Anda di halaman 1dari 19

KITAB SUCI AL-QUR’AN

(Sejarah Turunnya Al-Qur’an, Asbab Al-Nuzul,I’jaz Al-Qur’an)

Makalah Ini Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Pengantar
Studi Islam Program Studi Manajemen Pendidikan Islam

Dosen pengajar

Dr. Sarifa Nursabaha S.pd.,M.pd.

OLEH:

KELOMPOK 5

NURMIATI

862312021041

FARADHIBA AGUSTINA YUSMA

862312021052

HENDRA HARUM HARITAMA

862312021059

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja danpuji syukur atas kehadirat–Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah‒Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah tentang ushul fiqhi, fiqhi dan syariah.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini.Untuk itu kami ucapkan banyak terimakasih pada semua pihak yang telah
berkonstribusi dalam pembuatan makalah kami.
Telepas dari semua itu,kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata susunankalimat maupun
tata bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami meneriama segala saran
dan keritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Watampone,1 November
2021

KELOMPOK 5

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar ........................................................................................ ii

Daftar isi .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar belakang ............................................................................. 1


B. Rumusan masalah........................................................................ 2
C. Tujuan penulisan ......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 3

A. Sejarah turunnya Al-Qur’an ........................................................ 3


B. Asbab An-Nuzul.......................................................................... 7
C. I’jaz Al-Qur’an ............................................................................ 11

BAB III PENUTUPAN ........................................................................... 15

A. Kesimpulan ................................................................................ 15
B. Saran ............................................................................................ 15

Daftar pustaka ......................................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai petunjuk
(hidayah) bagi seluruh umat manusia. al-Qur’an diwahyukan oleh Allah swt
kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril a.s. setelah beliau genap
berusia 40 tahun. Diturunkan secara berangsur-angsur selama kurang lebih 23
tahun. Turunnya alQur’an kepada beliau tidak menentu dari segi waktu dan
keadaan. Terkadang diturunkan pada musim panas dan terkadang diturunkan di
musim dingin. Terkadang turun pada waktu malam, tetapi sering pula turun pada
waktu siang hari. Terkadang turun saat beliau berpergian, tetapi sering pula turun
saat beliau tidak dalam berpergian. Itu semua bukan kehendak Rasulullah, akan
tetapi kehendak Allah swt. Allah swt lah yang telah mengatur semuanya.

Tidak semua ayat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dapat
dipahami dengan mudah oleh para sahabat. Oleh karena itu, Rasulullah saw lah
yang menerangkan dan menafsirkan ayat-ayat tersebut berdasarkan petunjuk yang
diperoleh dari Allah swt melalui wahyu.1

Setelah masa wafatnya Rasulullah, perkembangan penafsiran ayatayat al-


Qur’an telah mengalami perkembangan yang cukup variatif. Perkembangan itu
dilatarbelakangi oleh berbagai macam faktor diantaranya perbedaan aliran atau
madzab, faktor politik, faktor kondisi sosial masyarakat, tingkat keilmuan
mufassir itu sendiri, dan faktor-faktor lainnya sehingga muncullah corak dan
metode penafsiran yang beranekaragam2

1Dapartemen agama, Mukadimah Al-Qur-an dan Tafsirnya: Edisi yang Disempurnakan, (Jakarta:
Lentera Abadi, 2010), 6
2
Badri Khaeruman, Sejarah Perkembangan Al-Qur’an, (Bandung,: pustaka setia, 2004),
12.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah turunnya Al-Qur’an ?
2. Apa itu Asbab Al-Nuzul ?
3. Apa itu I’jaz Al-Qur’an ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami bagaimana sejarah turunnya Al-Qur’an
2. Untuk memahami apa itu Asbab Al-Nuzul
3. Untuk memahami apa itu I’jaz Al-Qur’an

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah turunnya Al-Qur’an

Dipandang dari segi bahasa “nuzul” (‫ )ن زول‬berasal dari kata ‫ن زل‬-‫ي نزل‬-‫ن زول‬
artinya turun. Diungkapkan turunnya Al- Qur’an kepada Rasulullah itu memberi
pengertian turun dari atas kebawah. Demikian itu karena tingginya kedudukan Al-
Qur’an dan besarnya ajaran – ajaranna yang dapat mengubah perjalanan hidup
manusia mendatang serta dunia dengan akhirat. Al- Qur’an tersimpan di Lauhul
Mahfudz, setelah itu di turunkan melalui 2 tahap yakni :

1. Al – Qur’an turun sekaligus


2. Al – Qur’an turun berangsur

Maksud dari Al – Qur’an yang turun sekaligus ialah turnnya Al- Qur’an di dunia
Baitul ‘Izzah ( langit dunia ) pada malam lailatul Qadar. Seperti yang difirmankan
Allah pada surat AL- Qadr ayat 1

  
 
               

“Sesungguhnya kami telah menurunkanya (Al- Qur’an ) pada malam kemulian”


(QS. Al Qadr :1)

Pendapat Ibnu Abbas dan sejumlah ulama, kemudian dipegang oleh


jumhur ulama,bahwa “turunnya Alqur’an sekaligus ialah turunnya Al- Qur’an ke
Baitul Izzah dilangit dunia untuk menununjukkan kepada para malaikat Nya
bahwa betapa besar masalah ini. selanjutnya Al – Qur’an diturunkan kepada Nabi
Shallallahu Alaihi wasallam, secara bertahap selama dua puluh tiga tahun sesui
dengan peristiwa – peristiwa yang mengiringi sejak beliau di utus hingga
wafatnya. Selama tiga belas tahun beliau tinggal di makkah, dan selama itu pula
wahyu turun kepadanya, sesudah hijrah beliau tinggal di madinah selama sepuluh

3
tahun. Beliu wafat di usia enam puluh tiga tahun.” Pendapat ini di dasarkan
riwayat – riwayat yang shahih Ibnu Abbas. Antara lain:

Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma berkata, “ Al – Qur’an diturunkan sekaligus ke


langit dunia pada lailatul qadr. Kemudian setelah itu, ia diturunkan selama dua
puluh tahun.” Lalu dia membacakan ;

        

“Dan mereka tidak membawa kepadamu sesuatu kata–kata yang ganjil ( untuk
menentangmu) melainkan Kami bawakan kepadamu kebenaran dan penjelasan
yang sebaik–baiknya ( untuk menangkis segala yang mereka katakana itu).”(Al–
Furqan : 33)

         

“Dan Al – Qur’an telah kami turunkan dengan berangsur – angsur agar kamu
membacanya peerlahan – lahan kepada manusia dan dan kami turunkan bagian
demi bagian.” (Al- Isra’ : 106)

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Al- Qur’an itu dipisahka dari Adz-
Dzikr, lali di letskkan di Baitul Izzah di langit dunia. Maka Jibril mulai
menurunkannya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata,

“Allah Menurunkan Al-Qur’an sekaligus kelangit dunia, pusat turunya Al –


Qur’an secara gradual. Lalu . Allah menurunkanya kepada Rasui Nya bagian demi
bagian”.Menurut Ibnu Abbas , “Al – Qur’an di turunkan pada lailatul qadr pada
buan Ramadhan kelangit dunia sekaligus; lalu di turunkan secara berangsur.”3

3 Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al – Qur’an, (Pustaka Al Kautsar,2004) hal 125.

4
Adapun mengenai tanggal turunnya, dalam Al- Qur’an tidak di sebutkan
secara jelas, melainkan dikatakan bahwa Al – Qur’an itu diturunka pada “yaumul
furqan”, yang bertepatan dengan hari “ bertemunya dua pasukan” di medan
perang.

Allah berfirman :“…….jika betul – betul kamu beriman kepada Allah dan kepada
apa yang Kami turunkan kepada hamba kami Muhammad, pada yaumul furqan,
yaitu hari bertemunua dua pasukan”(Q.S Al – Anfal: 41)

Kemudian disebutkan oleh Al- Qur’an dalam ayat tersebut bahwa yaumul furqan
itu bersamaan jatuhnya dengan hari bertemunya dua golongan atau pasukan, yaitu
pasukan kaum muslimin dan pasukan musuh pada peristiwa perang Badar.
Penyelidikan para ahli sejarah menunjukkan bahwa peristiwa yang tersebut
terakhir ini terjadi pada tanggal 1 Ramadhan. Oleh karena Al – Qur’an
menyebutkan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada hari atau tanggal yang sama
dengan hari turunya Al – Qur’an pertama kali, yaitu Yaumul Furqan.4

Turunnya seluruh ayat – ayat Al – Qur’an itu memakan waktu selama 22 tahun, 2
bulan, 22 hari. (ini menurut perhitungan ustaz Al – Khudhari dalam bukunya “
Tarikhut – Tasyri “ ). Masa tersebut terbadi menjadi dua periode, yaitu;

Masa sebelum Hijrah, kettika Rasulullah masih berdiam di makkah, yaitu


selama 12 tahun, 5 bulan, 13 hari, ialah sejak turunnya ayat – ayat pertama kali
tanggal 17 ramadhan tahun ke 41 dari usia rasulullah,sampai dengan permulaan
bulan Rabiul Awwal tahun ke 54 dari usia beliau. Semua surat – surat atau ayat –
ayat yang turun pada pada periode ini disebut dengan istilah “ surat – surat atau
ayat – ayat makkiyah “. Ayat – ayat yang turun pada waktu peristiwa Hijrah itu
terjadi, juga termasuk dalam klasifikasi ini.

Masa sesudah Hijrah, yaitu setelah Rasulullah berhijrah dari Mekkah ke


Madinah, dalam 9 tahun, 9 bulan, 9 hari, yakni semenjak permulaan bulan Rabiul
Awwal tahun ke 54 dari usia Rasulillah sampai dengan 9 Zulhijjah tahun ke 10 H

4 Ahmad Syadali, Ulumul Quran I , (Bandung:Pustaka Setia,2000), hal 33.

5
atau tahun ke 63 usia beliau. Semua surat – surat dan ayat – ayat yang turun dalam
periode ini disebut dengan istilah “surat – surat atau ayat – ayat Madaniyah.5

Wahyu yang pertama tama di terima oleh Nabi ialah ayat 1 s/d 5 surah Al – alaq,
pada waktu Nabi sedang berada di gua Hira’. Sedang wahyu yanga terakhir yang
di terima Nabi adalah surat Al – maidah :3 pada waktu Nabi sedang berwukuf di
Arafah melakukan haji wada’ pada tanggal 9 Dzul Hijjah tahun kesepuluh
Hijriyah 7 maret 632 M.6

Cara Al Qur’an Diturunkan

Adapun cara – cara Al – Qur’an diturunkan pada Rasulullah dengan bermacam –


macam cara dan keadaan, di antaranya:

Malaikat mewahyukan al – Qur’an kedalam hatinya. Dalam hal ini Rasulullah


tidak melihat sesuatu apapun, hanya beliau merasa bahwa wahyu Al – Qur’an
sudah berada dalam kalbunya. Seperti dalam firman Allah SWT dalam QS
Asyu’ara : 192-194

             

 

“ Dan sesungguhnya Al Qur’an benar benar diturunkan oleh tuhan semesta


alam”, “ Dia dibawa turun oleh Ar- ruh Al – amin ( jibril),” kedalam hatimu
(Muhammad) agar kamu menjadi salah satu orang yang di beri peringatan (QS
Asyu’ara :192-194)

5
Ahmad Syadali, Ulumul Quran I ,( Bandung:Pustaka Setia,2000), hal 44.;

6Liliek Chana AW, Ulum Al- Qur’an dan Pembelajarannya, (Surabaya:Kopertais IV Press,2014),
hal 19.

6
Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi Muhammad, berupa seorang laki-
laki yang mengucapkan kata – kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan
hafal benar akan kata – kata itu.

Wahyu datang kepadanya seperti gemerincingnya lonceng. Cara inilah yang amat
berat dirasakan oleh Nabi. Kadang- kadang pada keningnya berpacaran keringat,
meskipun turunya wahyu itu pada musim sangat dingin. Kadang – kadang unta
beliau terpaksa berhenti dan duduk karena merasa amat berat, bila wahyu itu turun
ketika beliu sedang mengendarai unta.

Rasulullah bersabda:” Terkadang mailakat datang kepadaku bagaikan dencingan


lonceng dan itulah yang palin berat bagiku, lalu dia pergi dan akupun telah
menyadari apa yang telah dikatakanya. Terkadang dia menjelma untukku sebagai
seorang laki – laki lalu di berbicara padaku dan aku memahami apa yang
dikatakanya.”(HR. Bukhari)

Malaikat menampakkan dirinya kepada Rasulullah tidak berupa seorang laki –


laki, namun menampakkan wujud yang asli. Seperti pada QS. Al- Najm :13-14

        

“Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam wujud asli), pada
wakyu yang lain”, “(yaitu) di sidratul Muntaha” (QS. Al – Najm :13-14)

B. Asbab Al-Nuzul
a. Pengertian Asbabu Al-Nuzul

Ungkapan asbab an-nuzul merupakan bentukidhafah dari kata“asbab” dan


“nuzul”, Secara etimologi, asbab an-nuzul adalahsebab-sebab yang
melatarbelakangi terjadinya sesuatu. Meskipun segala fenomena yang
melatarbelakangi terjadinya sesuatudapat disebut asbab an-nuzul, dalam
pemakaiannya, ungkapan asbab an-nuzul khusus dipergunakan untuk menyatakan
sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya Alquran, seperti halnya asbab

7
alwurud secara khusus digunakan bagi sebab terjadinya hadist. Banyak
pengertiannya terminologi yang di rumuskan oleh para ulama, di antaranya:

1. Menurut Az-zarqoni: Asbab an-nuzul adalah hal khusus atau sesuatu yang
terjadi serta hubungan dengan turunnya ayat al-qur’an yang berfungsi sebagai
penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi”.

2. Ash-shabuni: asbab an-nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan


turunnya satu ayat atau beberapa ayat mulai yang berhubungan dengan peristiwa
dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada nabi atau
kejadian yang berkaitan dengan urusan agama”.

3. Subhi shalih: asbab an-nuzul adalah suatu yang menjadi sebab turunnya satu
atau beberapa ayat al-qur’an yang terkadang menyiratkan suatu peristiwa, sebagai
respon atasnya atau penjelas terhadap hukum-hukum ketika peristiwa itu terjadi”.

4. Mana’ Al-Qaththan: asbab an-nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang


menyebabkan turunnya al-qur’an, berkenaan dengannya waktu peristiwa itu
terjadi, baik berupa kejadian atau pertanyaan yang diajukan kepada nabi”.

Kendatipun redaksi pendifinisian di atas sedikit berbeda, semuanya


menyimpulkan bahwa asbab an-nuzul adalah kejadian atau peristiwa yang
melatarbelakangi turunnya ayat al-qur’an, dalam rangka menjawab, menjelaskan,
dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari kejadian tersebut. Asbab
an-nuzul merupakan bahan sejarah yang dapat di pakai untuk memberikan
keterangan terhadap turunnya ayat Al-qur’an dan memberinya konteks dalam
memahami perintah-perintahnya. Sudah tentu bahan-bahan ini hanya melingkupi
peristiwa pada masa al-qur’an masih turun (ashr at-tanzil).7

Bentuk-bentuk peristiwa yang melatarbelakangi turunnya al-qur’an itu


sangat beragam, diantaranya berupa konflik sosial, seperti ketegangan yang terjadi
diantara suku Aus dan suku khazraj ; kesalahan besar, seperti kasus seorang
sahabat yang mengimani shalat dalam keadaan mabuk; dan pertanyaan-pertanyaan

7 Rosihon Anwar, Ulumul Quran (Bandung: Puataka Setia, 2006), h. 61.

8
yang diajukan oleh salah seorang sahabat kepada nabi, baik berkaitan dengan
sesuatu yang telah lewat, sedang, atau yang akan rerjadi.

Persoalan mengenai apakah seluruh ayat al-qur’an memiliki asbab annuzul


atau tidak, ternyata telah menjadi bahan kontroversi diantara para ulama. Sebagian
ulama berpendapat bahwa tidak semua ayat al-qur’an memiliki asbab an-nuzul.
Oleh sebab itu, ada ayat al-qur’an yang diturunkan tanpa ada yang
melatarbelakanginya (ibtida’), dan sebagian lainnuya diturunkan dengan
dilatarbelakamgi oleh sesuatu peristiwa (ghair ibtida’).

Pendapat tersebut hampir menjadi kesepakatan para ulama. Akan tetapi


sebagian berpendapat bahwa kesejarahan arabia pra-qur’an pada masa turunnya
al-qur’an merupakan latar belakang makro al-qur’an, sedangkan riwayat-riwayat
asbab an-nuzul merupakan latarbelakang mikronya.pendapat ini berarti
mengaggap bahwa semua ayat Alquran memiliki sebab-sebab yang
melatarbelakanginya.

b. Macam-macam asbab an-nuzul

Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, asbab an-nuzul dapat dibagi
kepada;

1. Ta’addud Al-Asbab Wa Al-Nazil Wahid

Beberapa sebab yang hanya melatarbelakangi turunnya satu ayat/ wahyu.


Terkadang wahyu turun untuk menanggapi beberapa peristiwa atau sebab,8
misalnya turunnya Q.S. Al-Ikhlas: 1-4, yang berbunyi:

               

  

8Muhammad Ali Ash-shaabuuniy, At-Tibyaan Fii Uluumil Qur’an, Alih Bahasa oleh.
Aminuddin, Studi Ilmu al-Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 52.

9
Artinya: “Katakanlah:”Dia-lah Allah, yang maha Esa. Allah adalah tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Tiada berada beranak dan tiada pula di
peranakkan. Dan tiada seoarangpun yang setara dengan dengan dia.

Ayat-ayat yang terdapat pada surat di atas turun sebagai tanggapan


terhadap orang-orang musyrik makkah sebelum nabi hijrah, dan terhadap kaum
ahli kitab yang ditemui di madinah setelah hijrah.

Contoh yang lain: “peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharah) shalat


wustha. Berdirilah untuk Allah(dalam shalatmu) dengan khusyu’.

Ayat di atas menurut riwayat diturunkan berkaitan dengan beberapa sebab


berikut;

1) Dalam sustu riwayat dikemukakan bahwa nabi saw. Shalat dzuhur di


waktu hari yang sangat panas. Shalat seperti ini sangat berat dirasakan
oleh parasahabat. Maka turunnlah ayat tersebut di atas. (HR. Ahmad,
bukhari, abu daud).
2) Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa nabi saw.. Shalat dzuhur di waktu
yang sangat panas. Di belakang rasulullah tidak lebih dari satu atau dua saf
saja yang mengikutinya. Kebanyakan diantara mereka sedang tidur siang,
adapula yang sedang sibuk berdagang. Maka turunlah ayat tersebut diatas
(HR.ahmad, an-nasa’i, ibnu jarir).
3) Dalam riwayat lain dikemukakan pada zaman rasulullah SAW. Ada
orangorang yang suka bercakap-cakap dengan kawan yang ada di
sampingnya saat meraka shalat. Maka turunlah ayat tersebut yang
memerintahkan supaya diam pada waktu sedang shalat (HR. Bukhari
muslim, tirmidhi, abu daud, nasa’i dan ibnu majah).
4) Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ada orang-orang yang
bercakapcakap di waktu shalat, dan ada pula yang menyuruh temannya
menyelesaikan dulu keperluannya(di waktu sedang shalat). Maka turunlah
ayat ini yang sedang memerintahkan supaya khusyuk ketika shalat.

10
2. Ta’adud an-nazil wa al-asbab wahid

Satu sebab yang mekatarbelakangi turunnya beberapa ayat. Contoh: Q.S. Ad-
dukhan/44: 10,15 dan16, yang berbunyi:

      

Artinya: maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata.

       

Artinya: “sesungguhnya (kalau) kami akan melenyapkan siksaan itu agak sedikit
sesungguhnya kamu akan kembali (ingkar)”.

      

Artinya:“(ingatlah) hari (ketika) kami menghantam mereka dengan hantaman


yang keras. Sesungguhnya kami memberi balasan”.

C. I’jaz Al-Qur’an
a. Pengertian i’jaz Al-Qur’an

Secara etimologis kata “i’jaz” berasal dari Bahasa Arab yakni “a’jaza”.
yang berarti “Melemahkan atau menjadikan tidak mampu”.9 Pelakunya (yang
melemahkan dinamakan mukjizat dan bila kemampuannya melemahkan pihak
lain amat menonjol sehingga mampu membungkam lawan, maka dinamakan
mu’jizat.10

9 A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir: Arab Indonesia Telengkap. (Yogyakarta: Pondok


Pesantren al-Munawwir, 1984), hal. 1403.
10 Lihat, Quraish Shihab, Mu’jizat al-Qur’an. cet. IV, (Bandung: Mizan, 1998), hal. 23.

11
Sedangkan ditinjau dari segi etimologis, para ulama berbeda pendapat.
Manna’ Khalil al-Qhatan mengatakan mu’jizat yaitu: “Menampakkan kebenaran
Nabi dalam pengakuannya sebagai Rasul, dengan menampakkan kelemahan
orang-orang Arab untuk menghadapi mu’jizat yang abadi, yaitu al-Quran dan
kelemahan generasi-generasi sesudah mereka. Dan mu’jizat adalah sesuatu hal
yang luar biasa yang disertai tantangan dan selamat dari perlawanan.” 11

Sementara Ali Ashabuni, mengatakan mukjizat adalah “Melihat


kelemahan orang dalam menetapkan seumpamanya, suatu hal yang luar
kebiasaan, keluar dari sebab-sebab umum yang diketahui manusia”.12 Selanjutnya,
Dawud al-Aththar mengatakan mukjizat adalah “Sesuatu yang membuat manusia
tidak mampu, baik secara sendiri maupun bersama-sama, untuk mendatangkan
yang seperti itu”.13

Kemudian Imam Shayuti sebagaimana yang dikutip oleh M. Chadziq


Charisma mengatakan bahwa al-Qur’an adalah “Kalamullah atau firman Allah
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, untuk melemahkan orang yang
menantangnya sekalipun dengan surat yang pendek, membacanya termasuk
ibadah”. Sementara Quraish Shihab mendifinisikan al- Qur’an adalah “Firman
Allah yang disampaikan oleh Malaikat Jibril as. sesuai dengan redaksinya kepada
Nabi Muhammad Saw, dan diterima oleh umat Islam secaara mutawatir”.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa yang dinamakan dengan


mu’jizat al-Qur’an adalah kelebihankelebihan yang ada di dalam al-Qur’an itu
sendiri sebagai bukti kebenaran, bukti-bukti kebenaran yang datang dari luar al-
Qur’an bukanlah termasuk mukjizat al-Qur'an.

b. Macam-macam I’jaz Al-Qur’an

11 Manna’ Khalil al-Qhatan, Studi Ilmu-Ilmu alQur’an. cet. VI, terj. Muzakkir As, (Jakarta:
Lintera Antar Nusa, 2001), hal. 371.
12 M. Ali Ashbuni, al-Tibyan fi ‘Ulumil Qur’an. (Beirut: Alimul Qutub, 1985), hal. 93.
13 M. Chadziq Charisma, Tiga Aspek Mu’jizat Kemukjizatan Al-Qur’an;. (Surabaya: Bina Ilmu,

1991), hal. 3.

12
Secara garis besarnya, i'jaz dapat dibagi ke dalam dua bagian pokok, yaitu:
Pertama, mukjizat yang bersifat material inderawi lagi tak kekal, dan kedua,
14
mukjizat immaterial, logis lagi dapat dibuktikan sepanjang masa.” Untuk lebih
jelas akan dijelaskan dari kedua bagian pokok berikut ini:

a. Mu’jizat material inderawi

Mukjizat para nabi terdahulu sebelum Nabi Muhammad Saw semuanya


merupakan jenis ”Mukjizat material inderawi”. Mukjizat yang dimiliki oleh para
nabi tersebut, dapat langsung disaksikan oleh mata telanjang atau dapat ditangkap
oleh indera mata, tanpa perlu dianalisa. Namun peristiwa tersebut hanya ada dan
terbatas pada kaum (masyarakat) di mana seorang nabi tersebut diutus.

Pada dasarnya, keluarbiasaan yang diberikan Allah kepada para nabi


terdahulu tersebut merupakan jawaban atas tantangan yang dihadapkan kepada
mereka oleh pihakpihak lawan, misalnya: perahu Nabi Nuh as. yang dibuat atas
petunjuk Allah sehingga mampu bertahan dalam situasi dalam ombak dan
gelombang yang sedemikian dahsyat; tidak terbakarnya Nabi Ibrahim as. dengan
dilemparkan dalam kobaran api yang sangat besar, tongkat Nabi Musa as. beralih
wujud menjadi ular, penyembuhan yang dilakukan oleh Nabi Isa as. terhadap
berbagai macam penyakit atas izin Allah dan lain-lain.15 Semua mukjizat tersebut
hanya bersifat inderawi siapapun tidak bisa menolak, namun terbatas bagi
masyarakat di tempat para nabi menyampaikan risalahnya, dan berakhir dengan
wafatnya nabi-nabi tersebut.

b. Mu’jizat immaterial logis dan kekal

Adapun mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad Saw yaitu mu’jizat
yang bersifat immaterial logis dan kekal, yaitu berupa al-Qur’an. Hal ini
dimaksudkan bahwa Nabi Muhammad diutus kepada seluruh umat manusia
hingga akhir zaman.alQuran sebagai bukti kebenaran ajarannya, ia harus siap

14 Ibid, hal. 43.


15 Ibid, hal. 36.

13
untuk disajikan kepada semua orang, kapanpun, tanpa mengenal batas waktu,
situasi, dan kondisi apapun.16

Hal ini seiring dengan berjalannya waktu setiap manusia mengalami


perkembangan dalam pemikirannya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Auguste
Comte sebagaimana yang dikutip oleh Quraish Shihab tentang fase-fase
perkembangan pikiran manusia, yaitu: (1) Fase keagamaan, karena keterbatasan
pengetahuan manusia tentang menafsirkan tentang semua gejala yang terjadi,
dikembalikan kepada kekuasaan Tuhan atau jiwa yang tercipta dalam pikirannya
masingmasing(2) Fase metafisika, semua fenomena atau kejadian dikembalikan
pada awal kejadian, misalnya: manusia pada awal kejadiannya; (3) Fase ilmiah,
manusia dalam menafsirkan fenomena melalui pengamatan yang teliti dan
penelitian sehingga didapat sebuah kesimpulan tentang hukum alam yang
mengatur semua fenomena alam ini. Bila alQur’an tidak logis dan tidak dapat
diteliti kebenarannya melalui metode ilmiah maka membuat manusia ragu
akannya atau akan ada yan mengatakan bahwa al-Qur’an tidak berguna lagi tidak
bisa dipakai pada saat ini. Hal ini tidak boleh terjadi pada sebuah mu’jizat yang
disiapkan untuk sekarang sampai akhir zaman.12

16 Shihab, Mu’jizat ... hal. 36.

14
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Alqur’an di turun sejara sekaligus di langit dunia (Baitul Izzah) pada malam
lailatul Qadr. Setelah itu barulah di turunkan kepada rasulullah secara berangsur-
angsur selama 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari, sejak Rasulullah di angkat sebagai
nabi hingga beliau wafat di usia 63 tahun.

Asbab An-Nuzul merupakan bahan sejarah yang dapat dipakai untuk


memberikan keterangan terhadap turunnya ayat Al-Qur’an dan memberinya
konteks dalam memahami perintah-perintahNya. Dari segi jumlah Asbab An-
Nuzul dapat kita bagi kepada Ta’addud Al-Asbab Wa Al-Nazil Wahid da Ta’adud
an-nazil wa al-asbab wahid.

Al-Qur’an memiliki banyak kemukjizatan, di antaranya mukjizat dari segi


bahasa ini, yaitu: susunan kata dan kalaimat serta kesimbangan redaksi al-Qur’an
itu sendiri, dari segi kajian ilmiah, kajian hukum dan kajian pemberitaan yang
gaib. Al-Qur’an sudah sangat jelas kemu’jizatannya. Namun demikian, masih ada
juga hal-hal yang dipertentangkan, dipermasalahkan, dikritik yang berkaitan
dengan kemukjizatan al-Qur’an oleh sebagaian para ilmuan, di antaranya
berkaiatan dengan sistematika dan kritik terhadap bahasa al-Qur’an.

B. Saran

Kami dari pihak penulis memohon maaf mungkin dari pihak pembaca
sedikit banyaknya menemukan kekurangan, karena kami masih dalam proses
tahap belajar, dan kami sangatlah mengharapkan masukan dari pembaca yang
dapat memberikan masukan kepada kami.

15
DAFTAR PUSTAKA

Al- Qaththan, Manna’. 2006. Pengantar Studi Ilmu Al – Qur’an, :Pustaka Al-
Kautsar

AW, Liliek Chana, dkk. 2014. Ulum Al- Qur’an dan Pembelajarannya, Surabaya
: Kopertais IV Press;

Gufron, Muhammad, dkk. 2013.Ulumul Qur’an, Yogyakarta : Teras

Hakim, M Fikri , dkk. 2014.Membumikan Al- Qur’an, Kediri : Lirboyo press

Syadali, Ahmad, dkk. 2000.Ulumul Quran, Bandung : Pustaka Setia

Ali Ash-Shaabuuniy, Muhammad. Studi Ilmu Al-Quran.Bandung: Pustaka Setia,

1998

Anwar, Rosihon, Ulumul Quran. Cet, III. Bandung: Pustaka Setia, 2006;;;

as-Suyuthi. Jalaluddin,Asbabun Nuzul. Alih Bahasa oleh Tim Abdul Hayyie,

Sebab-sebab Turunnya al-Qur’an. Cet.1, Jakarta: Gema insani, 2008

M. Ali Ashbuni, al-Tibyan fi ‘Ulumil Qur’an. (1985). Beirut: Alimul Qutub. ;

M. Chadziq Charisma. (1991). ;Tiga Aspek Mu’jizat Kemukjizatan Al-Qur’a;n.


Surabaya: Bina Ilmu. Manna’ Khalil al-Qhatan, (2001). ;

Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an. cet. VI, terj. Muzakkir As, Jakarta: Lintera
Antar Nusa

16

Anda mungkin juga menyukai