABCD.EFGH pada Gambar 1. Pada kubus tersebut,
terdapat ruas garis CE yang menghubungkan dua titik sudut yang saling
berhadapan dalam satu ruang. Ruas garis tersebut disebut diagonal ruang.
f. Bidang Diagonal
H G
Perhatikan kubus ABCD.EFGH pada Gambar. 2 secara seksama. Pada
E F
gambar tersebut, terlihat dua buah diagonal bidang pada kubus ABCD.EFGH
yaitu BD dan FH Ternyata, diagonal bidang BD dan FH beserta dua rusuk D C

A B
Gambar 2
kubus yang sejajar, yaitu BF dan DH membentuk suatu bidang di dalam
ruang kubus bidang BDHF pada kubus ABCD.EFGH. Bidang BDHF disebut
sebagai bidang diagonal.
Balok
 Balok merupakan bangun ruang yang dibatasi 6 persegi panjang dimana 3
persegi panjang kongruen.
 Balok mempunyai 6 sisi berbentuk persegi panjang.
 Balok mempunyai 3 pasang bidang sisi berhadapan yang kongruen.
 Balok mempunyai 12 rusuk.
 4 buah rusuk yang sejajar sama panjang.
 Balok mempunyai 8 titik sudut.
 Jaring-jaring balok berupa 6 buah persegi panjang.

Prisma
Definisi Prisma
Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua buah bidang segi
banyak ( segi n ) yang sejajar dan kongruen serta bidang-bidang tegak yang
menghubungkan bidang segi banyak tersebut.
Prisma diberi nama berdasarkan segi-n pada sisi atas atau sisi alas
Garis t disebut tinggi prisma.
Unsur-unsur Prisma
Unsur- unsur yang dimiliki oleh suatu prisma :
1. Titik sudut
2. Rusuk.
3. Bidang sisi.

Ciri-ciri suatu prisma:


1. Bidang atas dan bidang bawah berbentuk bangun
datar
2. Bidang atas dan bidang bawah sejajar serta kongruen
3. Mempunyai bidang sisi tegak
Pada prisma segi-n banyaknya :
 Titik sudut = 2n

Rusuk = 3n

Sisi = n+2

h sebuah segi banyak (segi n) dan segitiga-segitiga yang mempunyai titik puncak persekutuan di luar bidang segibanyak itu. G
h segi-n sisi alasnya. Apabila alas limas berupa segi-n beraturan dan tiap sisi tegak merupakan segitiga
mas segi-n beraturan.

Unsur-unsur Limas
Unsur- unsur yang dimiliki oleh suatu limas :
Titik sudut
Rusuk
Bidang sisi
Ciri-ciri suatu limas :

1. Bidang atas berupa sebuah titik ( lancip )


2. Bidang bawah berupa bangun datar
3. Bidang sisi tegak berupa segitiga.
Untuk memberi nama sebuah limas, lihat bidang alasnya

III. Metode Pembelajaran :


Ceramah, diskusi, inquiri, Tanya Jawab, dan observasi/pengamatan.
IV. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan ke-I (2 x 40 menit)
a. Kegiatan Awal
1. Guru mengabsen siswa dilanjutkan dengan memberikan apersepsi
tentang pokok bahasan yang ada kaitannya dengan materi.
2. Memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik untuk mempelajari
materi yang akan diberikan dengan cara memberikan manfaat dan
tujuan pembelajaran serta menyebutkan bangun-bangun ruang yang
terdapat dalam kehidupan sehari-hari dengan memberikan lembar kerja
siswa.
3. Apersepsi dengan mengingat kembali bentuk-bentuk bangun datar dan
ruang.
b. Kegiatan Inti
1. Guru menjelaskan lembar kerja siswa.
2. Siswa bekerja dalam kelompok dan mendiskusikan lembar kerja siswa.
(Siswa dibiarkan menyelesaikan masalah menurut cara mereka
masing-masing. Guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi,
memfasilitasi kerja siswa dan membantu siswa yang mengalami
kesulitan).
3. Guru meminta satu atau dua kelompok mempresentasikan
pekerjaannya dan meminta kelompok lain menanggapi.
4. Guru menjelaskan dengan mengajak siswa berdiskusi mengenai lembar
kerja siswa yang telah mereka kerjakan dan mengunakan ruang kelas
dalam memahami bagian-bagian ruang.
5. Untuk meningkatkan pemahaman konsep terhadap bangun ruang guru
memberikan latihan kepada siswa.
6. Membahas dan mengoreksi latihan bersama-sama.
c. Kegiatan Akhir :
1. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang dibahas.
2. Guru memberikan tugas rumah.
V. Sumber Belajar
1. Alat dan Bahan
a. Lembar kerja siswa 1
b. Lembar kerja siswa 2.
c. Model-model bangun ruang
2. Referensi
a. Kurniawan, ( 2003 ), Evaluasi Mandiri Matematika SMP untuk Kelas
VIII, Jakarta: Erlangga
b. M. Cholik Adinawan dan Sugijono, ( 2007 ), Matematika untuk SMP
Kelas VIII 2B, Jakarta: Erlangga
c. Sukino dan Wilson Simangunsong, ( 2006 ), Matematika untuk SMP
Kelas VIII, Jakarta: Erlangga

VI. Penilaian

1. Penilaian Proses yaitu dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta


didik melakukan kegiatan pembelajaran.
2. Penilaian hasil akan dilakukan dengan memanfaatkan latihan.

Jakarta, Januari 2010


Peneliti

Khumaidi M
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan : MTs Jam’iyyatul Khair


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/semester : VIII / II
Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan
bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya..
Kompetensi Dasar : Membuat jaring-jaring bangun ruang sisi datar.
Indikator :Siswa dapat Membuat jaring-jaring bangun ruang sisi
datar. Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit

I. Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa dapat:
a. Memahami konsep dalam membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma
tegak, dan limas.
b. Menentukan penggunaan konsep dalam menyelesaikan masalah.
c. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.

II. Materi Pembelajaran


Model Kerangka serta Jaring-jaring Kubus dan Balok
1. Jaring-jaring Kubus dan Balok
Jaring-jaring kubus adalah sebuah bangun datar yang jika dilipat menurut ruas-
ruas garis pada dua persegi yang berdekatan akan membentuk bangun kubus . Jaring-
jaring kubus dapat pula diartikan sebagai rangkaian enam daerah persegi yang
kongruen, yang jika dilipatkan menurut garis-garis pertemuan dua sisinya dapat
membentuk bangun kubus dan tidak ada sisi yang rangkap (ganda).
Gambar di bawah ini merupakan gambar kotak roti yang digunting (diiris) pada
tiga buah rusuk alas dan atasnya serta satu buah rusuk tegaknya, yang direbahkan
pada bidang datar sehingga membentuk jaring-jaring kotak roti.
H G
H G
EF
HDC GH
D C
A B EABFE

E F
Jaring-jaring balok adalah sebuah bangun datar yang jika dilipat menurut ruas-
ruas garis pada dua persegi panjang yang berdekatan akan membentuk bangun balok.
Jarring-jaring balok tersusun atas rangkaian 6 buah persegi panjang. Rangkaian
tersebut terdiri atas tiga pasang persegipanjang yang setiap pasangannya memiliki
bentuk dan ukuran yang sama.
Gambar di bawah ini merupakan contoh dari jaring-jaring balok.

2. Model Kerangka Kubus dan Balok

Jika panjang rusuk sebuah kubus adalah s maka jumlah panjang rusuknya = 12s.
Jika sebuah balok berukuran panjang = p, lebar = l, dan tinggi = t
maka jumlah panjang rusuknya = 4p + 4l + 4t = 4(p + l + t)

3. Jaring-jaring Prisma
Jaring-jaring merupakan bentuk dua dimensi dari suatu bangun tiga dimensi.
Jaring-jaring prisma dapat dibentuk dengan memotong beberapa rusuknya

4. Jaring-jaring Limas
Jaring-jaring merupakan bentuk dua dimensi dari suatu bangun tiga dimensi.
Jaring-jaring limas dapat dibentuk dengan memotong beberapa rusuk limas
III. Metode Pembelajaran :
Ceramah, diskusi, inquiri, Tanya Jawab, dan observasi/pengamatan.

IV. Kegiatan Pembelajaran


Pertemuan ke-II (2 x 40 menit)
a. Kegiatan Awal
1. Memeriksa kehadiran siswa.
2. Memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik untuk mempelajari
materi yang akan diberikan dengan cara memberikan manfaat dan
tujuan pembelajaran serta menyebutkan bangun-bangun ruang yang
terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
3. Apersepsi dengan mengingat kembali definisi unsur-unsur bangun
ruang sisi datar yaitu kubus, balok, prisma dan limas.
b. Kegiatan Inti
1. Guru menjelaskan lembar kerja siswa.
2. Siswa bekerja kelompok dan mendiskusikan lembar kerja siswa
dengan menggunakan media manipulatif berupa kemasan-kemasan
produk dan model bangun ruang. (Siswa dibiarkan menyelesaikan
masalah menurut cara mereka masing-masing. Guru berkeliling untuk
mengamati, memotivasi, memfasilitasi kerja siswa dan membantu
siswa yang mengalami kesulitan).
3. Guru meminta satu atau dua kelompok mempresentasikan
pekerjaannya dan meminta kelompok lain menanggapi.
4. Guru menjelaskan dengan mengajak siswa berdiskusi mengenai lembar
kerja siswa dalam berdiskusi guru mengkonstruk pemahaman siswa
tentang bangun ruang.
5. Untuk meningkatkan pemahaman konsep terhadap bangun ruang guru
dengan memberikan latihan kepada siswa.
6. Membahas dan mengoreksi latihan bersama-sama.
Kegiatan Akhir :
Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang dibahas,
Guru memberikan tugas rumah
Sumber Belajar
Alat dan Bahan
Lembar kerja siswa
Lembar latihan
Model bangun ruang
Kemasan suatu produk
Referensi
Kurniawan, ( 2003 ), Evaluasi Mandiri Matematika SMP untuk Kelas VIII, Jakarta: Erlangga
M. Cholik Adinawan dan Sugijono, ( 2007 ), Matematika untuk SMP Kelas VIII 2B, Jakarta: Erlangga
Sukino dan Wilson Simangunsong, ( 2006 ), Matematika untuk SMP
Kelas VIII, Jakarta: Erlangga

VI. Penilaian

1. Penilaian Proses yaitu dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta


didik melakukan kegiatan pembelajaran.
2. Penilaian hasil akan dilakukan dengan memanfaatkan latihan

Jakarta, Januari 2010

Peneliti

Khumaidi M
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan : MTs Jam’iyyatul Khair


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/semester : VIII / II
Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan
bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya..
Kompetensi Dasar : Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok,
prisma dan limas
Indikator : Siswa dapat menemukan rumus luas permukaan kubus,
balok, prisma dan limas
Alokasi Waktu : 4 x 40 Menit (2 x Pertemuan)

I. Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa dapat:
a. Memahami konsep mencari luas permukaan balok, kubus, prisma, dan
limas.
b. Menentukan penggunaan konsep dalam menyelesaikan masalah.

II. Materi Pembelajaran


Menentukan rumus luas permukaan bangun ruang sisi datar.
Luas permukaan balok
Karena pada balok terdapat 3 buah pasang sisi yang berahadapan sama besar,
maka luas bidang sisi balok adalah:
a. Sepasang sisi depan dan sisi belakang 2 x p x l
b. Sepasang sisi samping kiri dan kanan 2 x l x t
c. Sepasang sisi atas dan alas 2 x p x t
Luas semua bidang sisi balok adalah:

Luas permukaan balok = 2pl + 2lt + 2pt


= 2 (pl +lt + pt)
Dengan p = panjang balok
l = lebar balok
t = tinggi balok
Luas permukaan kubus
Dari Gambar 8.10 terlihat suatu kubus beserta jaring-jaringnya. Untuk
mencari luas permukaan kubus, berarti sama saja dengan menghitung luas
jaring-jaring kubus tersebut. Oleh karena jaring-jaring kubus merupakan 6
buah persegi yang sama dan kongruen maka
luas permukaan kubus = luas jaring-jaring kubus
= 6 × (s × s)
= 6 × s2
L = 6 s2
Jadi, luas permukaan kubus dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut.

Luas permukaan kubus = 6s2

Luas permukaan prisma


Luas permukaan prisma dapat ditentukan dengan menjumlahkan luas sisi-sisi
tegak, luas alas dan luas bidang atas.
Misal : Prisma segitiga ABC.EFG

Jika diiris menurut rusuk-rusuk FC, DF, EF, AC dan BC maka didapat jaring-
jaring ;
Jika dipotong menurut rusuk-rusuk TC, TB dan TA, maka didapat jaring-jaring

Luas permukaan limas = luasT.AB + luasT.AC + luas T.BC + L.ABC


= (luasT.AB + luasT.AC + luas T.BC) + L.ABC
= jumlah luas sisi tegak + luas alas
Kesimpulan :

III. Metode Pembelajaran :


Ceramah, diskusi, inquiri, Tanya Jawab, dan observasi/pengamatan.
IV. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan
ke-III (2 x 40 menit) Materi ajar :
luas kubus dan balok.
a. Kegiatan Awal
1. Memeriksa kehadiran siswa.
2. Memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik untuk mempelajari
materi yang akan diberikan dengan cara memberikan manfaat dan
tujuan pembelajaran serta menyebutkan bangun-bangun ruang yang
terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
3. Apersepsi/tanya jawab mengenai luas suatu bangun.
b. Kegiatan Inti
1. Untuk menemukan konsep luas permukaan kubus dan balok guru
mempresentasikan lembar kerja siswa.
2. Siswa bekerja dalam kelompok dan mendiskusikan lembar kerja siswa.
(Siswa dibiarkan menyelesaikan masalah menurut cara mereka
masing-masing. Guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi,
memfasilitasi kerja siswa dan membantu siswa yang mengalami
kesulitan).
3. Guru meminta satu atau dua kelompok mempresentasikan
pekerjaannya dan meminta kelompok lain menanggapi.
4. Guru menjelaskan dengan mengajak siswa berdiskusi mengenai
lembar kerja siswa dalam berdiskusi guru mengkonstruk pemahama
siswa mengenai luas kubus dan balok.
5. Untuk meningkatkan pemahaman konsep terhadap bangun ruang guru
memberikan latihan kepada siswa.
6. Membahas dan mengoreksi latihan bersama-sama.
c. Kegiatan Akhir :
1. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang dibahas,
2. Guru memberikan tugas rumah
Pertemuan ke-IV (2 x 40 menit)
Materi : Luas prisma dan
limas.
a. Kegiatan Awal
1. Memeriksa kehadiran siswa.
2. Memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik untuk mempelajari
materi yang akan diberikan dengan cara memberikan manfaat dan
tujuan pembelajaran serta menyebutkan bangun prisma dan limas
ruang yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
3. Apersepsi/tanya jawab mengenai luas bangun ruang yaitu kubus dan
balok.
b. Kegiatan Inti
1. Untuk menemukan konsep luas permukaan prisma dan limas guru
mempresentasikan lembar kerja siswa .
2. Siswa bekerja dalam kelompok dan mendiskusikan lembar kerja siswa
. (Siswa dibiarkan menyelesaikan masalah menurut cara mereka
masing-masing. Guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi,
memfasilitasi kerja siswa dan membantu siswa yang mengalami
kesulitan).
3. Guru meminta satu atau dua kelompok mempresentasikan
pekerjaannya dan meminta kelompok lain menanggapi.
4. Guru menjelaskan dengan mengajak siswa berdiskusi mengenai lembar
kerja siswa dalam berdiskusi guru mengkonstruk pemahama siswa
mengenai luas prisma dan limas.
5. Untuk meningkatkan pemahaman konsep terhadap bangun ruang guru
memberikan latihan kepada siswa.
6. Membahas dan mengoreksi latihan bersama-sama.
c. Kegiatan Akhir :
1. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang dibahas,
2. Guru memberikan tugas rumah
V. Sumber Belajar
1. Alat dan Bahan
a. Lembar kerja siswa
b. Lembar latihan
c. Model bangun ruang
d. Kemasan suatu produk
2. Referensi
a. Kurniawan, ( 2003 ), Evaluasi Mandiri Matematika SMP untuk Kelas
VIII, Jakarta: Erlangga
b. M. Cholik Adinawan dan Sugijono, ( 2007 ), Matematika untuk SMP
Kelas VIII 2B, Jakarta: Erlangga
c. Sukino dan Wilson Simangunsong, ( 2006 ), Matematika untuk SMP
Kelas VIII, Jakarta: Erlangga

VI. Penilaian

1. Penilaian Proses yaitu dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta


didik melakukan kegiatan pembelajaran.
2. Penilaian hasil akan dilakukan dengan memanfaatkan latihan

Jakarta, Januari 2010


Peneliti

Khumaidi M
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan : MTs Jam’iyyatul Khair


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/semester : VIII / II
Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan
bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya..
Kompetensi Dasar :Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma, dan limas,
serta bagian-bagiannya.
Indikator :Menghitung luas permukaan kubus, balok, prisma, dan
limas..
Alokasi Waktu : 4 x 40 Menit (2 x Pertemuan)

I. Tujuan Pembelajaran
a. Siswa dapat menghitung luas permukaan kubus dan balok.
b. Siswa dapat menghitung luas permukaan prisma dan limas.
c. Siswa dapat menentukan penggunaan konsep dalam menyelesaikan
masalah.

II. Materi Pembelajaran


Menghitung luas permukaan bangun ruang sisi datar.
Contoh kubus:
1. Hitung Luas permukaan kubus dengan panjang rusuk 7 cm !
Jawaban :
Luas permukaan kubus = 6 x s2
= 6 x 72
= 6 x 49
= 294 cm2
2. Hitung Luas permukaan kubus jika luas salah satu sisinya 10 cm2 !
Jawaban :
Luas salah satu sisi = 10
s2 = 10
Luas permukaan kubus = 6 x s2
= 6 x 102
= 6 x 100
= 600 cm2
Contoh balok:

1. Hitung Luas permukaan balok dengan ukuran 2 cm x 3 cm x 4 cm !


Jawaban :

2. Luas permukaan balok adalah 108 cm2. Hitung tinggi balok jika panjangnya 4 cm dan lebarnya 3 cm !
Jawaban :

Contoh prisma
Hitunglah luas permukaan prisma segitigadengan alas berbentuk segitiga siku-
siku berukuran 3cm, 4cm, 5cm dan tinggi prisma 10 cm !
Jawaban:
Sisi alas; a = 3 cm
t = 4 cm
III. Metode Pembelajaran :
Ceramah, diskusi, inquiri, Tanya Jawab, dan observasi/pengamatan.
IV. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan ke-V (2 x 40 menit)
Materi: Luas permukaan kubus dan balok
a. Kegiatan Awal
1. Memeriksa absen siswa.
2. Memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik untuk mempelajari
materi yang akan diberikan dengan cara memberikan manfaat dan
tujuan pembelajaran serta menyebutkan bangun-bangun ruang yang
terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
3. Apersepsi dengan mengingat kembali rumus-rumus bangun ruang sisi
datar yaitu kubus dan balok.
b. Kegiatan Inti
1. Guru mulai menjelaskan materi bagaimana menerapkan besaran luas
permukaan pada kubus dan balok dalam bentuk soal cerita.
2. Dengan tanya jawab, siswa diminta untuk mengerjakan soal di depan
kelas.
3. Tanya jawab tentang materi yang sedang diajarkan.
4. Siswa mengerjakan latihan soal.
c. Kegiatan Akhir :
1. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang dibahas,
2. Guru memberikan tugas rumah

Pertemuan ke-VI (2 x 40 menit)


Materi: Luas permukaan prisma dan limas.
a. Kegiatan Awal
1. Memeriksa absen siswa.
2. Memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik untuk mempelajari
materi yang akan diberikan dengan cara memberikan manfaat dan
tujuan pembelajaran serta menyebutkan bangun-bangun ruang yang
terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
3. Apersepsi dengan mengingat kembali rumus-rumus bangun ruang sisi
datar yaitu prisma dan limas.
b. Kegiatan Inti
1. Guru mulai menjelaskan materi bagaimana menerapkan besaran luas
permukaan pada prisma dan limas dalam bentuk soal cerita.
2. Dengan tanya jawab, siswa diminta untuk mengerjakan soal di depan
kelas.
3. Tanya jawab tentang materi yang sedang diajarkan.
4. Siswa mengerjakan latihan soal.
c. Kegiatan Akhir :
1. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang dibahas,
2. Guru memberikan tugas rumah
V. Sumber Belajar
1. Alat dan Bahan
a. Lembar kerja siswa
b. Lembar latihan
c. Model bangun ruang
d. Kemasan suatu produk
2. Referensi
a. Kurniawan, ( 2003 ), Evaluasi Mandiri Matematika SMP untuk Kelas
VIII, Jakarta: Erlangga
b. M. Cholik Adinawan dan Sugijono, ( 2007 ), Matematika untuk SMP
Kelas VIII 2B, Jakarta: Erlangga
c. Sukino dan Wilson Simangunsong, ( 2006 ), Matematika untuk SMP
Kelas VIII, Jakarta: Erlangga
VI. Penilaian

1. Penilaian Proses yaitu dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta didik melakukan kegiatan
pembelajaran. Penilaian hasil akan dilakukan dengan memanfaatkan laihan
122

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


SIKLUS II

Satuan Pendidikan : MTs Jam’iyyatul Khair


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/semester : VIII / II
Standar Kompetensi: Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan
bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya..
Kompetensi Dasar :Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok,
prisma dan limas
Indikator : Menentukan rumus volum kubus, balok, prisma dan limas.
Alokasi Waktu : 4 x 40 Menit ( 2 x Pertemuan )
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa dapat:
a. Memahami konsep mencari volum balok, kubus, prisma, dan limas.
b. Menentukan penggunaan konsep dalam menyelesaikan masalah.
II. Materi Pembelajaran
Cara menentukan rumus volum bangun ruang sisi datar.
Volum Kubus
Kubus ABCD dengan panjang rusuk s satuan
Luas Alas ABCD = sisi x sisi
=sxs
= s2
Volum Kubus = Luas Alas ABCD x tinggi
= s2 x s
= s3
Volum Kubus dengan panjang sisi s satuan adalah s3 satuan volum.

Volume Balok
Perhatikan balok ABCD.EFGH !
123

Luas Alas ABCD = AB x BC


=pxl
= pl
Volum balok = Luas Alas ABCD x tinggi
= pl x t

Volum Prisma
Volum prisma dapat ditentukan dengan membelah sebuah balok menjadi dua
bagian sama besar melalui salah satu diagonal bidang sehingga membentuk dua
prisma yang kongruen.
2 Volum prisma = volume balok
=pxlxt
1
Volum prisma xpxlxt
2
=
1
Volum prisma = ( xluas alas balok) x t
2
Volum prisma = luas alas prisma x t
Volum prisma = luas alas x tinggi
Kesimpulan :

Volum Prisma = luas alas x tinggi

Volum Limas
Volum limas dapat ditentukan dengan membelah sebuah kubus bersisi r menjadi
enam buah limas yang kongruen, dimana:
124

Maka didapat:

Kesimpulan :

III. Metode Pembelajaran :


Ceramah, diskusi, inquiri, Tanya Jawab, dan observasi/pengamatan.

IV. Kegiatan Pembelajaran


Pertemuan ke-VII ( 2 x 40 menit )
Materi: volum kubus dan balok.
a. Kegiatan Awal
1. Memeriksa kehadiran siswa.
2. Memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik untuk mempelajari
materi yang akan diberikan dengan cara memberikan manfaat dan
tujuan pembelajaran serta menyebutkan bangun-bangun ruang yang
terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
3. Apersepsi/tanya jawab mengenai volum bangun ruang.
b. Kegiatan Inti
1. Untuk menemukan konsep volum kubus dan balok guru
mempresentasikan lembar kerja siswa .
2. Siswa bekerja dalam kelompok dan mendiskusikan lembar kerja siswa.
(Siswa dibiarkan menyelesaikan masalah menurut cara mereka
125

masing-masing. Guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi,


memfasilitasi kerja siswa dan membantu siswa yang mengalami
kesulitan).
3. Guru meminta satu atau dua kelompok mempresentasikan
pekerjaannya dan meminta kelompok lain menanggapi.
4. Guru menjelaskan dengan mengajak siswa berdiskusi mengenai lembar
kerja siswa dalam berdiskusi guru mengkonstruk pemahaman siswa
mengenai volum kubus dan balok.
5. Untuk meningkatkan pemahaman konsep terhadap bangun ruang guru
memberikan latihan kepada siswa.
6. Membahas dan mengoreksi latihan bersama-sama.
c. Kegiatan Akhir :
1. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang dibahas,
2. Guru memberikan tugas rumah.

Pertemuan ke-VIII (2 x 40 menit)


Materi : volum prisma dan limas.
a. Kegiatan Awal
1. Memeriksa kehadiran siswa.
2. Memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik untuk mempelajari
materi yang akan diberikan dengan cara memberikan manfaat dan
tujuan pembelajaran serta menyebutkan bangun prisma dan limas
ruang yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
3. Apersepsi/tanya jawab mengenai volum bangun ruang.

b. Kegiatan Inti
1. Untuk menemukan konsep volum prisma dan limas guru
mempresentasikan lembar kerja siswa .
2. Siswa bekerja dalam kelompok dan mendiskusikan lembar kerja siswa.
(Siswa dibiarkan menyelesaikan masalah menurut cara mereka
masing-masing. Guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi,
126

memfasilitasi kerja siswa dan membantu siswa yang mengalami


kesulitan).
3. Guru meminta satu atau dua kelompok mempresentasikan
pekerjaannya dan meminta kelompok lain menanggapi.
4. Guru menjelaskan dengan mengajak siswa berdiskusi mengenai lembar
kerja siswa dalam berdiskusi guru mengkonstruk pemahaman siswa
mengenai volum prisma dan limas.
5. Untuk meningkatkan pemahaman konsep terhadap bangun ruang guru
memberikan latihan kepada siswa.
6. Membahas dan mengoreksi latihan bersama-sama.

c. Kegiatan Akhir :
1. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang dibahas,
2. Guru memberikan tugas rumah.

V. Sumber Belajar
1. Alat dan Bahan
a. Lembar kerja siswa
b. Lembar latihan
c. Model bangun ruang
d. Kemasan suatu produk
2. Referensi
a. M. Cholik Adinawan dan Sugijono, ( 2007 ), Matematika untuk SMP
Kelas VIII 2B, Jakarta: Erlangga
b. Sukino dan Wilson Simangunsong, ( 2006 ), Matematika untuk SMP
Kelas VIII, Jakarta: Erlangga
c. Kurniawan, ( 2003 ), Evaluasi Mandiri Matematika SMP untuk Kelas
VIII, Jakarta: Erlangga
127

VI. Penilaian

1. Penilaian Proses yaitu dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta


didik melakukan kegiatan pembelajaran.
2. Penilaian hasil akan dilakukan dengan memanfaatkan latihan.

Jakarta, Januari 2010


Peneliti

Khumaidi M
128

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan : MTs Jam’iyyatul Khair


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/semester : VIII / II
Standar Kompetensi :Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan
bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya..
Kompetensi Dasar :Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma, dan limas,
serta bagian-bagiannya.
Indikator : Menghitung volum kubus, balok, prisma, dan limas..
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit

I. Tujuan Pembelajaran
a. Siswa dapat menghitung volum kubus dan balok.
b. Siswa dapat menghitung volum prisma dan limas.
c. Siswa dapat menentukan penggunaan konsep dalam menyelesaikan
masalah.
II. Materi Pembelajaran
Cara menghitung volum bangun ruang sisi datar.
Contoh Kubus :
1. Hitung Volum kubus jika luas salah satu sisinya 9 cm2 !
Jawaban:
Luas salah satu sisi = 9
s2 = 9
s = 3 cm
Volum = s3
= 33
= 27 cm3
2. Volum sebuah kubus adalah 125 cm3. Hitung panjang rusuk kubus tersebut !
Jawaban :
Volum = s3
129

125 = s3
53 = s3
s = 5 cm
Contoh Balok:
1. Hitung Volum balok dengan ukuran 6 cm x 5 cm x 4 cm !
Jawaban :

2. Hitung tinggi balok jika diketahui Volum balok 200 cm, panjang 5 cm dan
lebar 4 cm !
Jawaban :

Contoh Prisma:
Hitunglah volum prisma segilima jika luas alasnya 50 cm2 dan tinggi 15 cm !
Jawaban :
Luas alas = 50 cm2
t = 15 cm
Volum prisma = luas alas x tinggi
= 50 cm2 x 15 cm
= 750 cm3
Contoh Limas :
Hitunglah volum limas yang mempunyai tinggi 30 cm dan luas alas 100 cm2 !
Jawaban :
130

III. Metode Pembelajaran :


Ceramah, diskusi, inquiri, Tanya Jawab, dan observasi/pengamatan.

IV. Kegiatan Pembelajaran


Pertemuan ke-IX (2 x 40 menit)
Materi: Volum Kubus
a. Kegiatan Awal
1. Memeriksa absen siswa.
2. Memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik untuk mempelajari
materi yang akan diberikan dengan cara memberikan manfaat dan
tujuan pembelajaran serta menyebutkan bangun-bangun ruang yang
terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
3. Apersepsi dengan mengingat kembali rumus-rumus mencari volum
bangun ruang sisi datar yaitu kubus, balok, prisma dan limas.
b. Kegiatan Inti
1. Guru mulai menjelaskan materi bagaimana menerapkan besaran volum
pada kubus dalam bentuk soal cerita.
2. Dengan tanya jawab, siswa diminta untuk mengerjakan soal di depan
kelas.
3. Tanya jawab tentang materi yang sedang diajarkan.
4. Siswa mengerjakan latihan soal.
c. Kegiatan Akhir :
1. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang dibahas,
2. Guru memberikan tugas rumah

Pertemuan ke-X (2 x 40 menit)


Materi: Volum Balok
a. Kegiatan Awal
1. Memeriksa absen siswa.
2. Memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik untuk mempelajari
materi yang akan diberikan dengan cara memberikan manfaat dan
131

tujuan pembelajaran serta menyebutkan bangun-bangun ruang yang


terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
3. Apersepsi dengan mengingat kembali rumus-rumus mencari volum
bangun ruang sisi datar yaitu kubus, balok, prisma dan limas.
b. Kegiatan Inti
1. Guru mulai menjelaskan materi bagaimana menerapkan besaran
volum pada kubus dalam bentuk soal cerita.
2. Dengan tanya jawab, siswa diminta untuk mengerjakan soal di depan
kelas.
3. Tanya jawab tentang materi yang sedang diajarkan.
4. Siswa mengerjakan latihan soal.
c. Kegiatan Akhir :
1. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang dibahas,
2. Guru memberikan tugas rumah

Pertemuan ke-XI (2 x 40 menit)


Materi: Volum Prisma
a. Kegiatan Awal
1. Memeriksa absen siswa.
2. Memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik untuk mempelajari
materi yang akan diberikan dengan cara memberikan manfaat dan
tujuan pembelajaran serta menyebutkan bangun-bangun ruang yang
terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
3. Apersepsi dengan mengingat kembali rumus-rumus mencari volum
bangun ruang sisi datar yaitu kubus, balok, prisma dan limas.
b. Kegiatan Inti
1. Guru mulai menjelaskan materi bagaimana menerapkan besaran
volum pada kubus dalam bentuk soal cerita.
2. Dengan tanya jawab, siswa diminta untuk mengerjakan soal di depan
kelas.
3. Tanya jawab tentang materi yang sedang diajarkan.
132

4. Siswa mengerjakan latihan soal.


c. Kegiatan Akhir :
1. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang dibahas,
2. Guru memberikan tugas rumah

Pertemuan ke-XII (2 x 40 menit)


Materi: Volum Limas
a. Kegiatan Awal
1. Memeriksa absen siswa.
2. Memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik untuk mempelajari
materi yang akan diberikan dengan cara memberikan manfaat dan
tujuan pembelajaran serta menyebutkan bangun-bangun ruang yang
terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
3. Apersepsi dengan mengingat kembali rumus-rumus mencari volum
bangun ruang sisi datar yaitu kubus, balok, prisma dan limas.
b. Kegiatan Inti
1. Guru mulai menjelaskan materi bagaimana menerapkan besaran
volum pada kubus dalam bentuk soal cerita.
2. Dengan tanya jawab, siswa diminta untuk mengerjakan soal di depan
kelas.
3. Tanya jawab tentang materi yang sedang diajarkan.
4. Siswa mengerjakan latihan soal.
c. Kegiatan Akhir :
1. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang dibahas,
2. Guru memberikan tugas rumah

V. Sumber Belajar
1. Alat dan Bahan
a. Lembar kerja siswa
b. Lembar latihan
c. Model bangun ruang
133

d. Kemasan suatu produk


2. Referensi
a. M. Cholik Adinawan dan Sugijono, ( 2007 ), Matematika untuk SMP
Kelas VIII 2B, Jakarta: Erlangga
b. Sukino dan Wilson Simangunsong, ( 2006 ), Matematika untuk SMP
Kelas VIII, Jakarta: Erlangga
c. Kurniawan, ( 2003 ), Evaluasi Mandiri Matematika SMP untuk Kelas
VIII, Jakarta: Erlangga

VI. Penilaian

1. Penilaian Proses yaitu dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta


didik melakukan kegiatan pembelajaran.
2. Penilaian hasil akan dilakukan dengan memanfaatkan latihan

Jakarta, Januari 2010

Peneliti

Khumaidi M
134

Nama Anggota Kelompok:


1……………………………….. 5……………………………
2……………………………….. 6……………………………
3……………………………….. 7……………………………
4……………………………….. 8……………………………
Kelas :
Hari/Tanggal :
Lembar Kerja Siswa 1
Mungkin kalian pernah melihat benda-benda yang berbentuk bangun ruang sisi
datar, coba sekarang sebutkan benda-benda tersebut dan tentukan nama
bangunnya sebanyak-banyaknya sesuai tabel di bawah ini!.

Nomor Nama Benda Nama Bentuk Bangun Ruang

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
135

Nama Anggota Kelompok:


1……………………………….. 5……………………………
2……………………………….. 6……………………………
3……………………………….. 7……………………………
4……………………………….. 8……………………………

Kelas
:
Hari/Tanggal
: Lembar Kerja Siswa 2

Bahan
1. Kerangka kubus/balok dari kawat
2. Tali
3. Kertas
4. Lidi
5. Gunting
Kegiatan 1
Perhatikan kerangka yang ada di atas meja kalian dan perhatikan juga lembar
yang memuat cara pembuatan kerangka tersebut.
Diskusikan dengan teman sebangkumu atau kelompokmu dan
jawablah pertanyaan berikut!
1. Apakah bentuk kerangka yang ada dihadapan Anda? Berikan alasannya?
2. Berapa banyak potongan yang kalian butuhkan untuk membuat kerangka
tersebut?
3. Berapa banyak bidang sisinya?
4. Berapa banyak sudutnya?

Kegiatan 2
Gunakan lidi untuk menghubungkan sudut-sudut yang saling berhadapan.
Diskusikan dengan teman sebangkumu atau kelompokmu dan
jawablah pertanyaan berikut.
136

1. Gunakan lidi untuk menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan pada
sisi kubus, lidi tersebut sekarang menjadi ruas garis. Ruas garis itu
dinamakan diagonal sisi, berapa banyak diagonal sisi?
2. Berapa banyak diagonal sisi, pada sebuah sisi kotak tersebut?
3. Gunakan lidi itu untuk menghubungkan dua titik sudut yang saling
berhadapan tetapi tidak sebidang, lidi tersebut sekarang menjadi ruas garis.
Ruas garis itu dinamakan diagonal ruang, berapa banyak diagonal ruang?
Kegiatan 3
Gunakan tali untuk membentuk bidang diagonal pada kerangka (lihat gambar)

tali

Gunakan kertas seukuran dengan luas bidang diagonal yang terbuat dari tali
tersebut.
Ulangi cara kerja 1 dan 2 pada bidang diagonal-bidang diagonal lain.
Diskusikan kembali dengan teman sebangkumu atau kelompokmu dan jawablah
pertanyaan berikut.
1. Bidang diagonal pada jaring-jaring tersebut daerah yang berbentuk bangun
datar bukan, dapatkah kamu menunjukkan apa nama bangun datar
tersebut?
2. Berapa banyak bidang yang terjadi pada kotak tersebut?
3. Bandingkanlah luas bidang diagonal-bidang diagonal pada kotak, apakah
luasnya sama? Bila sama, mengapa?
4. Buatlah kesimpulan dari kegiatan 1, 2, dan 3 yang telah kalian lakukan!
137

Nama Anggota Kelompok:


1……………………………….. 5……………………………
2……………………………….. 6……………………………
3……………………………….. 7……………………………
4……………………………….. 8……………………………
Kelas :
Hari/Tanggal :
Lembar Kerja Siswa 3
Bahan
1. Kemasan produk berbentuk balok
2. Model sebuah dadu dan jaring-jaringnya
3. Kemasan sebuah produk berbentuk prisma segitiga
4. Model piramida dan jaring-jaringnya
Kegiatan 1
1. Irislah kemasan berbentuk balok pada sebagian rusuknya.
2. Bentangkan jaring-jaring balok tersebut dimeja.
3. Gambarlah irisan tersebut pada kertas
Kegiatan 2
1. Perhatikan model dadu yang kalian buat
2. Perhatikan jaring-jaring dadu tersebut
Kegiatan 3
1. Irislah kemasan berbentuk prisma pada sebagian rusuknya
2. Bentangkan jaring-jaring prisma tersebut dimeja.
3. Gambarlah irisan tersebut pada kertas
Kegiatan 4
1. Perhatikan model piramida yang kalian buat
2. Perhatikan jaring-jaring piramida tersebut
Diskusikan dengan teman sebangkumu atau kelompokmu dan
jawablah pertanyaan berikut
1. Bagaimana perbedaan kubus dan balok, baik dilihat dari modelnya
maupun jaring-jaringnya?
3. Bagaimana perbedaan prisma dan limas, baik dilihat dari modelnya maupun jaring-jaringnya?
139

Nama Anggota Kelompok:


1……………………………….. 5……………………………
2……………………………….. 6……………………………
3……………………………….. 7……………………………
4……………………………….. 8……………………………

Kelas :
Hari/Tanggal :
Lembar Kerja Siswa 4
Amatilah benda-benda di sekitarmu, seperti lemari pakaian, kulkas, buku,
penghapus, kalkulator, kotak korek api, kotak pensil, kompor, kompor gas, dan
lain-lain. Bentuk bangun ruang apakah yang paling banyak digunakan? Balok
bukan? Untuk mengemas barang tersebut biasanya digunakan kardus untuk
mengemasnya.
Untuk membuat jaring-jaring balok prinsipnya sama dengan membuat kubus,
perhatikanlah dan diskusikanlah gambar kemasan berbentuk balok di bawah ini
serta jawablah pertanyaan- pertanyaan dibawah ini!
15 cm

12 cm

8 cm

1. Jelaskan bentuk sisi kemasan di atas yang membentuk masing-masing


jaring-jaring kemasan tersebut? Dan sebutkanlah ukurannya!
2 buah pesegi panjang yang berukuran.......
2 buah pesegi panjang yang berukuran.......
2 buah pesegi panjang yang berukuran.......
2. Carilah luas seluruh permukaan kemasan tersebut!
3. Bagaimana rumus luas permukaan balok tersebut?
4. Tentu kalian masih ingat, kubus merupakan balok yang rusuknya sama panjang, yaitu p = l = t = s,
s adalah rusuk. Dapatkah kalian menunjukkan bagaimana rumus permukaan kubus?
141

Nama Anggota Kelompok:

1……………………………….. 5……………………………
2……………………………….. 6……………………………
3……………………………….. 7……………………………
4……………………………….. 8……………………………

Kelas :
Hari/Tanggal :
Lembar Kerja Siswa 5
Mencari Luas Permukaan Prisma.

Diskusikandengantemansebangkumuataukelompokmudanjawablah pertanyaan berikut


1. Terdiri dari bangun apakah kemasan cokelat berbentuk prisma segitiga di

atas?
2. Dapatkah kalian menentukan luas permukaannya? Bagaimana kalian
mendapatkannya?
3. Bagaimana jika kemasan tersebut berbentuk prisma segienam, dapatkah
kalian menggambarkan prisma segienam beserta juring-juringnya!
4. Dapatkah kalian menentukan luas permukaan prisma segienam
tersebut!bagaimana kalian mendapatkannya?
5. Buatlah kesimpulan tentang mencari luas prisma dari pertanyaan-
pertanyaan di atas yang kalian diskusikan?

Mencari Luas Permukaan Limas.


142

Diskusikan dengan teman sebangkumu atau kelompokmu dan


jawablah pertanyaan berikut
1. Terdiri dari bangun datar apakah piramida berbentuk limas segiempat di
atas?
2. Dapatkah kalian menentukan luas permukaannya? Bagaimana kalian
mendapatkannya
3. Bagaimana jika kemasan tersebut berbentuk limas segitiga di bawah ini,
buatlah jaring-jaringnya?
4. Dapatkah kalian menentukan luas permukaan limas tegak segitiga
tersebut! Bagaimana kalian mendapatkannya?
5. Buatlah kesimpulan tentang mencari luas limas dari pertanyaan-pertanyaan
di atas yang kalian diskusikan?
143

Nama Anggota Kelompok:

1……………………………….. 5……………………………
2……………………………….. 6……………………………
3……………………………….. 7……………………………
4……………………………….. 8……………………………
Kelas :
Hari/Tanggal :
Lembar Kerja Siswa
6
Bahan
1. Balok tanpa tutup 1cm
2. Kubus kecil berukuran 1 cm
1cm
Prosedur kegiatan 1cm

4 cm

3 cm
6 cm
Ambil balok, isilah balok tersebut dengan kubus satuan
Diskusikanlah dengan kelompok kalian dan jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Berapa banyak kubus yang ada pada lapisan bawah? Bagaimana kalian
mencarinya?
2. Berapa banyak kubus yang terdapat pada balok? Bagaimana kalian
mencarinya?
3. Berapa volume balok tersebut?
4. Dapatkah kalian simpulkan bagaimana cara mencari volume balok
tersebut?
5. Tulislah rumus mencari volume balok!
6. Bagaimana jika balok tersebut memiliki panjang rusuk yang sama, buatlah
balok yang panjang rusuknya 4 cm, apa nama lain dari balok tersebut?
7. Jika s adalah panjang rusuk pada balok yang memiliki panjang rusuk yang
sama, dapatkah kalian menentukan rumusnya?
144

Nama Anggota Kelompok:

1……………………………….. 5……………………………
2……………………………….. 6……………………………
3……………………………….. 7……………………………
4……………………………….. 8……………………………

Kelas :
Hari/Tanggal :
Lembar Kerja Siswa 7
Menentukan Volum Prisma
Kerjakan dan diskusikanlah dalam kelompok untuk mencari volume sebuah
prisma dan limas.
Prosedur kegiatan 1
Bahan
1. Bangun ruang berbentuk balok
2. Pisau
Belahlah sama besar secara diagonal, lihat gambar.

1. Belahan balok tersebut tetap menjadi bangun ruang bukan, dapatkah kalian
menyebutkan nama bangun ruang tersebut?
2. Berapa bagaiankah volume belahan tersebut dibanding dengan volume
balok? Bagaimana kalian mendapatkannya?
3. Tulislah rumus volume belahan balok tersebut?
4. Buatlah kesimpulan dari kegiatan 1 yang kalian lakukan?

Menentukan Volum Limas


Prosedur Kegiatan 2
1. Gambarlah jaring-jaring di bawah ini pada kertas karton.
2. Guntinglah jaring-jaring itu dan letakkan atau lem rusuk-rusuknya sehing
beraturan. Tiap-tiap model satu muka terbuka.

Bandingkan luas alas kubus dan limas tersebut?


Bandingkan tinggi kubus dan limas tersebut?
Isilah limas tersebut dengan beras dan tuangkan beras tersebut ke dalam kubus. Berapa kali lim
Berapa bagiankah volume limas tersebut dibandingkan dengan volume kubus tersebut?
Tulislah rumus volume limas
146

Nama :.........................................
Kelas :.........................................
Hari/tanggal :........................................
Latihan 1
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan benar!
1. Perhatikan kubus ABCD.EFGH! isilah titik-titik di bawah ini!
a.a. Titik sudut berjumlah....adalah.... H G
b. Sisi/bidang berjumlah...adalah.... E F

c. Rusuk-rusuk berjumlah....adalah...
d. Diagonal sisi berjumlah....adalah... D C

e. Diagonal ruang berjumlah....adalah... A B

f. Bidang diagonal berjumlah....adalah...

2. Perhatikan balok ABCD.EFGH! isilah titik-titik di bawah ini!


a. Banyaknya titik sudut ada...yaitu...
b. Banyaknya rusuk ada...yaitu... H G

E
c. Banyaknya sisi/bidang ada...yaitu... F

d. Banyaknya diagonal sisi ada...yaitu...


D C
e. Banyaknya diagonal ruang ada...yaitu...
A B
f. Banyaknya bidang diagonal ada...yaitu...

3. Perhatikan gambar di samping! T

a. Bentuk limas apakah T. ABCDEF?


b. Berapa banyak rusuknya?
c. Berapa banyak sisinya?
d. Berapa banyak titik sudutnya?
e. Sebutkan bidang sisi tegaknya? F
E D
C
f. Sebutkan bidang alasnya?
A B
g. Berbentuk apakah sisi tegaknya?
4. Dalam sebuah prisma tegak segi enam ABCDEF. GHIJKL, tuliskanlah!

147

H I

a. Semua rusuk yang dimiliki L K

Rusuk
1) alas Rusuk atas
Rusuk
2) tegak G F E J
3)

Sisinya berjumlah...yaitu...
Sudutnya berjumlah...yaitu...

A D

B C
148

Nama :.....................................
Kelas :.....................................
Hari/tanggal :.....................................
Latihan 2
1. Gambarlah rangkaian-rangkaian persegi di bawah ini pada kertas berpetak,
periksalah masing-masing jaring-jaring tersebut dengan menggunting dan
melipatnya, manakah yang merupakan jaring-jaring kubus? Jika ya tandai
dengan (√) dan jika bukan tandai dengan (x)!

2. Gambarlah rangkaian-rangkaian persegi panjang di bawah ini pada kertas berpetak,


periksalah masing-masing jaring-jaring tersebut dengan menggunting dan
melipatnya, manakah yang merupakan jaring-jaring balok? Jika ya tandai dengan (√)
dan jika bukan tandai dengan (x)!

3. Gambarlah dengan teliti jaring-jaring prisma dan limas!


149

Nama :.......................................
Kelas :.......................................
Hari/tanggal :......................................
Latihan 3
1. Andi berkeinginan membuat kerangka balok dari kayu dengan panjang 25
cm, lebar 10 cm, dan tinggi 10 cm. Maka panjang kayu yang diperlukan
untuk membuat kerangka balok tersebut adalah........
2. Panjang satu kerangka balok 1,8 m. Jika balok tersebut berukuran panjang
22 cm dan lebar 14 cm, maka tinggi balok itu adalah….
3. Model kerangka kubus akan dibuat dari kawat yang panjangnya 7,5 m.
Jika panjang rusuk kubus 15 cm, maka banyak kerangka kubus yang dapat
dibuat adalah….
4. Tersedia kawat yang panjangnya 3,5 m. Jika dengan kawat itu akan dibuat
kerangka kubus dengan panjang rusuk 27,5 cm, maka panjang kawat yang
tidak terpakai…
5. Kawat sepanjang 4 m akan dibuat kerangka balok dengan ukuran panjang
12 cm, lebar 8,5 cm, dan tinggi 4,5 cm. Banyak kerangka balok yang dapat
dibuat adalah….
6. Tersedia kawat yang panjangnya 2 m. Bila dibuat kerangka balok yang
berukuran 18 cm  12 cm  9 cm, maka sisa kawat yang tak terpakai
adalah........
150

Nama :.......................................
Kelas :.......................................
Hari/tanggal :......................................
Latihan 4
1. Sebuah kemasan teh berbentuk balok memiliki panjang 16 cm, lebar 7 cm,
dan tinggi 10 cm, tentukan luas permukaan kemasan teh tersebut!
2. Gambar di samping memiliki panjang rusuk 1,5 cm, tentukan luas
permukaannya!

3. Setiap tanggal 17 agustus, panitia memberikan hadiah untuk para peserta


lomba, hadiah tersebut dikemas dengan menggunakan kardus berbentuk
kubus dan balok. Setiap hadiah yang berbentuk kubus memiliki panjang
rusuk 20 cm dan dan hadiah berbentuk balok memiliki panjang 40 cm,
lebar 30 cm, dan tinggi 20 cm. Dapatkah kalian menunjukkan luas
permukaan sebuah hadiah berbentuk kubus dan sebuah hadiah berbentuk
balok?
4. Diketahui luas permukaan sebuah kubus adalah 1.350 cm2. tentukan
panjang rusuk kubus tersebut!
5. Keliling alas sebuah kubus adalah 32 cm. hitunglah luas permukaan kubus
tersebut!
6. Sebuah balok berukuran panjang 15 cm dan lebar 10 cm. Jika luas
permukaan balok tersebut 550 cm2, tentukan tingginya!
7. Perbandingan panjang, lebar, dan tinggi sebuah balok berturut-turut adalah
4 : 3 : 2. hitunglah ukuran balok tersebut, jika luas permukaannya 468 cm2
151

Nama :.......................................
Kelas :.......................................
Hari/Tanggal :......................................
Latihan 5
1. Alas limas segiempat beraturan T.ABCD pada gambar di samping
berbentuk persegi dengan panjang rusuk-rusuk alas adalah 10 cm tinggi
T
limas 12 cm. Hitunglah:
a. Panjang TA
C
b. Luas persegi ABCD D

c. Luas ΔTBC
d. Luas semua sisi limas
A B

2. Dr. Ahmad membuat papan nama dari karton seperti gambar. Jika panjang
AD = 30 cm, DE = 12 cm, DF = 20 cm, dan DE tegak lurus EF, hitunglah
luas karton yang dibutuhkan.

3. Alas sebuah prisma berbentuk belah ketupat dengan panjang sisi 10 cm


dan panjang diagonalnya masing-masing 12 cm dan 16 cm. Jika tinggi
prisma 20 cm, hitunglah luas permukaan prisma tersebut!
4. Sebuah limas diketahui alasnya berbentuk persegi dengan panjang sisi 14
cm, sedangkan panjang rusuk tegaknya masing-masing 25 cm. Hitunglah:
a. Tinggi segitiga pada bidang tegak
b. Luas salah satu bidang tegak
c. Luas permukaan limas
152

Nama :.......................................
Kelas :.......................................
Hari/Tanggal :......................................
Latihan 6
1. Hitunglah volume bangun ruang di bawah ini!

H G W V
E F TU

15 cm
D C
S R
A 12 cm B P 12 cm Q 8 cm

2. Sebuah bak mandi berukuran panjang 40 cm, lebar 40 cm, dan dalamnya 1
m. Suatu hari keran air itu rusak maka fikri mengisinya dengan dengan
gayung yang dapat menampung air 2 liter. Berapa gayungkah untuk
mengisi bak tersebut!
3. Jika volume sebuah dadu yang berbentuk kubus adalah 125 cm3 ,
berapa panjang rusuknya?
4. Suatu ruang kelas dapat dianggap sebagai balok dengan panjang 8 m, lebar
7 m, dan tinggi 3 m. Bila seorang siswa memerlukan 6 m3 ruang udara.
Berapakah jumlah siswa yang dapat menempati ruang itu!
5. Sebuah balok berukuran panjang 12 cm dan lebar 9 cm. Tentukan tinggi
balok tersebut jika volumenya 864 cm3.
6. Perbandingan panjang, lebar , dan tinggi sebuah balok berturut-turut
adalah 4 : 3 : 2. Hitunglah volume balok tersebut jika luas alasnya 108
cm2.
153

Nama :.......................................
Kelas :.......................................
Hari/Tanggal :......................................
Latihan 7
1. Sebuah piramida memiliki panjang 250 m dan lebarnya 150 m. Apabila
tinggi piramida 80 m, merapa meter kubikkah udara yang berada dalam
piramida?
2. Alas sebuah prisma berbentuk segitiga sama sisi 10 cm. Hitunglah volume
prisma tersebut jika tingginya 12 cm?
3. Atap sebuah rumah berbentuk prisma segitiga siku-siku dengan sisi-sisi 6
cm, 8 cm, dan 10 cm. Jika panjang atap 15 cm, berapa meter kubikkah
udara yang ada di ruang atap rumah itu!
4. Alas sebuah limas beraturan berbentuk persegi dengan panjang sisi 10 cm.
Jika volume limas 400 cm3. hitunglah tinggi limas tersebut!
5. Alas sebuah prisma berbentuk segitiga siku-siku dengan panjang sisi 5 cm,
12 cm, dan 13 cm. Hitunglah tinggi prisma tersebut, jika volumenya 160
cm3.
6. Volume suatu limas 450 cm3 dan tingginya 15 cm. Hitunglah luas alasnya!
7. Alas sebuah limas berbentuk segitiga siku-siku dengan panjang sisi-sisinya
10 cm, 24 cm, dan 26 cm.jika volume limas 1.600 cm3, hitunglah tinggi
limas tersebut!
KISI-KISI UJI COBA TES PEMAHAMAN KONSEP
BANGUN RUANG SISI DATAR PRA PENELITIAN

Indikator Pemahaman Konsep Bloom Skor


Jumla maksi
No Indikator soal
Translasi Interpretasi Ekstrapolasi h soal mum
1. Siswa dapat
mengidentifikasi sifat-
sifat bangun ruang
(sudut, rusuk, sisi, 1 1 10
diagonal ruang,
diagonal sisi, bidang
diagonal).
2. Siswa dapat membuat 2
jaring-jaring balok 10
dan kubus.
Siswa dapat 3
menentukan bentuk 3 10
prisma dan limas.
Siswa dapat 4
menentukan jaring- 10
jaring prisma dan
limas.
3. Siswa dapat
menghitung luas 5 10
permukaan kubus.
Siswa dapat
menghitung luas 6 10
permukaan balok.
Siswa dapat
menghitung volume 7 10
balok.
Siswa dapat 6
menghitung volume 8 10
kubus.
Siswa dapat
menghitung volume 9 10
prisma.
Siswa dapat
menghitung volume 10 10
limas.
Jumlah 10 100

154
155

KISI-KISI SOAL TES KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP


MATEMATIKA SISWA
( Siklus I )

Indikator Pemahaman Konsep Bloom Skor


No Indikator Jumlah
Maksi
Translasi Interpretasi Ekstrapolasi soal
mum
Siswa dapat
menghitung jumlah
panjang rusuk-
rusuk bangun ruang
1. 1 1 10
sisi datar (kubus,
balok, prisma, dan
limas).

Siswa dapat
menghitung luas 2 15
permukaan bangun
2. ruang sisi datar 3 3 15
(kubus, balok,
prisma, dan limas). 6 15

Siswa dapat
menerapkan konsep
4 25
luas permukaan
bangun ruang sisi
3. datar (kubus, balok, 2
prisma, dan limas) 5 20
dalam kehidupan
seari-hari

Jumlah 6 100
156

KISI-KISI SOAL TES KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP


MATEMATIKA SISWA
( Siklus II )

Indikator Pemahaman Konsep Bloom Skor


No Indikator Jumlah
Maksi
Translasi Interpretasi Ekstrapolasi soal
mum
Siswa dapat
menghitung volume
bangun ruang sisi
1. 1 1 10
datar (kubus, balok,
prisma, dan limas).

Siswa dapat
menghitung volume
bangun ruang sisi 3 15
datar (kubus, balok,
prisma, dan limas)
jika diketahui luas
2. permukaan, jumlah 4 3 15
panjang rusuk-
rusuk dan
perbandingan
panjang rusuk- 6 15
rusuknya.

Siswa dapat
menerapkan konsep
2 20
volume bangun
ruang sisi datar
3. (kubus, balok, 2
prisma, dan limas)
5 25
dalam kehidupan
seari-hari

Jumlah 6 100
157

INSTRUMEN TES PEMAHAMAN KONSEP


BANGUN RUANG SISI DATAR PRA PENELITIAN
Nama :.......................................
Kelas :.......................................
Hari/Tanggal :......................................
Jawablah pertanyaan berikut dengan baik dan benar!
1. Perhatikan gambar bangun ruang di samping ini tentukan jumlah dari:

a. Titik sudut : H G
b. Rusuk: E
F
c. Sisi/bidang: D
d. Digonal sisi: C
e. Diagonal Ruang: A B
f. Bidang Diagonal:
2. Buatlah jaring-jaring kubus dan balok masing-masing dua macam!
3. Perhatikan gambar di samping ini dan jawablah pertanyaan di bawah ini

(a) (b) (c) (d) (e)

(f) (g (h) (i) (j)


)

a. Manakah bangun ruang di atas yang merupakan bangun limas!


b. Manakah bangun ruang di atas yang merupakan bangun prisma!
4. Perhatikan gambar di bawah ini!
a. Gambar 1 adalah jaring-jaring.....
b. Gambar 2 adalah jaring-jaring.....
c. Gambar 3 adalah jaring- (1 ) (2 ) (3 )
jaring.....
158

5. Hitunglah luas permukaan gambar di samping!

6 cm

6 cm
6 cm
Tentukan luas permukaan balok yang memiliki ukuran panjang 5 cm, lebar 3 cm, dan tinggi 4
Tentukan volume bangun ruang pada gambar di bawah!

Sebuah kardus berbentuk kubus dengan panjang rusuk 12 cm. Berapa besar volume kardus ters
Perhatikan gambar di bawah dan tentukan besar volumnya!

24 cm
G
E
F

30 cm

C
A
B
25 cm

10. Jika alas bangun di bawah berbentuk persegi dengan panjang rusuk 9 cm,
dan tinggi 10 cm, berapakah volumnya!
10

9 cm
9 cm
159

Instrumen Tes Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi Datar (

Waktu : 80 menit
Petunjuk :
o Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakannya.
o Tulislah nama dan kelas kamu pada lembar jawaban yang telah
disediakan.
o Selesaikanlah semua soal sesuai dengan perintah.
o Kerjakan terlebih dahulu soal yang kamu anggap mudah.
o Periksa kembali hasil kerjamu sebelum dikumpulkan.

1. Model kerangka balok berukuran panjang 17 cm, lebar 10 cm, dan tinggi 8
cm, akan dibuat dari bahan kawat. Jika tersedia kawat 8,5 m. Hitunglah
panjang kawat yang tidak terpakai, jelaskanmu!
2. Perbandingan rusuk sebuah balok p : l : t = 3 : 2 : 1. Jika balok tersebut
memiliki luas permukaan 352 cm2. Maka jumlah panjang rusuk-rusuk balok
T
tersebut adalah...
T1 T2
3. Alas sebuah limas berbentuk persegi
panjang dengan ukuran 32 dm  18 dm. D C
18 dm
Jika tinggi limas tersebut adalah 12 dm. 32 B
dm
A

Maka luas permukaannya adalah...


4. Paman akan membuat sebuah etalase toko berbentuk
balok yang ukuran panjang = 150 cm, lebar = 40 cm,
dan tinggi = 70 cm. Rangka etalase itu terbuat dari
alumunium dan permukaannya ditutup kaca. Jika harga
batang alumunium Rp. 12.000 per meter dan harga
kaca Rp. 50.000 per meter persegi, hitunglah besar
biaya yang dibutuhkan untuk membuat etalase tersebut.
5. Sebuah kolam ikan berbentuk kubus dengan ukuran sisinya 3 m. Jika seluruh
permukaan bagian dalamnya dilapisi keramik dengan ukuran 30 cm x 30 cm,
maka banyak keramik yang dibutuhkan adalah.......
6. Alas sebuah prisma berbentuk trapesium sama kaki dengan panjang garis sejajar 15 cm dan 27
cm serta panjang kaki trapesium 10 cm. Bila tinggi prisma 32 cm, maka luas permukaan
prisma itu adalah....
Instrumen Tes Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi Datar (

Waktu : 80 menit
Petunjuk :
o Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakannya.
o Tulislah nama dan kelas kamu pada lembar jawaban yang telah
disediakan.
o Selesaikanlah semua soal sesuai dengan perintah.
o Kerjakan terlebih dahulu soal yang kamu anggap mudah.
o Periksa kembali hasil kerjamu sebelum dikumpulkan.

1. Jumlah Luas sisi kubus 1.350 cm persegi. Tentukan volum kubus.


2. Sebuah alat pengangkut pasir berbentuk prisma seperti gambar di samping.
Jika alas prisma berbentuk trapesium sama kaki dan volumenya 151.200 cm 3,
berapakah luas bahan yang diperlukan untuk membuat alat tersebut!
108 cm

40 cm
60 cm

3. Hitunglah volume prisma, jika diketahui luas permukaan prisma 510 cm 2.


Alas prisma berbentuk segitiga siku-siku dengan panjang sisi 5 cm, 13 cm,
dan 12 cm adalah ....
4. Limas T.PQRS yang alasnya berbentuk persegi mempunyai volum 400 cm3.
Berapakah panjang TB jika tinggi limas tersebut 12 cm ....
T

S
R
B
P Q

5. Sebuah kotak tanpa tutup berbentuk balok. Perbandingan panjang, lebar dan
tingginya adalah 4 : 3 : 2. Volume kotak tersebut 648.000 cm3. Bila seluruh
6. permukaan bagian luar kotak tersebut dicat dengan biaya pengecetan Rp 3.500,00/m 2, maka
biaya pengecetan kotak tersebut adalah........
Sebuah bak mobil yang berbentuk balok mempunyai ukuran panjang 3 m, lebar 2 m, dan
tinggi 1,5 m akan diisi dengan keranjang telur berukuran 50 cm x 40 cm x 25 cm. Jika berat 1
keranjang telur 24 kg maka banyak kg telur
yang dapat dimuat bak mobil itu adalah….
LEMBAR INSTRUMEN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA
Petunjuk : Berilah tanda (ѵ) pada kolom aktivitas belajar matematika siswa berikut, sesuai dengan pengamatan anda!
Hari/tanggal/pertemuan ke- : ……………………………………………………..
Nama siswa Jumlah Persentase (%)
No Aktivitas Belajar Matematika Siswa
1 2 3 4 5 … 32
1 Memperhatikan penjelasan guru/teman dengan serius
2 Bersemangat dan antusias dalam belajar
3 Rasa ingin memahami materi tinggi
4 Tekun dalam menghadapi tugas
5 Banyak bertanya/menjawab pertanyaan guru atau teman
6 Senang mencari dan memecahkan soal
7 Dapat mempertahankan pendapatnya
∴ Rata-rata persentase aktivitas belajar matematika siswa: ……. %
Ciputat,...........................................................................................................................................................................2010
Kehadiran Jumlah
Guru kolaborator,
Siswa hadir
Siswa tidak hadir
1.
2.
3.
……………………………

163
164

CATATAN EVALUASI TINDAKAN PENELITIAN

Hari/tanggal/pertemuan ke- : ....................................................................

Catatan evaluasi :

..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
.
Ciputat,.........................2010
Guru Kolaborator,

( …………………………..)
CATATAN TINDAKAN PENELITIAN

Hari/tanggal/pertemuan ke- : ....................................................................

Catatan tindakan penelitian :

..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................

Ciputat,.........................2010
Peneliti,

Khumaidi M
168

PEDOMAN WAWANCARA GURU


Pewawancara : Peneliti
Terwawancara : Guru Mata Pelajaran Matematika
Tujuan wawancara : Untuk mengetahui kondisi awal siswa dan kemampuan
matematika siswa secara umum serta sistem pembelajaran
yang diterapkan di kelas.
1. Bagaimana keadaan kelas VIII selama proses belajar berlangsung?
2. Model pembelajaran yang biasa Bapak terapkan selama ini seperti apa?
3. Menurut Bapak kelas yang cocok untuk penelitian kelas mana?
4. Apakah mereka menyukai pelajaran matematika?
5. Materi apa yang paling dianggap sulit oleh siswa dari pelajar matematika
semester 2 ini?
6. Menurut pengalaman Bapak selama mengajar Geometri khususnya
Geometri Bangun Ruang Sisi Datar, apa saja kendala utama siswa dalam
mempelajari materi tersebut?
7. Standar nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk pelajaran
matematika untuk tahun ini berapa?
8. Bagaimana cara Bapak dalam menangani siswa yang mengalami kesulitan
belajar matematika Bangun ruang sisi datar?
9. Bagaimana dengan menggunakan media, apakah dapat membantu guru
ketika mengajarkan bangun ruang sisi datar?
10. Apakah dengan menggunakan media, khususnya media manipulatif/benda
konkrit dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa dillihat
dari hasil belajar matematika siswa?
11. Apakah penggunaan media manipulatif/benda konkrit memberikan
kesempatan siswa untuk lebih aktif dalam belajar matematika?
169

PEDOMAN WAWANCARA

Pewawancara : Peneliti
Terwawancara : Subjek penelitian
Tujuan wawancara : Untuk mengetahui aktivitas belajar matematika siswa dan
mengetahui penggunaan media pembelajaran dapat
meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang.
Pertanyaan-pertanyaan:
1. Apakah anda mendengarkan penjelasan yang disampaikan teman/guru?
2. Apakah anda antusias dalam mengikuti pembelajaran?
3. Apakah anda merasa terbebani dengan kemampuan minimal yang harus
dikuasai?
4. Apakah anda merasa terbantu dengan teman anda ketika mengalami
kesulitan?
5. Apakah anda selalu membantu teman yang mengalami kesulitan?
6. Apakah media yang digunakan oleh guru membantu memudahkan anda
dalam memahami konsep matematika bangun ruang sisi datar?
170

Kelompok Subjek Penelitian


Indra Setiawan (S13)
M. Azka Adrian B (S19)
M. Husen (S20)
1 Nanda Monica P (S22)
Regita Oktaviani (S26)
Sumi Nursiah (S30
Alif Baharudin (S4)
Andi Fiani Ahmad (S5)
Deril Rimansyah n (S8)
2 Desti Nurwulandari (S9)
Dea Tiara SARI (S7)
Miftah Husabillah (S17)
Frasetyo Aditama (S12)
M. Afrizal (S18)
3 Lingit Safitri (S15)
Nia Wati (S23)
Nurizky Zaini (S24)
Alfian Fitriyadi (S3)
Irfan Rofiq H (S14)
4 Febri Donna S (S11)
Rizky Karina D (S27)
Rusli Atmiji (S28)
Ahmad Aji Makmur (S2)
M. Nugroho (S21)
5 Silvia Yulianti (S29)
Triesa Saida N (S31)
Wulan Nurfitriah (S32)
Apriyanti (S6)
Ely Wulandari (S10)
6 Achmad Fauzi (S1)
Nyimas Wadasari (S25)
M. Sidik (S16)
171

Kelompok Subjek Penelitian


Indra Setiawan (S13)
Triesa Saida N (S31)
M. Husen (S20)
1 Nanda Monica P (S22)
Ely Wulandari (S10)
Sumi Nursiah (S30
Rusli Atmiji (S28)
Andi Fiani Ahmad (S5)
Deril Rimansyah N (S8)
2 Desti Nurwulandari (S9)
Dea Tiara Sari (S7)
Miftah Husabillah (S17)
Frasetyo Aditama (S12)
Silvia Yulianti (S29)
3 Lingit Safitri (S15)
Nia Wati (S23)
M. Sidik (S16)
Alfian Fitriyadi (S3)
Irfan Rofiq H (S14)
4 Febri Donna S (S11)
Rizky Karina D (S27)
Alif Baharudin (S4)
Ahmad Aji Makmur (S2)
M. Nugroho (S21)
5 M. Afrizal (S18)
M. Azka Adrian B (S19)
Apriyanti (S6)
Wulan Nurfitriah (S32)
Regita Oktaviani (S26)
6 Achmad Fauzi (S1)
Nyimas Wadasari (S25)
Nurizky Zaini (S24)
172

HASIL REKAPITULASI INSTRUMEN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA

Pertemuan
No Aktivitas belajar matematika siswa Siklus I Rata-rata Siklus II Rata-rata
Siklus I Siklus II
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Memperhatikan penjelasan guru/teman dengan serius 10 12 14 15 18 19 15 21 23 23 26 27 29 25

2 Bersemangat dan antusias dalam belajar 7 8 10 12 13 15 11 17 18 20 21 23 25 21

3 Rasa ingin memahami materi tinggi 6 8 9 11 12 16 10 18 20 21 24 25 26 22

4 Tekun dalam menghadapi tugas 5 7 8 10 12 14 9 16 18 20 21 23 26 21

5 Banyak bertanya/menjawab pertanyaan dari guru atau teman 5 7 9 11 13 15 10 18 19 20 21 22 25 21

6 Senang mencari dan memecahkan soal 3 5 8 9 11 12 8 13 14 15 17 19 23 17

7 Dapat mempertahankan pendapatnya 5 6 8 10 12 14 9 15 16 18 20 22 25 19


LAI HASIL TES PRA PENELITIAN BERDASARKAN DIMENSI PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUAN

Tipe Soal Translasi Skor Skor


Interpretasi Ekstrapolasi i
i
i las Total
las etas
(Nilai)
ans rpr tr apo
Butir Soal Tr Inte E ks
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No. Subjek
S1 5 5 10 8 2 2 5 10 0 0 5 23 19 47
S2 7 5 10 10 4 2 10 10 0 5 7 25 31 63
S3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
S4 5 3 5 10 5 2 5 5 3 2 5 18 22 45
S5 7 7 7 10 2 0 5 10 0 0 7 24 17 48
S6 5 5 5 7 0 2 4 10 0 2 5 17 18 40
S7 5 3 5 5 3 5 5 5 2 2 5 13 22 40
S8 5 0 5 5 2 3 5 5 2 3 5 10 20 35
S9 5 2 4 4 0 8 10 5 0 0 5 10 23 38
S10 5 0 10 10 0 5 10 10 0 0 5 20 25 50
S11 5 5 5 5 5 0 5 5 0 0 5 15 15 35
S12 3 5 5 10 2 5 6 8 0 2 3 20 23 46
S13 0 0 0 10 0 0 10 10 0 0 0 10 20 30
S14 5 5 10 10 4 4 10 10 2 2 5 25 32 62
S15 7 5 5 10 4 3 7 8 2 0 7 20 24 51
S16 8 5 5 5 2 2 10 10 2 5 8 15 31 54
S17 5 5 2 10 2 2 10 5 0 0 5 17 19 41
S18 7 5 5 5 4 2 5 10 0 0 7 15 21 43
S19 5 0 5 10 2 2 10 6 2 0 5 15 22 42
S20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
S21 2 2 5 5 2 2 2 3 0 0 2 12 9 23
S22 5 5 10 10 10 5 10 10 4 5 5 25 44 74
S23 10 5 10 10 10 5 10 8 10 0 10 25 43 78
S24 5 2 5 3 2 5 2 2 0 0 5 10 11 26
S25 5 5 10 5 5 0 10 5 0 0 10 20 20 45
S26 7 5 5 5 5 0 0 10 0 0 7 15 15 37
S27 5 5 10 10 4 0 10 5 5 5 5 25 29 59
S28 4 6 6 8 2 2 10 4 0 0 4 20 18 42
S29 5 5 10 10 5 0 10 10 0 5 5 25 30 60
S30 4 7 6 10 5 4 8 5 4 5 4 23 31 58
S31 5 5 10 10 5 2 10 10 3 0 5 25 30 60
S32 3 5 8 8 2 4 6 10 5 3 3 21 30 54
Jumlah 154 122 198 238 100 78 220 224 46 46 159 558 714 1426
Skor Max Persoal 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 30 60 100
Rata-Rata 4.8125 3.8 6.2 7.4 3.13 2.4 6.9 7 1.4 1.4 4.9688 17.438 22.313

Persentase (%) 48.125 38 62 74 31.3 24 69 70 14 14 49.688 58.125 37.188


NILAI TES FORMATIF BERDASARKAN DIMENSI
PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG SISI DATAR SIKLUS I

Skor Skor
Tipe Soal Translasi Interpretasi Ekstrapolasi
Total
Butir Soal (Nilai)
1 2 3 6 4 5
No. Subjek
S1 7 10 8 7 5 10 7 25 15 47
S2 10 10 10 15 20 17 10 35 37 82
S3 10 15 10 10 15 12 10 35 27 72
S4 5 10 10 10 10 10 5 30 20 55
S5 10 15 15 15 19 15 10 45 34 89
S6 5 8 5 7 10 7 5 20 17 42
S7 5 5 10 10 5 5 5 25 10 40
S8 7 8 10 10 13 10 7 28 23 58
S9 5 5 10 5 5 8 5 20 13 38
S10 10 10 10 5 10 5 10 25 15 50
S11 5 10 5 5 5 5 5 20 10 35
S12 10 15 10 8 15 15 10 33 30 73
S13 5 5 5 5 5 5 5 15 10 30
S14 10 15 15 15 15 15 10 45 30 85
S15 10 15 15 15 10 13 10 45 23 78
S16 8 10 10 7 10 10 8 27 20 55
S17 10 15 15 10 12 20 10 40 32 82
S18 10 1 8 7 10 3 10 16 13 39
S19 10 15 15 15 20 10 10 45 30 85
S20 10 15 15 15 5 12 10 45 17 72
S21 10 15 13 13 5 5 10 41 10 61
S22 5 10 5 5 5 5 5 20 10 35
S23 10 15 10 10 15 6 10 35 21 66
S24 6 5 5 5 0 5 6 15 5 26
S25 10 15 15 15 10 13 10 45 23 78
S26 10 15 15 15 10 11 10 45 21 76
S27 10 10 15 10 5 9 10 35 14 59
S28 10 10 5 5 5 5 10 20 10 40
S29 10 15 15 10 5 5 10 40 10 60
S30 10 10 15 10 8 5 10 35 13 58
S31 5 15 15 5 10 10 5 35 20 60
S32 10 15 15 10 10 5 10 40 15 65
Jumlah 268 362 354 309 307 291 268 1025 598 1891
Skor Max Persoal 10 15 15 15 25 20 10 45 45 100
Rata-Rata 8.375 11.3 11 9.7 9.594 9.094 8.375 32.03125 18.6875

Persentase (%) 83.75 75.4 74 64 38.38 45.47 83.75 71.18056 41.5278


NILAI TES FORMATIF BERDASARKAN DIMENSI
PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG SISI DATAR SIKLUS II

Skor Skor
Tipe Soal Translasi Interpretasi Ekstrapolasi
lasi i las i Total
retas o
Butir Soal s (Nilai)
1 3 4 6 2 5 rp
No. Subjek an
Tr te trap
S1 10 10 8 7 15 14 10 n
I 25 Eks 29 64
S2 10 10 10 15 20 13 10 35 33 78
S3 10 15 10 7 15 15 10 32 30 72
S4 5 15 10 10 15 17 5 35 32 72
S5 10 15 15 15 20 18 10 45 38 93
S6 5 10 10 7 10 7 5 27 17 49
S7 10 15 10 10 15 10 10 35 25 70
S8 10 15 15 10 15 13 10 40 28 78
S9 10 10 10 10 10 8 10 30 18 58
S10 6 10 10 10 10 10 6 30 20 56
S11 5 10 15 8 6 10 5 33 16 54
S12 10 15 10 8 15 15 10 33 30 73
S13 10 10 10 15 20 15 10 35 35 80
S14 7 15 15 15 20 25 7 45 45 97
S15 10 15 15 13 10 10 10 43 20 73
S16 5 10 8 5 10 0 5 23 10 38
S17 10 15 15 10 10 16 10 40 26 76
S18 10 15 15 10 14 12 10 40 26 76
S19 10 15 15 15 20 15 10 45 35 90
S20 10 15 15 15 10 13 10 45 23 78
S21 10 15 15 15 9 10 10 45 19 74
S22 10 10 10 5 5 5 10 25 10 45
S23 10 15 15 10 17 20 10 40 37 87
S24 5 10 15 5 10 13 5 30 23 58
S25 10 15 15 15 14 15 10 45 29 84
S26 10 15 15 15 10 15 10 45 25 80
S27 10 10 15 10 5 15 10 35 20 65
S28 10 10 15 10 10 13 10 35 23 68
S29 10 15 15 15 9 5 10 45 14 69
S30 10 10 15 10 7 10 10 35 17 62
S31 5 15 15 15 10 10 5 45 20 70
S32 10 15 15 10 15 13 10 40 28 78
Jumlah 283 415 416 350 401 400 283 1181 801 2265
Skor Max Persoal 10 15 15 15 20 25 10 45 45 100
Rata-Rata 8.84375 13 13 10.9 12.5 12.5 8.84375 36.90625 25.03125

Persentase (%) 88.4375 86.5 87 72.9 62.7 50 88.4375 82.01389 55.625


188
Hasil Tes Pemahaman Konsep Matematika Bangun
Ruang Sisi Datar Pra Penelitian

No Subjek Penelitian Nilai Ketuntasan


1 S1 47 Belum Tuntas
2 S2 60 Belum Tuntas
3 S3 - -
4 S4 45 Belum Tuntas
5 S5 48 Belum Tuntas
6 S6 40 Belum Tuntas
7 S7 40 Belum Tuntas
8 S8 35 Belum Tuntas
9 S9 38 Belum Tuntas
10 S10 50 Belum Tuntas
11 S11 35 Belum Tuntas
12 S12 46 Belum Tuntas
13 S13 30 Belum Tuntas
14 S14 62 Tuntas
15 S15 51 Belum Tuntas
16 S16 54 Belum Tuntas
17 S17 41 Belum Tuntas
18 S18 43 Belum Tuntas
19 S19 42 Belum Tuntas
20 S20 - -
21 S21 23 Belum Tuntas
22 S22 74 Tuntas
23 S23 78 Tuntas
24 S24 26 Belum Tuntas
25 S25 50 Belum Tuntas
26 S26 37 Belum Tuntas
27 S27 59 Belum Tuntas
28 S28 42 Belum Tuntas
29 S29 60 Belum Tuntas
30 S30 58 Belum Tuntas
31 S31 60 Belum Tuntas
32 S32 54 Belum Tuntas
Rata-rata 47.7
Nilai Tertinggi 78
Nilai Terendah 23
Nilai Tes Formatif Akhir Siklus I

No Subjek Penelitian Nilai Ketuntasan


1 S1 47 Belum Tuntas
2 S2 82 Tuntas
3 S3 72 Tuntas
4 S4 55 Belum Tuntas
5 S5 89 Tuntas
6 S6 42 Belum Tuntas
7 S7 40 Belum Tuntas
8 S8 58 Belum Tuntas
9 S9 38 Belum Tuntas
10 S10 50 Belum Tuntas
11 S11 35 Belum Tuntas
12 S12 73 Tuntas
13 S13 30 Belum Tuntas
14 S14 85 Tuntas
15 S15 78 Tuntas
16 S16 55 Belum Tuntas
17 S17 82 Tuntas
18 S18 48 Belum Tuntas
19 S19 85 Tuntas
20 S20 72 Tuntas
21 S21 61 Belum Tuntas
22 S22 35 Belum Tuntas
23 S23 66 Tuntas
24 S24 26 Belum Tuntas
25 S25 78 Tuntas
26 S26 76 Tuntas
27 S27 59 Belum Tuntas
28 S28 40 Belum Tuntas
29 S29 60 Belum Tuntas
30 S30 58 Belum Tuntas
31 S31 60 Belum Tuntas
32 S32 65 Tuntas
Rata-rata 59
Nilai Tertinggi 89
Nilai Terendah 26
Nilai Tes Formatif Akhir Siklus II

No Subjek Penelitian Nilai Ketuntasan


1 S1 64 Tuntas
2 S2 78 Tuntas
3 S3 72 Tuntas
4 S4 72 Tuntas
5 S5 93 Tuntas
6 S6 49 Belum Tuntas
7 S7 70 Tuntas
8 S8 78 Tuntas
9 S9 58 Belum Tuntas
10 S10 56 Belum Tuntas
11 S11 54 Belum Tuntas
12 S12 80 Tuntas
13 S13 64 Tuntas
14 S14 97 Tuntas
15 S15 73 Tuntas
16 S16 38 Belum Tuntas
17 S17 76 Tuntas
18 S18 76 Tuntas
19 S19 90 Tuntas
20 S20 78 Tuntas
21 S21 74 Tuntas
22 S22 45 Belum Tuntas
23 S23 87 Tuntas
24 S24 58 Belum Tuntas
25 S25 84 Tuntas
26 S26 80 Tuntas
27 S27 65 Tuntas
28 S28 68 Tuntas
29 S29 69 Tuntas
30 S30 62 Tuntas
31 S31 70 Tuntas
32 S32 78 Tuntas
Rata-rata 70,5
Nilai Tertinggi 97
Nilai Terendah 38
PERHITUNGAN DISTRIBUSI FREKUENSI
TES FORMATIF AKHIR SIKLUS I

1)
26 30 35 35 38 40 40 42
47 48 50 55 55 58 58 59
60 60 61 65 66 72 72 73
76 78 78 82 82 85 85 89
2)
3)

4)

K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 32
= 1 + (3,3 x 1,50)
= 5,95  6 (dibulatkan ke atas)
R 63
5) Panjang kelas (i) = = 10,5  11 (dibulatkan ke atas)
K 6
=
Frekuensi Titik tengh
Interval Kelas Fi.Xi
Fi Fk ≥ Fk (%)≥ (Xi)
25 – 35 4 32 100 30 120
36 – 46 4 28 87,5 41 164
47 – 57 5 24 75 52 260
58 – 68 8 19 59,375 63 504
69 – 79 6 11 34,375 74 444
80 – 90 5 5 15,625 85 425
Jumlah 32 1917
Mean 59,09
Median 61,62
a. Mean/Nilai Rata-rata (Me)

Mean ( X ) =  fi X i
f i

Keterangan :
= Mean/Me
Nilai Rata-rata
 fi Xi
= Jumlah dari hasil perkalian midpoint (nilai tengah) dari masing- masing interval dengan frekuensinya.
= Jumlah frekuensi/ banyak siswa

f i

Mean ( X ) =  fi X i  1917  59,09


 fi 32

b. Median/ Nilai Tengah (Md)


1nf 
2 k
Md  l   i
fi
 
 
Keterangan :

Md = Median/ Nilai Tengah


l = Lower Limit (batas bawah dari interval kelas median)
n = Jumlah frekuensi/ banyak siswa
fk = Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah interval kelas median

fi = Frekuensi kelas median


i = Interval kelas
1 
2nf
 k  16 13 
  i  57,5 
 l
Md   11  61,62
 f   8 
 i 
 
PERHITUNGAN DISTRIBUSI FREKUENSI
TES FORMATIF AKHIR SIKLUS II
1)
38 45 49 54 56 58 58 62
64 64 65 68 69 70 70 72
72 73 74 76 76 78 78 78
78 80 80 84 87 90 93 97
2) Banyak data (n) =32
Rentang data (R) = Xmax – Xmin Keterangan : R = Rentangan
Xmax = Nilai Maksimum (tertinggi) Xmin = Nilai Minimum (terendah)
R = Xmax – Xmin
= 97-38 = 59
Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n Keterangan : K = Banyak kelas
n = Banyak siswa

1)
38 45 49 54 56 58 58 62
64 64 65 68 69 70 70 72
72 73 74 76 76 78 78 78
78 80 80 84 87 90 93 97
2)
3)

4)

K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 32
= 1 + (3,3 x 1,50)
= 5,95  6 (dibulatkan ke atas)
R 59
5) Panjang kelas (i) = = 9,83  10 (dibulatkan ke atas)
K 6
=
Frekuensi Titik tengh
Interval Kelas Fi.Xi
Fi Fk ≥ Fk (%)≥ (Xi)
38 – 47 2 32 100 42,5 85
48 – 57 3 30 93,75 52,5 157,5
58 – 67 6 27 84,375 62,5 375
68 – 77 10 21 65,625 72,5 725
78 – 87 8 11 34,375 82,5 660
88 – 97 3 3 9,375 92,5 277,5
Jumlah 32 2280
Mean 70,50
Median 68,75
LEMBAR HASIL WAWANCARA GURU
Pewawancara : Peneliti
Terwawancara : Guru Mata Pelajaran Matematika
Tujuan wawancara :Untuk mengetahui kondisi awal siswa dan kemampuan
matematika siswa secara umum serta sistem pembelajaran
yang diterapkan di kelas.

Wawancara ini diksanakan pada:


Hari/tanggal : Senin, 07 Januari 2010
Tempat : Ruang guru MTs Jam’iyyatul Khair Ciputat Tangerang
Selatan
Teks wawancara:
Peneliti :Bagaimana keadaan kelas VIII selama proses belajar berlangsung?
Guru :Anak-anak masih cenderung pasif, mereka belum terbiasa untuk
bertanya, masih menganggap matematika sulit saja, mereka
masih menjadi pendengar yang baik.
Peneliti :Model pembelajaran yang biasa Bapak terapkan selama ini seperti
apa?
Guru :Saya masih biasa menggunakan metode konvensional, yaitu
metode ceramah, siswa hanya mendengarkan penjelasan guru saja,
tapi saya pernah juga menggunakan metode diskusi tapi kurang
berjalan maksimal.
Peneliti :Menurut Bapak kelas yang cocok untuk penelitian kelas mana?
Guru :Sepertinya kelas VIII-2, karena di kelas ini cukup beragam
siswanya dan agak sedikit rame, di samping itu tingkatkan
kemampuan matematikanya juga masih kurang baik, mudah-
mudahan anda dengan mengajar dengan menggunakan media
mereka menjadi lebih senang belajar dan mudah memahami materi.
Peneliti :Apakah mereka menyukai pelajaran matematika?
Guru :Kalau saya perhatikan selama mengajar di kelas yang anda teliti
sedikit sekali yang suka matematika kurang lebih 30% yang suka
dengan pelajaran matematika, yang lainnya hanya sekedar
mengikuti saja.
Peneliti :Materi apa yang paling dianggap sulit oleh siswa dari pelajar
matematika semester 2 ini?
Guru :Yang pertama persamaan garis lurus, dan yang kedua bangun
ruang yang akan anda ajarkan, selama saya mengajar, para siswa
masih lemah untuk membedakan mana yang termasuk bangun datar
dan bangun ruang, bahkan siswa masih belum bisa untuk
menggambarkan bangun datar atau bangun ruang atau hanya
sekedar membayangkan.
Peneliti :Menurut pengalaman Bapak selama mengajar Geometri,
khususnya Geometri Bangun Ruang Sisi Datar, apa saja kendala
utama siswa dalam mempelajari materi tersebut?
Guru :Tadi yang sudah saya jelaskan, siswa masih kesulitan untuk
menggambar bangun ruang, untuk membedakan kubus dan balok
saja masih banyak siswa yang salah, karena pengetahuan dasar
bangun ruangnya saja mereka masih lemah.
Peneliti :Standar nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk pelajaran
matematika untuk tahun ini berapa?
Guru :Di sini standarnya belum terlalu tinggi,yaitu hanya 62,0 tapi siswa
masih banyak yang mendapat nilai di bawah KKM.
Peneliti :Bagaimana cara Bapak dalam menangani siswa yang mengalami
kesulitan belajar matematika Bangun ruang sisi datar?
Guru :Banyak cara yang saya lakukan, salah satu diantaranya adalah
dengan memberikan contoh-contoh yang konkrit dan menggunakan
alat/media untuk memudahkan siswa dalam memahami materi
yang diajarkan.
Peneliti :Bagaimana dengan menggunakan media, apakah dapat membantu
guru ketika mengajarkan bangun ruang sisi datar?
Guru :Ya, karena dengan menggunakan media siswa akan lebih paham
dan jelas sehingga anak tidak harus berimajinasi penuh.
Peneliti :Apakah dengan menggunakan media, khususnya media
manipulatif/benda konkrit dapat meningkatkan pemahaman konsep
matematika siswa dillihat dari hasil belajar matematika siswa?
Guru :Ya, karena siswa dalam belajar langsung melihat benda-benda
konkritnya, dan itu membuat siswa menjadi paham tentang
konsepnya.
Peneliti :Apakah penggunaan media manipulatif/benda konkrit memberikan
kesempatan siswa untuk lebih aktif dalam belajar matematika?
Guru :Ya, sudah pasti. Karena selain dapat meningkatkan pemahaman
siswa, dengan media manipulatif/benda konkrit juga dapat menarik
perhatian siswasehingga siswa lebih aktif dalam belajar.
HASIL WAWANCARA SIKLUS I

Pewawancara : Peneliti
Terwawancara : Subjek penelitian
Tujuan wawancara :Untuk mengetahui aktivitas belajar matematika siswa dan
mengetahui penggunaan media pembelajaran dapat
meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang.

Pertanyaan-pertanyaan:
1. Apakah anda mendengarkan penjelasan yang disampaikan teman/guru?
Jawaban-jawaban:
S6 : 35% saya mendengarkan. Tidak mendengarkan ketika saya bosen dan
saya memang tidak suka matematika, jadi saya ngobrol dengan teman.
S29 : Sangat sering mendengarkan karena enak penjelasannya, dan gampang
materinya. Saya tidak mendengarkan ketika saya ngantuk, dan klo ribet
materinya bikin males belajar.
S14 : Tergantung, jika materinya mudah dimengerti maka saya sering
mendengarkan. Sebaliknya jika materinya susah, dan gak ngerti maka
saya jarang mendengarkannya dan saya biasanya ngerjain soal yang lain
he...
2. Apakah anda antusias dalam mengikuti pembelajaran?
Jawaban-jawaban:
S6 : Kagak. Tapi tergantung mood sih klo lagi asyik ya..belajar...
S29 : Sering antusias karena enak, senang dalam belajar matematika dan saya
tidak pernah tidak antusias karena saya suka dengan pelajarn matematika.
S14 : Antusias karena saya ingin lulus ujian entar pas kelas IX.
3. Apakah anda merasa terbebani dengan kemampuan minimal yang harus
dikuasai?
Jawaban-jawaban:
S6 : Terbebani dikit, kan otak saya pas-pasan.
S29 : Biasa aja. Tidak merasa terbebani karena materinya gampang. Oke-oke
aja, tapi nilainya ga bagus-bagus banget sih, lumayanlah ga malu-maluin.
S14 : Tidak terbebani.
4. Apakah anda merasa terbantu dengan teman anda ketika mengalami
kesulitan?
Jawaban-jawaban:
S6 : Iya.
S29 : Sangat merasa terbantu.
S14 : Sangat terbantu,kan kadang saya malu nanya langsung sama
guru,biasanya saya nanya pas selesai pelajarannya.
5. Apakah anda selalu membantu teman yang mengalami kesulitan?
Jawaban-jawaban:
S6 : Kagak.
S29 : Sering, abis kasian kalo ga dikasih tau, entar disangkanya sombong.
S14 : Selalu membantu jika minta diajarin.
6. Apakah media yang digunakan oleh guru membantu memudahkan anda
dalam memahami konsep matematika bangun ruan sisi datar?
Jawaban-jawaban:
S6 : Kadang-kadang membantu sih... tapi tetep aja gak ngerti, emang
dasarnya udah susah pelajaran matematika, mau pake apa aja susah.
S29 : Membantu sekali dan apalagi materi bangun ruang, kadang saya susah
mengimajinasikan gambarnya, kalo ada gambarnya langsung kan lebih
mudah, apalagi kalo media dari komputer makin seru aja belajarnya.
S14 : Sangat membantu, jadi lebih mudah memahami materinya, belajarnya
kayak sambil nonton he,he,, maklum ga punya laptop.
HASIL WAWANCARA SIKLUS II

Pewawancara : Peneliti
Terwawancara : Subjek penelitian
Tujuan wawancara :Untuk mengetahui aktivitas belajar matematika siswa dan
mengetahui penggunaan media pembelajaran dapat
meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang.

Pertanyaan dan jawaban:


1. Apakah anda mendengarkan penjelasan yang disampaikan teman/guru?
Jawaban-jawaban:
S29 : Jarang mendengarkan. Jika ada yang ngajak ngobrol maka saya
ngobrol. Saya mendengarkan saat guru menjelaskan rumus dan cara-cara
penyelesaian soal.
S6 : Jarang mendengarkan. Saya mendengarkan jika saya lagi fresh otaknya
atau lagi mood, atau juga materi yang disampaikan mudah dicerna.
Sebaliknya, saya malas mendengarkan ketika materinya sulit, lagi boring,
dan lagi ada masalah dengan teman pokoknya pengen cepat aja deh
pelajaran matematika.
S14 : 50:50. Ketika guru sedang menjelaskan pertama kalinya, dalam arti
pengetahuan yang baru bagi saya maka saya berusaha mendengarkan dan
berusaha untuk mengerti lebih dulu daripada teman saya. Tidak
mendengarkan karena materinya sudah saya tahu sebelumnya. Ketika
saya tidak mendengarkan maka saya suka menjaili teman saya.
2. Apakah anda antusias dalam mengikuti pembelajaran?
Jawaban-jawaban:
S29 : Kadang-kadang karena pada awalnya saya ngerti. Tidak antusias jika
saya lagi kurang sehat dan susah materinya.
S6 : Merasa antusias.
S14 : Antusias karena saya sangat suka menghitung dan menyenangi
matematika. Semakin susah materi, maka saya semakin tertantang.
3. Apakah anda merasa terbebani dengan kemampuan minimal yang harus
dikuasai?
Jawaban-jawaban:
S29 : Tidak terbebani. Jika awalnya gampang maka saya merasa tertantang.
S6 : Tidak merasa terbebani.
S14 : Tidak merasa terbebani.
4. Apakah anda merasa terbantu dengan teman anda ketika mengalami
kesulitan?
Jawaban-jawaban:
S29: Sangat terbantu.
S6 : Dalam kelompok ini saya merasa tidak terbantu. Saya minta diajarin
sama kelompok lain.
S14 : Saya berusaha menyelesaikannya sendiri.
5. Apakah anda selalu membantu teman yang mengalami kesulitan?
Jawaban-jawaban:
S29 : Jika mengerti maka saya jelaskan.
S6 : Sering.
S14 : Tergantung mood. Sebenarnya saya senang mengajarkan, tetapi jika
orangnya tidak mengerti-mengerti maka saya tinggalkan.
6. Apakah media yang digunakan oleh guru membantu memudahkan anda
dalam memahami konsep matematika bangun ruang sisi datar?
Jawaban-jawaban:
S29 : Ya, lebih memudahkan karena gambarnya benar-benar nyata..
S6 : Membantu.
S14 : Sangat membantu, karena terdapat gambar yang kongkrit, saya tidak
harus membayangkan terlebih dahulu, emang materi bangun ruang lebih
mudah dipelajari jika menggunakan media gambar

Anda mungkin juga menyukai