MAKALAH
Diajukan oleh :
Puji dan syukur hanya bagi Allah swt. yang telah mencurahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua, khususnya bagi kami sehingga kami bisa
menyelesaikan pembuatan makalah ini. Selawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Nabi Muhammad saw. Beliau adalah panutan dan teladan bagi kita semua dalam
mengaruhi kehidupan di dunia ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ............................................................................................... 11
B. Saran .......................................................................................................... 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia dan kehidupan didalamnya hanya berlangsung sementara dan tidak
abadi. Semua masalah dan kesulitan di dunia, dari satu sisi akan menjadi
penebus dosa dan kesalahan. Namun, suatu saat akan datang kepada manusia
suatu hari yang menakutkan ketika tidak ada lagi kesempatan untuk
melakukan sesuatu yang bisa menyelamatkannya dari sanksi akibat
pelanggaran yang dilakukannya. Itulah hari yang disebut dengan akhirat. Di
sinilah, Rasulullah saw. akan muncul untuk memberikan syafaat kepada umat
manusia. Syafaat pun hanya bisa terwujud sesuai dengan ridha Allah swt. dan
izin-Nya. Sebagaimana firman Allah swt. dalam Al-Qur’an:
Dalam makalah ini akan dibahas tentang syafaat dalam konteks hadis Nabi
saw. dengan penjelasan-penjelasan dari berbagai referensi lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian syafaat?
2. Apa dalil tentang adanya syafaat?
3. Apa saja pembagian dan jenis syafaat?
4. Bagaimana hadis menjelaskan tentang syafaat
1
4. Mengetahui hadis dan penjelasannya tentang syafaat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Syafaat
Secara etimologi, kata syafaat berasal dari kata al-syaf’u yang berarti
ganda. Lawan dari al-syaf’u adalah al-witru yang berarti tunggal. Maksudnya
adalah menjadikan sesuatu yang tunggal menjadi ganda. Sedangkan menurut
terminologi, syafaat dapat diartikan sebagai penengah bagi orang lain dengan
memberikan suatu manfaat kepadanya atau menolak suatu mudarat darinya.
Maksudnya adalah pemberi syafaat tersebut memberikan manfaat kepada
orang yang diberi syafaat atau menolak mudarat untuk orang tersebut.1
Jika seseorang ingin memperoleh keuntungan, baik material maupun
spiritual, namun ia tidak memenuhi syarat, saat itulah ia membutuhkan
syafaat. Begitu pun sebaliknya, jika ia ingin mencegah bahaya yang akan
menimpanya akibat pelanggaran yang dilakukannya, namun ia tidak
mempunyai pelindung yang melindunginya, saat itu pula ia membutuhkan
syafaat.2 Singkatnya, jika seseorang menginginkan imbalan tanpa menunaikan
kewajiban, atau menyelamatkan diri dari hukuman tanpa melaksanakan tugas,
maka ia harus mencari seseorang yang memberinya syafaat.
1
Nurliana Damanik, ‘Konsep Syafa’at dalam Perspektif Al-Qur’an dan al-Hadis’ dalam
Jurnal Shahih, No. 1, (2017), hlm. 72
2
Muhammad Hisyam Kabbani, Syafaat, Tawasul dan Tabaruk, terj. Zaimul Am (Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta, 2007), hlm. 21.
3
Peringatkanlah dengannya (Al-Qur’an) itu orang yang takut akan
dikumpulkan menghadap Tuhannya (pada hari kiamat), tidak ada bagi
mereka pelindung dan pemberi syafaat (pertolongan) selain Allah, agar
mereka bertakwa. (Q.S. Al-An’am: 51)
ۡ ۡ
مِم ۡنِ َخشيَتهِۦِمشفقو َِنهوِ ِ
ى ض ترۡ ي ۡعلَمِماِب ۡۡيِأ َۡيديه ۡمِوماِخ ۡلفه ۡمِوّلِي ۡشفعونِإ َّلِلمنِِٱ
ِ َ َٰ َ َ َ َ َ َ ََ َ َ َ َ ََ َ َ
Dia (Allah) mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka
(Malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tidak memberi syafaat
melainkan kepada orang yang diridai (Allah) dan mereka selalu berhati-hati
karena takut kepada-Nya. (Q.S. Al-Anbiya’: 28)
ۡ َٰ ۡ ۡ
حَنِِ َع ِه ًدِاِمنِٱ ََّتَ َِذِعن َدِِٱل َر
َ ش َِفا َع ِةَِإ َّل
َ َّل ََِيلكو َنِٱل
Mereka tidak berhak mendapat syafaat (pertolongan), kecuali orang yang
telah mengadakan perjanjian di sisi (Allah) Yang Maha Pengasih. (Q.S.
Maryam:87)
ۡ ۡ ۡ
ِمنِ َشه َدِبِٱۡلَ ِقِ َوه ۡمِيَ ۡعلَمو َِن
َ ش َِفا َع ِةَِإ َّل َِ َوَّل ََِيلكِِٱلَذ
َ ينِيَدعو َنِمنِدونهِِٱل
Dan orang-orang yang menyeru kepada selain Allah tidak mendapat
syafaat (pertolongan di akhirat); kecuali orang yang mengakui yang hak
(tauhid) dan mereka meyakini. (Q.S. Az-Zukhruf: 86)
ۡ ۡ
َِ ِ َماِمنِ َشفيعِإ َّلِم ۢنِبَ ۡعدِإذن ِهۦِ َٰذَلكمِٱ...
ّللِ َربُّك ۡمِِفَٱعبدوهِِأَفَ ََلِتَ َذ َكرو َِن
... Tidak ada yang dapat memberi syafaat kecuali setelah ada izin-Nya.
Itulah Allah, Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Apakah kamu tidak mengambil
pelajaran? (Q.S. Yunus: 3)
2. Dalil ‘Aqli
Menurut Ahl al-Sunnah, syafaat dapat diterima oleh akal dan orang Islam
wajib mempercayainya. Akal yang sehat tidak akan menolak adanya syafaat di
hari kiamat kelak. Seorang hamba yang memiliki dosa dan kesalahan, baik
dosa besar maupun dosa kecil, jika ia menghadap Allah swt. dengan hati yang
yakin dan tidak ada keraguan sedikit pun terhadap Tuhan-Nya, maka
keampunan dari Allah swt. tidak mustahil diterima oleh hamba tersebut. Hal
tersebut dikarenakan Allah swt. adalah Yang Maha Pengampun, yang akan
mengampuni dosa dan kesalahan hamba-Nya jika hamba tersebut benar-benar
4
bertobat dan tidak melakukan syirik terhadap-Nya. Lalu bagaimana kita
mengingkari adanya syafaat? Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ
يمِا
ً َ ىِإ
ظ ًاِع
ۡث َِٰٓ َت َِ ٓءِ َوَمنِيشركِبِٱ
ََ ّللِفَ َقدِِٱف ِ شا َ ِماِدو َنِ ََٰذل
َ َكِل َمنِي َِ إ َنِِٱ
َ ّللَِ َّلِيَغفرِأَنِيش َر َكِبهِِۦِ َويَغفر
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena
mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain
(syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa mempersekutukan
Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar. (Q.S. An-Nisa’: 48)
ۡ
ى
َِٰ صا ِۡلًاِ ِثَِٱهتَ َد َِ َوإ ِّنِلَغَ َفا ِرِلِ َم ِنِ ََت
َِ ِبِ َو َء َام َِنِ َو َعم َِل
Dan sungguh, Aku Maha Pengampun bagi yang bertobat, beriman dan
berbuat kebajikan, kemudian tetap dalam petunjuk. (Q.S. Thaha: 82)
ۡ ۡ
َنَِيِتَِيَ ِۡوًِمِ َِّلِبَِۡي ًِعِف ِيهِ َوَِّلِخِلَِةًِ َوَِّلِ َش َِفا َِع ِةًِ َوٱل ََٰكفرو َِنِهمِٱلظََٰلمو َِن ۡ
َ ِمنِقَ بلِأ
3
Abd al-Qadir Mushtafa Abd ar-Razzaq al-Muhammady, al-Syafaah fi al-Hadits al-
Nabawi (Beirut: Dar al-Kutub al-Alamiyah, 2005), hlm. 39.
5
... sebelum datang hari ketika tidak ada lagi jual beli, tidak ada lagi
persahabatan dan tidak ada lagi syafaat. Orang-orang kafir itulah orang
yang zalim. (Q.S. al-Baqarah: 254)
ۡ ۡ
ِِٓإ َّلِِبذنهِِۦ ِ َمنِذَاِٱلَذ
يِيَش َفعِعن َدِهۥ
... Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. ...
(Q.S. Al-Baqarah: 255)
4
Abd al-Qadir Mushtafa Abd ar-Razzaq al-Muhammady, al-Syafaah fi al-Hadits al-
Nabawi, hlm. 40.
6
mendapatkan syafaat tersebut adalah ahli tauhid yang mentauhidkan Allah
swt. serta tidak meletakkan harapan selain kepada-Nya semata.5
2. Jenis Syafaat
Syafaat yang diberikan oleh Allah swt. dapat melalui beberapa perantara
dan sebab. Di antaranya adalah sebagai berikut.6
a. Syafaat al-A’yan
Syafaat al-a’yan adalah syafaat yang pemberi syafaatnya telah ditentukan
oleh Allah swt., seperti syafaat Nabi Muhammad saw., syafaat Nabi yang lain,
syafaat Malaikat, syafaat para syuhada’ dan syafaat orang mukmin.
b. Syafaat al-A’mal
Syafaat al-a’mal adalah syafaat yang didapatkan karena suatu amalan yang
dikerjakan. Syafaat al-a’mal seperti syafaat kalimat tauhid, syafaat intisab
(hubungan) dengan umat Nabi Muhammad saw., syafaat Al-Qur’an, syafaat
puasa, dan syafaat kesabaran di atas cobaan.
ۡ ۡ ۡ ۡ
ِيِ ضِ َمنِ َذاِٱلَذ ِ س ََِٰم َوَٰتِِ َوَماِِفِٱۡل َۡر ۡ
َ َِتخذِهۥِسِنَةِِ َوَِّلِنَ ِوِمِلَهِِۥِ َماِِفِِٱل ِ ُّّللِ َّلِٓإ َٰلَهَِإ َّلِه َوِٱۡلَ ُِّيِٱل َقي
َ ومِ َّل َِ ٱ
ۡ ۡ ۡ ۡ ي ۡشفعِعندهِِٓۥِإ َّلِِب ۡذنهِِۦِي ۡعلَمِماِب ۡۡيِأ َۡيديه
ِٓءِ َوس َع ش ِۡي ِءِ ِم ِۡنِعلمهِۦ
َِ ِِٓإ َّلِِبَاِ َشا َ ِوَماِ َِخل َفه ِمِ َوَّلُِيِيطو َِنِب َ م ََ َ َ َ َ َ
ۡ ۡ ۡ ۡ
يم
ِ ضِ َوَّلِيَودهِۥِحفظه َماِ َوه َوِٱل َعل ُِّيِٱل َعظ َِ س ََٰم َوَٰتِِ َِوٱۡل َۡر
َ كرسيُّهِٱل
ۡ
Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus
menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Tiada yang dapat
memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang
di hadapan mereka dan di belakang mereka dan mereka tidak mengetahui
apa-apa dari ilmu-Nya melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah
5
Abd al-Qadir Mushtafa Abd ar-Razzaq al-Muhammady, al-Syafaah fi al-Hadits al-
Nabawi, hlm. 40.
6
Abd al-Qadir Mushtafa Abd ar-Razzaq al-Muhammady, al-Syafaah fi al-Hadits al-
Nabawi, hlm. 60.
7
meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara
keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Q.S. Al-Baqarah: 255)
Hikmah di balik adanya syafaat adalah Allah swt. ingin menghormati para
pemberi syafaat, menegaskan kedudukan mereka dan menampakkan
ketinggian derajat mereka. Ada beberapa kelompok yang disebut dalam Al-
Qur’an sebagai syafi’. Selain itu, amal perbuatan yang baik juga dapat
memberikan syafaat kepada yang mengerjakannya. Berikut kelompok yang
memberi syafaat.
1. Para Nabi
Allah swt. berfirman:
ۡ ۡ
مِم ۡنِ َخشيَتهۦِمشفقو َِنهِو ى ض ت ۡ ي ۡعلَمِماِب ۡۡيِأ َۡيديه ۡمِوماِخ ۡلفه ۡمِوّلِي ۡشفعونِإ َّلِلمن
ِٱر
ِ َ َٰ َ َ َ َ َ َ ََ َ َ َ َ ََ َ َ
Dia (Allah) mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka
(Malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tidak memberi syafaat
melainkan kepada orang yang diridai (Allah) dan mereka selalu berhati-hati
karena takut kepada-Nya. (Q.S. Al-Anbiya’: 28)
2. Para Malaikat
Allah swt. berfirman:
ۡ ّللِلمنِيشآءِوي ۡ ۡ ۢ ۡ ۡ ۡ
ض َِٰىر
َ ََ َ َ َ َِ ٱِِ ن
َ ذ
َ َ س ََٰم َوَٰتِِ َّلِت غِنِ َش َِفا َعت همِ َشيًاِإ َّلِمنِبَعدِأ
َنَِي َ كِِفِِٱل
ِ َمِمنِ َمِل
ِ َوَك
Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikit pun
tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang
dikehendaki dan diridai(Nya). (Q.S. An-Najm: 26)
3. Mukminin
Allah swt. berfirman:
ۡ ۡ ۡ
ِمنِ َشه َدِبِٱۡلَ ِقِ َوه ۡمِيَ ۡعلَمو َِن
َ اع ِةَِإ َّل َِ َوَّل ََِيلكِِٱلَذ
َ ينِيَدعو َنِمنِدونهِِٱل
َ ش َف
Dan orang-orang yang menyeru kepada selain Allah tidak mendapat
syafaat (pertolongan di akhirat); kecuali orang yang mengakui yang hak
(tauhid) dan mereka meyakini. (Q.S. Az-Zukhruf: 86)
8
Adapun para penerima syafaat sesuai dengan firman-Nya:
ۡ َٰ ۡ ۡ
حَنِِ َعه ًدِاِمنِٱ ََّتَ َِذِعن َدِِٱل َر
َ اع ِةَِإ َّل َ َّل ََِيلكو َنِٱل
َ ش َف
Mereka tidak berhak mendapat syafaat (pertolongan), kecuali orang yang
telah mengadakan perjanjian di sisi (Allah) Yang Maha Pengasih. (Q.S.
Maryam:87)
َ ول
ِِاّلل َ ِأَ َن،َِِع ْنِأَِبِه َريْ َرة،ِ
َ ِرس َ ِاۡلَ ْعَِرج
ْ ِعن،ِ
َ ِالزََند
ِ ِع ْنِأَِب،ِ َ ِح َدثَِن:ِ
َ ِمالك َ ال َ َِق،َِحدَثَنَاِإ ْْسَاعيل
ِاعةًِۡل َمِت
َ ِد ْع َوِتِ َش َف
َ ِوأريدِأَ ْنِأَ ْختَب َئ،ا
َ َِد ْع َوةِِم ْستَ َجابَةِِيَ ْدعوِّب
َب َ َِو َسلَ َمِق
ِ َِ"ِلك ِلِن:ِال َ ِعلَْيه َ َصل
َ ىِاّلل َ
7
)ِِاْلخ َرةِ"ِِ(رواهِالبخارى
ْ ِف
Telah menceritakan kepada kami Isma’il, dia berkata; telah menceritakan
kepadaku Malik, dari Abu az-Zinad; dari al-A’raj; dari Abu Hurairah, bahwa
Rasulullah saw. bersabda: “Setiap Nabi mempunyai doa yang dikabulkan,
sedang aku ingin menyimpan doaku sebagai syafaat untuk umatku di akhirat
nanti.”
Dalam hadis tersebut, dijelaskan bahwa setiap Nabi mempunyai doa yang
dikabulkan. Hadis ini terasa janggal karena para Nabi mempunyai banyak doa
yang dikabulkan. Doa yang dimaksud dalam hadis ini adalah satu doa yang
dijamin terkabul, sedangkan doa-doa yang lain adalah doa yang diharapkan
terkabul.8 Ibnu Baththal berkata bahwa hadis ini menunjukkan keutamaan
Nabi Muhammad saw. terhadap para Nabi lainnya, karena beliau lebih
memikirkan kepentingan umatnya daripada dirinya dan keluarganya sendiri
dengan doa mustajab tersebut. Selain itu, beliau tidak menjadikan doa
mustajab tersebut untuk membinasakan sebagaimana yang dilakukan oleh
sebagian Nabi yang lain. An-Nawawi berkata bahwa hadis ini menunjukkan
7
Muhammad bin Isma’il al-Bukhari, Shahih al-Bukhari (Beirut: Dar Ibn Katsir, 2002),
hlm. 1573.
8
Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari bi Syarh Shahih al-Bukhari (Amman: Bait al-
Afkar ad-Dauliyyah, 2000), hlm. 2757.
9
kasih sayang Rasulullah saw. terhadap umatnya dan ketelitian beliau terhadap
kemaslahatan mereka. Oleh sebab itu, Rasulullah saw. menyiapkan doanya
untuk waktu yang paling dibutuhkan oleh umatnya.9
Perdebatan tentang syafaat Nabi saw. kepada umatnya telah terjadi sejak
dahulu dan masih berlangsung hingga saat ini. Di satu sisi ada yang
memandang bahwa syafaat tersebut hanya untuk meninggikan derajat orang-
orang yang beriman. Di sisi lain ada yang berpendapat bahwa syafaat tersebut
berfungsi untuk menghapus dosa dan mengeluarkan orang-orang yang telah
disiksa di neraka untuk memasuki surga disebabkan adanya kebaikan di dalam
hatinya walaupun hanya seberat dzarrah.10 Ahl al-sunnah berpendapat bahwa
orang yang meninggal dalam keadaan beriman, maka ia akan masuk ke dalam
surga walaupun ia seorang pendosa besar. Sedangkan orang kafir akan kekal
di dalam neraka.
Al-Qadhi al-‘Iyad mengatakan bahwa kelompok mu’tazilah menganggap
syafaat Nabi saw. hanya untuk meninggikan derajat. Sedangkan an-Nawawi
mengatakan bahwa syafaat Nabi saw. bukan hanya untuk meninggikan derajat
saja. Syafaat Nabi saw. lainnya adalah melapangkan orang yang berada di
surga, masuknya sekelompok umat tanpa hisab, menghapus dosa dan
mengeluarkan orang yang berbuat dosa dari neraka.
Adapun hikmah hadis tentang syafaat di atas adalah sebagai berikut:
1) Semangat untuk senantiasa berselawat kepada Nabi saw. dan mengikuti
serta mempraktikkan sunnah-sunnah beliau.
2) Menjaga jiwa, raga dan hati agar selalu istiqamah di jalan Allah swt. dan
mendapat ridha-Nya.
3) Sebagai acuan untuk selalu melakukan amal kebaikan sebagai bukti cinta
kepada Allah swt. dan Rasul-Nya.
9
Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari bi Syarh Shahih al-Bukhari, hlm. 2757.
Untung Tri Winarso, “Hadis-Hadis Tentang Syafaat (Studi Ma’anil Hadis)” (Skripsi,
10
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Syafaat dapat diartikan sebagai penengah bagi orang lain dengan
memberikan suatu manfaat kepadanya atau menolak suatu mudarat darinya.
Maksudnya adalah pemberi syafaat tersebut memberikan manfaat kepada
orang yang diberi syafaat atau menolak mudarat untuk orang tersebut. Syafaat
merupakan hak Allah swt. secara mutlak dan diberikan kepada orang yang
diberi izin dan diridainya. Di antara para pemberi syafaat adalah para Nabi,
para malaikat, para mukminin dan syafaat amal kebaikan yang dikerjakan
seseorang, seperti Al-Qur’an, puasa, dan sebagainya. Dengan mengimani
adanya syafaat, diharapkan kita tidak akan putus asa dari rahmat dan kasih
sayang Allah swt. kepada hamba-Nya. Semoga kita termasuk hamba Allah
swt. yang memperoleh syafaat di akhirat kelak.
B. Saran
Berkaitan dengan pembahasan “Syafaat: Kajian Hadis Akidah” ini, kami
menyadari bahwa dari berbagai referensi yang ada, masih banyak kesalahan
dan kekurangan dalam segi penulisan, sehingga terjadi kesalahpahaman dalam
memahaminya. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pribadi
kami, juga bagi para pembaca.
11
DAFTAR PUSTAKA
Al-‘Asqalani, Ibnu Hajar. Fath al-Bari bi Syarh Shahih al-Bukhari. Amman: Bait
al-Afkar ad-Dauliyyah, 2000.
Al-Bukhari, Muhammad bin Isma’il. Shahih al-Bukhari. Beirut: Dar Ibn Katsir,
2002.
Al-Muhammady, Abd al-Qadir Mushtafa Abd ar-Razzaq. Al-Syafaah fi al-Hadits
al-Nabawi. Beirut: Dar al-Kutub al-Alamiyah, 2005.
Damanik, Nurliana. ‘Konsep Syafa’at dalam Perspektif Al-Qur’an dan al-Hadis’
dalam Jurnal Shahih, No. 1, (2017), hlm. 70-82.
Kabbani, Muhammad Hisyam. Syafaat, Tawasul dan Tabaruk, terj. Zaimul Am.
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2007.
Winarso, Untung Tri. “Hadis-Hadis Tentang Syafaat (Studi Ma’anil Hadis)”.
Skripsi, UIN Sunan Kalijaga, 2004.
12