Anda di halaman 1dari 143

PENGGUNAAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN

DALAM PRAKTIK RUKIYAH


(STUDI LIVING QUR’AN DI PANTI ASUHAN
PUTRA TUNTANG KABUPATEN SEMARANG)

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh:
Qurrota A’yun
NIM: 53020160030

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2020
i
ii
iii
iv
MOTTO

ِِ ِ ُّ ‫َّاس قَ ْد َجاءَتْ ُك ْم َم ْو ِعظَةٌ ِم ْن َربِّ ُك ْم َو ِش َفاءٌ لِ َما ِِف‬


َ ‫الص ُدوِر َوُه ًدى َوَر ْْحَةٌ ل ْل ُم ْؤمن‬
‫ي‬ ُ ‫يَاأَيُّ َها الن‬
Artinya
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu
dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman
(QS. Yunus : 57)

v
PERSEMBAHAN

Dengan segala puji syukur kepada Allah Swt, akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik dan saya persembahkan untuk:
Almarhum Bapak Mas’udi, sosok Bapak yang pekerja keras telah
memperjuangkan anak-anaknya agar bisa menjadi seorang sarjana
Ibu Durrotun Nasechah, yang telah memberikan kasih sayang, doa dan
ridhanya agar diberikan kemudahan serta kelancaran dalam setiap proses
perjalanan hidupku.

vi
ABSTRAK

Skripsi ini hasil penelitian lapangan dengan judul “Penggunaan Ayat-


Ayat Al-Qur’an Dalam Praktik Rukiyah (Studi Living Qur’an di Panti
Asuhan Putra Tuntang Kabupaten Semarang)”. Adapun metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan studi
lapangan (field research) dengan pendekatan living qur’an. Data-data temuan
diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh Al-Qur’an adalah obat bagi
penyakit hati dan jasmani di dalam QS. Fushilat ayat 44 aplikasikan Al-
Qur’an sebagai pengobatan terlihat pada praktik rukiyah. Penelitian ini fokus
di Panti Asuhan Putra Tuntang Kabupaten Semarang. Pada penelitian ini
peneliti mengajukan 3 pertanyaan, yakni 1) ayat-ayat Al-Qur’an yang
digunakan untuk rukiyah, 2) proses rukiyah sebagai pengobatan pada anak-
anak Panti Asuhan Putra Tuntang, 3) dampak psikologi bagi pelaku rukiyah.
Kesimpulan yang diperoleh adalah 1) Ayat-ayat yang digunakan
untuk rukiyah antara lain Surah Al Fatihah, Surah Al Baqarah ayat 1-4, Surah
Al Baqarah ayat 163, Surah Al Baqarah ayat 255 atau sering disebut ayat
Kursi, Surah Al Baqarah ayat 284-286, Surah Ali Imran ayat 18, Surah Al
A’raf ayat 54, Surah Al Mu’minun ayat 116, Surah Al Jin ayat 3, Surah As
Shafaat ayat 1-10, Surah Al Hasr ayat 22-24, Surah Al Ikhlas, Surah Al Falaq
dan Surah An Naas. 2) Proses rukiyah adalah menyiapkan kantong plastik
dan air minum, membagikan air minum 1 orang 1 gelas, wudhu atau dalam
keadaan suci, duduk dengan melingkar, perukiyah membacakan ayat-ayat
Al-Qur’an dan anak-anak fokus mendengarkan, perukiyah akan mengobati
setiap anak yang bereaksi dengan cara mendoakan dengan ayat-ayat Al-
Qur’an, ada yang kerasukan jin dengan cara sakit bagian salah satu tubuh,
menangis, menjerit atau mencengkram, anak yang bereaksi akan diberikan

vii
plastik untuk muntah dan di ajak untuk beristighfar atau berdzikir sampai
sadar, anak akan diberi nasehat untuk selalu berdzikir, tidak melamun,
mengurangi perbuatan yang buruk dan pikiran tidak boleh kosong. 3)
Dampak rukiyah untuk perukiyah dan pasien adalah dampak yang positif
untuk menambah ketaqwaan kepada Allah Swt.
Kata Kunci: Ayat Al-Qur’an, Rukiyah, Living Qur’an

viii
PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi huruf (pengalihan huruf) dari huruf Arab ke huruf


Latin yang digunakan adalah hasil Keputusan Bersama Menteri Agama RI
dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158 Tahun 1987 atau
Nomor 0543 b/u 1987, tanggal 22 Januari 1988, dengan melakukan sedikit
modifikasi untuk membedakan adanya kemiripan dalam penulisan.
A. Penulisan huruf :
No Huruf Arab Nama Huruf Latin
1. ‫ا‬ Alif Tidak dilambangkan
2. ‫ب‬ Ba’ B
3. ‫ت‬ Ta T
4. ‫ث‬ ṡa ṡ
5. ‫ج‬ Jim J
6. ‫ح‬ Ḥa ḥ
7. ‫خ‬ Kha Kh
8. ‫د‬ Dal D
9. ‫ذ‬ z\al z\
10. ‫ر‬ Ra R
11. ‫ز‬ Za Z
12. ‫س‬ Sin S
13. ‫ش‬ Syin Sy
14. ‫ص‬ Ṣad ṣ

ix
15. ‫ض‬ Ḍad ḍ
16. ‫ط‬ Ṭa’ ṭ
17. ‫ظ‬ Ẓa ẓ
18. ‫ع‬ ‘ain ‘ (koma terbalik di atas)
19. ‫غ‬ Gain G
20. ‫ف‬ Fa’ F
21. ‫ق‬ Qaf Q
22. ‫ك‬ Kaf K
23. ‫ل‬ Lam L
24. ‫م‬ Mim M
25. ‫ن‬ Nun N
26. ‫و‬ Wawu W
27. ‫ه‬ Ha’ H
28. ‫ء‬ Hamzah ‘ (apostrof)
29. ‫ي‬ Ya’ Y

B. Vokal:
ََ Fathah Ditulis “ a “
ِ Kasroh Ditulis “ i “
َُ Dhammah Ditulis “ u “

x
C. VOKAL PANJANG:
‫ا‬+ِ Fathah + alif Ditulis “ a> “ ‫جاهلية‬ Ja>hiliyah
Fathah + alif
‫ى‬+ِ Ditulis “ a> “ ‫تنسى‬ Tansa>
Layin
Kasrah +ya’
‫ي‬+ِ Ditulis “ i> “ ‫حكيم‬ Haki>m
Mati
Dlammah +
‫و‬+ِ Ditulis “ u> “ ‫فروض‬ Furu>d
wawu mati

D. Vokal rangkap:
Fathah + Ditulis “ ai
‫ا‬+ِ ‫بينكم‬ Bainakum
ya’ mati “
Fathah + Ditulis “ au
‫و‬+ِ ‫قول‬ Qaul
wawu mati “

E. Huruf rangkap karena tasydid ( ِ ) ditulis rangkap:


‫د‬ Ditulis ” dd “ ‫عدة‬ ‘Iddah
‫ن‬ Ditulis “ nn “ ‫منا‬ Minna

F. Ta’ Marbuthah:
1. Bila dimatikan ditulis h :
‫حكمة‬ Hikmah
‫جزية‬ Jizah
(ketentuan ini tidak berlaku untuk kata-kata bahasa Arab
yang sudah diserap kedalam bahasa Indonesia)
2. Bila Ta’ Marbuthah hidup atau berharakat maka ditulis t :
xi
‫زكاةالفطر‬ Zaka>t al-fiṭr
‫حياةاالنسان‬ Ḥaya>t al-insa>n

G. Vokal pendek berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan Apostrof


(‘)
‫أأنتم‬ A’antum
‫أعدد‬ U’iddat
‫لئن شكرتم‬ La’insyakartum

H. Kata sandang alif +lam


Al-qamariyah ‫القران‬ al-Qur’a>n
Al-syamsiyah ‫السماء‬ al-sama>’

I. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat:


Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya
‫ذوي الفروض‬ Z|awi al-furu>d
‫أهل السنة‬ Ahl al-sunnah

xii
KATA UCAPAN TERIMAKASIH
Al-hamdulilla>h, pujian bagi Allah yang telah memberi kesempatan
kepada penulis untuk belajar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di IAIN Salatiga
hingga menyelesaikan penulisan skripsi ini. S{allalla>h ‘ala> Muhammad,
rahmat dan salam semoga dicurahkan Allah kepada Nabi Muhammad yang
sunnahnya semoga dapat terus penulis ikuti.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin bisa terselesaikan
tanpa adanya bantuan dan dorongan baik moril maupun materil dari semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan skripsi ini. Berkat bantuan,
saran dan motivasi dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.Oleh karena itu, sudah
sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Zakiyudin, M.Ag., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Benny Ridwan, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
Adab dan Humaniora IAIN Salatiga.
3. Ibu Tri Wahyu Hidayati, M.Ag., selaku Ketua Program Studi Ilmu Al-
Qur’an dan Tafsir IAIN Salatiga.
4. Bapak Dr. Adang Kuswaya, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberikan banyak masukan untuk
mempertahankan nilai akademik selama perkuliahan.
5. Ibu Miftachur Rif’ah Mahmud, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing skripsi
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama proses
penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora IAIN
Salatiga, terkhusus seluruh dosen Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir.
7. Bapak Almarhum Mas’udi dan Ibu Durrotun Nasechah selaku orang tua
penulis, yang telah membimbing dari kecil tak pernah bosan memotivasi
xiii
penulis dan selalu memberikan doa terbaiknya serta kakak-kakakku, Fina
Maelina dan Sigit Tri Murdani serta adik-adikku, Lili Lailatul Aulia,
Asmaul Husna, Mohammad Nor Haromain yang telah memberikan kasih
sayang dan dukungan baik moril maupun materil, sehingga penulis
mampu menyelesaikan skripsi ini.
8. Ibu Umrah Hanan selaku Guru Ngaji penulis di Serangan Bonang Demak,
Abah Baduhun Badawy selaku Pengasuh di Kaliwungu Kendal dan
Ustadzah SMP IT Darul Fikri yang penuh ikhlas memberikan dukungan
dalam menimba ilmu.
9. Sahabat-sahabatku Rina Setiawati, Afif Muzaki Ahsan, Nurul Chikmah,
Fauziyatus Sarifah, Dina Nur Rosifa, Wafa Pasha Istafada, Anisa, Yaya
Aulia, Ana Maftuhatul Hasanah, Syafiratul Ulumiyah, Septia Dwi
Nurussa’adah, Sindy Fristianti, Dheny Istiqamawati, Lailatul Maghfirah,
Achmad Darojat Jumadil Kubro, Isti Faizah, Nyarminingsih, Ida
Prasetyaningsih, Fajriyatul Muflihah, Indah Ratna Sari, Hanifah Ahlul
Jannah, Lukman Hakim, Budi Suto

xiv
xv
DAFTAR IS
HALAMAN LOGO ................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN
KESEDIAAN PUBLIKASI..................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................. iv
MOTTO .................................................................................................. v
PERSEMBAHAN .................................................................................. vi
ABSTRAK............................................................................................. vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................. ix
KATA UCAPAN TERIMAKASIH....................................................... xiii
DAFTAR ISI ........................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xviii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 8
E. Penegasan Istilah ........................................................................... 8
F. Kajian Pustaka ............................................................................... 9
G. Metode Penelitian......................................................................... 13
H. Sistematika Pembahasan .............................................................. 21
BAB II RUKIAH DALAM TRADISI ISLAM ....................................... 22
A. Al-Qur’an sebagai Obat................................................................ 22
B. Rukiah ........................................................................................... 29
C. Perkembangan Psikologi Anak Dalam Pendidikan Islam ............ 38

xvi
BAB III GAMBARAN UMUM DAN TEMUAN DATA PENELITIAN 50
A. Profil Panti Asuhan Putra Tuntang .............................................. 43
B. Strategi Pengobatan melalui Rukiah ............................................ 46
BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN
DALAM PRAKTIK RUKIAH DI PANTI ASUHAN PUTRA
TUNTANG ............................................................................................ 56
A. Keutamaan Ayat-Ayat Al-Qur’an yang digunakan untuk Rukiah56
B. Al-Qur’an Sebagai Syifa’ (Pengobatan Jiwa) terhadap Anak ..... 72

BAB V PENUTUP ................................................................................. 80


A. Kesimpulan ................................................................................... 80
B. Saran ............................................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 82
LAMPIRAN........................................................................................... 86
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................. 119

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara dengan Pengasuh


Lampiran 2 Pedoman Wawancara dengan bagian Administrasi
Lampiran 3 Pedoman Wawancara dengan Anak Asuh
Lampiran 4 Daftar Informan
Lampiran 5 Nama Anak Asuh
Lampiran 6 Kegiatan Harian Anak Asuh
Lampiran 7 Surat Keterangan Melakukan Penelitian
Lampiran 8 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 9 Transkip Wawancara
Lampiran 10 Dokumentasi

xviii
xix
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Al-Qur’an merupakan kitab suci yang menjadi dasar pedoman
dalam menjalani kehidupan mereka. Dalam kehidupan sehari-hari pada
umumya telah melakukan praktik resepsi terhadap Al-Qur’an, baik
dalam bentuk membaca, memahami dan mengamalkan, maupun dalam
bentuk resepsi sosio kultural. Semua itu karena mempunyai keyakinan
bahwa berinteraksi dengan Al-Qur’an secara maksimal akan
memperolehkebahagiaan dunia dan akhirat.
Al-Qur’an menjadi kitab yang sering dibaca, dipahami isinya,
dimuliakan kehadirannya dan sebagainya. Bahkan Al-Qur’an
dipercaya oleh para pengikutnya dapat menyembuhkan penyakit yang
diderita manusia di dunia, sebagaimana pendapat Syeikh Riyadh
Muhammad Samahah yang menyatakan bahwa Al-Qur’an dapat
menyembuhkan penyakit rohani.1
Hubungan manusia dengan Tuhan ikut serta mempengaruhi
kesehatan mental. Dalam kondisi ini termasuk pengetahuan, sikap dan
perbuatan keagamaan. Salah satu cara yang islami untuk mengobati
orang yang tidak sehat mental adalah dengan kembali pada Al-Qur’an
dan hadis Rasulullah. Al-Qur’an berbicara rasio dan kesadaran
manusia, selain itu Al-Qur’an menunjukkan kepada manusia jalan
terbaik dalam kehidupan pribadi maupun sosial, aktualisasi diri
pengembangan kepribadian dan mengantarkan pada jenjang
kesempurnaan insani agar tercapai kebahagiaan dunia akhirat. Al-
Qur’an memberikan kesempatan pada manusia untuk membersihkan

1
Syekh Riyadh Muhammad Samahah, Cara Penyembuhan dengan Al-
Qur’an,(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2007), 26-28
2

diri dengan berbagai praktik ibadah, salah satunya adalah amalan


membaca Al-Qur’an, dengan membaca Al-Qur’an jiwa menjadi tenang
hingga dapat sehat secara mental.2
Salah satu keistimewaan Al-Qur’an adalah kemurniannya yang
terjaga. Selain itu, Al-Qur’an adalah obat bagi penyakit hati dan
jasmani. Allah Saw. berfirman dalam surah Fushilat {41}: 44 yang
berbunyi:
ِ َّ ِ ِِ ِ ِّ ُ‫َولَ ْو َج َع ْلنَاهُ قُْرآنًا أ َْع َج ِميًّا لََقالُوا لَ ْوََل ف‬
‫ين‬ َ ‫ت آيَاتُهُ أَأ َْع َجم ٌّي َو َعَرِِبٌّ قُ ْل ُه َو للَّذ‬
َ ‫ين آ َمنُوا ُه ًدى َوش َفاءٌ َوالذ‬ ْ َ‫صل‬
ٍ ِ‫ان بع‬ ِ ِِ
‫يد‬ ٍ
َ ‫ك يُنَ َاد ْو َن م ْن َم َك‬ َ ِ‫ََل يُ ْؤِمنُو َن ِِف آذَاِن ْم َوقْ ٌر َوُه َو َعلَْي ِه ْم َع ًمى أُولَئ‬
“Dan sekiranya Al-Qur’an kami jadikan sebagai bacaan dalam
bahasa selain bahasa Arab niscaya mereka
mengatakan,”mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” Apakah
patut (Al-Qur’an) dalam bahasa selain bahasa Arab sedang
(rasul), orang Arab? Katakanlah, Al-Qur’an adalah petunjuk dan
penyembuh bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang
yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, dan (Al-
Qur’an) itu merupakan kegelapan bagi mereka. Mereka itu
(seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh3.

Al-Qur’an adalah representasi dari penjelasan pesan-pesan


universal Tuhan kepada hamba, hadir dalam bentuk teks verbal yang
teraplikasikan dengan simbol-simbol bunyi yang mewakili firman
Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw dengan menggunakan bahasa
Arab. Sebagai wahyu dan petunjuk bagi manusia, setiap muslim harus

2
Perdana Akhmad, Jurnal Psikologi Islami: Terapi Ruqyah sebagai Sarana Mengobati
Orang yang Tidak Sehat Mental, Juni 2005, 2
3
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya special for woman, PT Sygma
Examedia arkanleema, 2009), 481
3

membaca, memahami isinya serta mengaplikasikannya dalam


kehidupan. Pembacaan yang dilakukan tentunya akan melahirkan
pemahaman yang setiap muslim satu sama lainnya cenderung tidak
sama. Hal ini menjadi perbedaan kemampuan dan intensitas dalam
membacanya. Dari pemahaman yang berbeda tadi, masing-masing juga
akan melahirkan perilaku yang beragam pula. Studi Living Al-Qur’an
pada praktik rukiyah Panti Asuhan Putra Tuntang sebagai bentuk tafsir
Al-Qur’an dalam praktis kehidupan, baik pada wilayah teologis
filosofis, psikologis maupun kultural.
Pengalaman dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an umumnya
menghasilkan pemahaman dan penghayatan terhadap ayat-ayat Al-
Qur’an tertentu secara atomistik. Pemahaman dan penghayatan
individual yang diungkapkan serta dikomunikasikan secara verbal
maupun perilaku biasanya punya pengaruh kepada individu lain yang
pada gilirannya dapat mengkonstruksi kesadaran kolektif yang juga
menciptakan tindakan dan perilaku dalam kehidupannya. Dalam
bahasa lain, fenomena ini merupakan sikap dan variasi respon muslim
terhadap Al-Qur’an4.
Dalam praktik keberagaman umat Islam, dapat ditemukan
berbagai model pembacaan Al-Qur’an. Baik yang berorientasi pada
pemahaman dan pendalaman maknanya hingga yang sekedar membaca
Al-Qur’an sebagai ibadah ritual atau guna memperoleh ketenangan
jiwa. Bahkan ada model pembacaan Al-Qur’an yang berorientasi
sebagai terapi pengobatan atau dianggap dapat mendatangkan
kekuatan supranatural untuk mengusir jin dan sebagainya.
Dengan begitu dapat ditegaskan bahwa keberadaan Al-Qur’an
telah melahirkan berbagai bentuk respon yang beragam dan peradaban

4
Ahmad Fahan,Jurnal, Living Al-Qur’an sebagai Metode Alternatif dalam Studi Al-
Qur’an. El-Afkar Vo. 6 Nomor ii, Juli-Desember 2017, 87
4

yang sangat kaya. Tidak berlebihan kiranya mengutip pendapat Nasr


Hamid Abu Zayd yang menyatakan bahwa Al-Qur’an sebagai
produsen peradaban (Muntij Al Saqafi)5
Al-Qur’an adalah penyembuh yang sangat sempurna dari segala
macam penyakit badan dan hati, serta segala macam penyakit dunia
dan akhirat. Tidak seorang pun yang merasa tidak cocok atau tidak
layak untuk berobat dengan Al-Qur’an. Jika orang itu sedang sakit
telah berusaha sebaik mungkin dalam mengobati sakitnya
menggunakan Al-Qur’an dengan keimanan, keikhlasan, keyakinan
yang mantap, penerimaan yang sempurna, serta telah memenuhi
syarat-syaratnya, maka ia tidak akan terserang penyakit lagi.
Bagaimana mungkin penyakit bisa menyerang firman Allah Swt. Rabb
penguasa bumi dan langit, yang seandainya firman itu diturunkan pada
gunung, pasti gunung itu akan hancur, atau jika diturunkan pada bumi,
pasti bumi akan terbelah.6
Berkaitan dengan manfaat Al-Qur’an sebagai obat, yang sesuai
dengan firman Allah dalam Surah Al Isra {17}: 82:
‫ي إََِّل َخ َس ًارا‬ ِ ِ ُ ‫آن ما هو ِش َفاء ور ْْحةٌ لِْلم ْؤِمنِي وََل ي ِز‬
ِ ِ
َ ‫يد الظَّالم‬ َ َ َ ُ َ َ َ ٌ َ ُ َ ‫َونُنَ ِّزُل م َن الْ ُقْر‬
Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi
orang yang zalim (Al-Qur’an itu) hanya akan menambah
kerugian.7

5
Ahmad Fahan. Jurnal Living Al-Qur’an Sebagai Metode Alternatif Dalam Studi Al-
Qur’an. El-Afkar Vo. 6 Nomor ii, Juli-Desember 2017, 88
6
Said bin Ali Al Qahthani, Hisnul Muslim Doa Zikir &Rukiyah dari Al-Qur’an dan As
Sunah,( Solo: Aqwam, 2015), 88-89
7
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya special for woman (PT Sygma
Examedia arkanleema, 2009), 290
5

Kata ‫( من‬dari) tersebut berfungsi untuk menjelaskan jenis.


Sebab, seluruh ayat Al-Qur’an adalah penyembuh.
Fitrah manusia yang mengalami musibah sakit tentu ia
menginginkan kesehatan, sehingga muncullah kemaslahatan sehingga
menjaga kesehatan tubuh dan jiwanya. Sebelum adanya tabib atau
dokter zaman dahulu orang-orang menggunakan pengobatan rukiyah.
Rukiyah adalah doa dan bacaan-bacaan ayat-ayat Al-Qur’an
yang mengandung permintaan tolong dan perlindungan kepada Allah
Swt. untuk mencegah atau mengangkat bala atau penyakit dari tubuh.
Meskipun terkadang doa atau bacaan itu, disertai dengan sebuah
tiupan dari mulut ke kedua telapak tangan atau anggota tubuh orang
yang merukiyah atau dirukiyah.
Secara etimologi , kata rukiyah tak terlepas dari beberapa makna
yang disebutkan oleh ahli Bahasa Arab. Dalam kamus Arab Indonesia
karya Mahmud Yunus disebutkan bahwa kata rukiyah bermakna
azimat, jimat, tangkal.8 Sedangkan dalam kamus Al-Munawwir kata
rukiah memiliki makna guna-guna, mantra, jampi-jampi, jimat.9
Ibnu Hajar al-Asqolani yang menyatakan bahwa rukiyah
dibacakan untuk kesembuhan segala macam gangguan atau penyakit
dengan syarat-syarat diperbolehkannya rukiyah, yakni (1) harus
dengan kalamullah atau Al-Qur’an atau dengan nama dan sifatNya, (2)
menggunakan bahasa Arab atau setidaknya bahasa yang dimengerti
maknanya oleh dirinya sendiri atau orang lain, (3) menyakini
bahwasanya rukiyah tidak berefek dengan dzat secara sendirian,

8
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penterjemah/penafsir Al-Qur’an, 1973), 146
9
Ahmad Warson Al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,
(Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1997), 525
6

melainkan karena dzat Allah.10 Oleh Sebab itu, rukiyah harus dengan
kalamullah, berarti dapat diketahui bahwa Al-Qur’an dapat menjadi
jalan kesembuhan segala penyakit.
Makna doa dalam rukiyah adalah mengharapkan kesembuhan
sehingga tidak semua doa boleh dikatakan rukiyah. Oleh karena itu
kurang tepat jika rukiyah disandarkan pada selain kesembuhan,
misalkan perkataan rukiyah untuk mencari barang yang hilang, untuk
mengundang jodoh, pelejit karir, menolak atau mengundang hujan,
melariskan dagangan. Tetapi yang tepat doa-doa dalam rukiyah hanya
dapat digunakan untuk kesembuhan orang yang sakit jasmani dan
rohani.
Rukiyah merupakan salah satu pengobatan yang masih diyakini
ditengah zaman modern, hal ini masih bisa dilihat di beberapa tempat
salah satunya di Panti Asuhan Putra Tuntang. Rukiyah yang digunakan
di Panti Asuhan Putra Tuntang masih digunakan dengan cara
meniupkan bacaan-bacaan doa atau ayat-ayat Al-Qur’an ke dalam air
putih setelah itu diminum oleh anak-anak. Fungsi dari rukiyah ini agar
selalu diberikan kesehatan jasmani dan rohani.
Kajian living qur’an menempatkan agama sebagai sistem
keagamaan, bukan sebagai doktrin. Model kajian ini bukan mencari
kebenaran agama melalui Al-Qur’an atau menghakimi kelompok
agama tertentu dalam Islam, tetapi lebih mengedepankan tradisi yang
melekat di masyarakat berdasarkan persepsi kualitatif. Dengan
penelitian living qur’an, diharapkan dapat mengungkap segala sesuatu
dari hasil pengamatan atas perilaku muslim dalam sosial

10
Ibnu Hajar al Asqalani dalam Allama ‘Alaudin Shidqi, Panduan Ringkas Jam’iyyah
Rukiyah Aswaja (JRA), (Jombang: tp, 2018), 2-6
7

keagamaannya, sehingga dapat menemukan makna dan nilai dari


fenomena yang diteliti.11
Panti Asuhan Putra Tuntang mempraktikkan ayat-ayat Al-
Qur’an yang dijadikan untuk rukiyah. Kegiatan tersebut dilakukan
secara rutin setiap 3 bulan sekali, perpulangan dan kembali ke panti.
Kegiatan dilakukan agar hal-hal yang tidak diiginkan tidak
mengganggu kegiatan yang berada dipanti. Sebelum adanya praktik
rukiyah, anak-anak merasa kesulitan dalam beribadah, contohnya telat
jamaah, hafalan Al-Qur’an sulit, mudah emosi dan banyak melakukan
perbuatan yang tidak baik. Kegiatan tersebut sudah dilakukan sejak
tahun 2018, dimana anak-anak panti sering merasakan kesusahan
dalam belajar, menghafal, atau sholat jamaah sering terlambat. Dengan
adanya praktik rukiyah yang digunakan adalah ayat-ayat Al-Qur’an
mendapatkan dampak yang positif dalam kehidupan sehari-hari.
Dari fenomena tersebut, penulis tertarik untuk meneliti serta
mengkaji lebih lanjut dalam kajian living qur’an, karena menunjukkan
fakta bahwa Panti Asuhan Putra Tuntang memilih menggunakan ayat-
ayat Al-Qur’an dalam praktik rukiyah. Oleh karena itu penulis
mengambil judul: Penggunaan Ayat-Ayat Al-Qur’an dalam Praktik
Rukiyah (Studi Living Qur’an di Panti Asuhan Putra Tuntang
Kabupaten Semarang).

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja ayat-ayat Al-Qur’an yang digunakan untuk rukiyah?
2. Bagaimana proses rukiyah sebagai pengobatan pada anak-
anak Panti Asuhan Putra Tuntang?
3. Bagaimana dampak psikologi bagi pelaku rukiyah di Panti
Asuhan Putra Tuntang?

11
Lina Selfie Nofitasari, Skripsi: Pembacaan Al-Qur’an dalam tradisi munggah molo,
(Ponorogo: 2018), 4-5
8

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin penulis capai dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui ayat-ayat Al-Qur’an yang digunakan
untuk rukiyah
2. Untuk mengetahui proses rukiyah sebagai pengobatan pada
anak-anak Panti Asuhan Putra Tuntang
3. Untuk mengetahui dampak psikologi bagi pelaku rukiyah
Panti Asuhan Putra Tuntang

D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Secara teoretis
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan wawasan
pada ilmu-ilmu keislaman khususnya dibidang ilmu Al-Qur’an dan
tafsir. Oleh karena itu, kiranya dapat menjadi salah satu referensi untuk
penelitian selanjutnya dalam meneliti fenomena di masyarakat terkait
respon masyarakat terhadap hadirnya Al-Qur’an dalam kehidupan.
2. Secara praktis
Penelitian ini diharapkan menambah referensi dibidang living
qur’an khususnya tentang penggunaan ayat-ayat Al-Qur’an dalam
praktik rukiyah.

E. Penegasan Istilah
1. Rukiyah
Rukiyah secara istilah adalah doa dan perlindungan (penjagaan)
dengan membaca ayat-ayat Al-Qur’an al karim, Nama-nama Allah dan
9

Sifat-sifatNya, disamping doa-doa syar’i yang menggunakan bahasa


Arab atau selain bahasa Arab yang diketahui maknanya, disertai
hembusan nafas, untuk menghilangkan penderitaan, penyakit atau
untuk semua macam hajat.12
2. Living Qur’an
Living qur’an adalah berbagai bentuk dan model praktik resepsi
dan respon masyarakat dalam memperlakukan dan berinteraksi dengan
Al-Qur’an. 13 Istilah living Al-Qur’an yang dimaksud adalah
bagaimana Al-Qur’an disikapi dan direspon masyarakat muslim dalam
realitas kehidupan konteks budaya dan pergaulan sosial. Penelitian ini
memfokuskan pada penggunaan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai
pengobatan dalam praktik rukiyah di Panti Asuhan Putra Tuntang.
F. Kajian Pustaka
1. Helmy Qadarusman dalam Tesisnya yang berjudul “Efektifitas
Penggunaan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai rukiyah di rukiyah
Bekam Center Klaten” lulusan tahun 2017 dari UIN Surakarta.
Dalam tesis tersebut, Helmy Qadarusman menjelaskan tentang
efektifitas penggunaan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai rukiyah, praktik
pelaksanaan terapi rukiyah, metode terapi rukiyah, terapi rukiyah
dalam tinjauan psikologi, rukiyah dalam tinjauan agama Islam,
pengaruh terapi rukiyah terhadap perubahan perilaku dan proses terapi
rukiyah itu sendiri.
2. Achmad Syauqi Al fanzari dalam tesis yang berjudul
“Penggunaan Ayat-ayat Al-Qur’an sebagai obat (Studi Living
qur’an di Ma’had Tahfidzul Qur’an Bahrussyifa’ Bagusari

12
‘Allama ‘Alaudin Shidiqi. Panduan Ringkas Jam’iyyah Rukiyah Aswaja (Ponpes
Sunan kalijaga: 2018), 1
13
Abdul Mustaqim. Metode Penelitian Al-Qur’an Dan Tafsir (Idea press Yogyakarta:
2017), 104
10

Jogotrunan Lumajang jawa Timur) tahun 2018 dari UIN Sunan


Ampel Surabaya.
Hasil dari tersebut bahwa pemahaman pengasuh Ma’had
terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang digunakan sebagai media
pengobatan adalah setiap penyakit tentu mempunyai obat dan salah
satu obatnya adalah dengan Al-Qur’an baik untuk diperdengarkan atau
murotal, dibaca atau tilawah, dan sebagai jampi-jampi melalui air
putih maupun langsung kepada pasien (rukiyah syariah).
Dengan memilih ayat-ayat tertentu yang mempunyai makna dan
karakteristik khusus untuk masing-masing penyakit tersebut. Teknik
pengobatan yang dilakukan oleh ustadz Imron Rosyadi Al Hafidz
adalah dengan memberikan air putih yang telah dibacakan tilawah Al-
Qur’an 30 juz oleh pengasuh, para ustadz, dan seluruh santri penghafal
Al-Qur’an di ma’had tersebut kepada pasien yang menderita penyakit
medis maupun non medis kemudian dilakukan pembacaan jampi
(merukiyah dengan ayat-ayat pilihan) kepada pasien dan diarahkan
kepada bagian yang sakit. Bila pasien menderita penyakit ringan
biasanya akan cepat sembuh sedangkan bagi pasien yang menderita
berat seperti kanker, lumpuh, lupus, dan lain sebagainya akan
dilakukan beberapa kali proses pengobatan sehingga berangsur-angsur
sembuh atas izin Allah.
3. Luthfiatul Ainiyah yang berjudul penggunaan ayat-ayat Al-
Qur’an sebagai pengobatan: Studi living qur’an praktik rukiyah
oleh Jam’iyyah rukiyah aswaja Tulungagung.
Hasil dari skripsi ini adalah penggunaan ayat-ayat Al-Qur’an
sebagai pengobatan dalam rukiyah JRA Tulungagung dibagi menjadi
dua jenis, yakni pada rukiyah mandiri dan rukiyah masal. Pada rukiyah
masal ayat Al-Qur’an dibacakan melalui 3 metode rukiyah, metode air
semaan, metode sentuhan, metode ahdul lawa’I. Banyak pasien yang
11

mengalami perubahan lebih baik setelah mengikuti rukiyah dari JRA


Tulunganggung. Orang-orang yang datang ketempat rukiyah termasuk
orang yang mencari keberkahan untuk memperoleh kesembuhan,
mereka inilah yang dikatakan sebagai the sick soul atau orang-orang
yang sakit jiwa oleh William james.
4. Jurnal dari Ahmad Farhan yang berjudul Studi Living Qur’an
Pada Praktik Quranic Healing Kota Bengkulu (Analisis
Deskripstif Terhadap Penggunaan Ayat-Ayat Al-Qur’an).
Hasil dari penelitian tersebut bahwa ayat-ayat yang digunakan
dalam praktik Quranic Healing secara akumulatif berjumlah 75 ayat
yang terdiri dari QS Al Fatihah, QS. Al Baqarah 102, 103, 255, 284-
286, QS. Ali Imran 18-19, QS. An Nisa 56, QS. Al Mukminun 115-
118, QS. As Shafaat 1-10, QS. Al Ahqaf 29-32, QS Ar Rahman 33-36,
QS. Al Hasyr 21-24, QS. Al Jin 1-9, QS. Al Ikhlas 1-4, QS. Al Falaq
1-5 dan QS Surah An Naas 1-6.
Kedua secara umum adanya keutamaan ayat-ayat yang
digunakan dalam Praktik Quranic Healing. Hal ini tidak terlepas
bahwa Al-Qur’an juga berfungsi sebagai penyembuh (Syifa’) QS. Al
Isra’ 82. Seperti QS. Al Baqarah 255 (Ayat Kursi) yang punya
keutamaan sebagaimana telah diberitakan oleh Nabi Muhammad Saw.
dan karenanya ayat ini dianggap penting dalam pengobatan. Terlebih
Allah Swt. akan menjaga orang yang membacanya dari segala
keburukan, bahaya dan penyakit.
Dengan demikian pembacaan ini merupakan tindakan proteksi
dan preventif, karena sesungguhnya ayat kursi ini mempunyai efek
yang kuat sekali dalam menjaga manusia dari keburukan segala
penyakit dan macam-macamnya. Ketiga, temuan penulis, ayat-ayat
yang secara implicit berhubungan dengan penyakit berjumlah 50 ayat
yang terdiri dari QS. Al Fatihah, QS. Al Baqarah 255, 284-286, QS. Al
A’raf 117-122, QS. Al Isra’ 82, QS. Taha 69, QS. Al Mukminun 115-
12

118, QS. As Shafaat 1-10, QS. Al Hasyr 21-24, QS. Al Ikhlas, QS. Al
Falaq, QS. An Naas. Adapun ayat-ayat yang secara eksplisit
berhubungan dengan penyakit yang disembuhkan berjumlah 20 ayat
yang terdiri dari QS. Al Baqarah 102-103, QS. Al A’raf 54-56, QS.
Yunus 57, 81-82, QS Ar Rahman 33-36, dan QS. Jin 1-9. Sedangkan
ayat-ayat yang tidak berhubungan secara hermentius, berjumlah 5 ayat
yang terdiri dari QS. Ali Imran 18-19, QS. Al A’raf 54, QS. Al Ahqaf
29-30.
Dari beberapa literatur yang telah dipaparkan, peneliti akan
meneliti tentang Penggunaan Ayat-Ayat Al-Qur’an dalam praktik
rukiyah (Studi Living Qur’an di Panti Asuhan Putra Tuntang
Kabupaten Semarang). Penelitian ini hampir sama dengan penelitian
yang ditulis oleh Luthfiatul Ainiyah yang berjudul “Penggunaan Ayat-
Ayat Al-Qur’an sebagai Pengobatan: Studi Living Qur’an praktik
ruqyah oleh Jam’iyyah ruqyah aswaja Tulungagung”. Hanya saja pada
penelitian yang hendak dilakukan memiliki perbedaan, yaitu fokus
kajiannya membahas dan menganalisis terapi rukiyah untuk merubah
perilaku keagamaan masyarakat yang meminta bantuan kepada dukun
dialihkan keterapi pengobatan rukiyah Syar’iyah yang mana
dilaksanakan melalui istighosah dan pengajian akbar. Sedangkan
dalam penelitian ini mengkaji pada bacaan ayat-ayat Al-Qur’an yang
menjadi bentuk bacaan dalam rukiyah. Kemudian mengungkap
dampak psikologi anak dari praktik membaca bacaan ayat Al-Qur’an
yang dipakai dalam rukiyah.
13

G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian lapangan (field research) dan termasuk dalam
penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara
holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
metode alamiah.14 Termasuk dalam penelitian lapangan karena dalam
penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data dengan langsung
datang ke lokasi di mana subjek penelitian berada.
Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan
fenomenologi dalam melihat realita yang ada. Pendekatan
fenomenologi bukan lagi mengkaji hakikat agama secara filosofis
maupun teologis, tetapi lebih kepada fenomena empiris dari struktur
suatu fenomena yang mendasari setiap fakta religious. 15 Dengan
pendekatan fenomenologi, peneliti bukan lagi menilai mengenai benar
atau salahnya pemahaman para pelaku tertentu mengenai Al-Qur’an,
tetapi lebih kepada pandangan mereka tentang posisi ayat Al-Qur’an
tertentu yang diterapkan dan diyakini membawa manfaat atau khasiat
tersendiri. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada ayat Al-
Qur’an yang digunakan untuk rukiah.
Penelitian ini menggunakan kajian living qur’an. Dimana studi
Al-Qur’an selalu mengalami perkembangan dari masa ke masa.
Mulanya pengkaji Al-Qur’an hanya berkonsentrasi pada kajian

14
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017),
6
Sahiron Syamsuddin, Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadis (Yogyakarta:TH
15

Press dan Penerbit Teras, 2007), 52-53


14

tekstual Al-Qur’an saja, seperti halnya cabang ilmu internal teks yakni
ilmu qiraat, rasm Al-Qur’an, dan sebagainya. Baru-baru ini para
pengkaji Al-Qur’an mulai memperhatikan hal-hal lain yang timbul
karena Al-Qur’an diluar tekstualnya. Kajian dengan objek penelitian
semacam ini dikenal dengan istilah living Qur’an.
Langkah-langkah dalam melakukan penelitian living Qur’an
adalah:
a. Pengolahan Data
1) Wawancara kepada pihak yang diteliti antara lain pengasuh
yang berinisial MT, anak-anak panti yang berinisial S, A, R,
H, AL dan bagian administrasi yang berinisial L untuk
menggali informasi.
2) Observasi untuk memperoleh informasi terkait kegiatan
rukiyah dan kegiatan sehari-hari anak asuh di Panti Asuhan
Putra Tuntang.
3) Mendokumentasi berupa foto-foto atau teks-teks.
b. Analisis Data
1) Membaca ulang seluruh deskripsi hasil yang ada dilapangan
untuk mendapatkan pemahaman sesuai konteks dan kajian
penelitian.
2) Mencari serangkaian satuan pemaknaan dengan cara
mengurai semua informasi secara berulang-ulang dan
mengelobarasi makna masing-masing
c. Refleksi
1) Merefleksikan suatu pernyataan dari hasil wawancara,
observasi dan dokumentasi
2) Mengintegrasikan pengertian yang diperoleh ke dalam
suatu dekskripsi struktur pengetahuan.
15

Secara etimologi (kebahasaan) living qur’an merupakan


gabungan dari dua kata yakni living yang dalam bahasa Inggris
“hidup”, dan kata Qur’an yang berarti kitab suci umat Islam.
Sedangkan secara istilah, living qur’an bisa diartikan dengan teks Al-
Qur’an yang hidup di masyarakat. 16 Dilihat dari pengertian tersebut
maka akan memunculkan hal baru dalam mengkaji Al-Qur’an dengan
cabang ilmu sosial. Sehingga kajian Al-Qur’an tidak lagi hanya
bertumpu pada aspek tekstualnya saja, melainkan fenomena-fenomena
sosial yang muncul karena kehadiran Al-Qur’an diluar tekstualnya pun
turut dikaji.
Secara terminologis, ilmu living qur’an dapat didefinisikan
sebagai sebuah ilmu yang mengkaji tentang praktik Al-Qur’an. 17
Dengan kata lain, ilmu ini mengkaji tentang Al-Qur’an dari sebuah
realita, bukan dari ide yang muncul dari penafsiran teks Al-Qur’an.
Kajian living qur’an bersifat praktik ke teks, bukan sebaliknya dari
teks ke praktik.
Kajian Al-Qur’an dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk
memperoleh pengetahuan yang kokoh dan meyakinkan dari suatu
budaya, praktik, tradisi, ritual, pemikiran, atau perilaku hidup di
masyarakat yang di inspirasi dari sebuah ayat Al-Qur’an. Secara
sederhana dapat didefinisikan sebagai ilmu untuk mengilmiahkan
fenomena-fenomena atau gejala-gejala Al-Qur’an yang ada di tengah
kehidupan manusia.
Living Qur’an dalam bahasa Arab lebih tepat disebut dengan As
sunnah al hayyah. Kajian living Qur’an lebih menekan pada aspek
fenomenologis daripada aspek tekstual dan aplikasi. Mengkaji living

16
M. Mansur dkk, Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadis (Yogyakarta: TH Press,
2007), xiv.
17
Dr. Ahmad ‘Ubaydi Hasbillah, Ilmu Living Quran-Hadis,( Tangerang Selatan:
Maktabah Darus Sunah, 2019), 22
16

qur’an berarti mengkaji tentang praktik pengalaman Al-Qur’an


berlangsung, bukan yang masih akan berlangsung atau akan
dilangsungkan. Living Qur’an dalam pengertian ihya’ adalah lebih
cenderung kepada kajian tentang strategi atau teknik pengamalan Al-
Qur’an.
Dalam penelitian ini peneliti menelusuri tentang proses rukiyah
dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an serta pengalaman pasien
yang mengikuti rukiyah. Peneliti berusaha menggambarkan objek
sesuai apa yang ada. Dalam penelitian ini peneliti menyajikan data
secara deskriptif dengan uraian detail tentang rukiyah yang
dipraktikkan Panti Asuhan Putra Tuntang.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian ini adalah di Panti Asuhan Putra Tuntang yang
berada di Jl. Fatmawati 96 Tuntang, Dusun Cikal. Desa Tuntang
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Waktu yang dilakukan
mulai tanggal 1 April 2020 sampai tanggal 14 Mei 2020. Jumlah
keseluruhan anak asuh terdapat 22 anak asuh, 2 pengasuh, 2 bagian
administrasi.
3. Sumber Data
Secara umum data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan
sekunder.
a. Data primer (primary data) yaitu data yang diperoleh dengan
survei lapangan yang menggunakan semua metode data
17

original. 18 Pada umumnya data primer berupa karakteristik


demografi atau sosio-ekonomi, sikap atau pendapat, kesadaran
atau pengetahuan, minat, motivasi, perilaku (tindakan dan
penggunaan). 19 Data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti
secara langsung dan informasi di lapangan melalui wawancara
dan observasi. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti
melakukan wawancara dengan pengasuh, bagian administrasi,
dan anak asuh yang ikut serta dalam proses rukiyah.
b. Data sekunder (secondary data) yaitu Data sekunder merupakan
data yang diperoleh tidak langsung dari lapangan.20 Sumber data
sekunder bisa diperoleh dari sumber internal, perpustakaan
umum maupun lembaga pendidikan, buku, skripsi, jurnal, artikel
dan lain-lain.21 Data sekunder yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data yang berhubungan dengan surat-surat resmi,
karya tulis, buku, arsip. Data yang ingin diperoleh antara lain
izin pendirian, struktur organisasi, visi misi, tujuan lembaga,
jadwal kegiatan anak, program tambahan, tata tertib, metode
pembelajaran, penanggung jawab.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik dalam pengumpulan data dan instrumen penelitian yang
peneliti gunakan adalah:
a. Wawancara

18
Nur Achmad Budi Yulianto, Muhammad Maskan, dan Alifiulahtin Utaminingsih,
Metodologi Penelitian Bisnis (Malang: Polinema Press, 2018), 37
19
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dak Karya Ilmiah
(Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2017), 137
20
Kun Maryati dan Juju Suryawati, Sosiologi Untuk SMA dan MA Kelas XII, (Esis, t.t.),
110
21
Asep Hermawan, Penelitian Bisnis: Paradigma Kuantitatif, (Jakarta: Gramedia,
2005), 168
18

Wawancara adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk


tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai dengan
menggunakan pedoman wawancara maupun tidak.22
Dalam metode wawancara, peneliti melakukan tanya jawab
terhadap informan yang terkait dengan proses rukiyah. Narasumber
yang akan melakukan wawancara berjumlah 7 orang antara lain 5 anak
asuh yang duduk di SD, SMP dan SMP, 1 pengasuh dan 1 administrasi.
b. Observasi
Secara umum observasi diartikan sebagai pengamatan dan
penglihatan langsung terhadap objek yang diteliti. Adapun secara
khusus, observasi adalah mengamati dan mendengar dalam rangka
memahami, mencari jawaban, mencari bukti terhadap fenomena sosial
keagamaan tanpa mempengaruhi fenomena yang diobservasi. Dalam
rangka melakukan observasi, peneliti dapat mencatat, merekam,
memotret fenomena untuk menemukan data23.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi di Panti
Asuhan guna mengetahui proses pelaksanaan rukiyah di Panti Asuhan
tersebut. Obervasi yang dilakukan yaitu dengan berinteraksi dengan
pengasuh, administrasi, dan anak asuh serta mengajukan pertanyaan
yang dibutuhkan terkait praktik rukiyah.
c. Dokumentasi dapat berupa catatan peristiwa yang sudah berlalu

22
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif(Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya) (Jakarta: Kencana, 2005), 136
23
M.Mansur dkk, Metode Penelitian Living Qur’an dan hadis (Yogyakarta: TH Press,
2007),57
19

Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode


observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.24 Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Dalam penelitian ini, dokumentasi yang digunakan untuk
mendukung data supaya dapat dipercaya dan lebih akurat dengan
mencari data-data berbentuk gambar maupun tulisan serta alat
perekam. Dokumentasi yang digunakan peneliti untuk mencari data-
data tulisan, gambar atau yang lain adalah berupa alat digital seperti
kamera dan handphone.
5. Analisis Data
Analisis data dimaksudkan sebagai proses menyusun,
mengkategorikan data, mencari pola atau tema dengan maksud
memahami maknanya. Tujuan dari analisis data yaitu agar data-data
yang telah terkumpul dapat memiliki nilai sosial, akademis, dan
ilmiah. 25 Analisis data ini juga bisa dikatakan sebagai proses
pengolahan data. Data yang sudah dikumpulkan peneliti akan
dianalisis dengan urutan sebagai berikut:
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan
analisis data. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah
menggunakan dokumentasi, wawancara, dan observasi.

b. Reduksi data
Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan
perhatian dengan cara penyederhanaan, pengabstrakan, dan

24
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&G, (Bandung: Alfabeta,
2015), 240
25
Hasbillah, Ahmad ‘Ubaydi, Ilmu Living Qur’an-Hadis: Ontologi, Epitemologi, dan
Aksiologi, (Tangerang Selatan Banten: Yayasan Wakaf Darus-Sunnah, 2019), 296
20

transformasi data kasar yang muncul dari catatan lapangan selama


proses penelitian.26
c. Penyajian data
Alur penting ketiga dari kegiatan analisis adalah penyajian data.
Penyajian data dalam penelitian kualitatif merupakan penyajian data
dengan bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart dan sejenisnya. Dan yang sering digunakan dalam penyajian
datanya yaitu dengan teks bersifat naratif. 27 Penyajian data juga
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.
d. Kesimpulan
Proses analisis data akan dimulai dengan menelaah seluruh data
yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis tahhap
pertama yaitu dengan reduksi data. Pada tahap ini data akan dipilih
yang penting dan akan dibuang yang tidak dipakai. Setelah tahap
pertama, data akan disajikan dalam berbagai bentuk dan
dikelompokkan sehingga dapat ditemukan suatu struktur dan
keterkaitan antar data. Dengan langkah terakhir yaitu penarikan
kesimpulan atau verifikasi. Yaitu penarikan kesimpulan dari semua
data dan pengecekan keabsahan data.28
6. Teknik Validitas Data
Pada tahap menguji keabsahan data atau verivikasi data, peneliti
menggunakan teknik triangulasi baik itu triangulsi sumber, triangulasi
teknik, maupun trianggulasi waktu. Terkait dengan triangulasi sumber

26
Hasbillah, Ahmad ‘Ubaydi, Ilmu Living Qur’an-Hadis: Ontologi, Epitemologi, dan
Aksiologi, 298
27
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&G, 249
28
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabet, 2015),338-345
21

data, peneliti tidak hanya fokus pada satu sumber akan tetapi beralih
ke beberapa sumber.
Triangulasi teknik yang dilakukan peneliti untuk memperoleh
data yang valid ini dibuktikan dengan mengecek sumber yang sama
dengan teknik yang berbeda. Yakni wawancara, observasi lapangan,
dan dokumentasi. Sedangkan triangulasi waktu yang peneliti lakukan
dapat dilihat dari perpanjangan masa kehadiran peneliti di lapangan.

H. Sistematika Pembahasan

Dalam penelitian ini, peneliti menyusun ke dalam lima bab yang


rinciannya adalah sebagai berikut:
Bab pertama, pendahuluan. Dalam pendahuluan ini berisi latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, sistematika
penulisan.
Bab kedua, dalam bab ini memuat tentang landasan teori
mengenai Al-Qur’an sebagai obat, rukiyah dan Perkembangan
psikologi.
Bab ketiga, paparan data dan temuan penelitian. Dalam bab ini
akan diuraikan hal-hal mengenai profil Panti Asuhan Putra Tuntang,
sejarah berdirinya serta visi misi Panti Asuhan Putra Tuntang dan
strategi pengobatan melalui rukiyah.
Bab ke empat, berisi tentang analisis dan pembahasan dari hasil
penelitian yaitu pemaparan khusus yang menjelaskan jawaban dari
rumusan masalah dalam penelitian. Dalam penelitian ini memaparkan
pembahasan tentang keutamaan ayat-ayat Al-Qur’an yang digunakan
untuk rukiyah, dan Al-Qur’an sebagai syifa (pengobatan jiwa)
terhadap anak.
Bab ke lima, penutup meliputi kesimpulan dan saran.
22

BAB II
RUKIYAH DALAM TRADISI ISLAM
A. Al-Qur’an sebagai Obat
Secara harfiah Al-Qur’an berarti bacaan sempurna. Menurut
Quraish Shihab makna dari bacaan sempurna berarti tidak ada satu
bacaan pun sejak manusia mengenal baca tulis yang dapat menandingi
Al-Qur’an 29 . Sejak Al-Qur’an diturunkan banyak manusia telah
melakukan interaksi dengannya, baik dibaca, dihafalkan, maupun
diamalkan isinya sesuai petunjuk Nabi Muhammad Saw. Sehingga Al-
Qur’an lah yang menjadi landasan hidup bagi umat muslim.
Sebagai landasan atau pedoman hidup, Al-Qur’an mengandung
banyak fungsi didalamnya salah satunya adalah asy-Syifa’ (sebagai
obat). Selain obat bagi penyakit rohani maupun jasmani, Syekh Riyadh
Muhammad Samahah memberikan tambahan satu jenis penyakit lagi,
yakni penyakit rohani dan fisik sekaligus. Beberapa penyakit rohani
diantaranya seperti gelisah, sering mimpi buruk, mengigau, berada
dalam kondisi sedih dan merasa sempit, merasa lemah pada seluruh
tubuh diiringi rasa malas yang luar biasa, dan sebagainya. Sebagai
umat muslim meyakini bahwa tak hanya menyembuhkan penyakit hati
(rohani), Al-Qur’an mampu mengobati penyakit fisik (jasmani).30
Sejarah Nabi Muhammad Saw. telah mengamalkan fungsi Al-
Qur’an sebagai syifa. Dalam riwayat Nabi pernah menyembuhkan
penyakit dengan rukiyah lewat surah Al fatihah atau menolak sihir

29
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an : Tafsir Maudlu’I Atas Pelbagai Persoalan
Umat (Bandung: Mizan, 1996), 3.
30
Luthfiatul Ainiyah, Penggunaan Ayat-ayat Al-Qur’an Sebagai Pengobatan: Studi
Living Qur’an Praktik Rukiyah olej Jam’iyyah Rukiyah Aswaja
Tulunganggung,(Skripsi:IAIN Tulungagung, 2019), 10
23

dengan surah mu’awwizatain. Pengobatan yang dikenal dengan


sebutan thibbun nabawi juga menggunakan surat mu’awwizatain
sebagai bacaannya. Surah yang dikenal sebagai mu’awwizatain adalah
QS. Al Falaq, QS. An Nas. Dalam suatu riwayat surah ini turun
berkenaan dengan kejadian kaum musyrikin yang berusaha mencederai
Nabi Muhammad Saw. dengan sihir, kemudian kedua surah ini turun
sebagai pengajaran kepada Nabi Muhammad Saw. untuk menangkal
sihir tersebut. 31 Dalam riwayat lain, surah mu’awwizatain ini turun
pada peristiwa Nabi Muhammad Saw. mengalami sakit keras setelah
memakan makanan yang dihidangkan oleh kaum Yahudi.32
Quraish Shihab berpendapat, kedua surah ini adalah surah yang
menuntun pembacanya kepada tempat perlindungan atau
memasukkannya kedalam arena yang dilindungi. Qurasih Shihab
menyebutkan sebuah riwayat: Sayyidina Aisyah ra. Istri Rasulullah
Saw. berkata “Rasul meniupkan untuk dirinya al mu’awwizatain saat
menderita sakit menjelang ajalnya, dan ketika keadaan beliau sudah
amat parah aku membaca untuknya dan mengusapkan dengan tangan
beliau kiranya memperoleh berkat surah ini” (HR. Bukhari dan
Muslim).33
Demikianlah penjelasan bahwa Al-Qur’an merupakan syifa bagi
manusia. Salah satu cara pengobatan yang memfungsikan Al-Qur’an
sebagai obat adalah terapi rukiyah. Diantara ayat Al-Qur’an yang
dibaca ketika terapi rukiyah adalah QS. Al Fatihah, mu’awwizatain,
ayat kursi, QS. Al Hijr (15) : 34-35, QS. Al Anfal (8): 50, QS. Thaha
(20) : 69-70. Berikut ini ayat-ayat :

31
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an
volume 15, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 619
32
Asrifin An-Nakhrawie, Ringkasan Asbabun Nuzul: Sebab-sebab turunnya ayat-ayat
Al-Qur’an (Surabaya: Ikhtiar 2011), 224
33
M. Qurasih Shihab, Tafsir Al Misbah; pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an
volume 15 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 620
24

1. QS. Al Hijr (15) : 34-35


)35( ‫ك اللَّ ْعنَةَ إِ ََل يَ ْوِم الدِّي ِن‬
َ ‫) َوإِ َّن َعلَْي‬34( ‫يم‬
ِ ‫ال فَاخرج ِمْن ها فَِإن‬
ٌ ‫َّك َرج‬
َ َ ْ ُ ْ َ َ‫ق‬
Dia (Allah) berfirman, “(Kalau begitu) keluarlah dari surga,
karena sesungguhnya kamu terkutuk, dan sesungguhnya
kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat.34

Quraish Shihab menjelaskan tafsiran QS. Al Hijr (15) : 34-35


dengan menghubungkannya pada dua ayat sebelumnya yakni ayat 31-
32. Keempat ayat ini dalam Tafsir Al Misbah berisi tentang
keengganan iblis menerima perintah Allah untuk sujud kepada Adam.
Keengganannya bersumber dari keangkuhan yang menduga dirinya
lebih baik dari Adam. Redaksi yang digunakan: Tidak akan terjadi
dariku sujud, bukan misalnya: Aku tidak akan sujud menunjukkan
bahwa keengganan bersujud itu bukan lahir dari faktor luar darinya,
seperti karena ada halangan yang merintangi atau ada yang melarang,
atau sedang sibuk dengan sesuatu yang lain, tetapi keengganan itu
disebabkan karena faktor yang melekat dalam dirinya yang menjadikan
enggan untuk bersujud. Faktor tersebut adalah keangkuhan dan
kedengkian.
Sebab hal tersebut, iblis diperintahkan keluar dari surga oleh
Allah. Dari tafsiran Quraish Shihab, iblis tidak patut mendapat rahmat
apalagi surga dan Allah telah melaknatnya, artinya dijauhkan dari
rahmat Allah sampai hari kiamat hingga berlanjut setelah kiamat
disertai siksa yang pedih.35

34
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya special for woman (PT Sygma
Examedia arkanleema, 2009), 264
35
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an
volume 7, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 124-125
25

2. QS. Al Anfal (8): 50


ِ‫الَ ِر ِي‬ ْ َ‫ين َك َفُروا ال َْم ََلئِ َكةُ ي‬ ِ َّ ِ
ْ ‫اب‬ َ ‫ض ِربُو َن ُو ُج‬
َ ‫وه ُه ْم َوأ َْدبَ َارُه ْم َوذُوقُوا َع َذ‬ َ ‫َولَ ْو تَ َرى إ ْذ يَتَ َو ََّّف الذ‬
Dan sekiranya kamu melihat ketika para malaikat mencabut
nyawa orang-orang yang kafir sambil memukul wajah dan
punggung mereka (dan berkata), “Rasakanlah olehmu siksa
neraka yang membakar”.36

Quraish Shihab berpendapat dalam Tafsir Al Misbah, ayat ini


menguraikan keadaan orang-orang kafir atau secara khusus pasukan
musyrik yang tewas dalam perang badar. Dalam ayat ini ketika
menunjukkan peristiwa perang badar yang telah berlalu menggunakan
kata kerja masa kini, hal tersebut menurut Quraish Shihab bertujuan
menggambarkan kejadian tersebut sebagai sesuatu yang masih segar
dan seakan terlihat ketika ayat ini disampaikan. Pada ayat tersebut
melukiskan tentang apa yang dilakukan malaikat, yakni memukul
muka dan belakang mereka, maknanya bisa sesuai lahir teksnya dapat
juga bermakna orang-orang kafir dikuasai sepenuhnya oleh malaikat
dan mereka memperoleh perlakuan sangat buruk dan penghinaan
besar.37
3. QS. Thaha (20) : 69-70
‫) فَأُل ِْق َي‬69( ‫احُر َحْيثُأَتَى‬ َّ ‫اح ٍر َوََل يُ ْفلِ ُح‬
ِ ‫الس‬ ِ ‫ف ما صنَ عوا إََِّّنَا صنَ عوا َكي ُد س‬
َ ْ َُ َ ِ‫َوأَل ِِْ َما ِِف ََيِين‬
ُ َ َ ْ ‫ك تَ ْل َق‬
)70( ‫وسى‬ ِّ ‫الس َحَرةُ ُس َّج ًدا قَالُوا َآمنَّا بَِر‬
َ ‫ب َه ُارو َن َوُم‬ َّ
Dan lemparkan apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan
menelan apa yang mereka buat itu hanyalah tipu daya pesihir
(belaka). Dan tidak akan menang pesihir itu dari manapun ia

36
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya special for woman (PT Sygma
Examedia arkanleema, 2009), 183
37
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an
volume 5, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 467-469
26

datang, Lalu para pesihir itu merunduk sujud, seraya berkata,


Kami telah percaya pada tuhannya Harun dan Musa.38

Ayat ini memerintahkan untuk melempar apa yang berada di


tangan kanan Nabi Musa, yakni tongkatnya. Kata “tongkat” tidak
disebutkan dalam ayat ini mengisyaratkan berapa remeh menghadapi
apa yang dimaksud kata ‫ين‬
ِ ‫ يَ ِم‬berarti keberkahan, sehingga
mengisyaratkan pula keberkahan yang melekat dan dibawa oleh Nabi
Musa dalam tongkatnya. Sedangkan kata ‫صنَع ُٓو ۟ا‬ َ (sana’u) terambil dari
kata ‫( صنغ‬sana’a) yang biasa digunakan dalam arti melakukan sesuatu
dengan tekun dan teliti atas dasar keahlian. Sehingga dalam ayat ini
mengisyaratkan bahwa para penyihir melakukan upaya mereka secara
tekun dan sungguh-sungguh berdasarkan keahlian mereka.
Penggunaan kata pasif ‫( القِ َى‬ditiarapkan), mengisyaratkan bahwa
sebenarnya tidak ada yang meniarapkan mereka kecuali kesadaran diri
mereka sendiri. Penyebutan kata ‫َّاح ُر‬ ِ ‫( ٱلس‬para penyihir), menegaskan
bahwa yang sujud bukan semua hadirin yang menyaksikan peristiwa
tersebut, tetapi hanya para penyihir. Sedang kata ‫( ُس َّجدًا‬sujaddan)
adalah bentuk jamak dari kata ‫( ساجد‬saajid), yakni pelaku yang
bersujud. Ulama memahami sujud tersebut sebagai tanda patuh para
penyihir kepada Allah Swt. Ada juga yang memaknai pengakuan
kekalahan mereka kepada Nabi Musa As. Ada pula yang memaknai
sujud tersebut ditujukan kepada Fir’aun tetapi pendapat ini paling
lemah.39

38
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya special for woman (PT Sygma
Examedia arkanleema, 2009), 316
39
M. Qurasih Shihab, Tafsir Al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an
volume 7,(Jakarta: Lentera Hati, 2002), 329-331
27

Tidak diragukan lagi, bahwa berobat dengan Al-Qur’an dan


rukiyah-rukiyah yang telah ditetapkan oleh nabi Muhammad Saw.
merupakan pengobatan yang bermanfaat dan kesembuhan yang
sempurna. Al-Qur’an adalah penyembuh yang sempurna dari segala
macam penyakit hati dan badan, serta segala penyakit dunia akhirat.
Tidak ada seorang pun yang merasa tidak layak atau tidak cocok
untuk berobat dengan Al-Qur’an. Jika orang yang sedang sakit telah
berusaha sebaik mungkin dalam mengobati sakitnya dengan Al-Qur’an
dengan penuh keikhlasan, keimanan, penerimaan yang sempurna,
keyakinan yang mantap, serta telah terpenuhi syarat-syaratnya, maka
ia tidak akan terserang penyakit lagi untuk selamanya.
Tidak ada satupun penyakit dari sekian penyakit hati dan badan
melainkan di dalam Al-Qur’an telah terdapat petunjuk untuk
menyembuhkannya, mengenali sebab-sebabnya, serta tindakan
pencegahan darinya, bagi orang yang Allah telah memberinya
kepahaman terhadap Al-Qur’an. Sebab, Allah Swt. telah menjelaskan
di dalam Al-Qur’an mengenai berbagai macam penyakit hati dan
badan, sekaligus cara mengobati.40
Penyakit hati ada dua macam yaitu penyakit syubhat atau
keracunan dan syak atau keraguan, serta penyakit syahwat dan
kesesatan. Adapun penyakit-penyakit badan, Al-Qur’an telah
memberikan petunjuk mengenai dasar-dasar, kompleksitas, dan
kaidah-kaidah pengobatannya.
Kaidah-kaidah pengobatan penyakit badan seluruhnya terdapat
dalam Al-Qur’an, yaitu tiga metode:
1. Mejaga kesehatan
2. Menjaga diri dari sesuatu yang menulari
3. Mengeluarkan unsur-unsur yang merusak dan membahayakan.

40
Said Bin Ali Al-Qahthani.Doa Zikir &Rukiyah Dari Al-Qur’an& As
Sunnah.(Kartasura: Aqwam Media Profetika, 2015), 89
28

Ketika kesembuhan tak kunjung datang, hal itu dikarenakan


lemahnya pengaruh orang yang mengobati, atau karena tidak yakinnya
orang yang diobati, atau karena ada penghalang yang kuat yang
menghalangi efektifitas obat. Seandainya seseorang mau berobat
secara baik dengan Al-Qur’an, pasti ia akan melihat pengaruh
menakjubkan dalam kesembuhan yang singkat.
Manfaat Al-Qur’an dalam pengobatan antara lain:
1) Al-Qur’an sebagai Syifa’ atau obat bagi muslim
2) Al-Qur’an obat pertama dan utama untuk makhluk yang sakit, bukan
pengobatan alternatif
3) Kesembuhan adalah hak prerogratif Allah Swt. semata dan manusia
diperintahkan untuk berobat
4) Semua penyakit berasal dari kesalahan-kesalahan manusia agar
manusia mau kembali kepada Allah Swt. sebagai Maha penyembuh
5) Taubat sebagai sarana dalam melemahkan setan dan bala tentaranya.
Sebagai kitab suci, Al-Qur’an dijadikan rujukan dan menjadi
mitra dialog dalam menyelesaikan problem kehidupan yang dihadapi
manusia. Oleh karenanya, menjadi maklum ketika kajian Al-Qur’an
umumnya banyak yang menekankan pada kajian teks Al-Qur’an dan
produk tafsir daripada kajian yang lain. Di lain sisi terdapat model
pemahaman berbeda dalam segi penerimaan Al-Qur’an sebagai sebuah
teks. Sementara Al-Qur’an secara dogmatis adalah wahyu Allah yang
memuat segala informasi, petunjuk dan regulasi untuk kebaikan
umatnya. Al-Qur’an secara tekstual ditulis dengan bahasa Arab.
Dengan demikian Al-Qur’an mesti dibaca dan difahami dengan
kapasitas teks Arab. Dalam fakta sejarahnya, bahwa Nabi pernah
melakukan rukiyah yaitu menyembuhkan penyakit dengan
menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an. Sebagai contoh adalah
29

penggunaan Surah Al Mu’awwizatain ketika Nabi sakit dan di saat


akan meninggal dunia41.
Dari kasus di atas, dapat dipahami bahwa Al-Qur’an
diperlakukan sebagai pemangku fungsi di luar kapasitasnya sebaga
sebuah teks. Sebab, secara semantik Surah Al Mu’awwizatain tidak
memiliki korelasi dengan persoalaan penyakit, akan tetapi terbukti
digunakan untuk fungsi di luar fungsi semantisnya.
B. Rukiyah
Rukiyah secara etimologi ar-rukiyah ُ‫ الرُّ قِيَة‬bentuk jamaknya Ar-
Ruqaa )‫ (الرُّ ق َي‬artinya jampi, mantera, suwuk, rapalan. Terkadang
bermakna ‘azimah (jimat), dalam Lisanul Arab Rukiyah didefinisikan
sebagai setiap jampi-jampi yang baik. Al Fairuz berkata: “Yang
dimaksud ‘azimah-‘azimah adalah rukiyah-rukiyah”.42
Imam al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqolani dalam kitab Fathul Barri
4/534-535 berpendapat bahwa hukum rukiyah itu tafsil (di rinci) 43
yakni:
1. Jika menggunakan Al-Qur’an atau asmaul husna atau dengan
sifatNya maka hal ini hukumnya Jaiz mustahab. Mustahab artinya
dianjurkan sedang dalam bahasa fiqh yang dimaksud mustahab adalah
sunnah
2. Jika menggunakan dzikir yang ma’tsur (shohih-hasan-dhoif asal
bukan maudhu’) maka hukumnya seperti yang pertama (Jaiz
Mustahab)

41
Ahmad Farhan, Studi Living Al-Qur’an pada Praktik Quranic Healing Kota Bengkulu
(Analisis Deskpritif Terhadap Penggunaan Ayat-Ayat Al-Qur’an), Refleksi, Volume 16,
Nomor 1. April 2017, 2
42
‘Allama ‘Alaudin Shidiqi. Panduan Ringkas Jam’iyyah Rukiyah Aswaja (Ponpes
SunanKalijaga: 2018), 1
43
‘Allama ‘Alaudin Shidiqi. Panduan Ringkas Jam’iyyah Rukiyah Aswaja, 6
30

3. Jika menggunakan dzikir yang ghoru ma’tsur namun tidak


menyelisihi yang matsur maka hukumnya Jaiz Ghoiru Mustaha (boleh
tetapi tidak dianjurkan) contoh menggunakan bahasa Jawa, atau doa
dari Imam Syafi’I yang digunakan untuk doa rumah yang terindikasi
terkena sihir.
4. Jika menggunakan bahasa aja yang tidak dipahami maknanya maka
hukumnya makruh, contoh perkataan simsalabim.
5. Jika menggunakan nama-nama selain nama Allah yang maha Agung,
semisal menggunakan nama malaikat atau nama bangsa jin yan muslim
misalkan As Sulab, Dasim maka hukumnya adalah Haram.
Doa yang bersih dari penghalang-penghalang dikabulkannya doa
merupakan sarana yang paling ampuh untuk menolak sesuatu yang
dibenci dan mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Doa merupakan
obat yang mujarab yang dipanjatkan berulang kali. Doa adalah
musuhnya musibah atau penyakit, ia dapat mengusir penyakit dan
mengobatinya, serta dapat mencegah turunnya, ataupun
meringankannya jika telah turun menimpa.44
Al-Nu’man ibn Basyir meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad
Saw. bersabda:
ُ‫إن ال ّد َعاء ُه َوالْعِبَ َادة‬
َّ
Doa itu ibadah
Kemudian, beliau melantunkan ayat, Berdoalah kepada-Ku,
niscaya akan Kuperkenankan bagimu (QS. Al Mukmin [40]: 60)

44
Said Bin Ali Qahthani, Doa Zikir &Rukiyah, (Kartasura: Aqwam Media Profetika,
2015), 91
31

Abu Hurairah mengungkapkan bahwa Nabi Muhammad Saw.


menuturkan: “Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di hadapan Allah
selain doa.45
Jadi berobat dengan rukiyah, harus memperhatikan dua
perkara46, yaitu:
1. Orang yang sakit hendaknya menguatkan jiwanya, jujur dalam
menghadapkan dirinya kepada Allah, memiliki keyakinan yang
mantap bahwa Al-Qur’an merupakan penyembuhan dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman, serta meminta perlindungan kepada Allah
dengan benar yang selaras dengan hari dan lisannya. Sebab, proses
pengobatan layaknya sebuah peperangan. Seorang yang berperang,
tidak akan meraih kemenangan atas musuhnya kecuali dengan dua
hal, hendaknya senjata yang digunakan benar-benar kuat dan bagus,
serta hendaknya memiliki lengan yang kuat. Jika salah satunya tidak
terpenuhi, maka senjata tersebut tidak memberikan manfaat yang
besar.
2. Orang yang mengobati dengan menggunakan Al-Qur’an dan As
sunah juga harus memiliki dua hal di atas.
Para ulama telah bersepakat atas kebolehan rukiyah 47 , ketika
terpenuhi tiga syarat, yaitu:
1. Hendaknya dengan menggunakan firman Allah, dengan asma dan
sifatNya, atau dengan doa-doa yang disabdakan Nabi Muhammad
Saw.
2. Hendaknya menggunakan bahasa Arab atau bahasa lain yang dapat
dipahami maknanya.

45
Imam Al Ghazali, Ihya’ Ulumiddin Imam Al Ghazali, terj Tatam Wijaya, (Jakarta:
Zaman, 2018), 682
46
Said Bin Ali Qahthani, Doa Zikir &Rukiyah, 92-93
47
Said Bin Ali Qahthani, Doa Zikir &Rukiyah, 93
32

3. Hendaknya meyakini bahwa rukiyah tidak bisa nemberikan pengaruh


dengan sendirinya, tapi semata-mata karena takdir Allah Swt. Juga
meyakini bahwa rukiyah merupakan salah satu dari sebab-sebab
kesembuhan.
Beberapa penyakit yang sering disembuhkan dengan rukiyah48
antara lain:
1. Terkena sihir
Cara penyembuhan dengan cara terapi sihir antara lain:
a) Melakukan hal-hal yang dapat membentengi diri dari sihir sebelum
menimpa, diantaranya ialah:
1. Menjalankan semua kewajiban, meninggalkan seluruh larangan,
dan bertobat dari segala dosa.
2. Banyak membaca Al-Qur’an Al karim dengan menjadikannya
sebagai wirid harian.
3. Membentengi dengan doa-doa, zikir-zikir pagi dan sore, membaca
ayat kursi, surah Al ikhlas, Al mu’awwidzataain.
4. Membaca ayat Kursi setiap selesai sholat, ketika menjelang tidur,
serta pada waktu pagi dan sore.
5. Makan 7 butir kurma sebelum makan pagi, jika memungkinkan.
b) Menyembuhkan sihir setelah menimpa, diantaranya adalah:
1. Mengeluarkan dan menghilangkan benda-benda yang dijadikan
sarana sihir jika telah diketahui tempatnya dengan cara-cara yang
diperbolehkan syariat. Ini merupakan cara terpenting dalam
mengobati orang yang kena sihir49.
2. Menggunakan rukiyah syar’i, dengan cara :

48
Said Bin Ali Qahthani, Doa Zikir &Rukiyah, 94-97
49
Said Bin Ali Qahthani, Doa Zikir &Rukiyah, 97-104
33

a. Menumbuk tujuh lembar daun bidara hijau diantara dua batu


ataupun yang lainnya. Kemudian dicampur dengan air
secukupnya untuk mandi. Lalu dibacakan ta’awwudz pada air
tersebut, dan dibacakan ayat kursi, QS. Al A’araf 117-122, QS.
Yunus 79-82, QS. Thaha 65-70, QS. Al kafirun, QS. Al Ikhlas,
QS. Al Falaq, QS. An Nas.
b. Membaca Surah Al Fatihah, ayat kursi dua ayat terakhir Surah
Al-Baqarah, Surah Al Ikhlas, dan mu’awwidzatain. Disertai
dengan meniup dan menggusap wajah dengan tangan kanan.
c. Membaca ta’awwudz, doa-doa perlindungan rukiyah.
2. Penyakit ‘ain
Cara pengobatan dengan terapi ain, ada beberapa cara antara
lain:
1. Sebelum terkena penyakit ‘ain. Sebagai upaya pencegahan, bisa
dilakukan dengan cara:
a) Membentengi diri dari orang yang dikhawatirkan dapat menimpakan
‘ain dengan zikir-zikir, doa-doa, dan ta’awudz yang disyariatkan,
sebagaimana yang telah disebutkan dalam pembahasan terapi sihir.
b) Mendoakan keberkahan kepada orang yang ditakutkan atau
dikhawatirkan akan terkena ‘ain. Ketika melihat sesuatu dari
seseorang mengenai dirinya, hartanya, anaknya, saudaranya, atau
selain itu yang membuat kagum.
c) Menutupi berbagai keindahan diri dari orang yang dikhawatirkan
‘ainnya50.
2. Setelah terkena penyakit ‘ain. Sebagai upaya penyembuhan bisa
dilakukan adalah dengan beberapa cara:

50
Said Bin Ali Qahthani, Doa Zikir &Rukiyah, (Kartasura: Aqwam Media Profetika,
2015), 112
34

a. Jika diketahui siapa orang yang menjadi penyebab penyakit ‘ain,


maka mintalah orang itu untuk berwudlu, lalu orang yang terkena
penyakit ‘ain dimandikan dengan air bekas wudlunya51.
b. Memperbanyak membaca Surah Al Ikhlas, mu’awwidzatain, Al
Fatihah, ayat kursi, penutup surah Al Baqarah, serta doa-doa yang
disyariatkan dalam rukiyah, lalu meniup dan mengusap tempat yang
sakit dengan tangan kanan, sebagaimana yang telah dijelaskan pada
cara kedua terapi sihir.
c. Membacakan ayat-ayat Al-Qur’an dan doa-doa ke dalam air yang
disertai dengan tiupan, lalu diminumkan kepada si sakit dan sisanya
disiramkan pada tubuhnya. Atau membacakan ayat-ayat dan doa-doa
rukiyah pada minyak zaitun, lalu dilulurkan pada tubuhnya. Jika
membacakan ayat-ayat dan doa-doa rukiyah pada air zam-zam, maka
itu lebih manjur ataupun pada air hujan.
d. Tidak mengapa menuliskan ayat-ayat Al-Qur’an untuk si sakit,
kemudian airnya digunakan untuk mandi dan minum. Diantaranya
adalah Surah Al Fatihah, ayat kursi, dua ayat terakhir Al Baqarah,
Surah Al Ikhlas, serta doa-doa yang disyari’atkan dalam rukiyah,
sebagaimana yang telah dijelaskan pada cara kedua terapi sihir.
3. Kerasukan Jin
Cara mengobati terapi kerasukan jin antara lain dengan cara:
a. Sebelum terkena
Diantara pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan
menjaga seluruh amalan-amalan fardhu, menjauhi seluruh hal yang
dilarang, bertobat dari seluruh dosa, serta membentengi dengan zikir-
zikir, doa-doa dan ta’awudz yang disyariatkan.
b. Terapi setelah kerasukan jin

51
Said Bin Ali Qahthani, Doa Zikir &Rukiyah, 113
35

Dengan bacaan dan rukiyahnya seorang muslim yang hatinya


selaras dengan lisannya kepada orang yang kesurupan. Terapi yang
paling efektif adalah rukiyah dengan Surah Al Fatihah52, ayat kursi,
dua ayat terakhir Surah Al Baqarah, Surah Al Ikhlas, Surah Al Falaq,
Surah An Nas, dengan meniupkan pada diri orang yang kerasukan dan
mengulanginya sebanyak 3 kali.
4. Mengobati Penyakit Psikis
Terapi penyakit psikis dan stress secara singkat adalah dengan
53
cara :
a) Petunjuk dan tauhid, karena kesesatan dan kesyirikan merupakan
penyebab terbesar gangguan stress.
b) Cahaya keimanan yang benar, yang Allah Swt. pancarkan ke
dalam hati seorang hamba disertai dengan amalan saleh.
c) Ilmu yang bermanfaat, semakin luas ilmu seorang hamba, maka
akan semakin lapang hatinya.
d) Berserah diri dan kembali kepada Allah Swt. mencintaiNya
dengan sepenuh hati, menghadapkan diri serta bernikmat-nikmat
dengan beribadah kepadaNya.
e) Senantiasa berzikir kepada Allah Swt. di setiap keadaan dan
tempat. Sebab, dzikir memiliki pengaruh yang sangat
menakjubkan dalam membahagiakan hati, melapangkan dada,
serta menghilangkan kesedihan dan kedudukan.
Ayat-ayat Al-Qur’an, zikir-zikir dan doa-doa yang digunakan
untuk memohon kesembuhan dan merukiyah, memang sangat
bermanfaat dan dapat menyembuhkan. Akan tetapi, hal itu tetap
membutuhkan keyakinan, kekuatan, dan pengaruh orang yang
mengobati. Oleh karena itu, ketika kesembuhan tidak kunjung datang,

52
Said Bin Ali Qahthani, Doa Zikir &Rukiyah, (Kartasura: Aqwam Media Profetika,
2015), 116
53
Said Bin Ali Qahthani, Doa Zikir &Rukiyah, 118
36

hal itu dikarenakan lemahnya pengaruh orang yang diobati, atau


karena adanya penghalang yang kuat yang menghalangi efektifitas
obat.
Keyakinan dalam memohon kesembuhan sangatlah penting
karena jika tidak yakin Allah Swt. yang mendatangkan kesembuhan
maka sia-sia dalam pengobatan. Kekuatan jasmani dan rohani
diperlukan ketika rukiyah karena jika kekuatan berkurang maka tidak
maksimal dalam mengobati. Bisa jadi tubuh akan lemas atau bahkan
dikuasai oleh jin. Kekuatan juga dapat dikatakan jika kita mengikuti
arahan perukiyah untuk membaca istighfar, ketika kita tidak
mengikuti maka kekuatan itu akan lemah dan kesembuhan tidak
kunjung datang. Selain keyakinan dan kekuatan, orang yang di obati
juga dapat menjadi penyebab tidak optimal dalam penyembuhan.
Karena orang yang diobati sudah tidak mempunyai niat atau sudah
tidak fokus dalam rukiyah maka pengobatan tidak maksimal dalam
penyembuhan.
Rukiyah diperbolehkan (bahkan diperintahkan jika berobat
dengan Al-Qur’an sebagaimana dalam surah Al Isro’:82), selama tidak
terdapat unsurkesyirikan seperti menyebut nama Allah Swt,
menyekutukan Allah, menyandarkan diri kepada selain Allah seperti
kepercayaan pada pohon-pohon atau benda-benda keramat atau hari
dan berlindung kepada jin dan lain-lain.
Banyak sekali reaksi ketika dirukiyah, setidaknya terdapat 10
pintu keluarnya penyakit dalam tubuh manusia misalkan muntahan,
keringat, BAB, sendawa, bersin dan lain-lain. Sebenarnya banyak hal
di dunia pengobatan kasus sihir dan gangguan jin yang tak dijelaskan
secara detail dalam nash. Sebagai contoh adalah tafsiran reaksi orang
ketika di rukiyah, semisal satu contoh reaksi yang paling sering
dijumpai para raqi (perukiyah) yakni at-taqoyu (‫ )التقؤ‬alias muntah-
37

muntah. Dengan reaksi muntah ini kita bisa mengetahui jenis


gangguan dan tempat sembunyi jin di tubuh manusia.
Beberapa reaksi ketika di rukiyah antara lain54:
a) Jika dimuntahkan adalah isi perut (ada nasi, atau makanan yang
baru dimakan) maka gangguan berpusat di area lambung dan
pencernaan, biasanya terjadi bagi yang memiliki jin khodam
turunan atau nasab dan juga sihir ma’kul (yang tercampur melalui
makanan) adapun perbedaannya adalah kalau yang kena sihir
biasanya disertai bau busuk lumayan menyengat dan ada warna
kehitaman atau kehijauan (biasanya orang dibuat temparamen,
cenderung tertutup, tensi, nafsu makan besar, kadang kurang nafsu
makan, sulit BAB, pendendam atau sulit memaafkan).
b) Jika muntahan berwarna putih kekuningan, biasanya terjadi pada
orang-orang yang pernah meminum sesuatu baik untuk ilmu
kesaktian, maupun memang disihir orang tanpa sepengetahuannya,
biasanya orang yang semacam ini dibuat temperamen, mudah
tersinggung, cenderung mau menang sendiri, angkuh, paling hobi
untuk kelebihan pada diri sendiri.
c) Jika muntahan keluar darah yang bercampur lender, maka gangguan
biasanya ada di area kepala sekitaran tengkuk, pundak, sampai
belikat. Orang yang seperti ini dia biasa dibuat was-was, bingungan,
sulit konsentrasi, cemas tanpa sebab, sering lupa terutama rakaat
shalat, mudah menyerah atau pesimis.
d) Jika yang dimuntahkan adalah berupa lendir, maka gangguan
berpusat di area dada, tenggorokan, dan jalur pernapasan, sampai
pada ulu hati, biasanya sebelum muntah ada reaksi batuk-batuk.
Maka orang tersebut biasanya gampang sedih, perasa atau sensi,
suka cemas, gampang panik, bingungan, gampang lupa, hobi

54
‘Allama ‘Alaudin Shidiqi. Panduan Ringkas Jam’iyyah Rukiyah Aswaja (Ponpes
Sunan Kalijaga: 2018), 15-16
38

membicarakan hal yang tidak penting, kurang punya pendirian,


cenderung tertutup.
e) Jika muntah yang tertahan dan tidak bisa dimuntahkan biasanya
karena masih ada faktor penghalang yang masih dipelihara seperti
amalan yang menyimpang dari syariat yang masih dilakukan, jimat
yang diyakini mendatangkan manfaat selain Allah yang masih
tersimpan, dendam yang masih membara dan sebagainya.
Selain diatas reaksinya juga bisa kelopak mata berkedip-kedip
tanpa bisa dikontrol, tangan tiba-tiba mencengkram, ketika reaksi
muntah sampai pantatnya terangkat seperti tersungkur, menjerit
histeris, berteriak reaksinya frontal.
C. Perkembangan Psikologi Anak dalam Pendidikan Islam
Memahami hakikat anak dalam perspektif perkembangan dan
pendidikannya merupakan hal penting dalam upaya melahirkan
generasi yang sukses di dunia dan akhirat. Sayangnya, konsep
perkembangan dan pendidikan anak selama ini masih banyak berkaca
pada teori-teori psikologi barat. Bukan berarti ini tidak tepat, namun
alangkah lebih baiknya dilandaskan pada konsep Islam yang secara
akidah maupun ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.

1) Perkembangan Psikologi Anak dalam Islam


Perkembangan dalam perspektif Islam sangat diperlukan untuk
mempersiapkan pembinaan anak yang sesuai dengan fase
perkembangan, sebagaimana tuntunan yang bersumber dari Al-Qur’an,
hadis dan pemikiran para ilmuwan Islam.
Para ilmuwan Islam banyak yang melakukan pengkajian tentang
psikologi, diantaranya dilakukan oleh Al-Kindi yang membahas
tentang psikologi mengenai tidur dan mimpi. Dalam bukunya ia
membahas berbagai fungsi jiwa, dan tentang cara kerja pikiran
39

manusia. Dilanjutkan oleh Ibnu Sina seorang filosof dan ahli


kedokteran yang banyak memberikan sumbangsih dalam kajian
Psikologi. Dalam bukunya ia membahas tentang jiwa, eksistensinya,
sensasi, hubungan jasmani dan ruhani, persepsi, juga membedakan
antara persepsi internal dan eksternal. Juga dijelaskan beberapa emosi
manusia yang tidak dimiliki binatang, seperti heran, senyum, tangis
dan sebagainya. Disamping itu, dia juga mencoba menerangkan
beberapa penyakit somatik. Sedangkan Al-Ghazali memainkan
peranan penting dalam sejarah perkembangan semua cabang ilmu yang
ada kaitannya dengan psikologi. Hal ini diperkuat oleh pernyataan
Abdul Hamid al-Hasyimi, seorang Profesor psikologi di Universitas
Raja Abdul Aziz bahwa orang pertama yang menamai cabang ilmu
psikologi sebagai ilmu yang mengkaji jiwa dan behavior (perilaku)
manusia adalah Al-Ghazali. Hal ini tampak dalam kitabnya ‘Ihya
‘Ulumuddin’ yang membahas tentang jiwa dan perilaku manusia. Al-
Ghazali membagi struktur keruhanian manusia ke dalam empat
dimensi, yakni kalbu, ruh, akal, dan nafsu. Keempat unsur tersebut
masing-masing memiliki dua arti, yakni arti jasmaniyah dan arti
ruhaniyah.55
Baik secara implisit maupun eksplisit Islam sangat menekankan
pemahaman tentang masa-masa perkembangan anak fisik maupun
psikis. Di satu sisi Islam mengakui kefitrahan seorang anak yang akan
membawa potensi ke arah kebaikan, akan tetapi di sisi lain Islam juga
menuntut dan menuntun para orang tua agar dapat mengawal seorang
anak menjadi manusia yang mengerti tugasnya sebagai Khalifah. Oleh
karena itu, para orangtua, pendidikan dan lingkungan anak sangat perlu

55
Sari Narulita, Psikologi Islam Kontemporer, Jurnal Studi Al-Qur’an, Vol. 11 No. 1,
Tahun 2015, 59
40

untuk memahami proses pembinaan anak dalam semua rentang usianya


lebih-lebih pada usia dini.56
Muhammad Abu Zahrah membagi fase perkembangan anak
menjadi empat fase, yaitu:
a) Ash-Shobiy atau At-Tifl (anak kecil)
b) Mumayyiz (mampu membedakan sesuatu)
c) Murahiq (menjelang usia baligh)
d) Baligh (mampu diberi beban hukum, bagi anak laki-laki ditandai
dengan bermimpi basah atau ihtilam sekitar usia 14 tahun, dan haid
bagi perempuan sekitar usia 11 tahun).57
Konsep perkembangan tersebut memberi isyarat bahwa
sesungguhnya Islam telah meletakkan fase perkembangan anak
sebagai bagian tak terpisahkan dari hukum Islam.
Orang tua memiliki peranan yang amat penting dalam upaya
mendukung perkembangan anak, khususnya saat mereka berada pada
tahapan usia dini. Namun, permasalahan seringkali muncul, manakala
orang tua sering kurang memahami teori perkembangan anak. Tidak
adanya pendidikan khusus untuk mempersiapkan seseorang, menjadi
orang tua juga semakin mempersulit tugas orang tua dalam menangani
berbagai permasalahan perkembangan anak.58
2) Pendidikan Anak dalam Islam
Psikologi Islam akan menjadi hal yang penting dalam
memandang anak manusia dan bisa membantu dalam menemukan
sebuah solusi. Oleh karena itu, menurut pendapat Zakiyah Daradjat

56
Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), 63
57
Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqih (Beirut: Pustaka Firdaus, tt), 333
58
Helda Nur Ania, Psikologi Perkembangan Anak Perspektif Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
(Kajian Kitab Tuhfat al Maudud bi Ahkam al- Maulud), Jurnal: Pendidikan Islam Al
I’tibar, (Vol 2 No 1), 42
41

dalam pengkhususan pada anak bahwa masalah pemeliharaan dan


pengasuhan anak adalah yang menyangkut perlindungan kesejahteraan
anak itu sendiri dalam upaya meningkatkan kualitas anak pada
pertumbuhannya, dan mencegah penelantaran serta perlakuan yang
tidak adil untuk mewujudkan anak sebagai manusia seutuhnya yang
cerdas, tangguh, dan budi luhur, maka tempat bernaung bagi seorang
anak adalah orang tua.59
Memilih cara yang tepat dalam mendidik anak adalah hal yang
harus ditekankan pada seorang pendidik khususnya orang tua, karena
orang tua merupakan pendidik utama di dalam keluarga sejak anak
terlahir di dunia. cara pola asuh orang tua yaitu tidak mendidiknya
dengan kebebasan yang sangat atau toleransi yang berlebih-lebihan.
Karena, jika terlalu bebas akan menjadi pengaruh yang tidak baik bagi
pertumbuhan anak. Tetapi juga sebaliknya, jangan terlalu menekan
keras, banyak perintah, larangan, teguran dan tidak mengindahkan
keinginan anak, yang menyebabkan ketegangan terhadap anak. Banyak
orang tua yang menyangka bahwa kekerasan dalam mendidik anak itu
baik, dan perlu agar anak nanti bisa hidup sebagaimana mestinya.
Kekerasan dalam mendidik tetap tidak baik, bagaimanapun juga
kelakuan si anak. Karena, hal tersebut malah bertambahnya kelakuan
buruk dan gangguan psikologi si anak.
Islam memiliki sumber yang sangat kuat untuk menggali
spiritual dalam kehidupan yaitu dari Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan
penanaman jiwa agama kepada anak untuk melakukan latihan-latihan
yang diajarkan sewaktu masa kecilnya, melalui ketauladanan orang tua
ataupun guru, kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka,
merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan

59
Waston dan Miftahudin Rois, Pendidikan Anak dalam Perspektif Psikologi Islam
(Studi Pemikiran Prof. Dr. Zakiyah Daradjat), Jurnal Studi Islam, Vol. 18, No. 1 Juni
2017, 29
42

sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak, yang sedang tumbuh,


mengajarkan dan melatih kegiatan-kegiatan yang mengandung nilai-
nilai spiritual kepada anak-anak, contoh latihan-latihan keagamaan
salah satunya ibadah seperti, shalat, membaca Al-Qur’an, atau
menghafal surah-surah pendek, shalat berjama’ah di masjid harus
dibiasakan sejak kecil hingga lama-kelamaan akan tumbuh rasa senang
melakukan ibadah tersebut. Memberikan pendidikan agama dan moral
sejak dini, tumbuh dan berkembang dari pengalaman-pengalaman yang
dilalui oleh anak sejak ia lahir, dan juga kebiasaan-kebiasaan yang
ditanamkan sejak dia masih kecil.
Konsep psikologi Islam yang memandang aspek ruhaniah atau
spiritual ini sangat berkaitan dengan tujuan makna hakiki dari
pendidikan Islam. Karena, potensi luhur diri manusia yang bersumber
dari ar-ruh dan al-fitrah Allah. Potensi ruh menjadikan manusia sadar
akan fungsi dirinya sebagai khalifah dan fitrah akan mewujudkan
fungsinya untuk tetap menjadi hamba Allah yang selalu beribadah.60
Tanggung jawab dalam mendidik anak merupakan suatu
keharusan bagi orang tua sebagai pondasi akhlak untuk
keberlangsungan hidupnya, oleh karenanya tugas mendidik anak ini
ternyata tidak mudah dilakukan, lebih-lebih pada zaman sekarang ini.

60
Waston dan Miftahudin Rois, Pendidikan Anak dalam Perspektif Psikologi Islam
(Studi Pemikiran Prof. Dr. Zakiyah Daradjat), Jurnal Studi Islam, Vol. 18, No. 1 Juni
2017, 33
43

BAB III
GAMBARAN UMUM DAN TEMUAN DATA
PENELITIAN

A. Profil Panti Asuhan Putra Tuntang


1. Sejarah Berdirinya Panti Asuhan Putra Tuntang
Panti Asuhan Muhammadiyah Putra Tuntang didirikan
bertepatan pada tanggal 5 Desember 1984, dan diresmikan pada 17 Mei
1991 M / 5 Dzulqo’idah 1411 H dibawah naungan organisasi sosial,
tepatnya di desa Tuntang, Kec. Tuntang, Kab. Semarang, Jawa
Tengah.
Bermula dari tanah yang merupakan wakaf dari Almarhum
Bapak H. Harmonie Djaffar dari Bogor. Pada waktu awal berdiri panti
hanya mengasuh kurang lebih 10 anak asuh dengan biaya berasal dari
donatur awal yang terbatas pada pengurus dan donatur dari masyarakat
secara insidential. Seiring berjalannya waktu jumlah anak asuh selalu
bertambah sesuai dengan kemampuan kepengasuhan.
Mulai dari tahun ke tahun Panti Asuhan mengalami
perkembangan yang pesat, mulai dari perkembangan fisik dan non fisik
hingga sampai saat sekarang ini. Tahun 2020 terdapat 22 anak asuh
yang terbagi menjadi 1 anak TK, 8 anak SD atau MI, 4 anak SMP, 7
anak SMA/SMK dan 1 anak PT.
Perkembangan Fisik bangunan dari tahun ke tahun bertambah,
terdapat masjid yang cukup luas untuk digunakan sholat jum’at,
mengaji anak-anak, latihan diskusi, hafalan, selain itu terdapat 6 ruang
untuk kamar tidur, terdapat 10 kamar mandi bawah, 1 dapur, 1 gudang,
1 ruang alat music, 1 ruang aula besar yang biasa digunakan untuk
acara, belajar bersama, nonton film, terdapat 1 ruang aula kecil untuk
44

belajar setiap malam, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang kamar tidur untuk


tamu, 1 ruang logistik, 1 ruang menyetrika dan lapangan.
Selain perkembangan bangunan fisik terdapat juga kegiatan-
kegiatan yang mengembangkan soft skill nya antara lain latihan
hafalan surat dan hadi, pidato Bahasa Jawa, pidato Bahasa Indonesia,
belajar Bahasa Arab, belajar rebana, belajar Tapak Suci, diskusi,
belajar Kemuhammadiyahan, dan bermain. Untuk tapak suci Panti
Asuhan Putra Tuntang sering membawa pulang medali emas setiap
cabang perlombaan.
Kegiatan-kegiatan tersebut didukung oleh semua pihak pengurus
Panti Asuhan Putra Tuntang agar semua tersalurkan dan cita-cita anak
tercapai.Kegiatan anak-anak di luar Panti mengikuti ekstra Pramuka,
PMR, Tapak Suci dan Hisbul Waton.
2. Visi Misi
a) Visi
Menjadi lembaga pelayan sosial, Pendidikan dan Penanaman
akhlaqul karimah.
b) Misi
1) Melayani asuhan terbaik kepada anak asuh.
2) Memberikan kesempatan pendidikan anak asuh untuk menggapai
cita-citanya.
3) Menciptakan akhlaqul kharimah anak asuh.
4) Pemulihan kondisi fisik, mental dan sosial anak asuh.
5) Perlindungan pada anak asuh terhadap gangguan fisik, mental
dan sosial.
6) Pembinaan terhadap anak asuh dalam mencapai tujuan usaha
kesejahteraan sosial.
7) Pengembangan dan peningkatan kreatifitas, kecerdasan,
keterampilan dan keahlian anak asuh.
45

3. Organisasi

No JABATAN NAMA

1. Penanggung Jawab Dr. Muh. Saerozi, M. Ag.

2. Ketua Qi Mangku Bahjatullah, Lc., M.S.I

3. Wakil Ketua Imamul Huda, M.Pd.

4. Sekretaris MohRifa’i, M.H.I

5. Bendahara Sutono, S.Ag

6. Bidang Pendidikan Irham Masykuri, Lc., M.S.I

7. Bidang Kesehatan dr. Imama Delafri, Pn.

8. Bidang Humas Widodo, S.Pd.I

9. Bidang Sarpras Ruwiyanto, M.H.


M. Taufik, S.Pd.I
10. Pengasuh
Leni Rahmawati, S.Pd.I
Luqman Hakim, S.Sy
11. Tata Usaha
Fatih Mas’udah, S.Pd.I
46

B. Strategi Pengobatan melalui Rukiyah

Dalam teknik pelaksanaan rukiyah di Panti Asuhan Putra


Tuntang tidaklah berbeda dengan terapi rukiyah lainnya, baik dari
persiapan awal pelaksanaan terapi rukiyah sampai dengan teknik
merukiyahnya. Proses pelaksanaan terapi rukiyah yang dilakukan
berlandaskan nilai-nilai keislaman, bacaannya terdiri dari kalam Allah
(Al-Qur’an), serta yakin bahwa rukiyah hanyalah sarana karena yang
menyembuhkan adalah Allah SWT.
Kegiatan anak-anak Panti Asuhan Putra Tuntang tidak lepas dari
kegiatan ibadah sehari-hari, karena selalu diajarkan bagaimana caranya
untuk selalu bersyukur dalam keadaan apapun dan selalui berdzikir
kepada Allah Swt. Dari sinilah kegiatan rukiyah dimulai. Ketika
terdapat anak yang membuat geram pengasuh bapak MT, maka akan
dilakukan rukiyah bersama-sama agar tidak mempengaruhi ke anak
yang lain. Contoh yang membuat geram pengasuh, yaitu ketika anak
diminta untuk menyegerakan sholat atau menyegerakan kegiatan
tanpa menunda, sekali atau dua kali sudah diingatkan, tetapi apabila
sampai beberapa kali diingatkan dan tetap tidak di indahkan, maka
anak-anak langsung diajak untuk rukiyah bersama-sama dengan niat
Lillahi ta’ala untuk membersihkan jiwa agar tenang dalam beribadah.
Wawancara dilakukan kepada bapak MT sebagai pengasuh
menuturkan tentang rukiyah:
“Rukiyah adalah cara mengobati diri sendiri tanpa obat kimia
tetapi dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an yang dimana
dan kapan saja kita bisa menggunakannya dengan mengharap
kesembuhan Lillahi ta’ala, jika rukiyah dilakukan bersama-sama
dengan anak-anak asuh agar mereka merasakan efek dari rukiyah
itu sendiri. Nanti ketika ada anak yang merasa tidak nyaman
47

dengan badannya atau tingkah lakunya maka akan langsung


ketahuan jika anak tersebut mempunyai masalah. Adapun ayat-
ayat yang digunakan untuk rukiyah antara lain Surah Al Fatihah,
Surah Al Baqarah ayat 1-4, Surah Al Baqarah ayat 163, Surah
Al Baqarah ayat 255 atau sering disebut ayat Kursi, Surah Al
Baqarah ayat 284-286, Surah Ali Imran ayat 18, Surah Al A’raf
ayat 54, Surah Al Mu’minun ayat 116, Surah Al Jin ayat 3, Surah
As Shafaat ayat 1-10, Surah Al Haysr ayat 22-24, Surah Al
Ikhlas, Surah Al Falaq dan Surah An Naas”61 tuturnya.
Waktu yang hampir sama dengan tema yang sama peneliti
menanyakan pertanyaan kepada beberapa anak antara lain saudara
Afrida, Sutarno, Huseini, Alif tyas, Nahrowi dan Luqman. Berbeda
dengan anak asuh yang berinisial T yang mengatakan:
“Jika rukiyah itu dapat menyembukan penyakit, karena Allah
Swt, yang mendatangkan dan Allah Swt, yang akan
menyembuhkan dengan cara mendekatkan diri kepada Allah
dengan membaca ayat-ayat Al-Qur’an dalam setiap waktu
dengan niat karena Allah Swt, ayat-ayat yang digunakan setahu
saya Surah Al Fatihah, Surah Al Baqarah 255, Surah Al Ikhlas,
Surah Al Falaq, Surah An Nass itu saja”.62

Pendapat anak asuh berinisial A yang masih duduk di SD mengatakan:


“Rukiyah itu membersihkan jiwa raga dari makhluk-makhluk
halus karena sebelum melakukan rukiyah badan terasa sakit,
pusing dan tidak nyaman, tetapi setelah melakukan rukiyah
menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an saya merasakan nyaman,

61
Wawancara dengan Pengasuh Panti Bapak Muhammad Taufik, 19April 2020 Pukul
14.00 di Aula Panti Asuhan Putra Tuntang
62
Wawancara dengan Anak asuh Sutarno, 13 April 2020 Pukul 10.10 di Aula Panti
Asuhan Putra Tuntang
48

fresh dan enteng. Ayat-ayat Al-Qur’an yang digunakan ada


sholawat, surah Al Fatihah itu pasti, lalu ayat kursi, Surah Al
Ikhlas, Surah Al Falaq, dan Surah An Naas kalau yang lain tidak
faham”63

Rukiyah juga dirasakan oleh anak asuh yang berinisial AL,


sebagai salah satu penyembuhan sesuai syariat Islam sesuai yang
dikatakannya ketika diwawancara:
“Rukiyah menurut saya itu syarat penyembuhan syariat Islam
karena menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an dalam pengobatannya
dan niatkan karena Allah. Untuk ayat-ayat Al-Qur’an yang
digunakan itu ada Surah Al Fatihah, Surah Al Baqarah 255,
Surah Al Ikhlas, Surah Al Falaq, Surah An Naass, terus banyak
lagi, tetapi saya tidak faham itu surah apa saja, karena kita hanya
mendengarkan”.64
Anak asuh yang berinisial R mengatakan:
“Rukiyah menurut saya menyegarkan, lega karena sebelum
rukiyah itu saya merasakan sakit, tidak enak badannya, tetapi
setelah saya melakukan rukiyah bersama-sama dengan teman-
teman, Alhamdulillah sekarang tidak sering merasakan sakit,
merasa segar, tetapi dibarengi dengan berdzikir mengingat
kepada Allah. Ayat-ayat yang digunakan ada Surah Al Fatihah

63
Wawancara dengan Anak asuh Muhammad Afrida, 15April 2020 Pukul 10.50 di Aula
Panti Asuhan Putra Tuntang
64
Wawancara dengan Anak asuh Alif Tyas Wibowo, 16 April 2020 Pukul 11.10 di Aula
Panti Asuhan Putra Tuntang
49

itu, lalu surah Al Baqarah ayat 255, Surah Al Ikhlas, Surah Al


Falaq, Surah An Naas, dan banyak lagi”.65
Rukiyah juga bisa digunakan untuk menjaga diri sendiri dari
bala’ dan mengusir jin seperti yang dirasakan anak asuh H mengatakan:
“Rukiyah itu dapat menyembuhkan penyakit, bisa
menyembuhkan orang yang kerasukan jin. Selain itu juga bisa
untuk menjaga diri dari sihir atau apa itu. Ayat-ayat yang
digunakan banyak sekali setahu saya surah Al Fatihah, Ayat
Kursi, Al Ikhlas, Surah Al falaq, Surah An Naas, yang panjang-
panjang bacaannya saya kurang hafal”.66
Rukiyah juga melalui proses, tidak bisa langsung melakukan
rukiyah disembarang tempat karena menggunakan ayat-ayat Al-
Qur’an. Pemilihan tempat dan keadaan orang yangakan dirukiyah juga
dibutuhkan.Rukiyah seperti kita akan melakukan ibadah sholat 5
waktu, harus bersuci terlebih daulu. Seperti yang dikatakan bapak MT
terkait proses rukiyah
“Proses rukiyah di Panti Asuhan ini memerlukan persiapan
antara lain menyiapkan plastik, air putih, anak-anak
dikondisikan diminta untuk wudhu terlebih dahulu, setelah
sudah wudhu semua anak-anak diminta duduk melingkar dan
konsentrasi dalam ayat-ayat yang dibacakan, ayat-ayat untuk
rukiyah antara lain Surah Al Fatihah, Surah Al Baqarah ayat 1-
4, Surah Al Baqarah ayat 163, Surah Al Baqarah ayat 255 atau
sering disebut ayat Kursi, Surah Al Baqarah ayat 284-286, Surah
Ali Imran ayat 18, Surah Al A’raf ayat 54, Surah Al Mu’minun
ayat 116, Surah Al Jin ayat 3, Surah As Shafaat ayat 1-10, Surah

65
Wawancara dengan Anak asuh Nahrowi Wibowo, 17 April 2020 Pukul 11.30 di Aula
Panti Asuhan Putra Tuntang
66
Wawanacara dengan Anak asuh Fahri Huseini, 14 April 2020 Pukul 10.30 di Aula
Panti Asuhan Putra Tuntang
50

Al Haysr ayat 22-24, Surah Al Ikhlas, Surah Al Falaq dan Surah


An Naas”.
Setelah dibacakan ayat-ayat tersebut, anak-anak diminta untuk
meminum air bacaan, nanti akan terlihat setiap orang bereaksi dengan
berbeda-beda, ada yang merasakan pusing, kerasukan jin dengan
menjerit-jerit, ada yang menangis, ada yang sakit dadanya, ada yang
mual-mual. Ketika ada anak asuh yang kemasukan jin maka akan di
temani oleh bagian administrasi dan diajak untuk istighfar, membaca
Surah Al Baqarah 255 atau ayat Kursi, Surah Al Ikhlas, Surah Al Falaq,
dan surah Annas seraya mengelus-ngelus punggungnya. Jika masih
bereaksi hebat maka akan dibantu oleh pengasuh agar dapat
ditenangkan agar jinnya dapat keluar. Setelah selesai semua teratasi,
maka anak-anak diberi saran untuk melakukan amar makruf nahi
munkar, selalu ingat Allah Swt., sebelum tidur berwudhu lalu
membaca Surah Al Ikhlas, Al Falaq dan Surah Annas, selain itu anak
diminta untuk tidak sering melamun dimanapun tempat dan ketika
kegiatan”.67
Karena anak asuh hanya mendengarkan saja ketika wawancara
kemarin, jawabannya sama ketika ditanya bagaimana proses
wawancara, karena mereka tidak menyiapkan dari awal, mereka
termasuk orang yang akan dirukiyah, sedangkan persiapan dilakukan
oleh tim yang akan merukiyah.
Seperti yang dikatakan anak asuh yang berinisial T yang mengatakan:
“Proses rukiyah yang saya alami kita di beri air minum, lalu
duduk, setelah itu pengasuh membacakan ayat-ayat Al-Qur’an
dan setelah selesai mambacakannya kita diminta untuk minum,

67
Wawancara dengan Pengasuh Panti Bapak Muhammad Taufik, 19April 2020 Pukul
14.00 di Aula Panti Asuhan Putra Tuntang
51

kalau saya waktu itu merasakan sakit dada dan mual, terus
disuruh tetap istighfar sama membaca surah-surah pendek”.68
Sama halnya dengan anak asuh yang bernama R:
“Prosesnya yaitu, selesai sholat kita dikumpulkan di aula, diberi
air minum, duduk dengan tenang, diminta untuk fokus dan
diniatkan karena Allah, lalu dibacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an,
setelah selesai kita diminta untuk minum, ketika selesai minum,
rasanya saya pusing dan mual-mual, lalu disarankan untuk
istighfar dan membaca surat-surat sebisanya”.69
Sedangkan anak asuh yang berinsial H merasakan ketika proses
berlangsung badannya sudah terasa panas dan sakit kepala dan mual-
mual tidak tertahankan:
“Proses rukiyah kita diminta untuk kumpul di aula panti, yang
sudah batal diminta untuk wudhu, setelah itu kita diberi air
minum dan duduk melingkar. Setelah itu pengasuh memulai
membacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an, ketika proses dibacakan
ayat-ayat suci Al-Qur’an saya merasa panas, sakit kepala dan
mual-mual, sampai akhir dibacakan dan terakhir diminta untuk
minum, belum reda sakitnya, dan diminta untuk istighfar,
membaca ayat kursi dan surah-surah pendek”.70
Anak asuh yang berinisial AL mengatakan:
“Proses ketika mau dirukiyah itu, setelah sholat diberitahu kalau
akan diadakan rukiyah, setelah itu diminta kumpul di aula, diberi
air minum dan duduk bersama-sama membuat lingkaran. Setelah

68
Wawancara dengan Anak Asuh Sutarno, 13 April 2020 Pukul 10.10 di Aula Panti
Asuhan Putra Tuntang
69
Wawancara dengan Anak asuh Nahrowi Wibowo, 17 April 2020 Pukul 11.30 di Aula
Panti Asuhan Putra Tuntang
70
Wawanacara dengan Anak asuh Fahri Huseini, 14 April 2020 Pukul 10.30 di Aula
Panti Asuhan Putra Tuntang
52

semua rapi dan fokus, bapak mulai membacakan ayat-ayat suci


Al-Qur’an dan sampai selesai, airnya diminta untuk minum
langsung harus dihabiskan. Saya merasa lega, karena waktu
dibacakan ayat-ayatnya saya merasa sakit dan setelah minum
saya merasa enteng, seperti sifat-sifat buruk saya pergi. Setelah
selesai, yang tidak kerasukan diminta untuk menemani anak-
anak yang kemasukan jin, tetapi itu hanya anak-anak yang besar
saja. Setelah selesai semua, bapak memberi saran untuk selalu
berdzikir, jangan melamun, dan hindari hal-hal yang munkar”.71
Berbeda dengan proses anak asuh yang berinisial A:
“Proses rukiyah kita dikumpulkan di aula, diberi minum air
putih, lalu duduk melingkar dan semua disuruh fokus dan
diminta untuk berniat memohon kesehatan, perlindungan hanya
kepada Allah, lalu dimulai, bapak membacakan ayat-ayat suci
Al-Qur’an dan ketika dibacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an badan
saya terasa sakit semua, panas, mual dan tidak karuan, saya tiba-
tiba menangis tanpa disadari sampai bapak selesai membaca
saya masih menangis seperti anak kecil. Lalu bapak meminta
kami semua untuk minum. Ketika saya minum airnya saya
belum selesai menangis, akhirnya bapak menemui saya dan
mengajak untuk istighfar sambil di elus-elus pungung saya,
semakin saya istighfar semakin keras saya menangis, dan bapak
membantu dengan membaca surah-surah yang lain, tetapi saya
tidak tahu itu surah apa, dan pada akhirnya saya muntah
diplastik yang sudah disediakan. Setelah selesai semua, bapak

71
Wawancara dengan Anak asuh Alif Tyas Wibowo, 16 April 2020 Pukul 11.10 di Aula
Panti Asuhan Putra Tuntang
53

memberi saran untuk sering berdzikir, berwudhu sebelum tidur,


tidak melamun.72
Proses rukiyah di Panti Asuhan Tuntang menurut pengasuh MT
melalui tahapan menyiapkan plastik, air putih, anak-anak dikondisikan
diminta untuk wudhu terlebih dahulu, setelah sudah wudhu semua
anak-anak diminta duduk melingkar dan konsentrasi dalam ayat-ayat
yang dibacakan.
Ayat-ayat untuk rukiyah antara lain Surah Al Fatihah, Surah Al
Baqarah ayat 1-4, Surah Al Baqarah ayat 163, Surah Al Baqarah ayat
255 atau sering disebut ayat Kursi, Surah Al Baqarah ayat 284-286,
Surah Ali Imran ayat 18, Surah Al A’raf ayat 54, Surah Al Mu’minun
ayat 116, Surah Al Jin ayat 3, Surah As Shafaat ayat 1-10, Surah Al
Haysr ayat 22-24, Surah Al Ikhlas, Surah Al Falaq dan Surah An Naas,
setelah dibacakan ayat-ayat tersebut, anak-anak diminta untuk
meminum air bacaan, nanti akan terlihat setiap orang bereaksi dengan
berbeda-beda, ada yang merasakan pusing, kerasukan jin dengan
menjerit-jerit, ada yang nangis, ada yang sakit dadanya, ada yang
mual-mual. Ketika ada anak asuh yang kemasukan jin maka akan di
temani oleh bagian administrasi dan diajak untuk istighfar, membaca
Surah Al Baqarah 255 atau ayat kursi, Surah Al Ikhlas, Surah Al Falaq,
dan surah Annas seraya mengelus-ngelus punggungnya. Jika masih
bereaksi hebat maka akan dibantu oleh pengasuh agar dapat
ditenangkan dan jinnya bisa keluar.
Setelah selesai semua teratasi maka anak-anak diberi saran
untuk melakukan amar makruf nahi munkar, selalu ingat Allah Swt.,
sebelum tidur berwudhu lalu membaca Surah Al Ikhlas, Al Falaq dan

72
Wawancara dengan Anak asuh Muhammad Afrida, 15April 2020 Pukul 10.50 di Aula
Panti Asuhan Putra Tuntang
54

Surah Annas, selain itu anak diminta untuk tidak sering melamun
dimanapun tempat dan ketika kegiatan.
Berdasarkan temuan lapangan, maka disimpulkan bahwa proses
pelaksanaan rukiyah yang diterapkan di Panti Putra Tuntang, adalah:
1) Menyiapkan kantong plastik dan air minum
Perlu menyiapkan kantong plastik untuk persiapan jikalau ada anak
yang nanti akan muntah
2) Membagikan air minum 1 orang 1 gelas
Perantara rukiyah melalui air doa
3) Wudhu atau dalam keadaan suci
Orang yang akan dirukiyah sebaiknya bersuci terlebih dahulu karena
memohon kepada Allah
4) Duduk dengan melingkar
Dengan cara duduk melingkar ini akan menjadi efektif dalam berdoa
dan dapat melihat satu dengan yang lain, jika ada yang tidak
konsentrasi akan terlihat
5) Perukiyah membacakan ayat-ayat Al-Qur’an dan anak-anak fokus
mendengarkan
6) Perukiyah akan mengobati setiap anak yang bereaksi dengan cara
mendoakan dengan ayat-ayat Al-Qur’an
7) Ada yang kerasukan jin dengan cara sakit bagian salah satu tubuh,
menangis, menjerit atau mencengkram.
8) Anak yang bereaksi akan diberikan plastik untuk muntah dan di ajak
untuk beristighfar atau berdzikir sampai sadar
9) Anak akan diberi nasehat untuk selalu berdzikir, tidak melamun,
mengurangi perbuatan yang buruk dan pikiran tidak boleh kosong.
Setiap tindakan pasti ada efeknya, tidak luput dari proses
rukiyah. Dalam proses rukiyah mengandung dampak yang positif.
55

Peneliti menemukan jurnal karya Ahmad Farhan yang proses


rukiahnya hampir sama dengan penulis, bahwasannya prosesnya
sebagai berikut:73
1) Berwudhu sebelum melakukan terapi penyembuhan rukiyah
2) Memberikan konseling
3) Mendengarkan nasehat-nasehat agama dan petunjuk pelaksanaan
terapi penyembuhan rukiyah
4) Duduk atau berbaring dengan mengambil sikap relaksasi tubuh yang
enak dan nyaman dan relaksasi fikiran
5) Pasien mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an dengan khusyuk
6) Terapis meminta pasien untuk merasakan sensasi yang terjadi selama
proses mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an
7) Terapis membacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan fasih dan
suara yang merdu
8) Terapis meletakkan tangannya pada tubuh pasien yang dirasa sakit
Berdasarkan pemaparan di atas, hasil yang didapatkan oleh
peneliti dalam proses rukiah dari jurnal tersebut memiliki kesamaan,
bahwa mereka melaksanakan praktik rukiah harus dengan wudhu atau
dalam keadaan suci, kemudian duduk dengan mengambil sikap
relaksasi tubuh yang enak dan nyaman agar lebih berkonsentrasi, lalu
perukiyah membacakan ayat-ayat Al-Qur’an dengan fasih dan suara
yang merdu, agar pasien atau anak-anak fokus mendengarkan.

73
Ahmad Farhan, Studi Living Al-Qur’an pada Praktik Quranic Healing Kota Bengkulu
(AnalisisDeskpritif Terhadap Penggunaan Ayat-Ayat Al-Qur’an), Refleksi, Volume 16,
Nomor 1. April2017, 74
56

BAB IV
ANALISIS PENGGUNAAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN
DALAM PRAKTIK RUKIYAH DI PANTI ASUHAN
PUTRA TUNTANG

Dalam bab IV ini, peneliti akan memaparkan keutamaan ayat-


ayat Al-Qur’an yang digunakan untuk rukiyah, dan Al-Qur’an sebagai
syifa (pengobatan jiwa) terhadap anak tersebut. Maka dalam uraian
dibawah ini, peneliti akan mengungkapkan pandangan pengasuh,
bagian administrasi dan anak asuh Panti Asuhan Putra Tuntang.

A. Keutamaan Ayat-Ayat Al-Qur’an yang digunakan untuk Rukiyah


Menurut pengasuh bapak MT dalam rukiyah ayat-ayat Al-
Qur’an yang digunakan untuk pengobatan pasien adalah ayat-ayat Al-
Qur’an yang umum yang memang dipakai dalam terapi rukiyah, seperti
Surah Al Fatihah, Surah Al Baqarah ayat 1-4, Surah Al Baqarah ayat
163, Surah Al Baqarah ayat 255 atau sering disebut ayat Kursi,
SurahAl Baqarah ayat 284-286, Surah Ali Imran ayat 18, Surah Al
A’raf ayat 54, Surah Al Mu’minun ayat 116, Surah Al Jin ayat 3, Surah
As Shafaat ayat 1-10, Surah Al Haysr ayat 22-24, Surah Al Ikhlas,
Surah Al Falaq dan Surah An Naas. Berikut isi dari ayat-ayat Al-
Qur’an tersebut:
1. Surah Al Fatihah
١‫الرِحي ِم‬ َّ ‫بِ ْس ِم اللَّ ِه‬
َّ ‫الر ْْحَ ِن‬
٢‫ي‬ ِ ِّ ‫الم ُد لِلَّ ِه ر‬
َ ‫ب ال َْعالَم‬ َ ْ َْ
٣‫الرِحي ِم‬
َّ ‫الر ْْحَ ِن‬
َّ
٤‫ك يَ ْوِم الدِّي ِن‬ ِ ِ‫مال‬
َ
57

٥‫ي‬ ِ َ َّ‫اك نَعب ُد وإِي‬ ِ


ُ ‫اك نَ ْستَع‬ َ ُ ْ َ َّ‫إي‬
٦‫يم‬ ِ ِّ ‫ْاه ِدنَا‬
َ ‫الصَرا َط ال ُْم ْستَق‬
ِ ‫ض‬ ِ َّ ِ
َ ِّ‫وب َعلَْي ِه ْم َوَل الضَّال‬
٧‫ي‬ ُ ‫ت َعلَْي ِه ْم َغ ِْْيال َْم ْغ‬ َ ‫ين أَنْ َع ْم‬
َ ‫صَرا َط الذ‬
Artinya :
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam. Yang Maha
Pengasih, Maha Penyayang. Pemilik hari oembalasan. Hanya
kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada
Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukkanlah kami jalan
yang luru. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri
nikmat kepadanya, bukan jalan mereka yang dimurkai, dan
bukan pula jalan mereka yang sesat.74

Keistimewaan Surah Al-Fatihah ialah dapat berfungsi sebagai


syifa (obat), disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari dalam kitab
Fadhailul Qur’an, dari Abi sa’id al-Kudri, berkata “Kami pernah
berada dalam suatu perjalanan, lalu kami singgah, tiba-tiba seorang
budak wanita datang seraya berkata: “Sesungguhnya kepala suku kami
tersengat, dan orang-orang kami sedang tidak berada ditempat, apakah
diantara kalian ada yang bisa memberi rukiyah?” lalu ada seorang laki-
laki yang berdiri bersamanya, yang kami tidak pernah menyangkanya
bisa merukiyah. kemudian orang itu membacakan rukiyah, maka
kepala sukunya itu pun sembuh. Lalu ia (kepala suku) menyuruhnya
diberi tiga puluh ekor kambing sedang kami diberi minum susu.
Setelah ia kembali, kami bertanya kepadanya, “Apakah engkau
memang pandai dan bisa merukiyah?” Maka ia pun menjawab, “Aku
tidak merukiyah kecuali dengan Ummul kitab (Al-Fatihah).” “Jangan

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya special for woman (PT Sygma
74

Examedia arkanleema, 2009), 1


58

berbuat apapun sehingga kita datang dan bertanya kepada Rasulullah”


sahut kami. Sesampai di Madinah kami menceritakan hal itu kepada
Nabi, maka beliau pun bersabda “dari mana dia tahu bahwa Surah Al-
Fatihah itu sebagai rukiyah (jampi), bagi-bagilah kambing-kambing
itu dan berikan satu bagian kepadaku.” Demikian pula riwayat Muslim
dan Abu Dawud.75
Membaca surah Al Fatihah merupakan langkah strategis dalam
keseluruhan proses penyembuhan, karena tidak disangkal lagi bahwa
Al fatihah merupakan surah yang paling agung di dalam Al-Qur’an. Di
dalam larik-larik kalimatnya, Allah telah meletakkan sekian banyak
rahasia. Hal ini sebagaimana sabda rasulullah Saw., “Demi jiwaku
yang berada di tanganNya, Allah tidak menurukan surat semisal
dengannya di dalam taurat, tidak pula di dalam Injil, Zabur, dan Al
Furqan.76
Penggunaan Surah Al Fatihah di awal praktik rukiyah karena
setiap melakukan kegiatan diawali dengan surat Al Fatihah terlebih
dahulu, seperti halnya kita membaca Al-Qur’an. Rukiyah ini adalah
salah satu pengobatan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw.
2. Surah Al Baqarah ayat 1-4
‫الص ََلةَ َوِِمَّا‬
َّ ‫يمو َن‬ ِ ِ ِ ِ ‫) الَّ ِذ‬2( ‫ْكتاب ََل ريب فِ ِيه هدى لِْلمت َِّقي‬
ُ ‫ين يُ ْؤمنُو َن بالْغَْيب َويُق‬ َ َ ُ ً ُ َ ْ َ ُ َ ‫ك ال‬
ِ َ ِ‫) ذَل‬1( ‫امل‬
)4( ‫ك َوبِ ْاْل ِخَرِة ُه ْم يُوقِنُو َن‬ ِ
َ ‫ك َوَما أُنْ ِزَل ِم ْن قَ ْبل‬
َ ‫ين يُ ْؤِمنُو َن ِِبَا أُنْ ِزَل إِلَْي‬
ِ َّ ِ
َ ‫) َوالذ‬3( ‫اه ْم يُْنف ُقو َن‬
ُ َ‫َرَزقْ ن‬
Artinya:
Alif Lam Mim. Kitab Al-Qur’an ini tidak ada keraguan padanya,
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (yaitu) mereka yang

75
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, vol. 1, terj. M. Abdul Ghoffar (Jakarta: PustakaImam
Asy-Syafi’i, 2001), 9-10
76
Abdul Daim Al Kahil. Sembuh Tanpa Dokter: Mukjizat Kesehatan Dengan Al-
Qur’an & As-Sunnah. (Lumajang: Ruqyah Learning Center, 2018),170
59

beriman kepada gaib, melaksanakan shalat, dan menginfaqka


sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Dan mereka
yang beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepdamu
(Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum
engkau dan mereka yakin akan adanya akhirat.77

Sayyid Quthub memperoleh kesan dari penyifatan Al-Qur’an


dengan hudan lil muttaqin, antara lain bahwa siapa yang ingin
mendapatkan hidayah Al-Qur’an, maka hendaklah ia datang menemui-
Nya dengan hati yang bersih dan lagi tulus. Ia harus datang kepada-
Nya dengan hati yang takut, serta berupaya menghindar dari siksa
Illahi, berhati-hati sehingga ia tidak berada dalam kesesatan atau ia
tidak dipengaruhi olehnya. Ketika itu ia melakukan, maka akan
tersingkap baginya rahasia dan tercurah cahaya Al-Qur’an itu kedalam
hatinya.78
Dalam surah ini dapat dikatakan jika Al-Qur’an tidak ada
keraguan padanya, maka penyakit pun dapat disembuhkan dengan
mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu, memperbanyak
membaca Al-Qur’an atau mendengarkan hati akan tentram dan
menambah keimanan kita terhadap Allah Swt.
3. Surah Al Baqarah ayat 163
ِ ‫وإِ ََل ُكم إِلَه و‬
‫اح ٌد‬ ٌَ ْ ُ َ
Artinya: Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa79

77
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya special for woman (PT Sygma
Examedia arkanleema, 2009), 2
78
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an
volume 1, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 88
79
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya special for woman, 24
60

Allah adalah Tuhan kamu semua, hai manusia yang mukmin,


kafir atau munafik. Hanya dia yang berhak kamu sembah. Siapa yang
menyembah selain-Nya atau sesuatu bersama-Nya, maka ibadahnya
tidak diterima. Dia Maha Esa dalam zat sifat dan perbuatan-Nya.
Tiada Tuhan yang berhak disembah, tiada juga Penguasa yang
menguasai dan mengatur seluruh alam raya Selain Dia.80
Allah Maha Esa, maka tidak ada Tuhan selain Allah, maka
meminta ampunan, meminta doa kesembuhan hanya kepada Allah
yang Esa. Maka dari itu, kita senantiasa meminta pertolongan dan
mengingat Allah hidup kita akan tentram dan menambah keimanan
kita.
4. Surah Al Baqarah ayat 255
‫ِ َم ْن ذَا الَّ ِذ‬
ِ ‫اِ َوَما ِِف ْاْ َْر‬ ِ ‫السماو‬ ِ ِ
َ َ َّ ‫وم ََل تَأْ ُخ ُذهُ سَنةٌ َوََل نَ ْوٌم لَهُ َما ِف‬ ْ ‫اللَّهُ ََل إِلَ َه إََِّل ُه َو‬
ُ ُّ‫الَ ُّي الْ َقي‬
‫ي أَيْ ِدي ِه ْم َوَما َخ ْل َف ُه ْم َوََل ُُِييطُو َن بِ َش ْي ٍء ِم ْن ِع ْل ِم ِه إََِّل ِِبَا َشاءَ َو ِس َع‬ ِِ ِ
َ ْ َ‫يَ ْش َف ُع عْن َدهُ إََِّل بِِإ ْذنه يَ ْعلَ ُم َما ب‬
‫يم‬ ِ ِ ِ ‫اِ و ْاَْرِ وََل ي ئ‬ ِ َّ ‫ُكرِسيُّه‬
ُ ‫ودهُ ح ْفظُ ُه َما َوُه َو ال َْعل ُّي ال َْعظ‬ ُ َُ َ َ ْ َ ‫الس َم َاو‬ ُ ْ
Artinya:
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia
Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhlukNya),
tidak mengantuk dan tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit
dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah
tanpa izin Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan
mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui
apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki Nya.
Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa

80
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an
volume 1, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 349
61

berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha


Besar.81

Ayat kursi adalah ayat yang paling agung di antara seluruh ayat-
ayat Al-Qur’an, karena dalam ayat ini disebutkan tidak kurang enam
belas kali, bahkan tujuh belas kali, kata yang menunjukkan kepada
Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa.Sifat-sifat Allah yang dikemukakan
dalam ayat ini disusun sedemikian rupa sehingga menampik setiap
bisikan negatif yang dapat menghasilkan keraguan tentang
pemeliharaan dan perlindungan Allah Swt.
Ayat kursi menanamkan ke dalam hati pembacanya kebesaran
dan kekuasaan Allah serta pertolongan dan perlindungan-Nya,
sehingga sangat wajar dan logis penjelasan yang menyatakan, bahwa
siapa yang membaca ayat kursi maka ia memperoleh perlindungan
Allah Swt. dan tidak akan diganggu oleh setan.82
Dalam hadis Bukhari disebutkan keutamaan Surah Al Baqarah
khususnya ayat kursi yang diyakini dapat memberikan perlindungan
kepada pembacanya dari gannguan-gangguan atau kejahatan-
kejahatan makhluk halus.
Manusia yang benar dan dibenarkan, Muhammad Saw. Di
dalamnya Allah memproklamirkan sifat-sifat keEsaan yang hanya ada
pada diriNya. Maka tak heran jika ia memiliki peran yang sangat vital
dalam terapi penyembuhan penyakit, apapun jenis penyakitnya.83

81
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya special for woman (PT Sygma
Examedia arkanleema, 2009), 42
82
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an
volume 1, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 511-513
83
Abdul Daim Al Kahil. Sembuh Tanpa Dokter: Mukjizat Kesehatan Dengan Al-
Qur’an & As-Sunnah. (Lumajang: Ruqyah Learning Center, 2018),171
62

5. Surah Al Baqarah ayat 284-286


ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ‫السماو‬ ِ ِِ
‫ب‬ُ ‫ِ َوإِ ْن تُْب ُدوا َما ِِف أَنْ ُفس ُك ْم أ َْو ُُتْ ُفوهُ ُُيَاسْب ُك ْم به اللَّهُ فَيَ ْغفُر ل َم ْن يَ َشاءُ َويُ َع ِّذ‬ ِ ‫اِ َوَما ِِف ْاْ َْر‬ َ َ َّ ‫للَّه َما ِف‬
٢٨٤‫َم ْن يَ َشاءُ َواللَّهُ َعلَى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِد ٌير‬
‫َح ٍد ِم ْن ُر ُسلِ ِه َوقَالُوا‬َ‫يأ‬
ِِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ُ ‫الرس‬
َ ْ َ‫ول ِبَا أُنْ ِزَل إِلَْيه م ْن َربِّه َوال ُْم ْؤمنُو َن ُكلٌّ َآم َن بِاللَّه َوَم ََلئ َكته َوُكتُبِه َوُر ُسله ََل نُ َفِّر ُُ ب‬ ُ َّ ‫َآم َن‬
٢٨٥ُ‫صْي‬ ِ ‫ك الْم‬ ِ
َ َ ‫ك َربَّنَا َوإلَْي‬ َ َ‫ََِس ْعنَا َوأَطَ ْعنَا غُ ْفَران‬
ِ ِ
ْ ‫ت َربَّنَا ََل تُ َؤاخ ْذنَا إِ ْن نَسينَا أ َْو أ‬
‫َخطَأْنَا َربَّنَا َوََل‬ ْ َ‫ت َو َعلَْي َها َما ا ْكتَ َسب‬ ْ َ‫ف اللَّهُ نَ ْف ًسا إََِّل ُو ْس َع َها ََلَا َما َك َسب‬ُ ِّ‫ََل يُ َكل‬
ِ ِ ِ ِ ‫َت ِمل علَي نا إِصرا َكما َْح ْلته علَى الَّ ِذ‬
‫ت‬َ ْ‫ف َعنَّا َوا ْغفْر لَنَا َو ْارْحَْنَا أَن‬ ُ ‫ين م ْن قَ ْبلنَا َربَّنَا َوََل ُتَ ِّم ْلنَا َما ََل طَاقَ َة لَنَا بِه َو ْاع‬َ َ ُ َ َ َ ًْ َْ َ ْ ْ
ِ ِ
٢٨٦ ‫ين‬ َ ‫صْرنَا َعلَى الْ َق ْوم الْ َكاف ِر‬ ُ ْ‫َم ْوََلنَا فَان‬
Artinya:
Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang
ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam
hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan
membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu.
maka Allah mengampuni siapa yang dikehendakiNya dan
menyiksa siapa yang dikehendakiNya, dan Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu. Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang
diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-
orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikt-
malaikatNya, kitab-kitabnNya, dab rasul-rasulNya. (mereka
mengatakan): “kami tidak membeda-bedakan antara seseorang
pun (dengan yang lain) dari rasul-rasulNya”, dan mereka
mengatakan: “Kami dengar dan kami taat”. (mereka berdoa):
63

“Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat


kembali”.84
Penutup surah Al Baqarah yang dilukiskan oleh Nabi
Muhammad Saw. dengan sabdanya, “Siapa yang membaca dua ayat
terakhir di malam hari maka kedua ayat itu dapat mencukupi atau
melindunginya.” (HR. Bukhari, Muslim).
Diriwayatkan oleh At Tirmidzi, “siapa yang membacanya di
rumah selama tiga malam, maka setan tidak akan mendekatinya.”85
Menurut perukiyah ayat ini digunakan sebagai rukiyah sihir,
sihir percintaan, bingung atau linglung. Sihir yang menyerang rumah
atau toko sehingga sepi dan ayat ini juga sebagai obat segala penyakit.
Terkadang ayat ini dibaca berulang-ulang.86
6. Surah Ali Imran ayat 18
‫ْل اِٰل َه اِ ْلّ ُه َو‬
Artinya: Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia87

Allah Swt. bersaksi, dan cukuplah Dia saja sebagai saksi, karena
Dia yang paling jujur sebagai saksi dan paling adil, serta paling benar
perkataannya. Hanya Dia saja yang berhak sebagai Ilah bagi seluruh
makhluk. Dan bahwa semuanya selain Dia adalah hamba dan ciptaan-
Nya, semua butuh kepada-Nya, sedang Dia tidak butuh sama sekali
kepada selain-Nya. Sebagai mana firman-Nya dalam Surah An-Nisa

84
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya special for woman (PT Sygma
Examedia arkanleema, 2009), 49
85
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an
volume 1, 577
86
Wawancara dengan Pengasuh Panti Bapak Muhammad Taufik, 19 April 2020 Pukul
14.00 di Aula Panti Asuhan Putra Tuntang
87
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya special for woman (PT Sygma
Examedia arkanleema, 2009), 52
64

ayat 116 yang artinya: “Tetapi Allah memberikan kesaksian atas apa
yang diturunkan kepadamu.”88
Perukiyah menyakini dengan penggunaan ayat ini sebagai
rukiyah adalah agar pasien mempunyai keteguhan hati bahwasanya
tidak ada Tuhan selain Allah. Ayat ini memberikan ketauhidan kepada
pasien, agar pasien senantiasa mengantungkan diri karena sebab
penyakit ini kepada Allah saja. Setelah itu, juga diajarkan apa saja hal
yang harus dilakukan sebelum dan setelah rukiyah, menguatkan hati
dan keyakinan pasien terhadap kekuasaan Allah yang dapat
menyembuhkannya.89
7. Surah Al A’Araf ayat 54
ٰ ِ
ُ‫ا َّن َربَّ ُك ُم ا للّه‬
Artinya: Sesungguhnya Tuhanmu adalah Allah Swt.90

Allah Swt. yang mengatur semua makhluk, dan mereka semua


harus taat, tunduk dan mensyukuri-Nya. Dia harus diEsakan karena
Dia Yang Maha Kuasa yang menciptakan langit dan bumi, kemudia
mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan kedua makhluk-Nya
dalam satu sistem yang sangat rapi, lagi berhubungan erat melalui
pengaturan Tuhan seru sekalian alam. Dia juga yang menyediakan buat
mereka rezeki, antara lain dengan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan
yang dapat mereka nikmati. Hal itu dilakukan-Nya dengan satu cara
yang sangat menakjubkan dan lemah lembut, yaitu dengan menurukan

88
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir
Jilid 4, (Jakarta: Gema Insani, 2000), 95
89
Wawancara dengan Pengasuh Panti Bapak Muhammad Taufik, 19 April 2020 Pukul
14.00 di Aula Panti Asuhan Putra Tuntang
90
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya special for woman , 157
65

hujan. Jika demikian, Dia adalah Tuhan dan tidak ada Tuhan selain-
Nya.91
Menurut perukiyah ayat ini juga berguna untuk meneguhkan hati
pasien, agar yakin dan mengharap kesembuhan hanya kepada Allah.
Bukan syaitan atau makhluk lainnya.92
8. Surah Al Mu’minun ayat 116
‫ك‬ ِ ٰ
ُ ‫فَتَ ٰعلَى اللّهُ ال َْمل‬
Artinya: Maha Tiggi Allah Raja yang sebenarnya.93

Maka Maha Tinggi Allah dan seterusnya, merupakan argumen


tentang kekeliruan kepercayaan kaum musyrikin. Yakni Allah Maha
Tinggi. Ketetapan-Nya pasti terlaksana, karena Dia adalah Al Malik
yakni Penguasa Tunggal. Dan apa yang ditetapkan-Nya pastilah benar,
karena Dia adalah Al Haqq. Selanjutnya karena Dia Al Haqq, maka
tidak ada yang bersumber dari-Nya yang sia-sia atau tanpa makna,
antara lain penciptaan manusia.94
Setan tidak dapat menuju Arsynya Allah, karena Allah maha
tinggi, tidak ada makhluk Allah yang dapat melampuinya. Disini kita
diajarkan untuk selalu meminta pertolongan hanya kepada Allah.

9. Surah Al Jin ayat 3

91
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an
volume 5, 117
92
Wawancara dengan Pengasuh Panti Bapak Muhammad Taufik, 19April 2020 Pukul
14.00 di Aula Panti Asuhan Putra Tuntang
93
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya special for woman (PT Sygma
Examedia arkanleema, 2009), 349
94
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an
volume 9, 271
66

‫َّواَنَّهُ تَ َع ٰل ٰى َج ُّد َر بِّنَا‬


Artinya: Dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami95

Kata ‫ تَ َعلَى‬terambil dari kata ‫ عال‬yakni Meninggi. Yang dimaksud


adalah tinggi yang luar biasa, sehingga tidak terjangkau oleh apa dan
siapa pun. Huruf ta’ yang di maksud di sini “meminjam” makna
kesungguhan dan keterpaksaan, guna menunjuk kepada ketinggian-
Nya yang sedemikian luar biasa. Ini karena biasanya manusia yang
memaksa diri dan bersungguh-sungguh untuk mencapai sesuatu, maka
pencapaiannya akan melampaui batas, siapa pun yang tidak
bersungguh-sungguh atau tidak memaksa diri. Bahwa kata ini hanya
“meminjam” karena bagi Allah Swt. tidak ada istilah keterpaksaan dan
kesungguhan berupaya sebagaimana yang dilakukan oleh makhluk.96
Menurut perukiyah ayat ini menjelaskan dan mendakwahkan
kepada jin bahwa terdapat jin yang baik dan tidak baik, jika ingin
menjadi baik maka dengan ayat ini peruqyah memerintahkan jin yang
mengganggu untuk keluar.97
Dapat disimpulkan bahwa ayat ini menggambarkan
kesempurnaan Allah yang sesuai dengan kebesaran dan keagungan-
Nya. Penegasan sifat Allah itu, merupakan argumentasi tentang
ketidakbutuhan-Nya kepada anak dan pasangan. Istri dibutuhkan
sebagai pendamping hidup serta untuk mendapat anak, sedangkan anak
dibutuhkan untuk membantu dan melanjutkan keturunan. Allah tidak

95
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya special for woman, 572
96
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an
volume 9, 486-487
97
Wawancara dengan Pengasuh Panti Bapak Muhammad Taufik, 19April 2020 Pukul
14.00 di Aula Panti Asuhan Putra Tuntang
67

butuh, lagi Maha Kaya dan Agung, karena itu Allah tidak memiliki
pasangan tidak juga anak.
10. Surah As Shafaat ayat 1-10
ِ َّ ‫و‬
١‫صفًّا‬َ ِ‫الصافَّا‬ َ
٢‫اِ َز ْجًرا‬ِ ‫الز ِاجر‬
َ َّ َ‫ف‬
٣‫اِ ِذ ْكًرا‬ِ ‫فَالتَّالِي‬
َ
ِ
٤‫إِ َّن إِ ََلَ ُك ْم لََواح ٌد‬
٥ُِ‫ب ال َْم َشا ِر‬ُّ ‫ِ َوَما بَْي نَ ُه َم َاوَر‬ِ ‫اْر‬ ِ َّ ‫ب‬
ْ ‫الس َم َاواِ َو‬ ُّ ‫َر‬
٦‫ب‬ ِ ِ‫السماء الدُّنْيَا بِ ِزينَ ٍةالْ َكواك‬ ِ
َ َ َ َّ ‫إنَّا َزيَّنَّا‬
٧‫ان َما ِرٍد‬
ٍ َ‫و ِح ْفظًا ِمن ُك ِّل َشيط‬
ْ ْ َ
ِ ِ
ٍ ‫َعلَى ويُ ْق َذفُو َن م ْن ُك ِّل َجان‬
٨‫ب‬ ِ ِ
َ ْ ْ‫ََل يَ َّس َّمعُو َن إ ََل ال َْم ََل ْا‬
٩‫ب‬ ِ
ٌ ‫اب َواص‬ ٌ ‫ُد ُح ًورا َوََلُ ْم َع َذ‬
ِ ِ ِ
١٠‫ب‬ ٌ ‫اْلَطْ َفةَ فَأَتْ بَ َعهُ ش َهابٌثَاق‬ ْ ‫ف‬ َ ‫إَِل َم ْن َخط‬

Artinya:
Demi (rombongan) yang bersaf-saf dengan sebenar-benarnya.
Dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya
(dari perbuatan-perbuatan maksiat). Dan demi(rombongan) yang
membacakan pelajaran. Sesuangguhnya Tuhanmu benar-benar
esa. Tuhan langit dan bumi dan apa yang berada di antara
keduanya dan Tuhan tempat-tempat terbit matahari.
Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan
hiasan, yaitu bintang-bintang. Dan telah memeliharanya
(sebenar-benarnya) dari setiap setan yang sangat durhaka. Setan-
setan itu tidak dapat mendengarkan (pembicaraan) para malaikat
dan mereka dilempari dari segala penjuru. Untuk mengusir dan
68

bagi mereka siksaan yang kekal. Akan tetapi barang siapa


(diantara mereka) yan mencuri-curi (pembicaraan) maka ia
dikejar oleh suluh api yang cemerlang.98
Diriwayatkan oleh Imam Nasa’i.
Sufyan ats-Tsauri meriwayatkan bahwa Abdullah bin Mas’ud
r.a. berkata: “Demi yang bershaf-shaf dengan sebenar-benarnya,” yang
bershaf-shaf adalah malaikat, “Dan demi yang membacakan
pelajaran,” yang membacakan pelajaran adalah malaikat juga.
Imam Muslim meriwayatkan dari Hudzaifah r.a. bahwa Nabi
Muhammad Saw. bersabda: “Kita dilebihkan dari umat manusia
lainnya dengan tiga perkara, yaitu shaf kita telah diatur oleh shaf para
malaikat, bumi kita seluruhnya telah dijadikan sebagai masjid, dan
tanahnya dapat kita jadikan untuk bersuci bila kita tidak mendapatkan
air”.99
Menurut perukiyah ayat ini digunakan sebagai peringatan
kepada jin dan pasien agar meninggalkan segala kemaksiatan yang
mereka kerjakan seperti jin yang menjadikan manusia pasangannya dan
manusia yang mengucapkan mantra-mantra sehingga jin datang
kepadanya.100
11. Surah Al Ikhlas
َ ‫قُ ْل ُه َو اللَّهُ أ‬
١‫َح ٌد‬
َّ ُ‫اللَّه‬
٢‫الص َم ُد‬

98
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya special for woman (PT Sygma
Examedia arkanleema, 2009), 446
99
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir
Jilid 4, (Jakarta: Gema Insani, 2000), 16
100
Wawancara dengan Pengasuh Panti Bapak Muhammad Taufik, 19April 2020 Pukul
14.00 di Aula Panti Asuhan Putra Tuntang
69

٣‫َملْ يَلِ ْد َوَملْ يُولَ ْد‬


٤‫َح ٌد‬
َ ‫َوَملْ يَ ُك ْن لَهُ ُك ُف ًوا أ‬
Artinya :
Katakanlah(Muhammad), Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah
tempat meminta segala sesuatu. Allah tidak beranak dan tidak
pula diperanakan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan
Dia.101

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Aisyah bahwa apabila


Nabi Muhammad Saw. hendak tidur pada setiap malamnya, beliau
menyatukan kedua telapak tangannya, kemudian meniupkannya dan
membacakan pada keduanya surah Al-Ikhlas dan Al-Mu’awwidzatain,
lalu mengusapkan keduanya ke sekujur tubuhnya yang terjangkau.
Pengusapan itu dimulai dari arah kepala, wajah dan tubuh bagian
depannya. Beliau lakukan itu sampai tiga kali. Hadis ini diriwayatkan
pula oleh para penyusun kitab Sunan dari hadis Uqail.102
Menurut perukiyah surah ini digunakan sebagai tujuan memberi
pemahaman tentang tauhid agar hanya menggantungkan diri kepada
Allah saja. Yang menjelaskan tentang keEsaan Allah, surat ini juga
digunakan sebagai dzikir pagi dan sore sebagai penangkal segala
gangguan dari jin dan makhluk lain.103
12. Mu’awwidzatain
Surah An Naas
ِّ ‫قُ ْل أَعُوذُ بَِر‬
ِ ‫ب الن‬
١‫َّاس‬

101
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya special for woman (PT
Sygma Examedia arkanleema, 2009), 604
102
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir
Jilid 4, (Jakarta: Gema Insani, 2000), 1075
103
Wawancara dengan Pengasuh Panti Bapak Muhammad Taufik, 19April 2020 Pukul
14.00 di Aula Panti Asuhan Putra Tuntang
70

ِ ‫ك الن‬
٢‫َّاس‬ ِ ِ‫مل‬
َ
ِ
٣‫إِلَه النَّاس‬
ِ
ِ ‫اْلَن‬
٤‫َّاس‬ ْ ‫اس‬ِ ‫ِم ْن َشِّر ال َْو ْس َو‬
ِ ‫ص ُدوِر الن‬ ِ َّ
٥‫َّاس‬ ُ ‫س ِِف‬ ِ
ُ ‫الذ يُ َو ْسو‬
ِ ‫اْلِن َِّة َوالن‬
٦‫َّاس‬ ْ ‫ِم َن‬
Artinya:
Katakanlah, Aku berlindung kepada Tuhannya manusia. Raja
manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) setan
yang bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam
dada manusia. Dari(golongan) jin dan manusia.104

Diriwatkan oleh Imam Ahmad dengan sanadnya dari Abu


Tamimah yang meriwayatkan dari seseorang yang pernah
membonceng Nabi Muhammad Saw. katanya: “Keledai Nabi
Muhammad Saw. terjatuh, lalu aku mengatakan, “celakalah setan”,
lalu Nabi bersabda, “Jaganlah kamu katakan ‘celakalah setan’ sebab
bila kamu mengatakannya maka setan akan menjadi semakin besar
tubuhnya dan mengatakan, ‘Dengan kekuatanku, aku akan
mengalahkannya. ‘Namun apabila kamu mengatakan bismillah maka
dia akan mengecil, sehingga menjadi sekecil lalat’”.
Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad, namun
sanadnya bagus. Hadis ini menjadi dalil bahwa hati itu bila mana
berzikir kepada Allah maka setan akan mengecil dan kalah. Namun,

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya special for woman (PT
104

Sygma Examedia arkanleema, 2009), 604


71

bila tidak berzikir kepada Allah maka setan akan menjadi besar dan
menang.105
Surah An Naas dan Surah Al Falaq termasuk dalam
muawidzatain, maknanya menjelaskan tentang permintaan
perlindungan kepada Allah raja segala raja manusia dari segala
kejahatan makhluknya baik dari golongan jin maupun manusia.
Surah Al Falaq
١ِِ َ‫ب الْ َفل‬ِّ ‫قُ ْل أَعُوذُ بَِر‬
٢َِ َ‫ِم ْن َشِّر َما َخل‬
٣‫ب‬ ِ ٍِ ِ
َ َ‫َوم ْن َشِّر َغاسِ إذَا َوق‬
٤‫اِ ِِف الْعُ َق ِد‬ِ َ‫وِمن َشِّر النَّفَّاث‬
ْ َ
ِ ٍ
٥‫َوِم ْن َشِّر َحاسد إذَا َح َس َد‬
ِ
Artinya:
Katakanlah, Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai
subuh. Dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan. Dan dari
kejahatan, malam apabila telah gelap gulita. Dan dari kejahatan
(perempuan-perempuan) penyuhir yang meniup pada buhul-
buhul (talinya). Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila
dia dengki.106

Terdapat beraneka pendapat mengenai penafsiran Al-Falaq,


namun yang paling benar Al-Falaq berarti subuh. Dan, inilah yang
menjadi pegangan Imam Bukhari dalam Shahihnya.
Firman Allah Swt, “Dari kejahatan makhluk-Nya,” yaitu dari
kejahatan semua makhluk-Nya. “Dan dari kejahatan malam apabila

105
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir
Jilid 4, (Jakarta: Gema Insani, 2000), 1083-1084
106
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya special for woman, 604
72

telah gelap gulita”. Mujahid mengatakan, “Gasiqul lail idza waqaba itu
artinya apabila matahari telah terbenam”. Demikian dikemukakan oleh
Imam Bukhari. Dan, hal ini pun dikatakan pula oleh Ibnu Abbas dan
yang lain. Yang menjadi alasan mereka adalah sebuah hadis yang
diriwaykan oleh Imam Ahmad dari Harits bin Abu Salamah, dengan
mengatakan bahwa Aisyah berkata, “Rasulullah Saw. memegang
tanganku, lalu memperlihatkan bulan ketika terbit, lalu beliau
mengatakan, “Berlindunglah kepada Allah dari kejahatan bulan
apabila terbenam” Hadis ini diriwatkan pula oleh Imam Nasa’i dan
Tirmidzi.107
Surah ini menurut perukiyah sebagai peringatan kepada pasien
dan jin yang merasuk di tubuhnya untuk bertuhid hanya kepada Allah
saja. termasuk dalam muawwidzatain, maknanya menjelaskan tentang
permintaan perlindungan kepada Allah raja segala raja manusia dari
segala kejahatan makhluknya baik dari golongan jin maupun
manusia.108
Surah Al Falaq dan surah An Naas dipilih untuk digunakan
dalam pengobatan didasarkan kepada hadis Nabi yang diriwayatkan
Abu Daud tentang keutamaan surah-surahAl Muwaizatain.
Inilah ayat-ayat yang digunakan oleh pengasuh MT dalam terapi
rukiyah beliau, di dalam rukiyah ini tidak ada ayat-ayat yang
dikhususkan kecuali ayat-ayat yang terkena sihir. Ayat-ayat Al-Qur’an
tersebut akan menambah iman dan taqwa kita kepada Allah.

B. Al-Qur’an Sebagai Syifa’ (Pengobatan Jiwa) terhadap Anak

107
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir
Jilid 4, (Jakarta: Gema Insani, 2000), 1079
108
Wawancara dengan Pengasuh Panti Bapak Muhammad Taufik, 19April 2020 Pukul
14.00 di Aula Panti Asuhan Putra Tuntang
73

Di dalam Al-Qur’an terkandung makna yang sangat mendalam


serta tidak pernah didapati dalam berbagai kitab buatan manusia. Ada
sebagian manusia yang merasa ragu dan enggan untuk berobat dengan
Al-Qur’an, karena menurut mereka, metode pengobatan ini tidak
memiliki landasan ilmiah.
Secara singkat, terapi pengobatan dengan Al-Qur’an adalah
terapi yang dilakukan dengan cara membacakan ayat-ayat Al-Qur’an
kepada orang yang sakit. Faktor yang mempengaruhi kesembuhan
kepada orang yang sakit itu adalah bacaan Al-Qur’an itu sendiri.
Bacaan ini setidaknya tersusun dari dua unsur yaitu: suara yang keluar
dari mulut sang pembaca dan isi kandungan dari ayat Al-Qur’an yang
dibaca.109
Rukiyah dalam praktiknya dapat dimaknai secara operasional
yaitu suatu upaya penyembuhan yang dilakukan seorang muslim
dengan memohon kepada Allah akan kesembuhan baik untuk dirinya
sendiri atau orang lain dengan cara membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang
diajarkan oleh Rasulullah Saw. Pengertian ini sejalan dengan firman
Allah Swt:
ِِ ِ ُّ ‫َّاس قَ ْد َجاءَتْ ُك ْم َم ْو ِعظَةٌ ِم ْن َربِّ ُك ْم َو ِش َفاءٌ لِ َما ِِف‬
َ ‫الص ُدوِر َوُه ًدى َوَر ْْحَةٌ ل ْل ُم ْؤمن‬
‫ي‬ ُ ‫يَاأَيُّ َها الن‬
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran
dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang
berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang
yang beriman”. (QS. Yunus : 57)

Bahwa Al-Qur’an merupakan pengobatan dan


penyembuhanpada siapa saja yang meyakininya. Spesifik dari ayat Al-

109
Abdul Daim Al Kahil. Sembuh Tanpa Dokter: Mukjizat Kesehatan Dengan Al-
Qur’an & As-Sunnah. (Lumajang: Ruqyah Learning Center, 2018),27-28
74

Qur’an yang diyakini oleh Panti Asuhan Putra Tuntang sebagai syifa
(obat) dalam pengobatan rukiyah.
Kesembuhan yang terkandung di dalam Al-Qur’an bersifat
umum, untuk seluruh penyakit hati yang ada di dalam dada, seperti
syubhat, kebodohan, dan pemikiran-pemikiran rusak, juga untuk
kesembuhan badan dari berbagai penyakit. Begitu juga hadis Nabi
Saw. yang diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir r.a disebutkan bahwa
Rasulullah Saw. beliau bersabda: Setiap penyakit ada obatnya. Apabila
obat suatu penyakit telah tepat, sembuhlah dia dengan izin Allah Swt”.
(HR. Muslim).110
Hadis tersebut menjelaskan bahwa setiap penyakit ada obatnya,
hadis ini juga membawa hikmah kepada manusia untuk berusaha
menemukan obat dengan mempelajari jenis penyakit itu sendiri,
termasuk juga pengobatan fisik dan kejiwaan, selain itu juga
memberikan sugesti dan harapan kepada penderita, bahwa sakitnya
pasti akan sembuh dan dapat diobati.
Seluruh penyakit yang menimpa manusia tidak terlepas dari tiga
jenis berikut: Penyakit-penyakit jasmani yang bisa dilihat dan dirasa,
penyakit-penyakit maknawi seperti, jiwa akal atau hati, dan penyakit-
penyakit ruhani seperti kesurupan dan sihir. Salah satu pengobatan
yang diperintahkan dan dipraktikkan oleh Rasulullah dan para sahabat
adalah rukiyah.
Pelaksanaan rukiyah merupakan salah satu kegiatan yang
dilakukan di Panti Asuhan Putra Tuntang, dengan adanya pelaksanaan

Sya’roni dan Khusnul Khatimah, Terapi Ruqyah dalam Pemulihan Kesehatan Mental,
110

Jurnal JIGC (Journal of Islamic Guidance and Counseling), Volume 2 Nomor 1 Juni
2018, 83-84
75

rukiah ini diharapkan dapat memberikan dampak yang positif terhadap


anak asuh terutama dalam pembinaan mentalnya.
Kegiatan rukiyah dilakukan dengan jangka waktu atau waktu
yang tidak ditentukan. Ketika dirasa rukiyah ini diperlukan maka
pengasuh MT akan mengajak anak-anak asuh secara langsung untuk
rukiyah. Kegiatan pengobatan melalui rukiyah dengan ayat-ayat Al-
Qur’an ini tidak ada jadwal tertulis.
Rukiyah dilakukan setelah anak-anak kembali ke Panti setelah
libur panjang, anak-anak sulit diatur, dan ketika rukiyah itu diperlukan
untuk beberapa alasan. Dampak dari pengobatan rukiyah ini cukup
baik terhadap anak-anak. Karena dengan adanya rukiyah yang dulunya
Panti Asuhan belum mengenal bahkan belum praktik, semenjak
kepengurusan tahun ini rukiyah diadakan.
Setiap tindakan pasti ada efeknya, tidak luput dari proses
rukiyah. Dalam proses rukiyah mengandung dampak yang positif,
dapat dilihat dari hasil wawancara.
Pengasuh bapak MT yang merukiyah anak-anak panti
mengatakan:
“Banyak sekali dampak dari hasil rukiyah yang kita berikan,
karena rukiyah ini tidak semua tempat mengadakan, dan
Alhamdulillah kami bisa bersama-sama melakukan rukiyah.
Dampak dari hasil rukiyah ini anak menjadi lebih mudah diatur,
dapat mengenalkan kepada Sang Maha Pemberi Kehidupan,
selalu ingat ada Allah, selalu berdzikir, menghilangkan
kegelisahan serta kegundahannya, takut untuk melakukan
perbuatan yang munkar, tetapi jika anak-anak menonton reog,
atau melakukan yang munkar akan kembali lagi dan harus segera
dirukiyah kalau tidak langsung dirukiyah anak-anak diminta
untuk istighfar dan ketika melihat perkembangan tidak baik,
akan diadakan kembali rukiyah tersebut. Karena ketika anak
76

nonton reog, bermain di luar sana setelah pulang dari rumah


maka anak akan membawa sesuatu yang tidak tampak dan
perilakunya akan sulit di atur. Maka dari itu rukiyah sangat
membantu sekali dalam hal-hal positif, terutama mendekatkan
diri kepada Allah”.111
Dampak yang positif juga dirasakan oleh anak-anak asuh Panti
Asuhan, seperti yang dikatakan anak asuh yang berinisial T
mengatakan:
“Dampak dari Rukiyah ini sangat baik, saya bisa beribadah
dengan tenang, sebelum rukiyah dan sesudah rukiyah, saya
senang untuk sesudahnya tetapi sulit istiqomah atas saran yang
diberikan oleh bapak waktu lalu”.112
Tidak hanya anak asuh yang bernama T yang merasakan sisi
positif dalam rukiyah ini, anak yang seumuran dengan T, yang
berinisial H menyatakan:
“Dampaknya bagus, contohnya ketika kita punya ilmu turun
temurun dari nenek, lalu kita rukiyah, bisa hilang itu ilmunya
tetapi dengan catatan tidak diamalkan lagi, dan kita jadi tenang
ketika besok meninggal, karena kalau kita punya ilmu yang turun
temurun aslinya kita tidak mau tetapi masih tersimpan di diri
kita, besok ketika meninggal akan sulit untuk meninggal, selain
itu rukiyah membuat hati lega”.113

111
Wawancara dengan Pengasuh Panti Bapak Muhammad Taufik, 19April 2020 Pukul
14.00 di Aula Panti Asuhan Putra Tuntang
112
Wawancara dengan Anak asuh Sutarno, 13 April 2020 Pukul 10.10 di Aula Panti
Asuhan Putra Tuntang
113
Wawancara dengan Anak asuh Fahri Huseini, 14 April 2020 Pukul 10.30 di Aula Panti
Asuhan Putra Tuntang
77

Anak SD yang berinisial A, merasakan dampak positif setelah


melakukan rukiyah:
“Saya merasa lega, fresh, seperti hilang tanpa ada beban, dan
saya merasa enteng, karena sebelum rukiyah saya merasa
berat, sakit, dan tidak bebas”.114
Anak asuh yang berinisal R, juga merasakan dampak positif”
“Dampak dari rukiyah ini, saya merasa enjoy, lega, plong,
fresh dan enteng ketika mau melakukan ibadah, karena
memang enak sekali setelah rukiyah, beda kalau belum
rukiyah mau sholat rasanya malas, menunggu iqamah dulu
baru berangkat, tetapi kalau sudah rukiyah, Alhamdulillah
bisa langsung berangkat”.115
Dampak yang dirasakan oleh semua pihak menandakan jika
metode rukiyah ini bisa dikatakan baik untuk mengubah perilaku
kita, selain untuk pengobatan. Selain itu rukiyah tidak mengeluarkan
banyak uang untuk membeli obat, dapat melestarikan budaya kita
dalam membaca ayat-ayat Al-Qur’an sebagai obat dan salah satu cara
agar kita ingat kepada Allah. Menambah keimanan dan ketaqwaan.
Rukiyah bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam
pembinaan mental anak. Terapi rukiyah dalam pemulihan kesehatan
mental sangat bagus, karena terapi rukiyah dapat memberikan
dampak positif bagi anak, dan rukiyah ini bisa membantu anak untuk
membangun mental yang sehat dan dibarengi dengan kekuatan
tauhid anak kepada Allah SWT. Kalau spiritualnya kuat maka
mentalnya tahan banting. Karena rukiyah itu sendiri ketergantungan
kita kepada Allah.

114
Wawancara dengan Anak asuh Muhammad Afrida, 13 April 2020 Pukul 10.50 di
Aula Panti Asuhan Putra Tuntang
115
Wawancara dengan Anak asuh Nahrowi Wibowo, 17 April 2020 Pukul 11.30 di Aula
Panti Asuhan Putra Tuntang
78

Perilaku anak sebelum di rukiyah, anak-anak yang dari rumah


diberi ramuan dari orang tua yang berupa air putih yang dibaca-
bacakan oleh seseorang yang dianggap pintar dan diminum akan
mempengaruhi psikis anak dan itu yang menyebabkan anak menjadi
tidak semangat ibadah dan sulit diatur. Selain anak-anak yang
dibawakan air doa, ada juga anak yang mengamalkan sesuatu yang
tidak dilandaskan syariat Islam karena Allah, ini juga yang
menyebabkan anak-anak merasa sering sakit, berat ibadah dan sulit
diatur.
Doa mengandung kekuatan spiritual yang dapat
membangkitkan rasa percaya diri dan optimis yang keduanya
merupakan hal yang mendasar bagi penyembuhan suatu penyakit.
Melakukan pengobatan rukiyah secara teratur banyak mengandung
aspek psikologis di dalamnya. Bahkan tidak hanya sebagai amal
ibadah, akan tetapi rukiyah juga menjadi obat dan penawar bagi
seseorang yang gelisah jiwanya dan tidak sehat secara mental.
Selain dampak yang dirasakan oleh pengasuh, dampak juga
dirasakan anak-anak. Anak-anak merasa tenang dalam ibadah, tidak
sering sakit-sakitan, tidak berani mengamalkan sesuatu yang tidak
didasari oleh niat karena Allah, merasa tentram dan lega.
Namun, sangat disayangkan kegiatan rukiyah ini tidak
dimasukkan ke dalam daftar kegiatan anak. Rukiyah dilakukan hanya
momentum-momentum tertentu saja, ketika anak setelah
perpulangan dari ruman atau ketika ada anak yang tidak bisa di atur.
Kegiatan rukiyah yang mempunyai dampak besar dalam menambah
keimanan dan ketaqwaan, selain dalam pengobatan secara syar’i.
Sebagaimana kita ketahui bahwa pelaksanaan rukiyah yaitu
dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an. Suara yang masuk ke
dalam otak melalui telinga dan suara merupakan ungkapan dari
79

getaran, dan ketika anak mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an maka


getaran yang sampai ke otak memiliki dampak positif pada sel-sel
yang ada dalam tubuh.Oleh karena itu, terapi rukiyah sangat
berpengaruh terhadap mental seseorang.116
Dampak dari rukiyah dalam pengobatan nonmedis tidak bisa
secara langsung dirasakan, karena membutuhkan proses bertahap.
Contohnya ketika kerasukan jin, maka orang tersebut akan
merasakan tenang atau lega hanya beberapa saat saja, ketika orang
tersebut tidak berdzikir atau mengaingat Allah maka sangat mudah
untuk dirasuki jin kembali dan bagian yang terkena jin masih terasa
sakit. Berbeda dengan yang medis, dampak yang dirasakan secara
langsung. Contohnya ketika anak merasakan sakit dada, maka setelah
dilakukan rukiyah rasa sakit hilang.
Walaupun dampak yang dirasakan berbeda antara medis dan
non medis, rukiyah ini tetap dilaksanakan untuk memberikan
pengetahuan kepada anak-anak bahwa budaya Islam terdahulu
melakukan pengobatan melalui rukiyah.

Sya’roni dan Khusnul Khatimah, Terapi Ruqyah dalam Pemulihan Kesehatan Mental,
116

Jurnal JIGC (Journal of Islamic Guidance and Counseling), Volume 2 Nomor 1 Juni
2018, 91
80

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Ayat-ayat Al-Qur’an yang digunakan untuk Rukiah
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ayat-
ayat untuk rukiyah antara lain Surah Al Fatihah, Surah Al Baqarah
ayat 1-4, Surah Al Baqarah ayat 163, Surah Al Baqarah ayat 255 atau
sering disebut ayat Kursi, Surah Al Baqarah ayat 284-286, Surah Ali
Imran ayat 18, Surah Al A’raf ayat 54, Surah Al Mu’minun ayat 116,
Surah Al Jin ayat 3, Surah As Shafaat ayat 1-10, Surah Al Haysr ayat
22-24, Surah Al Ikhlas, Surah Al Falaq dan Surah An Naas.
2. Proses rukiyah yang dilakukan Panti Asuhan Putra Tuntang
Prosesnya adalah Menyiapkan kantong plastik dan air minum,
membagikan air minum 1 orang 1 gelas, wudhu atau dalam keadaan
suci, duduk melingkar, perukiyah membacakan ayat-ayat Al-Qur’an
dan anak-anak fokus mendengarkan, perukiyah akan mengobati setiap
anak yang bereaksi dengan cara mendoakan dengan ayat-ayat Al-
Qur’an, ada yang kerasukan jin dengan cara sakit bagian salah satu
tubuh, menangis, menjerit atau mencengkram, anak yang bereaksi
akan diberikan plastik untuk muntah dan di ajak untuk beristighfar
atau berdzikir sampai sadar, anak akan diberi nasehat untuk selalu
berdzikir, tidak melamun, mengurangi perbuatan yang buruk dan
pikiran tidak boleh kosong.
3. Dampak Rukiyah
Dampak yang dirasakan dari pengasuh sebagai orang yang
merukiyah adalah anak dapat diatur dengan mudah, mengatur dalam
81

hal sholat jama’ah, mengaji, hafalan dan kegiatan positif


lainnya.Selain itu ketika ada anak yang sakit dapat dirukiyah sendiri.
Pengobatan rukiyah sangat efektif dalam menjaga kesehatan
jiwa, selain perukiyah, dampak yang dirasakan anak-anak asuh sebagai
orang yang di rukiyah adalah dapat mempengaruhi ketenangan dan
ketentraman jiwa seseorang, menghilangkan kegelisahan serta
kegundahannya dalam kegiatan sehari-hari dan selalu ingat kepada
Allah, takut untuk melakukan perbuatan munkar. Dari zaman
Rasulullah sampai sekarang metode pengobatan rukiyah banyak
berhasil setiap digunakan dalam mengobati penyakit, terlebih akibat
gangguan jin.

B. Saran
1. Untuk Lembaga Panti Asuhan
Kegiatan rukiyah sebaiknya dapat fasilitas dan dimasukan ke dalam
kegiatan rutinan ataupun bulanan yang terjadwal.
2. Untuk Lembaga Instut Agama Islam Negeri Salatiga
Menambah sarana dan prasarana untuk meningkatkan tradisi
rukiyahdi kalangan kampus. Dan menambah wawasan mahasiswa
tentang rukiyah.
82

DAFTAR PUSTAKA

‘Alaudin Shidiqi,Allama. 2018. Panduan Ringkas Jam’iyyah Rukiyah


Aswaja: Ponpes Sunan kalijaga

Al Ghazali, Imam. 2018. Ihya’ Ulumiddin Imam Al Ghazali, terj Tatam


Wijaya, Jakarta: Zaman

Al Kahil, Abdul Daim. 2018. Sembuh Tanpa Dokter: Mukjizat Kesehatan


Dengan Al-Qur’an & As-Sunnah. Lumajang: Ruqyah Learning Center

Al-Munawwir, Ahmad Warson. 1997. Kamus Al-Munawwir Arab-


Indonesia Terlengkap. Yogyakarta: Pustaka Progresif.

Ainiyah, Luthfiatul, 2019. Penggunaan Ayat-ayat Al-Qur’an Sebagai


Pengobatan: Studi Living Qur’an Praktik Rukiyah olej Jam’iyyah Rukiyah
Aswaja Tulunganggung. Skripsi:IAIN Tulungagung

Akhmad, Perdana. 2005. Terapi Ruqyah sebagai Sarana Mengobati Orang


yang Tidak Sehat Mental. Jurnal: Psikologi Islami

An-Nakhrawie, Asrifin, 2011, Ringkasan Asbabun Nuzul: Sebab-sebab


turunnya ayat-ayat Al-Qur’an. Surabaya: Ikhtiar

Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib Ar-Rifa’i. 2000. Kemudahan dari Allah


Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4, Jakarta: Gema Insani

Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif (Komunikasi,


Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya). Jakarta:
Kencana.
83

Departemen Agama RI, 2009. Al-Qur’an dan terjemahannya special for


woman, PT Sygma Examedia arkanleema

Farhan, Ahmad, Studi Living Al-Qur’an ada Praktik Quranic Healing Kota
Bengkulu (Analisis Deskpritif Terhadap Penggunaan Ayat-Ayat Al-
Qur’an), Jurnal, Refleksi, Volume 16, Nomor 1. April 2017

……. Living Al-Qur’an Sebagai Metode Alternatif Dalam Studi Al-Qur’an.


Jurnal. El-Afkar Vo. 6 Nomor ii, Juli-Desember 2017

Hasbillah, Ahmad ’Ubaydi. 2019. Ilmu Living Qur’an-Hadis: Ontologi,


Epitemologi, dan aksiologi. Tangerang Selatan Banten: Yayasan Wakaf
Darus-Sunnah

Hermawan, Asep. 2005.Penelitian Bisnis: Paradigma Kuantitatif. Jakarta:


Gramedia.

Katsir, Ibnu. 2001. Tafsir Ibnu Katsir vol. 1, terj. M. Abdul Ghoffar
Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i

Mansur dkk, M., 2007. Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadis.
Yogyakarta: TH Press

Maryati, Kun, dan Juju Suryawati. t.t. Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas
XII. Esis

Mustaqim, Abdul. 2017. Metode Penelitian Al-Qur’an Dan Tafsir.


Yogyakarta: Idea press

Moleong. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya
84

Noor, Juliansyah. 2017.Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan


Karya Ilmiah. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri

Said, Hisnubin Ali Al Qahthani, 2015. Muslim Doa Zikir & Rukiyah dari
Al-Qur’an dan As Sunah. Solo: Aqwam

Selfie Nofitasari, Lina, 2018. Skripsi: Pembacaan Al-Qur’an dalam tradisi


Munggah Molo. Ponorogo

Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabet

……. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&G. Bandung:


Alfabeta.

Syamsuddin, Sahiron. 2007. Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadis.


Yogyakarta: TH Press dan Penerbit Teras

Sya’roni dan Khusnul Khatimah. 2018. Terapi Ruqyah dalam Pemulihan


Kesehatan Mental. Jurnal JIGC (Journal of Islamic Guidance and
Counseling). Volume 2 Nomor 1

‘Ubaydi Hasbillah, Ahmad. 2019. Ilmu Living Quran-Hadis. Tangerang


Selatan: Maktabah Darus Sunah

Quraish Shihab, M, 1996. Wawasan Al-Qur’an : Tafsir Maudlu’I Atas


Pelbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan

……. , 2002. Tafsir Al Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an


volume 15. Jakarta: Lentera Hati
85

Yunus, Mahmud. 1973. Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Yayasan


Penyelenggara Penterjemah/penafsir Al-Qur’an
86

Lampiran-Lampiran
Lampiran 1
Pedoman Wawancara dengan Pengasuh Panti Asuhan
a. Mengapa melakukan rukiyah?
b. Bagaimana ayat-ayat Al-Qur’an bisa memberikan
kesembuhan?
c. Ayat-ayat apa saja yang digunakan bapak untuk melakukan
rukiyah dalam pengobatan ini?
d. Mengapa tidak mengggunakan ayat-ayat yang lain?
e. Bagaimana proses penyembuhan itu berlangsung dalam
rukiyah?
f. Apa syarat yang harus dipenuhi oleh perukiyah saat akan
melakukan rukiyah?
g. Apakah ada tempat, hari atau waktu khusus untuk melakukan
rukiyah?
h. Bagaimana cara melakukan proses rukiyah berlangsung?
i. Apakah ada pantangan yang harus dihindari oleh orang yang
dirukiyah saat proses penyembuhan?
j. Apakah ada perbedaan ayat-ayat yang digunakan dalam
merukiyah dalam pengobatan fisik dan non fisik ini?
k. Apakah ada media yang digunakan dalam proses rukiyah?
l. Bagaimana mengetahui jika orang yang dirukiyah tidak
hanya sakit fisik saja tetapi terkena sihir atau yang lain?
m. Reaksi apa saja yang sering muncul ketika bapak melakukan
rukiyah?
n. Bagaimana sikap orang yang belum melakukan dan yang
sesudah melakukan rukiyah?
87

o. Bagaimana hubungan antar ayat Al-Qur’an dengan penyakit


yang disembuhkan menurut bapak?
p. Apa saja manfaat yang dirasakan ketika melakukan rukiyah
dengan ayat Al-Qur’an?
q. Apa saja kelemahan yang dirasakan ketika melakukan
rukiyah dengan ayat Al-Qur’an?
Lampiran 2
Pedoman Wawancara dengan Bagian Administrasi
a. Bagaimana letak geografis?
b. Bagaimana sejarah LKSA Panti Putra Tuntang?
c. Bagaimana struktur organisasi di LKSA Panti Putra
Tuntang?
d. Fasilitas apa saja yang telah dimiliki LKSA Panti Putra
Tuntang?
e. Berapa jumlah anak asuh di LKSA Panti Putra Tuntang?
f. Apa saja kegiatan yang dilakukan anak sesudah bangun tidur
sampai tidur kembali?
g. Dari daerah mana saja anak asuh yang di asuh LKSA Panti
Putra Tuntang?
Lampiran 3
Pedoman Wawancara dengan Anak Asuh Panti Asuhan Putra Tuntang
a. Apakah pernah melakukan rukiyah dengan menggunakan
ayat-ayat Al-Qur’an?
b. Berapa kali anda melakukan rukiyah?
c. Apakah percaya bahwa rukiyah bisa menyembuhkan
penyakit?
d. Bagaimana pendapatmu tentang rukiyah?
e. Bagaimana pengalamanmu saat di rukiyah?
f. Bagaimana perasaan anda sebelum dan setelah di rukiyah?
g. Ayat apa saja yang digunakan dalam melakukan rukiyah?
88

h. Apa yang memotivasi anda melakukan rukiyah?


i. Apa saja manfaat yang dirasakan ketika melakukan rukiyah
dengan ayat Al-Qur’an?
j. Apa saja kelemahan yang dirasakan ketika melakukan
rukiyah dengan ayat Al-Qur’an?
k. Sebelum melakukan rukiyah, apa saja yang dipersiapkan?
l. Bagaimana proses rukiyah berlangsung?
m. Apakah ada media dalam melakukan rukiyah?
Lampiran 4
Daftar Informan
1. M. Taufik, Pengasuh
2. Sutarno, Anak Asuh
3. Fahri Huseini, Anak Asuh
4. Afrida, Anak Asuh
5. Alf Tyas Wibowo, Anak Asuh
6. Nahrowi, Anak Asuh
7. Luqman, Bagian Administrasi
89

Lampiran 5
Nama Anak Asuh
TEMPAT TANGGAL
NO NAMA L/P STATUS
LAHIR LAHIR
1 Robi Kaanita L Kab. Semarang 13/04/2016 Yatim
2 Bagus Agam Kamali L Kab Semarang 16/05/2013 Yatim
3 Ananda Ragil Saputra L Kota Salatiga 12/01/2011 Yatim
4 Candra Cristian L Kab. Semarang 14/05/2018 Yatim
5 Ardiansyah Noval Prayoga L Kota Semaranng 20/02/2011 Dhuafa
6 Ramadhan Dedi Setiawan L Kab. Semarang 10/1/2008 Yatim
7 Aditya Saputra L Kab. Semarang 02/12/2007 Piyatu
8 Ady Maulana L Kab. Magelang 23/08/2008 Dhuafa
9 Muhammad Afrida L Kab. Semarang 02/06/2006 Dhuafa
10 Oktavian Putra Ramadhan L Kota Semarang 04/10/2006 Yatim
11 Panji Tohjiwo L Kab. Semarang 08/2/2005 Yatim
12 Alip Tyas Wibowo L Kab. Kebumen 21/06/2006 Piatu
13 Muhamad Surahman L Kab. Semarang 05/5/2005 Yatim
14 Rahmad Hidayah L Kab. Semarang 26/03/2002 Dhuafa
15 Ayub Dwi Saputra L Kab. Semarang 03/7/2004 Terlantar
16 Muhamad Chamaludin L Kab. Semarang 21/01/2003 Dhuafa
17 Ahmad Sofyan Aldiyanto L Kab. Semarang 20/12/2002 Dhuafa
18 Agus Sofyan Dwi S L Kab. Semarang 01/9/2001 Dhuafa
19 Sutarno L Kab. Semarang 01/7/2002 Dhuafa
20 Nahrowi Wibowo L Kab. Semarang 20/10/2001 Piatu
21 Fahri Husain L Kuningan 12/06/2001 Dhuafa
22 Suryadi L Kab. Semarang 02/6/1996 Yatim
90

Lampiran 6
Kegiatan Harian Anak Asuh
Panti Asuhan Putra Tuntang Kab. Semarang
No Hari Waktu Jenis Kegiatan Keterangan
1. Senin 04.00- Shubuh dan kajian Islam
05.30
2. 05.30- Makan, piket dan
06.30 persiapan sekolah
3. 06.30- Balajar di sekolah
14.00
4. 14.00- Makan siang dan istirahat
15.00
5. 15.00- Sholat asar dan mandi
16.30
6. 16.30- Murojaah dan sholat
18.00 maghrib
7. 18.00- Kegiatan diskusi
19.00
8. 19.00- Shola isya dan makan
19.30 malam
9. 19.30- Belajar
21.30
10. 21.30- Istirahat
04.00
1. Selasa 04.00- Shubuh dan kajian Islam
05.30
2. 05.30- Makan, piket dan
06.30 persiapan sekolah
91

3. 06.30- Balajar di sekolah


14.00
4. 14.00- Makan siang dan istirahat
15.00
5. 15.00- Sholat asar dan mandi
16.30
6. 16.30- Pembelajaran bahasa
18.00 Arab dan sholat maghrib
7. 18.00- Latihan pidato bahasa
19.00 Indonesia
8. 19.00- Shola isya dan makan
19.30 malam
9. 19.30- Belajar
21.30
10. 21.30- Istirahat
04.00
1. Rabu 04.00- Shubuh dan kajian Islam
05.30
2. 05.30- Makan, piket dan
06.30 persiapan sekolah
3. 06.30- Balajar di sekolah
14.00
4. 14.00- Makan siang dan istirahat
15.00
5. 15.00- Sholat asar dan persiapan
16.00 Tapak Suci
6. 16.00- Tapak Suci dan mandi
18.00
92

7. 18.00- Latihan pidato bahasa


19.00 Bahasa Jawa
8. 19.00- Shola isya dan makan
19.30 malam
9. 19.30- Belajar
21.30
10. 21.30- Istirahat
04.00
1. Kamis 04.00- Shubuh dan kajian Islam
05.30
2. 05.30- Makan, piket dan
06.30 persiapan sekolah
3. 06.30- Balajar di sekolah
14.00
4. 14.00- Makan siang dan istirahat
15.00
5. 15.00- Sholat asar dan mandi
16.30
6. 16.30- Murojaah dan sholat
18.00 maghrib
7. 18.00- Kegiatan diskusi
19.00 Kemuhammadiyahan
8. 19.00- Shola isya dan makan
19.30 malam
9. 19.30- Belajar
21.30
10. 21.30- Istirahat
04.00
93

1. Jum’at 04.00- Shubuh dan kajian Islam


05.30
2. 05.30- Makan, piket dan
06.30 persiapan sekolah
3. 06.30- Balajar di sekolah
11.40
4. 11.40- Sholat Jum’at
12.30
5. 12.30- Makan siang dan istirahat
15.00
6. 15.00- Sholat asar dan mandi
16.30
7. 16.30- Murojaah dan sholat
18.00 maghrib
8. 18.00- Doa Bersama
19.00
9. 19.00- Shola isya dan makan
19.30 malam
10. 19.30- Belajar
21.30
11 21.30- Istirahat
04.00
1. Sabtu 04.00- Shubuh dan kajian Islam
05.30
2. 05.30- Makan, piket dan
06.30 persiapan sekolah
3. 06.30- Balajar di sekolah
12.00
94

4. 12.00- Makan siang dan istirahat


15.00
5. 15.00- Sholat asar dan persiapan
16.00 Tapak Suci
6. 16.00- Kegiatan Tapak Suci
17.30
7. 17.30- Mandi
18.00
8. 18.00- Sholat Maghrib dan
19.00 Murojaah
9. 19.00- Shola isya dan makan
19.30 malam
10. 19.30- Nonton TV
22.00
11 22.00- Istirahat
04.00
1. Ahad 04.00- Shubuh dan kajian Islam
05.30
2. 05.30- Olahraga
06.30
3. 06.30- Makan dan kerja bakti
10.00
4. 10.00- Mandi dan bersih-bersih
12.00
5. 12.00- Makan siang
12.30
6. 12.30- Tidur siang
15.00
95

7. 15.00- Sholat asar


15.30
8. 15.30- Mandi dan murojaah
18.00
9. 18.00- Kegiatan diskusi
19.00
10. 19.00- Shola isya dan makan
19.30 malam
11 19.30- Belajar
21.30
12. 21.30- Istirahat
04.00
96

Lampiran 7
Surat Keterangan Penelitian
97

Lampiran 8
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
98

Lampiran 9
Transkip wawancara
Kode : 02
Nama informan : Sutarno
Tanggal : 13 April 2020
Tempat : Aula Panti
wawancara

Peneliti : Apakah pernah melakukan rukiyah dengan


menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an?
Informan : Saya pernah di rukiyah
Peneliti : Berapa kali dek Sutarno melakukan rukiyah?
Informan : Saya sudah melakukannya 2 kali
Peneliti : Apakah percaya bahwa rukiyah bisa
menyembuhkan penyakit?
Informan : Percaya
Peneliti : Bagaimana pendapatmu tentang rukiyah ?
Informan : Yah, menurut saya sendiri rukiyah itu menurut
saya bisa menyembuhkan penyakit karena
penyakit kan datangnya dari Allah dan ketika
dibacakan ayat suci Al-Qur’an itu maksudnya
Allah akan mengangkat penyakit itu
Peneliti : Bagaimana pengalamanmu saat di rukiyah?
Informan : Senang, tenang
Peneliti : Bagaimana perasaan anda sebelum dan setelah di
rukiyah?
99

Informan : Perasaannya lega, sebelumnya itu sakit, dada terasa


sakit, tidak tahu sakitnya karena apa tetapi setelah
rukiyah rasanya lega
Peneliti : Ayat apa saja yang digunakan dalam melakukan
rukiyah?
Informan : Al fatihah, itu pasti dan tidak tahu tahunya itu
ayat-ayat suci Al-Qur’an
Peneliti : Apa yang memotivasi dek Sutarno melakukan
rukiyah?
Informan : Ingin tenang dalam ibadah
Peneliti : Apa saja manfaat yang dirasakan ketika
melakukan rukiyah dengan ayat Al-Qur’an?
Informan : Disuruh dekatkan diri kepada Allah, menambah
ketenangan dalam ibadah
Peneliti : Apa saja kelemahan yang dirasakan ketika
melakukan rukiyah dengan ayat Al-Qur’an?
Informan : Bagi saya tidak ada kelemahan
Peneliti : Sebelum melakukan rukiyah, apa saja yang
dipersiapkan?
Informan : Persiapan air, plastik dan suci dari hadas
Peneliti : Bagaimana proses rukiyah berlangsung?
Informan : Prosesnya yang pertama kita disuruh duduknya
yang tenang, yang merukiyah itu membacakan
ayat-ayat suci Al qura’an kita disusruh
mendengarkan dengan tenang, kalau bisa ikut
membaca, niat karena Allah ta’ala
Refleksi : Saudara Sutarno telah melakukan rukiyah 2kali
yang ia rasakan ketika di rukiyah adalah merasa
lega karena ingin tenang ketika ibadah, proses
100

rukiyah dengan menyiapkan air, plastik dan suci


dari hadas setelah itu duduk dengan tenang,
mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an yang
dilantunakan oleh perukiyah.
101

Transkip wawancara
Kode : 03
Nama informan : Fahri Huseini
Tanggal : 13 April 2020
Tempat : Aula Panti
wawancara

Peneliti : Apakah pernah melakukan rukiyah dengan


menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an?
Informan : Pernah
Peneliti : Berapa kali dek Husen melakukan rukiyah?
Informan : Saya sering melakukan kurang lebih 3 atau 4 kali
Peneliti : Apakah percaya bahwa rukiyah bisa
menyembuhkan penyakit?
Informan : Percaya
Peneliti : Bagaimana pendapatmu tentang rukiyah ?
Informan : Rukiyah itu kaya Penyembuhan seperti orang yang
kerasukan jin atau santet bisa disembuhkan dengan
ayat-ayat Al-Qur’an, selain itu bisa untuk menjaga
diri agar tidak terkena sihir, kalau sakit perut, sakit
perutnya karena apa dulu, karena bisa jadi diganggu
setan atau jin, kalau pusing saya kurang tahu, saya
tahunya pengusiran makhluk gaib
Peneliti : Bagaimana pengalamanmu saat di rukiyah?
Informan : Ketika dirukiyah merasakan pusing karena diberi
air
Peneliti : Bagaimana perasaan anda sebelum dan setelah di
rukiyah?
Informan : Senang sekali setelah di rukiyah
102

Peneliti : Ayat apa saja yang digunakan dalam melakukan


rukiyah?
Informan : Yang pertama surat al fatihah, ayat kuri, an nas, at
taubah ayat 2 dan ayat terakhir, dan ada surat yasin
Peneliti : Apa yang memotivasi dek Husen melakukan
rukiyah?
Informan : Mengeluarkan, supaya makhluk yang tidak baik
bisa keluar dan supaya bisa melakukan aktivitas
kegiatan sehari-hari

Peneliti : Apa saja manfaat yang dirasakan ketika


melakukan rukiyah dengan ayat Al-Qur’an?
Informan : Mengeluarkan, supaya makhluk yang tidak baik
bisa keluar dan supaya bisa melakukan aktivitas
kegiatan sehari-hari
Peneliti : Apa saja kelemahan yang dirasakan ketika
melakukan rukiyah dengan ayat Al-Qur’an?
Informan : Tidak ada
Peneliti : Sebelum melakukan rukiyah, apa saja yang
dipersiapkan?
Informan : Kita itu niat membuang apa yang ada di dalam diri
kita supaya keluar karena Allah, yakin
Peneliti : Bagaimana proses rukiyah berlangsung?
Informan : Prosesnya banyak, berbeda-beda, kalau ustad danu
saja hanya lewat doa, kalau disini satu orang satu
diberi air dan dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an dan
ditunggu reaksi dan nanti ada yang jadi atau ngreog
103

Transkip wawancara
Kode : 04
Nama informan : Afrida
Tanggal : 13 April 2020
Tempat : Aula Panti
wawancara

Peneliti : Apakah pernah melakukan rukiyah dengan


menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an?
Informan : Pernah
Peneliti : Berapa kali dek Afrida melakukan rukiyah?
Informan : Sudah 2x
Peneliti : Apakah percaya bahwa rukiyah bisa
menyembuhkan penyakit?
Informan : Percaya
Peneliti : Bagaimana pendapatmu tentang rukiyah ?
Informan : Buat menghilangkan makhluk halus
Peneliti : Bagaimana pengalamanmu saat di rukiyah?
Informan : Ya kaya ada yang sakit, kaya kaki atau punggung,
seperti semutan, panas
Peneliti : Bagaimana perasaan anda sebelum dan setelah di
rukiyah?
Informan : Kalau sebelum dirukiyah rasanya tidak enak, kalau
sudah rasanya enak, sebelum diruyah kaya ada yang
nganggu, sesudah dirukiyah rasanya plong
Peneliti : Ayat apa saja yang digunakan dalam melakukan
rukiyah?
104

Informan : Rukiyah menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an, surah


al fatihah, sholawat, surat annaas, surat al falq,
surat al ikhlas
Peneliti : Apa yang memotivasi dek Afrida melakukan
rukiyah?
Informan : Mengeluarkan, supaya makhluk yang tidak baik
bisa keluar dan supaya bisa melakukan aktivitas
kegiatan sehari-hari

Peneliti : Apa saja manfaat yang dirasakan ketika


melakukan rukiyah dengan ayat Al-Qur’an?
Informan : Banyak, yang jelas setelah rukiyah jadi enak
Peneliti : Apa saja kelemahan yang dirasakan ketika
melakukan rukiyah dengan ayat Al-Qur’an?
Informan : Tidak ada
Peneliti : Sebelum melakukan rukiyah, apa saja yang
dipersiapkan?
Informan : Air minum, air putih sama plastic buat kalau ada
yang muntah
Peneliti : Bagaimana proses rukiyah berlangsung?
Informan : Baca-baca surat ayat-ayat al ur’an yang
membacakan pengasuhnya, kita dengerin setelah
dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an kita diminta
minum, setelah itu kita dirasakan untuk berwudhu
sebelum tidur
105

Transkip wawancara
Kode : 05
Nama informan : Alip Tyas W
Tanggal : 13 April 2020
Tempat : Aula Panti
wawancara

Peneliti : Apakah pernah melakukan rukiyah dengan


menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an?
Informan : Pernah
Peneliti : Berapa kali dek Tyas melakukan rukiyah?
Informan : Sudah lebih dari 4 kali
Peneliti : Apakah percaya bahwa rukiyah bisa
menyembuhkan penyakit?
Informan : Percaya saja, rukiyah yang baik-baik tidak nylonoh
tetapi sesuai dengan syariat islam
Peneliti : Bagaimana pendapatmu tentang rukiyah ?
Informan : Menurut saya rukiyah itu syarat penyembuhan
sesuai syariat islam
Peneliti : Bagaimana pengalamanmu saat di rukiyah?
Informan : Ada rasa panas-panas sedikit
Peneliti : Bagaimana perasaan anda sebelum dan setelah di
rukiyah?
Informan : Rasanya sebelum dirukiyah kaya aada sifat-sifat
yang mau keluar, setelah rukiyah lega fresh gitu
Peneliti : Ayat apa saja yang digunakan dalam melakukan
rukiyah?
106

Informan : Ayat-yat Al-Qur’an yang dibacakan seperti surat ar


rum, surat-surat pendek, al fatihah, al ikhlas, an
naas, al falaq
Peneliti : Apa yang memotivasi dek Tyas melakukan
rukiyah?
Informan : Mengeluarkan, supaya makhluk yang tidak baik
bisa keluar dan supaya bisa melakukan aktivitas
kegiatan sehari-hari

Peneliti : Apa saja manfaat yang dirasakan ketika


melakukan rukiyah dengan ayat Al-Qur’an?
Informan : Manfaatnya, kalau menurut saya bisa
menghilangkan sifat-sifat yang kita punyai sifat-
sifat yang jelek
Peneliti : Apa saja kelemahan yang dirasakan ketika
melakukan rukiyah dengan ayat Al-Qur’an?
Informan : Tidak ada
Peneliti : Sebelum melakukan rukiyah, apa saja yang
dipersiapkan?
Informan : Air putih
Peneliti : Bagaimana proses rukiyah berlangsung?
Informan : Yang utama itu menyiapkan air putih terus semua
berkumpul, lalu dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an
yang dibacakan pengasuh dan kita disuruh untuk
menghayati, setelah selesai diberi saran janagan
melakuakn hal-hal buruk lagi seperti melakukan
hal-hal keburukan
107

Transkip wawancara
Kode : 06
Nama : Nahrowi
informan
Tanggal : 13 April 2020
Tempat : Aula Panti
wawancara

Peneliti : Apakah pernah melakukan rukiyah dengan


menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an?
Informan : Pernah
Peneliti : Berapa kali dek Afrida melakukan rukiyah?
Informan : Kalau tidak 2 3 kali
Peneliti : Apakah percaya bahwa rukiyah bisa menyembuhkan
penyakit?
Informan : Percaya
Peneliti : Bagaimana pendapatmu tentang rukiyah ?
Informan : Bagus, mengeluarkan sesuatu yang tidak nyaman
dari dalam tubuh agar nyaman ketika ibadah
Peneliti : Bagaimana pengalamanmu saat di rukiyah?
Informan : Saat dirukiyah, mual, mules dan kepalanya pusing
Peneliti : Bagaimana perasaan anda sebelum dan setelah di
rukiyah?
Informan : Sebelum rukiyah rasanya hati tidak tenang, setelah
di rukiyah rasanya tenang, lega
Peneliti : Ayat apa saja yang digunakan dalam melakukan
rukiyah?
Informan : Al fatihah, an nas, al falaq, an nas, ayat kursi, al
ikhlas
108

Peneliti : Apa yang memotivasi dek Afrida melakukan


rukiyah?
Informan : Mengeluarkan, supaya makhluk yang tidak baik bisa
keluar dan supaya bisa melakukan aktivitas kegiatan
sehari-hari
Peneliti : Apa saja manfaat yang dirasakan ketika melakukan
rukiyah dengan ayat Al-Qur’an?
Informan : Hati tenang
Peneliti : Apa saja kelemahan yang dirasakan ketika
melakukan rukiyah dengan ayat Al-Qur’an?
Informan : Tidak ada
Peneliti : Sebelum melakukan rukiyah, apa saja yang
dipersiapkan?
Informan : Mental kalau mentalnya tidak dipersiapkan nanti
kurang fokus
Peneliti : Bagaimana proses rukiyah berlangsung?
Informan : Prosesmenyiapkan air, setelah itu rukiyah yang
membaca pengasuh, kita
mendengarkan dan air
putihnya diminum, setelah
rukiyah selesai kita diberi
saran untuk sering dzikir,
tidak ngalamun
109

Transkip wawancara
Kode : 07
Nama : Luqman
informan
Tanggal : 13 April 2020
Tempat : Aula Panti
wawancara

Peneliti : Bagaimana sejarah LKSA Panti Putra Tuntang?


Informan : Panti Asuhan Muhammadiyah Putra Tuntang
didirikan bertepatan pada tanggal 5 Desember
1984, dan diresmikan pada 17 Mei 1991 M / 5
Dzulqo’idah 1411 H dibawah naungan organisasi
sosial, tepatnya di desa Tuntang, Kec. Tuntang,
Kab. Semarang, Jawa Tengah. Bermula dari tanah
yang merupakan wakaf dari Almarhum Bapak H.
Harmonie Djaffar dari Bogor.Pada waktu awal
berdiri panti hanya mengasuh kurang lebih 10 anak
asuh dengan biaya berasal dari donatur awal yang
terbatas pada pengurus dan donatur dari masyarakat
secara insidential.Seiring berjalannya waktu jumlah
anak asuh selalu bertambah sesuai dengan
kemampuan kepengasuhan.Mulai dari tahun ke
tahun Panti Asuhan mengalami perkembangan yang
pesat, mulai dari perkembangan fisik dan non fisik
hingga sampai saat sekarang ini.sekaranganaknya
berjumlah 22 anak dan bangunan-bangunannya
sudah baik dan bertambah baik, alhamdulillah
110

Peneliti : Bagaimana struktur organisasi di LKSA Panti Putra


Tuntang?
Informan : kita punya visi misi, Visinya yaitu Menjadi lembaga
pelayan sosial, Pendidikan dan Penanaman akhlaqul
karimah. Misinya antara lain: Melayani asuhan
terbaik kepada anak asuh, Memberikan kesempatan
pendidikan anak asuh untuk menggapai cita-
citanya, Menciptakan akhlaqul kharimah anak asuh,
Pemulihan kondisi fisik, mental dan sosial anak
asuh, Perlindungan pada anak asuh terhadap
gangguan fisik, mental dan sosial, Pembinaan
terhadap anak asuh dalam mencapai tujuan usaha
kesejahteraan sosial, Pengembangan dan
peningkatan kreatifitas, kecerdasan, keterampilan
dan keahlian anak asuh.

Peneliti : Fasilitas apa saja yang telah dimiliki LKSA Panti


Putra Tuntang?
Informan : Kamar mandi, kamar tidur, dapur, ruang aula,
masjid, uang saku, ekstra tapak suci, rebana, diskusi
bahasa Indonesia, jawa, bahasa arab, ruang belajar,
Peneliti : Berapa jumlah anak asuh di LKSA Panti Putra
Tuntang?
Informan : 22 anak, dari TK sampai Perguruan Tinggi, datanya
ini (terlampir)
Peneliti : Apa saja kegiatan yang dilakukan anak sesudah
bangun tidur sampai tidur kembali?
Informan : saya beri jadwalnya ya (terlampir)
111

Peneliti : Dari daerah mana saja anak asuh yang di asuh


LKSA Panti Putra Tuntang?
Informan : Dari kab. Semarang, Jawa Barat, Kebumen,
kebanyakan dari Kab. Semarang
112

Transkip wawancara
Kode : 01
Nama : M. Taufik
informan
Tanggal : 13 April 2020
Tempat : Aula Panti
wawancara

Peneliti : Mengapa melakukan rukiyah?


Informan : karena ada orang yang membutuhkan rukiyah dalam
pengobatan syari’ah
Peneliti : ayat-ayat Al-Qur’anapa saja yang digunakan untuk
rukiyah ?
Informan : banyak ayat yang digunakan untuk melakukan
rukiyah, Ayat-ayat yang digunakan untuk rukiyah
antara lain Surah Al Fatihah, Surah Al Baqarah ayat
1-4, Surah Al Baqarah ayat 163, Surah Al Baqarah
ayat 255 atau sering disebut ayat Kursi, Surah Sl
Baqarah ayat 284-286, Surah Ali Imran ayat 18,
Surah Al A’raf ayat 54, Surah Al Mu’minun ayat
116, Surah Al Jin ayat 3, Surah As Shafaat ayat 1-
10, Surah Al Haysr ayat 22-24, Surah Al Ikhlas,
Surah Al Falaq dan Surah An Naas.
Peneliti : Mengapa tidak mengggunakan ayat-ayat yang lain?
Informan : karena kita menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an
sesuai dengan kebutuhan
Peneliti : Bagaimana proses penyembuhan itu berlangsung
dalam rukiyah?
113

Informan : prosesnya bisa berjalan dengan instan atau dengan


bertahap, proses-proses rukiyahnya dengan cara
memperlukan persiapan antara lain menyiapkan
plastic, air putih, anak-anak dikondisikan diminta
untuk wudhu terlebih dahulu, setelah sudah wudhu
semua anak-anak diminta duduk melingkar dan
konsentrasi dalam ayat-ayat yang dibacakan, ayat-
ayat untuk rukiyah antara lain Surah Al Fatihah,
Surah Al Baqarah ayat 1-4, Surah Al Baqarah ayat
163, Surah Al Baqarah ayat 255 atau sering disebut
ayat Kursi, Surah Sl Baqarah ayat 284-286, Surah
Ali Imran ayat 18, Surah Al A’raf ayat 54, Surah Al
Mu’minun ayat 116, Surah Al Jin ayat 3, Surah As
Shafaat ayat 1-10, Surah Al Haysr ayat 22-24, Surah
Al Ikhlas, Surah Al Falaq dan Surah An Naas, setelah
dibacakan ayat-ayat tersebut, anak-anak diminta
untuk meminum air bacaan, nanti akan terlihat setiap
orang bereaksi dengan berbeda-beda, ada yang
merasakan pusing, kerasukan jin dengan menjerit-
jerit, ada yang nangis, ada yang sakit dadanya, ada
yang mual-mual. Ketika ada anak asuh yang
kemasukan jin maka akan di temani oleh bagian
admnistrasi dann diajak untuk istighfar, membaca
Surah Al Baqarah 255 atau ayat Kursi, Surah Al
Ikhlas, Surah Al Falaq, dan surah Annas seraya
mengelus-ngelus punggungnya. Jika masih bereaksi
hebat maka akan dibantu oleh pengasuh agar dapat
ditenangkan dan dapat jinnya dapat keluar. Setelah
selesai semua teratasi maka anak-anak diberi saran
untuk melakukan amal makruf nahi munkar, selalu
114

ingat Allah Swt., sebelum tidur berwudhu lalu


membaca Surah Al Ikhlas, Al Falaq dan Surah
Annas, selain itu anak diminta untuk tidak sering
melamun dimanapun tempat dan ketika kegiatan
Peneliti : Apa syarat yang harus dipenuhi oleh perukiyah saat
akan melakukan rukiyah?
Informan : dalam kondisi suci sudah berwudhu
Peneliti : Apakah ada tempat, hari atau waktu khusus untuk
melakukan rukiyah?
Informan : tidak, semua hari baik
Peneliti : Apakah ada perbedaan ayat-ayat yang digunakan
dalam merukiyah dalam pengobatan fisik dan non
fisik ini ?
Informan : Ada
Peneliti : Apakah ada media yang digunakan dalam proses
rukiyah?
Informan : ada, air putih
Peneliti : Bagaimana mengetahui jika orang yang dirukiyah
tidak hanya sakit fisik saja tetapi terkena sihir atau
yang lain?
Informan : dengan menggunakan ayat sesuai dengan kondisi
pasien
Peneliti : Reaksi apa saja yang sering muncul ketika bapak
melakukan rukiyah?
Informan : yang saya rukiyah akan berbagai kondisi bisa mual,
muntah, pusing, seuai dengan reaksi masing-masing
pasien
115

Peneliti : Bagaimana sikap orang yang belum melakukan dan


yang sesudah melakukan rukiyah?
Informan : sikapnya akan mengalami perubahan dan perbedaan
dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam
beribadah, mengingat kepada Allah
Peneliti : Apa saja manfaat yang dirasakan ketika melakukan
rukiyah dengan ayat Al-Qur’an?
Informan : banyak manfaat, yang dirasakan baik jasmani dan
rohani, dan untuk anak-anak pun bisa dikondisikan
Peneliti : Apa saja kelemahan yang dirasakan ketika
melakukan rukiyah dengan ayat Al-Qur’an?
Informan : tidak ada kelemahannya
116

Lampiran 10
Dokumentasi

Wawancara dengan anak asuh berinisial H Wawancara dengan anak asuh bersinisial T

Wawancara dengan anak asuh berinsial AL Wawancara dengan anak asuh berinisial A
117

Wawancara dengan anak asuh berinisal R Wawancara dengan bagian adminstrasi

Rumah pengasuh Kamar anak

Kegiatan tapak suci Kegiatan diskusi bersama


118

Kegiatan kerja bakti bersama Kegiatan mengaji bersama-sama

Kamar tidur anak

Struktur organisasi

Banner panti
119

panti tampak depan

Kegiatan belajar malam hari


Belajar Bahasa Arab dengan Ketua Panti

Latihan rebana

Proses rukiyah
120

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


A. IDENTITAS DIRI
Nama : Qurrota A’yun
Tempat, Taggal : Demak, 26 Juni 1995
Kelahiran
Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia

Alamat : Jl Angin-Angin Desa Buko,


Rt01/Rw 02/, Kec. Wedung, Kab.
Demak
E-mail : berlianungu@gmail.com

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Pendidikan formal
a. MI 02 Kutoharjo Kaliwungu Kendal

b. SMP 03 Islam Kaliwungu


c. SMA Negeri 1 Kaliwungu
d. Institut Agama Islam Negeri Salatiga
2. Pendidikan non formal
a. Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu Kendal
b. Pondok Pesantren Al-Masyitoh Serangan Bonang Demak
121

C. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Menjabat Devisi Wacana dalam Organisasi HMJ
(Himpunan Mahasiswa Jurusan) Prodi Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir IAIN Salatiga
(2017)
2. Menjabat Devisi PSDM dalam Organisasi HMJ
(Himpunan Mahasiswa Jurusan) Prodi Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir IAIN Salatiga
(2018)

Anda mungkin juga menyukai