Oleh:
Hajar Nur Rohmah
NIM. 53020150014
“Sesunggunya Kami yang menurunkan al-Qur’an dan Kami akan menjaganya (al-
Qur’an)”.
PERSEMBAHAN
1. Kedua oranga tuaku Ayahanda dan Ibunda yang selalu menyayangi dan
dalam lindungan-Nya.
3. Kepada sahabatku yang selalu menemani dalam suka maupun duka dan
ini, semoga selalu sehat dan diberi kelancaran dalam segala urusan.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Solawat serta salam senantiasa tercurahkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW. beserta keluraga, sahabat, dan pengikut-
dorongan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan. Banyak
orang yang berada di sekitar penulis, baik secara langsung maupun tidak, telah
memberi dorongan yang berharga bagi penulis. Untuk itu penulis mengucapkan
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyyudin Baidhawy, M.Ag. Selaku Rektor IAIN Salatiga,
2. Bapak Dr. Benny Ridwan, M.Hum. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Adab dan
3. Ibu Tri Wahyu Hidayati, M.Ag. Selaku Ketua Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir IAIN Salatiga, yang telah memberikan izin untuk penelitian dan
4. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora IAIN Salatiga, terlebih
curahkan sehingga mengantarkan penulis untuk berproses menjadi lebih baik lagi.
vi
5. Abi Hariyanto dan Umi Kasinah tercinta, beserta keluarga yang tak pernah lelah
mendo’akan penulis untuk tetap semangat dalam menuntut ilmu serta dukungan
6. Teman-teman program studi ilmu al-Qur’an dan Tafsir angkatan 2015 yang terus
menyelesaikan skripsi.
7. Terakhir, untuk semua pihak dan elemen yang secara langsung maupun tidak
langsung dalam membantu menyelesaikan tulisan ini dari awal hingga proses
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi
ini bermanfaat bagi para pembaca dan dapat dipergunakan sebagaimana mesti.
Penulis
vii
ABSTRAK
Nur Rohmah, Hajar. 2020. KAJIAN RASM AL-QUR’AN (Perbandingan antara
Mushaf Maroko dan Mushaf Standar Indonesia).
Tri Wahyu Hidayati, M.Ag
Mushaf al-Qur’an telah mengalami perjalanan panjang sehingga saat ini
sangat mudah ditemukan percetakan atau penerbit yang menerbitkan mushaf al-
Qur’an dengan berbagai kreasi dan inovasi sesuai kebutuhan masyarakat. Model
mushaf antarnegara memiliki ciri dan penulisan masing-masing, disesuaikan dengan
budaya dan ilmu yang sampai kepada mereka, yang mana semua tetap sesuai dengan
riwayat shahih dan berpedoman kepada Nabi Muhammad SAW. Mengingat peristiwa
yang pernah terjadi pada oktober 2018 mengenai ditemukannya mushaf al-Qur’an
yang dianggap salah atau diubah, yang ternyata mushaf tersebut adalah terbitan
daerah Maghribi/ Maroko. Penulis tertarik untuk mengkaji rasm yang ada pada
Mushaf Maroko dan Mushaf Standar Indonesia, yang keduanya sama-sama Rasm
Usmani.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Langkah pertama yang penulis
lakukan yaitu penelitian kepustakaan (library research), untuk mencari bahan-bahan
yang sulit didapatkan. Adapun metode yang penulis gunakan yaitu metode
dokumentasi. Dokumentasi ini mencakup sumber-sumber tertulis mengenai Mushaf
Standar Indonesia dan Mushaf Maroko. Kemudian dokumen yang telah didapatkan
dianalisis, dibandingkan, dan dipadukan (sintesis) membentuk hasil kajian yang
sistematis dan utuh.
Berdasarkan analisa data yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa
Mushaf Standar Indonesia menggunakan Khat Naskhi, rasm condong kepada riwayat
al-Dani, dan berqira’at Hafs dari Imam Ashim. Sedangkan Mushaf Maroko
menggunakan Khat Maghribi, rasm condong kepada riwayat Abu Dawud, dan
berqira’at Warasy dari Imam Nafi’. Penelitian rasm yang terfokus dalam surah al-
Fatihah dan al-Baqarah juz 1 ini menemukan beberapa perbedaan yang dicantumkan
pada tabel. Walau berbeda namun secara substansial tetap sama.
Kata Kunci: Rasm Usmani, Mushaf Standar Indonesia, Mushaf Maroko.
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman transliterasi huruf (pengalihan huruf) dari huruf Arab ke huruf Latin
yang digunakan adalah hasil Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158 Tahun 1987 atau Nomor 0543 b/u 1987,
A. Penulisan huruf
2. ب Ba’ B
3. ﺖ Ta T
4. ﺚ ṡa ṡ
5. ﺝ Jim J
6. ح Ḥa ḥ
7. ﺥ Kha Kh
8. ﺪ Dal D
9. ﺬ ẑal ẑ
10. ﺭ Ra R
11. ﺯ Za Z
ix
14. ﺺ Ṣad ṣ
17. ﻈ Ẓa ẓ
19 ﻍ Gain G
B. Vokal
َ◌ Fathah Ditulis “ a ”
ِ◌ Kasroh Ditulis “ i ”
ُ◌ Dhammah Ditulis “ u ”
x
C. Vokal Panjang
D. Vokal rangkap
F. Ta’ Marbuthah
1. Bila dimatikan ditulis h:
ﺣﻜﻤﺔ Hikmah
ﺟﺰﻳﺔ Jizah
xi
(ketentuan ini tidak berlaku untuk kata-katabahasa arab yang sudah
diserap ke dalam bahasa Indonesia)
ﺯﻛﺎﺓﺍﻟﻔﻄﺮ Zakãt al-fiṭr
ﺣﻴﺎﺓﺍﻻﻧﺴﺎﻥ Ḥayãt al-insãn
G. Vokal pendek berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof (‘)
ﺃﺃﻧﺘﻢ A’antum
ﺃﻋﺪّﺩ U’iddat
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.............................................................................................................. i
Pengesahan Kelulusan.................................................................................................. iv
Kata Pengantar..............................................................................................................vi
Abstrak .........................................................................................................................viii
Pedoman Transliterasi.................................................................................................. ix
B. Rumusan Masalah........................................................................................5
D. Manfaat Penelitian....................................................................................... 5
xiii
B. Pengertian Mushaf Usmani ........................................................................... 37
B. Mushaf Maroko.............................................................................................. 96
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
sebelumnya. Al-Qur’an yang awalnya adalah wahyu yang disampaikan untuk dibaca
Berbeda dengan bangsa-bangsa lain seperti Mesir Kuno, Babilonia dan Cina,
Arab dalam hal ini merupakan pendatang yang benar-benar terlambat, walaupun
huruf arab menempati urutan kedua sesudah huruf latin dalam luas daerah
pemakaiannya sampai dewasa ini, namun sebenarnya huruf Arab baru berkembang
jauh di kemudian hari. Keterlambatan perkembangan ini karena bangsa Arab pada
tulis. Mereka bertumpu pada tradisi lisan untuk kepentingan komunikasi dan
penyebaran berita.
1Dibaca dan dihafal ini adalah terjadi ketika awal-awal wahyu turun, yang mana malaikat
jibril meminta Muhammad untuk membaca wahyu kemudian menghafal dan menyampaikannya
kepada para sahabat dan seluruh umat.
2Berkembang dalam bentuk tulisan berawal dari kekhawatiran khalifah umar bin khattab
karena semakin banyak penghafal al-Qur’an (para hafidz) wafat dalam medan perang, sehingga
kumpulan wahyu atau ayat-ayat itu harus disatukan dalam satu kitab.
3 Berkembang dengan hasil cetakan pastinya terjadi di abad ke 20 an saat teknologi semakin
berkembang alat-alat canggih pun dimaksimalkan agar al-Qur’an semakin mudah dibaca dan semakin
cepat disebar luaskan.
1
2
mereka dalam tulisan, maka segera mereka mengungguli bangsa lain di dunia dalam
seni menulis indah kaligrafi. Dalam waktu yang singkat mereka menghasilkan seni
kaligrafi yang mengagumkan, yaitu seni mengalihkan bentuk huruf Arab ke dalam
medium seni yang mencerminkan kegeniusan bakat seni mereka yang menakjubkan.
Perkembangan ini sangat terkait dengan peran al-Qur’an. Seperti dapat dilihat bahwa
wahyu pertama yang menyinggung perintah "membaca" dan "menulis" (QS. al-'Alaq
[96]: 1-5), sebagai ajaran yang mendominasi tempat tempat ajaran-ajaran Islam
lainnya. Dapat dipastikan bahwa qalam atau pena dalam konteks ayat tersebut
memiliki kaitan erat dengan seni menulis. Kekuatan magis dari ayat al-Qur’an yang
alat tulis. Tinta digambarkan dalam kata midād (QS. Al-Kahfi [18]: 109) dan nūn.
Pena dengan qalam, alas untuk menulis dengan lauḥ atau papan (QS. Al-Burūj [85]:
21-22; al-A’rāf [7: 145], raqq atau kulit halus (QS. Al-Thūr [52]: 1-3), ṣuhuf atau
lembar an (QS. Abasa [80]: 13-14; al-A‟lā [87: 18-19] dan qirṭās atau kertas (QS. al-
An’ām [6]: 6). Ini hanyalah istilah-istilah yang digunakan sesuai dengan masa dan
kebutuhannya. Meskipun sekarang telah banyak peralatan yang lebih modern dan
mudah didapatkan, namun pesan dari ayat di atas tetap tertuju pada objek yang sama,
4 Islah Gusmian, “Kaligrafi Islam: dari nalar seni hingga spiritual”, dalam al-Jāmi’ah, Vol.
41, no. 1 (2003/1424 H), 115.
3
semua kisah-kisah lama perjalanan panjang proses penulisan kitab suci ini yang
Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia bagaimana seorang khattat yang menulis mushaf
al-Qur’an dalam memilih jenis khat yang akan digunakan agar jelas dan terang
bacaannya. Selain itu, keperluan kaum muslim akan mushaf al-Qur’an sangat tinggi,
sehingga penulisnya juga perlu cekap dan tepat ketika menentukan mushaf al-Qur’an
tersebut.5
bermaksud "kulit", yaitu kulit buku, tetapi digunakan dalam konteks ini untuk
merujuk kepada senaskah kitab al-Qur’an. Sebuah mushaf jika memiliki tulisan khat
yang cantik dan menarik, memiliki hiasan corak dan hiasan motif serta iluminasi yang
berbagai dan beragam sangat membantu ketertarikan pembaca untuk lebih banyak
Mengingat peristiwa yang pernah terjadi pada bulan Oktober 2018 perihal
viral di media sosial terkait video mushaf al-Qur’an yang dianggap salah dan
Hanafi menyampaikan bahwa mushaf al-Qur’an dalam video tersebut adalah mushaf
5 Makmur Haji Harun, dkk, “Sejarah Penulisan Mushaf aL-Qur’an Nusantara: Satu Kajian
Perbandingan Antara Mushaf Istiqlal Indonesia dengan Mushaf Tab’an Ain al- Taqwa Malaysia”,
Conference Paper (Malaysia: Fakulti Bahasa dan Komunikasi, Universiti Pendidikan Sultan Idris
(UPSI), 2016), 1.
6 Mushaf al-Quran menurut sebahagian sejarawan di antaranya Ibnu Kasir, tujuh salinan al-
Quran di zaman Uthman bin Affan adalah satu disimpan di Madinah yang dikenal dengan Mushaf al-
Imām, enam salinan lainnya disebar ke beberapa daerah wilayah Islam pada masa itu, iaitu Mekah,
Kufah, Basrah, Syam, Yaman dan Bahraen.
7 Ibid, 2.
4
al-Qur’an yang ditulis berdasarkan riwayat Warasy dari Imam Nafi’ (salah satu
riwayat dalam qira’ah sab’ah yang mutawatir) yang diterbitkan oleh penerbit Darul
Ma’rifah Beirut. Mushaf tersebut menggunakan khat Maghribi yang berbeda dengan
Dari peristiwa tersebut dan keberagaman mushaf yang ada di dunia ini. Ada
dua mushaf yang menarik perhatian penulis, yakni Mushaf Standar Indonesia dan
Mushaf Maroko. Secara sekilas kedua mushaf tersebut memiliki kesamaan, namun
ketika kita perdalam maka ada beberapa hal yang berbeda namun tidak sedikit pun
merubah substansi dari al-Qur’an tersebut. Perbedaan itu antara lain, bentuk khot atau
kaligrafi yang digunakan, tanda waqof, tanda baca, dan beberapa yang lain.
Dalam Mushaf Maroko ada hal lain yang menarik, yaitu dalam hal penomoran
dan penghitungan ayat, seperti kata Alif Lam Mim dalam surat al-Baqoroh, bukanlah
ayat pertama sebagaimana yang terdapat pada Mushaf Standar Indonesia. Kira-kira
apakah alasannya? Tidak hanya itu, dalam penulisan rasm, ada hal yang sangat
mencolok, yaitu penulisan huruf qaf, menyerupai bentuk huruf fa’ pada rasm dalam
pada rasm al-Qur’an dari kedua mushaf tersebut. Penulis akan berusaha untuk
meneliti dan menjelaskan ke dalam tulisan ini, kemudian penulis memberikan batasan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat Penelitian
E. Kajian Pustaka
penelitian atau karya ilmiah yang telah ada, baik itu kekurangan maupun
antara lain:
NUN: Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara Vol. 3, No. 1, tahun
Pojok Menara Kudus yang mana adalah salah satu mushaf yang dicetak
oleh salah satu penerbit mushaf tertua di Jawa Tengah. Mengkaji dari
harakat, penentuan nama dan status surah, tanda waqaf dan lain-lain. Pada
Mushaf Madinah dalam hal penggunaan tanda baca dan harakat yang
9Ahmad Nashih yang dimuat dalam Jurnal NUN: Jurnal Studi al-Qur’an dan Tafsir di
Nusantara Vol. 3, No. 1, tahun 2017, penelitiannya berjudul Studi Mushaf Pojok Menara Kudus:
Sejarah dan Karakteristik.21-22.
7
al–nas .
waqaf, hanya mushaf 2,3 dan 4 saja yang menggunakan tanda tajwid
lainnya mencantumkan tanda tajwid, tetapi hanya terbatas mad wajib dan
mad ja’iz.
10Mustopa, “Mushaf Kuno Lombok: Telaah Aspek Penulisan dan Teks”, Suhuf Jurnal
Pengkajian Al-Qur’an dan Budaya, vol.10 No. 1 Juni 2017, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an,
Badan Litbang dan Diklat, Kementrian Agama Repubik Indonesia. 22.
8
penerapan beberapa tanda baca seperti waqaf dan tajwid, namun mushaf-
upaya pelestarian mushaf kuno dapat terus didukung, terjaga dan lestari
penelitian tersebut Abdul Hakim menuliskan bahwa dalam kajian hadzf al-
huruf pada tiga mushaf yang diambil dari tiga juz (juz 7, 14 dan 24)
dengan Mushaf Madinah 70%. Jika dilihat dari madzhab penulisan rasm,
11 Abdul Hakim, Suhuf Jurnal Pengkajian Al-Qur’an dan Budaya, vol. 10 no.2 Desember
2017 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Badan Litbang dan Diklat, Kementrian Agama Repubik
Indonesia, “ Perbandingan Rasm Mushaf Standar Indonesia, Mushaf Pakistan, dan Mushaf Madinah:
Analisis Rasm Kata Berkaidah Hazf al-Huruf”. 385
9
dan Mushaf Madinah (Kajian atas Ilmu Rasm)”.13 Dalam skripsi ini
12 Miga Mutiara, “Kajian Ilmu Rasm Usmani Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf
Madinah”, Skripsi, (UIN Syarif Hidayatullah: 2019)
13 Atifah Thoharoh, “Mushaf aL-Qur’an Standar Usmani Indonesia dan Mushaf Madinah
Yang mana menurut penulis dari data yang didapatkan, mushaf Turki ini
kurang lebih 99% berasal dari teks al-Qur’an Usmani. Fokus kajian
enam lafadz, yakni , ﻩﻥﺍرق, ﻥﺍﺱﻥﺍلﺍ, ﻥيردق, ﺍﺏﻥي,ﻩﺱﻑﻥ ﺓﻡﺍيقلﺍ. Adapun mushaf
antara Mushaf Maroko dan Mushaf Standar Indonesia belum ada, oleh
membahas informasi yang ada pada Mushaf Maroko saja, tidak membahas
F. Metode Penelitian
2. Sumber Data.
yaitu sumber data primer yakni data utama (asli) yang menjadi rujukan
penulis.
a. Pengamatan (Observation)
b. Dokumentasi
yang lainnya.
G. Sistematika Pembahasan
konsep-konsep rasm al-quran menurut ahli. Yang terdiri dari lima sub bab:
Bab iii mengenal mushaf standar Indonesia dan mushaf maroko. Berisi
tentang identitas-identitas penting dan sakral yang ada pada kedua mushaf.
Terdiri dari dua sub bab: pertama, Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia
13
maroko. Berisi tentang persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam dua
Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam, mukjizat terbesar yang Allah
wahyukan kepada Nabi Muhammad saw sebagai pedoman dan petunjuk bagi
umat manusia dalam mengarungi kehidupan yang fana ini. Sebagai kitab suci
dan firman Tuhan sudah sepantasnya kitab tersebut terjaga sampai akhir
yang artinya “sesunggunya Kami yang menurunkan al-Qur’an dan Kami akan
benar berjanji dan Allah pasti menepati janji untuk menjaga al-Qur’an hingga
akhir zaman.
bangsa Arab buta aksara ternyata tidak disokong oleh al-Qur’an. Asumsi Nabi
berarti tidak bisa membaca-menulis, hanya saja tradisi hafalan pada waktu itu
14
15
Melansir statemen Amal (2003), suatu bentuk tulisan telah dikenal oleh
pahatan naskah bahasa Arab klasik yang berasal dari abad ke-3. Bahkan di
Q.S. al-Baqarah [2]: 282-283) berupa seruan untuk mencatat setiap transaksi
sudah berkembang.
Di dalam suatu hadis yang disitir Ibnu Sa’ad dalam, at-Tabaqat al-Kubra
disebutkan dalam al-Qur’an. Kata raqq dalam Surah at-Tur [52] ayat 3 bisa
jadi mengacu pada sejenis kertas kulit atau perkamen yang terbuat dari kulit
binatang. Kata qirtas yang muncul dalam Surah al-Anam [6] ayat 7 dan 91
barangkali bermakna lontar, sebab kata ini terambil dari bahasa Yunani,
kuatnya tradisi hafalan. Aksara Arab yang digunakan ketika itu tanpa syakal
mempermudah hafalan.
bahwa tulisan Arab berasal dari Hirah (sebuah kota di dekat Babilonia) dan
Anbar (sebuah kota di Eufrat sebelah barat laut kota Bagdad). Dikisahkan
bahwa tulisan Arab sampai ke Mekah melalui Harb bin Umaiyah bin Abd asy-
Salah satu diantaranya adalah Bisyr bin Abd al-Malik yang datang ke Mekah
bersama Harb bin Umaiyah. Bisyr lantas mengawini Shahbah, putri Harb bin
Ketika itu, terdapat dua jenis tulisan Arab yang berkembang. Pertama,
khat kufi. Bentuk tulisan ini mirip dengan tulisan orang-orang Hirah (Hiri)
yang bersumber dari tulisan Suryani (Syriak). Khat kufi antara lain digunakan
untuk menyalin al-Qur’an. Kedua, khat naskhi yang bersumber dari bentuk
tulisan Nabthi (Nabatean). Khat ini lazim digunakan untuk surat menyurat.
Akan tetapi dalam aksara Arab ketika itu lambang sejumlah konsonan
aksara tidak dapat dibedakan antara satu dengan lainnya, sehingga pada
tulisan Suryani.
17
pemeliharaan kitab suci al-Qur’an. Kata jam’ (pengumpulan) dalam hal ini,
suratnya atau menertibkan ayat-ayat semata dan setiap surah ditulis dalam
15 Nur Faizah, Sejarah aL-Qur’an, (Jakarta Barat: CV Artha Rivera, 2008), 156
18
surah.
Baitul Izzah di langit dunia secara sekaligus, kemudian diturunkan dari langit
yang ada padanya (al-Qur’an). Hal ini merupakan proses turunnya al-Qur’an
langit dunia ke bumi selama dua puluh tiga tahun memiliki hikmah tersendiri
memperteguh hati beliau karena setiap peristiwa yang terjadi selalu disusul
dengan turunnya ayat-ayat baru yang dirasa oleh beliau sebagai hal yang dapat
motivasi beliau untuk terus mendakwahkan Islam serta agar al-Qur’an mudah
19
dihafal.16
tidak akan luput dari tahapan panjang yang mengiringi, yakni terkait
metode, yakni dengan cara menghafal dan menulisakannya. Dua metode ini
dalam literatur klasik ulum al-Qur’an dikenal dengan istilah jam’u al-Qur’an,
sudah berlangsung pada masa Nabi Muhammad SAW, tepatnya ketika Allah
Qur’an 2 kali).
baik secara hafalan seperti yang dilakukan oleh Rasulullah sendiri beserta
luput akan pentingnya baca-tulis. Hal ini terbukti pada saat wahyu turun,
kurang dari enam puluh lima orang sahabat yang bertindak sebagai
ayat atau surat yang harus di tulis. Sehingga mereka menuliskannya pada
apa saja yang dapat digunakan untuk menulis seperti pelepah daun kurma,
Namun, pada masa ini belum ada upaya untuk mengkodifikasikan al-
c) Adapun pada masa ini antara ayat dan surat masih berada dalam
pertama pada masa Abu Bakar atas pertimbangan usulan Umar bin
22
adalah:
sahabat,
karena bertolak dari hafalan para sahabat saja tidak cukup, karena
adakalanya luput dari hafalannya atau sebagian dari mereka sudah wafat.
ketika itu adalah menghafal al-Qur’an. Setiap kali menerima wahyu al-
Seluruh ayat al-Qur’an telah selesai tertulis saat Rasulullah masih hidup,
17
diteruskan oleh Abu Bakar as-Shidiq yang terpilih melalui musyawarah para
dilakukan oleh sejumlah orang islam yang murtad dengan dipimpin oleh
Yamamah pada tahun 12 H antara kaum mulim dan kelompok Musailamah al-
Kazzab.
muslim. Para sahabat penghafal al-Qur’an pun banyak yang gugur. Az-
17 Nur Faizah, Sejarah aL-Qur’an, (Jakarta Barat: CV. Artha Rivera, 2008), 161
24
orang. Ahmad Adil Kamal malah memperkirakan 500 sahabat penghafal al-
Qur’an gugur dari total 1200 pasukan Islam yang gugur dalam peperangan ini.
terutama Umar bin Khattab. Umar lantas mengusulkan kepada Abu Bakar
satu mushaf. Usulan Umar didasari atas kekhawatiran bahwa al-Qur’an akan
Kebetulan ‘Umar ada di majlis Abu Bakar. Abu Bakar berkata: ‘Umar datang
para Qurra dan ia takut akan terus-menerus dimusnahkan para Qurra oleh
kita lakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasul? ‘Umar berkata: ini
demi Allah, sesuatu perbuatan yang baik. ‘Umar terus menerus (berulang kali)
“Abu Bakar berkata kepadaku: Engkau wahai Zaid, seorang pemuda yang
18 Ibid.162
25
anda kerjakan sesuatu sesuatu yang tidak diajarkan Nabi. Menjawab Abu
Bakar: “Demi Allah, ini suatu perbuatan yang sangat baik. Maka sesudah
lapangkan Allah sebagaimana telah dilapangkan hati Abu Bakar dan ‘Umar.
yang menghafalnya. Sesudah aku lakukan usaha itu dan aku kumpulkan
segala kepingan tersebut, nyatalah bahwa ada suatu ayat yang aku dengar dari
Rasul yang tidak ada tertulis dalam kepingan. Karena itu aku lanjutkan
pembahasan, maka aku dapati ia pada seorang Anshar, Abu Khuzaimah ibn
yang mereka telah janjikan dengan Allah maka di antara mereka ada yang
mati syahid dan di antara mereka ada yang masih menanti dan mereka tiada
19 Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an/Tafsir, cet. 8, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1980), 99-100
26
Sesudah itu kedapatan pula suatu ayat lagi yang tidak terdapat dalam
Tsabit, Yaitu:
penulis wahyu.
20 Nur Faizah, Sejarah aL-Qur’an, (Jakarta Barat: CV. Artha Rivera, 2008), 164. Juga
terdapat di Al-A’zami, Sejarah Teks aL-Qur’an dari Wahyu sampai Kompilasi, (Jakarta: Gema Insani,
2014), 78
27
kesempurnaan dan ontensitas al-Qur’an agar tidak ada bagian sedikitpun yang
hilang. Hal ini sangat beralasan karena dalam penulisan al-Qur’an Zaid bin
Tsabit berpegang pada ayat yang ditulisnya dihadapan Rasulullah dan ayat-
ayat itu dihafal oleh banyak orang. Ia juga sangat teliti dan selektif, sehingga
ia tak menerima ayat al-Qur’an yang ditulis itu melainkan disaksikan oleh dua
orang saksi.21
angggota lain, semuanya penghafal al-Qur’an, yaitu Ubay bin Ka’ab, ‘Ali bin
Abi Thalib dan ‘Utsman ibn Affan. Mereka berulang kali mengadakan
masa Nabi.
Khalifah Abu Bakar wafat. Hasil kerja Zaid yang sangat teliti memiliki
akurasi yang sangat tinggi. Hal ini tampak dari identifikasi Muhammad bin
sebagai berikut:22
21 Menurut Ibn Hajar, yang dimaksud dengan pengertian dua saksi (syahidain), tidak harus
keduanya dalam bentuk hafalan atau keduanya dalam bentuk tulisan. Seorang sahabat yang membawa
ayat tertentu dapat diterima bila ayat yang dibawanya didukung oleh dua hafalan atau tulisan sahabat
lainnya. Demikian juga, suatu hafalan ayat tertentu yang dibawa oleh seorang sahabat akan dapat
diterima bila dikuatkan oleh dua catatan dan atau hafalan sahabat lainnya. Adapun pemahaman ini
berbeda dengan yang diusulkan as-Sakhawi (w.643 H), yang memenadang bahwa syahidain di sini
artinya adalah catatan sahabat tertentu mengenai ayat tertentu. Ayat tertentu yang disodorkan sahabat
sudah dapat diterima jika memiliki dua saksi yang menegaskan bahwa catatan tersebut memang ditulis
dihadapan Nabi. Lihat al-Suyut}i, al-Itqan, jilid 1, 60
28
riwayatnya.
3. Membuang segala tulisan yang tidak termasuk bagian dari ayat al-
Qur’an.
diturunkan.
5. Susunan ayatnya seperti yang dapat kita baca pada ayat-ayat yang
dari lembaran-lembaran kertas. Dalam masa itu, ada juga riwayat yang
Kompilasi ini disebut dengan istilah suhuf. Ia merupakan kata jamak suhuf
( )ﻑحصsecara literal artinya, kepingan atau kertas dan saya percaya ini
22 Ibid, 164-165
23 Ibid, 100
29
dan ayat secara tepat, dan kemungkinan besar sebagai seorang putra Madinah
dia menggunakan script dan ejaan Madinah yang umum atau konvensional
tumpukan kertas itu tidak tersusun rapi. Oleh karena itu, dinamakan shuhuf.
Hanya lima belas tahun kemudian, saat Khalifah Utsman berupaya mengirim
dan ia mampu memproduksi kitab al-Qur’an dalam ukuran kertas yang sama
pitam seperti kegilaan. Saat menemukan orang tersebut yang tidak lain
Qur’an dan juga keislaman. Ia mendesak agar Umar dapat mengutus para
tersebut yang masing-masing terdiri dari dari Mu’adz, Ubadah, dan Abu
Darda. Umar meminta mereka untuk terus menuju Hims yang setelah
mencapai tujuan, salah satu dari mereka agar pergi ke Damaskus dan
Mu’adz meninggal dunia setelah itu dan Abu Darda tinggal di Damaskus
keliling dalam memantau kemajuan mereka. Bagi mereka yang telah lulus
tingkat dasar, dapat mengikuti bimbingan lansung beliau agar murid yang
24 Al-A’zami, Sejarah Teks aL-Qur’an dari Wahyu sampai Kompilasi, (Jakarta: Gema Insani,
2014), 85
31
Di ibu kota, Umar mengutus Yazid bin Abdullah bin Qusait untuk
mereka sudah belajar. Dia juga menunjuk tiga sahabat yang lainnya di
belas dirham per bulan, dan setiap murid (termasuk orang dewasa)
Setelah ditikam oleh Abu Lu’lua (seorang hamba sahaya Kristen dari
isteri Rasulullah dan anak Khalifah; Hafshah itu seorang yang pandai
25 Al-A’zami, Sejarah Teks aL-Qur’an dari Wahyu sampai Kompilasi, (Jakarta: Gema Insani,
2014), 85-86
32
yang telah di surat itu dimaksudkan menjadi originil saja, bukan untuk
yang telah belajar al-Qur’an pada masa Nabi, masih hidup dan para
Usman bin ‘Affan sebagai khalifah ketiga. Pada masa ini dunia Islam
mengalami banyak perkembangan, apa yang terjadi pada masa Abu Bakar
juga tidak lagi ditemui pada masa ini. Banyak penghafal al-Qur’an
Abdullah bin Mas’ud. Penduduk Basrah berguru dan menerima bacaan al-
pertikaian sesama umat. Melihat hal ini Huzaifah berkata kepada Usman,
kembali al-Qur’an, tepatnya akhir tahun ke-24 H dan awal ke-25 H29
Abdullah bin Zubair, Said ibn al-Ash, dan Abdurrahman ibn al-Harits ibn
menyalin mushaf Abu Bakar yang dijaga oleh Hafshah ke dalam beberapa
mushaf.
Madinah untuk Usman sendiri dan yang terakhir inilah yang disebut
pembakuan dan mushaf- mushaf lain yang tidak sesuai untuk dibakar. Hal
dengan susunan surah dan ayat sebagaimana terlihat saat ini. Sebelum
29 Lihat al-Suyuti, Al-Itqan..., jilid 1, hlm. 132. Banyak perbedaan pendapat mengenai jumlah
mushaf yang dikirimkan Usman ke berbagai daerah. Manna‟ Khalil al-Qaththan dalam bukunya
Mabahis fi Ulumil Qur’an, hlm. 199, menuliskan: ada yang mengatakan 1) berjumlah 4 buah (masing-
masing dikirimkan ke Kuffah, Basrah, Syam, dan mushaf Imam), 2) 5 buah (masing-masing adalah
yang disebutkan pada poin pertama ditambah Mekkah). as-Suyuti berkata bahwa pendapat inilah yang
masyhur, 3) 7 buah (masing-masing adalah kota yang disebutkan sebelumnya ditambahkan Yaman dan
Bahrain). Sementara al-Ya’qubi, seorang sejarawan Syi‟ah mengatakan bahwa mushaf Usman ada
sembilan eksemplar, yang tersebar ke tujuh tempat sebelumnya ditambah wilayah Mesir dan al-
Jazirah, al-A’zami, Sejarah Teks al-Qur’an.., 105
35
dikenal oleh para sahabat, dan jika tetap terjadi perselisihan maka
ditulis oleh para sahabat sebagai penjelasan atas suatu bagian al-Qur’an,
Semenjak saat itu sejarah mencatat, hasil kodifikasi Usman bin ‘Affan
cukup efektif untuk dapat mengikat persatuan umat Islam dalam ranah
waktu yang cukup lama, yakni hingga masa kekhalifahan Abdul Malik
bin Marwan.
model dan metode tulisan yang digunakan didalam mushaf Usman ini
diantaranya:
sebagai berikut:
Tabel 2.1: Perbedaan Kodifikasi al-Qur’an Masa Abu Bakar dan Masa Usman
bahasa berarti menggambar, atau melukis. Rasm berarti gambar, bentuk, rupa.
digunakan dalam pembahasan ini ialah pola atau bentuk tulisan yang
standar dalam setiap kali menggandakan al-Qur’an, oleh karena itu rasm itu
sama, yaitu ‘tulisan’. Usmani, dengan ya’ nisbah dalam disiplin gramatikal
bahasa Arab adalah penisbatan terhadap nama khalifah ketiga, ‘Utsman bin
sebagai bekas penulisan al-Qur’an yang polanya pernah dibakukan pada masa
diartikan sebagai cara penulisan al-Qur’an yang telah disetujui oleh ‘Utsman
30
Zainal Arifin, “Mengenal Rasm Usmani; Sejarah, Kaidah, dan Hukum Penulisan aL-Qur’an
dengan Rasm Usmani”, Lajnah Pentashihan Mushaf aL-Qur’an, Jakarta, Shuhuf Vol. 5, No. 1, 2012: 1
– 18, 3
31 Ibid. 3
38
bin ‘Affan pada waktu penulisan mushaf. Definisi senada juga dikemukakan
dipercayakan kepada Zaid bin Tsabit bersama tiga orang Quraisy yang
disetujui ‘Utsman.
lah yang menetapkan pola penulisan al-Qur’an yang dilakukan Zaid bin
Tsabit, ‘Abdullah bin Zubair, Sa‘ad bin al-‘As dan ‘Abdullah bin
‘Abdurrahman bin al-Haris bin Hisyam. Adapun yang dijadikan rujukan oleh
‘Utsman adalah suhuf Abu Bakar, yang merupakan hasil pengumpulan dari
dalam Mushaf Usman ini bersumber pada satu tulisan yang dilakukan para
mushaf Usmani bukan berdasarkan rekayasa atau ijtihad para sahabat di masa
Beralih dari definisi dasar kata rasm, dalam diskursus ulumul Qur’an
rasm dibahas lebih luas dalam ilmu rasm. Ilmu rasm ini muncul dari sejarah
panjang mushaf Usmani yang mengakomodir seluruh pola tulisan dalam al-
32 Miga Mutiara, “Kajian Ilmu Rasm Usmani Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf
Madinah”, Skripsi, (UIN Syarif Hidayatullah: 2019), 52.
33 Atifah Thoharoh, “Mushaf aL-Qur’an Standar Usmani Indonesia dan Mushaf Madinah
Qur’an. Secara teoritis ilmu rasm merupakan ilmu yang mempelajari tentang
penulisan mushaf al-Qur’an yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam
Adapun seperti yang dikemukakan Badan Litbang, ilmu rasm Usmani ini
Usmani dan kaidah-kaidah rasm Qiyasi atau Imla’i (rasm biasa yang selalu
‘bahasa’ saja tanpa adanya tulisan dunia ini bagaikan ruangan yang tidak
lapisan.
34 Atifah Thoharoh, “Mushaf aL-Qur’an Standar Usmani Indonesia dan Mushaf Madinah
(Kajian atas Ilmu Rasm)”, Skripsi, (IAIN Tulungagung: 2018), 47.
40
Tahapan ini meliputi sejarah tulisan arab sendiri, rasm mushaf, hingga
karakter tulisan Arab pada abad ke-4 atau ke-5. Menurut Taufik Adnan
permulaan abad ke-6, tulisan tersebut telah mencapai daerah Siria Utara
tulisan ini berasal dari Hirah (sebuah kota dekat Babilonia) dan Anbar
(sebuah kota di Efrat). Hal ini sesuai kisah bahwa tulisan Arab sampai ke
35 Ibid,50.
36 Miga Mutiara, “Kajian Ilmu Rasm Usmani Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf
Madinah”, Skripsi, (UIN Syarif Hidayatullah: 2019), 52-53.
41
aksara Arab berasal dari suku Bawlan yang mendiami Anbar.37 Bahkan
masih dari riwayat yang sama, dikutip dari Taufik Adnan Amal
Sa’fad dan Qurusa’at (nama raja-raja Madyan pada masa Nabi Syu’aib).38
tersebut. Adapun bentuk tulisan ini disinyalir paling mirip dengan tulisan
Penggunaan khat Kufi ketika itu untuk menyalin tulisan al-Qur’an. Bentuk
tulisan kedua adalah Khat Naskhi, yang bersumber dari tulisan Nabthi
Pada abad ke-7 Masehi, yakni pada masa Rasulullah, tulisan yang
digunakan hanya terdiri atas simbol dasar yang hanya melukiskan struktur
37 Ibid, 53. Juga terdapat di Atifah Thoharoh, “Mushaf aL-Qur’an Standar Usmani Indonesia
dan Mushaf Madinah (Kajian atas Ilmu Rasm)”, Skripsi, (IAIN Tulungagung: 2018), 51. Penjelasan
lebih lanjut ada di Adnan amal, Rekonstruksi Sejarah,... hlm. 148. Bandingkan dengan riwayat yang
dinukil oleh Ibn Faris dalam kitab Fiqhul Lughah, hlm. 7 yang dipaparkan as-Suyuthi,bahwa yang kali
pertama menulis bahasa Arab, Suryani dan semua kitab-kitab adalah Adam sebelum meninggalnya
sekitar tiga ratus tahun. Dia menuliskan pada suatu tanah yang dibakarnya. Maka, ketika terjadi banjir
besar setiap kaum menemukan tulisan itu kemudia mereka menulinya kembali. Adapun yang
mengatakan bahwa yang menemukan tulisan Arab adalah Ismail. Bahkan dia yang membuat setiap
kata dengan lafadz dan maknanya, dan menjadikannya sebagai satu buah tulisan, seperti sesuatu yang
saling menyambung tanpa dipisah pada masing-masing hurufnya. Kemudian dipisahkan oleh anak-
anaknya. Jalaluddin al-Suyut}i, al-Itqan fi „Ulum al-Qur‟an (Beirut, Libanon: Dar al-Fikr, 2010),
hlm. 535-536
38 Atifah Thoharoh, “Mushaf aL-Qur’an Standar Usmani Indonesia dan Mushaf Madinah
cara yang amat sederhana yakni dalam bentuk garis lurus tanpa titik dan
baris. Keadaan semacam ini masih berlanjut sampai pasca Nabi wafat dan
masa khalifah, penulisan al-Qur’an masih dalam bentuk yang sama belum
satu bacaan, yang belum menggunakan tanda baca seperti titik dan simbol-
seperti yang dikenal saat ini yang dilengkapi dengan tanda-tanda baca,
sehingga sulit membedakan antara huruf ya’( ) ﻱdan ba’ () ب. Demikian
pula antara sin ( ) سdan syin () ﺶ, antara ta’ ( ) طdan za’ ()ﻈ, antara jim
() ﺝ, ha () ح, dan kha’ () ﺥ, dan seterusnya. Meski demikian, para sahabat
mengandalkan hafalan.41
40 Ibid, 53.
41 Miga Mutiara, “Kajian Ilmu Rasm Usmani Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf
Madinah”, Skripsi, (UIN Syarif Hidayatullah: 2019), 54-55.
43
disebelah timur, Afrika disebelah selatan, dan beberapa wilayah non Arab
Masalah ini mulai disadari oleh pemimpin dunia Islam ketika Ziyad
42 Atifah Thoharoh, “Mushaf aL-Qur’an Standar Usmani Indonesia dan Mushaf Madinah
(Kajian atas Ilmu Rasm)”, Skripsi, (IAIN Tulungagung: 2018), 54.
43 Miga Mutiara, “Kajian Ilmu Rasm Usmani Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf
(Kajian atas Ilmu Rasm)”, Skripsi, (IAIN Tulungagung: 2018), 54. Banyak perbedaan pendapat
tentang usaha pertama ini, mayoritas ulama berpendapat, termasuk al-Suyuti mengatakan bahwa Abu
Aswad ad-Du’ali adalah orang pertama yang melakukan usaha tersebut. Ad-Du’ali merupakan peletak
dasar-dasar kaidah bahasa Arab pertama atas permintaan Ali bin Abi Thalib. Bandingkan dalam
pemaparan Muhammad Quraish Shihab, at. all, dalam buku Sejarah dan ‘Ulum al-Quran, bahwa
khalifah Abdul Malik bin Marwan memerintahkan ulama besar al-Hajjaj ibn Yusuf al-Saqafi untuk
yang kemudian distandarkan penggunaanya atas bantuan Nashr ibn I‟Ashim dan Yahya ibn Ma‟mur.
Muhammad Quraish Shihab, at. all, Sejarah & „Ulum al-Quran,... hlm. 32 ; Hal senada juga
diungkapkan oleh Zainal Arifin yang memaparkan bahwa tanda diakritik diawali dengan harakat
berbentuk titik (naqt al-i’rab) atas jasa Abu al-Aswad al-Duali atas perintah Gubernur Basrah Ziyad
(berkuasa pada tahun 45-53 H/666-673 M) pada masa kekhalifahan Mu’awwiyah, disusul kemudian
titik huruf (naqqt al-I’jam) atas jasa Nasr bin ‘Asim (w. 90 H/709 M) dan Yahya bin Ya’mar (w.
Sebelum 90 H) pada masa ;Abd al-Malik bin Marwan (w. 86 H/705 M), karena membingungkan,
sebab keduanya sama-sama dengan tanda titik kemudian disempurnakan oleh Khalilbin Ahmad (w.
170 H/786 M) titik harakat yang dikeal sekarang. Lihat Zainal Arifin Madzkur, Perbedan Rasm
Usmani, 49.
44
orang musyrikin”.
Abu al-Aswad al-Duali memberi tanda fathah atau tanda bunyi (a)
dengan membubuhkan tanda titik satu di atas huruf, tanda kasrah atau
45 Miga Mutiara, “Kajian Ilmu Rasm Usmani Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf
Madinah”, Skripsi, (UIN Syarif Hidayatullah: 2019), 56; Al-Subhi al-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu al-
Qur’an, 117-118.
45
tanda bunyi (i) dengan membubuhkan tanda titik satu dibawah huruf,
tanda dammah atau tanda bunyi (u) dengan membubuhkan tanda titik satu
huruf alif ( ) kecil diatas huruf untuk tanda vokal ‘a’, huruf ya’ ( )یkecil
dibawah untuk vokal ‘i’, huruf waw ( )ﻭkecil didepan huruf untuk tanda
tempat alif yang dibuang dengan warna merah, pada tempat hamzah yang
dibuang dengan hamzah warna merah tanpa huruf. Pada nun dan tanwin
yang berhadapan dengan huruf ba’ diberi tanda iqlab dengan warna
merah. Nun dan tanwin berhadapan dengan huruf halqiyah diberi tanda
46 Nur Faizah, Sejarah aL-Qur’an, (Jakarta Barat: CV Artha Rivera, 2008), 194.
47 Atifah Thoharoh, “Mushaf aL-Qur’an Standar Usmani Indonesia dan Mushaf Madinah
(Kajian atas Ilmu Rasm)”, Skripsi, (IAIN Tulungagung: 2018), 55-56.
48 Nur Faizah, Sejarah aL-Qur’an, (Jakarta Barat: CV Artha Rivera, 2008), 194.
46
pula masyarakat non-Arab yang masuk Islam, maka timbul upaya untuk
antara satu dengan yang lainnya misalnya penambahan titik diatas huruf د
maka menjadi huruf ذ. Penambahan titik yang bervariasi pada sejumlah
huruf dasar ﺏmaka menjadi huruf ت, ث,huruf dasar حmenjadi ج, خ, ﺱ
dibedakan dengan ش, dst. Pada ﻥdan tanwin sebelum huruf ﺏdiberi
tanda iqlab dengan huruf ﻡberwarna merah. Sedangkan nun dan tanwin
sebelum huruf tekak (halaq) diberi tanda sukun dengan warna merah.
Adapun huruf nun dan tanwin tidak diberi tanda apa-apa ketika idgham
dan ikhfa’. Setiap huruf yang harus dibaca sukun (mati) diberi tanda sukun
dan huruf yang di-idghamkan tidak diberi tanda sukun tetapi huruf yang
sesudahnya diberi tanda syiddah; kecuali huruf ﻁ, sebelum تmaka sukun
47
baik dan tanda-tanda yang khas. Seperti untuk huruf yang di syiddah
diberikan sebuah tanda seperti busur. Sedangkan untuk alif washal diberi
seperti pola kufi, maghribi, nasqh, dll. Bahkan secara bertahap mulai
hizb (satu hizb terdiri atas empat rub’u), dan juz (satu jus terdiri atas
Qur’an terdiri atas 240 rub’u, atau 60 hizb, atau 30 juz. Selain
49 Atifah Thoharoh, “Mushaf aL-Qur’an Standar Usmani Indonesia dan Mushaf Madinah
(Kajian atas Ilmu Rasm)”, Skripsi, (IAIN Tulungagung: 2018), 56-57.
48
tanda pembagian surat dengan jumlah ruku’ dan tilawah. Tanda dari
Qur’an edisi baru yang dibubuhi tanda simbol bacaan tidak muncul secara
proses, yaitu:52
Rasm Usmani adalah rasm (bentuk tulisan) yang telah diakui dan diwarisi
umat Islam sejak kekhalifahan Usman bin Affan (wafat 644 M). Namun
50 Atifah Thoharoh, “Mushaf aL-Qur’an Standar Usmani Indonesia dan Mushaf Madinah
(Kajian atas Ilmu Rasm)”, Skripsi, (IAIN Tulungagung: 2018), 59.
51 Ibid, 59.; Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah al-Qur‟an,... 325.
52 Nur Faizah, Sejarah aL-Qur’an, (Jakarta Barat: CV Artha Rivera, 2008), 195.
49
Qur’an itu tauqifi, sebab tak seujung rambut pun para sahabat dan orang
Banyak ulama yang mengatakan bahwa Rasm al-Usmani itu bukan tauqifi,
bukan ketetapan Nabi, melainkan suatu cara penulisan yang disetujui oleh
Khalifah Usman dan diterima umat islam dengan baik. Karena itu,
dilanggar.
istilah dan tata cara, dan tidak ada salahnya jika menyalahi bila orang telah
mempergunakan suatu rasm untuk imla’ dan rasm itu telah dikenal umum
53 Ibid, 191-193.
50
ulama menggunakan dua istilah rasm dalam penulisan al-Qur’an, yakni rasm
1. Rasm Usmani 54
Yaitu cara penulisan al-Qur’an yang disepakati khalifah Usman bin ‘Affan
Wasl), dan menulis salah satu kalimat yang memiliki bacaan lebih dari
54 Atifah Thoharoh, “Mushaf aL-Qur’an Standar Usmani Indonesia dan Mushaf Madinah
(Kajian atas Ilmu Rasm)”, Skripsi, (IAIN Tulungagung: 2018), 62.
51
Pada dasarnya, pola penulisan bahasa Arab yang tertulis adalah sesuai
dengan apa yang diucapkan (imla’), tanpa terjadi pengurangan (nuqs) dan
pada dasarnya tidak sesuai dengan kaidah pengucapannya, dan itu semua
dilakukan Usman bin ‘Affan dan para sahabat lainnya untuk tujuan yang
tersebut.
2. Rasm Qiyasi
dengan ( )قsaja. Contoh dari rasm qiyasi adalah lafadz ) ﺍﻥﺍditulis dengan (
Begitu juga dengan hamzah washal seperti ( )قحلﺍ ءﺍج. Hamzah pada
berada di tengah kalimat. Hal ini dikarenakan, jika dimulai dari awal
52
ma’rifat atau isim nakirah atau diidhafahkan kepada isim zahir, maka
ditulis ةويحلا, ةوكزلا ةولصلا, . Ini hanya merupakan contoh kecil dari
3. Rasm ‘Arudi57
berbunyi: ﻩلﻭدﺱ ﻯخرﺍ رحﺏلﺍ جﻭﻡك ليل ﻭkarena harus menyesuaikan dengan
wazan bahr tawil yang berbunyi: ﻥيليع ﺍﻑﻡ ﻥﻭلﻭعﻑ ﻥيليع ﺍﻑﻡ ﻥﻭلﻭعﻑkemudian
55 Miga Mutiara, “Kajian Ilmu Rasm Usmani Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf
Madinah”, Skripsi, (UIN Syarif Hidayatullah: 2019), 56; Al-Subhi al-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu al-
Qur’an, 58-59.
56 Atifah Thoharoh, “Mushaf aL-Qur’an Standar Usmani Indonesia dan Mushaf Madinah
Madinah”, Skripsi, (UIN Syarif Hidayatullah: 2019), 56; Al-Subhi al-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu al-
Qur’an, 59.
53
sehingga banyak rumusan kaidah dari para pakar yang berbeda antara satu
dilihat dalam karya monumental Abμ Amr Sa‘id ad-Dani (w. 444 H/1052 M)
literatur dikenal sebagai karya puncak dalam disiplin ilmu Rasm Usmani.
dengan menggunakan model bab dan fasl. Klasifikasi bab untuk pembahasan
yang tidak memiliki detail permasalahan yang rumit. Namun bila dalam
cakupan satu bab masih belum selesai, biasanya akan diperjelas dengan
sudah dimulai sejak masa sebelum ad-Dani, tepatnya pada era Abil-‘Abbas
Ahmad bin ‘Ammar al-Mahdawi (w. 440H) dalam kitab Hija' Masahif al-
kemudian berlanjut pada masa Ibnu Wasiq al-Andalusi (w. 654 H) dalam
belakangan yang rupanya lebih banyak diterima dan diikuti oleh para
54
pemerhati ilmu Rasm Usmani adalah formulasi yang disusun oleh Jalaluddin
Hazf adalah kaidah pertama dari enam kaidah utama rasm Usmani. Al-
Hazf dalam bahasa Arab berasal dari kata dasar hazf yang berarti membuang
atau menghilangkan (sesuatu). Adapun dalam ilmu rasm, istilah hazf berarti
menggugurkan salah satu dari lima huruf hijaiyyah yaitu alif, waw, ya’, lam,
dan nun. Adapun pada pembahasan ini peneliti mengacu pada kaidah al-
Suyuti dalam al-Itqan, bahwa hazf ada empat huruf, yakni alif, waw, ya’, dan
lam. Pembagian istilah hazf huruf sendiri terbagi menjadi tiga macam yaitu:
Katsir dan Abu Amr. Ada pembuangan huruf alif pada dua kalimat
diatas agar dua bacaan tersebut dapat dicakup oleh satu tulisan saja.
Qur’an. Contoh: membuang alif dari setiap jama’ mudzakar salim atau
surat al-Anfal: 42) ditulis menjadi دعيﻡلﺍ. Perlu untuk diketahui bahwa
hukum penulisan seperti ini hanya berlaku pada surat ini saja,
Tabel 2.3:
3. Huruf Wawu
penambahan huruf-huruf dalam disiplin ilmu rasm ada tiga, yaitu: huruf alif,
Penulisan hamzah dalam rasm usmani ada empat pola, yaitu a) terkadang
terkadang ditulis dalam bentuk huruf ya’, dan d) terkadang tanpa bentuk
Pada kaidah ini berlaku aturan: mengganti huruf alif dengan huruf waw
e. al-Fasl wa al-Wasl
Penulisan an disambung
dengan la. Kecuali: QS. Al-
A’raf: 105 dan 109, QS.
1. أﻥ ﻻ ﺍﻻ Hud: 26, QS. Yasin: 60, QS.
Ad-Dukhan: 19, QS. Al-
Mumtahanah: 12, QS. Al-
Qalam: 24.
Penulisan min disambung
dengan ma. Kecuali: QS. Al-
2. ﻣﻦ ﻣﺎ ﻣﻤﺎ Nisa:5, QS. Al-
Munafiqun:10, QS. Al-
Rum:28
Penulisan ‘an disambung
3. ﻋﻦ ﻣﺎ ﻋﻤّﺎ dengan ma. Kecuali:
ﻋﻦ ﻣﺎ ﻧﻬﻮﺍ
f. Menulis salah satu qira’at yang memiliki bacaan lebih dari satu
60
qira’ah syazzah. Penulisan kata yang dapat dibaca dua bunyi maka
seperti dalam QS. al-Fatihah: 4, kata كلﻡpada ayat tersebut huruf mim bisa
Perlu ditekankan bahwasanya pola seperti diatas tidak berlaku untuk semua
kaidah tersebut. Oleh karena itu, hakikat rasm Usmani tidak tunduk pada
kaidah tertentu. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Muhammad Thahir
Abdul Qadir;
“Tidak mungkin kita mengkuti rasm usmani pada penulisan kita secara
karena itu, mereka mengatakan bahwa tulisan mushaf tidak memiliki aturan
yang baku”.
terdapat tanda ‘ain (alfabetik arab ke 18), yang disertai angka, baik di atas,
di tengah, maupun di bawah. Tanda ‘ain inilah yang oleh umat islam biasa
dikenal sebagai ruku’, atau tanda berhenti membaca. Posisi tanda ‘ain
bersifat baku, berada pada posisi tertentu yang tak dapat dirubah.
dan 21 halaman.
sehingga awal halaman menjadi awal ayat dan akhir halaman menjadi
akhir ayat. Dalam keteraturan ini juga terdapat deviasi atau fenomena
ayat yang terpotong oleh pergantian halaman, yaitu pada halaman 484
62
Qur’an.
5. Di atas setiap surat terdapat tulisan Basmalah sebagai kop surat, terkecuali
pencantuman basmalah. Setiap kop surat ditulis dalam dua baris, tapi
terdapat dua surat yang kop-nya hanya ditulis dalam satu baris, yaitu pada
surat al-Hijr dan an-Naml. Kop surat dalam al-Qur’an Mushaf Utsmani,
6. Setiap awal juz dimulai pada halaman seblah kiri, kecuali juz 1. Setiap
awal juz ditandai oleh cetak tebal pada beberapa huruf di ayat awal juz,
kecuali juz 1 dimana cetak tebalnya surat al-Fatihah (7 ayat) dab surat al-
baqarah (4 ayat). Fenomena cetak tebal dalam permulaan juz berbeda satu
sama lain. Ada yang terdiri hanya duhuruf seperti (ha mim) dalam juz 26,
sesuai dengan Imam qira’at dari masing-masing pembawa. Misalnya qira’ah Hafs
dari Imam ‘Asim (beredar di sebagian besar negara Islam), Warsy dari Nafi’ (banyak
beredar di wilayah Afrika Utara), ada pula ad-Dauri dari Abd ‘Amr (beredar di
negara Sudan). Adapun pada penelitian ini, penulis melakukan kajian pada mushaf al-
Qur’an qira’ah Hafs dari Imam ‘Asim yaitu Mushaf Standar Indonesia dan pada
mushaf al-Qur’an qira’ah Warsy dari Nafi’ yaitu Mushaf Asy-Syarif Maroko.
pesat. Hal ini terbukti dari adanya lembaga percetakan al-Qur’an dibawah naungan
LPMQ Museum Bayt al-Qur’an, Jakarta. Adapun mushaf yang beredar di Indonesia
tidak hanya golongan mushaf terbitan dalam negeri saja, melainkan beberapa mushaf
terbitan luar Negeri juga beredar bebas di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah
peran jamaah haji yang membawa al-Qur’an ini dari tanah suci, yang dalam
tidak memperlihatkan perbedaan yang mencolok, bahkan terkesan tidak ada bedanya
membacanya, maka akan tampak perbedaan penulisan yang digunakan. Bahkan bagi
orang awam yang telah terbiasa menggunakan Mushaf al-Qur’an Standar Usmani
63
64
Adapun mushaf yang dimaksud penulis adalah mushaf al-Qur‟an riwayat Hafs dari
Imam Ashim, yaitu Mushaf Syaamil Qur’an Tikrar dengan mushaf al-Qur’an riwayat
berarti patokan atau standar baku.60 Hal ini juga dikuatkan dengan
atas Mushaf Standar Usmani 1983 dan 2002,” Jurnal Suhuf, vol. 4, no. 1 (2011), 3. Lihat juga Miga
Mutiara, “Kajian Ilmu Rasm Usmani Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Madinah”, Skripsi, UIN
Syarif Hidayatullah: 2019, hlm. 56; Al-Subhi al-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu al-Qur’an, 23.
62 Puslitbang Lektur Agama, “Hasil Musyawarah Kerja (Muker) Ulama Al-Qur‟an IX”,
Jakarta: Departemen Agama, 1982-1983, hlm, 96 dan 104. Lihat juga, Atifah Thoharoh, Mushaf l-
Qur’an Standar Usmani Indonesia dan Mushaf Madinah (Kajian atas Ilmu Rasm), Skripsi, (IAIN
Tulungagung, 2018), 93.
65
diterbitkan di Indonesia.63
Usmani (untuk orang awas), Mushaf Braille (bagi para tunanetra), dan
dokumen hasil Muker I - IX, mushaf standar ini disebut dengan beberapa
salah satu dari ketiga mushaf standar Indonesia tersebut. Yakni mushaf al-
63Zainal Arifin, “Mengenal Mushaf al-Qur’an Standar Usmani Indonesia; studi Komparatif
atas Mushaf Standar Usmani 1983 dan 2002,” Jurnal Suhuf, vol. 4, no. 1 (2011), 3
66
Badri Yunardi terbagi menjadi enam alasn, yang akan melahirkan mushaf
Hal ini dirasa sangat perlu memiliki pedoman kerja yang sifatnya
64 E. Badri Yunardi, “Sejarah Lahirnya Mushaf Standar Indonesia,” Jurnal-Lektur, vol. 3, no.
2 (2005), 280-282. Dan Atifah Thoharoh, “Mushaf aL-Qur’an Standar Usmani Indonesia dan Mushaf
Madinah (Kajian atas Ilmu Rasm)”, Skripsi, (IAIN Tulungagung: 2018), 95-98.
67
masih minim. Menurut Badan Litbang Agama, pada waktu itu masih
bacanya akan dijumpai berbagai ragam tanda baca yang berbeda satu
sekalipun tanda baca itu kurang tepat, ayat-ayatnya tetap akan dibaca
dengan benar.
hurufnya yang tebal (gemuk) dan jelas. Sehingga mudah dibaca oleh
penggunaan harakat dan tanda waqaf. Bagi Lajnah fenomena ini tidak
yang beragam dan bervariatif, baik itu terbitan Timur Tengah maupun
memiliki pola waqaf yang serupa, dalam hal ini kaidah standarisi
tanda baca, harakat dan tanda waqaf versi mushaf luar Negeri, termasuk
Arab. Akan tetapi penting juga adanya penelitian atau pengenalan mengenai
paham. Bagi masyarakat awam tentulah menjadi resah dan bingung dalam
tidak terlalu memusingkan hal ini. Akan tetapi kondisi masyarakat dan letak
Keputusan Menteri Agama No. B. III/ 2-0/ 7413, pada tanggal 1 Desember
1975. Pada masa ini Lajnah merupakan lembaga ad hoc (organisasi) dan
dan sejak tahun 2007 bernama Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran, yang
dirasa sangat perlu memiliki pedoman kerja yang sifatnya tertulis. Karena
65 Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI, Sejarah Penulisan Mushaf al-Qur’an Standar
Indonesia, 2-4.
71
rasm, harakat, tanda-tanda baca dan tanda waqaf. Sementara itu, 6 kali
lainnya.
66 E. Badri Yunardi, “Sejarah Lahirnya Mushaf Standar Indonesia,” Jurnal-Lektur, vol. 3, np.
2 (2005): 280
72
belas Musyawarah Kerja Ulama dan hasil yang dicapai untuk tujuan
tersendiri.
67 E. Badri Yunardi, “Sejarah Lahirnya Mushaf Standar Indonesia,” Jurnal-Lektur, vol. 3, np.
2 (2005): 283
73
Arab Braille, dirintis jalan menuju al-Qur’an Arab Braille yang mirip
68 Ibid, 284
74
bacanya.
c) Tanda Mad Jaiz, Mad Wajib, dan Mad Lazim Mustaqqal Kalimy/Harfr
69 E. Badri Yunardi, “Sejarah Lahirnya Mushaf Standar Indonesia,” Jurnal-Lektur, vol. 3, np.
2 (2005): 285
75
berikutnya ( XI-XXX)
Wyata Guna.
merupakan pegangan/acuan.
70Ibid,285
71E. Badri Yunardi, “Sejarah Lahirnya Mushaf Standar Indonesia,” Jurnal-Lektur, vol. 3, np.
2 (2005): 286
76
b) Hal-hal baru dari hasil penulisan juz XI -XXX perlu dihimpun unhrk
diteliti.
cr dan I
72 Ibid, 286
77
tempatnya.
c) Tanda sifir lonjong digunakan pada kata (ul) kecuali bila berhadapan
f) Kata yang ada huruf ya dan alif zaidah, dalam al-Qur’an Braille ditulis
8. Muker Ulama Ahli al-Qur’an VIII, Tugu Bogor, 22'24 Fabruari 1982
10. Muker Ulama Ahli al-Qur'an X, Masjid Istiqlal, 28-30 Maret, 1984
Indonesia.
11. Muker Ulama Ahli al-Qur’an XI, Masjid Istiqlal, 19 - 2l Maret 1985
79
elektronik.
yayasan.
12. Muker Ulama Ahli al-Qur’an XII, Masjid Istiqlal, 26-27 Maret 1986
Qur’an Standar.
80
Qur’an di Indonesia.
13. Muker Ulama Ahli aI-Qur'an XIII, Tugu Bogor, 12-14 Maret 1987
tingkat kecamatan.
14. Muker Ulama Ahli al-Qur’an XIV, Ciawi Bogor, 25-27 Februari 1988
15. Muker Ulama Ahli al-Qur’an XV, Jakarta, 23-25 Maret 1989
penulisannya.
dan X-XIV.
c. Penggunaan Harakat.
kaidah Baghdadiyah.75
sebelah kiri.
73 Atifah Thoharoh, “Mushaf aL-Qur’an Standar Usmani Indonesia dan Mushaf Madinah
2 (2005): 293-295.
75 Miga Mutiara, “Kajian Ilmu Rasm Usmani Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf
Madinah”, Skripsi, (UIN Syarif Hidayatullah: 2019), 107. Dan terdapat pada Proyek Penelitian
Keagamaan, Mengenal al-Qur’an Standar Indonesia, (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Agama, 1984-1985), 43.
83
dicetak dengan gaya baru seperti itu. Ada pula al-Qur’an yang
Mushaf Standar Indonesia memilih bentuk Khat Nasakh. Dalam hal ini
terdapat perbedaan gaya tulisan, seperti model khat Nasakh pada al-
Qur’an terbitan India atau Pakistan yang terkenal dengan nama Mushaf
Khat Nasakh ala Bombay yang tebal-tebal itu, karena cukup jelas
Dalam bebrapa jenis al-Qur’an terdapat tanda izhar berupa nun kecil.
sebagai tanda waqaf. Karena itu tanda tersebut tidak dibubuhkan pada
al-Qur’an Standar.
mestinya.
84
berhimpitan.
Hal semacam itu selain menyulitkan bagi pembaca, juga bisa berakibat
menjadi salah arti. Untuk menghindari salah baca dan salah arti maka
Standar Indonesia.
tidak memahami suku kata dalam bahasa Arab, hal itu tidak kentara
kalau itu salah memotong kata. Contoh: ﻩيﻑ ذقﺍ ﻥﺍseharusnya ditulis ﻥﺍ
ﻩيﻑذقﺍ. Memang dibaca tidak akan salah, tetapi bagi yang mengerti bahasa
Arab akan tampak ganjil pemotongan yang demikian itu. Oleh karena
itu dalam Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia hal serupa itu telah
j. Sambungan yang kurang mengena di awal baris atau akhir baris sudah
Seperti telah diketahui bahwa diantara perbedaan yang timbul dalam al-
a. Penulisan Rasm76
Qur’an tersebut. Artinya, selama tulisan rasm yang ada dalam al-Qur’an
tulisan yang ada itu dibakukan saja. Apakah tulisan itu berdasarkan pada
sistem yang ditulis oleh Ad-Dani atau oleh Abu Daud. Akan tetapi, bila
tidak sesuai dengan salah satu dari dua buku pokok tersebut, maka
satu rujukan yang ada itu. Dengan demikian sistem penulisan al-Qur’an
penulisannya ada kalanya ada yang mengacu kepada Ad-Dani dan ada
b. Penulisan Harakat77
yang berposisi sebagai huruf yang disukun untuk mad tabi’i. Adapun
(di tulis ganda dengan posisi sejajar) untuk semua huruf tanpa melihat
77Atifah Thoharoh, “Mushaf aL-Qur’an Standar Usmani Indonesia dan Mushaf Madinah
(Kajian atas Ilmu Rasm)”, Skripsi, (IAIN Tulungagung: 2018), 99-101
87
terdapat pada “ha damir” atau pada kata-kata tertentu pada mad tabi’i
fathah/ kasrah berdiri, selain terdapat pada “ha damir” juga terdapat
membaca tersebut adalah: idgam, iqlab, mad wajib, mad jaiz, dan mad-
Dalam MASU Indonesia alif qata’ tidak dibedakan dengan alif was}al.
atau di bawah alif, untuk alif qata’ atau penambahan huruf sad diatas
ketika berada di awal ayat dan waqaf tam atau di tengah ayat setelah
waqaf tam.
e. Penulisan Hamzah
ya tanpa titik.
wawu.
89
Nun silah adalah nun kecil yang diletakkan di bawah alif wasl, yang
g. Sifr (bulatan)
Sifr adalah tanda berbentuk bulatan yang diletakkan di atas alif za’idah.
Bentuk alif sifir ada dua amcam, yaitu sifr mustadir (sifr bulat) dan sifr
mustatir (sifr lonjong). Sifr mustadir diletakkan di atas alif za’idah yang
h. Tanda-tanda Waqaf
a) Alif Wasl
90
b) Tanda-tanda Tajwid
2. ﺻﻠﻰ,ﻻ
a) Alif Wasl
Alif wasl yang terletak setelah tanda waqaf ﻯلص,( ﺍلghairu tam),
b) Tanda-tanda Tajwid
91
berhenti pada salah satu dari kedua tanda tersebut. Selain itu,
pembaca juga boleh tidak berhenti sama sekali pada kedua tanda
tersebut. Hukum pada tanda waqaf ini berbeda dari dua tanda waqaf
sebelumnya. Pada tanda waqaf ini, alif wasal tidak diberi harakat,
Indonesia80
diantaranya:
79 Atifah Thoharoh, “Mushaf aL-Qur’an Standar Usmani Indonesia dan Mushaf Madinah
(Kajian atas Ilmu Rasm)”, Skripsi, (IAIN Tulungagung: 2018), 101-104. Lebih jelasnya lihat Mazmur
Sya’roni, “Prinsip-prinsip Penulisan dalam al-Qur’an, “Jurnal-Lektur, vol. 5 , no. 1 (2007) 136-145
80E. Badri Yunardi, “Sejarah Lahirnya Mushaf Standar Indonesia,” Jurnal-Lektur, vol. 3, no.
2 (2005): 295.
92
Bombay.
alasan penulis memilih al-Qur’an Tikrar ini bukan untuk membahas tentang
mengenai pola penulisan atau rasmnya, yang terpenting adalah mushaf ini
Mushaf Standar Indonesia yang penulis teliti adalah Mushaf Syamil Tikrar
Barat. Mushaf ini telah ditashih oleh LPMQ pada tanggal 17 april 2014 masehi
atau 17 jumadis saniyah 1435 hijriyah dan ditanda tangani oleh H. Shohib
93
sekretaris).
dan tebal 3,5 cm. Memiliki cover (sampul) berwarna hijau tua, bertuliskan Al-
cover, dibagian atas tertuliskan Syaamil quran, bagian bawah tertuliskan Tikrar
Qur’an Hafalan , dan dibagian samping bawah tertulis Sygma Creative Media
Corp.
Mushaf ini bervolume 30 juz, 114 surat dan 6.236 ayat. Satu juz berisi 10
lembar atau sama dengan 20 halaman bolak-balik. Al-Qur’an ini merupakan al-
Qur’an pojok, artinya pada setiap ayat tidak ada yang terpotong ke halaman
lain. Pojok awal kanan atas sebagai awal ayat,dan pojok akhir kiri bawah
sebagai akhir ayat. Hal ini salah satu cara untuk memudahkan bagi para
pembaca dan penghafal al-Qur’an. Dan memiliki 15 baris. Ini termasuk Al-
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 3.3
Gambar 3.4
Gambar 3.5
B. Mushaf Maroko
memiliki wilayah yang sebagaian besar terdiri dari gurun dan pegunungan
yang terjal. Ia merupakan salah satu dari hanya tiga negara (dengan Spanyol
dan Perancis) yang memiliki garis pantai di Samudra Atlantik dan juga di Laut
Mediterania.81
33.800.000 dan luas 446.550 km² (172.410 sq mi). Ibu kotanya adalah Rabat,
Tangier, Tetouan, Sale, Fes, Agadir, Menkes, Oujda, Kenitra, dan Nador.82
Maroko, dalam studi penulisan mushaf cakupannya tidak terbatas pada satu
81 Karena keterbatasan penulis dalam mencari data, penulis hanya menyampaikan sedikit
mengenai maroko. Kemudian mengenai kebijakan pemerintah mesir mengenai mushaf maroko juga
tidak dapat penulis temukan. Jadi penulis fokus untuk mengidentifikasi mushaf sesuai dengan mushaf
yang sekarang penulis jadikan bahan penelitian.
97
negara, tetapi seluruh negara yang berada di Afrika Utara, sebelah barat
Mesir.
yang lain, namun dalam teknik penulisan rasm dan tanda baca sangat
Dari segi qira’at, mushaf Maghribi biasanya mengacu pada dua perawi
Imam Nafi; (w. 169 H/ 785-6 M) yaitu Qalun (w. 220 H/835-6 M) dan
Warasy (w. 197 H/ 813-4 M). Dalam hal rasm secara umum mengacu pada al-
Muqni karya Abu ‘Amr ad-Dani, salah seorang tokoh besar dalam ilmu qira’at
dan rasm usmani, yang lahir di Kordoba pada tahun 371 H/981-2 M dan wafat
Qur’an juga mengukuhkannya menjadi pakar dalam ilmu tanda diakritik al-
Qur’an (al-Dabt/ Syakl). Kitab al-Naqat dan al-Muhkan merupakan dua karya
induk yang sering dirujuk oleh para ahli setelahnya. Tidak satu pun ulama Al-
dengan tanda titik satu di bawah, sementara qaf titik satu di atas. Sebaliknya
mushaf Masraqiyah, menuliskan fa’ dengan titik satu diatas dan qaf dua titik
di atas. Kedua model tersebut tidak ada perbedaan dalam pembacaan. Terlebih
98
riwayat Warasy dari an-Nafi’. Yang diterbitkan oleh Librairie Es-Salam Al-
mengenai mushaf ini, antara lain adalah jumlah halaman mushaf ini 752,
maroko ()ﻁﻭﺱﺏﻡلﺍ ﻯﺏرﻍﻡلﺍ, supervisi teknis adalah Ismal Nafrasiy dan Abdus
Somad Fara, mesin cetak dari Fadas-Mesir, dan kertasnya berwarna putih 60
gram.
Pada halaman 747 adalah lembar izin dagang ( )ﻑحصﻡلﺍ لﻭﺍدتﺏ حيرصتdari
Writting & Translation. Dan pada halaman 745 juga ada lembar izin dagang
oleh Bapak Hamdi Hamani. Pada halaman 744 ada lembar pengesahan dari
ketua dan wakil. Dari halaman 732-743 ada lembar lampiran yang
cm. Memiliki cover (sampul) berwarna hijau muda, pada bagian tengah
83 Zainal Arifin Madzkur, Mengenal Mushaf Maghribi”, Lajnah Pentashihan Mushaf aL-
Qur’an, Badan Litbang dan Diklat Kemenag, 9 oktober 2018
99
bervolume 60 hizb (yang tersusun atas tsumun, rubu’ dan nisf), 114 surat dan
6.214 ayat.
Al-Qur’an Maroko ini bukanlah al-Qur’an pojok, artinya pada setiap ayat
ada yang terpotong ke halaman lain. Tidak menentu pojok awal kanan atas
sebagai awal ayat, dan pojok akhir kiri bawah sebagai akhir ayat. Bagi orang
Indonesia, bentuk huruf yang digunakan pada Mushaf Maroko ini cukup
membuat kesulitan membaca, karena bentuknya yang unik dan ada beberapa
huruf yang sangat berbeda dengan Mushaf Indonesia (yang mana perbedaanya
memberi batasan penelitian pada mushaf dan rasmnya. Jadi, penulis tidak
identitas mushaf ini hanya penulis ambil dari apa yang tertulis dan
Gambar 3.6
Gambar 3.7
Gambar 3.8
Gambar 3.9
MUSHAF MAROKO
istilah tarjih al-riwayat, yakni upaya memilih salah satu pendapat ulama yang
dipandang lebih kuat diantara beberapa pendapat yang ada. Sebagaimana dalam
disiplin hadis terdapat terminologi al-shaikhani (dua guru besar) yaitu Imam al-
Bukhari dan Imam Muslim. Maka dalam ilmu rasm usmani yang dimaksudkan adalah
Abu ‘Amar Sa’id bin ‘Usman al-Dani (w. 444H/ 1052 M) dalam kitab Al-Muqni Ahl
al-Amsar dan Abu Dawud Sulaiman bin Najah (w. 496 H/ 1102 M) dalam Mukhtasar
hamzah (hamz), pergantian huruf (al-Badal), menyambung dan memisah kata (al-
wasl wal fasl) terdapat dua qiro’ah lalu dtulis dengan salah satunya. Dalam satu
mushaf, tidak mungkin hanya ditulis atau disalin dengan riwayat satu imam saja,
tanpa menyertakan imam lainnya. Bahkan antara al-syaikhani dari keduanya pun
Dalam bab ini penulis akan menganalisis perbedaan dan persamaan Mushaf
al-Qur’an Standar Usmani Indonesia (MASU) dan Mushaf Maroko (MM), dimulai
dari karakteristiknya hingga peninjauan penulisan rasm dan riwayat khususnya pada
102
103
No Karakteristik MASU MM
Bersumber dari al-Qur’an Bersumber dari al-Qur’an
1. Sumber
Usmani Usmani
Librairie Es-Salam Al-
PT. Stgma Examedia Jadida
2. Penerbit
Arkanleema
()ﻣﻜﺘﺒﺔ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﺍﻟﺠﺪﻳﺪﺓ
31/34 Place My Youssef-
Jalan babakan Sari I No.
Habouss-Casablanca-
3. Alamat penerbit 71 Kiaracondong Bandung
Maroc (-ﺳﺎﺣﺔ ﻣﻮﻻي ﻳﻮﺳﻒ
Jawa Barat.
ﺍﻟﻤﻐﺮﻳﺐ-ﺍﻟﺪر ﺍﻟﺒﻴﻀﺎء-)ﺍﻷﺣﺒﺎﺱ.
Keterangan Menggunakan istilah 60
4. Mengenal istilah 30 juz84
bagian hizb85
Keterangan Ada istilah rubu’86, tsumun
5. Ada istilah hizb 88, nisf88
bagian
6. Jumlah surat 114 surat 114 surat
7. Jumlah ayat 6.236 ayat89 6.214 ayat90
Berukuran 14,8 x 21 cm Berukuran 16 x 12 cm dan
8. Ukuran fisik
dan tebal 3,5 cm tebal 3 cm.
9. Jenis Mushaf Mushaf Pojok Bukan Mushaf Pojok
Hubaib bin Ziyat dari Ibnu Abu Laila dari Abu Abdirrahman bin Habib as-Sulami dari Ali bin Abi
Thalib.
90 Termasuk dalam Madani Akhir disandarkan pada riwayat Abu Amr ad-Dani dengan jalur
Imam Nafi dari riwayat Ismail bin Ja’far dari Sulaiman bin Jammaz dari Abu Ja’far dan Syaibah bin
Nashah secara marfu dari keduanya.
104
Dari tabel diatas, MASU dan MM memiliki cukup banyak perbedaan dari segi
karakteristik yang melekat pada fisik mushaf tersebut. Walaupun begitu masing-
masing mushaf memiliki ciri khas dan pedoman atau acuan yang kuat disesuaikan
dengan daerah masing-masing MASU adalah masriq atau daerah bagian timur,
membukukan al-Qur’an serta berbagai naskah ilmiah sejak kurun pertama hijarah lagi. Khat ini juga
jenis khat yang paling mudah dibaca. Khat naskhi kemudian menghasilkan jenis-jenis khat masriq
(model timur) yaitu tsuluts, farisi, diwani dan riq’ah.
92 Dinamakan khat maghribi karena termasuk salah satu tulisan yang digunakan untuk
penulisan mushaf al-Qur’an di negeri-negeri Islam sebelah barat (Maroko, Tunisia, Aljazair dan lain-
lain). Bentuknya mungkin kurang familiar bagi kebanyakan orang dan memang unik.
105
pada MASU.
surah al-Fatihah dan al-Baqarah ayat 1-5 saja, dengan memberikan keterangan
mengenai perbedaan bentuk huruf, kaidah rasm usmani yang dipakai, dan perbedaan
Tabel 4.3: Perbedaan Rasm Usmani dalam Mushaf al-Qur’an Standar Usmani
Indonesia (MASU) dan Mushaf Maroko (MM)
Abu
1. 2: 7 Ad-Dani Hazf
Dawud
Abu
2. 2: 7 Ad-Dani Hazf
Dawud
Abu
3. 2: 15 Ad-Dani Hazf
Dawud
Abu
4. 2: 16 Ad-Dani Hazf
Dawud
Abu
5. 2: 19 Ad-Dani Hazf
Dawud
Abu
6. 2: 19 Ad-Dani Hazf
Dawud
Abu
7. 2: 20 Ad-Dani Hazf
Dawud
Abu
9. 2: 22 Ad-Dani Hazf
Dawud
111
Abu
10. 2: 25 Ad-Dani Hazf
Dawud
Abu
12. 2: 27 Ad-Dani Hazf
Dawud
Abu
15. 2: 36 Ad-Dani Hazf
Dawud
Abu
16. 2: 40 Ad-Dani Hazf
Dawud
Abu
18. 2: 42 Ad-Dani Hazf
Dawud
Abu
19. 2: 43 Ad-Dani Hazf
Dawud
Abu
20. 2: 48 Ad-Dani Hazf
Dawud
Abu
21. 2: 62 Ad-Dani Hazf
Dawud
Abu
22. 2: 62 Ad-Dani Hazf
Dawud
112
Abu
23. 2: 63 Ad-Dani Hazf
Dawud
Abu
Dawud
24. 2: 65 Ad-Dani Hazf
dan Ad-
Dani
Abu
25. 2: 66 Ad-Dani Hazf
Dawud
Abu Abu
26. 2: 69 Hazf
Dawud Dawud
Abu
27. 2: 72 Ad-Dani Hazf
Dawud
Abu
28. 2: 75 Ad-Dani Hazf
Dawud
Abu
29 2: 81 Ad-Dani Hazf
Dawud
Abu
30. 2: 83 Ad-Dani Hazf
Dawud
Abu
32. 2: 84 Ad-Dani Hazf
Dawud
Abu
33. 2: 85 Ad-Dani Hazf
Dawud
Abu
34. 2: 85 Ad-Dani Hazf
Dawud
Abu
37. 2: 102 Ad-Dani Hazf
Dawud
Abu
39 2: 108 Ad-Dani Hazf
Dawud
Abu
40. 2: 111 Ad-Dani Hazf
Dawud
Abu
Dawud
42 2: 116 Ad-Dani Hazf
dan Ad-
Dani
Abu
43. 2: 118 Ad-Dani Hazf
Dawud
Abu
44. 2: 123 Ad-Dani Hazf
Dawud
Abu
45. 2: 139 Ad-Dani Dawud Hazf
Abu
46. 2: 139 Ad-Dani Hazf
Dawud
Abu
47. 2: 140 Ad-Dani Hazf
Dawud
114
Dari tabel tersebut, penulis membandingkan MASU dan MM dalam surah al-
Baqarah ayat 7 sampai ayat 140 (Juz 1). Dengan memberikan kolom madzhab yang
digunakan yaitu antara ad-Dani dan Abu Dawud, serta kaidah yang diambil adalah
kaidah hazf.
perbedaan yang nampak dominan dari segi rasm pada tiap-tiap hurufnya, seperti
huruf qaf, fa’, tha’, dzal, nun, pada Mushaf Maroko sangat berbeda dengan apa yang
tertuliskan pada Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia, apabila orang awam membaca
Mushaf Maroko maka akan mengalami kebingungan dan bahkan akan mengira itu
mushaf yang salah atau sesat. Namun, sejak awal membuka kedua mushaf tersebut
memang sudah nampak perbedaannya, yaitu dari qiraat yang digunakan Mushaf
Perbedaan tersebut adalah hal yang sangat unik, walaupun Indonesia adalah
negara timur (masraqiyah), namun perlu bagi kita untuk setidaknya mengetahui
belahan dunia bagian barat seperti Maroko (maghribiyah) yang mana memiliki
Gambar 4.1
Lembar Al-Fatihah dan Al-Baqarah 1-5
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
adalah mushaf al-Qur’an hasil dari Musyawarah Kerja (Muker) Ulama Ahli
dari tiga jenis yaitu Mushaf al-Qur’an Standar Usmani biasa untuk khalayak
ini sudah ditashih dan mendapaat ijin dagang dari pemerintah Maroko dan Al-
Azhar, Kairo, Mesir. Kekhasan mushaf Maroko adalah menuliskan fa’ dengan
tanda titik satu di bawah, sementara qaf titik satu di atas. Mushaf Standar
jelas dari segi qira’at dan sistematika penulisan rasm, MASU menggunakan
116
117
masraqiyah yang tersebar di Indonesia huruf qaf titik dua dan huruf fa’ titik 1.
Apabila orang membaca mushaf ini tanpa mengetahui qira’at dan sistematika
mushaf tersebut salah ataupun sesat. Namun, perlu diketahui bahwa mushaf
secara sosiologis riwayat ini sudah lama dan banyak digunakan di Indoneisa,
akrab dengan riwayat Abu Dawud, karena merujuk ke Mushaf Mesir dan
B. Saran
perlu dikaji kembali dari pemaparan yang penulis sajikan. Sehingga kajian ini
usmani dalam surat al-Baqarah juz 1 ini yang terlewatkan dari pengamatan
118
Al-A’zami, Sejarah Teks aL-Qur’an dari Wahyu sampai Kompilasi, .Jakarta: Gema
Insani, 2014.
Al-Suyuti, Jalaluddin. 2010. al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an. Beirut, Libanon: Dar al-
Fikr.
Anharudin, dan Lukman Saksono. Pengantar Psikologi aL-Qur’an. Jakarta: PT
Grafikatama Jaya, 1992.
Ash-Shiddieqy, Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an dan Tafsir. cet. 8,
Jakarta: Bulan Bintang, 1980.
Faizah, Nur. Sejarah aL-Qur’an. Jakarta Barat: CV Artha Rivera. 2008.
Gusmian, Islah. Kaligrafi Islam: dari nalar seni hingga spiritual. al-Jāmi’ah, Vol. 41,
no. 1. 2003.
Hakim, Abdul. “ Perbandingan Rasm Mushaf Standar Indonesia, Mushaf Pakistan,
dan Mushaf Madinah: Analisis Rasm Kata Berkaidah Hazf al-Huruf”. Suhuf
Jurnal Pengkajian Al-Qur’an dan Budaya. vol. 10 no.2 Desember 2017. Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Badan Litbang dan Diklat, Kementrian Agama
Repubik Indonesia
Madzkur, Zaenal Arifin. 2011. “Urgensi Rasm Usmani; Potret Sejarah dan Hukum
Penulisan al-Qur‟an dengan Rasm Usmani”. dalam Jurnal Khatulistiwa;
Journal of Islamic Studies. Vol. 1, No. 1 Maret 2011.
Madzkur, Zainal Arifin, “Mengenal Rasm Usmani; Sejarah, Kaidah, dan Hukum
Penulisan aL-Qur’an dengan Rasm Usmani”, Lajnah Pentashihan Mushaf al-
Qur’an, Jakarta, Shuhuf Vol. 5, No. 1, 2012.
Madzkur, Zainal Arifin. “Mengenal Mushaf al-Qur’an Standar Usmani Indonesia;
studi Komparatif atas Mushaf Standar Usmani 1983 dan 2002,” Jurnal Suhuf,
vol. 4, no. 1. 2011.
Madzkur, Zainal Arifin. 2018. “Mengenal Mushaf Maghribi”, Lajnah Pentashihan
Mushaf AL-Qur’an, Badan Litbang dan Diklat Kemenag, 9 oktober 2018.
Makmur Haji Harun, dkk, “Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur’an Nusantara: Satu
Kajian Perbandingan Antara Mushaf Istiqlal Indonesia dengan Mushaf Tab’an
Ain al- Taqwa Malaysia”, Conference Paper (Malaysia: Fakulti Bahasa dan
Komunikasi, Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI), 2016.
Muchammad Hidayatulloh, “Rasm Usmani dalam Mushaf Pojok Menara Kudus
Kajian Farsyul Kalimat Pada Kaidah Hazf Alif”. Skripsi. Yogyakarta: Jurusan
Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga, 2003.
Mushaf Maroko Asy-Syarif. Librairie Es-Salam Al-Jadida ()ﺓديدجلﺍ ﻡﺍلﺱلﺍ ﺓﺏتكﻡ.31/34
Place My Youssef-Habouss-Casablanca-Maroc (ردلﺍ يﺍلﻭﻡ ﺓحﺍﺱ-ﺱﺍﺏحألﺍ-ﻑﺱﻭي
ﺍﻟﻤﻐﺮﻳﺐ-)ﺍﻟﺒﻴﻀﺎء.
119
120
Mustopa, “Mushaf Kuno Lombok: Telaah Aspek Penulisan dan Teks”Suhuf Jurnal
Pengkajian Al-Qur’an dan Budaya vol.10 No. 1 Juni 2017, Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Qur’an, Badan Litbang dan Diklat, Kementrian Agama Repubik
Indonesia.
Mutiara, Miga. “Kajian Ilmu Rasm Usmani Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf
Madinah”. Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah,2019.
Nashih, Ahmad. “Studi Mushaf Pojok Menara Kudus: Sejarah dan Karakteristik”
Jurnal NUN: Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara Vol. 3. No. 1. 2017.
Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2008,
Puslitbang Lektur Agama, “Hasil Musyawarah Kerja (Muker) Ulama Al-Qur‟an IX”,
Jakarta: Departemen Agama, 1982-1983.
Sya’roni, Mazmur. 2007. “Prinsip-Prinsip Penulisan dalam al-Qur’an Standar
Indonesia”. dalam Jurnal Lektur Keagamaan Vol. 5 No. 1, 2007.
Syaamil Quran Tikrar Hafalan. PT Stgma Examedia Arkanleema. 2014.
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an Kata Pengantar: Prof.Dr. M.
Quraish shihab, (Ciputat Tangerang Selatan: PT Pustaka Alvabet, 2013).
Thoharoh, Atifah. Mushaf al-Qur’an Standar Usmani Indonesia dan Mushaf Madinah
(Kajian atas Ilmu Rasm”. Skripsi S1 Fakultas Adab dan Dakwah,Institut
Agama Islam Negeri Tulungagung, 2018.
Yunardi, E. Badri. 2005. “Sejarah Lahirnya Mushaf Standar Indonesia”, dalam Jurnal
Lektur, Vol. 3, No. 2, 2005.
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Maroko
https://kemenag.go.id/berita/read/509028/viral-video-mushaf-quran-dianggap-salah-
ini-penjelasan-lpmq-kemenag
https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/386-dua-perbedaan-penulisan-rasm-dalam-al-
quran-cetak
https://www.academia.edu/9316951/Review_Studi_Ilmu_Al-Quran oleh Lola
Nurhidayaty