Anda di halaman 1dari 8

PEMAHAMAN DASAR KONSEP KURIKULUM MERDEKA

Nama
Universitas
Email
Abstrak
Kurikulum 2013 diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman,
kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam
bentuk sumber. Sedangkan kurikulum merdeka bertujuan untuk mendorong pembelajaran
yang sesuai dengan kemampuan siswa, serta memberi ruang yang lebih luas pada
pengembangan karakter dan kompetensi dasar. Pada penelitian ini kami menggunakan
metode pendekatan kualitatif deskriptif, melalui studi literatur. Penelitian ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan apa saja yang ada dari kurikulum 2013
dengan kurikulum merdeka, dengan melihat beberapa aspek yang ada diantaranya aspek
karakteristik, tujuan, kompetensi, aspek penilaian, dan juga peran yang terkait.
Perbedaan pada aspek yang dikaji menunjukkan pendekatan dalam aspek-aspek dari
kedua kurikulum tersebut. Penelitian ini dengan tujuan untuk membantu pemerintah
dalam memilih kurikulum yang lebih baik digunakan kepada siswa, agar proses
pembelajaran siswa menjadi maksimal untuk kedepannya. Setelah melakukan penelitian
kami mendapat kesimpulan, dan saran untuk pemerintah agar membuat kebijakan
dibidang pendidikan yang lebih matang, sosialisasi yang memadai, dan pelatihan kepada
guru dengan baik sebelum melakukan perubahan kurikulum. Karena pada nanti-nya
gurulah yang akan berhadapan langsung kepada siswa untuk melakukan pembelajaran.

A. Pendahuluan
Salah satu tujuan dari pendidikan adalah mencetak generasi yang
unggul dan cerdas serta memiliki karakter yang luhur. Adanya pendidikan
juga diharapkan mampu mendorong perubahan menuju hal yang lebih baik
dari generasi sebelumnya. Melalui pendidikan, bangsa Indonesia
diharapkan mampu mencetak generasi yang kreatif, inovatif, solutif dan
produktif dalam kemajuan bangsa. Dalam pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 secara eksplisit pedidikan tercantum bahwa mencerdaskan
kehidupan bangsa merupakan tanggung jawab negara.
Hal ini dikuatkan dengan adanya sistem pendidikan nasional yang
berfungsi sebagai pengembang kemampuan dalam membentuk watak dan
peradaban bangsa yang bermartabat, berkarakter dalam mencerdaskan
bangsa. Tujuannya adalah mencetak peserta didik yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta menjadi warga negara yang
demokratis.
Pendidikan dimaknai sebagai suatu proses budaya dalam
mendorong siswa untuk memiliki jiwa yang merdeka dan mandiri. Selain
mandiri, pendidikan diharapkan mampu membnetuk watak siswa yang
berjiwa nasional, membangun pribadi siswa agar menjadi pelopor dalam
mengembangkan potensi dan bakat yang dimilikinya.
Pendidikan yang baik bermula dari perumusan kurikulum yang
terencana dan matang sehingga implementasinya sesuai dengan yang
diharapkan. Kurikulum adalah rencana belajar, a curriculum is a plan for
learning. 3 Dengan kata lain, kurikulum adalah rencana pendidikan atau
pembelajaran. Pendapat lain ditambahkan oleh Saylor dan Alexander yang
menjelaskan bahwa kurikulum sebagai “a plan for action by students and
teachers”, rancangan aksi yang dilakukan oleh siswa dan guru. Aksi
tersebut tidak terbatas pada mata pelajaran akan tetapi juga meliputi
kegiatan – kegiatan lain yang berada di bawah tanggung jawab sekolah4 .
Salah satu kurikulum yang sedang diupayakan adalah dengan
sistem merdeka belajar. Merdeka belajar dimaknai sebagai rancangan
belajar yang memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar dengan
santai, tenang, tidak merasa tertekan, gembira tanpa stress dan
memperhatikan bakat alami yang dimiliki para siswa. Fokus dari pada
merdeka belajar adalah kebebasan dalam berpikir secara kreatif dan
mandiri. Guru sebagai subjek utama yang berperan diharapkan mampu
menjadi penggerak untuk mengambil tindakan yang memberikan hal-hal
positif kepada peserta didik. Kesimpulan mengenai konsep belajar adalah
bentuk tawaran dalam menata ulang sistem pendidikan nasional. Penataan
ulang tersebut dalam rangka menyongsong perubahan dan kemajuan
bangsa agar dapat menyesuaikan perubahan zaman.
B. Tujuan Pembuatan Makalah
1. Prinsip-prinsip kurikulum Merdeka Berpusat pada Peserta Didik
Pemerintah Indonesia melalui Kemdikbudristek mengambil
langkah dengan memberikan opsi penggunaan kurikulum: Kurikulum
K-13 secara utuh, Kurikulum darurat; dan Kurikulum Merdeka
(Paparan Kemdikbudristek, 2021a). Oleh karena itu untuk menjawab
beberapa tantangan di atas, diperlukan kurikulum yang: (1) Sederhana,
mudah dipahami dan diimplementasikan; (2) Fokus pada kompetensi
dan karakter semua peserta didik; (3) Fleksibel; (4) Selaras; (5)
Bergotong royong; dan (6) Memperhatikan hasil kajian dan umpan
balik (Kajian Akademik Pemulihan Pembelajaran)
Landasan utama perancangan Kurikulum Merdeka adalah filosofi
Merdeka Belajar yang juga melandasi kebijakan-kebijakan pendidikan
lainnya, sebagaimana yang dinyatakan dalam Rencana Strategis
Kementerian pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024
(Permendikbud Nomor 22 Tahun 2020). Permendikbud tersebut
mengindikasikan bahwa Merdeka Belajar mendorong perubahan
paradigma, termasuk paradigma terkait kurikulum dan pembelajaran.
Perubahan paradigma yang dituju antara lain menguatkan
kemerdekaan guru sebagai pemegang kendali dalam proses
pembelajaran, melepaskan kontrol standar-standar yang terlalu
mengikat dan menuntut proses pembelajaran yang homogen di seluruh
satuan pendidikan di Indonesia, dan menguatkan student agency, yaitu
hak dan kemampuan peserta didik untuk menentukan proses
pembelajarannya melalui penetapan tujuan belajarnya, merefleksikan
kemampuannya, serta mengambil langkah secara proaktif dan
bertanggung jawab untuk kesuksesan dirinya.
Melalui Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim, untuk mengatasi krisis
pembelajaran, pemerintah telah meluncurkan Merdeka Belajar Episode
Kelima belas: Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar,
secara daring, Jumat (11/2/2022). Beberapa keunggulan Kurikulum
Merdeka. Pertama, lebih sederhana dan mendalam karena kurikulum
ini akan fokus pada materi yang esensial dan pengembangan
kompetensi peserta didik pada fasenya. Kemudian, tenaga pendidik
dan peserta didik akan lebih merdeka karena bagi peserta didik, tidak
ada program peminatan di SMA, peserta didik memilih mata pelajaran
sesuai minat, bakat, dan aspirasinya. Sedangkan bagi guru, mereka
akan mengajar sesuai tahapan capaian dan perkembangan peserta
didik. Lalu sekolah memiliki wewenang untuk mengembangkan dan
mengelola kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik
satuan pendidikan dan peserta didik.
Penerapan Kurikulum Merdeka lebih relevan dan interaktif di
mana pembelajaran melalui kegiatan proyek akan memberikan
kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk secara aktif
mengeksplorasi isu-isu aktual, misalnya isu lingkungan, kesehatan, dan
lainnya untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi
Profil Pelajar Pancasila. Satuan pendidikan dapat memilih tiga opsi
dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka pada Tahun Ajaran
2022/2023. Pertama, menerapkan beberapa bagian dan prinsip
Kurikulum Merdeka tanpa mengganti kurikulum satuan pendidikan
yang sedang diterapkan. Kedua, menerapkan Kurikulum Merdeka
menggunakan perangkat ajar yang sudah disediakan. Ketiga,
menerapkan Kurikulum Merdeka dengan mengembangkan sendiri
berbagai perangkat ajar.

2. Perbedaan
Karakteristik utama dalam kurikulum 2013 dirancang untuk
mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial,
pengetahuan, dan keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai
situasi di sekolah dan masyarakat; Menempatkan sekolah sebagai
bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar agar
peserta didik mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke
masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;
Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai
sikap, pengetahuan, dan keterampilan; Mengembangkan kompetensi
yang dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih
lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran; Mengembangkan
kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing
elements) kompetensi dasar. Semua kompetensi dasar dan proses
pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang
dinyatakan dalam kompetensi inti; dan mengembangkan kompetensi
dasar berdasar pada prinsip akumulatif, saling memperkuat
(reinforced) dan memperkaya (enriched) antar-mata pelajaran dan
jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal). Sementara
pada kurikulum merdeka dirancang dengan karakteristik pembelajaran
berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter sesuai
profil pelajar Pancasila; Fokus pada materi esensial sehingga ada
waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi
dasar seperti literasi dan numerasi; Fleksibilitas bagi guru untuk
melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai dengan
kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks
dan muatan lokal. Tambahkan pembahasannya
Tujuan pada Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan
manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi
dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradabandunia. Sementara pada kurikulum merdeka
memiliki beberapa tujuan diantaranya: Menciptakan Pendidikan yang
Menyenangkan; Mengejar Ketertinggalan Pembelajaran;
Mengembangkan Potensi Peserta Didik.
a. Kompetensi
Rumusan kompetensi inti kurikulum 2013 menggunakan notasi
sebagai berikut :
a) Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap
spiritual;
b) Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap
sosial;
c) Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti
pengetahuan; dan
d) Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti
keterampilan.
Rumusan kompetensi inti kurikulum merdeka:
Capaian Pembelajaran dinyatakan dalam paragraf yang
merangkaikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk
mencapai, menguatkan, dan meningkatkan kompetensi
a) Fase a,b,c (untuk kelas 1-6 sd)
b) Fase d (untuk kelas 7-9)
c) Fase e,f (untuk kelas 10-12)
b. Aspek Penilaian
Ada empat aspek penilaian dalam K-13;
a) Keterampilan (KI-4);
b) Pengetahuan (KI-3);
c) Sosial (KI-2); dan
d) Spiritual (KI-1).
Penilaian Kurikulum Merdeka dilakukan sesuai dengan tujuan
penilaian, yaitu:
a) Berkeadilan, penilaian yang tidak bias oleh latar belakang,
identitas, atau kebutuhan khusus peserta didik.
b) Objektif, penilaian yang dilakukan berdasarkan informasi
faktual atas pencapaian perkembangan atau hasil belajar
peserta didik.
c) Edukatif, penilaian yang hasilnya digunakan untuk umpan
balil bagi guru, siswa, dan orang tua siswa untuk
meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar.
c. Peran yang terkait
Kegiatan-kegiatan di sekolah yang melibatkan guru, siswa,
serta peran orang tua dalam kurikulum 2013 , di antaranya :
a) Family gathering : yaitu kegiatan rekreasi bersama-sama
dengan keluarga.
b) Mabit Motivasi : kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan kesadaran dalam beribadah, belajar,
bersosialisasi, dan sebagainya
c) Karir day : kegiatan bersifat keahlian yang diberikan sesuai
dengan profesi orang tua siswa
d) Parent teaching : program sekolah yang melibatkan orang
tua sebagai guru untuk mengajarkan pokok bahasan tertentu
e) Market Day : program untuk melatih siswa tentang wira
usaha f. Pagelaran : mempertunjukkan karya seni
Kurikulum Merdeka ini memberikan kemerdekaan kepada
semua pihak terkait dalam proses belajar mengajar. Pada
Kurikulum Merdeka, siswa memiliki kebebasan untuk memilih
mata pelajaran yang diinginkan, sesuai bakat dan minatnya
masing-masing. Guru juga memiliki kebebasan dalam memilih
perangkat mengajar yang digunakan.

C. Kesimpulan

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program


pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan
yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta
pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan.
Sesuai dengan Kurikulum 2013, guru dituntut siap untuk
melaksanakan pendekatan saintifik dalam proses belajar mengajar.
Pendekatan saintifik merupakan proses belajar yang dirancarang agar anak
didik aktif dan inovatif. Dengan melihat lingkungan sekitarnya siswa
diharapkan mampu mengidentifikasi dan menemukan masalah,
merumuskan masalah, mengumpulkan data, memproses data yang
ditemukan, menemukan jawaban, dan mengomunikasikan jawaban yang
ditemukan. Pendekatan saintifik ini dilakukan dengan lima (5) langkah
yaitu: mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi,
mengomunikasikan.
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran
intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar
peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan
menguatkan kompetensi. Kurikulum Merdeka Belajar memiliki tujuan
untuk menciptakan pendidikan yang lebih menyenangkan bagi peserta
didik dan guru. Selama ini, pendidikan di Indonesia lebih menekankan
kepada aspek pengetahuan. Kurikulum Merdeka dirancang dengan
kelebihan yang menyesuaikan perkembangan zaman. Misalnya, lebih
sederhana dan lebih mendalam, termasuk memberikan “kemerdekaan”
bagi satuan pendidikan dalam mengembangkannya, serta menghadirkan
sistem pembelajaran yang lebih relevan dan interaktif.
Sesuai pemaparan di atas, terdapat kekurangan dan kelebihan dari
setiap kurikulum, sehingga kita tidak bisa memilih salah satu kurikulum
yang terbaik. Tetapi kita dapat memberikan saran terhadap pemerintah
agar dapat memilih atau bahkan menciptakan kurikulum yang terbaik
untuk kemajuan bangsa Indonesia. Sarannya yaitu pemerintah agar
membuat kebijakan di bidang pendidikan yang lebih matang, sosialisasi
yang memadai, dan pelatihan kepada guru dengan baik. Karena gurulah
yang berhadapan langsung dengan siswa.

D. Ringkasan Temuan Utama


KMA Nomor 183 tahun 2019 mengenai perancangan kurikulum di
Madrsah Ibtida’iyah Negeri 1 Wonosobo dirancang dengan berbagai pola,
diantaranya adalah penggunaan struktur kurikulum Kompetensi Inti pada
Kurikulum 2013 di MI Negeri Wonosobo telah berlaku pada semua mata
pelajaran umum dan dan Mapel PAI- Bahasa Arab untuk semua kelas.
Adanya kurikulum pendukung seperti intrakurikuler, kurikuler dan
ekstrakurikuler. Selain itu terdapat muatan kurikulum salah satunya berupa
penggunaan Kompetensi Inti pada Kurikulum 2013 di MI Negeri
Wonosobo yang telah berlaku pada semua mata pelajaran umum dan dan
Mapel PAI-Bahasa Arab untuk semua kelas.
Kemudian berdasarkan KMA Nomor 184 tahun 2019 mengenai
pedoman implementasi kurikulm adalah adanya tambahan muatan lokal 6
JP dan maksimal 3 pada mata pelajaran. Adanya implementasi berupa
beberapa program prioritas, pengembangan diri dan pendidikan kecakapan
hidup sebagai upaya mengimplementasikan program pendidikan di
madrasah, kurikulum yang merefleksikan kebutuhan masyarakat dan
pembelajaran yang khas dan terukur sehingga kompetensi lulusannya
dapat memenuhi standard yang dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan
untuk implementasi merdeka belajar, MIN 1 Wonosobo belum
sepenuhnya menerapkan. Hal ini dibuktikan dari tabel yang menunjukkan
banyaknya beban belajar dan mengajar.

E. Daftar Pustaka
Ainia, D. K. (2020). Merdeka Belajar Dalam Pandangan Ki Hadjar
Dewantara Dan Relevansinya Bagi Pengembangan Pendidikan
Karakter. Jurnal Filsafat Indonesia, 3(3), 95–101.
Al-Yassu’i, F. L. M., & Al-Yassu’i, F. B. T. (2002). Kamus Al-Munjid.
Dar al-Masyriq.
Asadullah, M. N., & Maliki. (2018). Madrasah for Girls and Private
School for Boys? The Determinants of School Type Choice in
Rural and Urban Indonesia. International Journal of Educational
Development, 62(November 2017), 96–111.
Kementrian Agama RI. (2015). Madrasah Indonesia: Madrasah
Prestasiku, Madrasah Pilihanku. Direktorat Jendral Pendidikan
Islam Kementrian Agama RI.
Makruf, R. B. (2016). Manajemen Peningkatan Mutu Madrasah Swasta. El
Hikmah Jurnal Kajian Penelitian Dan Pendidikan Islam, 10(1).
Nata, A. (2001). Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan
Pertengahan. PT. Raja Grafindo Persada.
Oliva, P. F. (2009). Developing the Curriculum. Pearson Education.
Roy, S., Huq, S., & Rob, A. B. A. (2020). Faith and Education in
Bangladesh: A Review of the Contemporary Landscape and
Challenges. International Journal of Educational Development, 79,
Simanjuntak, I. (1973). Perkembangan Pendidikan di Indonesia.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Taba, H. (2010). Curriculum Development: Theory and Practices.
Harcourt, Brace and World.
Widdah, M. El, Suryana, A., & Musyaddad, K. (2012). Kepemimpinan
Berbasis Nilai dan Pengembangan Mutu Madrasah. Alfabeta.
Yamin, M., & Syahrir. (2020). Jurnal Ilmiah Mandala Education. Jurnal
Ilimiah Mandala Education, 6(1), 126–136.

Anda mungkin juga menyukai