Anda di halaman 1dari 273

TERORISME DAN KONSEP TAGUT AMAN ABDURRAHMAN

(Kajian Semantik Kognitif )

TESIS

Diajukan pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah


Jakarta
Sebagai Persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Humaniora
Dalam bidang Bahasa dan Sastra Arab

Oleh:

Tutur Ahsanil Mustofa


NIM: 21140222000003

Dosen Pembimbing:
Dr. Darsita Suparno, M.Hum

PROGRAM STUDI MAGISTER BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018
TERORISME DAN KONSEP TAGUT
AMAN ABDURRAHMAN
(Kajian Semantik Kognitif )

Tutur Ahsanil Mustofa

Pustakapedia
TERORISME DAN KONSEP TAGUT AMAN ABDURRAHMAN
(Kajian Semantik Kognitif )

Tutur Ahsanil Mustofa


©2018, Tutur Ahsanil Mustofa
Hak cipta dilindungi undang-undang
Tata Letak : Tim Pustakapedia
Desain Sampul : Fadhilla

ISBN :978-602-6719-48-5

Cetakan ke-I, Januari 2018

Diterbitkan oleh:
Pustakapedia
(CV Pustakapedia Indonesia)
Jl. Kertamukti No.80 Pisangan
Ciputat Timur, Tangerang Selatan 15419
Email: penerbitpustakapedia@gmail.com
Website: http://pustakapedia.com

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan


dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari Penulis
KATA PENGANTAR

Rasa syukur al-ḥamd lillāh terus penulis pajatkan kehadirat illāhi


rabbi yang selalu hadir di dalam perjuangan penulis untuk menyelesaikan
studi dan penulisan tesis ini. Penulis sangat merasakan perjuangan-
perjuangan dalam menulis tesis ini. Hal ini disebabkan karena tesis ini
menggunakan korpus buku sitaan hasil penangkapan kasus terorisme, yang
tidak mudah di dapatkan, dan perkembangan-perkembangan kasus terorisme
yang setiap hari dinamikanya selalu berubah.

Buku ini merupakan hasil penelitian tesis pada Program Studi


Magister Bahasa dan Sastra Arab, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Tesis ini membahas tentang Terorisme dan konsep
tagut Aman Abdurrahman yang mendapat julukan sebagai “singa tauhid” di
kalangan para penggiat kajian tauhid.

Dalam menyelesaikan tesis ini, penulis tentunya mendapat banyak


bantuan, dukungan, motivasi, dan doa dari banyak pihak. Oleh karena itu,
penulis merasa ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Prof. Dr. Sukron Kamil dan
jajarannya yang telah menyediakan pendidikan yang berkualitas, dan
berbagai layanan selama menempuh perkuliahan.
2. Dr. Abdullah selaku Ketua Prodi magister, dan Dr. Adib Misbachul
Islam selaku sekretaris Prodi magister FAH UIN Jakarta yang dengan
semangatnya selalu melayani dan memberikan suntikan semangat
untuk menyelesaikan tulisan ini.
3. Dr. Darsita Suparno selaku dosen pembimbing yang terus
mengingatkan dan memberikan masukan-masukan yang berharga
selama proses penulisan tesis ini, Jazakillah.
4. Para guru besar, dosen-dosen selama penulis menyelesaikan
perkuliahan, terima kasih setinggi-tingginya penulis ucapkan atas
ilmu-ilmu yang akan bermanfaat di dunia dan akhirat.
5. Direktur Deradikalisasi BNPT Prof. Dr. Irfan Idris, MA yang
memberikan kesempatan kepada penulis untuk terus belajar dan
mendalami tentang terorisme dengan praktik langsung di lapangan,
semoga selalu sehat Prof.

i
6. Senior, teman-teman seperjuangan, Mbak Putri, Mbak Ani, Mbak
Zizah, Kang Tondo, dan kang Riki. Terima kasih telah bersama-sama
membangun suasana akademis selama perkuliahan.
7. Kedua orang tua tercinta, bapak Samiran, M.Pd, dan ibu Surati yang
telah mendidik penulis ,memberikan motivasi dan doa dari lahir
hingga selesainya penulisan tesis di jenjang magister ini.
8. Kepada istri Itsna Ruhillah, S.S dan anak kami tercinta Rawnie
Alesha Syahira yang terus memberikan dukungan, semangat dan doa
kepada penulis, yang tak kenal waktu untuk terus ikut berjuang
hingga tesis ini selesai.
9. Kasubdit Bina dalam Lapas, Kol. Sigit Karyadi, beserta Pak Helmi,
Mas Alfan, Mas Budi, Mas Lukman, Mas tomy, Fajar, Mbak Phobe,
Mbak Ela, Mbak Fia terima kasih atas diskusi-diskusi selama ini.
10. Teman-teman sepanjang masa, Akhmad Yusuf, Mughni Labib,
Fauzan Baihaqi, Fauzan Ramdhoni, Agus Nawawi, TB Akbar, Didin
Sayidin, Bambang Nurdiansyah dan keluarga besar Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) KOFAH yang terus memberikan diskusi-
diskusi ringan hingga penulisan tesis ini berakhir.

Akhir kata, penulis hanya bisa berharap kepada Allah SWT untuk
membalaskan budi dan kebaikan yang selama ini telah dilakukan. Semoga
keberadaan tesis ini dapat menambah khazanah keilmuan di dalam dunia
akademis.

Jakarta, Oktober 2017

Tutur Ahsanil Mustofa

ii
PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam penelitian ini


merujuk pada pedoman transliterasi Arab-Latin berdasarkan Surat Keputusan
Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
No.158 tahun 1987 dan No.0543b/U/1987.

A. Konsonan
Huruf Nama Huruf Latin Nama
Arab

‫ا‬ Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

‫ب‬ Ba b Be

‫ت‬ Ta t Te

‫ث‬ Ṡa ṡ Es (dengan titik di atas)

‫ج‬ Jim j Je

‫ح‬ Ḥa ḥ Ha (dengan titik di


bawah)
‫خ‬ Kha Kh Ka dan Ha

‫د‬ Dal D De

‫ذ‬ Żai Ż Zet (dengan titik di atas)

‫ر‬ Ra R Er

‫ز‬ Zai Z Zet

‫س‬ Sin S Es

‫ش‬ Syin Sy Es dan Ye

‫ص‬ Ṣad ṣ Es (dengan titik di


bawah)

iii
‫ض‬ Ḍad ḍ De (dengan titik di
bawah)
‫ط‬ Ṭa ṭ Te (dengan titik di
bawah)
‫ظ‬ Ẓa ẓ Zet (dengan titik di
bawah)
‫ع‬ „Ain „ Koma terbalik (di atas)

‫غ‬ Gain G Ge

‫ف‬ Fa F Ef

‫ق‬ Qaf Q Qi

‫ك‬ Kaf K Ka

‫ل‬ Lam L El

‫م‬ Mim M Em

‫ن‬ Nun N En

‫و‬ Waw W We

‫ھ‬ Ha H Ha
‫ء‬ Hamzah ' Apostrof

‫ي‬ Ya Y Ye

B. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap (tasydid) ditulis rangkap.

Contoh : ‫مق ّدمة‬ = muqaddimah


‫املنورة‬
ّ ‫املدينة‬ = al-Madīnah al-munawwarah

C. Vokal Pendek
‫ﹶ‬ Fatḥah a
‫ﹶ‬ Kasrah i
‫ﹶ‬ Ḍammah u

iv
D. Vokal Panjang
‫ﹶا‬ ā
‫ﹶي‬ ī
‫ﹶو‬ ū

E. Vokal Rangkap (Diftong)


ْ‫ْﹶي‬ ai
‫ْْْﹶ و‬ au

F. Ta Marbutah
a. Ta marbutah yang berharkat sukun ditransliterasikan dengan huruf
“h”.

Contoh : ‫املكرمة‬‫مكة‬ = makkah al-mukarramah


‫الشريعة اإلسالمية‬ = al-syarī’ah al-Islāmiyyah

b. Ta marbutah yang berharkat hidup ditransliterasikan dengan huruf “t”.

Contoh : ‫اإلسالمية‬ ‫ = احلكومة‬al-ḥukūmatu al-Islāmiyyah


‫ = السنة املتواترة‬al-sunnatu al-mutawātirah

G. Hamzah
Huruf hamzah ( ‫ ) ء‬ditransliterasikan dengan tanda apostrof. Namun,
ketentuan ini hanya berlaku apabila huruf hamzah terletak di tengah dan
akhir kata. Adapun huruf hamzah yang terletak pada awal kata

ditransliterasikan dengan huruf vokal. Contoh : ‫ = مإْيان‬īmānun.

v
H. Lafzu al-Jalālah

Lafzu al-Jalālah (kata ‫ ) اهلل‬yang berbentuk frase nomina ditransliterasikan

tanpa hamzah. Contoh : ‫اهلل‬ ‫„ = عبد‬Abdullah.

I. Kata Sandang ‘al’


1. Kata sandang “al” tetap ditulis “al”, baik pada kata yang dimulai
dengan huruf qamariyah maupun syamsiyah.

Contoh : ‫املقدسة‬ ‫ = األماكن‬al-amākinu al-muqaddasah


‫ = السياسة الشرعية‬al-siyāsah al-syar’iyyah

2. Huruf “a” pada kata sandang “al” tetap ditulis dengan huruf kecil
meskipun merupakan nama diri.

Contoh : ‫ = املاوردى‬al-Māwardi
‫األزهر‬ = al-Azhar
3. Kata sandang “al” pada awal kalimat dan pada kata “Allah Swt,
Qur‟an” ditulis dengan huruf kapital.
Contoh : Al-Afgani adalah seorang tokoh pembaharu.
Saya membaca Al-Qur‟an al-Karim.

vi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

PEDOMAN TRANSLITERASI ..................................................................... .iii

DAFTAR ISI .................................................................................................. vii

DAFTAR BAGAN…………………………………………………………... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1


B. Penelitian Terdahulu ...................................................................... .... 13
C. Rumusan Masalah ............................................................................... 16
D. Tujuan Penelitian ............................................................................... 17
E. Manfaat Penelitian. ............................................................................... 17
F. Kerangka Teori ................................................................................. 17
G. Metode Penelitian ............................................................................. .... 19
1. Rancangan Penelitian. ..................................................................... 20
2. Metode Penelitian ........................................................................... 21
3. Objek Penelitian .............................................................................. 21
4. Sumber Data. ................................................................................... 22
5. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ........................................... 22
6. Analisis Data ................................................................................... 25
7. Tahap Analisis Data. ....................................................................... 26
8. Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 27
H. Sistematika Penulisan .......................................................................... 28

BAB II SEMANTIK KOGNITIF

A. Semantik Kognitif ........................................................................ 31


B. Teori Semantik Kognitif Nick Riemer. ................................................. 33
1. Metafora. ................................................................................. 34
2. Embodiment dan Skema Imej/Strategi Pencitraan. ......................... 36
3. Figur dan Latar. ............................................................................... 38

vii
C. Teori Konseptual Metafora ................................................................... 39

BAB III BIOGRAFI DAN AKTIVITAS DALAM TEORISME

A. Abu Sulaiman Aman Abdurrahman ................................................ 41


B. Riwayat Pendidikan .......................................................................... 42
C. Pekerjaan. .............................................................................................. 43
D. Buku-Buku yang Mempengarui Pemikirannya...................................... 44
E. Karya-karyanya ................................................................................... 46
F. Hasil Karya Terjemahan ........................................................................ 47
G. Riwayat Penahanan .......................................................................... 54

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Konsep Tagut menurut Aman Abdurrahman ......................................... 57


B. Terorisme dan Konsep Tagut: Sebuah Perbandingan....................... 60
C. Analisis Semantik Kognitif Nick Riemer atas Konsep Tagut
menurut Aman Abdurrahman...................................................... .......... 67
C.1. Sudahkah Anda Kafir kepada Tagut?......................................... .... 68
C.2. Dimana Posisi Kamu...di Barisan Tauhid ataukah di barisan
Tagut?..................................................................................................... 111
C.3. Antara Kami dengan Tagut...................................................... ...... 138
C.4. Realita Dakwah di Penjara Tagut............................................. ...... 185
D. Konsep Tagut Aman Abdurrahman dalam Skema Imej / Strategi
Pencitraan......................................................................................... ...... 193

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................ 203


B. Saran dan Rekomendasi………………………………………… ......... 205

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BIODATA PENULIS

viii
DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Metodologi Penelitian……………………………………………20

Bagan 2. Metode dan Teknik Pengumpulan Data…………………………24

Bagan 3. Metode Analisis Data……………………………………………26

Bagan 4. Perjalanan Aman dalam Kelompok Jihadis…………………… 56

Bagan 5. Keadaan Aman di dalam Lapas…………………………………109

Bagan 6. Pengajaran Aman di dalam Lapas dengan Napiter dan Napi


Umum……………................................................................................... 110

Bagan 7. Skema Pengajian dan Taklim yang dilakukan Aman selama di


Lapas dengan Jamaahnya…………………………………………………111

Bagan 8. Struktur Perekrutan Jamaah yang Akan Melakukan Amaliah…170

Bagan 9. Kondisi Muslim di Indonesia saat Ini…………………………194

Bagan 10. Penjelasan Hakikat Islam dan Inti Dakwah Rasul……………195

Bagan 11. Posisi Keimanan Seseorang yang Berpegang teguh dengan


Hukum Tagut….…………………………………………………………196

Bagan 12. Posisi Seorang Muslim, di Golongan Haq atau di Golongan


Batil…………..…………………………………………………………..197

Bagan 13. Hubungan para Muwaḥḥidīn Mujāhidīn dengan Kelompok


Pembela Tagut….......................................................................................198

ix
x
BAB I

Pendahuluan

A. Latar belakang masalah


Sebagai Negara besar dengan macam-macam suku, ras, dan
agama, Indonesia tidak lekang dari berbagai macam permasalahan.
Terorisme menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi oleh
bangsa Indonesia hingga saat ini. Kejahatan terorisme menjadi
momok yang menakutkan sekaligus meresahkan bagi seluruh anak
bangsa. Jika di telaah secara mendalam, akar kata “teror” sendiri
berkonotasi senjata atau taktik, bukan sebuah organisasi atau gerakan.
Karena merupakan senjata, tentunya “teror” digunakan juga oleh
sebuah negara bagian, kelompok bersenjata, organisasi kriminal,
1
gerakan pemberontak, dan kelompok ekstrimis. Teror dengan
berjubah agama terus menghantui negeri ini. Keinginan mengganti
NKRI dengan Negara Islam menjadi inti dari kelompok-kelompok
tersebut. Dimulai dari gerakan yang dipimpin oleh Kartosuwirjo,
Daud Bereuh, hingga Kahar Muzakkar yang bernama NII.
Periode awal reformasi hingga 2009, pecahan-pecahan dari
NII membentuk kelompok-kelompok baru seperti JI yang didirikan
oleh Abdullah Sungkar tahun 1992. Anggota dari JI yang juga
mantan kombatan di Afganistan Imam Samudra dan Amrozi
melakukan pengeboman di Bali I tahun 2002, juga Noordin M. Top
dan Dr. Azhari terlibat bom Bali II dan beberapa pengeboman di
tempat lainnya. Dari kelompok JI muncul Mujahidin Indonesia Timur
(MIT) yang dipimpin oleh Santoso dengan markas di Poso, juga

1
Thomas R. Mockaitis, “Terrorism, Insurgency, and Organized Crime” in the book
Fighting Back: What Goverments can do about Terrorism, (California: Stanford University
Press, 2011), hal. 12.

1
Mujahidin Indonesia Barat (MIB) yang sering melakukan
perampokan dengan dalih fa‟i. 2 Hingga kini, banyak bermunculan
kelompok-kelompok kecil hasil metamorfosa dari kelompok radikal
sebelumnya. Seperti kelompok Tauhid wal Jihad, ISIS Indonesia,
Jamaah Anshor Tauhid, Jamaah Anshor Daulah, dan Jamaah Anshor
Daulah Khilafah Nusantara yang dipimpin oleh Aman Abdurrahman.
Kelompok radikal dengan berjubah agama dan aksi-aksi yang
menimbulkan teror bagi masyarakat bermunculan dengan silih
berganti baik di dunia internasional maupun lokal seperti yang terjadi
di Indonesia. Saat ini, Islamic State of Irak and Syiria (ISIS) yang
dibentuk pada 8 April 2013, 3 digadang-gadang menjadi salah satu
aktor dibalik teror yang terjadi di beberapa negara di dunia.
Keinginan untuk membentuk negara Islam menjadi tujuan utama
dari gerakan ini. Para ahli terorisme berpendapat, aksi-aksi teror
kadang dilakukan dalam dua konteks utama : (1) gerakan melawan
pemerintah yang sah, dan (2) aksi-aksi teror yang didukung oleh
4
negara. Munculnya gerakan keagamaan yang bersifat radikal
merupakan fenomena penting yang turut mewarnai citra Islam
kontemporer. Seperti halnya revolusi Iran tahun 1979 yang berhasil
menampilkan kalangan Mullah ke atas panggung kekuasaan.5

2
Sukron Kamil, “Bahasa dan Pola Keislaman Modern: Kajian atas Kata
Serapan/Ambilan Arab dalam Buku Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah” dalam
Bahasa dan Sastra: Kontekstual di Era Postliteracy, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2015), hal.
1-2.
3
Muhammad Haidar Assad, ISIS: Organisasi Teroris Paling Mengerikan Abad Ini
(Jakarta: Penerbit Zahira, 2014), hal. 106.
4
Jajang Jahroni, dkk, Memahami Terorisme: Sejarah, Model, dan Konsep (Jakarta:
Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bekerja
sama dengan Prenadamedia Group Jakarta, 2016), Hal. 19.
5
Tarmizi Taher, dkk. Radikalisme Agama (Jakarta: PPIM IAIN Jakarta, 1998),
hal.1.

2
Salah satu bentuk teror dalam dunia internasional adalah
kejadian 14 November 2015, saat terjadi penyerangan kepada warga
sipil ketika menonton pertandingan sepak bola antara Perancis dan
Jerman yang mengakibatkan kurang lebih 153 orang meninggal
dunia. Pelaku melakukannya dalam 6 kali penyerangan di Paris.6 Bila
dicermati, begitu kejam aksi para pelaku teror bak seorang jagoan
dengan mengokang senjata dan membabi buta menembakkannya
kepada siapa saja sehingga berjatuhan banyak korban. Begitu
mudahnya para pelaku teror dengan dalih jihad membunuh membabi
buta bagaikan malaikat pencabut nyawa. Belum lama ini teror juga
terjadi di Jakarta, 14 januari 2016 ibukota mendapatkan kado pahit
berupa ledakan bom bunuh diri dalam gerai starbucks dan pos polisi
di depan gedung Sarinah. 7 Kejadian tersebut menurut, reportase
Metro tv news memakan 7 korban meninggal dan 19 orang luka-
luka.8
Teroris menjadi momok yang sangat menakutkan bagi
masyarakat di Indonesia, Paham-paham radikal terorisme yang
memicu tindakan terorisme tumbuh subur dan berkembang di
Indonesia, bagaikan benih-benih yang terus tumbuh karena disiram
setiap harinya. Menurut hemat penulis, para pelaku teror bagaikan
mutan yang datang dan hadir silih berganti. Paham-paham ini
menjadi hal yang menarik karena muncul di waktu yang pas dan
sesuai dengan problematika yang dihadapi oleh masyarakat
Indonesia. Fenomena terorisme akan berkembang dan meningkat

6
http://news.liputan6.com/read/2365583/153-orang-tewas-dalam-6-serangan-teror-
di-paris, dikutip Maret 2016.
7
http://nasional.kompas.com/read/2016/01/17/05300041/Ini.Kronologi.Teror.Bom.J
akarta.dari.Detik.ke.Detik dikutip Maret 2016.
8
http://news.metrotvnews.com/read/2016/01/18/212988/tragedi-sarinah-dan-
penanggulangan-teror. Diakses 25 Februari 2017.

3
tatkala gerakan ini sengaja digiring menjadi sengketa ideologi,
perjuangan kemerdekaan, fanatisme agama, perjuangan
kemerdekaan, dan pemberontakan. Sebagai bagian dari fenomena
sosial, gerakan terorisme akan terus berkembang sesuai zamannya. 9
Menurut Syaikh Muhammad Nāshir al-Dīn al-Albānī, seorang
ulama salaf yang terkenal di dunia Arab mengatakan, pada dasarnya
teroris adalah orang-orang yang melakukan tradisi jahat di dalam
Islam. Mereka menjadikan pembelotan dari imam sebagai doktrin
agama dari generasi ke generasi. 10 Adapun menurut Syaikh Shālih
Al-Fauzān teroris hari ini adalah kelompok masyarakat bodoh yang
tidak memiliki kebajikan dan ilmu, sehingga dengan mudahnya ia
mengkafirkan orang lain. Bahkan yang lebih parah lagi dengan
mudah membunuh dan meneror sesama muslim hanya karena tidak
mau mengikuti paham yang mereka anut.11
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
menyederhanakan terorisme sebagai segala bentuk tindak kejahatan
yang ditunjukkan kepada negara demi terciptanya teror kepada
kelompok tertentu atau masyarakat luas. Sedangkan di Indonesia
definisi terorisme dapat dilihat pada undang-undang Nomor 15 tahun
2003 tentang pemberantasan tindak pidana terorisme sebagai
“Perbuatan melawan hukum secara sistematis dengan maksud untuk
menghancurkan kedaulatan bangsa dan negara dengan
membahayakan bagi badan, nyawa, moral, harta benda, dan
kemerdekaan orang atau menimbulkan kerusakan umum atau suasana

9
Sudirman H Makka, Mengurai kekeliruan antara Terorisme, Jihad, dan Qital
(Jakarta: BNPT dan Insan Madani Institute Mataram, 2015), hal.6.
10
Muhammad Tahir al Qadri, Fatwa tentang Terorisme dan Bom Bunuh Diri
(Jakarta: Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI), 2014), hal.272.
11
Muhammad Tahir ul Qadri, Fatwa tentang Terorisme dan Bom Bunuh Diri
(Jakarta: Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI), 2014), hal.276.

4
teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas, sehingga terjadi
kehancuran terhadap objek-objek vital yang setrategis, kebutuhan
pokok rakyat, lingkungan hidup, moral, peradaban, rahasia negara,
kebudayaan, pendidikan, perindustrian, fasilitas umum, atau fasilitas
internasional.” 12 Menurut pemerintah Amerika Serikat, terorisme
sebagai “..the calculated use of violence or threat of violence to
attain goals that are political, religious or ideological in nature”.
Jelas di sini akhirnya adalah politis.13
Menurut Mufti Nadhzīr Husain al-Dihlawī, terorisme bukan
bentuk implementasi dari jihad yang termaktub dalam Al-Qur‟an dan
Hadis. Karena, pada dasarnya jihad mempunyai banyak syaratnya,
jika satu dari syarat-syarat tidak terpenuhi maka tindakan tersebut
belum bisa disebut dengan jihad. 14 Doktrin jihad yang ditawarkan
oleh para perekrut seakan menjadi barang mewah yang diperebutkan
oleh kaum muslimin dengan pemahaman agama yang rendah.
Banyak dari pelaku tindak pidana terorisme yang menjalani hukuman
di dalam lembaga pemasyarakatan meyakini bahwa dengan jalan
jihad mereka akan mudah untuk masuk ke dalam surga dengan
sambutan para bidadari-bidadari. Padahal jika ditelaah secara jeli,
jihad saat ini tidak mengharuskan untuk mati di jalan Allah,
melainkan bagaimana tetap hidup di jalan Allah. 15 Makna jihad pada
awalnya dekat dengan perang untuk memperluas wilayah Islam,

12
Jajang Jahroni, dkk, Memahami Terorisme: Sejarah, Model, dan Konsep.
(Jakarta: Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan Prenadamedia Group Jakarta, 2016), Hal. 8-9.
13
Sukawarsini Djelantik, Terorisme: Tujuan Psiko-Politis, Peran Media,
Kemiskinan, dan Keamanan Nasional (Jakarta: Pustaka Obor Indonesia, 2010), hal. 74.
14
Muhammad Tahir ul Qadri, Fatwa tentang Terorisme dan Bom Bunuh Diri
(Jakarta: Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI), 2014), hal.277.
15
Gamma al-Banna, Jihad: Dari siap mati ke siap hidup (Jakarta: Daulat Press,
2014), hal. 195.

5
namun pada perkembangan selanjutnya, jihad lebih dekat pada tujuan
politis daripada dakwah.16
Terorisme sebagai gerakan radikal merupakan gerakan politik
kekerasan yang menjadi musuh bersama khususnya kawasan Arab,
Afrika, Asia Tengah dan Asia Tenggara yang di dalamnya termasuk
Indonesia.17 Gerakan ini tujuan utamanya adalah mendirikan negara
Islam dengan sistem khilafah seperti zaman Nabi dan para sahabat.
Mereka meyakini hanya dengan sistem khilafah akan mendatangkan
kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Munculnya gerakan-gerakan radikal terorisme bisa
disebabkan karena kesalahan dalam memahami teks-teks keagamaan,
baik ayat-ayat al-Qur‟an, Hadis nabi dan qaul „ulamā. Banyak dari
pelaku tindak pidana terorisme menerjemahkan secara leterlek teks-
teks tersebut, tanpa melihat konteks yang terjadi. Kejadian dalam
konteks di zaman dahulu tentunya berbeda dengan konteks kekinian.
Memahami teks-teks keagamaan diperlukan pemahaman dan ilmu
yang menunjangnya. Pemahaman salah akan menimbulkan mudarat
bagi orang lain. Hal ini disebabkan karena pendidikan rendah dan
pola pikir yang sempit, kurang kritis, miskin informasi, dan tidak
mampu menyaring informasi.18
Munculnya ideologi keagamaan yang didukung dengan
adanya teks-teks yang kurang relevan dengan pemaknaannya bisa
memicu terjadinya kekerasan dan tindak terorisme. Namun adanya

16
Azyumardi Azra, Transformasi Politik Islam: Radikalisme, Khilafatisme, dan
Demokrasi (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), hal. 141.
17
Ansyaad Mbai, Dinamika Baru Jejaring Teror di Indonesia dan Keterkaitannya
dengan Gerakan Radikalisme Transnasional (Jakarta: AS Production Indonesia, 2014),
hal.221.
18
Petrus Reinhard Golose, Deradikalisasi Terorisme: Humanis, Soul Approach,
dan Menyentuh Akar Rumput (Jakarta: Yayasan Pengembangan Ilmu Kepolisian, 2010), hal.
142.

6
fenomena ini tidak serta merta aksi kekerasan dan terorisme yang
dilakukan sebagian umat Islam dengan semangat jihadnya murni
kesalahan teks atau agama itu sendiri. Ini disebabkan juga karena
kekurang-tepatan dalam interpretasi teks-teks dalam ajaran agama
Islam.19
Dalam hal ini bisa diambil contoh dalam memberikan
pemaknaan tentang teks-teks yang mengandung makna jihad. Banyak
interpretasi tentang jihad disalahartikan. Jihad dalam kontek agama
adalah berjuang dengan sungguh-sungguh menurut syariat Islam.
Misi jihad ini harus sesuai dengan penerapan yang dilakukan oleh
Rasulullah yang terdapat di dalam al-Qur‟an.20 Jihad yang memiliki
nilai agung dan mulia berubah menjadi sosok yang menakutkan yang
berimplikasi pada munculnya teror dan kekerasan atas agama.
Sekelompok dari umat muslim saat ini mengetahui pahala
besar dan keutamaan yang agung pada pelaksanaan jihad, karena
dengan berjihad akan mendapat rida Allah SWT. Mereka memilih
jalan jihad karena terdorong rasa cinta kepada Allah SWT dan Rasul-
Nya. Namun tidak sedikit dari mereka yang menjadikan jihad sebagai
tujuan. Padahal jihad hanyalah sarana untuk mencapai rida dan surga-
Nya. 21 Jihad hanyalah sarana untuk mengangkat panji agama dan
meninggikan kalimat Allah SWT. Jika jihad tidak dapat mewujudkan
tujuannya, maka jihad tersebut dilarang, karena dalam jihad terdapat
penumpahan darah dan hilangnya nyawa dan harta. Sedangkan jihad

19
Imam Mustofa, “Terorisme: Antara Aksi dan Reaksi (Gerakan Islam Radikal
sebagai Respon Terhadap Imperialisme Modern)”. Jurnal RELIGIA STAIN Jurai Siwo
Metro Lampung, Vol. 15 No. 1, (April 2012): 65-87.
20
Sudirman H Makka, Mengurai kekeliruan antara Terorisme, Jihad, dan Qital
(Jakarta: BNPT dan Insan Madani Institute Mataram, 2015), hal.163.
21
Amanullah Halim, Buku Putih Kaum Jihadis: Menangkal Ekstrimisme Agama
dan Fenomena Pengafiran (Tangerang: Lentera Hati, 2015), hal.280.

7
tanpa pencapaian tujuannya adalah perbuatan berlebihan dan sikap
keras yang tercela dalam syariat.22
Dalam mengajak orang lain untuk berbuat kebaikan tidak
harus dilakukan dengan unsur-unsur kekerasan. Jika kita menilik ke
zaman Nabi setidaknya ada dua hal yang dilakukan oleh Nabi untuk
menarik perhatian umat manusia dalam melihat Islam. Yaitu dengan
memberikan mau‟iẓah ḥasanah dan mencontohkan salat dengan
bacaan yang panjang-panjang, sehingga para sahabat saat itu
menanamkan cinta terhadap al-Qur‟an dalam-dalam di sanubarinya,
sedikitpun Nabi tidak menggunakan kekerasan.23
Namun, saat ini terjadi pergeseran dalam pemahaman teks-
teks keagamaan. Khususnya yang dilakukan oleh para napi teroris
terhadap teks-teks keagamaan yang mayoritas didapatkan dari satu
sumber. Pemahaman mereka bersifat literal, keyakinan yang kuat
bahwa Islam menjadi salah satunya solusi bagi permasalahan di
negeri ini. Mereka sangat anti dengan kelompok yang berbeda
pendapat dengan mereka. 24 Mereka memaknai ayat-ayat tersebut
secara langsung tanpa adanya komunikasi dan diskusi yang lebih
dalam dengan para ahlinya dari berbagai disiplin ilmu. Semangat
untuk memahamai Islam tersebut dimaanfaatkan oleh segelintir orang
untuk memberikan doktrinasi yang salah dan cenderung melenceng
dari Islam. Meminjam istilah yang disampaikan oleh Bambang
Pranowo, “mereka tidak menjadikan Islam raḥmatan lil „ālamīn,
namun la‟natan lil „ālamīn”.
22
Usamah Ibrahim Hafidzh dan „Ashim „Abdul Majid Muhammad, Menyorot
Persepsi Keliru tentang Jihad (Bogor: Direktorat Deradikalisasi Deputi bidang Pencegahan,
Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT, 2014), hal.22.
23
Gamal al Banna, Jihad dari Siap Mati ke Siap Hidup (Jakarta: Daulat Press,
2014), hal.23.
24
Said Aqil Siradj, Islam Kalap dan Islam Karib (Jakarta: Daulat Press, 2014), hal.
87.

8
Melihat dari fenomena di atas, diiringi dengan banyaknya
penerjemahan yang kurang relevan dari seorang pelaku terorisme
mengenai teks-teks keagamaan yang di implementasikan dalam
keseharian, menarik perhatian peneliti untuk mengkajinya lebih
dalam dengan menggunakan pendekatan semantik. Pemilihan
menggunakan pendekatan semantik dikarenakan pemaknaan dari
teks-teks keagamaan tersebut sangat berpengaruh terhadap amaliah-
amaliah25 yang harus mereka lakukan sebagai seorang muwaḥḥid26
dan mujāhid di jalan Allah.
Peran seorang amīr sangat berpengaruh terhadap pemahaman-
pemahaman jamaahnya. Mereka menggunakan kajian-kajian untuk
menyebarkan pemahaman tersebut. Baik kajian secara langsung,
maupun menggunakan media, baik buku atau online. Peran seorang
amīr sangat signifikan terhadap pemahaman jamaahnya. Beberapa
kelompok teroris yang berada di dalam lapas masih terus melakukan
regenerasi dan pembagian tugas. Sebagai contoh, dalam keseharian
napi teroris yang berada di Lapas Cibinong dan Pasir Putih
Nusakambangan. Mereka membagi tugas sesuai dengan keahlian dan
kemampuan masing-masing.27
Salah satu yang dianggap sebagai amīr di kalangan kelompok
Jihadis adalah ustad Aman Abdurrahman, di beberapa kalangan
mendapat julukan “Sang Singa Tauhid”28 yang kini sedang menjalani

25
Arti kata amaliah menurut KBBI adalah berkenaan dengan amal. Adapun kata
amaliah dalam tesis ini berkonotasi dengan penyerangan, pengeboman, bom bunuh diri, dan
tindakan lainnya yang menentang pemerintah tagut.
26
Arti kata muwahid dalam KBBI adalah orang yang mengaku keesaan Allah;
orang yang percaya bahwa Allah itu esa. Adapun kata muwaḥḥid dalam tesis ini diartikan
sebagai seorang yang siap berjuang di jalan Allah untuk menegakan syariat Islam.
27
Wawancara dengan petugas Lapas Cibinong dalam rangka pengambilan data
Identifikasi BNPT, 19 November 2015.
28
Abu Jihad al Indunisy, Menyingkap Rekam Jejak Ideolog ISIS Indonesia
(Depok: Muqawamah Publishing, 2016), Hal.107.

9
hukuman di salah satu Lapas Nusakambangan. Pengaruh yang
dimiliki oleh Aman Abdurrahman mampu untuk memberikan
doktrinasi dan menjadi magnet tersendiri bagi mereka yang
menginginkan berdirinya khilāfah Islāmiyyah dan memerangi tagut.
Menurut penuturan salah satu petugas Lapas Nusakambangan,
beberapa napi teroris menjadikan Aman Abdurrahman sebagai amīr
dari kelompok mereka, sehingga apa yang disampaikan oleh Aman
Abdurrahman akan diikuti oleh seluruh jamaahnya. Bahkan hingga
saat ini Aman tidak mau makan hasil masakan Lapas karena berasal
dari uang tagut, ia hanya makan dari masakan jamaahnya.29
Cara berdakwah Aman Abdurrahman di dalam Lapas cukup
unik yaitu menulis khotbah Jumat atau pengajian di dalam sel dengan
hanya diikuti oleh beberapa muridnya yang juga sesama narapidana
tindak terorisme. Menulis khotbah dan menulis tema-tema
keagamaan menjadi media yang sangat efektif untuk menyampaikan
pemikiran-pemikiran Aman Abdurrahman kepada pengikutnya.
Berbagai prespektif pemikirannya khususnya dalam tema tagut terus
ia gencarkan. Kebencian kepada pemerintah yang tidak menggunakan
hukum Islam terus ia galakkan. Tidak sedikit dari para sahabat dan
ilmuwan muslim yang datang untuk berdialog dengannya ditolak
dengan alasan bukan bagian dari kelompoknya.
Tulisan-tulisan Aman banyak dimuat dalam website
millahibrahim.wordpress.com. Website ini menjadi perwakilan dari
gagasan-gagasannya yang selama ini ditolak oleh beberapa kalangan.
Semakin ditolak maka semakin banyak Aman Abdurrahman akan
menulis. Sebagai contoh, ketika kasus bom Thamrin meledak, web
ini turut dituding menjadi bagian dari proses peledakan bom tersebut

29
Wawancara dengan Petugas Lapas Nusakambangan. 22 Juli 2017 di Jakarta.

10
sehingga pemerintah dalam hal ini Kementerian Informasi dan
Komunikasi (KOMINFO) memblokir situs tersebut. Menurut
Tempo.com situs ini juga dikenal sebagai situs yang selalu
memberitakan perkembangan ISIS di Indonesia.
Dalam berbagai kesempatan, melalui khotbah jumat,
pengajian, dan tulisan-tulisannya Aman Abdurrahman selalu
menekankan pentingnya memahami tauhid dengan pilar “Kufur
kepada Tagut dan Iman kepada Allah”, dan “Melakukan Kesyirikan
karena Bodoh Terhadap hal Tersebut”. Dua pilar ini terus ia
kemukakan dalam doktrin terhadap jamaahnya. Adapun dampak dari
doktrin tersebut adalah kuatnya pemahaman takfīriyyah di kalangan
jamaahnya. Bahkan, tidak sedikit yang mengamalkan ilmunya
dengan melakukan amaliah seperti kasus bom Tamrin yang menurut
beberapa sumber ada kaitannya dengan Aman Abdurrahman.
Jika memperhatikan fenomena di atas, ada dua pola
penyebaran paham radikal terorisme secara verbal maupun non
verbal. Secara verbal melalui oral dan tulisan. Cara-cara tradisional
seperti diskusi, pengajian, ceramah, tulisan, dan khotbah masih terus
dilakukan, khususnya bagi mereka yang masih menjalani hukuman di
lembaga pemasyarakatan. Bagi kelompok yang berada di luar mereka
sudah banyak menggunakan media sosial untuk penyebaran paham
mereka.30 Media sosial seperti website, blog, youtube, facebook, dan
twitter menjadi alternatif pilihan bagi mereka untuk menyasar
golongan muda. Bahkan, internet telah merubah cara kerja global
terrorism atau transnational terrorism. Tindakan terorisme yang

30
Petrus reinhard Golose, Invasi Terorisme ke Cyberspace (Jakarta: Yayasan
Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian, 2015), hal.76.

11
dahulu bergantung perintah seorang amīr berubah haluan melalui
jejaring internet yang dipandang lebih efektif.31
Di antara cara penyampaian pesan-pesan jihad dalam
fenomena terorisme adalah menggunakan tulisan. Perenungan yang
dalam sebelum menulis akan menghasilkan sebuah tulisan dengan
kualitas yang baik dan memiliki makna yang dalam. Pemaknaan
terhadap sebuah tulisan akan menghasilkan banyak interpretasi yang
akan memunculkan gagasan-gagasan baru. Bahasa baik lisan maupun
tulisan adalah alat bagi manusia untuk mengungkapkan pikirannya
yang abstrak. Ketika ingin mengutarakan sesuatu, muncul di dalam
benak manusia sebuah konsep yang abstrak (signifie), setelah itu
ditulis dan diucapkan sehingga menjadi kongkrit (signifiant).32
Seluruh proses yang berkaitan dengan bahasa dijelaskan
menggunakan disiplin ilmu linguistik. Linguistik atau dalam bahasa
Arab dikenal dengan „ilm al-Lugah merupakan sebuah disiplin ilmu
yang mengkaji bahasa dari berbagai aspeknya, mulai dari aspek
bunyi, tata kata, tata kalimat, kosakata, makna, psikologi, sosiologi,
perkamusan dan terapan. 33 Salah satu cabang ilmu linguistik yang
berkaitan dengan makna dikenal dengan semantik. 34 Dalam bahasa
Arab disiplin ilmu ini dikenal dengan „Ilm al-Dilālah. Makna
merupakan unsur penting dari sebuah bahasa. Pendengar akan mudah
memahami sesuatu yang diucapkan jika mengetahui makna dari
ucapan tersebut.

31
Jajang Jahroni, dkk, Memahami Terorisme: Sejarah, Model, dan Konsep
(Jakarta: Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
bekerja sama dengan Prenadamedia Group Jakarta, 2016), hal. 139.
32
Moch. Syarif Hidayatullah, Cakrawala Linguistik Arab (Tangerang Selatan: Al
Kitabah, 2012), hal.107.
33
Moch. Syarif Hidayatullah, Cakrawala Linguistik Arab, hal. 8.
34
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta, 2009), hal.3.

12
Semantik memiliki hubungan erat dengan disiplin ilmu
sosiologi, psikologi dan filsafat. Semantik secara garis besar
beranggapan bahwa setiap satuan bahasa memiliki makna. Sedangkan
pembicaraan tentang makna dalam studi semantik mencakup
persoalan makna kalimat, seluk beluk makna yang dikandung oleh
setiap komponen bahasa. 35 Di antara cabang ilmu semantik adalah
semantik kognitif yang membahas tentang hubungan antara kognisi
dan makna. Pemaknaan seseorang pada hal-hal tertentu dipengaruhi
oleh pengalaman-pengalaman badaniyah seseorang. Penggunaan teori
semantik kognitif dalam penelitian ini dipandang menjadi salah satu
pilihan terbaik, dimana akan terungkap hubungan pemberian makna
terhadap teks-teks keagamaan didasari oleh pengalaman-pengalaman
yang telah dilalui.
Banyak dari pelaku tindak pidana terorisme salah dalam
memahami terma-terma keagamaan, seperti tagut, jihad, muwaḥḥidīn,
fai 36 , „askāriyah 37
, amaliah, dan qitāl. Terma-terma tersebut
digunakan untuk melakukan tindakan-tindakan terorisme
mengatasnamakan agama, seperti penembakan, perampokan, bahkan
bom bunuh diri. Doktrin dan pemahaman yang salah mengakibatkan
kerusakan dan teror bagi masyarakat.

B. Penelitian Terdahulu
Secara umum, penelitian tentang permasalahan tagut sudah
banyak dilakukan. Di antaranya:
35
Darsita Suparno, Morfologi Bahasa Indonesia (Jakarta: UIN Press, 2015), hal.
11.
36
Yang di maksud dengan fa‟i dalam tesis ini adalah perampokan bank atau tempat
yang dimiliki oleh orang kafir, sehingga hartanya harus dirampas untuk keperluan jihad.
37
Yang dimaksud „askāriyah dalam tesis ini adalah pendidikan militer. Biasanya
dilakukan di tempat terpencil atau jauh dari keramaian seperti pegunungan atau tanah
lapang. Yang dipelajari adalah ilmu bela diri, menembak, memanah, membuat bom, dll.

13
Laila Sari Masyhur dengan penelitiannya yang berjudul
“Thaghut dalam Al-Qur‟an” dengan menggunakan pendekatan tafsir
tematik. Sari menelusuri ayat-ayat al-Qur‟an yang berbicara topik
Thaghut dan ditemukan bahwa kata Thaghut dalam Al-Qur‟an
dengan derivasinya diulang sebanyak 39 kali yang tersebar dalam 39
ayat dan 27 surat. Term Thaghut setidaknya muncul dalam lima
bentuk kata jadian yang masing-masing mempunyai implikasi makna
yang berbeda. Dalam tulisannya, Sari setidaknya membahas sembilan
macam pengungkapan Thaghut dengan berbagai pemaknaan dengan
tekanan yang beragam. Seperti, tidak mempercayai Thaghut,
peringatan bahwa Thaghut menuntun manusia pada kekufuran,
orang-orang yang berperang di jalan Thaghut, dan lain sebagainya.
Elaborasi dari topik-topik tersebut dimaksudkan untuk menegaskan
larangan Islam terhadap Thaghut dan hal-hal yang berkaitan
dengannya.38
Zaini Masrur dengan penelitiannya yang berjudul “Thāgūt
dalam al-Qur‟an perspektif M. Quraish Shihab dan Muhammad Alī
al- Ṣābūnī. Studi komparatif antara Tafsir al-Misbah dan Ṣafwah al-
Tafāsīr. Dalam penelitiannya, Masrur memaparkan dan
memproporsionalkan data penafsiran M. Quraish Shihab dan
Muhammad Alī al- Ṣābūnī sebagai salah satu wacana bagi umat
Islam terkait berbagai penafsiran yang muncul. Kesimpulannya
adalah banyak orang yang mengerti agama namun belum
mengamalkan ilmu yang diperolehnya. Adapun thāgūt sendiri dalam
Islam bermakna negatif, dan hendaknya jangan memberi julukan

38
Laila Sari Masyhur, “Thaghut dalam Al-Qur‟an”. Jurnal Ushuluddin Vol.XVIII
No.2, Juli 2012, hal. 179-197.

14
kepada orang lain dengan sebutan thāgūt, karena julukan thāgūt sama
halnya dengan kafir.39
Penelitian lain dilakukan oleh Albani dengan judul penelitian
“Konsep Ṭaghūt Menurut Pemikiran Sayyid Quṭb (telaah Tafsir Fῑ
Ẓilāl al-Qur‟ān).” Dalam penelitian ini, Albani ingin melihat
bagaimana konsep ṭaghūt menurut pemikiran Sayyid Quṭb dalam
menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an tentang ṭaghūt di dalam karyanya
tafsir fῑ Ẓilāl al-Qur‟ān. Selain itu, juga mengkaji relevansi penafsiran
Sayyid Quṭb tentang makna ṭaghūt dalam konteks kekininan.
Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Albani adalah makna
ṭaghūt mengalami perluasan makna jika dikomparasikan dengan
penafsiran para ahli sebelumnya. Selain itu, penafsirannya terhadap
makna ṭaghūt lebih bercorak haraki (pergerakan) khususnya pada
penafsiran ayat Madaniyah. Hal ini disebabkan mainstream
pemikirannya sebagai tokoh pergerakan yang kuat pada ideologi
Islam dan menolak nilai-nilai di luar Islam. Konsep ṭaghūt menurut
Sayyid Quṭb memiliki relevansi strategis bagi penegakan dakwah
tauhid, agenda „islamisasi‟ kekuasaan, prospek penegakan syariat
Islam di Indonesia, relevansi perluasan makna ṭaghūt dengan
dinamisasi zaman yang sangat memungkinkan munculnya beragam
varian ṭaghūt yang lebih kompleks, serta relevansi dengan problem
keumatan masa kini tentang sikap mudah mengkafirkan sesama
muslim.40
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Abu Jihad al-Indunisy
yang sudah dibukukan dengan judul Adab dan Akhlaq Khawrij
39
Zaini Masrur, Thāgūt dalam al-Quran perspektif M. Quraish Shihab dan
Muhammad Alī al- Ṣābūnī : Studi komparatif antara Tafsir al-Misbah dan Ṣafwah al-
Tafāsīr. Skripsi, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015.
40
Albani, “Konsep Ṭaghūt Menurut Pemikiran Sayyid Quṭb (telaah Tafsir Fῑ Ẓilāl
al-Qur‟ān).”. Tesis (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015).

15
Modern: Studi Kritis Kesesatan Manhaj Aman Abdurrahman. 41
Kesimpulan dari penelitiannya adalah Khawarij asli mengkafirkan
muslim pelaku maksiat dan menghalalkan darah serta hartanya.
Sedangkan jamaah al-Bagdādī mengkafirkan dan menghalalkan darah
serta harta muslim yang melakukan ketaatan, seperti perbuatan
mereka kepada Abu Sa‟ad al-Ḥaḍrami dan keluarganya. Kelompok
tersebut juga berbohong jika pimpinan mereka Abu Bakr al-Bagdādī
telah berbaiat kepada Syekh Aiman al-Zawāhirī.
Dalam penelitian ini, penulis akan membahas hal yang
berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Penulis akan
membahas tulisan-tulisan Aman Abdurrahman tentang permasalahan
tagut yang termuat dalam bukunya Mutiara dari Balik Penjara:
Penyejuk Orang yang Beriman dengan pendekatan semantik kognitif
yang terdiri dari metafora, embodiment dan skema imej, dan figur dan
latar. Terlebih dahulu dalam pembahasannya penulis akan mencoba
untuk menguraikan tulisan-tulisan Aman Abdurrahman dengan tiga
kategori, target konsep, obligation concept, dan alat.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana konsep tagut menurut Aman Abdurrahman,
sehingga konsep tersebut mampu mempengaruhi jamaahnya untuk
melakukan tindakan-tindakan terorisme.

41
Abu Jihad al-Indunisy, Adab dan Akhlaq Khawarij Modern: Studi Kritis
Kesesatan Manhaj Aman Abdurrahman hadahullah (Depok: Aliansi Muslim anti Kekerasan
dan Kemungkaran (AMAK), 2015).

16
D. Tujuan Penelitian
Atas dasar permasalahan-permasalahan di atas, berikut adalah
tujuan dari penelitian ini:
1. Mengetahui konsep tagut menurut Aman Abdurrahman.
2. Mengetahui perbedaan dan persamaan penafsiran Aman
Abdurrahman tentang tagut dengan mufassir-mufassir lainnya.
3. Melihat tokoh yang mempengaruhi pemikiran Aman
Abdurrahman.
4. Melihat prosedur pengambilan kesimpulan Aman Abdurrahman
mengenai makna tagut.

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pembaca
dan penggemar kajian akademik di antaranya:
1. Memberikan tambahan khazanah keilmuan khususnya di bidang
semantik kognitif.
2. Memberikan pemahaman baru mengenai Aman Abdurrahman
dan pemikirannya mengenai gerakan radikal takfiri di Indonesia.
3. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan peringatan kepada
masyarakat luas untuk selalu berhati-hati dalam mendengar atau
mendapatkan konten-konten yang mengarah kepada paham dan
gerakan radikal takfiri.

F. Kerangka Teori
Penganut semantik kognitif berpendapat bahwa kita tidak
memiliki akses langsung terhadap realitas, sedangkan realitas
sebagaimana tercermin dalam bahasa merupakan produk pikiran
manusia berdasarkan pengalaman mereka berkembang dan

17
bertingkah laku. Dengan kata lain, makna merupakan struktur
konseptual, sedangkan bahasa merupakan cara eksternalisasi dari
seluruh mekanisme yang terdapat dalam otak proses konseptualisasi
ini. Menurut penganut semantik kognitif, metafora sangat
mempengaruhi cara manusia memahami dan membicarakan dunia.
Selain itu, dalam semantik kognitif juga ditelaah proses konseptual
pembicara, meliputi viewpoint shifting, figure-ground shifting, dan
profiling.42
Linguistik kognitif mengonsepkan hubungan kognitif dan
makna. Premis yang diutamakan dalam aliran ini adalah meaning is
embodied, yaitu makna adalah dikonsepsikan daripada pengalaman
badaniah. Bidang semantik kognitif adalah bidang didasari oleh
pengalaman (experientialist approach) yang mengambil pengalaman
lampau dan alam sekeliling.43 Linguistik kognitif memandang bahwa
bahasa berkaitan erat dengan mekanisme kognitif manusia. Oleh itu
sebagian besar teorinya berazaskan pada konsep psikologi, dan salah
satunya adalah psikologi Gestalt. Salah satu asumsi dalam aliran
Gestalt yaitu organisasi persepsi yang dikenal dengan hukum
kesadaran. Dalam menafsirkan stimulus kadang diambil sesuatu yang
paling mudah dan memungkinkan, di antaranya melalui konsep figur
ground atau figure dan latar.44
Konsep figur dan latar juga mewarnai aliran linguistik
kognitif. Seperti dalam menafsirkan suatu kalimat dari sudut pandang

42
Makyun Subuki, Semantik Kognitif. Diambil dari tulisanmakyun.blogspot.co.id
tanggal 25 Mei 2017.
43
Nor Hasimah Jalaludin, “Perluasan Makna Alim: Analisis Semantik Kognitif”.
Gema Online Journal of language Studies, Volume 12(2), May 2012 hal 460.
44
Dedi Sutedi, “Pengenalan Pendekatan Linguistik Kognitif ....Dalam Penelitian
Bahasa”, Makalah disampaikan dalam Temu Ilmiah Pendidikan dan Linguistik Bahasa
Jepang II, tanggal 26 September 2003 di Bandung.

18
yang berbeda. Salah satu pandangannya adalah makna suatu kata
bukan hanya ditentukan oleh objek yang menjadi referensinya saja
melainkan pemahaman penutur juga penting. Dalam pengkajian
fenomena bahasa, figur merupakan suatu yang bergerak menjadi
fokus dan mudah diperhatikan, sedangkan latar merupakan standar
untuk menentukan letak suatu figur, sifatnya statis dan objeknya
tetap.45
Dalam penelitian ini akan dikaji aspek semantik kognitif yang
meliputi metafora, embodiment, skema imej/srategi pencitraan, figur,
dan latar dari tulisan Aman Abdurrahman dalam tema permasalahan
tagut di dalam bukunya yang berjudul “Mutiara dari Balik Penjara:
Penyejuk Orang yang Beriman”. Menarik untuk dikaji aspek-aspek
semantik di dalam tulisan-tulisannya yang sering dijadikan acuan dan
pegangan hidup dalam memahami tauhid, bahkan tidak jarang
sebagai landasan untuk melakukan amaliah seperti melakukan bom
bunuh diri.

G. Metode Penelitian

Metodologi merupakan sebuah ilmu tentang kerangka kerja


untuk melaksanakan penelitian yang bersistem. Bisa juga disebut
dengan science of methods yaitu ilmu yang membicarakan cara, jalan,
atau petunjuk praktis dalam penelitian. 46 Sedangkan metodologi
penelitian adalah pembahasan mengenai konsep teoritik berbagai
metoda, kelebihan dan kelemahannya, yang dalam karya ilmiah

45
Dedi Sutedi, “Pengenalan Pendekatan Linguistik Kognitif ....Dalam Penelitian
Bahasa”, Makalah disampaikan dalam Temu Ilmiah Pendidikan dan Linguistik Bahasa
Jepang II, tanggal 26 September 2003 di Bandung.
46
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya
Ilmiah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hal 22-23.

19
dilanjutkan dengan pemilihan metoda yang digunakan. Dalam
metodologi penelelitian biasanya mempunyai langkah-langkah
sistematis seperti identifikasi dan perumusan masalah, penyusunan
kerangka fikir, merumuskan hipotesis, menguji hipotesis,
47
pembahasan dan membuat kesimpulan. Dalam penelitian ini,
peneliti menggambarkan unsur-unsur metodologi penelitian dengan
bagan sebagai berikut:

Semantik Analisis
Paradigma Linguistik semantik
Kognitif
kognitif

Metode Metode
Metode
Penyediaan analisis
Kualitatif
Metodologi data data
Penelitian

Teknik Teknis
Teknik Pengumpulan Analisis
Data Data

Bagan 1. Metodologi Penelitian

Sumber : Dirangkum dari Mahsun (2007) dengan model oleh peneliti

1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah sebuah teknik menjalankan suatu
penelitian dengan rinci, jelas, dan teratur. Hal ini selalu berkaitan
dengan apa yang dikaji dan bagaimana melakukan kajiannya. 48

47
Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian (Bandung: Penerbit
Mandar Maju, 2011), hal.25.
48
Suwartono, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Penertbit Andi
Offset, 2014), hal.150-151.

20
Rancangan penenitian ini digunakan sebagai acuan dan pedoman
dalam melakukan penelitian analisis semantik kognitif dalam tulisan
Aman Abdurrahman dalam bukunya “Mutiara dari Balik Penjara:
Penyejuk Orang yang Beriman” sehingga pelaksanaan peneilitian
dapat berjalan dengan lancar, baik dan bisa di kaji secara akademik.

2. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara teknis untuk mengemukakan
langkah-langkah dalam sebuah penelitian.49 Metode juga berarti jalan
atau cara seseorang peneliti melakukan penelitian. Dalam penelitian
tesis ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif bersifat deskriptif, proses dan makna lebih ditonjolkan. 50
Penelitian kualitatif merupakan suatu gambaran yang kompleks,
meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan
melakukan studi pada situasi yang alami. Penelitian kualitatif identik
dengan riset yang bersifat deskriptif.51

3. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah tulisan-tulisan Aman
Abdurrahman yang membahas permasalahan tagut yang terkumpul di
dalam buku “Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk Orang yang
Beriman”. Buku ini merupakan sebuah kumpulan ceramah Aman
Abdurrahman yang dikumpulkan oleh pengikut-pengikutnya
kemudian dibukukan dan disebarkan di kalangan jamaahnya. Judul-
judul yang dibahas adalah Sudahkah Anda Kafir kepada Tagut?;
49
Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian (Bandung: Penerbit
Mandar Maju, 2011), hal.25.
50
Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, hal. 200.
51
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya
Ilmiah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hal.34.

21
Dimana Posisi Kamu: di Barisan Tauhid atau di Barisan Pembela
Tagut?; Antara Kami dengan Tagut; dan Realita Dakwah di Penjara
Tagut.

4. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi
menjadi dua sumber. Yaitu sumber data primer dan sumber data
sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini berjumlah enam
tulisan Aman Abdurrahman yang membahas tentang permasalahan
tagut yang diambil dari buku “Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman”. Tulisan-tulisan tersebut merupakan media
dakwah yang digunakan Aman Abdurrahman untuk terus
memberikan pengajarannya kepada jamaah dan pengikutnya. Aman
Abdurrahman menulis permasalahan-permasalahan tagut tersebut
selama menjalani hukuman di dalam rumah tahanan dan lembaga
pemasyarakatan.
Sedangkan sumber data sekunder dalam penelitian ini berasal
dari buku, Jurnal, media massa, hasil wawancara dengan petugas
lembaga pemasyarakatan dan beberapa pengikutnya yang
pembahasannya berkaitan dengan penelitian ini.

5. Metode dan Teknik Pengumpulan Data


Pemilihan metode dan teknik pengumpulan data menjadi
salah satu komponen penting dalam sebuah penelitian. Dengan
adanya metode dan teknik pengumpulan data akan didapatkan hasil
penelitian yang akurat dan terarah. Dalam penelitian tesis ini, penulis
tidak hanya menggunakan satu metode pengumpulan data, ada
beberapa metode yang digunakan oleh penulis seperti metode simak.

22
Metode ini memiliki teknik dasar yang berwujud teknik sadap.
Teknik sadap disebut sebagai teknik dasar dalam metode simak
karena pada hakikatnya penyimakan diwujudkan dengan penyadapan.
Selain bahasa lisan metode simak juga menekankan pada bahasa
tulis.52
Teknik sadap ini diikuti oleh teknik lanjutan yang berupa
teknik simak libat cakap, simak bebas libat cakap, catat, dan teknik
rekam. Dalam metode simak dengan teknik simak bebas libat cakap,
peneliti hanya berperan sebagai pengamat tanpa harus terlibat
percakapan dengan objek yang diteliti.53 Dalam penelitian ini, penulis
hanya mengamati hasil tulisan Aman Abdurrahman dan menjelaskan
muatan-muatan dakwahnya dengan analisis semantik kognitif tanpa
harus terlibat dalam peristiwa tutur. Selain teknik sadap, penulis
menggunakan teknik catat. Teknik ini untuk mencatat temuan-temuan
yang terdapat dalam tulisan-tulisan Aman Abdurrahman dalam
pembahasan tagut.
Metode lainnya dalam pengumpulan data adalah metode studi
pustaka. Penulis menghimpun data-data tambahan dari buku-buku,
jurnal, dan karya ilmiah lainnya yang berkaitan dengan masalah
penelitian. Selain metode simak dan metode studi pustaka, penulis
juga menggunakan metode wawancara. Dalam menghasilkan hasil
yang memuaskan, penulis mencoba untuk mewawancara pihak-pihak
yang terkait dengan objek, yaitu petugas lembaga pemasyarakatan,
napi teroris dan mantan jamaahnya yang sudah bebas dan keluar dari

52
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan strategi, metode, dan tekniknya
(Jakarta: Rajawali Press), Hal.92.
53
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan strategi, metode, dan tekniknya,
hal.93.

23
jamaah Aman Abdurrahman. Sehingga info valid akan didapatkan
sebagi bahan tambahan.
Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan oleh
penulis dalam penelitian ini digambarkan dalam bagan sebagai
berikut:

Metode Pengumpulan Data

Metode Simak dengan Metode Studi Metode


menyimak penggunaan Pustaka Wawancara
bahasa pada teks
khutbah Jumat
Teknik Catat
untuk Teknik Teknik
menuliskan Catat Rekam
Teknik Dasar data yang
Sadap relevan dengan
penelitian

Teknik simak Teknik Catat


bebas libat untuk menulis
cakap dengan elemen
menyimak struktur
elemen makro dan
struktur mikro
makro dan
mikro

Bagan 2. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber : Dirangkum dari Mahsun (2007) dengan model oleh peneliti

24
6. Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode analisis semantik kognitif. Analisis akan difokuskan
pada aspek penggunaan kebahasaan dan dikaitkan dengan konteks
yang terkait dengan aspek-aspek tersebut. Dalam penelitian ini, data
yang berupa tulisan Aman Abdurrahman akan dianalisis dengan
menggunakan analisis semantik kognitif Nick Riemer. Analisis akan
didasarkan pada aspek-aspek semantik kognitif seperti metafora,
embodiment/perwujudan, skema imej/strategi pencitraan, figur, dan
latar.
Penulis dalam penelitian ini akan menggunakan metode padan
intralingual dan metode pada ekstralingual. Metode pada intralingual
merupakan sebuah metode analisis dengan cara menghubungkan dan
membandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual atau yang
berkaitan dengan bahasa tersebut, baik yang terdapat dalam satu
bahasa maupun beberapa bahasa yang berbeda.54 Sedangkan metode
padan ekstralingual diartikan sebagai sebuah metode yang digunakan
untuk menganalisa unsur yang bersifat ekstralingual. Seperti
menghubungkan masalah bahasa dengan masalah di luar bahasa.55
Kegunaan kedua metode padan intralingual dan ekstralingual
untuk menganalisa struktur semantik kognitif di dalam tulisan Aman
Abdurrahman. Sedangkan metode pada ekstralingual digunakan
untuk menganalisa hubungan tulisan Aman Abdurrahman dengan
kegiatan amaliah yang dilakukan oleh para jamaahnya. Untuk

54
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan, Strategi, Metode, dan Tekniknya,
hlm. 118.
55
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan, Strategi, Metode, dan Tekniknya,
hlm. 120.

25
mempermudah metode dan analisis data akan digambarkan dalam
bentuk bagan sebagai berikut:

Metode analisis data

Metode Padan

Metode padan intralingual Metode padan ekstralingual

Terkait hubung banding Teknik hubung banding


yang bersifat intralingual yang bersifat ekstralingual

Bagan 3. Metode Analisis Data

Sumber : Dirangkum dari Mahsun (2007) dengan model oleh peneliti

7. Tahap Analisis Data


Tahap analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Mengumpulkan dan menyediakan data
Peneliti mengumpulkan data penelitian berupa tulisan-
tulisan Aman Abdurrahman yang tertulis dalam buku
“Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk Orang yang
Beriman”.
2. Mengklasifikasi data
Setelah mengumpulkan data, kemudian peneliti menelaah
dengan semantik kognitif Nick Riemer yang oleh peneliti

26
pembahasannya dibagi menjadi dua. Secara semantik
kognitif makro (target, alat, dan tanggung jawab) dan
semantik kognitif mikro (metafora,
embodiment/perwujudan, skema imej/strategi pencitraan,
figur, dan latar).

3. Menganalisis data
Data-data yang telah dihasilkan kemudian dianalisis
berdasarkan teori semantik kognitif Nick Riemer. Analisis
tersebut untuk melihat kecenderungan Aman
Abdurrahman dalam menuliskan materi-materi tentang
permasalahan tagut yang memberikan pengaruh
penguatan ideologi kepada para jamaahnya.

8. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian memuat tahapan-tahapan yang
harus dilakukan dalam suatu penelitian. Tahap-tahap yang akan
dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagi berikut:
1. Penulis mengumpulkan tulisan-tulisan Aman
Abdurrahman dalam pembahasan tagut yang termuat
dalam bukunya “Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman”.
2. Selain itu penulis juga mengambil data dari beberapa
buku-buku yang ditulis oleh para jamaah Aman
Abdurahman ataupun mantan pengikutnya.
3. Penulis menentukan tulisan-tulisan Aman Abdurrahman
yang akan diteliti. Teks pilihan membahas isu-isu yang

27
selama ini disuarakan oleh Aman Abdurrahman kepada
jamaahnya dalam permasalahan tagut.
4. Tulisan Aman Abdurrahman tentang tagut akan dianalisis
secara semantik kognitif Nick Riemer yang terdiri dari
metafora, embodiment/perwujudan, skema imej/strategi
pencitraan, figur, dan latar.
5. Hasil analisis akan dikaitkan dengan muatan-muatan
dakwah Aman Abdurrahman. Juga pengaruh tulisan-
tulisan Aman Abdurrahman kepada peningkatan ideologi
jamaahnya dan keinginan jamaahnya untuk melakukan
amaliah.
6. Hasil analisis akan disusun secara sistematis dan disajikan
dalam bentuk tesis

H. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian tesis ini akan
disusun sebagai berikut:
Bab pertama merupakan pendahuluan yang meliputi latar
belakang masalah, penelitan terdahulu, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, dan sistematika
penulisan.
Bab kedua membahas landasan teori yang digunakan dalam
penelitian yaitu semantik kognitif dengan aspek-aspek di dalamnya
seperti metafora, embodiment, skema imej/strategi pencitraan, figur
dan latar. Juga tentang metodologi penelitian dengan maksud untuk
menjelaskan bagaimana proses dan prosedur yang dilakukan dalam
penelitian ini. Pembahasan mengenai metodologi penelitian yang
mencakup rancangan penelitian, metode penelitian, objek penelitian,

28
sumber data, metode dan teknik pengumpulan data, instrumen
penelitian, analisis data, tahap analisis data, dan pelaksanaan
penelitian.
Bab ketiga menjelaskan biografi Aman Abdurrahman, buku-
buku yang mempengaruhi pemikirannya, dan hasil karya-karyanya.
Bab keempat merupakan hasil analisa data dan pembahasan
tulisan-tulisan Aman tentang permasalahan tagut dalam bukunya
“Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk Orang yang Beriman”. Selain
itu juga dibahas konsep tagut menurut Aman Abdurrahman,
terorisme dan kosep tagut: sebuah perbandingan, dan konsep tagut
Aman Abdurrahman dalam bentuk skema imej/strategi pencitraan.
Bab kelima merupakan bab penutup yang berisi tentang
kesimpulan, saran dan rekomendasi.

29
30
BAB II

Semantik Kognitif

A. Semantik Kognitif

Bahasa baik lisan maupun tulisan merupakan alat bagi


manusia untuk mengungkapkan apa yang ada di dalam pikirannya
yang abstrak. Manusia sebelum mengucapkan suatu hal, di dalam
otaknya sudah ada dan terbentuk sebuah konsep arti yang abstrak
sifatnya (signifie). Kemudian diutarakan dan ditulis dari pikiran
tersebut menjadi sesuatu yang jelas sifatnya (signifiant). Oleh itu
bahasa bisa disebut sebagai alat untuk memproduksi arti. 56 Dengan
menggunakan bahasa akan terjadi interaksi antar manusia, saling
mengerti dan memahami satu dengan lainnya.

Dalam berkomunikasi, manusia akan memproduksi ujaran


lisan dan tulisan. Teman bicara akan berusaha untuk memahami apa
yang diutarakan dan kemudian akan muncul sebuah pemahaman yang
menghasilkan sebuah jawaban dari pertanyaan tersebut. Dalam proses
pemahaman manusia kan mengingat apa yang diujarkan atau
dituliskan dan proses ini disebut proses kognitif. Proses kognitif
merupakan sebuah proses untuk memperoleh pengetahuan di dalam
kehidupan yang diperoleh melalui sebuah pengalaman. 57 Proses
pemerolehan kata ini juga dikenal dengan teori idealism/al-Naẓariyah
al-Taṣawuriyyah atau teori mentalism/al-Naẓariyah al-„aqliyyah
yang di populerkan oleh filsuf Inggris John Locke yang mengatakan

56
Moch Syarif Hidayatullah, Cakrawala Linguistik Arab (Tangerang Selatan: Al
Kitabah, 2012), hal.107.
57
Kushartanti, dkk, Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2005), hal.15.

31
bahwa penggunaan kata harus dihasilkan dari pikiran. 58 Teori ini
menganggap bahasa sebagai perantara atau alat untuk menyampaikan
sebuah pikiran. Dari pikiran tersebut akan keluar sebuah makna dari
sesuatu yang dilihat atau dirasakannya.

Dalam ilmu bahasa, yang berkaitan makna adalah semantik.


Bagian dari kajian linguistik ini mempelajari makna atau arti kata
dalam bahasa. Bisa juga satu kata akan memiliki makna yang berbeda
jika disandingkan dengan kata lainnya. 59 Semantik mempelajari
makna satuan-satuan lingual bahasa, yaitu kata, frasa, klausa, dan
kalimat. 60 Di antara bagian dari kajian semantik yang berkaitan
dengan hasil penalaran dan hasil fikir manusia adalah semantik
kognitif.

Semantik kognitif terlahir sebagai reaksi atas pandangan


objektif dalam tradisi pemikiran Amerika yang mengembangkan teori
semantik berbasis realitas (truth-conditional semantiks). Seorang
linguis kognitif, Eve Sweetser menjelaskan jika pendekatan semantik
kaum objektivis memandang makna sebagai hubungan antara kata
dengan kata dan mengeliminasi pengorganisasian kognitif dalam
sistem linguistik. Kemudian semantik kognitif mengkritisinya dengan
mengajukan alternatif dengan mendefinisikan makna sebagai
manifestasi struktur konseptual.61

58
Ahmad Muhtar „Umar, „Ilm al-Dilālah (Kuwait: Maktabah Dar al-„Urubah lil
Nasr wa al-Tauzi‟, 1982), hal. 57.
59
Charles W. Kreidler, Introduction English Semantics (London: Routledge, 1998),
hal.66.
60
Moch Syarif Hidayatullah, Cakrawala Linguistik Arab (Tangerang Selatan: Al
Kitabah, 2012), hal.108.
61
Payudha, Linguistik Kognitif : Teori dan Praktik Analisis (Yogyakarta: Diandra
Pustaka Indonesia, 2015), hal. 40.

32
Dengan menepati komitmen dan dalil dalam linguistik
kognitif, semantik kognitif berkembang ke sejumlah teori analisis.
Beberapa teori dalam semantik kognitif adalah teori pembauran
(blending theory), teori metafora konseptual (conceptual metaphor
theory), teori semantik rangka (frame semantiks), teori ruang mental
dan pemaduan konseptual (metal spaces and conceptual blending
theory), teori lexical semantiks and cognitive model (LCCM), teori
skema-gambaran (image-schema theory), dan teori metafora dan
metonimi konseptual.62

Konsepsi mengenai linguistik kognitif tidak bisa dipisahkan


dari hubungan kognitif dan makna. Meaning is embodied, konsep
suatu makna berasal dari pengalaman badaniah. Oleh itu, semantik
kognitif merupakan bidang ilmu yang ditunjangkan atas pengalaman
(experientialist approach) yang mengambil pengalaman lampau dan
alam sekitar makna dilihat sebagai struktur konseptual yang lazim. 63

B. Teori Semantik Kognitif Nick Riemer


Dalam bukunya Introducing Semantics, Nick Riemer
memunculkan teori pendekatan semantik menjadi beberapa unsur
bahasan. Unsur-unsur tersebut oleh penulis gunakan dalam
membahas tulisan Aman Abdurrahman yang berjudul “Mutiara dari
Balik Penjara: Penyejuk Orang yang Beriman” dengan beberapa
pendekatan, di antaranya:

62
Payudha, Linguistik Kognitif : Teori dan Praktik Analisis, hal. 41.
63
Nor Hashimah, dkk, “Perluasan Makna Alim: Analisis Semantik Kognitif”.
Gema Online (tm) Journal of Language Studies volume 12(2), May 2012, h. 460.

33
1. Metafora

Metafora merupakan salah satu bentuk gaya bahasa yang


dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antar makna dalam
suatu kata atau frase. Lakoff dan Jhonson (1996) menggambarkan
dalam beberapa bahasa, di antaranya dalam bahasa Indonesia
dengan mengatakan “...(A)...adalah...(B)...”. hal ini tentu tidak
menyatakan sebuah kepastian. Bahwa A 100% B, namun hanya
perumpamaan saja. 64 Secara singkat metafora merupakan gaya
bahasa yang membandingkan tentang dua benda secara singkat
dan padat.65 Sebagai contoh,

a. Buku adalah jendela ilmu


b. Menurut seorang politikus, suara rakyat adalah suara
Tuhan.

Dua contoh di atas tidak memiliki makna yang


sesungguhnya. Dalam contoh (a) Buku adalah jendela ilmu tidak
berarti buku merupakan sebuah jendela seperti jendela yang
dimiliki oleh sebuah rumah. Contoh (b) yang dimaksud dengan
suara Tuhan adalah sebuah kekuasaan. Tidak berarti suara rakyat
seperti suara Tuhan.

Istilah Metafora berasal dari bahasa Yunani: methapora,


yang berarti memindahkan. Meta mempunyai arti di atas,
melebihi dan pherein artinya membawa. Dalam artian metafora
membuat perbandingan antara dua hal atau benda yang berbeda

64
Dedi Sutadi, “Pengenalan Pendekatan Linguistik Kognitif ....Dalam Penelitian
Bahasa”, Makalah disampaikan dalam Temu Ilmiah Pendidikan dan Linguistik Bahasa
Jepang II, tanggal 26 September 2003 di Bandung, hal.6.
65
Ernawati Waridah, Kumpulan Majas, Pantun, dan Peribahasa plus
Kesusasteraan Indonesia (Bandung: Ruang Kata Imprint Kawan Pustaka, 2014), hal.5.

34
untuk menciptakan sebuah kesan mental yang hidup, walaupun
tidak secara eksplisit, seperti kata “bak”, “laksana”, “ibarat”.
Dalam bahasa inggris, metafora merupakan majas yang
mengandung perbandingan.66

Menurut Nick Riemer sebagaimana dikutip dari


(Langacker 1987: 100) Dalam semantik kognitif, metafora
banyak menekankan sebagai sesuatu yang melekat dan
merupakan aspek dasar dalam semantik dan struktur gramatikal.
Hal ini sangat berbeda dengan pandangan tradisional tentang
metafora. Metafora dianggap sebagai sesuatu yang spesial,
merupakan ciri tambahan dari sebuah ujaran, yang terkait dengan
imajinasi atau seni dalam berujar.67

Dalam pandangan tradisional, sebagaimana yang


dikemukakan oleh Aristoteles, metafora menegaskan sebuah
kemiripan dari dua entitas. Kadang juga menegaskan tentang
kemiripan atau kesamaan.68 Bisa dikatakan jika konsep metafora
akan membandingkan dua entitas yang mempunyai kemiripan
atau kesamaan sehingga pembaca akan lebih mudah untuk
memahami dari sebuah ungkapan metaforis.

Dalam bahasa Arab, metafora dikenal dengan isti‟ārah


yang menjadi bagian dari majāz lughāwī. Isti‟ārah merupakan
tasybīh yang salah satu ṭarafnya dibuang, sehingga menghasilkan
hubungan yang musyābahah antara makna hakiki dan makna

66
Tajuddin Noor, Buku Induk bahasa Indonesia: Pantun, Puisi, Syair, Peribahasa,
Gurindam, dan Majaz (Yogyakarta: Araska, 2015), hal.206-207.
67
Nick Riemer, Introducing Semantics (New York: Cambridge University, 2010),
hal.246.
68
Nick Riemer, Introducing Semantics, hal. 246.

35
majāzīnya.69 Selain metafora ada juga sinestesia yang juga sama
„alaqah-nya musyābahah, namun khusus untuk menggambarkan
panca indera.70

Secara bahasa isti‟ārah bisa disebut dengan istilah


„meminjam‟, yaitu penggunaan satu kata pada makna yang tidak
sebenrnya karena adanya relasi yang serupa antara makna
denotasi dan makna konotasi, yang disertai indikator yang
71
memalingkan makna denotasi. Isti‟ārah memiliki unsur
tenor/musta‟ār lahu sebagai subjek yang dibandingkan dan
wahana musta‟ār minhu sebagai pembanding. 72

2. Embodiment dan Skema imej/Strategi Pencitraan

Semantik kognitif banyak menekankan jika sesuatu yang


berwujud secara natural merupakan sebuah konsep pokok dalam
bahasa. Konsep ini merupakan dasar orisinalitas yang muncul
dari sebuah pengalaman fisik. Jhonson (1987) menunjukkan
bahwa bahasa digunakan untuk mencerminkan pola pengalaman
pribadi, terutama interaksi persepsi, gerakan dan manipulasi
objek.73

Embodiment merupakan sebuah bentuk perwujudan dari


pengalaman manusia. Pengalaman bagi manusia bisa di pahami

69
Ali al-Jarim dan Musthafa Amin, Al-Balāghah Al-Wāḍihah (Jakarta: Rauḍah
Press, 2007), hal.83.
70
Yayan Nurbayan, “Pengembangan Materi Ajar Balaghah Berbasis Pendekatan
Kontrastif”. Jurnal Bahasa dan Seni, tahun 38, nomor 1, Februari 2010. Hal 114.
71
Zubair, Stilistika Arab: Studi Ayat-Ayat Pernikahan Dalam Al-Qur‟an (Jakarta:
Penerbit Amzah, 2017), hal. 135.
72
Ahmad al-Hasyimi, Jawāhir al-Balāgah Fī al-Ma‟ānī wa al-Bayān wa al-Badī‟
(Lebanon: Dār al-Kutub al-„Ilmiyyah, 2009), hal. 183.
73
Nick Riemer, Introducing Semantics (New York: Cambridge University, 2010),
hal. 241.

36
sebagai bentuk upaya untuk menuju sebuah perwujudan. 74 Di
dalam ilmu kognitif, embodiment mengacu pada pemahaman
terhadap peran agen tubuh dalam kehidupan sehari-hari. 75 Apa
yang dilakukan tubuh seseorang dalam beraktifitas sehari-hari
berhubungan dengan kognisi seseorang tersebut.

Pengalaman-pengalaman yang terjadi dalam diri manusia


sangat mempengaruhi gerak tubuh dan pikiran. Karena seseorang
dalam mengerjakan sesuatu banyak didasarkan pada pengalaman
yang pernah dialaminya. Seorang dosen akan mengajarkan
kepada mahasiswanya mata kuliah yang pernah ia alami pada saat
kuliah dahulu dengan ditunjang oleh pengalaman dalam membaca
buku-buku yang berkaitan.

Skema imej ialah suatu bentuk struktur konsepsi yang


penting dalam kosa ilmu semantik kognitif. Gibbs dan Steen
(1997), Lakoff (1987), dan Lakoff dan Johnson (1980) telah
mengemukakan konsep skema imej sebagai satu skemata
pengetahuan yang memperkemas dan menyusun atur pengalaman
hidup manusia yang berlaku secara berulang-ulang dalam satu
pola ayat satuan-satuan yang koheren dan bermakna sifatnya.76

Skema imej/strategi pencitraan berdasarkan cara


seseorang membangun dasar struktur konseptual yang digunakan
dalam mengorganisir pikiran melintasi bidang pikiran yang lebih
74
Ruly Darmawan, “Pengalaman, Usability, dan Antarmuka Grafis : Sebuah
Penelusuran Teoritis”. Journal of Visual Art and Design, Institut Teknologi Bandung, Vol 4
No 2, 2013. Hal. 97.
75
Raymond W. Gibbs, Jr, Embodiment and Cognitive Science (New York:
Cambridge University Press, 2005), hal.1.
76
Nor Hashimah Jalaluddin, dkk, “Perluasan Makna Imbuhan Ber-: Analisis
Semantik Kognitif”. Gema Online TM Journal of Language Studies volume 10 (1) 2010,
hal.109-110.

37
abstrak. Biasanya skema imej selalu berkaitan dengan category,
quantity, time, dan force. Category (kategori) berkaitan dengan
wilayah tertentu dari sebuah ruang, quantity (kuantitas) berkaitan
dengan metafora, time (waktu) berkaitan dengan benda, lokasi,
dan jarak, force (kekuatan) berkaitan kekuatan yang dapat
menyebabkan keluarnya perbuatan atau ucapan.77

3. Figur dan Latar


Penerapan konsep figure dan ground (latar) merupakan
salah satu asumsi dalam aliran Gestalt. Dalam menafsirkan
sebuah stimulus akan cenderung menggunakan sesuatu yang
paling mudah dan memungkinkan. Konsep figur dan latar juga
mewarnai aliran linguistik kognitif, bahwasanya makna suatu kata
dalam suatu bahasa tidak hanya ditentukan melalui referensi,
melainkan faktor pengguna bahasa/penutur terhadap sebuah objek
menjadi bagian penting yang tak terpisahkan. 78
Dalam fenomena bahasa, figur merupakan sesuatu yang
bergerak, dapat bergerak, menjadi fokus dan mudah untuk
menjadi perhatian. Sedangkan latar merupakan suatu standar
untuk menentukan letak suatu figur, dan bersifat statis. Contoh,
a. Toko buku ada di dekat kantor polisi
b. Kantor polisi ada di dekat toko buku

Contoh pada kalimat di atasmenunjukkan kesamaan jarak. Antara


“toko buku” dan “kantor polisi” berjarak sama. Contoh (a) “toko
buku” dijadikan figur, sedangkan “kantor polisi” sebagai latar.

77
Makyun Subuki, Semantik: Pengantar Memahami Makna Bahasa (Jakarta: Trans
Pustaka, 2011), hal.201-202.
78
Dedi Sutedi, Pengenalan Pendekatan Linguistik Kognitif...dalam penelitian
bahasa, Makalah disampaikan dalam Temu Ilmiah Pendidikan dan Linguistik Bahasa
Jepang II, 26 September 2003 di Bandung. Hal.3-4.

38
Sebaliknya dalam contoh (b) “kantor polisi” merupakan figur,
dan “toko buku” sebagai latar.

Contoh lain,

c. Motor saya dekat kantor walikota


d. Kantor walikota dekat motor saya

Dalam contoh diatas, contoh (c) motor saya bisa dikatakan figur,
sedangkan yang menjadi latar adalah kantor walikota. Jika dibalik
seperti contoh (d) jika kantor walikota menjadi figur, akan terasa
janggal, karena yang dapat bergerak adalah “motor saya”.

C. Teori Konseptual Metafora


Menurut Lakoff dan Jhonson, teori konseptual metafora fokus
pada metafora sebagai alat kognisi yang bertindak sebagai bentuk
untuk mengekpresikan sifat menjadi sebuah konsep ide. Untuk
mencapai proses tersebut bisa dilihat dengan tiga hal,79 yaitu:
1. Target konsep, dalam penelitian ini penulis menemukan target-
target yang ingin di sampaikan oleh Aman Abdurrahman kepada
kaum muslimin pada umumnya, dan para jamaahnya secara
khusus. Sebuah konsep yang menjadi target bagi Aman
Abdurrahman harus disampaikan karena merupakan dasar
pondasi orang beragama Islam. Jika pondasi tidak kuat maka
struktur keimanan seorang muslim akan rapuh. Dengan target
konsep, penulis ingin menunjukkan kepada pembaca bahwa ada
target-target tertentu mengenai konsep yang ingin di sampaikan
oleh Aman Abdurrahman.

79
Nick Riemer, Introducing Semantics (New York: Cambridge University, 2010),
hal.247-248.

39
2. Obligation atau kewajiban. Setelah memiliki sebuah target untuk
menyampaikan sebuah konsep, Aman Abdurrahman memiliki
kewajiban yang menjadi beban pikiran untuk di sampaikan
kepada para jamaahnya secara khusus dan kaum muslim secara
umum. Beban pikiran yang ada kemudian menjadi sebuah
kewajiban untuk di sampaikan menurut pengalaman-pengalaman
selama menuntut ilmu mengenai konsep-konsep yang ingin di
sampaikannya.
3. The vehicle concept yang berkaitan dengan beban fisik. Untuk
mendukung target konsep dan obligation butuh sebuah alat,
media, dan bentuk lainnya untuk mempermudah penyampian
konsep-konsep yang menjadi target.

Dalam penelitian ini, penulis akan mengupas teks tulisan


Aman Abdurrahman dalam bukunya “Mutiara dari Balik Penjara:
Penyejuk Orang yang Beriman” dengan dua model. Model pertama
akan dibahas menggunakan teori konseptual metafora yang terdiri
dari target konsep, obligation atau kewajiban, dan the vehicle atau
alat. Model kedua, akan dibahas menggunakan teori semantik Nick
Riemer dengan metafora, metonimi, embodiment dan skema
imej/strategi pencitraan, dan figur dan latar.

40
BAB III

BIOGRAFI DAN AKTIVITAS DALAM TERORISME

A. Abu Sulaiman Aman Abdurrahman80

Kita akan mengenal seorang dai‟ dan mujahid yang senantiasa


tegak dalam menyampaikan risalah tauhid, tidak pernah memperdulikan
ujian yang akan menimpanya dan tidak takut dengan celaan orang yang
suka mencela. Ia adalah Oman Rochman81 atau Aman Abdurrahman, lebih
akrab dipanggil Abu Sulaiman nama kunyah beliau yang dinisbatkan pada
anak pertama beliau Sulaiman, dan sebutan Aman Abdurrahman yang
lebih banyak memenuhi sejumlah karya ilmiah dalam bentuk terjemah
kitab-kitab, tulisan maupun audio ceramah dan tausiyah yang di sampaikan
di sejumlah tempat.

Aman Abdurrahman dilahirkan di Cimalaka, Sumedang 5 Januari


197. Ia dikaruniai seorang istri dan empat orang anak. Di kalangan ikhwan,
Aman Abdurrahman mendapatkan kedudukan yang tinggi, disakralkan dan
mendapat julukan ulama terbesar di Indonesia. Meskipun di kemudian hari
ada beberapa dari kalangan ikhwan juga yang tidak setuju dengan
penskaralan itu yang kemudian oleh jamaahnya Aman Abdurrahman
mendapatkan julukan “anṣhar ṭāgūt”, “perusak tauhid”, “musuh tauhid”.82

80
Biografi Aman Abdurrahman didapat dari website millahibrahim.com yang
ditulis oleh Abu Qutaybah, Bima, Rabi‟ul Awwal 1434 H, diunduh Januari 2016, yang jika
ditelusuri saat ini sudah tidak ada, namun biografi aman saat ini dapat ditemukan di dalam
https://plus.google.com/105625732814879365548/posts/g7shd4WKGJy.
81
Extract Vonnis. Nomor: 1648/PID.B/2010/PN.JKT.BAR.
82
Abu Jihad al Indunisy, Menyingkap rekam Jejak Ideolog ISIS Indonesia (Depok:
Muqawamah Publishing, 2016), Hal. 107.

41
B. Riwayat Pendidikan

Aman Abdurrahman memulai jenjang pendidikannya tingkat dasar


di SD Cimalaka, Sumedang Jawa barat. Semenjak kelas 5 SD, Aman
Abdurrahman mengikuti pendidikan agama dengan belajar naḥw dan ṣarf
kepada guru privat. Aman Abdurrahman melanjutkan pendidikan tingkat
menengah pada salah satu MTSN yang berada di Sumedang. Saat itu,
Aman Abdurrahman mulai “ngaji kalong” di pondok al-Taubah di
Sumedang juga. Mengenyam pendidikan di Pondok menambah
pengetahuan Aman Abdurrahman tentang ilmu agama semakin meningkat,
khususnya pada ilmu naḥw dan ṣarf.

Semangat menuntut ilmu agama menuntun Aman Abdurrahman


untuk melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Darussalam Ciamis.
Aman Abdurrahman di tempatkan pada Madrasah Aliyah Program khusus
(MAPK) 83 . Semenjak belajar di Ponpes Darussalam Ciamis, Aman
Abdurrahman sudah mengenal Tafsīr Jalālain, Tafsīr Ibn Kaṡīr, dan Tafsīr
al-Marāgī. Karena ini menjadi bagian dari mata pelajaran yang diajarkan
di pondok tersebut.84 Selama mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren,
Aman Abdurrahman menjadi salah satu santri yang berprestasi. Jenjang
pendidikan tinggi ia tempuh di Lembaga Pengetahuan Islam dan Arab
(LIPIA) Jakarta yang merupakan cabang dari Universitas Muhammad Ibnu
Su‟ud di Riyadh Arab Saudi. Selama 7 tahun, Aman Abdurrahman
menghabiskan waktunya untuk benar-benar belajar dan memahami kitab-
kitab yang ada. Selama itu pula, ia mengisi waktunya dengan 2 tahun
pendidikan i‟dād lugāwī (persiapan bahasa), 1 tahun program ta‟līm

83
Salah satu program pendidikan yang dikeluarkan oleh Departemen Keagamaan
RI.
84
Olman Dahuri dan M. Nida Fadlan, Pesantren-Pesantren Berpengaruh di
Indonesia (Jakarta: Emir Cakrawala Islam, 2015), hal. 101.

42
takmīlī, dan 4 tahun belajar di Fakultas Syariah dan mendapat predikat
mumtāz (cumlaude) sehingga berkesempatan melanjutkan studi S2 ke
Saudi Arabia. Namun kesempatan ini tidak diambilnya.

C. Pekerjaan

Setelah menyelesaikan pendidikannya dari LIPIA, Aman


Abdurrahman pernah menjabat di beberapa tempat85, di antaranya:

1. Kordinator Dai Rābiṭah al-„ālam al-Islāmiyyah dan Hai‟ah al-


Ightsah al-Islāmiyyah cabang Indonesia di Jakarta yang berpusat di
Saudi Arabia.
2. Pengajar Taḥfīẓ al-Qur‟ān di Pondok al-Hikmah Cirebon.
3. Da‟i dan imam di Masjid Yayasan al-Shofwa as-Salafiyyah
sekaligus memegang perpustakaan Masjid al-Shofwa, lalu keluar
atau diminta mengundurkan diri dari al-Shofwa karena
menjaharkan prinsif tidak ada „użr dengan sebab kebodohan di
dalam syirku al-akbār serta takfīr mu‟ayyan di dalamnya.
4. Sebagai dosen al-Qur‟an di LIPIA di kampus tempatnya
menyelesaikan program Lc, namun Aman Abdurrahman tidak suka
menggunakan gelar Lc dengan alasan bahwa gelar Lc itu kebarat-
baratan padahal yang di pelajari di LIPIA adalah ilmu syari‟at.
Menurut Aman menggunakan gelar Barat, sama dengan tasyābbuh
dengan orang kafir.
5. Pernah menjadi mudīr (pimpinan pondok) Darul Ulum Ciapus
Bogor.

85
Abu Jihad al Indunisy, Adab dan Akhlaq Khawarij Modern: Studi Kritis
Kesesatan Manhaj Aman Abdurrahman (Depok: Aliansi Muslim Anti Kemungkaran
(AMAK), 2015), hal. 27.

43
6. Dosen di Akademi Dakwah Islam Leuwiliang Bogor terus diminta
keluar darinya dengan sebab prinsif takfīr mu‟ayyan para tagut dan
para pelaku syirk al-akbār serta tidak ada peng-„użr-an dengan
sebab kebodohan.

D. Buku-Buku Yang Mempengaruhi Pemikirannya

Setelah pindah dari berbagai lembaga pendidikan, Aman


Abdurrahman tidak terikat dengan lembaga dan yayasan apapun. Ia
lebih banyak menyibukkan diri dengan aktivitas dakwah yang berpusat
pada manhaj tauhīd. Sebagian besar pemahaman manhaj tauhīd yang
sekarang Aman Abdurrahman dakwahkan dengan pilar “kufur kepada
tagut dan iman kepada Allah” adalah bagian dari pembelajaran al-„ālim
al-Syaikh Muhammad Salim al-Dausariy, seorang da‟i dari Jazirah Arab
penulis kitab raf‟u al-a‟immah „an al-fatwā al-lajnah al-dāimah.

Syaikh Muhammad Salim telah memberikan kajian kasyf


syubuhāt karangan Syaikh Muhammad Ibnu „Abd al-Wahhab yang di
dalamnya dijabarkan tidak ada peng-„użr-an pelaku syirk al-akbār
dengan sebab kebodohan, dan Syekh al-Dausariy yang menganjurkan
agar mengkaji ṭabaqah ke-17 yang ada di kitab ṭarīqul hijrātain tentang
ṭabaqāt juhhāl dan muqallidīn, dan menganjurkan agar merujuk kitab
„aqīdah al-muwaḥidīn. Ia juga memberikan kajian materi al-imān wal
kufr, juga materi perincian al-ḥukm bi gairi mā anzalallāh yang sangat
memuaskan dahaga yang selama ini dicarinya. Dan kemudian setelah itu
melanjutkan sendiri dengan menelaah kitab-kitab Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah, Ibnu Qayyim dan Aimmah al-da‟wah, di antaranya:

44
1. Al-durār al- ṡāniyyah,
2. Fatawā al-Aimmah al-Najdiyyah,
3. Majmū' al-Turāṡ wa al-masāil al-Najdiyyah,
4. Majmū‟ Mu‟allafāt Syaikh Muhammad,
5. Miṣbāh al-Ẓalām,
6. Minhāj al-Ta‟sīs,
7. Al-Qaul al-Faṣl al-nafs,
8. Al-radd „ala al-Quburiyyūn,
9. Kasyf al-Syubhātain
10. Tauḥīd al-Khallāq,
11. Tārīkh Najd, serta kitab-kitab lainnya.

Aman melanjutkan pengkajian kitab-kitab ulama kontemporer


yang banyak menjelaskan kesyirikan-kesyirikan dalam masalah
hukum yang berkaitan dengan demokrasi dari kitab-kitab yang ditulis
oleh Syaikh Abu Muhammad „Ashim al-Maqdisy dan Syaikh Ali
Khudhoir al-Khudhāir. Selama belajar di LIPIA, Aman telah berhasil
menyelesaikan hafalan al-Quran, menghafal kitab Bulūg al-Marām
yang berisi hampir 1500 hadits beserta susunannya secara teratur.
Menghafal kitab Alfiyyah Ibn al-Malīk tentang naḥw dan ṣarf dan
menguasainya yang berisi hampir 1004 naẓām (syair) Alfiyyah.
Menghafal Ḥadīṡ Arba‟īn Imam Nawawi dan hadis-hadis yang
lainnya. Menghafal „Ilm al-Farāiḍ (pembagian waris) dan menguasai
disiplin „Ilm al-Syarī‟ah dan Uṣl.

Diantara buku yang banyak memberi pengruh pada Aman


Abdurrahman adalah Tarīkh Najd. Namun menurut Abu Thalut al-
Jawi yang mengatakan bahwa kesalahan Aman Abdurrahman terletak
pada seni membaca teks book dalam kitab Tarīkh Najd. Kesahalan

45
membaca membuat para jamaahnya menafsirkan dengan sendirinya
konteks-konteks di Najd dan menyamakan dengan kondisi di
Indonesia. Hal ini yang membuat Aman Abdurrahman dan
jamaahnya mempunyai cara yang berbeda dalam menegakkan
dakwahnya.86

E. Karya-Karyanya

Aman Abdurrahman banyak menulis kitab-kitab yang


menjelaskan tentang akidah (tauhid) yang merupakan pokok dakwah
para nabi dan menterjemahkan kitab-kitab para ulama. sebagian besar
tulisannya tersebar di forum-forum jihad dunia maya atau lebih
banyak dimuat di blog millahibrahim.wordpress.com yang kemudian
berkembang menjadi website dengan alamat millahibrahim.org dan
millahibrahim-news.com yang online sejak 2013. 87 Sebagian dari
karyanya sudah diterbitkan melalui penerbit. Beberapa hasil karya
tulisan dan artikel ilmiah yang Aman Abdurrahman susun di
antaranya:

1. Seri Materi Tauhid.


2. Sudahkah Anda Kafir kepada Tagut ?
3. Tegar di Atas Tauhid.
4. Ya Mereka Memang Tagut.
5. Hakikat Tegak dan Sampainya ḥujjah dalam Masāil Ẓāhirah.
6. Yang Bersalah itu Fir‟aun bukan Kami (Pledoi).
7. Al-„urwah al-wutsqā (buhul tali yang amat kokoh).
86
Asy Syarif Abu Muhammad Hasan bin Ali al Kattani, Membedah Penyimpangan
Dakwah Najd: Meluruskan Kesalahpahaman Wahabi (Depok: Muqawamah Publishing,
2015), hal.17.
87
Muhammad Haidar Assad, ISIS: Organisasi Teroris Paling Mengerikan Abad Ini
(Jakarta: Zaytuna Ufuk Abadi, 2014), hal.158.

46
8. Di Mana Posisi Kamu… di Barisan Pembela Tauhid atau di
Barisan Pembela Tagut?
9. Al-Rasāil al-Mufīdah.
10. Baik bagi Semua Penegak Hukum.
11. Bantahan Tuntas udzur jahil (seputar tiga atsar).
12. Fir‟aunisme Masa Kini.
13. Ketika Iblis Lebih Sopan dari Banyak Da‟i.
14. Nestapa Kaum Muqallidīn
15. Salafiyyah Yahudiyyah dan Salafiyyah Qadiyaniyyah.
16. Sampai Kapan Kalian Tetap Berpihak kepada Tagut.
17. Sebuah Ketulusan kepada Musuh.
18. Syirik Rubūbiyyah (Al-Hukm).
19. Tiga Kelompok yang Selamat dan Tiga Juru Dakwah yang
Binasa.
20. Ayah Ibu Bergabunglah Bersama Kami.
21. Ketika Logika Kekuatan Berkuasa.
22. Salāfiyyah Qadiyāniyyah.
23. Antara Kami dengan Tagut.
24. Saat Tawaran Abu Jahal Disambut.
25. Syirik di Dalam Hukum Seperti Syirik di Dalam Ibadah.
26. Aqidah Para Nabi dan Rasul: Penjabaran Realisasi Kalimat
Tauhid dalam Kehidupan.

F. Hasil Karya Terjemahan

Selama bergelut di dalam dunia pendidikan, Aman Abdurrahman


menerjemahkan beberapa buku, diantaranya:

47
1. Biografi Singkat Syaikh Muhammad Ibn „Abd al-Wahhāb (Dari Kitab
Tarīkh Nejd) Syaikh Husain Ibn Ghunnām.
2. Penjelasan Perihal Kafirnya Pelaku Syirk al-Akbār Secara Ta‟yīn ( ‫مفيد‬

‫ )ادلستفيد يف كفر تارؾ التوحيد‬Syaikh Muhammad Ibn „Abd al-Wahhāb.

3. Surat Syaikh Muhammad Ibn „Abd al-Wahhāb Kepada Ahmad Ibn


„Abd al-Karīm al-Akhsāi Yang Menolak Takfīr Mu‟ayyan Pelaku
Syirk al-Akbār.
4. Surat-Surat Muhammad Ibn „Abd al-Wahhāb Kepada Abdullah Ibn
„Isa.
5. Bantahan Syaikh Abdullah Abā Buṭain Terhadap Dāwud Ibn Jirjis al-
Irāqī (Dari Risālah al-Intishar Li Ḥizbillāh Muwaḥḥidīn wa al-Radd
„ala al-Mujādil „an al-Musyrikīn).
6. Bantahan Terhadap Syubhat Orang Sesat ( ‫ادلورد العذب الزالؿ يف نقض شبو أىل‬

‫ )الضالؿ‬al-Imam „Abdurrahmān Ibn Ḥasan Ibn Muhammad Ibn „Abd

al-Wahhāb.
7. Bantahan Terhadap Jahmiyyah (‫ )الرد على اجلهمي‬al-Imām „Abdurrahmān

Ibn Ḥasan Ibn Muhammad Ibn „Abd al-Wahhāb.


8. Risalah Tentang Makna Iẓhār al-Dīn (‫ )رسالة ىف معٌت إظهار الدين‬Syaikh Ishāq

Ibn „Abdirrahmān Ibn Ḥasan Ibn Muhammad Ibn „Abd al-Wahhāb.


9. Bantahan Terhadap taḥżīr min al-takfīr, al-Imām al-Mujādid al-Ṡānī
„Abdurrahmān Ibn Ḥasan Ibn Muhammah Ibn „Abd al-Wahhāb.
10. Syarḥ Aṣl Dīn al-Islām, al-Imām al-Mujādid al-Ṡānī „Abdurrahmān
Ibn Ḥasan Ibn Muhammah Ibn „Abd al-Wahhāb.
11. Fatwa-fatwa Tentang Status Pelaku Syirk al-Akbār, al-Imām al-
Syaikh „Abdullāh Ibn „Abdurrahmān Abā Buṭain.

48
12. Hukum Loyalitas kepada Kaum Musyrikin (‫)حكم مواالة أىل اإلشراؾ‬, al-

Imām al-Syaikh Sulaimān Ibn „Abdillāh Ibn Muhammad Ibn „Abd al-
Wahhāb.
13. Hukum Takfīr Mu‟ayyan, Perbedaan Antara Tegak Ḥujjah Dengan
Paham Ḥujjah (‫‟ )حكم تكفَت ادلعُت والفرؽ بُت قياـ احلجة وفهم احلجة‬allāmah al-

Muḥaddiṡ al-Uṣūlī Ishāq Ibn „Abdirrahmān Ibn Ḥasan Ibn


Muhammad Ibn „Abd al-Wahhāb.
14. Biografi Singkat Syaikh Abu Muhammad al-Maqdīsī.
15. Millah Ibrāhīm (‫ )ملة إبراىيم ودعوة األنبياء وادلرسلُت‬Syaikh Abu Muhammad al-

Maqdīsī.
16. Agama Syirik Demokrasi (‫ – )الدِيقراطية دين‬Syaikh Abu Muhammad al-

Maqdīsī.
17. Pencerahan Bagi Orang-Orang yang Berakal Perihal Manipulasi
Sekte Jahmiah & Murjiah (‫التجهم واإلرجاء‬
ّ ‫ )تبصَت العقالء بتلبيسات أىل‬Syaikh Abu
Muhammad al-Maqdīsī.
18. Janganlah Bersedih Karena Sungguh Allah Bersama Kita ( ‫ال حتزف إف اهلل‬

‫ )معنا‬Syaikh Abu Muhammad al-Maqdīsī.

19. Keberlepasan Dari Perjanjian Damai Para Tagut Dan Jaminan


Keamanan Mereka untuk Kafīr Muḥārib ( ‫براءة ادلوحدين من عهود الطواغيت وأماهنم‬

‫ )للمحاربُت‬Syaikh Abu Muhammad „Āṣim al-Maqdīsī.

20. Siapa Kami dan Apa Tuduhan Kami (‫ )من ضلن ؟ وما ىي هتمتنا ؟‬Syaikh Abu

Muhammad „Āṣim al-Maqdīsī.


21. Teguhlah Wahai Uhud (‫)اثبت أحد) الثبات الثبات يف زمن الًتاجعات‬, Syaikh Abu

Muhammad al-Maqdīsī.

49
22. Ketika Mashlahat Dakwah Dipertuhankan ( ‫القوؿ النفيس يف التحذير من خديعة‬

‫ )إبليس‬Syaikh Abu Muhammad al-Maqdīsī.

23. Membongkar Hukum Rimba (Muqaddimah Kasyfun Niqab „An


Syari‟atil Ghaab) Syaikh Abu Muhammad al-Maqdīsī.
24. Membongkar Syubhat para Pembela Tagut ( ‫كشف شبهات آّادلُت عن عساكر‬

‫ )الشرؾ وأنصار القوانُت‬Syaikh Abu Muhammad al-Maqdīsī.

25. Kami dan Hamas tak Seaqidah, Merekalah yang Umumkan Hal Itu
(‫ )ضلن ومحاس لسنا على منهج واحد وىم من يعلن ذلك‬Syaikh Abu Muhammad al-

Maqdīsī.
26. Mengadili Para Aparat Tagut dengan Syari‟at Allah ( ‫زلاكمة زلكمة أمن الدولة‬

‫ )إىل شرع اهلل‬Syaikh Abu Muhammad al-Maqdīsī.

27. Tinjauan Kritis Terhadap Operasi Jihad dengan Peledakan Diri (dari
Kitab: ḥusn al-Rifāqah) Syaikh Abu Muhammad al-Maqdīsī.
28. Membongkar Kekafiran Negara Saudi (‫)الكواشف اجللية يف كفر الدولة السعودية‬

Syaikh Abu Muhammad al-Maqdīsī.


29. Dialog Antara Pembela Tauhid dengan Aparat Tagut ( ‫حوار بُت عساكر‬

‫ )التوحيد وعساكر الشرؾ والتنديد‬Syaikh Abu Muhammad al-Maqdīsī.

30. Keledai Ilmu Terpeleset di Tanah (‫ )زؿ محار العلم يف الطُت‬Syaikh Abu

Muhammad al-Maqdīsī.
31. Merenung Sejenak Terhadap Hasil-Hasil Jihad (‫)وقفات مع مثرات اجلهاد‬

Syaikh Abu Muhammad al-Maqdīsī.


32. Membongkar Syubhat Murji‟ah Gaya Baru „salf al-maz‟ūm‟ ( ‫إمتاع النظر‬

‫ )يف كشف شبهات مرجئة العصر‬Syaikh Abu Muhammad al-Maqdīsī.

50
33. 33 Sikap Gullū dalam Takfīr (‫ )الرسالة الثالثينية يف التحذير من الغلو يف التكفَت‬Syaikh

Abu Muhammad al-Maqdīsī.


34. Silsilah Tauhid dan Ibadah, Syaikh Muhammad al-Maqdīsī.
35. Pancaran Tauhid dari Penjara Sawāqah (‫ )اإلشراقة يف سؤاالت سواقة‬Syaikh

Abu Muhammad al-Maqdīsī.


36. Pelita Penerang bagi Pertanyaan Penduduk Jazīrah ( ‫ادلصابيح ادلنَتة يف الرد على‬

‫ )أسئلة أىل اجلزيرة‬Syaikh Abu Muhammad al-Maqdīsī.

37. Bantahan Terhadap Paham Hizbut Tahrir, Syaikh Abu Muhammad


al-Maqdīsī.
38. Pembelaan Terhadap Sahabat Ḥāṭib dan Abu Lubābah ( ‫الشهاب الثاقب يف‬

‫ )الرد على من افًتى على الصحايب حاطب‬Syaikh Abu Muhammad al-Maqdīsī.

39. Penghati-hatian Manusia dari Sekte Jāmiyyah dan Madkhaliyyah


(salf al-maz‟ūm‟) (‫ )حتذير الربية من ضاللة الفرقة ااجلامية وادلدخلية‬Syaikh Abu

Muhammad al-Maqdīsī.
40. Inilah Keyakinan Kami (‫ )ىذه عقيدتنا‬Syaikh Abu Muhammad „Āṣim al-

Maqdīsī.
41. Kupasan Syirik Hukum dalam Tafsīr Aḍwā al-Bayān ( ‫احلاكمية يف تفسَت‬

‫„ )أضواء البياف‬Abdurrahmān Ibn „Azīz al-Sudais.

42. Al-Imān dan al-Kufr (dari Kitab: Al-Jamī‟ Fī Ṭullāb al-„Ilm al-
Syarīf) Syaikh „Abd al-Qadīr Ibn „Abd al-„Azīz.
43. Status Orang yang Diam di Negeri Kafir (Tak Bantu Tak Pula
Mengingkari), (Dari Kitab: Al-Jamī‟ Fī Ṭullāb al-„Ilm al-Syarīf)
Syaikh „Abd al-Qadīr Ibn „Abd al-„Azīz.

51
44. Status Anṣār Tagut dari Kalangan Tentara, Polisi, Intelijen dan
„Ulamā sū‟ (dari Kitab: Al-Jamī‟ Fī Ṭullāb al-„Ilm al-Syarīf) Syaikh
„Abd al-Qadīr Ibn „Abd al-„Azīz.
45. Dalil-Dalil Tentang Hijab dengan Disertai Penjelasan Para Ulama
Tafsir dan Hadis dan Bantahan Terhadap Ahl Sufūr (‫ )عودة احلجاب‬Syaikh

Dr. Muhammad Ibn Ahmad Ibn Ismā‟il al-Muqaddam.


46. Bahas Tuntas Aṣl Dīn al-Islām (‫ )أصل دين اإلسالـ وىو التوحيد والرسالة‬Syaikh al-

„Allāmah Ali Ibn Ḥuḍair al- Ḥuḍair.


47. Pernyataan Aimmah al-Da‟wah Perihal Kejahilan dalam Syirk al-
Akbār (‫ )الشرؾ األكرب اجلهل يف مسألة ادلتَ ِم َمة لكالـ أئمة الدعوة يف‬Syaikh Ali Ibn Ḥuḍair
ُ
al- Ḥuḍair.
48. Siapakah Ahli Kiblat (al-Zanād Fī Syarh Lum‟ah al-I‟tiqād) Syaikh
Ali Ibn Ḥuḍair al- Ḥuḍair.
49. Biarkan Kami Sampai Raih Syahādah (‫ )دعنا منت حىت نلنا الشهادة‬Syaikh

Sulaimān Ibn Nāṣir Ibn „Abdillāh al-„Ulwān.


50. Daulah Turki Utsmani dalam Pandangan Tauhid ( ‫الدولة العثمانية وموقف ائمة‬

‫ )الدعوة منها‬Syaikh Nāṣir Ibn Hamd al-Fahd.

51. Risalah Hukum Bernyanyi dengan Menggunakan al-Qur‟ān ( ‫رسالة يف‬

‫ )حكم الغناء بالقرآف‬Syaikh Nāṣir Ibn Hamd al-Fahd.

52. Mukhtaṣār Fiqh al-Islām, Syaikh Muhammad Ibn Ibrāhīm al-


Ṭuwaijirī.
53. Bantahan Mudah Terhadap Para Pengudzur Pelaku Syirk al-Akbār
dengan Sebab Kebodohan (‫الس ْهل َعلَى أ َْى ِل الْ ُع ْذ ِر بِا ْجلَ ْهل‬
َّ ‫)الرُّد‬
َّ Syaikh

Muhammad Sālim Walad Muhammad al-Amīn al-Majlīsī.

52
54. Hadiah Bagi Orang-Orang Berbudi Tentang Mawāni‟ al-Takfīr Yang
Mu‟tabār (‫ )إحتاؼ الربرة مبوانع التكفَت ادلعتربة‬Syaikh Muhammad Sālim Walad

Muhammad al-Amīn al-Majlīsī.


55. Hukum Memberontak Kepada Penguasa Murtad ( ‫فصل الكالـ يف مسئلة اخلروج‬

‫„ )على احلكاـ‬Abd al-Mun‟īm Musṭāfa Ḥalīmah (Abu Baṣīr).

56. Tiada Khilafah Tanpa Tauhid dan Jihad ( ‫الطريق إىل استئناؼ حياة إسال مية وقياـ خال‬

‫„ )فة راشدة على ضوء الكتاب والسنة‬Abd al-Mun‟īm Musṭāfa Ḥalīmah (Abu

Baṣīr)
57. Fenomena Pengkaburan dengan Kebatilan (Dari Kitab: Waqafāt
Tarbawiyyah Fī Ḍaui al-Qur‟ān al-Karīm) Syaikh „Abd al-„Azīz Ibn
Nāṣir al-Julayyil.
58. Empat Pembeda Antara Agama Islam dengan Agama Sekuler, Syaikh
„Ali Ibn Ḥuḍair al- Ḥuḍair.
59. Status Anṣār Tagut (dari Kitab al-Jamī‟ Fī Ṭulāb al-„Ilm al-Syarīf),
Syaikh „Abd al-Qādir Ibn „Abd al-„Azīz.
60. Ibnu Bāz Antara Hakikat dan Praduga (‫ )ابن باز بُت احلقيقة والوىم‬Syaikh

Aimān al-Dawāhirī.
61. Menjauhi Masjid Ḍirār dan Hukum Shalat di Dalamnya ( ‫ىجراف مساجد‬

‫ )الضرار‬Abu Qatādah al-Filiṣṭīn.

62. Status Para Syaikh yang Ikut Serta di dalam Membela Pemerintah
yang Menerapkan Undang-Undang Buatan. Syaikh Abu Qatādah al-
Filiṣṭīn.
63. Risalah Untuk Pencari Ilmu (‫ )رسالة إىل طالب العلم‬Abu „Abdirrahmān al-

Aṡārī (Sulṭān Ibn Bajād al-„Utaibī).

53
G. Riwayat Penahanan

Aman Abdurrahman memulai karirnya di bidang gerakan


radikalis dengan bergabung Negara Islam Indonesia di Aceh (lihat peta
konsentrasi jaringan terorisme di Indonesia). 88 Kemudian membentuk
kekuatan sel teroris dengan nama Tauḥīd wa al-Jihād, 89 kemudian
bermetamorfosa menjadi jamaah anṣār al-Daulah. Aman Abdurrahman
merupakan satu diantara sosok lain yang sering berhadapan dengan
masalah hukum. Sudah dua kali menjalani persidangan dan mendapatkan
hukuman. Kasus pertama, Aman Abdurrahman ditangkap oleh Densus 88
terkait bom rakitan yang meledak di rumah kontrakannya, kampung
Sindang Rasa, kelurahan Suka Maju, Cimanggis, Depok, Jawa Barat
pada 2004. Atas kejadian itu ia divonis tujuh tahun penjara. Kasus kedua,
Aman Abdurrahman kembali tersandung kasus terorisme setelah terlibat
dalam pelatihan militer di Jalin Jantho, Aceh Besar pada 2010. Kerena
perbuatannya ini Aman Abdurrahman kembali di vonis Sembilan tahun
penjara. Untuk yang ketiga kalinya, tanggal 17 Agustus 2017, Aman
Abdurrahman ditangkap sebelum menghirup udara bebas dari Lapas
Nusakambangan karena dianggap terlibat dalam bom Thamrin, Januari
2016.90

88
Ansyaad Mbai, Dinamika Baru Jejaring Teror di Indonesia dan keterkaitannya
dengan Gerakan Radikalisme Transnasional (Jakarta: AS Production Indonesia, 2014).
89
Prayitno Ramelan, Ancaman Virus Terorisme: Jejak Teror di Dunia dan
Indonesia (Jakarta: Grasindo, 2017), hal. 209.
90
Berita diakses pada 20 September 2017.
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=
8&ved=0ahUKEwiczv-
9x9PWAhWHLo8KHfLwDOEQFgglMAA&url=https%3A%2F%2Fwww.cnnindonesia.co
m%2Fnasional%2F20170823062835-12-236602%2Faman-abdurrahman-pengagum-isis-
dan-perebut-massa-baasyir%2F&usg=AOvVaw21v4uQxymGZSBKp-4SR9wU

54
Selama di Lapas Pasir Putih Nusakambangan, Aman
Abdurrahman ditempatkan di blok khusus teroris. Ia hanya bisa
berinteraksi dengan 14 napiter lainnya. Ia pun diawasi terus oleh petugas
dan CCTV, sehingga pergerakannya selalu terpantau. Namun karena
Aman Abdurrahman tergolong napi kooperatif dengan petugas ia
memperoleh remisi hampir 20 bulan. 91 Diantara rumah tahanan dan
lembaga pemasyarakatan yang pernah Aman tempati, yaitu:

1. Rutan Polda Metro Jaya.


2. Lapas Paledang Bogor.
3. Lapas Karawang.
4. Lapas Sukamiskin Bandung.
5. Lapas Cirebon.
6. Rutan Mako Brimob Depok.
7. Rutan Polda Metro Jaya.
8. Rutan Narkoba Polda Metro Jaya.
9. Kamar isolasi di Rutan Narkoba Polda Metro Jaya.
10. Rutan Polres Jakarta Barat.
11. Blok Khusus di Lapas Cipinang Jakarta Timur.
12. Lapas Salemba.
13. Lapas Kembang Kuning Nusakambangan.
14. Dan sekarang berada di Lapas Pasir Putih Nusakambangan.

Dari perjalanan hidup seorang Aman Abdurrahman dalam dunia


muwaḥid, penulis menyimpulkan dari berbagai sumber tentang organisasi
yang pernah Aman Abdurrahman geluti, dari awal hingga saat ini.

91
Berita diakses pada 20 September 2017.
http://news.liputan6.com/read/3061846/ini-kegiatan-aman-abdurrahman-di-penjara-
nusakambangan

55
Abu Sulaiman Tauhid wal Jihad(2004)
Aman
Abdurrahman

ISIS Indonesia(2014)

Abu Bakar Jamaah Anshor Tauhid


Baasyir (ABB) (JAT)

Jamaah Anshor Daulah


(JAD)

Jamaah Anshor Daulah


Khilafah Nusantara
(JADKN)

Bagan. 4. Perjalanan Aman Abdurrahman dalam kelompok jihadis.

Keterangan di atas merupakan hasil rangkuman penulis dari beberapa


buku, berita, dan wawancara dengan ihwan-ihwan yang pernah bersama
dengan Aman Abdurrahman.

56
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Konsep Tagut Menurut Aman Abdurrahman


Kata tagut memang belum menjadi kata yang umum di kalangan
masyarakat. Bahkan banyak dari masyarakat yang tidak mengerti apa arti
dari kata tagut sendiri. Di dalam tesis ini penulis ingin mencoba
membantu kepada para pembaca untuk lebih mengenal arti kata tagut
tersebut, khususnya konsep tagut Aman Abdurrahman yang juga masih
asing di kalangan akademisi sendiri.
Untuk mendapatkan dan memahami konsep tagut menurut
pandangan Aman Abdurrahman dapat di lihat pada kutipan berikut ini:
“Suatu hal yang mengenaskan adalah realita dimana banyak orang-
orang mengaku Islam dan mereka mengaku pengikut Muhammad
shallallahu „alaihi wa salam, namun mereka tidak mengetahui apa
hakikat al Islam itu dan tidak mengetahui inti dakwah Rasulullah itu.
Hal ini diperparah dengan realita bahwa mereka itu tidak mengetahui
apa itu syirik dan apa jalan-jalan kaum musyrikin yang harus mereka
jauhi...Sehingga tidak heran bila di antara umat yang mengaku muslim
itu banyak di antara mereka malah menjadi musuh-musuh bagi ajaran
Islam ini, dan mereka loyal kepada musuh-musuh Allah ta‟ala, mereka
menjunjung tinggi syirik dan ajaran syaithan serta mereka berbondong-
bondong dan bersaing untuk menjadi aparat tagut dan syaithan
manusia.” (Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk Orang yang Beriman,
hal. 1 Paragraf 1,2, dan 3)

Kutipan di atas menunjukkan Aman Abdurrahman mengawali


penjelasan tentang konsep tagut di mulai dari penjelasan tentang realita
kaum muslimin yang tidak mengetahui hakikat Islam dan inti dakwah
rasululllah. Mereka yang mengaku muslim pada kenyataannya masih
menjadi bagian dari aparat tagut, bahkan berbondong-bondong dan

57
bersaing untuk menjadi bagian dari aparat tagut sendiri. Tagut sendiri
menurut Aman Abdurrahman di artikan sebagai bentuk lain dari tuhan
jadi-jadian. Banyak dari kaum muslimin saat ini secara tidak sadar
menghambakan diri kepada tuhan jadi-jadian seperti hukum buatan
manusia, UU yang tidak berlandaskan syariat Islam, dan lain sebagaianya
yang tidak berkaitan dengan al-Qur‟an dan hadis.
Tagut-tagut tersebut menjadi pedoman hidup dan acuan bagi mayoritas
kaum muslim dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini sangat
tidak relevan dimana seorang muslim harus berpedoman kepada al-
Qur‟an dan hadis bukan hukum dan UU jadi-jadian buatan manusia.
Kutipan lainnya:
“..di dalam ayat tersebut (al-Baqarah 256) Allah ta‟ala mendahulukan
kafir kepada tagut terhadap iman kepada Allah ta‟ala, ini supaya
menutup pengakuan orang yang mengatakan bahwa dirinya telah
mengamalkan kalimat tauhid akan tetapi dia belum kafir kepada tagut.”
(Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk Orang yang Beriman, hal. 3.
Paragraf 1 dan 2.

“sedangkan di antara tagut yang harus dijauhi dan kafir kepadanya


adalah hukum atau undang-undang buatan dan para tuhan jadi-jadian
yang membuat hukum tersebut.” (Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman, hal.3. Paragraf 4, dan hal. 4. Paragraf 1.

Kutipan di atas menunjukkan bahwa dalam menjelaskan tagut


Aman Abdurrahman berpedoman kepada ayat al-Qur‟an. Ayat tersebut
mengatakan jika ingin beriman kepada Allah harus di dahului dengan
kafir kepada tagut. Dengan arti bahwa, bagi siapa saja yang ingin
mengatakan jika dirinya beriman kepada Allah, harus meninggalkan
semua hal yang berkaitan dengan tagut, ia harus tidak lagi menyembah
dan mengikuti UU dan hukum buatan manusia, dan segera kembali
kepada hukum Allah yang terdapat dalam al-Qur‟an dan hadis.

58
Secara spesifik dalam aplikasi sehari-hari, Aman Abdurrahman
menyebut jika tagut yang di maksudnya adalah konsep bernegara seperti
Pancasila, UUD 1945, hukum-hukum buatan manusia, dan hukum-
hukum turunan lainnya. Selain produknya, pengikutnyapun juga
dikatakan sebagi tagut, seperti PNS, TNI, POLRI, Jaksa, Pegawai lapas,
dan semua pegawai pemerintahan yang mengucakan ikrar kesetiaan
kepada NKRI. Bagi umat muslim yang mampu menjauhi tagut untuk
beriman kepada Allah, maka akan mendapatkan ganjaran berupa al-
„urwah al-wuṡqa.kemudian terjaga darah dan dirinya dari kelompok
kafir.
Di antara bentuk kafir kepada tagut menurut Aman adalah : tidak
mengibadatinya, tidak mengikutinya, tidak mentaatinya, tidak
menyetujuinya, tidak loyal kepadanya, tidak mencintainya, tidak
membelanya, tidak merujuk kepadanya, dan tidak memutus dengannya.
Kutipan lainnya adalah:
“jadi jujurlah kepada diri kalian, di barisan mana kalian ini…apa di
barisan penegak tauhid atau di barisan tagut? Jangan berkilah behwa
keyakinan kalian masih bagus karena keyakinan bermanfaar hanya saat
kondisi dipaksa saja. Segeralah berlepas diri dan bertaubat sebelum
datang waktu.” (Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk Orang yang
Beriman. Hal. 64. Paragraf 5.

Kutipan di atas menegaskan jika seorang muslim harus memilih


posisi berdirinya, apakah di bagian orang-orang yang membela tagut atau
di bagian orang-orang yang membela tauhid. Jika berdiri menjadi
pembela tagut maka akan seperti orang-orang kafir yang tidak beriman
kepada Allah. Namun, jika menjadi penolong tauhid dengan keinginan
kuat untuk menerapkas syariat Islam untuk menjadi pedoman hidup
maka, akan menjadi seorang muslim yang kaffah.

59
B. Terorisme dan Konsep Tagut: Sebuah Perbandingan
Terorisme memiliki definisi yang sangat beragam. Menurut H.
Kushner dalam Encyclopedia of Terrorism, setidaknya ada tiga hal,
yaitu: menggunakan metode kekerasa, targetnya adalah pemerintah atau
masyarakat sipil, dan menanamkan rasa takut untuk menciptakan
perubahan politik dan sosial. 92 Terorisme dengan segala bentuknya
merupakan tindakan kekerasan. Segala tindakan kekerasan tidak
memiliki hak untuk ada dan berkembang di Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Terorisme dan gerakan radikal dalam Islam pertama kali
muncul pasca wafatnya nabi Muhammad SAW dengan lahirnya
kelompok Khawarij yang ekstrem dengan mengkafirkan dan membunuh
sesama muslim. 93 Gerakan inilah yang kemudian hari bermetamorfosa
menjadi gerakan seperti yang ada saat ini.
Gerakan terorisme berjubah agama jika diperhatikan mempunyai
tujuan berdirinya negara Islam dengan sistem syariat Islam sebagai
penerapan hukum dalam kesehariannya. Kelompok radikal tersebut ingin
bernostalgia dengan kesuksesan sistem khilafah yang pernah ada dari
zaman Rasul hingga Turki Utsmani. Tahun 2000 di Yogyakarta terjadi
kongres Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) yang juga menjadi pelopor
berdirinya Daulah Islamiyyah (negara Islam). Para anggota MMI yakin
jika penerapan syariah yang komprehensif merupakan satu-satunya cara
menyelesaikan bangsa Indonesia dari segala problematika yang ada. 94

92
Maria Ulfa, “Tema Terorisme Dalam Dua Novel Indonesia Kontemporer”.
Dalam buku Bahasa dan Sastra: Kontekstual di Era Postliteracy, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2015), hal. 157.
93
Agus Surya bakti, “Toleransi Beragama Sebagai Kekuatan Dalam Upaya
Pencegahan Terorisme”, dalam buku Merintis Jalan Mencegah Terorisme: Sebuah Bunga
Rampai (Jakarta: Semarak lautan Warna, 2014), hal. 3-5.
94
Sukron kamil, Islam dan Politik di Indonesia Terkini: Islam dan Negara,
Dakwah dan Politik, HMI, Anti Korupsi, Demokrasi, NII, MMI, dan Perda Syariah (Jakarta:
PSIA UIN Jakarta, 2013), hal. 171.

60
Menurut penulis, dari hasil wawancara dengan napi teroris, bisa
disimpulkan bahwa berdirinya Negara Islam dengan penerapan syariat
Islam masih menjadi isu yang hangat hingga saat ini. Doktrin ini juga
masih menjadi senjata utama untuk mencekoki para pemuda-pemuda
yang semangat untuk belajar tentang Islam. Namun yang menjadi
menarik adalah ada perbedaan pandang antara kelompok Aman
Abdurrahman yang tergabung dalam jamaah anṣār Tauhid dengan
kelompok JI. Jika kelompok Aman memandang semua yang tidak
berhukum dengan hukum Allah adalah tagut dan harus diperangi, maka
JI mempunyai sikap yang sedikit luwes. Para anggota JI ingin
menerapkan syariat Islam dengan cara yang baik, bahkan beberapa
amirnya siap untuk berdebat dan masuk menjadi bagian dari anggota
dewan dengan tujuan memperjuangkan penerapan syariat Islam yang
komprehensif.
Karena membahas tentang konsep tagut menurut Aman
Adurrahman, dalam tesis ini penulis juga membandingkan pemberian
makna kata tagut yang terdapat di dalam al-Qur‟an (al-Baqarah ayat 256
dan 257, surat al-Nisā‟ ayat 60 dan 76, dan surat al-Naḥl ayat 36) yang di
artikan oleh Aman Abdurrahman dengan Tafsīr Fatḥ al-Qadīr karya
Imām al-Syaukāni, Tafsīr al-Qurṭūbī karya Imām al- Qurṭūbī, Tafsīr al-
Ṭabarī karya Abu Ja‟far Muhammad bin Jarīr al-Ṭabarī, Tafsīr al-
Miṣbāh karya M. Quraish Shihab, Tafsir fī Ẓilāl al-Qur‟ān karya Sayyid
Quṭb dan Tafsīr ibn Kaṡīr karya al-Imām Abu Fidā Ismā‟il ibn Kaṡīr al-
Dimasyqī. Hasilnya adalah sebagai berikut:

61
1. Tafsīr Fatḥ al-Qadīr karya Imām al-Syaukāni
1.1. Al-Baqarah 256, tagut adalah yang melewati batas, dukun, setan,
dan setiap pemuka kesesatan.95
1.2. Al-Baqarah 257, tagut adalah setan.96
1.3. Al-Nisā‟ 60, tagut adalah setan, berhala, dukun, pemuka
kesesatan, dan seseorang yang bernama Ka‟ab bin al-Asyraf.97
1.4. Al-Nisā‟ 76, tagut adalah setan, dukun, dan berhala.98
1.5. Al-Naḥl 36, tagut adalah semua sesembahan selain Allah seperti
setan, dukun, patung atau berhala dan semua yang mengajak
kepada kesesatan.99

2. Tafsīr al-Qurṭūbī karya Imām al- Qurṭūbī


2.1. Al-Baqarah 256, tagut adalah yang melampaui batas dengan satu
tambahan, dukun, setan, dan setiap pemimpin dalam kesesatan.100
2.2. Al-Baqarah 257, tagut adalah setan.101
2.3. Al-Nisā‟ 60, tagut adalah laki-laki bernama Ka‟ab bin al-Asyraf
yang mempunyai berhala.102
2.4. Al-Nisā‟ 76, tagut adalah peramal laki-laki, peramal perempuan,
dan setan.103

95
Imam asy Syaukani, Tafsir Fathul Qadir. Tahqiq dan Takhrij : Sayyid Ibrahim
Vol. 2 (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), hal. 106-107.
96
Imam asy Syaukani, Tafsir Fathul Qadir. Tahqiq dan Takhrij : Sayyid Ibrahim
Vol. 2, hal.110.
97
Imam asy Syaukani, Tafsir Fathul Qadir. Tahqiq dan Takhrij : Sayyid Ibrahim
Vol. 2, hal. 916-917.
98
Imam asy Syaukani, Tafsir Fathul Qadir. Tahqiq dan Takhrij : Sayyid Ibrahim
Vol. 2, hal. 928.
99
Muhammad bin „Ali bin Muhammad al-Syaukani, Fatḥ al-Qadīr (Beirut,
Libanon: Dār al-Ma‟rifah), hal. 781.
100
Imam al Qurthubi, Tafsir al Qurtubhi, jilid 3 (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007),
hal. 614-615.
101
Imam al Qurthubi, Tafsir al Qurtubhi, jilid 3, hal. 617.
102
Imam al Qurthubi, Tafsir al Qurtubhi, jilid 3, hal. 623.
103
Imam al Qurthubi, Tafsir al Qurtubhi, jilid 3 hal. 663.

62
2.5. Al-Naḥl 36, tagut adalah sesembahan selain Allah, seperti setan,
dukun, patung atau berhala, dan semua yang mengajak kepada
kesesatan.104

3. Tafsīr al-Ṭabarī karya Abu Ja’far Muhammad bin Jarīr al-


Ṭabarī
3.1. Al-Baqarah 256, tagut adalah setan, peramal, penyihir, dan setiap
yang memiliki kezaliman kepada Allah.105
3.2. Al-Baqarah 257, tagut adalah setan, berhala, penghalang dan
pencegah dari keimanan dan kebaikan.106
3.3. Al-Nisā‟ 60, tagut adalah dukun dari Juhainah, dan seorang laki-
laki bernama Ka‟ab bin Asyraf.107
3.4. Al-Nisā 76, tagut adalah setan.108
3.5. Al-Naḥl 36, tagut adalah setan.109

4. Tafsīr al-Miṣbāh karya M. Quraish Shihab


4.1. Al-Baqarah 256, tagut adalah yang melampaui batas, setan,
dajjal, penyihir, yang menetapkan hukum yang bertentangan
dengan ilahi.110

104
Abi Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakrin al Qurtubhi, al Jāmi‟ al
Ahkām al Qur‟an (Beirut: Al-Resalah, 2006), hal. 322.
105
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, Tafsir ath-Thabari diterjemahkan
oleh Ahsan Aksan, Jilid. 4 (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), hal. 467-470.
106
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, Tafsir ath-Thabari diterjemahkan
oleh Ahsan Aksan, Jilid. 4, hal 467.
107
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, Tafsir ath-Thabari diterjemahkan
oleh Ahsan Aksan, Jilid. 7 (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), hal. 277.
108
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, Tafsir ath-Thabari diterjemahkan
oleh Ahsan Aksan, Jilid. 7, hal. 335.
109
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, Tafsir ath-Thabari diterjemahkan
oleh Ahsan Aksan, Jilid. 16 (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), hal. 100.
110
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran
Vol 1 (Tangerang: Lentera Hati, 2007), hal. 552.

63
4.2. Al-Baqarah 257, tagut adalah melampaui batas, setan, dajjal,
penyihir, yang menetapkan hukum yang bertentangan dengan
ilahi.111
4.3. Al-Nisā‟ 60, tagut adalah orang-orang atau sistem hukum yang
bertentangan dengan ajaran Islam, segala macam kebatilan,
berhala, ide-ide sesat, manusia-manusia durhaka, siapa saja yang
mrngajak kepada kesesatan, dan seorang laki-laki yang bernama
Ka‟ab bin Asyraf.112
4.4. Al-Nisā‟ 76, tagut adalah setan, nilai-nilai yang bertentangan
dengan nilai-nilai ilahiyah.113
4.5. Al-Naḥl 36, tagut adalah segala macam yang melampaui batas,
penyembah berhala, dan siapa saja yang patuh pada tirani.114

5. Tafsir fī Ẓilāl al-Qur’ān karya Sayyid Quṭb


5.1. Al-Baqarah 256, tagut adalah segala sesuatu yang melampaui
kesadaran, melanggar kebenaran, melampaui batas yang telah
ditetapkan Allah bagi hamba-hambanya, tidak berpedoman pada
akidah Allah dan tidak berpedoman pada syariat yang ditentukan
Allah.Termasuk di dalamnya, tatanan dan sistem yang tidak
berpijak pada peraturan dan syariat Allah.115

111
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran
Vol 1, hal. 555.
112
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran
Vol 2, hal. 488.
113
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran
Vol 2, hal. 511.
114
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran
Vol 7 (Tangerang: Lentera Hati, 2007), hal. 227.
115
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an, Di Bawah Naungan Al-Qur‟an jilid 1
(Jakarta: Gema Insani, 2000), hal. 344.

64
5.2. Al-Baqarah 257, tagut adalah setan.116
5.3. Al-Nisā‟ 60, tagut adalah selain syariat Allah.117
5.4. Al-Nisā‟ 76, tagut adalah setan dengan bermacam-macam
benderanya, manhaj, syariat, jalan, tata nilai, dan normanya yang
semuanya adalah kawan-kawan setan.118
5.5. Al-Naḥl 36, tagut adalah tuhan-tuhan selain Allah.119

6. Tafsīr ibn Kaṡīr karya al-Imām Abu Fidā Ismā’il ibn Kaṡīr al-
Dimasyqī
6.1. Al-Baqarah 256, tagut adalah setan, semua yang dilakukan oleh
kaum Jahiliyyah seperti menyembah berhala dan meminta
kepastian hukum kepada berhala.120
6.2. Al-Baqarah 257, tagut adalah setan.121
6.3. Al-Nisā‟ 60, tagut adalah seorang yang bernama Ka‟ab ibn
Asyraf.122
6.4. Al-Nisā‟ 76, tagut adalah setan.123
6.5. Al-Naḥl 36, tagut adalah sesembahan selain Allah.124

116
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an, Di Bawah Naungan Al-Qur‟an jilid 1,
hal 344.
117
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an, Di Bawah Naungan Al-Qur‟an jilid 2,
(Jakarta: Gema Insani, 2000), hal. 395.
118
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an, Di Bawah Naungan Al-Qur‟an jilid 3
(Jakarta: Gema Insani, 2000), hal. 23.
119
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an, Di Bawah Naungan Al-Qur‟an jilid 7
(Jakarta: Gema Insani, 2000), hal. 178.
120
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar Jilid 1
(Bogor: Pustaka Imam Syafi‟i, 2004), hal. 516-517.
121
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar Jilid 1,
hal. 518.
122
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar Jilid 2
(Bogor: Pustaka Imam Syafi‟i, 2004), hal. 344.
123
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar Jilid 2,
hal. 354.

65
Aman Abdurrahman dalam mengartikan dan menafsirkan
makna tagut sebagaimana terdapat di dalam bukunya “Mutiara dari
Balik Penjara: Penyejuk Orang yang Beriman” berdasarkan kelima
ayat diatas adalah selain hukum Allah ta‟ala seperti falsafah,
ideologi, atau sistem selain sistem yang sudah di tentukan Allah
ta‟ala, Undang-undang buatan manusia seperti UUD 1945, Pancasila,
seseorang atau instansi pemerintah yang tidak menggunakan dan
menerapkan syariat Islam, termasuk di dalamnya PNS, TNI, POLRI,
Hakim, Jaksa, dan lain-lain yang berikrar kesetiaan kepada NKRI.

Jika diperhatikan pemaknaan kata tagut yang dilakukan oleh


Aman Abdurrahman dan para mufassir di dalam Tafsīr ibn Kaṡīr,
Tafsīr Fatḥ al-Qadīr, Tafsīr al-Ṭabarī, Tafsīr al-Qurṭūbī, Tafsir fī
Ẓilāl al-Qur‟ān dan Tafsīr al-Miṣbāh didapat kesamaan tipe
penafsiran antara Aman Abdurrahman dan Sayyid Quṭb dalam Tafsir
fī Ẓilāl al-Qur‟ān. Seperti pemaknaan tagut dalam surat al-Baqarah
256, segala sesuatu yang melampaui kesadaran, melanggar
kebenaran, melampaui batas yang telah ditetapkan Allah bagi hamba-
hambanya, tidak berpedoman pada akidah Allah dan tidak
berpedoman pada syariat yang ditentukan Allah.Termasuk di
dalamnya, tatanan dan sistem yang tidak berpijak pada peraturan dan
syariat Allah.

Aman Abdurrahman berpendapat bahwasanya di Indonesia


tidak diterapkan tatanan dan sistem yang benar-benar mengacu
kepada apa yang di syariatkan Allah ta‟ala. UUD 1945, Pancasila dan
Produk-produk hukum lainnya merupakan sebuah hasil kesepakatan

124
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar Jilid 5
(Bogor: Pustaka Imam Syafi‟i, 2004), hal. 60.

66
manusia yang tidak berdasarkan syariat Islam, oleh itu kesemuanya
tersebut masuk dalam kategori tagut dan harus di hindari jika seorang
muslim ingin diakui keislamannya. Jika Aman Abdurrahman dan
golongannya mengaku menjadi kelompok yang paling islami, hal ini
juga perlu manjadi catatan. Bagaimana seorang muslim yang baik
mengkafirkan muslim lainnya yang tidak sepaham, bagaimana juga
seorang muslim tidak mengakui Pancasila yang nilai-nilainya sangat
relevan dengan nilai-nilai dalam al-Quran. Sebagaimana dikatakan
oleh Abdul Hadi WM, hubungan pancasila dengan ajaran etika
agama-agama yang ada di dunia Melayu, khususnya Islam sangatlah
kental. Ada keselarasan antara pancasila dengan Islam, karena
Pancasila merupakan hasil penggalian dari budaya etnik Nusantara
yang memeluk Islam.125

C. Analisis Semantik Kognitif Nick Riemer atas Konsep Tagut Aman


Abdurrahman
Dalam pembahasan ini, peneliti akan membahas empat judul
yang berkaitan dengan konsep tagut Aman Abdurrahman dengan melihat
target konsep, obligation konsep, alat. Juga digunakan semantik mikro
yang terdiri dari metafora, embodiment, skema gambar/ strategi
pencitraan, figur dan latar.

125
A. Ubaedillah, Pancasila, Demokrasi, dan Pencegahan Korupsi (Jakarta:
Prenadamedia Grup, 2015), hal. 37.

67
C.1. Sudahkah Anda Kafir kepada Tagut?126

Data 1,127

‫بسم اهلل الرمحن الرحيم‬


Segala puji hanya bagi Allah Rabbul „Alamin, shalawat dan
salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, para sahabat, para
sahabat dan para pengikutnya sampai akhir kiamat.
Amma ba‟du:
Suatu hal yang mengenaskan adalah realita dimana banyak
orang-orang mengaku Islam dan mereka mengaku pengikut Muhammad
shallallahu „alaihi wa salam, namun mereka tidak mengetahui apa
hakikat al Islam itu dan tidak mengetahui inti dakwah Rasulullah itu.
Hal ini diperparah dengan realita bahwa mereka itu tidak mengetahui
apa itu syirik dan apa jalan-jalan kaum musyrikin yang harus mereka
jauhi...
Sehingga tidak heran bila di antara umat yang mengaku muslim
itu banyak di antara mereka malah menjadi musuh-musuh bagi ajaran
Islam ini, dan mereka loyal kepada musuh-musuh Allah ta‟ala, mereka
menjunjung tinggi syirik dan ajaran syaithan serta mereka berbondong-
bondong dan bersaing untuk menjadi aparat tagut dan syaithan
manusia.

Data nomor 1 diidentifikasi sebagai muqaddimah


„pembukaan‟ dalam tulisannya dari topik bahasannya “sudahkah
anda kafir kepada tagut?”. Dalam bahasan ini terkandung empat hal
yang ingin disampaikannya yaitu: 1) hakikat Islam, 2) inti dakwah
Rasulullah, 3) definisi syirik, dan 4) jalan-jalan kaum musyrikin yang
harus mereka jauhi.

126
Ditulis Selasa Siang 16 Rajab 1428 H, di Lapas Kelas I Sukamiskin, Bandung
oleh Aman Abdurrahman.
127
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 1 paragraf 1, 2, dan 3.

68
1) Hakikat Islam menurut Aman adalah tidak menjadi musuh bagi
musuh ajaran Islam, tidak loyal kepada musuh Allah SWT, dan
tidak menjunjung tinggi syirik dan ajaran Setan.
2) Inti pokok dakwah Rasul menurut Aman adalah
a. ibadah kepada Allah menjauhi semua tagut.
b. Meyakini kalimat tauhid yang berbunyi laa ilaaha illallah
yang artinya tidak ada Tuhan yang haq kecuali Allah.
3) Syirik menurut Aman adalah penyandaran kewenangan
pembuatan hukum selain kepada Allah(data hal 6)
4) Dimensi apa saja yang harus dijauhi oleh kaum muslimin
menurut Aman, dan Jalan-jalan kaum musyrikin yang harus
diketahui, misalnya hukum yang dibuat oleh manusia
berdasarkan kesepakatan dewan perwakilan rakyat.(data hal 1)

Uraian di atas ditinjau dari semantik kognitif merupakan sebuah


struktur target atau komponen sasaran yang perlu disampaikan kepada
masyarakat banyak khususnya umat muslim untuk memahami konsep-
konsep di atas secara benar. Menurut pandangan Aman Abdurrahman,
empat konsep yang dipahami oleh masyarakat pada umumnya saat ini
merupakan konsep yang salah. Ayat yang dijadikan landasan keempat
konsep di atas,

1) surat al-Naḥl ayat 36

ِ ‫ولََق ْد بػعثْػنَا ِيف ُك ّْل أ َُّم ٍة رس ًوال أ َِف ْاعب ُدوا اللَّو و‬
َ ُ‫اجتَنبُوا الطَّاغ‬
ۖ ‫وت‬ ْ ََ ُ َُ ََ َ

“Sesungguhnya Kami telah mengutus seorang rasul bagi setiap


umat(untuk menyerukan): “Beribadahlah kalian kepada Allah dan
jauhilah tagut”. (al-Naḥl: 36).128

Dalam mengutip surat al-Naḥl ayat 36, Aman Abdurrahman


tidak mengutip sepenuhnya dari ayat tersebut. Melainkan hanya
sebagiannya. Ayat lengkapnya berbunyi sebagai berikut,129
128
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 2.

69
‫وت ۖ فَ ِمْنػ ُه ْم َم ْن‬ ِ ‫ولََق ْد بػعثْػنَا ِيف ُك ّْل أ َُّم ٍة رس ًوال أ َِف ْاعب ُدوا اللَّو و‬
َ ‫اجتَنبُوا الطَّا ُغ‬
ْ ََ ُ َُ ََ َ
ِ ‫َّاللَةُ ۖ فَ ِسَتُوا ِيف ْاأل َْر‬
‫ض فَانْظُُروا‬ َ ‫ت َعلَْي ِو الض‬ ِ
ْ ‫َى َدى اللَّوُ َومنْػ ُه ْم َم ْن َح َّق‬
ِ
َ ِ‫ف َكا َف َعاقبَةُ الْ ُم َك ّْذب‬
‫ُت‬ َ ‫َكْي‬

Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada setiap umat:


“Sembahlah Allah dan jauhilah tagut,” maka diantara mereka ada
yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antara mereka telah
pasti atasnya kesesatan. Maka berjalanlah di bumi dan
perhatikanlah bagaimana kesudahan para pendusta. (al-Naḥl: 36)130
2) dan surat al-Anbiyā‟ ayat 25

ِ ‫اعب ُد‬ َٰ ِ ِ ٍ ِ َ ِ‫وما أَرس ْلنَا ِمن قَػبل‬


‫وف‬ ُ ْ َ‫ك م ْن َر ُسوؿ إَِّال نُوحي إِلَْيو أَنَّوُ َال إِلَوَ إَِّال أَنَا ف‬ ْ ْ َ ْ ََ

“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul-pun


melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Ilah (yang
berhak diibadati) kecuali Aku”. (al-Anbiyā‟: 25)131

Bila dilihat secara semantik kognitif khususnya dari aspek


target, Aman Abdurrahman menyampaikan hal yang sudah sesuai
dengan ayat yang ditunjuk. Namun, ada perbedaan di dalam
penafsiran ayat tersebut. Dua Ayat tersebut ditafsirkan oleh Aman
Abdurrahman sebagai satu kesatuan. Surat al-Anbiyā‟ menjelaskan
bahwa semua Rasul telah mendapatkan wahyu dari Allah SWT
berupa kalimat tauhid, dan surat al-Naḥl ayat 36 menjelaskan bahwa

129
Mushaf Famy bi Sauqin, Al-Quran dan Terjemah (Jakarta: Forum pelayan Al-
Quran, 2016).
130
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keselarasan al-Quran
Vol. 7 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 226.
131
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara Dari Balik Penjara: Penyejuk
orang yang beriman, (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 2.

70
Rasul mengajak umatnya untuk beribadah kepada Allah ta‟ala dan
menjauhi tagut. Dalam arti lain kalimat lā ilāha illallāh merupakan
sebuah perintah untuk beribadah kepada Allah SWT yang Esa dan
menjauhi semua bentuk tagut yang ada. Lā ilāha (tidak ada Tuhan
yang hak) atau jauhilah, dan illallāh (kecuali Allah) artinya beribadah
itu hanya ditujukkan kepada Allah SWT dan tidak boleh ditujukkan
selain kepada Allah sang pencipta dunia dan seisinya.

Tagut sendiri secara etimologis dapat dimaknai dengan


beberapa pengertian. Dalam kamus munjid,

‫ الطاغوت ج طواغ و‬.‫ جاوز القدر و احلد‬: ‫(طغا يطغو طغوا و طغوانا‬
،‫ الشيطاف الصارؼ عن طريق اخلَت‬،‫ كل رأس ضالؿ‬،‫ كل متعد‬: ‫طواغيت‬
132
)‫ بيوت األصناـ‬: ‫ الطواغي و الطواغيت‬،‫كل معبود دوف اهلل‬
Dalam kamus al Munawwir tagut diartikan sebagai berhala
latta dan uzza.133 Sedangkan di dalam kamus a dictionary of modern
written Arabic, tagut diartikan sebagai an idol; a false god; seducer;
tempter. 134 Dalam buku al-taṭawur al-dilāli tagut diartikan sebagai
dukun, dan sesembahan selain Allah.135

M. Quraish Shihab dalam tafsirnya al-Miṣbāh menerangkan


bahwa kata tagut dari akar kata yang melampaui batas, kata tersebut
digunakan untuk merujuk kepada hal-hal yang mengacu kepada

132
Fr. Louis Ma‟luf al-Yassu‟i dan Fr. Bernard Tottel al-Yassu‟I, al-Munjid. 1908,
hal. 467.
133
A.W.Munawwir, Kamus al-Munawir Arab-Indonesia terlengkap, (Yogyakarta:
Pondok Pesantren al-Munawwir Krapyak, 1984) Hal. 915
134
Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic, (Beirut: Perpustakaan
Libanon, 1980) Hal 561
135
„Audah Kholil Abu „Audah, al-Taṭawur al-Dilāli:Baina Lugah al-Syi‟ri al-
Jāhili wa Lugati al-Qur‟an al-Karīm (Mesir: Maktabah al-Manār), hal. 329.

71
kebatilan, baik dalam bentuk berhala, ide-ide yang sesat, manusia
durhaka, atau siapapun yang mengajak kepada kesesatan.136 Dengan
melihat beberapa pengertian di atas, kata tagut bisa diartikan sebagai
sesuatu selain Allah yang bisa dijadikan sesembahan, atau bahan
rujukan dalam beribadah.

Menurut „Abd ar-Rohmān bin Ḥasan bin Muhammad bin


„Abd al-Wahhāb dalam kitabnya Fatḥ al-Majīd li syarḥi kitāb at-
Tauhīd, tagut adalah melanggar batas. „Umar ibn al-Khatāb
menambahkan jika tagut adalah setan, dan Malik mengatakan seluruh
sesembahan selain Allah adalah tagut.137

Adapun secara terminologis, pengertian tagut sebagaimana


dikatakan oleh al-Ṭabarī dalam kitab Jāmi‟ al-Bayān „an Ta‟wīl Ayi
al-Qur‟ān sebagaimana dikutip oleh Khairul Ghazali, adalah sesuatu
yang melampaui batas syariat Allah lalu disembah selain-Nya, baik
dengan paksaan atau ketaatan yang berupa manusia, setan, berhala,
atau bentuk ciptaan lain.138 Secara transliterasi penulisan tagut ditulis
dengan “ṭāgūt”, akan tetapi karena sudah menjadi bagian dari bahasa
Indonesia sesuai termaktub dalam KBBI maka penulis menggunakan
tagut. Adapun penggunaan miring pada kata tagut menunjukkan
perbedaan makna antara di KBBI dengan yang dimaksud oleh Aman
Abdurrahman.

136
M. Quraish Shihab, Tafsir al Mishbah: Pesan, kesan dan Keserasian al Quran
vol. 8(Jakarta: Lentera hati, 2002), hal. 456.
137
„Abd ar-Rohmān bin ḥasan bin Muhammad bin „abd al-Wahhāb, Fatḥ al-Majīd
li syarḥi kitāb at-Tauhīd,(Dār al-Muayyad, 2002) hal. 43-45.
138
Khairul Ghazali, Mereka bukan thagut: Meluruskan salah paham tentang
thagut, (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2011), hal.28.

72
Data 2139

Orang yang beribadah kepada Allah ta‟ala akan tetapi dia tidak
menjauhi tagut maka dia belum mengamalkan kandungan makna
laa ilaaha illallah, karena keduanya adalah rukun kalimat tauhid
itu, yang apabila salah satunya tidak terpenuhi maka syahadat laa
ilaaha illallah yang diucapkanya tidak sah, dan bila syahadatnya
tidak sah maka keislamannya tidak sah,

Dalam kutipan di atas, Aman Abdurrahman menjelaskan


tentang keterkaitan kandungan makna kalimat tauhid. Dua kandungan
makna tauhid merupakan sebuah kesatuan, dan menjadi rukun dalam
kalimat tauhid tersebut. Apabila salah satunya tidak diikuti atau di
amalkan maka kalimat tauhid tersebut tidak dapat berdiri. Maka
seseorang yang mengaku telah bersyahadat dengan kalimat tauhid,
namun abai terhadap salah satu di antara dua kandungan makna
tersebut maka keislamannya dipastikan tidak dapat diterima atau
tidak sah.

Ulama lain dalam memberikan pengertian mengenai hakikat


ibadah adalah menunggalkan Allah dalam setiap ibadah dan selalu
dibarengi dengan rasa cinta kepada-Nya. 140 Meskipun beberapa
ulama berpandangan lain, menurut Aman Abdurrahman perintah
kufur kepada tagut dan iman kepada Allah adalah inti dari ajaran
semua rasul yang merupakan pokok dari agama Islam. 141

139
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 2 paragraf 3.
140
Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Benteng Tauhid: Menghindari Perilaku
Syirik Khafi, diterjemahkan Aris Munandar dan Eko Hartono (Yogyakarta: Penerbit
Darussalam, 2004), hal. 22.
141
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman dan Syaikh Abu Muhammad „Ashim al-
Maqdisiy, Aqidah Para Nabi dan Rasul: Penjabaran Realisasi Kalimat Tauhid dalam
Kehidupan (Banten: P-TA Press, 2014), hal.23.

73
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 256.

ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ك بِالْ ُع ْرَوة الْ ُوثْػ َق َٰى َال انْف‬
‫ص َاـ‬ ْ ‫فَ َم ْن يَ ْك ُف ْر بِالطَّاغُوت َويػُ ْؤم ْن بِاللَّو فَػ َقد‬
َ ‫استَ ْم َس‬

‫يم‬ِ ‫َذلا ۖ واللَّو ََِس‬


ٌ ‫يع َعل‬
ٌ ُ َ َ

“Barang siapa yang ingkar kepada tagut, dan beriman kepada Allah,
maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat
kuat yang tidak akan putus. Dan Allah maha mendengar lagi maha
mengetahui”. (al-Baqarah: 256)142

Ketika mengutip surat al-Baqarah ayat 256 Aman


Abdurrahman tidak mengutip keseluruhan ayat, Aman Abdurrahman
hanya menuliskan potongan ayat tersebut. Padahal ayat di atas
mempunyai versi lengkapnya sebagai berikut,143

ِ ُ‫الر ْش ُد ِمن الْغَي ۖ فَمن ي ْك ُفر بِالطَّاغ‬


‫وت‬ ْ َ َْ ّْ َ َ َّ ‫َال ا ْكَر َاه ِيف الدّْي ِن ۖ قَ ْد تَػبَػ‬
ُّ ‫ُت‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ك بِالْ ُع ْرَوة الْ ُوثْػ َق َٰى َال انْف‬
ٌ ‫ص َاـ َذلَا ۖ َواللَّوُ ََس‬
‫يع‬ ْ ‫َويػُ ْؤم ْن بِاللَّو فَػ َقد‬
َ ‫استَ ْم َس‬

‫يم‬ِ
ٌ ‫َعل‬

Ia meninggalkan ayat awal yang berbunyi “tidak ada paksaan


dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas
(perbedaan) antara jalan yang benar dan jalan yang sesat” dan
langsung menyebut, ” Barang siapa yang ingkar kepada tagut, dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang

142
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman dan Syaikh Abu Muhammad „Ashim al-
Maqdisiy, Aqidah Para Nabi dan Rasul: Penjabaran Realisasi Kalimat Tauhid dalam
Kehidupan, hal. 2
143
Mushaf Famy bi Sauqin, Al-Quran dan Terjemah (Jakarta: Forum pelayan Al-
Quran, 2016).

74
kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah
maha mendengar lagi maha mengetahui”. Dalam penjelasannya,
Aman Abdurrahman menyebut tali yang kuat dalam ayat tersebut
dengan al-„urwah al-wuṡqa dan dimaknai sebagai kalimat tauhid. Al-
„urwah adalah ikatan, sedangkan al- Wuṡqa adalah yang amat kokoh,
dan ikatan yang kokoh tersebut adalah tauhid yang tidak akan pernah
144
putus. Ulama lain berpendapat bahwa al-„urwah al-Wuṡqa
diartikan keimanan, bisa juga Islam, dan juga kalimat lā ilāha
illallāh.145

Aman Abdurrahman menegaskan bahwa dua kandungan


dalam kalimat tauhid yang bermakna kafir kepada tagut dan iman
kepada Allah harus dimiliki oleh setiap muslim di manapun berada.
Karena dua rukun ini harus melekat dalam sanubari setiap muslim.
Jika ingin memiliki tali yang kuat sebagaimana disebut dalam surat
al-Baqarah ayat 256 maka harus memegang kuat dua prinsip tersebut.

Menurut M. Quraish Syihab, ayat di atas menegaskan bahwa


tidak ada paksaan dalam menganut keyakinan agama. Allah
menginginkan setiap hambanya merasakan kedamaian. Agama-Nya
dinamakan Islam yang artinya damai. Kedamaian akan datang jika
jiwa damai. Paksaan hanya akan menimbulkan ketidakdamaian dalam
jiwa seseorang. Oleh itu diharapkan memeluk agama Islam dengan
penuh kedamaian. Pada dasarnya setiap yang beragama sudah harus
menerima konsekuensi dari semua aturan di dalam agamanya
sehingga tidak seenaknya dalam beragama. Yang enggan beragama
144
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman dan Syaikh Abu Muhammad „Ashim al-
Maqdisiy, Aqidah Para Nabi dan Rasul: Penjabaran Realisasi Kalimat Tauhid dalam
Kehidupan (Banten: P-TA Press, 2014), hal. 7.
145
Imam Asy Syaukani, Tafsir Fathul Qadir vol 2, Tahqiq dan Takhrij Sayyid
Ibrahim (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), hal. 107.

75
sudah masuk dalam rayuan tagut, namun jika sudah mempunyai
pegangan tali yang kuat, tidak akan pernah bisa lepas dan tergoda
rayuan tagut.146 Umar r.a mengatakan al-jibt berarti sihir dan tagut
berarti setan. Tagut sendiri adalah setan yang mencakup segala
macam kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang Jahiliyah, yaitu
berupa penyembahan berhala, berhukum, dan memohon bantuan
kepadanya.147

Dalam kasus di atas, Aman Abdurrahman sengaja tidak


mencantumkan ayat secara lengkap sehingga kelihatan vonis yang
jelas dalam ayat di atas. Vonis tersebut menjelaskan tentang
keingkaran kepada tagut dan iman kepada Allah menjadi bukti bahwa
seseorang tersebut telah mempunyai pegangan seutas tali yang kuat
dan tidak akan putus bila dijadikan pegangan selama-lamanya. Seutas
tali tersebut adalah kalimat lā ilāha illallāh.

Hal ini juga yang menjadi dasar kelompok Aman


Abdurrahman selama menjalani hukuman di lembaga
pemasyarakatan cenderung menjauh dan menghindar dari hiruk pikuk
napi umum. Bahkan tidak jarang terjadi selisih paham sehingga
menimbulkan konflik dan kerusuhan dengan napi umum. Hal lain
yang menarik, kelompok Aman Abdurrahman tidak mau untuk
melakukan salat berjamaah di masjid lapas, dengan alasan masjid

146
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbāh: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran,
volume 1 (Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2007), hal. 553.
147
Abi al-Fidā Ismā‟il bin „Umar bin Kaṡīr al-Qurasiyyi al-Dimasqi, Tafsīr al-
Qur‟an al- „Aẓim (al-Mamlakah al-„Arabiyah al-Su‟ūdiyyah: Dār toyyibah li al-nasyr wa al-
tauzī‟, 1997), hal. 683.

76
lapas merupakan masjid ḍirōr yang dibangun menggunakan uang
pemerintah tagut.148

Data 3149,

Di dalam ayat tersebut (al Baqarah:256) Allah ta‟ala


mendahulukan kafir kepada tagut terhadap iman kepada Allah
ta‟ala, ini supaya menutup pengakuan orang yang mengatakan
bahwa dirinya telah mengamalkan kalimat tauhid akan tetapi dia
belum kafir kepada tagut.

Dalam data di atas, target konsep yang ingin dikatakan Aman


Abdurrahman adalah mendahulukan kafir kepada tagut sebelum
beriman kepada Allah. Untuk menguatkan pendapatnya mengenai
keharusan mendahulukan kafir kepada tagut terhadap iman kepada
Allah ta‟ala, Aman Abdurrahman menyitir sabda Rasulullah SAW:

150
)‫من قاؿ ال الو إال اهلل و كفر مبا يعبد من دوف اهلل حرـ مالو و دمو (رواه مسلم‬

148
Pengamatan penulis ketika bertugas untuk pembinaan napi teroris di lapas-lapas
seluruh Indonesia.
149
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 3 paragraf 1 dan 2.
150
Menurut penulis, dilihat dari berbagai sumber hadis tersebut mempunyai versi
lengkap sebagai berikut:
‫ َع ْن أَِيب َمالِ ٍك‬، ‫ ثػَنَا يَ ِزي ُد بْ ُن َى ُارو َف‬، ‫ك بْ ِن َم ْرَوا َف‬ ِ ِ‫ ثػَنَا ُزلَ َّم ُد بن َعب ِد الْمل‬، ‫َمحَ ُد بن ُزلَ َّم ِد ب ِن ِزي ٍاد‬
َ ْ ُْ َ ْ ُ ْ ْ ‫َخبَػَرنَا أ‬ ْ ‫(حديث مرفوع) أ‬
‫ َوَك َفَر ِمبَا يػُ ْعبَ ُد‬، َ‫ َم ْن َو َّح َد اللَّو‬: " ‫وؿ‬ ُ ‫ يَػ ُق‬، ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم‬ ِ َ ‫ أَنَّو ََِسع رس‬، ‫ عن أَبِ ِيو‬،‫األَ ْشجعِي سع ِد ب ِن طَا ِرٍؽ‬
َ ‫وؿ اللَّو‬ َُ َ ُ َْ ْ ْ َ ّْ َ
ٍ ِ ِ َّ ِ ِ ِ ِ
‫ َع ْن‬، ‫َمحَ ِر‬ ْ ‫أل‬ ‫ا‬ ‫د‬ ‫ال‬‫خ‬َ ِ
‫َيب‬‫أ‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ، ‫ه‬
‫ر‬ ‫ػ‬‫ي‬‫غ‬ ‫و‬ ، ‫ة‬ ‫ب‬ ‫ي‬‫ش‬ ِ
‫َيب‬ ‫أ‬
ْ َ ُُ ْ َ َ َ َْ َ ُ ْ َ ُ ُ َ َ َّ َ َ َ ‫ن‬ ‫ب‬ ‫ر‬ِ ‫ك‬
ْ ‫ب‬ ‫و‬ ‫َب‬
‫أ‬ ‫اه‬
‫و‬ ‫ر‬ ، " ‫ل‬ ‫ج‬ ‫و‬ ‫ز‬
َّ ‫ع‬ ‫و‬ ‫ل‬ ‫ال‬ ‫ى‬ ‫ل‬
َ َ ُ ُ َ َ ُ ُ َ َ ُ َ ‫م ْن ُدوف اللَّو ُحّْرَـ‬
‫ع‬ ‫و‬ ‫اب‬‫س‬ ‫ح‬ ‫و‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫د‬‫و‬ ‫و‬ُ‫ل‬ ‫ا‬‫م‬
‫ ال‬: ‫اؿ‬ َ َ‫ " َم ْن ق‬: ‫اؿ‬ َ َ‫ ق‬، ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْيوِ َو َسلَّ َم‬ ِِ ِ
َّ ِ‫ أَ ّف الن‬، ‫ بِِإ ْسنَاده‬، ‫ك األَ ْش َجع ّْي‬ ٍ ِ‫ك األَ ْشجعِ ّْي ِمثْػلَو سواء َعن أَِيب مال‬ ٍ ِ‫أَِيب مال‬
َ ‫َِّب‬ َ ْ ً ََ ُ َ َ
ِ ِ ِ ِ ِ
‫َمحَ َد بْ ِن‬ ‫أ‬ ‫ن‬ ‫ب‬ ‫ر‬ ‫ف‬ ‫ع‬ ‫ج‬ ‫ا‬ ‫ن‬‫ػ‬
َ‫ث‬ ، ‫د‬ ‫م‬ ‫زل‬
ْ ُ ْ ُ َ ْ َ َ َّ َُ ُ ْ ُ َّ َ َْ ُ َ ْ ‫ن‬ ‫ب‬ ‫ف‬ ‫ا‬ ‫س‬ ‫ح‬ َ‫أ‬‫ب‬ ‫ػ‬‫ن‬َ
‫أ‬ ، ‫ه‬ ‫و‬ ‫ضل‬
َ ، " ‫و‬ ‫م‬ ‫د‬‫و‬ ‫و‬ُ‫ل‬ ‫ا‬‫م‬
ُ ُ َ َ ُ َ َ ّْ ُ ‫ـ‬‫ر‬‫ح‬ ‫و‬ َّ
‫ل‬ ‫ال‬ ‫وف‬ ُ ْ ُ َ ْ ُ َ َ َ ََ ُ ِ‫إِلَ َو إ‬
‫د‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫د‬ ‫ب‬‫ع‬ ‫ػ‬‫ي‬ ‫ا‬‫مب‬ ‫ر‬ ‫ف‬ ‫ك‬
‫و‬ ‫و‬َّ
‫ل‬ ‫ال‬ ‫ال‬
َِ ‫ وأَنْػبأَ َداو ُد بن ر َشي ٍد‬، ‫َمح ُد بن سه ٍل‬
، ‫َج ًيعا‬ ْ ُ ُ ْ ُ َ َ ْ َ ُ ْ َ ْ ‫ ثػَنَا أ‬، ُّ‫وب الشَّْيبَ ِان‬ َ ‫ ح َوأَنْػبَأَ ُزلَ َّم ُد بْ ُن يَػ ْع ُق‬، َ‫ ثػَنَا َع ْم ُرو بْ ُن ُزَر َارة‬، ‫ص ٍر‬ ْ َ‫ن‬
ِ ِ ٍ ِ ِ ِ ِ
ُ‫ َوَزللُّو‬، ‫ي ََلْ ُُيَّْر ْجوُ ألَِيب َمالك األَ ْش َجع ّْي‬ َّ ‫ إِال الْبُ َخا ِر‬، ُ‫اعة‬ َ ‫ َوا ْجلَ َم‬، ‫َخَر َجوُ ُم ْسل ٌم‬ ْ‫ت أ‬ ٌ ِ‫يث ثَاب‬
ٌ ‫ َوَى َذا َحد‬، ‫َع ْن َم ْرَوا َف َّٔ َذا‬
.‫الص ْد ُؽ‬
ّْ

77
“Barang siapa mengucapkan Laa ilaaha illaallah dan dia kafir
kepada segala yang diibadati selain Allah maka terjagalah harta dan
darahnya.” (HR Muslim dari Abu Malik al Asy Ja‟iy)

Hadis di atas mengaitkan antara pengucapan kalimat tauhid


dengan keterjagaan darah dan harta. Meskipun dalam kandungan
kalimat lā ilāha illallāh sudah ada larangan untuk menyembah tagut,
namun Rasul dalam hadis di atas menekankan sekali lagi pentingnya
kafir terhadap apa yang diibadati selain Allah dengan kalimat, “dan
dia kafir kepada segala yang diibadati selain Allah”.

Kalimat lā ilāha illallāh sendiri mempunyai dua rukun, yaitu:


1) al-Nafyu atau peniadaan: lā ilāha membatalkan syirik dengan
segala bentuknya, dan mewajibkan untuk berbuat kufur kepada apa
yang disembah selain Allah. 2) al-Iṡbāt atau penetapan: illallāh
menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah.
Penetapan ini harus dibarengi dengan pengamalan ajaran-ajaran di
dalamnya dengan semua konsekuensinya. 151 Sedangkan syarat-syarat
lā ilāha illallāh setidaknya ada tujuh: al-„ilm/mengetahui, al-
yaqīn/meyakini, al-ikhlās/ikhlas, al-Ṣidq/jujur, al-Maḥabbah/cinta,
al-Inqiyād/Tunduk dan patuh, dan al-Qabūl/menerima.152

Aman Abdurrahman menambahkan bahwa semua ulama telah


bersepakat bahwa kalimat tauhid atau pengucapan lā ilāha illallāh
tidak akan berguna bila tidak diikuti dengan kafir kepada tagut.

http://library.islamweb.net/hadith/display_hbook.php?bk_no=574&hid=34&pid=1319
69. Diakses pada tanggal 27 Maret 2017.

151
Shalih bin Fauzan al-Fauzan, at-Tauhid li ash-Shaff al-Awwal al-„Ali,
diterjemahkan oleh Agus Hasan Bashori (Jakarta: Darul Haq, 2013), hal. 61-62.
152
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Prinsip Dasar Islam Menurut al-Qur‟an dan as-
Sunnah yang shahih (Bogor: Pustaka at-Taqwa, 2017), hal. 58-67.

78
Aman Abdurrahman mengutip karya Syaikh Sulaimān ibn „Abdillāh
ibn Muhammad ibn „Abd al-Wahhāb sebagaimana dinukil oleh
Syaikh Ali al-Ḥuḍair,153

‫إف النطق ّٔا من غَت معرفة معناىا و ال عمل مبقتضاىا من التزاـ التوحيد و‬

‫ترؾ الشرؾ و الكفر بالطاغوت فإف ذلك غَت نافع باإلَجاع‬

“Sekedar mengucapkan kalimat syahadat tanpa mengetahui


maknanya dan tanpa mengamalkan konsekuensinya yaitu berupa
komitmen dengan tauhid dan meninggalkan syirik akbar serta kafir
kepada tagut, maka sesungguhnya (pengucapan) itu tidak bermanfaat
berdasarkan ijma.”(al- Ḥaqāiq: 8 )

Sebagaimana yang dinukil oleh Tutur dalam penelitiannya


yang berjudul “Kalimatā al-Syahādah” dari Abu Laiṡ al-Samarqand
mengatakan,

‫اعلم أف كلميت الشهادة شلا جيب علي كل مكلف أي ادلكلف بو بعد‬


‫النطق بالشهادتُت و قد صدؽ بقلبو ما َل يعرؼ معناىا (أف يعتٍت لشأهنا‬
‫أي شأف الشهادتُت بل معناىا إذ ىي مثن اجلنة و ادلنقذة) أي النجاة (من‬
154
.‫مهالك الدنيا و األخرى‬
“Ketahuilah bahwa dua kalimat syahadat wajib terhadap tiap-tiap
orang yang sudah terbeban, atau menjadi sebuah pertanggung
jawaban setelah orang itu mengucapkan dua kalimat syahadat
tersebut, dan dia telah percaya dengan hatinya. Meskipun belum
mengetahui dan mengerti artinya(harus kita perhatikan posisinya
atau posisi syahadat tersebut bahkan artinya sekalipun karena

153
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 3.
154
Tutur Ahsanil Mustofa, Kalimatā al-Syahādah(Dirōsah Fīlūlūjiyyah) (Skripsi,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), hal. 20-21.

79
syahadat itu seharga surga dan penyelamat), atau keselamatan dari
kehancuran dunia dan akhirat.”

Sangat jelas dikatakan, setiap muslim harus dengan baik


memahami kalimat syahadat. Karena dengan kalimat Syahadat yang
diucapkan dan dipahami dengan baik bisa menjadi penyelamat dari
kehancuran di dunia dan akhirat. Karena banyak ulama-ulama yang
menekankan pentinganya pemahaman kalimat syahadat, kalimat
tersebut tidak cukup hanya diucapkan dengan lisan tanpa
penghayatan di dalam hati.

Menurut penulis, saat ini banyak fenomena yang membuat


Aman Abdurrahman bersedih, akibat minimnya pemahaman yang
baik bagi umat Islam mengenai dua kalimat syahādat tersebut.
Khususnya pada kalimat Lā ilāha illallāh, yang menjadi kepala dari
kalimat syahadat tersebut. Aman Abdurrahman sangat
menyayangkan masih banyak umat muslim yang berlabel “Islam
KTP”, Islam hanya sebagai identitas keagamaan tanpa dijalankannya
perintah-perintahnya. Masjid hanya ramai ketika waktu-waktu
tertentu, banyak yang berlomba-lomba menunaikan ibadah haji hanya
demi panggilan”pak Haji”. Menurut Aman Abdurrahman, fenomena
ini menjadi penting untuk diperhatikan, dan kewajiban dari sesama
muslim harus saling mengingatkan.

Data 4155

Sedangkan di antara tagut yang harus di jauhi dan kafir kepadanya


adalah hukum atau undang-undang buatan dan para tuhan jadi-
jadian yang membuat hukum tersebut.

155
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 3 paragraf 4 dan hal. 4 paragraf 1.

80
Dalam data di atas, secara semantik kognitif, Aman
Abdurrahman ingin menyampaikan target sasarannya, target tersebut
adalah: 1) penjelasan mengenai tagut yang harus dikafiri dan dijauhi,
2) hukum atau undang-undang jadian merupakan bagian dari tagut,
dan 3) tuhan jadi-jadian merupakan bagian dari tagut.

Menguatkan pendapatnya, Aman Abdurrahman mengutip


firman Allah ta‟ala dalam surat al-Nisā‟ ayat 60 yang berbunyi
sebagai berikut:

ِ ِ َّ ِ
َ ‫آمنُوا ِمبَا أُنْ ِزَؿ إِلَْيك ََ َوَما أُنْ ِزَؿ ِم ْن قَػْبل‬
‫ك‬ َ ‫ين يَػ ْز ُع ُمو َف أَنػَّ ُه ْم‬
َ ‫أَ ََلْ تَػَر إ َىل الذ‬
‫يد الشَّْيطَا ُف‬ ِ ‫يدو َف أَ ْف يػتحا َكموا إِ َىل الطَّا ُغ‬
ُ ‫وت َوقَ ْد أ ُِم ُروا أَ ْف يَ ْك ُف ُروا بِِو َويُِر‬ ُ ‫يُِر‬
ُ َ ََ

ً ِ‫ض َالًال بَع‬


‫يدا‬ ِ ‫أَ ْف ي‬
َ ‫ضلَّ ُه ْم‬ ُ

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku


dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan
kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak
berhakim kepada tagut, padahal mereka telah diperintah
mengingkari tagut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka
(dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.” (al-Nisā : 60)156

M. Quraish Shihab menafsirkan Surat al-Nisā‟ ayat 60 dengan


menunjukkan bahwa ayat tersebut mengajak nabi Muhammad SAW
dan kaum muslimin memperhatikan dengan sungguh-sungguh
keadaan orang-orang munafik. Mereka yang berasal dari ahli Kitab
yang juga mengaku beriman kepada al-Qur‟an, Taurat dan Injil
enggan untuk menjadikan Nabi Muhammad sebagai hakim dalam
menyelesaikan permasalahan mereka. Justru mereka lebih memilih
156
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara Dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman, hal. 4.

81
tagut yakni sistem hukum atau orang-orang yang bertentangan
dengan ajaran Islam. Padahal sejatinya mereka sudah mengetahui
perintah untuk menjauhi dan mengingkari tagut namun setan terus
mempengaruhi mereka sehingga tidak lagi menemukan jalan yang
benar.157

Ayat di atas tidak menyatakan bahwa mereka (orang-orang


munafik) percaya kepada Nabi Muhammad, tapi menyatakan mereka
beriman kepada apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad.
Karena, konteks yang ingin ditekankan dalam rangkaian ayat ini
adalah kewajiban mengembalikan segala perselisihan kepada apa
yang diturunkan Allah SWT, bukan kepada orang siapaun dia.158

Aman Abdurrahman berpendapat ayat di atas menunjukkan


bahwa Allah meniadakan dan menghilangkan iman dari setiap
individu yang tidak berhukum dengan hukum Allah dan berhukum
kepada tagut. Aman Abdurrahman sangat melarang kepada kaum
muslimin untuk mengikuti tuhan jadi-jadian, begitu juga untuk tidak
mengikuti hukum-hukum atau undang-undang buatan tuhan-tuhan
jadian tersebut. Apabila kaum muslimin tetap melakukan hal tersebut,
Allah akan menghilangkan keimanan mereka dari hati mereka dan
Allah dengan sendirinya menghukumi sebagi seorang pembohong
karena mereka hanya mengklaim dirinya beriman padahal tidak.

Semua bentuk produk hukum, bentuk ideologi sebuah negara,


falsafah negara, ideologi negara dan lain sebagainya yang tidak ada
acuannya di dalam kitab al-Qur‟an merupakan sebuah tagut yang
157
M. Quraish Shihab, Tafsir al Mishbah: Pesan, kesan dan Keserasian al Quran
vol. 2, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 488.
158
M. Quraish Shihab, Tafsir al Mishbah: Pesan, kesan dan Keserasian al Quran
vol. 2, hal. 488.

82
wajib untuk ditinggalkan dan dikafirkan. Karena Allah sendiri tidak
pernah mengajarkan kepada umat manusia segala bentuk hukum
selain yang sudah tertera di dalam al-Qur‟an.

Aman Abdurrahman dalam pengajarannya sangat keras dalam


menyebut selain yang berasal dari Allah, baik itu produk hukum,
ideologi dan falsafah negara, dan lainnya sebagai tuhan tandingan
yang dikenal dengan tagut. Sehingga hal ini sangat menjadi perhatian
Aman, dan selalu didoktrinkan kepada para jamaahnya baik melewati
tatap muka, ataupun menggunakan jejaring dunia maya, baik website,
facebook, twitter, youtube dan jejaring sosial lainnya.159

Aman Abdurrahman menyebut di antara bentuk kafir kepada


tagut adalah:160

1. Tidak mengibadatinya,
2. Tidak mengikutinya,
3. Tidak mentaatinya,
4. Tidak menyetujuinya,
5. Tidak loyalitas kepadanya,
6. Tidak mencintainya,
7. Tidak membelanya,
8. Tidak merujuk kepadanya, dan
9. Tidak memutuskan dengannya.

Sedangkan sikap-sikap yang berkebalikan dengan hal-hal


yang disebut di atas merupakan bentuk iman kepada tagut dan hal

159
Muhammad AS Hikam, Deradikalisasi: Peran Masyarakat Sipil Indonesia
Membendung Radikalisme (Jakarta: Penerbit buku Kompas, 2016), hal. 13.
160
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 4.

83
tersebut merupakan sikap yang membatalkan kalimat lā ilāha
illallāh. Hal lain yang ditekankan oleh Aman Abdurrahman adalah
permasalahan yang berkaitan dengan peribadatan kepada tagut
hukum. Aman Abdurrahman memberi definisi tentang ibadah kepada
tagut hukum sama halnya dengan menerima selain Allah sebagai
pembuat hukum, atau dengan definisi lain menyandarkan
kewenangan pembuatan hukum kepada selain Allah ta‟āla, kemudian
mengimani dan berkomitmen dengan produk hukum tersebut.
Memperkuat argumennya, Aman Abdurrahman menyebut firman
Allah dalam surat al-Taubah ayat 31 yang berbunyi:

‫يح ابْ َن َم ْرََيَ َوَما أ ُِم ُروا إَِّال‬ ِ ِ ِ ِ


ْ ‫َّاَّتَ ُذوا أ‬
َ ‫َحبَ َارُى ْم َوُرْىبَانَػ ُه ْم أ َْربَابًا م ْن ُدوف اللَّو َوالْ َمس‬
ِ ‫لِيػعب ُدوا إِ ََٰذلا و‬
‫اح ًدا ۖ َال إَِٰلَوَ إَِّال ُى َو ۖ ُسْب َحانَوُ َع َّما يُ ْش ِرُكو َف‬َ ً ُْ َ

“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka


sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al
Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah
Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain
Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”(al-
Taubah: 31)161

Dalam ayat di atas ada beberapa vonis yang dijatuhkan oleh


Allah kepada kaum Nasrani, Aman Abdurrahman merangkum vonis
tersebut sebagai berikut:162

1. Mereka mempertuhankan alim ulama dan para rahib mereka,


2. Mereka beribadah kepada alim ulama dan para rahib,

161
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 4.
162
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman, hal. 5.

84
3. Mereka melanggar kalimat lā ilāha illallāh,
4. Mereka musyrik,
5. Mereka para alim ulama dan para rahib memposisikan diri
sebagai arbāb (tuhan-tuhan pengatur).

Vonis yang diberikan oleh Allah kepada kaum Nasrani bukan


karena perbuatan mereka dengan salat, sujud dan memohon kepada
para rahib dan alim ulama, melainkan karena mereka sudah
menyandarkan kewenangan pembuatan hukum kepada para ulama
dan rahib tersebut. Aman Abdurrahman mengisahkan kepada seluruh
kaum muslimin tentang hadis Nabi yang berkaitan dengan tafsir surat
al-Taubah ayat 31 yaitu hadis Nabi yang dihasankan sanadnya oleh
Ibnu Taimiyyah dari Ibnu Hatim:

“saat ia datang kepada nabi SAW sedang ia masih Nasrani, dia


mendengar nabi SAW membaca ayat tersebut, maka ia berkata:
“Kami tidak mengibadati mereka (alim ulama dan pendeta)”, maka
Rasulullah SAW berkata: “bukankah mereka itu menghalalkan apa
yang telah Allah haramkan terus kalian (ikut) menghalalkannya pula,
dan bukankah mereka mengharamkan apa yang telah Allah halalkan
dan terus kalian (ikut) mengharamkannya? „Adiy berkata: “Ya
benar,” maka rasulullah SAW berkata: “itulah peribadatan kepada
mereka itu”.

M. Quraish Syihab dalam tafsirnya mengenai ayat di atas,


yakni mereka para ahl al-Kitab menjadikan ahbar mereka atau
ulama Yahudi, dan rahib yakni ulama Nasrani sebagai tuhan selain
Allah, mereka juga mempertuhankan al-Masih putra Maryam;
padahal baik orang Yahudi maupun Nasrani tidak disuruh oleh
tuntunan agama dan akal kecuali hanya menyembah kepada Allah
SWT. Rasul SAW menjelaskan bahwa menjadikan para ahbar dan
rahib-rahib sebagai tuhan berarti mengikuti ketetapan-ketetapan
mereka yang dipastikan bertentangan dengan Allah. Dengan arti lain

85
mereka menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.
(H.R Ahmad dan at Tirmidzi).163

Peribadatan dalam ayat di atas diartikan Aman Abdurrahman


sebagai bentuk penyandaran kewenangan perbuatan hukum kepada
alim ulama dan pendeta, ini sangat bertentangan dengan beberapa
firman Allah di bawah ini yang menerangkan jika kewenangan
pembuatan hukum hanyalah Allah SWT, Aman Abdurrahman
menguatkan argumennya dengan mengutip ayat-ayat sebagai berikut:

‫احلُ ْك ُم إَِّال لِلَّ ِو‬


ْ ‫إِ ِف‬

“Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah”.(al-An‟am: 57)


Ayat di atas dalam versi lengkapnya sebagai berikut,

‫قُ ْل ا ّْن َعلَ َٰى بَػيّْػنَ ٍة ِم ْن َّرّْيب َوَك َّذبْػتُ ْم بِِو ۖ َما ِعْن ِدي َما تَ ْستَػ ْع ِجلُو َف بِِو ۖ ا ِف‬
‫ُت‬ِِ ُّ ‫احلُ ْك ُم اَّال لِلَّ ِو ۖ يَػ ُق‬
َ ‫احلَ َّق ۖ َوُى َو َخيْػ ُر الْ َفاصل‬
ْ ‫ص‬ ْ
Katakanlah: "Sesungguhnya aku berada di atas hujjah yang nyata
(Al Quran) dari Tuhanku, sedang kamu mendustakannya. Tidak ada
padaku apa (azab) yang kamu minta supaya disegerakan
kedatangannya. Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia
menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang
paling baik".

‫اخلَلْ ُق َو ْاأل َْم ُر‬


ْ ُ‫أََال لَو‬

“Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak


Allah.”(al-A‟raf: 54)
Ayat di atas dalam versi lengkapnya sebagai berikut,

163
M. Quraish Shihab, Tafsir al Mishbah: Pesan, kesan dan Keserasian al Quran
vol. 5, (Jakarta: Lentera hati, 2002), hal 579.

86
ٍ ِ ِ َ ‫موت و ْاالر‬
ْ َّ‫ض ِيف ستَّة ايَّاـ ُُث‬
‫استَػ َو َٰى َعلَى‬ ْ َ
ِ ‫الس‬َّ ‫ا َّف َربَّ ُك ُم اللَّوُ الَّ ِذي َخلَ َق‬
‫وـ ُم َس َّخَر ٍت‬
َ ‫ُّج‬
ُ ‫س َوالْ َق َمَر َوالن‬
َ ‫َّم‬
ْ ‫الش‬‫و‬
َّ ‫ا‬‫يث‬
ً ِ‫الْعر ِش يػغْ ِشي الّيل النػَّهار يطْلُبو حث‬
َ ُُ َ َ َ َ ْ ُ َْ
ِ ُّ ‫اخلَْلق و ْاالمر ۖ تَػبػرَؾ اللَّو ر‬ ِ ِ
‫ُت‬
َ ‫ب الْ َعالَم‬ َ ُ َ َ ُ ْ َ ُ ْ ُ‫با ْم ِره ۖ اَال لَو‬
“Sungguh, Tuhanmu (adalah) Allah yang menciptakan langit dan
bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia
menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat.
(Dia ciptakan) matahari, bulan dan bintang-bintang tunduk kepada
perintah-Nya. Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi
hak-Nya. Maha Suci Allah, Tuhan seluruh alam.”(al-A‟raf: 54)

‫احلُ ْك ُم َوإِلَْي ِو تُػ ْر َجعُو َف‬


ْ ُ‫ُوىل َو ْاْل ِخَرةِ ۖ َولَو‬ ْ ُ‫َوُى َو اللَّوُ َال إَِٰلَوَ إَِّال ُى َو ۖ لَو‬
َٰ َ ‫احلَ ْم ُد ِيف ْاأل‬

“Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)


melainkan Dia, bagi-Nyalah segala puji di dunia dan di akhirat, dan
bagi-Nyalah segala penentuan hukum dan hanya kepada-Nyalah
kamu dikembalikan.”(al-Qaṣaṣ: 70)164

‫وىا أَنْػتُ ْم َوآبَا ُؤُك ْم َما أَنْػَزَؿ اللَّوُ َِّٔا ِم ْن‬ ْ ‫َما تَػ ْعبُ ُدو َف ِم ْن ُدونِوِ إَِّال أ‬
َ ‫ََسَاءً ََسَّْيتُ ُم‬
ِ ِ
‫ّْين الْ َقيّْ ُم‬ َ ‫احلُ ْك ُم إَِّال للَّ ِو ۖ أ ََمَر أََّال تَػ ْعبُ ُدوا إَِّال إِيَّاهُ ۖ َٰذَل‬
ُ ‫ك الد‬ ْ ‫اف ۖ إِ ِف‬
ٍ َ‫سلْط‬
ُ
ِ ‫َوَٰلَ ِك َّن أَ ْكثَػَر الن‬
‫َّاس َال يَػ ْعلَ ُمو َف‬

“Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia memerintahkan


agar kamu tidak beribadah kecuali kepada Dia.” (Yusuf: 40)165

164
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 6.
165
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman, hal. 6.

87
Menurut Aman Abdurrahman jika seorang muslim telah
menyandarkan kewenangan pembuatan hukum selain kepada Allah
SWT, maka muslim tersebut telah menyekutukan Allah. Untuk
menguatkan argumennya, Aman Abdurrahman mengutip ayat-ayat
sebagai berikut:

ِْ ‫صر بِِو وأ‬


ِ ِ ‫السماو‬ ِ ِ
ۖ ‫ََس ْع‬ ِ ‫ات َو ْاأل َْر‬
َ ْ ْ‫ض ۖ أَب‬ ُ ‫قُ ِل اللَّوُ أ َْعلَ ُم مبَا لَبثُوا ۖ لَوُ َغْي‬
َ َ َّ ‫ب‬
ِِ ٍّ ِ‫َما َذلُ ْم ِم ْن ُدونِِو ِم ْن َو‬
َ ‫ِل َوَال يُ ْش ِرُؾ ِيف ُح ْكمو أ‬
‫َح ًدا‬

“dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam


putusan-Nya.” (al-Kahfi: 26)166

Dalam qirāah Ibnu Mutawatir dibaca,

‫وال تشرؾ يف حكمو أحدا‬

“dan janganlah kamu menyekutujan seorangpun di dalam hukum-


Nya.”

ِ ِ ِ
ْ ‫أ َْـ َذلُ ْم ُشَرَكاءُ َشَر ُعوا َذلُ ْم م َن الدّْي ِن َما ََلْ يَأْذَ ْف بِو اللَّوُ ۖ َولَ ْوَال َكل َمةُ الْ َف‬
‫ص ِل‬

‫يم‬ِ ‫ضي بػيػنػهم ۖ وإِ َّف الظَّالِ ِمُت َذلم ع َذ‬


ِ
ٌ ‫اب أَل‬
ٌ َ ُْ َ َ ْ ُ َ َْ َ ‫لَ ُق‬

“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang


mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?”(al-
Syūra: 21)167

166
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara Dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman, hal. 6.
167
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara Dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman, hal. 6.

88
Aman Abdurrahman mengaitkan ayat-ayat di atas dengan
kondisi bangsa-bangsa yang menggunakan sistem demokrasi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Aman Abdurrahman menyebut
sistem tersebut dengan sebutan “dīn (ajaran)”. Ia menegaskan jika di
dalam dīn demokrasi, dīn undang-undang dasar 1945, dīn pancasila,
dan dīn-dīn lainnya yang berhak membuat peraturan perundang-
undangan dan hukum adalah mereka yang duduk di Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) dan Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR) yang sudah dipastikan menjadi tempat peribadatan kaum
musyrikin. Bahkan salah satu napi teroris mengatakan tentang
demokrasi, menurutnya di dalam sistem demokrasi antara ulama dan
pelacur mempunyai kedudukan dan suara yang sama.

Ada tiga permasalahan yang Aman Abdurrahman pertanyakan


dalam menanggapi kasus di atas:

1. Apakah para anggota dewan yang dipundaknya amanat dari


rakyat sudah kafir kepada tagut?
2. Apakah orang-orang yang mempercayai dan memberikan
kewenangan kepada anggota dewan sudah kafir kepada tagut?
3. Dan apakah orang-orang yang mendukung demokrasi itu sudah
kafir kepada tagut?

Jika melihat surat al-Taubah ayat 31, andai saja penyandaran


kewenangan pembuatan hukum kepada para ulama dan ahli ibadah
dan orang-orang yang menyetujui hal tersebut divonis dengan
musyrik, bagaimana halnya dengan penyandaran kewenangan
pembuatan hukum kepada orang yang lebih busuk daripada ulama,
ahli ibadah, dan pendeta?

89
Aman Abdurrahman mengutip qaul Syaikh Muhammad al-
Amīn al-Syinqitī yang berkata: “Bahwa setiap orang yang mengikuti
aturan, undang-undang dan hukum yang menyelisihi apa yang
disyariatkan Allah lewat lisan Rasul-Nya SAW, maka itu musyrik
kepada Allah, kafir lagi telah menjadikan apa yang diikutinya itu
sebagai rabb (tuhan).” (al-hākimiyah fī Tafsīr Aḍwā al-Bayān).

Atas hal tersebut, Aman Abdurrahman menghimbau,

“wahai anggota dewan, para pengurus partai yang berkecimpung di


dalam demokrasi serta semua pendukung agama syirik demokrasi,
bersegaralah kalian berlepas diri darinya sebelum datang hari
penentuan yang mana semua alasan yang kalian utarakan dan semua
syubhat dan dalih yang dilontarkan ulama sesat kalian dalam rangka
melegalkan atau menganggap ringan apa yang kalian lakukan semua
itu tidak berguna lagi di hadapan Allah ta‟ala.”

Aman Abdurrahman mengibaratkan peringatan dan


himbauannya sesuai dengan firman Allah yang berbunyi:

“Kelak kalian akan ingat kepada apa yang saya katakan kepada
kalian.” (al-Mu‟min: 44)168

Aman Abdurrahman menggunakan istilah “peribadatan” bagi


penerapan sebuah hukum. Sikap patuh, taat, dan menyetujui sebuah
hukum merupakan bentuk peribadatan terhadap hukum tersebut.
Aman Abdurrahman mengibaratkan dan menyamakan hal tersebut
dengan permasalahan keharaman bangkai. Zaman dahulu bangkai
merupakan ajaran musyrik dan dianggap sebagai sembelihan Allah
yang kemudian dihalalkan. Orang-orang musyrik tersebut melakukan

168
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 7.

90
syubhat kepada kaum muslimin untuk ikut mendapatkan persetujuan
mengenai kehalalan bangkai tersebut. Aman menyitir firman Allah,

ِ ِ ِ ِ ِ
‫وحو َف‬ َ ‫اس ُم اللَّو َعلَْيو َوإِنَّوُ لَف ْس ٌق ۖ َوإِ َّف الشَّيَاط‬
ُ ُ‫ُت لَي‬ ْ ‫َوَال تَأْ ُكلُوا شلَّا ََلْ يُ ْذ َك ِر‬
‫وى ْم إِنَّ ُك ْم لَ ُم ْش ِرُكو َف‬ ِ ِ ِِ
ُ ‫إِ َ َٰىل أ َْوليَائ ِه ْم ليُ َجادلُوُك ْم ۖ َوإِ ْف أَطَ ْعتُ ُم‬

“Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak


disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya
perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya
syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka
membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya
kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.”(al
An‟ām:121)169
Menurut M. Qurais Shihab, ada tiga pendapat popular di
kalangan ulama tentang posisi di atas. Pendapat pertama, tidak halal
memakan sesembelihan yang tidak menyebut nama Allah ketika
menyembelihnya, baik sengaja ataupun lupa. Pendapat ini
dikemukakan oleh Daud al-Ẓāhiri. Pendapat kedua, penyebutan nama
Allah dalam menyembelih bukanlah wajib, tapi anjuran. Jika tidak
disebutkan nama Allah baik sengaja maupun lupa tidak membuat
sembelihan yang halal itu menjadi haram. Yang berpendapat ini
Imām Syāfi‟I, Imām Mālik, dan Ahmad Ibn Hanbal, menurut satu
riwayat. Sedangkan pendapat ketiga, tidak terlarang memakannya
bila lupa, tetapi haram memakannya bila meninggalkan penyebutan

169
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 7.

91
nama Allah dengan sengaja. Pendapat terakhir ini diikuti oleh
penganut mazhab Ahmad Ibn Hanbal dan Abu Hanīfah.170

Dari peristiwa di atas, Allah menghati-hatikan kaum muslimin


dari ajakan-ajakan mereka, dan Allah memastikan akan mencap
mereka sebagai musyrik bila mengikuti ajakan orang-orang musyrik
tersebut. Aman Abdurrahman kemudian mengutip al-Ḥākim ketika
meriwayatkan dari Ibnu „Abbās dengan sanad yang ṣaḥīh bahwa
kaum musyrikin mendebat kaum muslimin perihal hukum bangkai,
mereka mengatakan:

“Apa yang kalian sembelih halal sedang apa ang Allah sembeih
kalian katakana haram, berarti sembelihan kalian adalah lebih baik
daripada sembelihan Allah”, kemudian Allah menurunkan ayat “Dan
jika kamu menuruti mereka sesungguhnya kamu tentulah menjadi
orang-orang musyrik.”

Aman Abdurrahman melontarkan kepada kaum muslimin dua


pertanyaan mengenai hal di atas:

1. Jika orang yang menyetujui sebuah hukum yang menyelisihi


hukum Allah divonis musyrik, bagaimana dengan orang-orang
yang menyetujui dan mematuhi banyak hukum selain hukum
Allah?
2. Bagaimana nasib orang yang menyetujui penyandaran
kewenangan pembuatan hukum kepada wakil rakyat sebagaimana
halnya di dalam agama demokrasi dan UUD?

170
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an
vol. 4 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 272.

92
Aman Abdurrahman menyatakan bahwa Allah memvonis
murtad bagi siapa saja yang mengaku muslim, namun telah
menyatakan kesetiaan akan mematuhi dan mentaati urusan kekafiran
orang-orang kafir dan berhukum dengan hukum kafir tersebut, ini
sangat relevan dengan firman Allah dalam surat Muhammad ayat 25-
28:

ۖ ‫أَد بَا رِ ِى ْم ِم ْن بػَ ْع دِ مَ ا تػَ َبػ َُّتَ َذلُمُ ا ْذلُ َد ى‬ْ ‫ين ْارتَ ُّد وا عَ لَ َٰى‬
ِ َّ ِ
َ ‫إ َّف ا ل ذ‬
ِ ِ ِ َ ِ‫ ذََٰ ل‬# ‫أَم لَ َٰى َذلُم‬
‫ين‬َ ‫ك ب أَنػَّ ُه ْم قَا لُوا ل لَّذ‬ ْ ْ ‫الش يْ طَا ُف َس َّو َؿ َذلُ ْم َو‬ َّ
َّ ِ
ُ‫ض ْاأل َْم ر ۖ َوال ل وُ يػَ عْ لَم‬ ِ ‫َك رِ ُى وا مَ ا نػَ َّز َؿ ال لَّوُ َس نُطِ يعُ ُك ْم ِيف بػَ ْع‬
َ ‫ض رِبُو َف ُو ُج‬
‫وى ُه ْم‬ ْ َ‫ف إِذَ ا تػَ َوفػَّ تْػ ُه مُ ا لْ َم َال ئِ َك ةُ ي‬ َ ْ‫ فَ َك ي‬# ‫إِ ْس َر َار ُى ْم‬
ِ
‫ط ال لَّوَ َو َك رِ ُى وا‬
َ ‫خ‬َ ‫َس‬ ْ ‫ك بِأَنػَّ ُه مُ ا تػَّ بػَ عُ وا مَ ا أ‬ َ ‫ ذََٰ ل‬# ‫ار ُى ْم‬ َ َ‫أَد ب‬
ْ ‫َو‬
‫ط أَعْ َم ا َذلُ ْم‬ َ َ‫َح ب‬ ْ ِ‫ر‬
ْ ‫ض َوا نَوُ فَأ‬
“Sesungguhnya orang-orang yang murtad ke belakang (kepada
kekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, syaithan telah
menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan
angan-angan mereka. Yang demikian itu karena sesungguhnya
mereka (orang-orang munafik) itu berkata kepada rang-orang yang
benci kepada apa yang diturunkan Allah (orang-orang Yahudi):
“Kami akan mematuhi kamu dalam beberapa urusan”, sedang Allah
mengetahui rahasia mereka. Bagaimanakah (keadaan mereka)
apabila malaikat mencabut nyawa mereka seraya memukul-mukul
muka mereka dan punggung mereka? Yang denikian itu adalah
karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan
kemurkaan Allah dank arena mereka membenci keridloan-Nya, sebab
itu Allah menghapus (pahala) amal-amal mereka.” (Muhammad: 25-
28)171
Menurut M. Quraish Shihab ayat di atas menjelaskan tentang
ketertutupan hati kaum munafik, mereka yang mundur dari

171
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 8.

93
peperangan dengan murtad karena terpedaya bujuk rayu setan.
Keberpalingan mereka itu disebabkan keyakinan mereka kepada
orang-orang yang benci terhadap apa yang diturunkan Allah yakni
orang-orang Yahudi dari Bani al-Nażīr dan Bani Quraizah atau kaum
musyrikin Makkah yang mempunyai hubungan dengan musuh Islam
di Madinah bahwa: “Kami berjanji akan mematuhi kamu dalam
beberapa urusan antara lain tidak ikut berperang sebagaimana anjuran
nabi Muhammad, mereka tidak sadar bahwa Allah mengetahui
rahasia-rahasia mereka.172

Ayat-ayat di atas mengandung dua hal: Pertama, pada


akhirnya mereka akan mati, dan kedua, bahwa kematian mereka
kelak akan sangat berat dan menyedihkan.173 Sekuat-kuatnya mereka
pada akhirnya akan merasakan betapa sakit ketika malaikat mencabut
ruh mereka karena perbuatan mereka selama hidup di dunia. Allah
mendekatkan kepada mereka rasa sakit yang luar biasa.

Bila hal di atas merupakan sebuah vonis kepada orang yang


baru mengatakan akan mematuhi sebagian hukum atau undang-
undang buatan (tagut). Bagaimana halnya dengan orang-orang yang
mengatakan ikrar kesetiaan kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) berdasarkan pancasila dan UUD 1945?

Aman Abdurrahman mencontohkan dengan Ikrar PNS ketika


dilantik, kemudian membandingkan dengan ungkapannya tentang
sumpah itu.

172
M. Quraish Shihab, Tafsir al Mishbah: Pesan, kesan dan Keserasian al Quran
vol. 13 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 149.
173
M. Quraish Shihab, Tafsir al Mishbah: Pesan, kesan dan Keserasian al Quran
vol. 13 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 150.

94
“Demi Allah, saya bersumpah: Bahwa saya untuk diangkat menjadi
Pegawai Negeri Sipil akan setia dan taat sepenuhnya kepada
Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah.
Bahwa saya akan mentaati segala peraturan perundang-undangan
yang berlaku…”174

Menurut Aman Abdurrahman sumpah itu bermakna “Demi


Allah saya bersumpah akan iman sepenuhnya kepada tagut dan kafir
kepada Allah!!!”

Dalam sumpah PNS di atas yang berisi ikrar kesetiaan kepada


Pancasila, UUD 1945, dan pemerintah oleh Aman Abdurrahman
diartikan dan disamakan dengan ikrar kepada tagut dan kafir. Karena
Aman Abdurrahman berpandangan, seorang muslim harus berikrar
dan hanya dibolehkan berikrar kepada Allah SWT. Tidak ada
tuntunan lain yang boleh diikuti dan dijadikan pedoman selain al-
Qur‟an. Aman Abdurrahman berpendapat diantara bentuk kafir
kepada tagut hukum adalah tidak loyalitas kepadanya. Dalam artian
tidak menjadikan para pemerintah tagut sebagai pemimpin dan
pelindung, pemimpin dan pelindung hanyalah Allah SWT. Bagi
kaum muslim yang menjadikan para tagut sebagai pemimpin, padahal
muslim tersebut mengetahui jika pemerintah tagut berhukum dengan
hukum buatan dalam hal ini Demokrasi, Pancasila, UUD 1945

174
Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara nomor 7 tahun 2017 tanggal 15
Juni 2017 tentang Tata cara pelantikan dan pengambilan sumpah/janji jabatan administrator,
jabatan pengawas, jabatan fungsional, dan jabatan pimpinan tinggi.
Demi Allah saya bersumpah:
Bahwa saya, akan setia dan taat kepada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 serta akan menjalankan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-
lurusnya, demi dharma bakti saya kepada bangsa dan Negara;
Bahwa saya dalam menjalankan tugas jabatan, akan menjunjung etika jabatan, bekerja
dengan sebaik-baiknya, dan dengan penuh rasa tanggung jawab;
Bahwa saya, akan menjaga intehritas, tidak menyalahgunakan kewenangan, serta
menghindarkan diri dari perbuatan tercela;”

95
mereka masuk golongan kafir. Sebagaimana firman Allah dalam
surat al-Baqarah ayat 257:

‫ين َك َف ُروا‬ ِ َّ ِ ِ ِ ُّ ِ ِ ِ َّ ُّ ِ‫اللَّو و‬


َ ‫آمنُوا ُُيْر ُج ُه ْم م َن الظلُ َمات إ َىل النُّور ۖ َوالذ‬
َ ‫ين‬
َ ‫ِل الذ‬ َ ُ
ِ ِ
َ ِ‫وت ُُيْ ِر ُجونَػ ُه ْم م َن النُّوِر إِ َىل الظُّلُ َمات ۖ أُوَٰلَئ‬
ِ
‫اب‬
ُ ‫َص َح‬
ْ‫كأ‬ ُ ‫أ َْوليَ ُاؤُى ُم الطَّا ُغ‬
‫النَّا ِر ۖ ُى ْم فِ َيها َخالِ ُدو َف‬

“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan


mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan
orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang
mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan
(kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.” (al-Baqarah: 257)175
Berdasarkan ayat di atas, Aman Abdurrahman melarang umat
muslim untuk memilih calon pemimpin baik Bupati/walikota,
Gubernur, atau Presiden yang tidak ingin menegakkan hukum Allah.
Barang siapa yang tetap memilih calon pemimpin yang tidak
menegakkan hukum Allah maka dianggap sebagai orang kafir.
Kedudukan pemimpin atau penguasa yang tidak menggunakan
hukum Allah berarti bukan ūlil amr bagi umat muslim dan status
kepemimpinannya tidak sah.

Bentuk lain dari kafir terhadap tagut hukum adalah tidak


membela dan tidak berjuang di jalannya, karena bagi pembela tagut
hukum termasuk dalam golongan kafir. Hal ini sesuai dengan firman
Allah:

175
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 9.

96
‫ين َك َف ُروا يػُ َقاتِلُو َف ِيف َسبِ ِيل‬ ِ َّ ِ ِ ِ ِ ِ َّ
َ ‫آمنُوا يػُ َقاتلُو َف يف َسب ِيل اللَّو ۖ َوالذ‬ َ ‫ين‬َ ‫الذ‬
‫ضعِي ًفا‬ ِ َ‫وت فَػ َقاتِلُوا أَولِياء الشَّيط‬
ِ َ‫اف ۖ إِ َّف َكي َد الشَّيط‬ ِ ُ‫الطَّاغ‬
َ ‫اف َكا َف‬ ْ ْ ْ ََْ
“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-
orang yang kafir berperang di jalan tagut, sebab itu perangilah
kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu
adalah lemah.” (al-Nisā‟: 76)176

Dalam menanggapi ayat di atas yang berkaitan dengan


larangan untuk membela, melindungi, menjaga, dan mengokohkan
ajaran tagut karena termasuk golongan kafir, Aman Abdurrahman
menyoroti perilaku penegak hukum di Indonesia. Baik dari kalangan
kepolisian, TNI, Badan Intelijen atau lainnya yang terus membela
dan melindungi ajaran dan pemerintah tagut. Mereka seakan tunduk
dan patuh kepada berhala UUD yang jelas merupakan tagut. Aman
mengutip salah satu pasal dalam UUD 1945 yang sudah di
amandemen. Dalam bab 12 pasal 30 ayat 3 UUD 1945 “TNI terdiri
dari AD, AL, dan AU sebagai alat Negara bertugas mempertahankan,
melindungi dan memelihara keutuhan dan kedaulatan Negara.”
Sedangkan di ayat 4 dinyatakan “Kepolisian Negara Republik
Indonesia sebagai alat Negara yang menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani
masyarakat serta menegakkan hukum.”

Ikrar di atas menjadi sangat janggal, Aman Abdurrahman


memberikan pertanyaan mengenai ikrar di atas:

1. Negara apa yang dilindungi? Negara dengan hukum Allah atau


hukum tagut?

176
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 10.

97
2. Hukum apa yang ditegakkan? hukum Allah atau hukum tagut?
3. Kenapa membela hukum tagut, padahal sang pencipta adalah
Allah?
4. Apakah tidak sadar jika hukum tagut menjerumuskan ke dalam
neraka jahannam?

Menurut Aman Abdurrahman bila sedikit saja cenderung


kepada orang zalim diancam Allah ta‟ala dengan api neraka,
bagaimana jika cenderungnya banyak? Hal ini sesuai dengan firman
Allah ta‟ala:

Surat Hūd ayat 113,

ِ ِِ ِ ِ ِ َّ ِ
َ‫َّار َوَما لَ ُك ْم م ْن ُدوف اللَّو م ْن أ َْوليَاء‬
ُ ‫ين ظَلَ ُموا فَػتَ َم َّس ُك ُم الن‬
َ ‫َوَال تَػ ْرَكنُوا إ َىل الذ‬
‫ص ُرو َف‬
َ ‫ُُثَّ َال تُػْن‬
”Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang dhalim
yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu
tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah,
kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.”(Hūd: 113)177

Sayyid Quṭb dalam menafsirkan ayat di atas menegaskan


sebagai berikut: Janganlah bersandar dan merasa tenang kepada
orang-orang zalim, kepada para penindas, tiran dan pelaku kezaliman
yakni mereka yang memiliki kekuatan di bumi dan menindas hamba-
hamba Allah dengan kekuatan mereka dan memperhambakan mereka
kepada selain Allah. Thabathaba‟I menyimpulkan yang dilarang
dalam ayat di atas adalah kecenderungan dan pengandalan orang-
orang yang berbuat zalim dalam urusan beragama. Seperti tidak

177
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 11.

98
memberi penjelasan menyangkut hakikat keagamaan yang merugikan
mereka.178

Surat Luqman ayat 13

ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ِ َ َ‫َوإِ ْذ ق‬
ٌ ‫ٍت َال تُ ْش ِرْؾ باللَّو ۖ إ َّف الش ّْْرَؾ لَظُْل ٌم َعظ‬
‫يم‬ ََّ ُ‫اؿ لُْق َما ُف البْنو َوُى َو يَعظُوُ يَا بػ‬
“Sesungguhnya syirik adalah benar-benar kedhaliman yang
besar”(luqman: 13)179

Surat al-Syu‟arā ayat 94-95

‫فَ ُكْب ِكبُوا فِ َيها ُى ْم َوالْغَ ُاوو َف‬

‫ََجَ ُعو َف‬


ْ ‫يس أ‬ِ‫وجنود إِبل‬
َ ْ ُ ُُ َ
“Maka mereka (sesembahan-sesembahan itu) dijungkirkan ke dalam
neraka bersama-sama orang-orang yang sesat, Dan bala tentara
iblis semuanya.”(as Syu‟arā: 94-95)180

Surat al-Anbiyā‟ ayat 98-100

ِ ِ ِ
‫َّم أَنْػتُ ْم َذلَا َوا ِرُدو َف‬
َ ‫ب َج َهن‬
ُ‫ص‬َ ‫إِنَّ ُك ْم َوَما تَػ ْعبُ ُدو َف م ْن ُدوف اللَّو َح‬
‫وىا ۖ َوُكلّّ فِ َيها َخالِ ُدو َف‬ ِ ِ
َ ‫لَ ْو َكا َف ََٰى ُؤَالء آذلَةً َما َوَرُد‬
‫َذلُ ْم فِ َيها َزفَِتٌ َوُى ْم فِ َيها َال يَ ْس َم ُعو َف‬
“Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah,
adalah umpan Jahannam, kamu pasti masuk ke dalamnya. Andaikata

178
M. Quraish Shihab, Tafsir al Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an
vol. 6 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Hal. 365-365.
179
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 11.
180
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman, hal. 11.

99
berhala-berhala itu Tuhan, tentulah mereka tidak masuk neraka. Dan
semuanya akan kekal di dalamnya. Mereka merintih di dalam api
dan mereka di dalamnya tidak bisa mendengar.”(al-Anbiyā‟: 98-
100)181

Menurut Aman Abdurrahman, bentuk lain dari kafir kepada


tagut adalah tidak berhukum atau merujuk hukum kepadanya. Karena
Allah sendiri akan meniadakan dan menghilangkan iman dari orang-
orang yang berpaling dari hukum Allah dan malah merujuk hukum
tagut. Argumen Aman didasarkan pada surat al-Nisā‟ ayat 60 yang
berbunyi:

ِ ِ َّ ِ
‫ك‬َ ‫ك َوَما أُنْ ِزَؿ ِم ْن قَػْبل‬ َ ‫آمنُوا ِمبَا أُنْ ِزَؿ إِلَْي‬َ ‫ين يَػ ْز ُع ُمو َف أَنػَّ ُه ْم‬
َ ‫أَ ََلْ تَػَر إ َىل الذ‬
‫يد الشَّْيطَا ُف‬ ِ ُ‫يدو َف أَ ْف يػتحا َكموا إِ َىل الطَّاغ‬
ُ ‫وت َوقَ ْد أ ُِم ُروا أَ ْف يَ ْك ُف ُروا بِِو َويُِر‬ ُ ‫يُِر‬
ُ َ ََ
ً ِ‫ض َالًال بَع‬
‫يدا‬ ِ ‫أَ ْف ي‬
َ ‫ضلَّ ُه ْم‬ ُ
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku
dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan
kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak
berhakim kepada tagut, padahal mereka telah diperintah
mengingkari tagut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka
(dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.”(an-Nisā‟: 60)182

Aman Abdurrahman menegaskan kembali kepada seluruh


pejabat pemerintahan dengan himbauan sebagai berikut:

“Wahai kalian para penguasa hukum tagut, para pejabat, para


anggota dewan, para hakim dan para jaksa, kepada apa kalian
merujuk saat menjalankan dinas syirik kalian? Apa kepada hukum
Allah ta‟ala ataukah kepada hukum modern (UUD dan undang-
undang lainnya)?”

181
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman, hal. 11.
182
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 12.

100
Aman berpendapat bahwa al-Imām Ibn Kaṡīr berkata tentang
status para penguasa dan penganut hukum tagut:
“Barangsiapa meninggalkan hukum yang baku yang diturunkan
kepada Muhammad ibnu Abdillah penutup para nabi, dan dia malah
berhakim kepada syariat-syariat (Allah) yang sudah dihapus, maka
dia kafir. Maka bagaimana gerangan dengan orang yang berhakim
kepada Alyasa 183 serta dia mengedepankannya terhadap hukum
Allah, maka dia kafir dengan ijma kaum muslimin.”(al-Bidāyah wa
al-Nihāyah: 13/119)

Menurut Aman, diantara sikap iman kepada tagut dan kafir


kepada Allah ta‟ala adalah memutus sesuatu dengan hukum selain
hukum Allah. Bagi yang melakukan hal tersebut Allah telah
mempersiapkan vonis sebagaimana tertera dalam surat dibawah ini.

Surat al-Māidah ayat 44

ِِ ِ َّ ِ ِ ِ
َ ‫َسلَ ُموا للَّذ‬
‫ين‬ ْ ‫ين أ‬َ ‫ور ۖ ََْي ُك ُم َّٔا النَّبيُّو َف الذ‬ ٌ ُ‫إِنَّا أَنْػَزلْنَا التػ َّْوَرا َة ف َيها ُى ًدى َون‬
‫اب اللَّ ِو َوَكانُوا َعلَْي ِو‬ ِ َ‫استُ ْح ِفظُوا ِمن كِت‬ ِ ِ َّ ‫ىادوا و‬
ْ ْ ‫َحبَ ُار مبَا‬ ْ ‫الربَّانيُّو َف َو ْاأل‬ َ َُ
ِ ِ ‫ُشه َداء ۖ فَ َال ََّتْ َشوا النَّاس و‬
ْ‫اخ َش ْوف َوَال تَ ْشتَػ ُروا بِآيَ ِاِت َمثَنًا قَل ًيال ۖ َوَم ْن ََل‬ ْ َ َ ُ َ َ
‫ك ُى ُم الْ َكافُِرو َف‬
َ ِ‫ََْي ُك ْم ِمبَا أَنْػَزَؿ اللَّوُ فَأُوَٰلَئ‬
“Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang yang kafir.”(al-
Māidah: 44)184

183
Alyasa adalah Yasiq, kitab hukum yang disusun oleh Jenggis khan, dimana ia
merangkum dari ajaran Islam, Nasrani, Yahudi dan produk pikirnya sendiri.
184
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 12.

101
Surat al-Māidah ayat 45

ِ ْ‫ف بِ ْاألَن‬
‫ف َو ْاألُذُ َف‬ ِ ْ ‫ُت بِالْ َع‬
َ ْ‫ُت َو ْاألَن‬ َ ْ ‫س َوالْ َع‬ِ ‫َف النَّػ ْفس بِالنَّػ ْف‬َّ ‫َوَكتَبْػنَا َعلَْي ِه ْم فِ َيها أ‬
َ
ۖ ُ‫َّؽ بِِو فَػ ُه َو َك َّف َارةٌ لَو‬
َ ‫صد‬ ِ ‫اجلر‬ ّْ ِ‫الس َّن ب‬ّْ ‫بِ ْاألُذُ ِف َو‬
َ َ‫اص ۖ فَ َم ْن ت‬ ٌ ‫ص‬ َ ‫وح ق‬ َ ُُْ ‫الس ّْن َو‬
‫ك ُى ُم الظَّالِ ُمو َف‬ َ ِ‫َوَم ْن ََلْ ََْي ُك ْم ِمبَا أَنْػَزَؿ اللَّوُ فَأُوَٰلَئ‬
“Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang
diturunkan Allah, Maka mereka itulah orang-orang yang
dhalim.”(al-Māidah: 45)185
Surat al-Māidah ayat 47

ِ ِِ ِ ِ ِْ ‫ولْيح ُكم أَىل‬


ُ‫اإل ْصل ِيل مبَا أَنْػَزَؿ اللَّوُ فيو ۖ َوَم ْن ََلْ ََْي ُك ْم مبَا أَنْػَزَؿ اللَّو‬ ُ ْ ْ ََْ
ِ ‫ك ىم الْ َف‬ َِٰ
‫اس ُقو َف‬ ُ ُ َ ‫فَأُولَئ‬
“Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang
fasik.”(al-Māidah: 47)186

Menguatkan argumennya, Aman Abdurrahman mengutip


perkataan Syaikh Muhammad ibn „Abd al-Wahhāb dalam risālah fī
ma‟na al-ṭāgūt Yang ketiga adalah orang yang memutuskan dengan
selain apa yang Allah ta‟ala turunkan. Sesuai dengan firman Allah
dalam surat al-Māidah ayat 44:

ِِ ِ َّ ِ ِ ِ
َ ‫َسلَ ُموا للَّذ‬
‫ين‬ ْ ‫ين أ‬ ٌ ُ‫إِنَّا أَنْػَزلْنَا التػ َّْوَرا َة ف َيها ُى ًدى َون‬
َ ‫ور ۖ ََْي ُك ُم َّٔا النَّبيُّو َف الذ‬
ِ َ‫استُ ْح ِفظُوا ِمن كِت‬
‫اب اللَّ ِو َوَكانُوا َعلَْي ِو‬ ِ ِ َّ ‫ىادوا و‬
ْ ْ ‫َحبَ ُار مبَا‬
ْ ‫الربَّانيُّو َف َو ْاأل‬َ َُ

185
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman, hal. 12.
186
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman, hal. 13.

102
ِ ِ ‫ُشه َداء ۖ فَ َال ََّتْ َشوا النَّاس و‬
ْ‫اخ َش ْوف َوَال تَ ْشتَػ ُروا بِآيَ ِاِت َمثَنًا قَل ًيال ۖ َوَم ْن ََل‬
ْ َ َ ُ َ َ
‫ك ُى ُم الْ َكافُِرو َف‬
َ ِ‫ََْي ُك ْم ِمبَا أَنْػَزَؿ اللَّوُ فَأُوَٰلَئ‬

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya


(ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu
diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang
menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan
pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan
memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya.
Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah
kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan
harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut
apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang
yang kafir.”(al-Māidah: 44)

Aman Abdurrahman menyimpulkan bahwa peribadatan atau


penyembahan atau pemujaan kepada hukum tagut itu bukan hanya
dengan salat, sujud, dan ruku‟ kepada-Nya akan tetapi ketaatan,
kepatuhan, loyalitas, perujukan, dan pemutusan dengan-Nya.

Aman Abdurrahman berkata:

Apakah kalian wahai penguasa negeri, semua anggota dewan, semua


pejabat, semua jaksa, semua hakim, semua panitra, barisan tentara,
barisan polisi, barisan intelejen, dan sipir penjara, apakah kalian
berada di barisan penegak hukum Allah ta‟ala atau di barisan
penegak hukum tagut yang merupakan golongan syaithan?

ِ َ‫ك ِحزب الشَّيط‬ َِٰ ِ ِ ‫استحو َذ علَي ِهم الشَّيطَا ُف فَأَنْس‬


ۖ ‫اف‬ ْ ُ ْ َ ‫اى ْم ذ ْكَر اللَّو ۖ أُولَئ‬ َُ ْ ُ ْ َ َ ْ َْ
ِ َّ ِ ِ ْ ‫اف ىم‬ ِ ِ
ُ‫ين َُيَ ُّادو َف اللَّوَ َوَر ُسولَو‬
َ ‫ إ َّف الذ‬# ‫اخلَاس ُرو َف‬ ُ ُ َ‫ب الشَّْيط‬ َ ‫أََال إِ َّف ح ْز‬
َ ِ‫أُوَٰلَئ‬
‫ك ِيف ْاألَذَلُّْت‬

103
“Mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya
golongan syaitan itulah golongan yang merugi # Sesungguhnya
orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, mereka termasuk
orang-orang yang sangat hina.”(al-Mujādilah: 19-20)187

Data 5188

Silahkan cari berbagai alasan, pelegalan dan ulama-ulama sū‟


yang mengiyakan apa yang kalian lakukan atau yang mengakui
keislaman kalian tapi ingat!
Allah berfirman dalam surat al-Nisā‟ ayat 109,

‫الدنْػيَا فَ َم ْن ُجيَ ِاد ُؿ اللَّوَ َعنْػ ُه ْم يَػ ْوَـ‬ ْ ‫َىا أَنْػتُ ْم ََٰى ُؤَال ِء َج َادلْتُ ْم َعنْػ ُه ْم ِيف‬
ُّ ِ‫احلَيَاة‬
‫الْ ِقيَ َام ِة أ َْـ َم ْن يَ ُكو ُف َعلَْي ِه ْم َوكِ ًيال‬
“Siapakah yang akan mendebat Allah untuk (membela) mereka
pada hari kiamat? Atau siapakah yang menjadi pelindung
mereka(terhadap siksa Allah)?”(al-Nisā‟: 109)189

Bila kalian tidak percaya terhadap apa yang saya katakan maka itu
urusan kalian, namun Allah berfirman dalam surat Gāfir ayat 44,

‫صَتٌ بِالْعِبَ ِاد‬


ِ ‫وؿ لَ ُكم ۖ وأُفَػ ّْوض أَم ِري إِ َىل اللَّ ِو ۖ إِ َّف اللَّو ب‬
ََ ْ ُ َ ْ ُ ُ‫فَ َستَ ْذ ُك ُرو َف َما أَق‬
“Kelak kamu akan ingat kepada apa yang kukatakan kepada kamu.
Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (Gāfir: 44)

Salam sejahtera kepada orang yang mengikuti petunjuk.

Data 5 di atas sebagai penutup dari target-target yang ingin


Aman Abdurrahman sampaikan kepada para jamaahnya secara

187
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 13.
188
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman, hal. 13 paragraf 4.
189
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman, hal. 13.

104
khusus dan kepada seluruh umat muslim pada umumnya. Pada akhir
tulisannya Aman Abdurrahman memberikan kesempatan bagi umat
muslim yang masih mengikuti ulama sū‟ yang melegalkan praktek
beribadah saat ini dengan tetap berada di dalam pemerintahan tagut
dengan sistem yang tidak berdasarkan syariat Islam untuk mencari
alasan yang meringankan hukuman dari Allah SWT atas perbuatan
mereka selama ini.

Menurut Aman Abdurrahman sudah sangat jelas firman Allah


dalam surat an-Nisā‟ 109, bahwa tidak akan ada yang bisa
melindungi hukuman dari Allah kepada umat yang tidak mengikuti
perintah-Nya. Menurut M. Quraish Shihab ayat di atas ditujukan
kepada mereka yang membela orang berkhianat, tidak ada satupun
yang bisa menjadi pelindung terhadap siksa Allah baik di dunia
maupun di akhirat. Jikapun ada yang membela di dunia maka niscaya
bisa membela di akhirat. Pada dasarnya yang paling pertama
meninggalkan pengkhianat saat terbukti adalah para pembela dan
pengikutnya.190

Dalam mengutip surat al-Nisā‟ ayat 109, Aman Abdurrahman


tidak mengutip keseluruhan ayat. Aman Abdurrahman hanya
mengambil akhir dari bagian ayat tersebut, yang semestinya ayat
tersebut berbunyi lengkap: “itulah kamu! Kamu berdebat untuk
(membela) mereka dalam kehidupan dunia ini, tetapi siapa yang akan
menentang Allah untuk (membela) mereka pada hari kiamat? Atau
siapakah yang menjadi pelindung mereka (terhadap azab Allah)?

190
M. Quraish Shihab, Tafsir al Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al Qur‟an
vol. 2 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 579.

105
Dengan adanya ayat di atas, sudah menjadi tanda bahwa
seharusnya semua umat Islam harus tunduk dan patuh kepada
perintah Allah SWT dengan selalu menjalankan perintah dan
menjauhi larangan-Nya karena tidak akan ada yang bisa menolong
dari siksa Allah SWT. Sebagai seorang muslim, Aman Abdurrahman
merasa mempunyai kewajiban untuk terus mengajak dan
mengingatkan orang-orang muslim yang belum berislam dengan
kaffah. Jika diabaikan ajakan tersebut maka akan ada balasan dari
Allah SWT sebagaimana terdapat dalam surat Gāfir ayat 44 yang
diterjemahkan sebagai berikut:

“Kelak kamu akan ingat kepada apa yang kukatakan kepada kamu.
Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (Gāfir: 44)

Dalam akhir kata, Aman Abdurrahman menyamakan


peringatnnya seperti peringatan yang terdapat di dalam surat Gāfir
ayat 44, dimana seorang pemuda mukmin mengingatkan Firaun dan
kaumnya untuk kembali menyembah Allah dan meninggalkan hal-hal
yang mendorong kearah syirik.

Bahkan menurut penulis, ketika Aman Abdurrahman


memposisikan dirinya seperti laki-laki mukmin di dalam surat
tersebut, secara tidak langsung Aman Abdurrahman menyamakan
pemerintah saat ini seperti pemerintahan zaman Firaun yang sudah
melakukan syirik dan menjauhi perintah Allah. Jika tidak mengikuti
apa yang Aman Abdurrahman peringatkan maka semua penduduk di
negeri ini akan mendapatkan hukuman dari Allah SWT.

106
Karena korpus penelitian ini adalah teks buku, maka
penelusuran mengenai penulisan buku ini harus dibahas pula,
bagaimana Aman Abdurrahman dapat menuliskan pemikirannya
selama menjalani hukuman di dalam lembaga pemasyarakatan.

Adapun alat-alat yang digunakan Aman Abdurrahman untuk


menuliskan pemikiran-pemikirannya adalah:

a. Buku tulis/kertas
b. Pensil
c. Al-Qur‟an
d. Buku-buku bacaan
e. Lampu penerangan

Aman Abdurrahman memperoleh alat-alat di atas dari


berbagai cara, jika dilihat dari sesi tempat penulisan yakni Lapas
kelas I Sukamiskin Bandung, tentunya napi-napi khusus seperti
Aman Abdurrahman yang termasuk dalam extra ordinary crime,
akan mendapatkan tempat khusus dengan diisolasikan dari napi-napi
umum lainnya dengan berbagai larangan-larangan lainnya. Menurut
penulis, setelah hampir dua tahun meneliti napi teroris di lapas-lapas
seluruh Indonesia, sangat kecil kemungkinan napi teroris seperti
Aman Abdurrahman mendapatkan kemudahan dalam berkegiatan
sehari-hari.

Selain alat tulis yang termasuk dalam vehicle sebagaimana


telah disebutkan di atas, improvisasi, dan konsistensi dalam
memberikan doktrin-doktrin keagamaan menjadi alat lain yang
digunakan Aman Abdurrahman dalam menyebarkan paham-
pahamnya. Konsistensi dan intensitas bertemu dengan calon

107
jamaahnya menjadi penting juga untuk di perhatikan. Waktu satu
menit sangat berharga bagi Aman Abdurrahman untuk bisa
berkomunikasi dengan para jamaahnya.

Menurut hemat penulis, media yang digunakan oleh Aman


Abdurrahman dalam memproduksi tulisannya di dalam lapas
sehingga menjadi sebuah buku bisa dilakukan dengan dua cara: 1)
waktu kunjungan, baik kunjungan keluarga maupun kunjungan
jamaahnya. Dalam hal kujungan ini, pihak lapas tidak bisa
sepenuhnya melarang orang untuk berkunjung atau menerima
kunjungan, karena sudah menjadi hak WBP tersebut. 2) melalui
petugas lapas, hal ini sangat mungkin terjadi karena tidak semua
petugas lapas begitu saja menolak permohonan Aman Abdurrahman,
bisa jadi petugas lapas menjadi media dalam memberikan tulisannya
kepada jamaahnya untuk diproduksi dan disebarkan ke masyarakat
luas.

Sarana kunjungan merupakan salah satu media yang paling


mudah untuk dilakukan pertukaran alat-alat penunjang yang
digunakan oleh Aman Abdurrahman. Di beberapa lapas memang
telah diberlakukan peraturan yang ketat mengenai kunjungan
terhadap napi teroris. Namun, karena jumlah pengunjung yang
banyak maka tidak bisa di kontrol secara rutin setiap kunjungannya.
Bahkan menurut salah satu pamong napiter di lapas pernah
mengajukan alat sadap rahasia untuk mengetahui apa saja yang
menjadi perbincangan antara napiter dengan pengunjung selama
waktu kunjungan.

Semua hasil pengalaman yang pernah alami dalam menuntut


ilmu khususnya di bidang tauhid diejawantahkan dalam tulisan-

108
tulisan, ceramah-ceramah, kajian-kajiannya yang dalam ilmu
semantik kognitif disebut dengan embodiment. Sangat jelas dalam
pembahasan di atas figur yang menjadi pokok bahasan adalah pribadi
Aman Abdurrahman, sedangkan latar yang menjadi background
pembahasan Aman Abdurrahman adalah lembaga pemasyarakatan,
buku-buku yang selama ini mempengaruhi pemikirannya di dalam
paham-paham keagamaan, dan isu-isu gerakan radikalisme berjubah
agama yang kini sedang ramai baik di tingkat nasional maupun
internasional. Isu tentang Islamic State (IS) yang terus di beritakan di
media nasional maupun internasional mampu menarik perhatian
khususnya di kalangan kelompok jihadis. Karena sudah menjadi
rujukan oleh jamaahnya khususnya dalam bidang tauhid, maka di
lapas pun Aman Abdurrahman tetap melakukan transfer knowledge,
dengan berbagi cara.

Penulis menyimpulkan secara semantik kognitif skema


gambar atau strategi pencitraan dalam menurut data di atas adalah
sebagi berikut,

Aman
Abdurrahman

Lapas

Buku-buku yang
mempengaruhinya

Isu-isu tentang IS

109
Bagan. 5. Keadaan Aman Abdurrahman di dalam Lapas.

Napiter

Napi
umum

Aman Abdurrahman

Bagan 6. Skema gambar pengajaran Aman Abdurrahman di lapas


dengan napiter dan napi umum.

110
Aman di LP Taklim Jamaah dan
kunjungan

Bagan 7. Skema pengajian dan taklim yang dilakukan Aman


Abdurrahman selama di dalam Lapas dengan jamaahnya

C.2. Dimana Posisi Kamu...di Barisan Tauhid ataukah di Barisan


Pembela Tagut?191
Data 1192

Segala puji hanya milik Allah, Rabbul „aalamin, shalawat dan Salam
semoga Allah limpahkan kepada penutup para Nabi, keluarga dan para sahabat
seluruhnya.
Amma ba‟du,
Saat Allah ta‟ala mewajibkan kaum muslimin di Mekkah untuk hijrah ke
Madinah, maka orang-orang yang mampu untuk hijrah, mereka hijrah, kecuali
sejumlah orang yang berat meninggalkan kampung halaman, harta benda dan
keluarga. Serta mereka lebih mengutamakan hal itu terhadap hijrah ilallah. Pada
saat perang Badar, mereka dipaksa oleh kaum musyrikin untuk ikut dalam barisan
mereka menghadapi kaum muslimin, dan di antara mereka itu ada yang terbunuh
oleh panah kaum muslimin, maka Allah ta‟ala menjelaskan perihal nasib mereka
pada saat kematian dan tempat akhir mereka:

191
Ditulis Rabu, 2 Sya‟ban 1428 H di Lapas Kelas 1 Sukamiskin Bandung UB 30
oleh Aman Abdurrahman.
192
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 59 paragraf 1, 2, dan 3.

111
Data nomor 1 diidentifikasi sebagai muqaddimah
„pembukaan‟ dalam tulisannya dari topik bahasannya” “Dimana
Posisi Kamu...di Barisan Tauhid ataukah di Barisan Pembela
Tagut?”. Dalam bahasan ini Aman mengawali pembahasan
materinya dengan sebuah kisah dan diperkuat dengan firman Allah
ta‟ala surat al-Nisā‟ ayat 97 yang berbunyi sebagai berikut:

ِ ِِ ِِ ِ ِ َّ ِ
ُ َّ‫ين تَػ َوف‬
َ ‫اى ُم الْ َم َالئ َكةُ ظَالمي أَنْػ ُفسه ْم قَالُوا ف‬
‫يم ُكنْتُ ْم ۖ قَالُوا ُكنَّا‬ َ ‫إ َّف الذ‬
ۖ ‫اج ُروا فِ َيها‬
ِ ‫ض ۖ قَالُوا أَ ََل تَ ُكن أَرض اللَّ ِو و ِاسعةً فَػتػه‬
َُ َ َ ُ ْ ْ ْ ِ ‫ُت ِيف ْاأل َْر‬ ِ ْ ‫مست‬
َ ‫ض َعف‬َْ ُ
ِ‫تم‬
‫ص ًَتا‬ َ ِ‫فَأُوَٰلَئ‬
ُ ‫ك َمأْ َو ُاى ْم َج َهن‬
َ ْ َ‫َّم ۖ َو َساء‬

“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam


keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat
bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?". Mereka
menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri
(Mekah)". Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas,
sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". Orang-orang itu
tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk
tempat kembali”. (al-Nisā‟ : 97)193

Dalam surat di atas terdapat kalimat “Dalam keadaan


bagaimana kamu ini?”. Jika diperhatikan, kalimat tersebut
menanyakan tentang keadaan dan posisi. Mempertanyakan tentang
posisi dalam suatu hal. Aman Abdurrahman mengartikan kalimat
tersebut dan menyamakannya dengan sebuah pertanyaan dari
malaikat sebagai berikut. “di barisan mana kalian ini, apakah di
barisan anshar tauhid ataukah di barisan kaum musrikin dan anṣār

193
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 59.

112
tagut?” kalimat tersebut diajukan kepada seluruh kaum muslim yang
menjadi bagian dari pemerintahan tagut ini. Adapun kata “dalam
keadaan bagaimana kamu dahulu?” dipahami oleh beberapa ulama
dengan, “apakah kamu dahulu benar-benar lemah, atau kamu
memiliki kemampuan? Bagaimana sikap kamu terhadap agama
Islam, yang telah menganjurkan kamu berhijrah?”194

Ketika realita yang ada saat ini jelas menunjukkan keberadaan


mereka dalam pemerintahan tagut, akan muncul alasan ketertindasan
dan ketidakmampuan untuk melawan kondisi yang ada. Namun yang
menjadi penting, apakah alasan ketertindasan dan ketidakmampuan
dapat diterima? Dengan jelas dan lantang Aman Abdurrahman
menjawab jika alasan yang dikeluarkan oleh mereka itu tidak
diterima. Ia mendasarkan jawabannya dengan kalimat “bukankah
bumi Allah itu luas sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?” jika
di Indonesia mereka tidak mendapatkan tempat, maka mereka bisa
berhijrah ke negara lain yang menerapkan syariat Islam sehingga
tidak lagi merasa tertindas dan tidak mampu. Jika tidak mampu
berhijrah minimal adalah berbaiat dengan khalīfah Abu Bakr al-
Bagdādi. Karena menurut Aman Abdurrahman bagi yang tidak
melakukan hijrah maka darah dan hartanya halal di dunia, dan di
akhirat akan ditempatkan di dalam api neraka.

Dalam menafsirkan ayat di atas, M. Quraish Shihab


mengatakan jika ayat di atas merupakan lanjutan dari kecaman Allah
terhadap mereka yang enggan untuk berjihad, khususnya bagi mereka
yang tidak mempunyai „uzr. Ayat di atas menggambarkan keadaan

194
M. Quraish Shihab, Tafsir al Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an
vol. 2 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Hal. 51-562.

113
orang yang enggan berjihad saat ajal menjemput. Mereka enggan
berjihad dan enggan berhijrah, sehingga tidak dapat melaksanakan
tuntutan agama, padahal mereka mampu. Orang-orang yang mampu
untuk berjihad dan berhijrah namun abai untuk melaksanakannya
maka kelak akan menempati neraka Jahannam.195

Dalam menanggapi kisah yang disampaikan di awal


pembukaan tulisan ini, alasan paksaan untuk bergabung dalam
barisan anṣār syirk tidak termasuk dalam alasan syar‟i. kenapa
demikian? Karena di awal sudah diberi kesempatan untuk berhijrah
dan bergabung dengan barisan anṣār tauḥīd. Ketika mereka lebih
memilih untuk tidak berhijrah dan tetap menjaga harta dan keluarga,
maka ketika dipaksa untuk bergabung dengan barisan syirik, alasan
keterpaksaan tidak bisa diterima lagi.

Bila alasan bergabung dengan anṣār tagut karena terpaksa,


bagaimana dengan nasib orang-orang yang bergabung dengan anṣār
tagut secara sukarela, bangga, dan sepenuh hati? Sedangkan menurut
Aman Abdurrahman tagut terbesar zaman ini adalah Undang-Undang
Dasar 1945, hukum buatan, dan undang-undang buatan lainnya. Hal
ini sudah sesuai dengan firman Allah:

ِ ِ َّ ِ
‫ك‬َ ‫ك َوَما أُنْ ِزَؿ ِم ْن قَػْبل‬ َ ‫آمنُوا ِمبَا أُنْ ِزَؿ إِلَْي‬َ ‫ين يَػ ْز ُع ُمو َف أَنػَّ ُه ْم‬
َ ‫أَ ََلْ تَػَر إ َىل الذ‬
‫يد الشَّْيطَا ُف‬ ِ ُ‫يدو َف أَ ْف يػتحا َكموا إِ َىل الطَّاغ‬
ُ ‫وت َوقَ ْد أ ُِم ُروا أَ ْف يَ ْك ُف ُروا بِِو َويُِر‬ ُ ‫يُِر‬
ُ َ ََ
ً ِ‫ض َالًال بَع‬
‫يدا‬ ِ ‫أَ ْف ي‬
َ ‫ضلَّ ُه ْم‬ ُ

195
M. Quraish Shihab, Tafsir al Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an
vol. 2 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Hal. 569-570.

114
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku
dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan
kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim
kepada tagut, padahal mereka telah diperintahkan mengingkari tagut
itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan
yang sejauh-jauhnya.”(al-Nisā‟: 60)196

Aman Abdurrahman seakan memberikan tekanan langsung di


awal tulisannya, yakni harus terus mengingkari tagut karena merupakan
perintah Allah SWT. Mengingkari perintah pemerintah yang menjadi
bagian dari tagut merupakan sebuah kemutlakan. Menganggap UUD
1945, Pancasila, NKRI menjadi musuh terbesar karena merupakan
tagut terbesar di negeri ini. Padahal jika diperhatikan secara mendalam
dasar-dasar bernegara seperti Pancasila, ke-lima sila tersebut sarat akan
nilai-nilai Islam. Sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan yang Maha
Esa” sangat relevan dengan ayat di dalam surat al-Ikhlās yang artinya
“Katakanlah: “Dialah Allah, Yang Maha Esa”.

Data 2197

Allah ta‟ala menyebut hukum atau Undang-Undang selain yang


diturunkan-Nya sebagai tagut yang harus diingkari dan dijauhi,

Dalam data 2, Aman Abdurrahman ingin menegaskan bahwa


larangan menggunakan hukum selain yang diturunkan Allah ta‟ala
memang ada dasarnya. Ia berusaha untuk memberikan perlawanan
kepada kelompok-kelompok yang tidak ingin menggunakan hukum
Islam dalam kehidupan di sosial masyarakat. Kelompok-kelompok
196
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 60.
197
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman, hal. 60 paragraf 3.

115
pro demokrasi akan terus menolak usul-usul penerapan syariat Islam
di Indonesia. Untuk melawan kelompok-kelompok tersebut Aman
Abdurrahman terus memberikan perlawanan-perlawan yang
didasarkan dengan ayat-ayat berikut ini:

1. Surat al-Naḥl ayat 36

ِ ‫ولََق ْد بػعثْػنَا ِيف ُك ّْل أ َُّم ٍة رس ًوال أَ ِف ْاعب ُدوا اللَّو و‬


َ ُ‫اجتَنبُوا الطَّاغ‬
ۖ ‫وت‬ ْ ََ ُ َُ ََ َ
“Dan sesungguhnya kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap
ummat(untuk menyerukan): “ibdahlah kepada Allah (saja) dan
jauhilah tagut itu!”(Surat al-Naḥl ayat 36)198

Surat al-Naḥl ayat 36 seperti yang disebutkan oleh Aman


Abdurrahman di atas mempunyai versi lengkapnya sebagai berikut,

‫وت ۖ فَ ِمنْػ ُه ْم‬ ِ ‫ولََق ْد بػعثْػنَا ِيف ُك ّْل أ َُّم ٍة رس ًوال أ َِف ْاعب ُدوا اللَّو و‬
َ ‫اجتَنبُوا الطَّا ُغ‬ْ ََ ُ َُ ََ َ
‫ض فَانْظُُروا‬ ِ ‫َّاللَةُ ۖ فَ ِسَتُوا ِيف ْاأل َْر‬
َ ‫ت َعلَْي ِو الض‬ ِ
ْ ‫َم ْن َى َدى اللَّوُ َومنْػ ُه ْم َم ْن َح َّق‬
ِ
َ ِ‫ف َكا َف َعاقبَةُ الْ ُم َك ّْذب‬
‫ُت‬ َ ‫َكْي‬
2. Surat al-Baqarah ayat 256

ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ك بِالْ ُع ْرَوة الْ ُوثْػ َق َٰى َال انْف‬
ۖ ‫ص َاـ َذلَا‬ ْ ‫فَ َم ْن يَ ْك ُف ْر بِالطَّا ُغوت َويػُ ْؤم ْن بِاللَّو فَػ َقد‬
َ ‫استَ ْم َس‬
“Barangsiapa ingkar kepada tagut dan beriman kepada Allah, maka
dia telah memegang erat ikatan tali yang sudah sangat kokoh yang
tidak akan putus” (al-Baqarah: 256)199

Surat al-Baqarah ayat 256 di atas mempunyai bunyi lengkap


sebagai berikut,

198
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 60.
199
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman, hal. 61.

116
ِ ‫بِالطَّا ُغ‬ ‫الر ْش ُد ِم َن الْغَ ّْي ۖ فَ َم ْن يَ ْك ُف ْر‬
‫وت‬ ُّ ‫ُت‬ َ َّ ‫َال إِ ْكَر َاه ِيف الدّْي ِن ۖ قَ ْد تَػبَػ‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ٌ ‫َواللَّوُ ََس‬
‫يع‬ ۖ ‫ص َاـ َذلَا‬ َ ‫ك بِالْ ُع ْرَوة الْ ُوثْػ َق َٰى َال انْف‬ ْ ‫َويػُ ْؤم ْن بِاللَّو فَػ َقد‬
َ ‫استَ ْم َس‬
‫يم‬ ِ
ٌ ‫َعل‬
Jika diperhatikan dua ayat di atas, Aman Abdurrahman tidak
mengutip keseluruhan ayat tersebut. Aman hanya mengutip sebagian
dari potongan ayat yang bisa dikaitkan dengan poin-poin yang
disampaikannya kepada para jamaahnya. Fenomena seperti ini
banyak ditemukan pada tulisan-tulisan Aman yang jarang
menggunakan ayat penuh, melainkan hanya kutipan ayat. Menurut
hemat penulis, hal ini dilakukan agar para pembaca atau pendengar
ceramahnya mengetahui secara singkat tentang hukum suatu hal
tanpa melakukan kajian yang lebih mendalam.

Aman Abdurrahman berpendapat jika “tali ikatan yang


sangat kokoh yang tidak akan putus” itu adalah kalimat tauhid Lā
ilāha illallāh. Jadi, barangsiapa yang ingkar kepada tagut dan
beriman kepada Allah, maka dia telah memegang kuat-kuat ikatan
yang sangat kokoh tersebut. Sedangkan fenomena yang terjadi saat
ini mayoritas umat muslim tidak lagi mengamalkan hal tersebut.
Kalimat tauhid hanya dijadikan sebagai syarat untuk legalitas
muslim. Yang lebih umum lagi kalimat tauhid hanya menjadi bagian
dari bacaan-bacaan ketika ibadah salat. Hal tersebut yang menjadikan
kelompok Aman Abdurrahman merasa paling benar sehingga eklusif
terhadap kelompok-kelompok lain. Seperti yang penulis temukan di
lapas-lapas dimana napi teroris berada, tidak sedikit dari mereka yang
tidak mau berinteraksi dengan napi umum lainnya, karena napi umum

117
adalah orang-orang yang berdosa, sedangkan mereka adalah
kelompok Mujahid.

Aman Abdurrahman berpendapat jika banyak umat muslim


yang mengetahui bahwa produk hukum seperti UUD, UU
turunananya, sistem demokrasi, dan pancasila bukanlah produk
Allah, melainkan buatan manusia maka hal-hal tersebut masuk dalam
kategori tagut yang wajib untuk dihindari dan dikafirkan. Namun
mayoritas muslim abai terhadap hal tersebut. Mereka tetap
melindungi, mempertahankan, memelihara kedaulatan dan keutuhan
Negara. Fenomena ini membuat Aman bertanya-tanya “apakah
kalian berada di barisan anshar Tauhid atau di barisan anṣār
tagut?”

Aman Abdurrahman juga menyamakan kutipan dari UUD RI


no. 34 th. 2004 tetang TNI yang berbunyi “mempertahankan
keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan pancasila dan UUD NKRI
1945” dengan ungkapannya sendiri mengenai ikrar syahadat syirik
yaitu “Setia kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945(point pertama sumpah prajurit) dan (Kami warga Negara RI
yang bersendikan pancasila(poin pertama sumpah prajurit))”. Dalam
hal ini Aman ingin mengatakan jika “sumpah prajurit” sama halnya
dengan “ikrar syahadat sirik”. Maka bisa diambil sebuah kesimpulan,
jika seseorang atau kelompok melakukan pembacaan ikrar atau
sumpah setia yang tidak berdasarkan ayat al-Qur‟an maka termasuk
dalam kelompok orang-orang yang melakukan ikrar kepada
kesyirikan.

Aman Abdurrahman mengutip Firman Allah dalam surat al-


Nisā ayat 76 yang menjelaskan tentang posisi orang-orang yang

118
beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang kafir di jalan
tagut:

‫ين َك َف ُروا يػُ َقاتِلُو َف ِيف َسبِ ِيل‬ ِ َّ ِ ِ ِ ِ ِ َّ


َ ‫آمنُوا يػُ َقاتلُو َف يف َسب ِيل اللَّو ۖ َوالذ‬ َ ‫ين‬َ ‫الذ‬
‫ضعِي ًفا‬ ِ َ‫وت فَػ َقاتِلُوا أَولِياء الشَّيط‬
ِ َ‫اف ۖ إِ َّف َكي َد الشَّيط‬ ِ ُ‫الطَّاغ‬
َ ‫اف َكا َف‬ ْ ْ ْ ََْ
“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-
orang yang kafir berperang di jalan tagut, sebab itu perangilah
kawan-kawan syaithan itu, karena sesungguhnya tipudaya syaithan
itu adalah lemah.” (al-Nisā‟: 76)200

Ayat di atas bagi Aman Abdurrahman seperti vonis bagi


orang-orang yang memilih berjuang atau berperang di jalan tagut.
Oraan-orang tersebut menjadi kafir dan menjadi kawan setan. Sama
halnya dengan pemerintah dan turunannya di negeri ini merupakan
orang-orang kafir dan menjadi kawan setan. Tidak peduli apa agama
orang-orang tersebut, karena vonis ini barlaku bagi semua orang yang
tidak berada di jalan Allah. M. Quraish Shihab menjelaskan ayat di
atas dengan perjuangan membela keluarga dan tanah air. Orang-
orang yang beriman akan terus berjuang di jalan Allah dengan
membela tanah air dan keluarga, sedangkan orang-orang kafir akan
berperang di jalan tagut yakni setan dan nilai-nilai yang bertentangan
dengan nilai-nilai ilāhiyah.201

Dalam penafsirannya M. Quraish Shihab jelas menunjukkan


bahwa orang-orang beriman pasti akan berjuang dalam membela
tanah air dan keluarga. Karena membela tanah air merupakan sebuah

200
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 61.
201
M. Quraish Shihab, Tafsir al Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al Quran
vol. 2 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Hal. 511.

119
kecintaan, dan kecintaan terhadap tanah air bagian dari keimanan
seseorang,

‫حب الوطن من اإلِياف‬

Menurut beberapa hadis, Rasulullah menunjukkan


kecintaannya terhadap kota Makkah dan Madinah. Sebagaimana
terdapat dalam hadis berikut,202

Penuturan Ibn al-„Abbās RA yang diriwayatkan dari Ibn al-


Ḥibbān berikut ini:

‫ك ِم ْن‬
ِ ‫ ما أَطْيب‬:‫وؿ اهللِ صلَّى اهلل َعلَي ِو وسلَّم‬
ََ َ َ َ َ ْ ُ َ ُ ‫اؿ َر ُس‬
َ َ‫ ق‬:‫اؿ‬ ٍ َّ‫َع ِن ابْ ِن َعب‬
َ َ‫ ق‬،‫اس‬

‫ت َغيْػَرِؾ‬ ِ ِ
ُ ‫ َما َس َكْن‬،‫َخَر ُج ِون منْك‬
ِ َّ ‫ ولَوَال أ‬،‫ِل‬
ْ ‫َف قَػ ْومي أ‬ ِ ِ َ ‫بَػ ْل َدةٍ وأ‬
ْ َ ََّ ‫َحبَّك إ‬ َ

“Dari Ibn al-„Abbās RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda,


„Alangkah baiknya engkau sebagai sebuah negeri, dan engkau
merupakan negeri yang paling aku cintai. Seandainya kaumku tidak
mengusirku dari engkau, niscaya aku tidak tinggal di negeri
selainmu,” (HR Ibn al-Ḥibbān).
Selain cinta kepada kota Makkah, Rasulullah juga
menunjukkan kecintaanya kepada kota Madinah sebagaimana hadis
berikut:

‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم َكا َف إِذَا قَ ِد َـ ِم ْن َس َف ٍر فَػنَظََر إِ َىل‬ ٍ َ‫َع ْن أَن‬
َّ ‫س أ‬
َّ ِ‫َف الن‬
َ ‫َِّب‬
‫احلَتَوُ َوإِ ْف َكا َف َعلَى َدابٍَّة َحَّرَك َها ِم ْن ُحبّْػ َها‬ ِ ‫ج ْدر ِاف الْم ِدينَ ِة أَوضع ر‬
َ ََ ْ َ َ ُ
“Dari Anas RA bahwa Nabi SAW apabila kembali dari berpergian,
beliau melihat dinding kota Madinah, maka lantas mempercepat

202
http://www.nu.or.id/post/read/70380/ketika-hukum-syariat-islam-bicara-cinta-
tanah-air. Diakses pada 19 September 2017.

120
ontanya. Jika di atas atas kendaraan lain (seperti bagal atau kuda,
pen) maka beliau menggerak-gerakannya karena kecintaanya kepada
Madinah,” (HR Bukhāri).

Bagi Aman Abdurrahman sudah jelas surat al-Nisā‟ ayat 76


merupakan vonis bagi orang yang tidak berjuang di jalan Allah.
Bahkan Aman berpendapat jika orang-orang tersebut (pemerintah
tagut dan turunanya) tidak segera melakukan taubat akan bernasib
sebagaimana Allah firmankan dalam surat al-Syu‟arā ayat 94-95:

‫ََجَ ُعو َف‬


ْ ‫يس أ‬ِ ِ ‫ وجن‬# ‫فَ ُكب ِكبوا فِيها ىم والْغَاوو َف‬
َ ‫ود إبْل‬
ُ ُُ َ ُ َ ُْ َ ُ ْ

“Maka mereka (sembahan-sembahan itu) dijungkirkan ke dalam


neraka bersama-sama orang-orang yang sesat, dan bala tentara iblis
semuanya.”(al-Syu‟arā ayat 94-95)203

Menurut M. Quraish Shihab ayat di atas menceritakan ketika


berhala-berhala yang dijadikan sesembahan oleh orang-orang
musyrik yang taat kepada iblis yaitu setan besar yang enggan
bersujud kepada Adam dijungkir balikkan ke dalam neraka bersama
orang-orang yang sesat dan bala tentaranya. Ada tiga kelompok yang
dilempar ke dalam neraka sebagaimana ayat diatas. Pertama, berhala-
berhala. Kedua, al-ghāwūn yaitu pengikut iblis. Dan ketiga adalah
bala tentara iblis yang menyertai pendurhakaan.204

Atas dasar firman Allah dalam surat al-Syu‟ara ayat 94-95,


Aman Abdurrahman menghimbau kepada seluruh kaum muslim yang
masih bergabung dengan anṣār tagut agar bersegera untuk bergabung

203
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 62.
204
M. Quraish Shihab, Tafsir al Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an
vol. 10 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Hal. 85.

121
dengan anṣār tauḥīd dan keluar dari dinas-dinas tagut dan kafir
tersebut.

Data 3205

Kalian juga wahai para penegak hukum dari kalangan polisi,


bukankah yang kalian tegakkan itu hukum tagut? Sebagaimana kitab
yang kalian sucikan: “Kepolisian Negara RI sebagai alat Negara
yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas
melindungi, mengayomi, melayani masyarakat serta menegakkan
hukum” (UUD 1945 bab 12 pasal 30 ayat a)

Hal lain yang ingin disampaikan oleh Aman Abdurrahman


adalah himbauan kepada para penegak hukum dari kalangan polisi
agar bertanya kembali kepada masing-masing peribadi tentang
hukum apa yang ditegakkan selama ini? Karena dalam “kitab suci
kepolisian” terdapat kalimat ”Kepolisian Negara RI sebagai alat
Negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas
melindungi, mengayomi, melayani masyarakat serta menegakkan
hukum”(UUD 1945 bab 12 pasal 30 ayat 4). Aman mengutip firman
Allah dalam Surat al-Baqarah ayat 257:

ۖ ِ‫ات إِ َىل ال نُّور‬ ِ ‫ال لَّو وِِلُّ ا لَّذِ ين آم نُوا ُُيْرِج ه م ِم ن ال ظُّلُم‬
َ َ ْ ُُ َ َ َ ُ
‫وت ُُيْرِ ُج ونػَ ُه ْم ِم َن ال نُّورِ إِ َىل‬ ِ ِ َّ
ُ ُ‫اؤ ُى مُ ال طَّا غ‬
ُ َ‫ين َك فَ ُروا أ َْول ي‬
َ ‫َوا ل ذ‬
‫يه ا َخ الِ ُد و َف‬ ِ
َ ‫اب ال نَّا رِ ۖ ُى ْم ف‬ُ ‫ح‬ َ ‫أَص‬
ْ ‫ك‬
ِ
َ ِ‫ال ظُّلُ َم ات ۖ أُولََٰ ئ‬
“Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan
mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan
orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya adalah tagut, yang
mengeluarkan mereka dari cahaya (keimanan) kepada kegelapan

205
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman, hal. 62 paragraf 2.

122
(kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya.” (al-Baqarah: 257)206

Bagi Aman Abdurrahman apa yang terdapat di dalam UUD


tersebut yang berkenaan dengan institusi POLRI sangat bertentangan
dengan firman Allah di dalam al-Qur‟an. Yang mempunyai hak untuk
melindungi hanyalah Allah SWT, tidak ada makhluk satupun di muka
bumi ini yang bisa memberi perlindungan. Jika Polisi sebagai
pelindung bagi masyarakat, secara tidak langsung berarti institusi
kepolisian mempunyai kedudukan sama dengan Allah SWT. Menurut
peneliti, hal ini Nampak terlihat pada diri jamaah Aman di dalam
lapas, dimana mereka meletakkan Polisi menjadi bagian yang harus
diberantas, karena menjadi penghalang perjuangan para muwaḥḥidīn.

Menurut Quraish Shihab, ayat di atas menjadi kelanjutan bagi


ayat sebelumnya. Bagi orang-orang yang berpegang teguh pada tali
yang kokoh akan selalu mendapatkan perlindungan dari Allah SWT.
Adapun orang-orang kafir akan terus mengikuti tagut dan
menjadikannya sebagai pelindung sekaligus yang membawa mereka
dari zaman terang menuju gelap. Namun, dalam pandangan M.
Quraish Shihab ayat di atas bukan juga menjadi perbandingan antara
Allah dan tagut. Karena tidak ada sedikitpun sisi perbandingannya,
bahkan membandingkan keduanya bertentangan dengan kewajiban
mensucikan dan mengagungkannya. 207

206
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 62.
207
M. Quraish Shihab, Tafsir al Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an
vol. 1 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Hal. 256-257.

123
Data 4208

Janganlah kalian beralasan bahwa kalian hanya menjalankan tugas


hukum dan perintah pimpinan, karena itu semua tidak bisa merubah
status kalian dan ancaman Allah ta‟ala terhadap orang-orang kafir
seperti kalian:

Dalam data 4, Aman Abdurrahman ingin menekankan kepada


seluruh kaum muslimin, bahwa alasan apapun itu mengenai
keberpihakan, entah menjalankan tugas hukum sesuai amanat
insitusi, ataupun perintah dari atasan tidak akan bisa dijadikan alasan
keberpihakan kepada anṣār tagut. Bagi mereka yang ragu atas
keberpihakan kepada anṣār tagut kemudian mengeluarkan alasan-
alasan untuk menutupi keragu-raguannya. Bagi mereka yang terus
mengikuti dan membela pemerintahan tagut maka akan mendapatkan
laknat Allah dan termasuk golongan orang-orang kafir.

Banyak dari anggota pemerintahan, baik dari PNS, TNI,


POLRI, Kejaksaan, dan Kementerian dan Lembaga Negara lainnya
pasti memiliki komitmen untuk membela institusinya, dan juga
sumpah jabatan sebelum melakukan tugas juga pasti adanya. Hal ini
dilakukan demi tertanamnya rasa cinta dan peduli kepada intutisi.
Karena yang diperbuat akan berkaitan dengan kemaslahatan orang
banyak. Jadi adanya sumpah jabatan tersebut bukan untuk
meninggalkan bahkan menjauh dari nilai-nilai al-Qur‟an namun
sebaliknya. Bahkan jika diperhatikan di awal kata-kata dalam sumpah
jabatan selalu ada doa di dalamnya.

208
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 62 paragraf 4.

124
Karena termasuk bagian dari orang-orang kafir yang bekerja
di pemerintahan, maka Aman Abdurrahman tidak menerima alasan
apapun yang dikemukakan oleh pribadi tersebut dengan alasan
perintah atasan atau tugas institusi. Dengan pemikiran yang mudah
Aman Abdurrahman menyatakan vonis kafir. Hal ini ia dasarkan
pada firman Allah dalam surat al-Aḥzāb ayat 64-68 yang berisi laknat
bagi orang-orang kafir. Ayat tersebut berbunyi:

‫ين َوأَعَ َّد َذلُ ْم َس عَِتًا‬ ِ ِ


َ ِ‫إ َّف ال لَّوَ لَعَ َن ا لْ َك اف ر‬
ِ َ‫خ الِدِ ين فِيه ا أَب ًد ا ۖ َال َجيِ ُد و َف ولِيِّا وَال ن‬
‫ص َتًا‬ َ َ َ َ َ َ

َ‫وى ُه ْم ِيف ال نَّا رِ يػَ قُ ولُو َف يَا لَيْ تػَ نَا أَطَ ْع نَا ال لَّو‬
ُ ‫ب ُو ُج‬ ُ َّ‫يػَ ْوـَ تػُ قَ ل‬
‫وال‬ َّ ‫َوأَطَ ْع نَا‬
َ ‫الر ُس‬

َّ ‫َوقَالُوا َربػَّ نَا إِنَّا أَطَ ْع نَا َس ادَ تػَ نَا َو ُك بػَ َراءَنَا فَأَضَ لُّونَا‬
َ ِ‫الس ب‬
‫يال‬
ِ ‫ض ْع فَ ُْتِ ِم ن ا لْع َذ‬
‫اب َوا لْعَ نْػ ُه ْم لَ ْع نًا َك بَِتًا‬ ِ ‫ربػَّ نَا آهتِِم‬
َ َ ْ َ
“Sesungguhnya Allah melaknati orang-oran kafir dan menyediakan
bagi mereka api yang menyala-nyala (neraka) mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya; mereka tidak memperoleh seorang
pelindung pun dan tidak (pula) seorang penolong pada hari ketika
muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata:
“Alangkah baiknya andaikata kami ta‟at kepada Allah dan taat
(pula) kepada rasul.” Dan mereka berkata: “Ya Rabb kami,
sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin kami dan
pembesar-pembesar kami; lalu mereka menyesatkan kami dari jalan
(yang benar). Ya Rabb kami, timpakanlah kepada mereka‟adzab dua

125
kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutuan yang besar.” (al-
Aḥzāb: 64-68)209

Allah akan menyediakan bagi pembela tagut api neraka yang


menyala-nyala dan kekal di dalamnya. Ketika mereka berada di
waktu penentuan meskipun berteriak meminta tolong, maka tidak
akan ada seorang penolong dan tidak ada pelindung bagi mereka.
Ketika mereka menyesal karena mengikuti perintah atasan mereka
dan meninggalkan perintah Allah SWT. Mereka pun meminta kepada
Allah SWT untuk memberi adzab dua kali lipat kepada para
pembesar tersebut dan melaknati mereka.

Sangat jelas, dalam ayat di atas telah disajikan hukuman yang


berat yaitu menempati neraka dan kekal di dalamnya bagi para
pembela anṣār tagut. Maka Aman Abdurrahman akan terus mengajak
pembela tagut untuk bertaubat dan kembali ke jalan yang lurus
dengan menjadi anṣār tauhid dan menghancurkan anṣār tagut.

Jika kita perhatikan secara jeli ayat tersebut memiliki cerita


dalam ayat sebelumnya. Jadi sebelum membaca ayat tersebut
alangkah baiknya membaca ayat sebelumnya. M. Quraish Shihab
dalam tafsirannya mengemukakan bahwa penyiksaan tersebut
merupakan balasan dari pertanyaan orang-rang kafir dan golongan
Yahudi yang secara sengaja dan dengan tujuan meremehkan
menanyakan tentang adanya hari kiamat. Seolah-olah mereka

209
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 63.

126
meragukan kekuasaan Allah. Padahal tentang hari kiamat adalah
urusan Allah SWT.210

Dengan menghilangkan ayat sebelumnya (sebab dari


dilaknatnya seseorang) Aman Abdurrahman ingin mengatakan
langsung bahwa orang-orang kafir akan dilaknat oleh Allah SWT.
Orang-orang kafir di dalam ayat tersebut oleh Aman Abdurrahman
disamakan dengan posisi orang-orang yang bekerja di pemerintahan,
baik dari PNS, TNI, POlri, Kejaksaan dan lain sebagainya. Sungguh
ironi ketika orang dengan ikhlas bekerja untuk menghidupi keluarga,
demi kemaslahatan orang banyak mendapat vonis kafir. Doktrin ini
terus dan selalu digaungkan Aman Abdurrahman kepada para
jamaahnya. Padahal jika diperhatikan secara tajam, apa yang mereka
benci dari pemerintah tagut masih belum bisa lepas dari diri mereka.
Untuk para napiter di dalam lapas, apa yang mereka dapatkan dari
fasilitas baik tempat olahraga, makanan, atau lainnya berasal dari
unsur pemerintah tagut. Hal ini sangat berkebalikan dengan doktrin-
doktrin yang terus digemakan.211

Data 5212

Rasulullah shallallahi „alaihi wa sallam mengabarkan perihal dua


kelompok dari para penghuni neraka yang akan muncul di
kemudian hari, di antaranya “orang-orang yang membawa cemeti
seperti ekor sapi yang dengannya mereka memukuli manusia”. (HR.
Muslim dari Abu Hurairah)

Orang-orang itu di antaranya adalah pemerintah dan para tagut


210
M. Quraish Shihab, Tafsir al Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an
vol. 11 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Hal. 326-328.
211
Khairul Ghazali, Mereka bukan Thagut: Meluruskan Salah Paham tentang
Thagut (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2011), hal. 176.
212
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 63 paragraf 1 dan 2.

127
kalian yang menindas manusia, sedangkan cemeti yang merupakan
alat untuk menindas bukan untuk mengayomi adalah kalian dan
dinas yang seperti kalian. Jadi apa kalian ini polisi penegak hukum
Allah atau penegak hukum tagut?

Bunyi lengkap dari hadir Riwayat Muslim di atas adalah,

ۖ‫ َعن‬،‫ َعنۖ ُس َهيۖ ٍؿ‬،‫ َح َّدثَػنَا َج ِر ٌير‬:‫ب‬


ٍ ۖ‫ح َّدثٍَِت ُزَىيۖر بۖ ُف حر‬
َ ُ َ
ۖ‫اف ِمن‬ ِ :‫وؿ اهللِ ﷺ‬
ِ َ‫(صنۖف‬ ُ ‫اؿ َر ُس‬ َ َ‫ َعنۖ أَِيب ُىَريۖ َرَة ق‬،‫أَبِ ِيو‬
َ َ‫ ق‬:‫اؿ‬
ِ َ‫ قَوۖـٌ معهمۖ ِسيا ٌط َكأَذۖن‬:‫أَهۖ ِؿ النَّا ِر ََلۖ أَرُُهَا‬
‫اب اؿۖبَػ َق ِر‬ َ ََُ َ
‫وس ُه َّن‬ ِ ‫ ُشلِ َيال‬،‫اسيات عا ِريات‬
ِ ِ ِ ِ
ُ ‫ ُرُؤ‬،‫ت‬
ٌ ‫ت َمائ َال‬
ٌ ٌ َ َ ٌ َ ‫ َون َساءٌ َك‬،‫َّاس‬
َ ‫يَضۖربُو َف َّٔا الن‬
ِ ۖ‫َكأَسِۖمنَِة اؿۖبخ‬
‫ َوَال َِجيدۖ َف‬،َ‫ َال يَدۖ ُخلۖ َف اؿۖ َجنَّة‬،‫ت اؿۖ َمائِلَ ِة‬ ُ
(.‫وج ُد ِمنۖ َم ِس ََتةِ َك َذا َوَك َذا‬
َ ُ‫ َوإِ َّف ِرَيَ َها لَي‬،‫ِرَيَ َها‬

Zuhair bin Harb telah menceritakan kepadaku: Jarir menceritakan


kepada kami, dari Suhail, dari ayahnya, dari Abu Hurairah. Beliau
berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Dua golongan dari kalangan
penduduk neraka yang aku belum pernah melihatnya: suatu kaum
yang bersama mereka ada cambuk-cambuk seperti ekor sapi yang
mereka gunakan untuk memukul manusia, dan para wanita yang
berpakaian tapi telanjang, mereka menjauh dan menjauhkan orang
lain dari ketaatan, kepala-kepala mereka seakan-akan punuk unta
yang miring, wanita-wanita itu tidak akan masuk surga dan tidak
mencium wanginya padahal wanginya dapat dicium dari jarak
perjalanan sekian dan sekian.”

Data di atas menunjukkan keinginan Aman Abdurrahman


untuk menyampaikan gagasannya tentang Rasulullah yang

128
mengabarkan kepada kaumnya bahwa akan datang suatu saat para
penghuni neraka, diantara dari penghuni neraka tersebut adalah
orang-orang yang membawa cemeti yang bentuknya menyerupai ekor
sapi, cemeti tersebut digunakan untuk memukuli manusia. Adapun
orang-orang yang membawa cemeti tersebut menurut Aman
Abdurrahman adalah para pemerintah tagut dan siapa saja pembela
tagut yang terus menindas manusia. Adapun cemeti yang digunakan
untuk mencambuk adalah dinas-dinas tagut yang berada di bawah
pemerintah tagut.

Dalam pemaknaan hadis di atas, Aman Abdurrahman


memberi perumpamaan yaitu orang-orang yang mencambuk adalah
pemerintah, sedangkan cemeti atau cambuknya adalah kantor-kantor
dinas, yang selalu memberikan arahan dan intruksi untuk pegawai-
pegawainya. Contoh lain yang bisa dijadikan contoh adalah peran
POLRI lewat Detasemen khusus 88 antiteror yang dibentuk
berdasarkan UU 15/2013 untuk memberantas gerakan-gerakan
terorisme. 213 Kelompok Aman Abdurrahman memandang adanya
densus 88 adalah penghalang dan pemberantas bagi orang-orang yang
ingin menegakkah hukum Allah dan membangkitkan kembali al-
daulah al-Islāmiyyah. untuk memperkuat argumennya Aman menguti
firman Allah surat al-ḥajj ayat 19-22 sebagai berikut,

ِ َّ ِ ِ ِ ِ
‫ت‬ْ َ‫ين َك فَ ُروا قُطّْع‬َ ‫اخ تَصَ ُم وا يف َر ّّْٔ ْم ۖ فَا ل ذ‬
ْ ‫ص َم اف‬ ْ ‫ََٰى َذ اف َخ‬
ِ ِ ِ ِ ُّ ‫َذل م ثِي اب ِم ن نَا رٍ ي ص‬
‫ص َه ُر‬ ْ ُ‫ ي‬# ُ‫ب م ْن فػَ ْوؽ ُرءُوس ِه مُ ا ْحلَم يم‬ َُ ْ ٌ َ ُْ
‫ ُك لَّ َم ا‬# ٍ‫ام عُ ِم ْن َح دِ يد‬
ِ ‫ و َذل م م َق‬# ‫بِوِ م ا ِيف ب طُوهنِِم وا ْجل لُود‬
َ ُْ َ ُ ُ َ ْ ُ َ
213
Prayitno Ramelan, Ancaman Virus Terorisme: Jejak Teror di Dunia dan
Indonesia (Jakarta: Grasindo, 2017), hal. 190.

129
‫اب‬ ِ ُ ِ‫أَراد وا أَ ْف َُيْرج وا ِم نْػ ه ا ِم ن غَ مٍّ أُع‬
َ ‫يه ا َوذُ وقُوا عَ َذ‬
َ ‫يد وا ف‬ ْ َ ُُ َُ
ِ ِ‫ا ْحلَر‬
‫يق‬
“itulah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang
bertengkar, mereka sering bertengkar mengeai Rabb mereka, maka
orang-orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian
dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas
kepala mereka. Dengan air itu dihancur luluhkan segala apa yang
ada dalam perut mereka dan kulit mereka. Dan untuk mereka
cambuk-cambuk dari besi. Setiap kali mereka hendak keluar dari
neraka, lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka akan
dikebalikan ke dalamnya. (Kepada mereka dikatakan):
“Rasakanlah”‟adzab yang membakar ini.” (al-Ḥajj: 19-22)214

Menurut Abū Dzarr ra sebagaimana dikutip oleh M. Quraish


Shihab, berpendapat bahwa ayat di atas berkaitan dengan perang
Badr yang merupakan peperangan pertama dalam Islam. Saat itu
berhadapanlah dua kelompok, muslim dan kafir. Kelompok muslim
yang sujud dan mengesakan Allah terdiri dari Hamzah Ibn „Abd al-
Muṭalib, „Ali Ibn Abī Ṭalib dan „Utbah Ibn al-Hāriṡ ra. Ketiganya
berhadapan dengan kelompok kafir yang mempersekutukan dan
enggan bersujud kepada Allah, mereka adalah Syaibah Ibn Rabi‟ah,
„Utbah Ibn Rabī‟ah dan al-Wālīd Ibn „Utbah. Ketika Hamzah ra
berhasil membunuh Syaibah, „Ali ra membunuh „Utbah Ibn Rabi‟ah,
sedangkan Ibn al-Hāriṡ ra dan al-Walīd saling melukai, Hamzah dan
„Ali datang membantu untuk membunuh al-Walīd. Pergulatan mereka

214
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 63.

130
itu oleh Allah dicerminkan dengan perdebatan antara Muslim dan
Kafir.215

Bisa disimpulkan dalam memandang ayat di atas Aman


menyamakan antara dirinya dan kelompoknya ketika berhadapan
dengan kelompok pemerintah. Kemudian Aman memberikan
pertanyaan kepada seluruh kaum muslimin dengan melihat kembali
ayat-ayat di atas, “apakah orang bersumpah untuk setia dan taat
penuh kepada tagut itu berada di barisan pembela tauhid ataukah di
barisan dan hamba tagut?”. Kemudian Aman memberikan jawaban
atas pertanyaannya yaitu “jelas bahwa mereka berada di barisan
abdi tagut.” Khususnya PNS yang sudah berbaiat syirik seperti yang
diatur dalam peraturan pemerintah no. 21 tahun 1975 pasal 6 yang
berbunyi:

“Demi Allah, saya bersumpah: Bahwa saya untuk diangkat menjadi


Pegawai Negeri Sipil akan setia dan taat sepenuhnya kepada
Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah.
bahwa saya akan mentaati segala peraturan perUndang-Undangan
yang berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan
kepada saya dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung
jawab...”

Aman Abdurrahman memberikan makna dalam sumpah PNS


tersebut sebagai berikut:

“Demi Allah, saya akan kafir kepada Allah dan setia kepada tagut.”

Aman Abdurrahman berpendapat jika pemaknaan yang ia


lakukan terhadap sumpah PNS adalah kebenaran. Jika seseorang
telah bersumpah untuk tunduk dan taat pada peraturan yang tidak ada

215
M. Quraish Shihab, Tafsir al Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al Quran
vol. 9, (Jakarta: Lentera hati, 2002), Hal. 33.

131
dalam al-Quran maka 100% orang tersebut sudah kafir karena telah
menyekutukan Allah. Bagi pelaku yang sudah berbaiat syirik kepada
pemerintah tagut tidak bisa menyangkal kenyataan yang ada.
Hukuman pun sudah menanti bagi siapa saja yang melakukan Kafir
kepada Allah. Aman mengutip firman Allah dalam surat Muhammad
ayat 25-26 untuk memberikan pengetahuan mengenai vonis yang
dijatuhkan oleh Allah kepada orang-orang yang kafir kepadaNya,

ۖ ‫أَد بَا رِ ِى ْم ِم ْن بػَ ْع دِ مَ ا تػَ َبػ َُّتَ َذلُمُ ا ْذلُ َد ى‬ ِ َّ ِ


َ ‫إ َّف ا ل ذ‬
ْ ‫ين ْارتَ ُّد وا عَ لَ َٰى‬
ِ ِ ِ َ ِ‫ ذََٰ ل‬# ‫أَم لَ َٰى َذلُم‬
َ ‫ك ب أَنػَّ ُه ْم قَا لُوا ل لَّذ‬
‫ين‬ ْ ْ ‫الش يْ طَا ُف َس َّو َؿ َذلُ ْم َو‬ َّ
َّ ِ
ُ‫ض ْاأل َْم ر ۖ َوال ل وُ يػَ عْ لَم‬ ِ ‫َك رِ ُى وا مَ ا نػَ َّز َؿ ال لَّوُ َس نُطِ يعُ ُك ْم ِيف بػَ ْع‬
‫إِ ْس َر َار ُى ْم‬
“Sesungguhnya orang-orang yang murtad ke belakang (kepada
kekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, syaithan telah
menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan
angan-angan mereka. Yang demikian itu karena sesungguhnya
mereka itu berkata kepada orang-orang yang benci terhadap apa
yang diturunkan Allah: “Kami akan mentaati kamu dalam beberapa
(sebagian) urusan”, sedang Allah mengetahui rahasia mereka”.
(Muhammad: 25-26)216

Ayat di atas menurut M. Quraish Shihab menjelaskan sebab


tertutupnya hati kaum munafik. Mereka menghidar dari peperangan
setelah jelas perintah perang itu ada. Setan akan terus memberi jalan,
memperindah, dan memudahkan mereka melakukan dosa dan
melanggar aturan. Kemurtadan dan keberpalingan kaum munafik itu
disebabkan oleh orang-orang Yahudi dari kelompok Banī an-Nadhīr
dan Quraizhah atau kaum musyrikin Makkah yang mmepunyai
216
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara Dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman, (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 64.

132
hubungan dengan musuh Islam di Makkah. Mereka berjanji akan
mematuhi dalam beberapa urusan sebagaimana dianjurkan nabi
Muhammad, padahal sesungguhnya mereka berbohong.217

Bagi Aman Abdurrahman ayat di atas menerangkan tentang


pemberian vonis kepada seorang murtad karena ucapan-ucapannya
kepada orang kafir, “kami akan mentaati kamu dalam beberapa
urusan”, kepada seseorang yang akan mentaati perintah orang kafir
dalam beberapa urusan saja sudah divonis murtad, lalu bagaimana
dengan PNS yang telah berikrar kepada pemerintah kafir “kami akan
setia dan taat sepenuhnya kepada pancasila, UUD 1945, Negara dan
Pemerintah” dan “akan mentaati segala peraturan perUndang-
Undangan…”. Melihat realita tersebut sudah pasti para PNS dan
sekutunya merupakan golongan Murtad karena akan setia kepada
Pemerintah tagut dan bukan setia kepada Allah sang pemilik alam
jagad raya.

Data 6218

Jadi jujurlah kepada diri kalian sendiri, di barisan mana kalian


ini…apa di barisan penegak tauhid atau di barisan tagut? Jangan
berkilah bahwa keyakinan kalian masih bagus karena keyakinan
bermanfaat hanya saat kondisi dipaksa saja. Segeralah berlepas diri
dan bertaubat sebelum datang waktu.

Dalam penutup tulisannya, Aman Abdurrahman mengajak


kepada seluruh kaum muslimin yang merasa menjadi bagian dari
pemerintah tagut untuk segera bertaubat dan berlepas diri dari

217
M. Quraish Shihab, Tafsir al Mishbah: Pesan, kesan dan Keserasian al-Qur‟an
vol. 13 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Hal.149.
218
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman, hal. 64 paragraf 5.

133
pemerintah tagut dan segala marabahaya di dalamnya.
Kemudhorotan-kemudhorotan akan selalu muncul di dalam
pemerintah tagut. Karena jika tidak segera bertaubat dan menjadi
golongan anṣhār tauhid, maka alasan apapun yang dilontarkan untuk
menghindari vonis murtad dari Allah ta‟ala tidak ada diterima, baik
alasan itu karena keterpaksaan dan ketertindasan.

Di akhir tulisannya Aman Abdurrahman mengutip firman


Allah surat al-Baqarah ayat 166-167 sebagai pamungkas dalam
penutup tulisannya,

‫اب‬ ِِ ‫إِ ْذ تَػبػَّرأَ الَّ ِذين اتُّبِعوا ِمن الَّ ِذين اتَّػبػعوا ورأَوا الْع َذاب وتَػ َقطَّع‬
ُ َ‫َسب‬ ْ ‫ت ّٔ ُم ْاأل‬ ْ َ َ َ َ ُ ََ ُ َ َ َ ُ َ َ
ِ ِ َّ َ َ‫ وق‬#
َ ‫َف لَنَا َكَّرًة فَػنَتَبَػَّرأَ ِمْنػ ُه ْم َك َما تَػبَػَّرءُوا ِمنَّا ۖ َك ََٰذل‬
‫ك‬ َّ ‫ين اتَّػبَػ ُعوا لَ ْو أ‬
َ ‫اؿ الذ‬ َ
‫ُت ِم َن النَّا ِر‬ ِ ِ ٍ
َ ‫يُِري ِه ُم اللَّوُ أ َْع َما َذلُ ْم َح َسَرات َعلَْي ِه ْم ۖ َوَما ُى ْم ِبَا ِرج‬
“(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti berlepas diri dari orang-
orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan ketika
segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan
berkatalah orang-orang yang mengikuti:”Seandainya kami dapat
kembali (ke dunia) pasti kami akan berlepas diri dari mereka,
sebagaimana mereka berlepas diri dari kami”, demikianlah Allah
meperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan
bagi mereka. Dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api
neraka.” (al-Baqarah: 166-167)219

Sebelum semuanya terjadi, dan umur masih di dalam diri


maka sebaiknya bagi penghamba pemerintah tagut untuk segera
bertaubat dan meninggalkan semuanya. Bagi PNS segera keluar dari
PNS, bagi POLRI, TNI dan Kejaksaan agar segera keluar dari

219
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 65.

134
institusi-institusi tersebut. Allahlah satu-satunya pelindung dan
penolong bagi hambanya.

Karena korpus penelitian ini adalah teks buku, maka


penelusuran mengenai penulisan buku ini harus dibahas pula,
bagaimana Aman Abdurrahman dapat menuliskan pemikirannya
selama menjalani hukuman di dalam lembaga pemasyarakatan.

Adapun alat-alat yang digunakan Aman Abdurrahman untuk


menuliskan pemikiran-pemikirannya adalah:

1. Buku tulis/kertas
2. Pensil
3. Al-Qur‟an
4. Buku-buku bacaan
5. Lampu penerangan

Aman Abdurrahman memperoleh alat-alat di atas dari berbagai


cara, jika dilihat dari sesi tempat penulisan yakni lapas kelas I
Sukamiskin Bandung, tentunya napi-napi khusus seperti Aman
Abdurrahman yang termasuk dalam extra ordinary crime, akan
mendapatkan tempat khusus dengan diisolasikan dari napi-napi umum
lainnya dengan berbagai larangan-larangan lainnya. Menurut penulis,
setelah hampir dua tahun meneliti napi teroris di lapas-lapas seluruh
Indonesia, sangat kecil kemungkinan napi teroris seperti Aman
Abdurrahman mendapatkan kemudahan dalam berkegiatan sehari-hari.

Selain alat tulis yang termasuk dalam vehicle sebagaimana telah


disebutkan di atas, improvisasi, dan konsistensi dalam memberikan
doktrin-doktrin keagamaan menjadi alat lain yang digunakan Aman

135
Abdurrahman dalam menyebarkan paham-pahamnya. Konsistensi dan
intensitas bertemu dengan calon jamaahnya menjadi penting juga untuk
di perhatikan. Waktu satu menit sangat berharga bagi Aman
Abdurrahman untuk bisa berkomunikasi dengan para jamaahnya.

Menurut hemat penulis, media yang digunakan oleh Aman


Abdurrahman dalam memproduksi tulisannya di dalam Lapas sehingga
menjadi sebuah buku bisa dilakukan dengan dua cara: 1) waktu
kunjungan, baik kunjungan keluarga maupun kunjungan jamaahnya.
Dalam hal kujungan ini, pihak lapas tidak bisa sepenuhnya melarang
orang untuk berkunjung atau menerima kunjungan, karena sudah
menjadi hak WBP tersebut. 2) melalui petugas lapas, hal ini sangat
mngkin terjadi karena tidak semua petugas lapas begitu saja menolak
permohonan Aman Abdurrahman, bisa jadi petugas lapas menjadi
media dalam memberikan tulisannya kepada jamaahnya untuk
diproduksi dan disebarkan ke masyarakat luas.

Sarana kunjungan merupakan salah satu media yang paling


mudah untuk dilakukan pertukaran alat-alat penunjang yang digunakan
oleh Aman Abdurrahman. Di beberapa lapas memang telah
diberlakukan peraturan yang ketat mengenai kunjungan terhadap napi
teroris. Namun, karena jumlah pengunjung yang banyak maka tidak
bisa di kontrol secara rutin setiap kunjungannya. Bahkan menurut salah
satu pamong napiter di lapas pernah mengajukan alat sadap rahasia
untuk mengetahui apa saja yang menjadi perbincangan antara napiter
dengan pengunjung selama waktu kunjungan.

Semua hasil pengalaman yang pernah alami dalam menuntut


ilmu khususnya di bidang tauhid diejawantahkan dalam tulisan-tulisan,
ceramah-ceramah, kajian-kajiannya yang dalam ilmu semantik kognitif

136
disebut dengan embodiment. Sangat jelas dalam pembahasan di atas
figur yang menjadi pokok bahasan adalah pribadi Aman Abdurrahman,
sedangkan latar yang menjadi background pembahasan Aman
Abdurrahman adalah lembaga Pemasyarakatan, buku-buku yang
selama ini mempengaruhi pemikirannya di dalam paham-paham
keagamaan, dan isu-isu gerakan radikalisme berjubah agama yang kini
sedang ramai baik di tingkat nasional maupun internasional. Isu tentang
Islamic State (IS) yang terus di beritakan di media nasional maupun
internasional mampu menarik perhatian khususnya di kalangan
kelompok jihadis. Karena sudah menjadi rujukan oleh jamaahnya
khususnya dalam bidang tauhid, maka di lapas pun Aman
Abdurrahman tetap melakukan transfer knowledge, dengan berbagi
cara.

137
C.3. Antara Kami dengan Tagut220

Data 1221

Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:

‫ فهي معي ال‬.‫ أنا جنيت يف قلِب و بستان يف صدري‬.‫ما يصنع يب أعدائي‬
‫ و إخراجي من‬.‫ و قتلي شهادة‬.‫تفارقٍت أينما وحت أنا حبسي خلوة‬
‫بلدي سياحة‬
“Apa yang dilakukan musuh-musuhku terhadap diriku. Aku,
sungguh surgaku ada dihatiku, dan tamanku yang indah ada di
dadaku. Ia selalu ada bersamaku lagi tidak pernah meninggalkanku
ke manapun aku pergi. Aku, sungguh pemenjaraanku adalah
khalwat 222 , pembunuhanku adalah kesyahidan, dan pengusiranku
dari kampung halamanku adalah wisata.”
Sungguh musuh-musuh Allah adalah dari kalangan tagut dan
bala tentaranya telah mengira bahwa apa yang dilakukan terhadap
para muwaḥḥidīn mujāhidīn oleh mereka berupa pembunuhan,
pemenjaraan, penyiksaan dan penganiayaan serta pengejaran akan
bisa mematikan dan memadamkan cahaya tauhid dan semangat
jihad yang sudah menyatu di dalam jiwa, dan mereka menyangka
bahwa tindakan tadi akan membuat yang lain urung diri dari meniti
jalan tauhid dan jihad ini...sungguh tidak mungkin...

Dalam muqaddimah tulisannya yang berjudul “Antara Kami


dengan Tagut”, Aman mengutip perkataan Ibnu Taimiyyah yang
menjelaskan tentang ungkapan hati seorang Ibnu Taimiyyah dalam
menghadapi musuh-musuhnya. Ungkapan Ibnu Taimiyyah tersebut
merupakan ungkapan metaforis yang berisi ungkapan-ungkapan
sebagai berikut:

220
Ditulis pada 8 Ramadhan 1431 H di Mu‟taqal PMJ oleh Aman Abdurrahman.
221
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 149 paragraf 1.
222
Khalwat adalah menyendiri untuk merenung dan beribadah kepada Allah.

138
1. “Sungguh surgaku ada di hatiku”,
2. “Tamanku yang indah ada di dadaku”,
3. “Ia selalu ada bersamaku lagi tidak pernah meninggalkanku ke
manapun aku pergi”,
4. “Sungguh pemenjaraanku adalah khalwat”,
5. “Pembunuhanku adalah kesyahidan”,
6. “Pengusiranku dari kampung halamanku adalah wisata”.

Dilihat secara semantik kognitif, dalam data di atas Aman


Abdurrahman merasa mempunyai beban dan tanggung jawab untuk
memberikan tawaran dan motivasi kepada seluruh jamaah dan
pengikutnya bahwa apa yang selama ini mereka alami sama halnya
dengan apa yang dialami oleh Ibnu Taimiyyah saat itu. Adapun target
yang ingin Aman capai dari ungkapan yang terdapat dalam data di
atas adalah:

1. Memberi keyakinan kepada jamaahnya untuk terus melakukan


jihad.
2. Memberi motivasi kepada jamaahnya, bahwa apa yang
dilakukan selama ini akan terus mendapatkan ridha Allah
ta‟āla.
3. Meyakinkan kepada para jamaah dan pengikutnya bahwa apa
yang dilakukan selama ini tidak sia-sia dan akan mendapatkan
balasan Surga.

Aman Abdurrahman berpendapat bahwa apa yang dilakukan


oleh musuh-musuh Allah atau pemerintah tagut dan bala tentaranya
baik dari Pihak Kepolisian, TNI, Badan intelijen dan lainnya kepada
para jamaahnya yang biasa disebut dengan muwaḥḥidīn mujāhidīn,
seperti pembunuhan, pemenjaraan, penangkapan, penyiksaan, dan

139
penganiyaan tidak akan pernah dapat membuat redup dan mati
cahaya tauhid dan semangat jihad yang sudah menyatu di dalam jiwa
dirinya dan para jamaahnya. Bahkan menurut pengakuan beberapa
napi teroris mereka mengejar “Istisyhād” 223 sebagai sarana untuk
melewati sirōṭ al-mustaqīm menuju Surga. Aman Abdurrahman
mengutip firman Allah yang ia anggap relevan dengan kenyataan
yang ia dan jamaahnya alami, Allah berfirman:

‫اى ِه ْم َوال لَّوُ مُ تِمُّ نُورِهِ َولَ ْو َك رِهَ ا لْ َك افِ ُرو َف‬
ِ ‫يد و َف لِي طْفِ ئ وا نُور ال لَّوِ بِأَفػْ و‬
َ َ ُ ُ ُ ِ‫يُر‬
“mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan (ucapan)
mulut-mulut mereka, sedangkan Allah akan tetap menyempurnakan
cahaya (agama)-Nya walaupun orang-orang kafir itu benci.‟ (al-
Ṣāff:8)224

Menurut Aman, saat ini pemerintah tagut membentuk dua


kekuatan untuk menghadang para muwaḥḥidīn mujāhidīn dalam
melakukan jihad, kekuatan tersebut adalah:

1. Setan-setan tagut yang berupa TNI dan polisi yang selalu


menggunakan senjatanya untuk melakukan penghadangan,
dan
2. „Ulamā‟ sū‟ atau ulama bayaran yang rela menggadaikan dan
menjual ayat-ayat Allah untuk menipu umat manusia agar
menutup mulut dan manut kepada pemerintah tagut. „Ulamā‟
sū‟ juga mendapat tugas membentuk opini dan memberikan

223
Istilah istisyhad dikenal dikalangan Ikhwan sebagai mengejar mati syahid. Hal
ini bisa dilakukan dengan berbagai cara. Diantaranya, bom bunuh diri, baku tembak dengan
aparat keamanan hingga menginggal, dan berperang membela agama Allah.
224
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2012), hal. 149.

140
gelar-gelar buruk kepada para muwaḥḥidīn mujāhidīn dalam
masyarakat luas.225

Namun usaha-usaha tersebut dipandang Aman Abdurrahman


tidak akan pernah berguna dan membawa hasil. Apapun usaha
pemerintah tagut untuk melawan kelompok-kelompok seperti Aman
dengan berbagai acara apapun tidak akan pernah bisa berhasil. Istilah
yang sering digunakan oleh pemerintah dalam membina kelompok-
kelompok tersebut adalah deradikalisasi. Upaya ini untuk
mentransformasi dari keyakinan atau ideologi radikal menjadi tidak
radikal dengan berbagai pendekatan multi dan interdisipliner. 226
Aman Abdurrahman membuat ibarat atas perlakuan pemerintah tagut
kepada pada muwaḥḥidīn mujāhidīn dengan sebuah ibarat,

“ibarat kabut yang hanya sesaat menghalangi cahaya matahari dan


tidak lama berselang kabut akan sirna dan cahaya matahari kembali
kelihatan sinarnya.”

Kalimat perumpamaan di atas termasuk dalam metafora. Di


dalam ilmu balaghoh dikenal dengan tasybih, penyerupaan sesuatu
yang memiliki kedekatan sifat.227

Upaya-upaya pemerintah dalam menanggulangi gerakan


radikal teroris baik yang dilakukan oleh Badan Nasional

225
Dalam masalah ulama sū‟, ini sering terjadi ketika ada pembinaan kepana WBP
terorisme di dalam lapas yang dilakukan oleh Lapas maupun BNPT. Dari kelompok radikal
mereka secara terang-terangan menolak kedatangan akademisi yang ingin melakukan dialog,
bahkan tidak jarang kata-kata tidak pantas keluar dari kalangan ikhwan-ikhwan tersebut.
Yang paling parah ketika Dr. Najih Ibrahim (Mantan Ketua Dewan Syuro al jamaah al
Islamiyyah Mesir)berkunjung ke Nusakambangan untuk berdialog dengan WBP Terorisme
mendapatkan penolakan dan perlakuan yang kurang baik.
226
Blueprint Deradikalisasi, Deputi I Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan
Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, 2015. Hal. 6.
227
„Ali jārim wa mustofa Amīn, al-Balāghoh al-wādihah (Jakarta: Raudhah Press,
2007), hal. 25.

141
Penanggulangan Terorisme (BNPT), POLRI dalam hal ini Densus 88,
TNI dan elemen lainnya tidak akan pernah bisa menghilangkan dan
memadamkan api-api jihad yang sudah menyatu dan mendarah
daging dalam diri seorang anṣārullāh. Ibarat sebuah mutan, mati satu
tumbuh seribu. Jaringan sel-sel mereka tidak akan pernah putus dan
akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Satu
kelompok ditangkap, dan jaringannya dibubarkan maka akan ada
kelompok lain yang segera terbentuk kembali dan akan membuat
kekuatan yang baru.

Aman Abdurrahman memberikan beberapa contoh betapa sia-


sia usaha yang dilakukan oleh pemerintah tagut (BNPT, Densus 88,
dll) dalam memadamkan api jihad para muwaḥḥidīn mujāhidīn
dengan mengutip beberapa kisah sebagai berikut:

1. Kisah kaum „Ād yang angkuh menolak dakwah tauhid dan dengan
keangkuhannya menantang dan menyombongkan diri mereka di
hadapan Allah ta‟ala. Kisah ini tertuang dalam surat Fuṣilat ayat 15,

ً‫أَش ُّد ِم نَّا قػُ َّوة‬


َ ‫مَ ْن‬
“Siapa yang lebih dahsyat kekuatannya dari kami?”( Fuṣilat: 15)

Mereka tidak tahu jika Allah ta‟ala lebih kuat dari mereka, hal
ini terdapat dalam surat Fuṣilat ayat 15 juga,

َ ‫أَف ال لَّوَ ا لَّذِ ي َخ لَ َق ُه ْم ُى َو أ‬


ً‫َش ُّد ِم نْػ ُه ْم قػُ َّوة‬ َّ ‫أَو ََلْ يػَ َر ْوا‬
َ

142
“Apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah
yang telah menciptakan mereka, Dia lebih hebat kekuatannya dari
mereka?.” (Fuṣilat: 15)228

Adapun secara lengkap firman Allah surat Fuṣilat ayat 15


adalah sebagai berikut,

‫َش ُّد ِم نَّا‬


َ ‫ض بِغَ َْتِ ا ْحلَ ّْق َوقَالُوا َم ْن أ‬
ِ ‫اس تَ ْك بػَ ُروا ِيف ْاأل َْر‬
ْ َ‫فَأَمَّ ا عَ ادٌ ف‬
ۖ ً‫أَش ُّد ِم نْػ ُه ْم قػُ َّوة‬ ِ
َ ‫أَف ال لَّوَ ا لَّذ ي َخ لَقَ ُه ْم ُى َو‬
َّ ‫قػُ َّوةً ۖ أ ََو ََلْ يػَ َر ْوا‬
‫ح ُد و َف‬ ِ ِ
َ ْ‫َو َك انُوا ب آيَات نَا َجي‬
Dalam tulisannya di atasterdapat kesalahan dalam penulisan
potongan dari surat Fuṣilat ayat 15, di dalam buku Aman tertulis
sebagai berikut,

َّ َ‫أَش ُّد ُى َو َخ لَ َق ُه ْم ا لَّذِ ي اللَّو‬


ْ‫أَف يػَ َر ْوا أ ََو ََل‬ َ ‫قػُ َّوةً ِم نْػ ُه ْم‬
Menurut hemat penulis, dalam hal ini penyalin tulisan Aman
Abdurrahman salah dalam menulis atau mengutip firman Allah surat
Fuṣilat 15, karena dalam bukunya, tulisan surat terbalik dan tidak
terstruktur sesuai dengan struktur aslinya. Dalam ayat ke-16 surat
Fuṣilat, merupakan jawaban dari kesombongan kaum „Ād,

‫اب‬ ِ ِ ٍ ِ‫فَأَرس لْ ن ا ع لَي ِه م رَِي ا ص رص را ِيف أَيَّا ٍـ َضل‬


َ ‫س ات ل نُذ ي قَ ُه ْم عَ َذ‬ َ ًَ َْ ً ْ ْ َ َ َ ْ
‫ى ۖ َو ُى ْم َال‬ ِ
ْ ‫اب ْاْل خ َرةِ أ‬
َٰ ‫َخ َز‬ ُّ ِ‫ي ِيف ا ْحلَيَاة‬
ُ ‫الد نػْ يَا ۖ َولَعَ َذ‬ ِ ‫ا ْخلِ ْز‬
‫يػُ نْ صَ ُرو َف‬
“Maka kami tiupkan angin yang sangat bergemuruh kepada mereka
dalam beberapa hari yang nahas, karena Kami ingin agar mereka itu
228
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2012), hal. 150.

143
merasakan siksaan yang menghinakan dalam kehidupan di dunia.
sedangkan adzab akhirat pasti lebih menghinakan dan mereka tidak
diberi pertolongan.”( Fuṣilat: 16)229

Menurut M. Quraish Shihab ayat di atas bercerita tentang


perbedaan kedurhakaan kaum ‟Ād dan Ṡamūd. Kaum „Ād sangat
menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang jelas. Bahkan
mereka menolak kedatangan dan melecehkan ancaman Nabi Hūd dan
Ṣālih. Mereka menganggap tidak ada lagi kekuatan yang bisa
menyaingi kekuatan mereka. Karena keangkuhan mereka, Allah
mengirimkan angin gemuruh lagi dingin yang menusuk tulang
mereka selama beberapa hari.

2. Kisah Firaun dan bala tentaranya yang sangat angkuh dan suka
menganiaya dan membunuh kaum pria bani Israel, memperbudak
para wanitanya dan memenjarakan dan membunuh orang-orang
beriman yang menolak tunduk kepada aturannya. Oleh
perbuatannya tersebut mereka diganjar hukuman oleh Allah di
dunia dan telah disiapkan juga hukuman mereka di akhirat, hal ini
sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Qaṣaṣ ayat 39-42,

‫ض بِغَ َْتِ ا ْحلَ ّْق َوظَنُّوا أَنػَّ ُه ْم‬


ِ ‫اس تَ ْك بػَ َر ُى َو َو ُج نُودُ هُ ِيف ْاأل َْر‬ْ ‫َو‬
‫إِلَيْػ نَا َال يػُ ْر َج عُ و َف‬

َ ْ‫اى ْم ِيف ا لْيَمّْ ۖ فَا نْظُ ْر َك ي‬


‫ف َك ا َف‬ ُ َ‫َخ ْذ نَاهُ َو ُج نُودَ هُ فػَ نَبَ ْذ ن‬
َ ‫فَأ‬
ِِ ِ
َ ‫عَ اق بَةُ ال ظَّال م‬
‫ُت‬

229
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2012), hal. 150.

144
‫اى ْم أَئِ َّم ةً يَ ْد عُ و َف إِ َىل ال نَّا رِ ۖ َويػَ ْوـَ ا لْقِ يَامَ ةِ َال‬
ُ َ‫َو َج عَ لْ ن‬
‫يػُ نْ صَ ُرو َف‬

‫الد نػْ يَا لَ ْع نَةً ۖ َويػَ ْوـَ ا لْقِ يَامَ ةِ ُى ْم ِم َن‬


ُّ ِ‫اى ْم ِيف ََٰى ذِ ه‬
ُ َ‫َوأَتْػ بػَ ْع ن‬
‫ُت‬ ِ
َ ‫ا لْ َم ْق بُوح‬
“Dan dia (Fir‟aun) dan bala tentaranya berlaku sombong di bumi
tanpa alasan yang benar, dan mereka mengira bahwa mereka tidak
akan dikembalikan kepada Kami. Maka kami siksa dia(Fir‟aun) dan
bala tentaranya, lalu kami lemparkan mereka ke dalam laut. Maka
kami perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yamg
dhalim. Dan kami jadikan mereka para pemimpin yang mengajak
(manusia) ke neraka dan para hari kiamat mereka tidak akan
ditolong. Dan kami susulkan laknat kepada mereka di dunia ini
sedangkan pada hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang
dijauhkan (dari rahmat Allah).” (Al-Qaṣaṣ: 39-42)230

Ayat di atas menjelaskan tentang keangkuhan Firaun dan


diikuti oleh bala tentaranya. Dimana Firaun dan bala tentaranya tidak
takut akan siksa Allah dan menentangnya. Oleh itu Allah
menghukum mereka karena keangkuhan dan kedurhakaannya.
Hingga mereka dilempar oleh Allah kedalam laut Merah
sebagaimana batu-batu kecil yang terlembar ke dalam air. Kemudian
sikap angkuh Firaun, diikuti oleh tentara-tentaranya. Maka oleh Allah
diturutkan kehendak mereka dan dijadikanya mereka pemuka-
pemuka kedurhakaan.231

230
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2012), hal. 151.
231
M. Quraish Shihab, Tafsir al Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an
vol. 10 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal.351-352.

145
3. Kisah Abu Jahl dan pembesar Quraisy yang merasa berkuasa di
Makkah. Mereka bersikap angkuh dan selalu menghinan dan
menindas Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Namun Rasul
dan kaum muslimin terus bersabar sambil mengumpulkan
kekuatan untuk menandingi mereka. Hingga akhirnya pada
peperangan Badar mereka terbunuh dan dimasukkan dalam sumur
Badar. Pernyataan Abu Jahl dimasukkan ke dalam sumur Badar
diambil dari Ṣahīh al-Bukhāri , bab melemparkan bangkai kaum
musyrikin ke dalam sumur.

Kisah-kisah di atas, menurut Aman Abdurrahman sangat


relevan dengan fenomena yang terjadi saat ini dikalangan ikhwan-
ikhwan yang berjuang membela Islam. Dimana pemerintah tagut
selalu menghalangi jihad para anṣār tauhid. Aman yakin dan percaya
jika suatau saat, kekuatan anṣār tauhid sudah kuat akan mampu
menumbangkan pemerintah tagut dan mengajak para pembela tagut
kembali ke jalan Allah dan menjadi anṣār tauhid.

Data 2232

Puncak kebahagian mereka adalah kekuasaan, dan itu akan


berakhir baik digantikan oleh yang lain ataupun dengan kematian.
Sedangkan harta maka akan ditinggal mati pula dan begitu juga
isteri yang cantik, maka bagaimana kalau fisik sudah lemah lagi
tua? Kebahagiaan dunia ada batasnya dan bahkan akan menjadi
sumber kesengsaraan batin bila tidak didasari tauhid dan amal
saleh, karena yang menjamin kebahagiaan jiwa hanyalah iman
(tauhid) dan amal saleh.

Data di atas merupakan peringatan Aman Abdurrahman


kepada seluruh umat manusia, khususnya pembela pemerintah tagut.
Aman menyindir para pembela tagut karena hanya mengejar
kekuasaan yang tidak abadi, kekuasaan dalam pemerintah hanya lima
232
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman, hal. 151 paragraf 3.

146
tahun, paling lama sepuluh tahun, dan akan berputar seperti itu secara
terus menerus. Banyak orang yang mencalonkan diri, menjadi wakil
rakyat baik di daerah maupun di pusat, baik mencalonkan diri
menjadi anggota dewan atau menjadi calon walikota/bupati,
Gubernur, bahkan presiden. Mereka melakukan apapun usaha untuk
mencapai tingkat kekuasaan itu.

Padahal jika diperhatikan lebih mendalam, kekuasaan akan


berhenti jika sudah habis masa bakti dan jika ajal telah menjemput.
Begitu juga dengan keluarga, istri cantik pun akan ditinggalkan,
tubuh-tubuh yang kokoh juga akan berganti dengan tubuh yang
lemah. Kebahagiaan dunia ada batasnya, bahkan akan menjadi
sumber nestapa jika tidak dilandasi dengan tauhid dan amal sholeh.
Karena penjamin kebahagiaan jiwa hanyalah amal saleh dan tauhid
sebagaimana firman-Nya ta‟ala:

ً‫ح يِيػَ نَّوُ َح يَا ة‬ ِ ‫ذَ َك رٍ أ َْو أُنػْ ثَ َٰى َو ُى َو‬ ‫احلًا ِم ْن‬ ِ ‫م ن ع ِم ل ص‬
ْ ُ‫مُ ْؤم ٌن فػَ لَن‬ َ َ َ َْ
‫َك انُوا يػَ ْع َم لُو َف‬ ‫س نِ مَ ا‬َ ‫َح‬ْ ‫أَج َر ُى ْم بِأ‬ْ ُ ‫ج زِيػَ ن ػ‬
‫َّه ْم‬ ْ َ‫طَيّْبَةً ۖ َولَن‬
“Barang siapa beramal saleh baik laki-laki maupun perempuan,
sedangkan dia itu mu‟min maka sungguh Kami akan memberikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sungguh Kami akan
memberikan kepada mereka yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan.” (al-Naḥl: 97)233

Aman Abdurrahman menilai kehidupan yang baik adalah


kehidupan yang bahagia di dunia maupun di akhirat, kebahagiaan
tersebut telah dijanjikan oleh Allah untuk diberikan kepada umat-Nya
yang bertauhid dan beramal saleh. Kehidupan yang penuh
233
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 151.

147
kebahagiaan ditandai dengan nikmatnya hati dan ketenangan jiwa
yang dirasakan oleh orang-orang yang menghambakan diri dan
berserah diri kepada Allah SWT. Ketika sudah berserah diri, maka
apapun kondisinya tidak akan mengubah keberserahan dirinya
kepada Tuhan-Nya. Kondisi di penjara, penyiksaan, penindasan, dan
pemenjaraan tidak akan pernah menghalangi orang-orang yang telah
menghambakan diri kepada-Nya. Semakin dekat seorang hamba
muwahhid kepada Tuhannya maka semakin besar pula kebahagiaan
hidup yang diterimanya. Semakin banyaknya pengorbanan yang
mereka ikhlaskan demi tegaknya agama Allah, maka semakin besar
kenikmatan hidup yang mereka rasakan, mereka akan semakin
semangat membela agama Allah karena mereka tahu tingkatan surga
yang telah dijanjikan Allah kepada pembela-pembelaNya.

Aman Abdurrahman mengambil ibrah dan pelajaran dari


beberapa kisah yang relevan dengan keadaan di atas, kisah-kisah
tersebut ialah:

1. Kisah nabi Yusuf yang lebih memilih penjara daripada mengikuti


ajakan untuk berbuat maksiat oleh kaum di zaman itu, kisah ini
tertuang dalam surat Yusuf ayat 33,

ِ ِ
‫ؼ‬ ْ َ‫ب إِ َِلَّ شلَّا يَ ْد عُ ونَ ٍِت إِلَيْ و ۖ َو إِ َّال ت‬
ْ ِ‫ص ر‬ ُّ ‫أَح‬
َ ‫الس ْج ُن‬
ّْ ‫ب‬ ّْ ‫اؿ َر‬
َ َ‫ق‬
ِِ ِ
َ ‫ب إِلَيْ ِه َّن َوأَ ُك ْن م َن ا ْجلَاى ل‬
‫ُت‬ ُ ‫أَص‬
ْ ‫عَ ٍّْت َك يْ َد ُى َّن‬
“Ya Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada mengikuti ajakan
mereka.”(Yusuf: 33)234

234
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 152.

148
2. Kisah si Ghulam dalam kisah aṣḥāb al-Ukhdūd dengan senang
hati dirinya rela dan ikhlas dibunuh demi tegaknya kalimat Allah
ta‟ala. Orang-orang muwaḥḥidīn yang menerima dakwah si
Ghulam tersebut rela dibakar hidup-hidup demi menjaga prinsip
yang mereka anggap benar. Kisah ini tertera dalam surat al-Burūj
ayat 4-8,

‫ إِذْ ُى ْم عَ لَيْػ َه ا‬# ِ‫ات ا لْ َوقُود‬ ِ َ‫ ال نَّا رِ ذ‬# ِ‫قُتِل أَص ح اب ْاألُخ ُد ود‬
ْ ُ َ ْ َ
ِِ
‫ َومَ ا‬# ٌ‫ُت ُش ُه ود‬ َ ‫ َو ُى ْم عَ لَ َٰى مَ ا يػَ ْف عَ لُو َف بِا لْ ُم ْؤم ن‬# ٌ‫قػُ عُ ود‬
ِ‫نػَ َق م وا ِم نْػ ه م إِ َّال أَ ْف ي ػ ؤ ِم ن وا بِال لَّوِ ا لْع زِي زِ ا ْحل ِم يد‬
َ َ ُ ُْ ُْ ُ
“Binasalah orang-orang yang membuat parit (yaitu pembesar-
pembesar Najran di Yaman), yang berapi (yang memiliki) kayu
bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka
menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang
mu‟min. Dan mereka menyiksa orang-orang mu‟min hanya
karena(orang-orang mu‟min itu) beriman kepada Allah Yang Maha
Perkasa lagi Maha terpuji.” (al-Burūj: 4-8)235

Orang-orang yang sudah memiliki prinsip kuat memegang


komitmen, meskipun mendapatkan penderitaan, mereka mengetahui
jika penderitaan itu hanyalah sesaat. Mereka juga yakin jika prinsip
yang kuat akan pemahaman tauhid maka akan membawa
kebahagiaan yang besar.

3. Kisah ketiga, kisah Bilal Ibn Rabah. Manisnya keimanan yang


sudah menyatu dengan jiwa mampu mengalahkan pahitnya siksaan
yang dialaminya. Semakin banyak siksaan yang ia terima semakin
nikmat iman yang ia rasakan. Sehingga terlontar dari lisannya
kalimat berikut meskipun dalam keadaan disiksa,

235
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 152.

149
‫أحد أحد لو علمت كلمة أغيظ منها لقلتها‬
“Esa, Esa, Andaikata ada ucapan lain yang lebih membuat kalian
geram darinya, tentu aku mengatakannya,”

Tiga ibrah di atassudah cukup menjadi bukti bahwa


kebahagiaan di dunia harus dibarengi dengan melekatnya keimanan
dan tauhid di dalam jiwa. Sehingga dalam kondisi apapun tidak akan
pernah bisa lepas dari kenikmatan yang diberikan Allah ta‟ala. Para
muwaḥḥidīn akan terus konsisten dalam menghadapi perlawanan dari
para tagut baik dari penyiksaan, penindasan, pemenjaraan maupun
pembunuhan.

Menurut Aman Abdurrahman dan jamaahnya hal di atas


sangat berkebalikan dengan kondisi anṣār tagut yang tidak
sepenuhnya dibarengi dengan iman dan tauhid di dalam diri setiap
melakukan tugas. Yang mereka lakukan bukan untuk mendapatkan
ketenangan diri, melainkan untuk mendapatkan imbalan berupa
materi atau kenaikan pangkat. Bahkan di beberapa lapas mereka
mengatakan ada “bulan horor”, dalam arti di bulan-bulan tersebut
dipastikan ada penangkapan, meskipun sudah diincar sejak lama
namun penangkapannya dilakukan di bulan-bulan tertentu.

150
Data 3236

Mantapnya keyakinan tauhid dan keyakinan bahwa manfaat dan


mudlarat itu hanya di tangan Allah bukan di tangan makhluk
walaupun mereka itu para penguasa negeri, keyakinan ini yang
mendorong Nabi Nuh „alaihissalam mengatakan:
ِ ‫ام ي وتَ ْذكَِتِي بِآي‬
ِ‫ات ال لَّو‬ ِ َ‫ي ا قػَ و ِـ إِ ْف َك ا َف َك ب ػ ر ع لَي ُك م م ق‬
َ َ َ ْ ْ َ َُ ْ َ
‫ََجِ عُ وا أ َْم َرُك ْم َو ُش َرَك اءَ ُك ْم ُثَُّ َال يَ ُك ْن‬ ِ
ْ ‫ت فَأ‬ ُ ْ‫فػَ عَ لَى ال لَّو تػَ َو َّك ل‬
ِ ‫أَم رُك م ع لَي كُ م غُ َّم ةً ُثَُّ ا قْضُ وا إِ َِلَّ وَال تػُ نْ ظِ ر‬
‫وف‬ ُ َ ْ ْ َ ْ ُْ
“Wahai kaumku! Jika terasa berat bagi kalian keberadaanku (di
tengah kalian) dan peringatanku dengan ayat-ayat Allah, maka
kepada Allah aku bertawakkal, karena itu bulatkan keputusan
kalian dan kumpulkan sekutu-sekutu kalian (untuk
membinasakanku), dan janganlah kalian ini dirahasiakan,
kemudian bertindaklah terhadap diriku dan janganlah kalian tunda
lagi.” (Yunus: 71)

Sehingga kematian di jalan Allah ta‟ala bukanlah kelelahan, tapi


justru merupakan kemenangan. Itulah yang diyakini para sahabat
radliallahu „anhu, dimana salah seorang dari mereka mengatakan
saat dikhianati dan dibunuh musuh:

‫فزت و رب الكعبة‬
“Saya menang, demi Rab Ka‟bah.”

Data 3 menunjukkan bahwa Aman Abdurrahman ingin


mengatakan kepada seluruh kaum muslimin untuk yakin terhadap
tauhid, dan yakin bahwa manfaat dan mudharat hanya di tangan
Allah ta‟āla bukan di tangan para penguasa. Para muwaḥḥidīn yang
mengalami ujian dengan masuk ke dalam penjara harus terus yakin
bahwa semua kehendak ada di tangan Allah ta‟āla, bentuk-bentuk

236
Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk Orang yang
Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 153 paragraf 2.

151
pengurangan hukuman seperti remisi, Pembebasan bersyarat, dan
lainnya merupakan akal-akalan pemerintah untuk menggoyang hati
para muwaḥḥidīn dari keyakinan yang sudah dipegang dan tertancap
di dalam hati.

Surat Yunus ayat 71 mempunyai ayat lengkapnya sebagai berikut,

‫اؿ لِ َق ْو ِم وِ يَا قػَ ْو ِـ إِ ْف َك ا َف َك بػُ َر‬


َ َ‫َوا تْلُ عَ لَيْ ِه ْم نػَ بَأَ نُو ٍح إِذْ ق‬

‫ََجِ عُ وا‬ ِ ِ ِ ِ ِ
ُ ْ‫عَ لَيْ كُ ْم َم قَ ام ي َوتَ ْذك َتِي بِآيَات ال لَّو فػَ عَ لَى اللَّو تػَ َو َّك ل‬
ْ ‫ت فَأ‬

َّ‫أَم َرُك ْم َو ُش َرَك اءَ ُك ْم ُثَُّ َال يَ ُك ْن أ َْم ُرُك ْم عَ لَيْ ُك ْم غُ َّم ةً ُثَُّ ا قْ ضُ وا إِ َِل‬
ْ
ِ ‫وَال تػُ نْ ظِ ر‬
‫وف‬ ُ َ

Kenapa menang padahal dia terbunuh? Ya, menang karena


dengan tauhid dan amalnya ini dia mendapatkan surga dan dijauhkan
dari neraka, menang meninggalkan kekeruhan dunia ke alam surga
yang penuh kenikmatan, dan menang mendapatkan fisik yang
sempurna di alam sana.

ُ‫از ۖ َومَ ا ا ْحلَيَا ة‬ ِ ْ ‫فَم ن زح زِح ع نِ ال نَّا رِ و‬


َ َ‫أُد خ لَ ا ْجلَنَّةَ فػَ قَ ْد ف‬ َ َ َ ُْ َْ
ِ‫الد نػْ يَا إِ َّال مَ تَاعُ ا لْغُرور‬
ُّ
ُ
“Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam
surga, maka dia telah menang. Dan kehidupan dunia hanyalah
kesenangan yang memperdaya.” („Ali-Imrān:185)237

237
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 154.

152
‫‪Surat „Ali-Imrān ayat 185 mempunyai bunyi lengkap sebagai berikut,‬‬

‫ت ۖ وإِ َّمنَا تػُ وفػَّ و َف أُج ورُك م يػ وـ ا لْقِ ي ام ةِ‬ ‫س ذَ ائِقَ ةُ ا لْم و ِ‬ ‫ُك لُّ نػَ ْف ٍ‬
‫َ ْ ُ َ ْ َْ َ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َْ‬
‫از ۖ َومَ ا ا ْحلَيَا ةُ‬ ‫ۖ فَم ن زح زِح ع نِ ال نَّا رِ و ْ ِ‬
‫أُد خ لَ ا ْجلَنَّةَ فػَ َق ْد فَ َ‬ ‫َ‬ ‫َْ ُْ َ َ‬
‫الد نػْ يَا إِ َّال مَ تَاعُ ا لْغُرورِ‬
‫ُّ‬
‫ُ‬
‫‪Bahkan luka yang didapatkan di jalan Allah akibat serangan‬‬
‫‪musuh atau penyiksaannya akan menjadi nilai pahala dan diharapkan‬‬
‫‪balasannya. Khusus dalam hal ini banyak dari kalangan jamaah‬‬
‫‪Aman yang meyebutkan mendapatkan siksaan dari para petugas agar‬‬
‫‪mau mengikuti permainan yang sedang dilakukan oleh petugas‬‬
‫‪tersebut. Rasulullah SAW berkata di dalam hadist yang Ṡābit:‬‬

‫ما من مكلوـ يف سبيل اهلل و اهلل أعلم مبن يكلم يف سبيلو إال جاء يوـ‬
‫‪238‬‬
‫القيامة و كلمو يدمي‪ .‬اللوف لوف الدـ و الريح ريح ادلسك‬

‫‪238‬‬
‫‪Hadis di atas diambil dari buku Sunan at-Tirmīdzī Kitāb fadhōil al-Jihād „an‬‬
‫‪Rosūlillah SAW‬‬
‫‪ 1656‬حدثنا قتيبة حدثنا عبد العزيز بن زلمد عن سهيل بن أيب صاحل عن أبيو عن أيب ىريرة قاؿ قاؿ رسوؿ اهلل صلى اهلل‬
‫عليو وسلم ال يكلم أحد يف سبيل اهلل واهلل أعلم مبن يكلم يف سبيلو إال جاء يوـ القيامة اللوف لوف الدـ والريح ريح‬
‫ادلسك قاؿ أبو عيسى ىذا حديث حسن صحيح وقد روي من غَت وجو عن أيب ىريرة عن النِب صلى اهلل عليو وسلم‬
‫قولو ‪ ( :‬ال يكلم ) بضم أولو وسكوف الكاؼ وفتح الالـ أي جيرح ( أحد يف سبيل اهلل ) قاؿ السيوطي ‪ :‬أي سواء مات‬
‫صاحبو منو أـ ال كما يؤخذ من رواية الًتمذي ( واهلل أعلم مبن يكلم يف سبيلو ) َجلة معًتضة بُت ادلستثٌت وادلستثٌت منو ‪.‬‬
‫قاؿ ال نووي ‪ :‬ىذا تنبيو على اإلخالص يف الغزو ‪ ،‬وأف الثواب ادلذكور فيو إمنا ىو دلن أخلص فيو وقاتل لتكوف كلمة اهلل ىي‬
‫العليا ‪ .‬قالوا ‪ :‬وىذا الفضل وإف كاف ظاىره أنو يف قتاؿ الكفار ‪ ،‬فيدخل فيو من خرج يف سبيل اهلل يف قتاؿ البغاة وقطاع [‬
‫ص‪ ] 466 :‬الطريق ويف إقامة األمر بادلعروؼ والنهي عن ادلنكر وضلو ذلك ( إال جاء يوـ القيامة اللوف لوف الدـ والريح ريح‬
‫ادلسك ) ويف رواية مسلم ‪ :‬إال جاء يوـ القيامة وجرحو يثعب ‪ ،‬اللوف لوف الدـ والريح ريح مسك ‪ .‬قاؿ النووي ‪ :‬قولو صلى‬
‫اهلل عليو وسلم ‪ " :‬وجرحو يثعب " ىو بفتح الياء والعُت وإسكاف ادلثلثة بينهما ومعناه جيري متفجرا أي كثَتا ‪ ،‬قاؿ ‪:‬‬
‫واحلكمة يف رليئو يوـ القيامة كذلك أف يكوف معو شاىد فضيلتو وبذلو نفسو يف طاعة اهلل تعاىل انتهى ‪.‬‬

‫‪153‬‬
“Tidak seseorang pun yang terluka di jalan Allah-dan Allah lebih
mengetahui akan orang yang terluka di jalan-Nya-melainkan ia
datang di hari kiamat sedangkan lukanya mengalirkan darah,
warnanya warna darah dan baunya bau kasturi.”

Bahkan kalau dipenjara maka dia itu dalam posisi di zalimi,


bahkan anak istrinya pun ikut di dhalimi, sedangkan doa orang yang
di zalimi itu mustajab, Rasulullah SAW bersabda:

239
‫اتق دعوة ادلظلوـ فإنو ليس بينها و بُت اهلل حجاب‬
“hati-hatilah terhadap doa orang yang didhalimi, karena diantara
doa itu dengan Allah tidak ada penghalang.”(HR al-Bukhāri dan
Muslim)

Maka akan digunakan doa itu untuk kehancuran para tagut


dan anṣārnya. Dalam arti banyak dari WBP tindak Terorisme
khususnya kelompok Aman Abdurrahman, dengan dalil di atas
mereka sering mendoakan aparat pemerintah yang dianggap tagut
mendapatkan balasan yang setimpal baik kesengsaraan di dunia dan
di akhirat. Dengan dalil di atas juga, mereka melakukan aksi-aksi

‫ ( ىذا حديث صحيح ) وأخرجو الشيخاف والنسائي‬: ‫قولو‬


Diakses dari
http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?idfrom=3114&idto=3117&bk_no=
56&ID=1137, pada 15 Agustus 2017.
239
Hadis diatas diambil dari buku Shohih al-Bukhōri, Kitāb al-Maẓōlim, bāb al
Itqā‟i wa al hażr min da‟wah al mazlūm,
‫حدثنا َيِت بن موسى حدثنا وكيع حدثنا زكرياء بن إسحاؽ ادلكي عن َيِت بن عبد اهلل بن صيفي عن أيب‬2316
‫معبد موىل ابن عباس عن ابن عباس رضي اهلل عنهما أف النِب صلى اهلل عليو وسلم بعث معاذا إىل اليمن فقاؿ اتق دعوة‬
.‫ادلظلوـ فإهنا ليس بينها وبُت اهلل حجاب‬
‫قولو ( باب االتقاء واحلذر من دعوة ادلظلوـ ) ذكر فيو حديث ابن عباس يف بعث معاذ إىل اليمن سلتصرا مقتصرا منو على‬
. ‫ وقد تقدـ الكالـ عليو مستوىف يف أواخر الزكاة‬، ‫ادلراد ىنا‬
Diakses dari,
http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?idfrom=4450&idto=4451&bk_no=
52&ID=1557 pada 15 Agustus 2017.

154
untuk mencelakai para aparat tagut. Daripada mereka yang sengsara
lebih baik aparat tagut yang sengsara. Maka tidak heran jika banyak
dari pihak POLRI dimanapun mereka berada akan menjadi sasaran
kaum Muwaḥḥidīn.

Selama menjalani hukuman, semenjak ditangkap kemudian


ditempatkan di Mako Brimob, Depok kemudian Lembaga
Pemasyarakatan, banyak dari kelompok Aman Abdurrahman
menggunakan kesempatan tersebut untuk sebanyak-banyaknya
merekrut jamaah baru dari napi umum. Menurut penuturan beberapa
petugas lapas, mereka secara terstruktur dan massif melakukan
identifikasi kepada para penghuni lapas untuk kemudian diberi
doktrin-doktrin pemahaman keislaman yang mereka anut selama ini.
Dalam perekrutan ini yang menjadi sasaran adalah napi umum yang
sudah frustasi dan ingin belajar agama dengan baik. Celah ini
menjadi efektif karena minimnya pembinaan di dalam Lapas,
sehingga kelompok tersebut memanfaatkan momentum untuk
mendekati orang-orang tersebut.

Dengan dalih untuk hijrah ke jalan yang baik, mereka


mencoba mengajak para napi umum untuk belajar Islam versi
kelompok mereka. Pertemuan biasanya dilakukan di jam-jam istirahat
dimana mereka bisa bertatap muka, tidak sedikit juga para napi
umum datang ke blok napi teroris untuk sekedar mendengarkan
ceramah agama atau belajar ngaji. Di sinilah nilai-nilai radikalisme
itu muncul dan tumbuh subur di kalangan non ikhwan.

Aman Abdurrahman berkata “Dan akan kami gunakan


kesempatan di penjara ini insyaallah untuk mengajak orang yang bisa
kami ajak kepada tauhid dan kepada sikap membenci dan memusuhi

155
‫‪para tagut dan anṣārnya, sungguh bisa mengajak mereka adalah‬‬
‫‪keutamaan bagi kami”, karena Rasul kami mengatakan:‬‬

‫‪240‬‬
‫ألف يهدي اهلل بك رجال واحدا خَت لك من محر النعم‬
‫‪“Sungguh Allah memberi hidayah kepada seseorang dengan sebab‬‬
‫‪kamu adalah lebih baik bagimu daripada unta yang merah.” (HR al-‬‬
‫)‪Bukhāri‬‬

‫‪Data 4241‬‬

‫‪Karena setiap amal kebaikan yang dilakukan orang tersebut maka‬‬


‫‪kami mendapatkan seperti pahala orang tersebut tanpa mengurangi‬‬
‫‪pahala dia itu, sebagaimana dijelaskan Rasul kami:‬‬

‫‪242‬‬
‫من دؿ على خَت فلو مثل أجر فاعلو‬
‫‪“Barangsiapa menunjukkan (orang lain) kepada kebaikan, maka dia‬‬
‫‪mendapatkan seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR‬‬

‫‪240‬‬
‫‪Hadis di atas diambil dari,‬‬
‫باب مناقب علي بن أيب طالب القرشي اذلامشي أيب احلسن رضي اهلل عنو‬
‫وقاؿ النِب صلى اهلل عليو وسلم لعلي أنت مٍت وأنا منك وقاؿ عمر تويف رسوؿ اهلل صلى اهلل عليو وسلم وىو عنو راض ‪.‬‬
‫‪3498‬حدثنا قتيبة بن سعيد حدثنا عبد العزيز عن أبي حازم عن سهل بن سعد رضي اهلل عنو أف رسوؿ اهلل صلى اهلل‬
‫عليو وسلم ق اؿ ألعطُت الراية غدا رجال يفتح اهلل على يديو قاؿ فبات الناس يدوكوف ليلتهم أيهم يعطاىا فلما أصبح الناس‬
‫غدوا على رسوؿ اهلل صلى اهلل عليو وسلم كلهم يرجو أف يعطاىا فقاؿ أين علي بن أبي طالب فقالوا يشتكي عينيو يا‬
‫رسوؿ اهلل قاؿ فأرسلوا إليو فأتون بو فلما جاء بصق يف عينيو ودعا لو فربأ حىت كأف َل يكن بو وجع فأعطاه الراية‬
‫فقاؿ علي يا رسوؿ اهلل أقاتلهم حىت يكونوا مثلنا فقاؿ انفذ على رسلك حىت تنزؿ بساحتهم ُث ادعهم إىل اإلسالـ وأخربىم‬
‫مبا جيب عليهم من حق اهلل فيو فواهلل ألف يهدي اهلل بك رجال واحدا خَت لك من أف يكوف لك محر النعم‬
‫‪http://hadith.al-islam.com/Page.aspx?pageid=192&BookID=24&PID=3509,‬‬
‫‪diakses 15 Agustus 2017.‬‬
‫‪241‬‬
‫‪Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk‬‬
‫‪Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 154 paragraf 5.‬‬
‫‪242‬‬
‫‪Hadis diatas diambil dari,‬‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫اؿ رس ُ ِ‬ ‫ٍ‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم ‪َ ( :‬م ْن َد َّؿ َعلَى َخ ٍَْت فَػلَوُ مثْلُ أ ْ‬
‫َج ِر‬ ‫وؿ اللَّو َ‬ ‫اؿ ‪ :‬قَ َ َ ُ‬ ‫صا ِر ّْ‬
‫ي رضي اهلل عنو قَ َ‬ ‫وع ْن أَِيب َم ْس ُعود ْاألَنْ َ‬
‫َ‬
‫فَاعلو ) رواه مسلم ( ‪.(3985‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬

‫‪156‬‬
Muslim)

Kalau kalian mengisolasi kami dan menjauhkan kami dari manusia,


maka akan kami gunakan untuk belajar dan mengkaji ilmu-ilmu
Islam dan meringkasnya buat bekal di masa mendatang, sedangkan
sebaik-baiknya teman di dalam kesendirian adalah buku, 243 dan
kalian bisa melihat bahwa mayoritas buku yang ditulis atau
diterjemahkan aktivis Islam yang tersebar di tengah masyarakat
adalah hasil pekerjaan di penjara.

Data 4 di atas menunjukkan dua keinginan Aman


Abdurrahman untuk dijelaskan kepada para pengikutnya. Pertama,
dengan mengutip hadis riwayat Muslim yang menjelaskan tentang
manfaat dan balasan bagi orang yang menunjukkan suatu kebaikan
kepada orang lain. Kenapa Aman Abdurrahman menggunakan hadis
diatas? Menurut hemat penulis, secara psikologis orang yang
mendapatkan hukuman untuk tinggal di dalam lembaga
pemasyarakatan (LP) merasa mendapatkan beban yang berat, entah
beban yang ditanggung pribadi maupun keluarga. Untuk mengurangi
kesedihan yang melanda para ikhwan yang ditangkap oleh penegak
hukum dalam hal ini densus 88 maka Aman Abdurrahman
menegaskan kepada Jamaahnya untuk tidak bersedih karena apa yang
telah mereka lakukan adalah suatu hal yang benar untuk meninggikan
agama Islam.

Seperti biasanya, bagi napi teroris yang baru dipindahkan dari


Mako Brimob Kelapa Dua Depok ke lapas-lapas seluruh Indonesia
akan ditempatkan di sel khusus. Selain sebagai Mapenaling (masa

243
Perumpamaan diatas bisa juga disebutkan dengan kata-kata mutiara dalam
bahasa Arab yang berbunyi,
‫خَت جليس ىف الزماف كتاب‬
157
pengenalan lingkungan) hal ini bertujuan untuk memberikan
pengawasan khusus kepada napiter. Sebagaimana diketahui terorisme
menjadi salah satu kasus ektra ordinary crime selain kasus narkoba
dan korupsi. Pihak lapas akan bersikap hati-hati kepada napi teroris
dibandingkan dengan napi umum lainnya, bahkan sampai ada yang
lama dikeluarkan dari sel khusus karena pertimbangan keamanan.
Menurut kelompok ikhwan yang memiliki pemahaman radikal, lapas
menjadi tempat untuk menyebarkan pemahamannya, khususnya
pemahaman dasar-dasar tauhid.

Data 5244

Dan andaikata kalian menjauhkan kami dari buku dan tulisan, tapi
kalian tidak bisa menjauhkan diri kami dari al Quran dan żikrullāh,
dimana Rasulullah SAW telah menamakan majelis dzikir sebagai
taman surga:
‫إذا مررمت برياض اجلنة فارتعوا قالوا وما رياض اجلنة؟ قاؿ حلق الذكر‬
“Bila kalian melewati taman-taman surga, maka bersenang-
senanglah.” Mereka bertanya: Apakah taman-taman surga itu?
Beliau menjawab: “halaqah-halaqah dzikir.”(hadis hasan riwayat
Ahmad dan At Tirmidzi)
Sehingga disitulah kebahagiaan hidup dan ketenangan jiwa dapat
dirasakan.
ِ ِ ِ َ ۖ
ُ ُ‫أَال بِذ ْك رِ ال لَّو تَطْ َم ئ ُّن ا لْقُ ل‬
‫وب‬
“Ingatlah, dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram.” (Ar
Ra‟du: 28)

Aman Abdurrahman menyarankan kepada para jamaahnya


yang sedang menjalani hukuman di penjara untuk mengisi

244
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 155 paragraf 2.

158
kekosongan waktunya dengan perbuatan-perbuatan yang
mendatangkan manfaat. Seperti, membaca al-Qur‟an, membaca
buku-buku yang menguatkan iman, dan berdiskusi dengan sesama
kelompoknya untuk penguatan ilmu sebagai bekal ketika sudah
bebas. Bahkan tidak sedikit dari mereka mencoba untuk
mempengaruhi narapidana kasus umum untuk belajar dengan mereka
dan mencoba mempengruhi napi-napi umum tersebut untuk masuk
dan menjadi bagian dari kelompok mereka. Sehingga tidak jarang
pendekatan yang mereka lakukan kepada sesama penghuni lapas
membuat repot para petugas Lapas. Bahkan tidak sedikit yang berani
berikrar menjadi bagian dari kelompok tersebut.

Bagi golongan tertentu yang memiliki pemahaman


keagamaan cukup, mereka mencoba untuk menuliskan pemikiran-
pemikiran mereka ke dalam sebuah buku untuk kemudian
disebarluaskan di masyarakat umum. Akan tetapi, hingga tahap
penulisan buku dan disebarluasakan di dalam masyarakat menurut
hemat penulis tidak banyak dilakukan oleh kelompok-kelompok
tersebut. Kedangkalan pemahaman keislaman dengan baik membuat
mereka enggan untuk menuliskan pemikiran yang dianut selama ini
ke dalam bentuk cetak. Namun, jika tulisan tersebut berbentuk tulisan
singkat maka akan mudah ditemukan di beberapa jejaring sosial,
seperti facebook, twitter, whatapp, dan telegram.

Aman Abdurrahman terus memberikan semangat untuk


menulis kepada para jamaahnya dengan mengutip kata-kata mutiara
Arab yang artinya “sebaik-baiknya teman ketika duduk adalah buku”.
Aman Abdurrahman mencotohkan bahwa selama ini sudah banyak
produk buku yang ditulis oleh para ikhwan muslimin ketika

159
menjalani hukuman di dalam penjara seperti Syaikh Ibn Taimiyyah
dan Sayyid Quṭb. Semangat tersebut terus ia tanamkan ke benak para
pengikutnya, jika pihak lapas tidak memberikan ruang ekpresi untuk
menulis, maka cukup dengan membaca al-Qur‟an dan berdzikir
sepanjang waktu untuk mengingat Allah SWT. Aman ingin
melakukan apa yang di lakukan Rasulullah kepada umat muslim
dengan menyeru untuk menuju taman surga melalui zikrullāh,

‫إذا مررمت برياض اجلنة فارتعوا قالوا وما رياض اجلنة؟ قاؿ حلق الذكر‬
“Bila kalian melewati taman-taman surga, maka bersenang-
senanglah.” Mereka bertanya: Apakah taman-taman surga itu?
Beliau menjawab: “halaqah-halaqah dzikir.”(hadis hasan riwayat
Ahmad dan al-Tirmidzi)

Hadis di atas sesuai dengan firman Allah,

ِ‫أَال بِذِ ْك رِ ال لَّو‬


َ ۖ ِ‫ين آمَ نُوا َوتَطْ َم ئِ ُّن قػُ لُوبػُ ُه ْم بِذِ ْك رِ ال لَّو‬ ِ َّ
َ ‫ال ذ‬
‫وب‬ ِ
ُ ُ‫تَطْ َم ئ ُّن ا لْقُ ل‬
Dengan banyak mengadakan pertemuan-pertemuan, majelis-
majelis zikir di dalam penjara, menurut Aman Abdurrahman bisa
menjadikan hati para jamaahnya tenang, ketenangan hati tersebut
didapatkan karena memperbanyak berzikir kepada Allah. Aman
Abdurrahman mengutip potongan dari surat al-Ra‟d ayat 28 untuk
memperkuat argumenya tersebut, dengan ayat
ِ ِ ِ َ
ُ ُ‫أَال بِذ ْك ِر ال لَّو تَطْ َم ئ ُّن ا لْقُ ل‬
‫وب‬

Dengan memperbanyak berzikir kepada Allah, maka


ketenangan hati akan di dapatkan. Banyak waktu kosong

160
ketika berada di dalam penjara, banyak kesempatan emas
untuk terus melakukan perbuatan baik dengan mengkaji
kitab-kitab tentang agama Islam, saling mengingatkan satu
dengan lainnya untuk memperkuat kadar keimanan dan tetap
istiqomah menjadi muwaḥḥidīn yang selalu berada di dalam
anṣār tauhid.
Penjara merupakan tempat yang tepat, dan masa
hukuman di dalam pejara menjadi masa yang sangat tepat
untuk terus bermunajat kepada Allah SWT. Hal ini sudah
sesuai dengan hadis Quds,

‫وما يزاؿ عبدي يتقرب إِل بالنوافل حىت أحبو فإذا أحببتو كنت َسعو الذي‬
‫يسمع بو و بصره الذي يبصر بو و يده اليت يبطش ّٔا و رجلو اليت ِيشي‬
‫ّٔا و إف سألٍت ألعطينو و لئن استعاذن ألعيذنو‬
“Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan
nawafil (ibadah-ibadah sunnah) sampai Aku mencintainya. Dan bila
Aku telah mencintainya, maka Akulah pendengarannya yang dengan
itu ia mendengar dan pandangannya yang dengan itu ia melihat dan
tangannya yang dengan itu ia memukul dan kakinya yang dengan itu
ia berjalan. Bila ia meminta kepada-Ku tentu Aku memberinya dan
bila ia meminta perlindungan dengan-Ku tentu Aku
melindunginya.”(HR. Al-Bukhāri)

Aman Abdurrahman menegaskan kembali sebuah ajakan


kepada jamaahnya untuk mendoakan kepada para pembela tagut
mendapatkan kehancuran baik dari kekuasaanya, keluarganya, harta
bendanya, dan segalanya karena telah mendustakan hukum Allah dan
menghambakan kepada hukum buatan manusia, kecuali mereka
bertaubat dan kembali kepada ajaran Tauhid.

161
Pernyataan di atas menunjukkan jelas sikap Aman
Abdurrahman dan Jamaahnya kepada sesama kaum muslimin.
Mereka tidak lagi menganggap kaum muslim sebagai saudara. Aman
Abdurrahman menutup rapat pintu ukhuwah sesama muslim dan
mengantinya dengan justifikasi kafir kepada kaum muslimin yang
tidak mengimani seperti apa yang ia dan jamaahnya imani. Islam
yang rahmatan lil „ālamīn berubah makna dan terjadi distorsi di
kalangan Aman dan kelompoknya. Bukan lagi menjadi rahmat bagi
seluruh alam namun menjadi sesuatu yang sangat ditakuti.245
Konsep takfiri yang Aman Abdurrahman kemukakan perlu
mendapat tanggapan serius dari ulama-ulama agar tidak menjadi
virus yang akan menular kepada generasi muda muslim. Jika virus
takfiri sudah masuk ke dalam jiwa kaum muda muslim akan banyak
menimbulkan kemudharatan sesama kaum muslim. Aman banyak
menggunakan dalil-dalil al-Qur‟an seperti firman Allah dalam surat
al-Zumar: 3, 8; al-Mu‟minūn:117; Yunus:106; Luqmān:13; al-
Baqarah: 254, al-Mumtahanah: 4, dan al-Kāfirūn:1-2. Selain itu
Aman Abdurrahman juga sering mengutip perkataan Syaikh
„Abdurrahmān Ibn Hasan Ibn Muhammad Ibn „Abd al-Wahhāb
“Allah Subḥānahu wa ta‟āla telah mencap kafir para pelaku syirik
dalam ayat yang sangat banyak, maka (kita) harus mengkafirkan
mereka juga. (Syarh Aṣli Dīn al-Islām)”.246

245
Nasaruddin Umar, Deradikalisasi Pemahaman al-Quran dan Hadis (Jakarta:
Penerbit Gramedia, 2014), hal. 339-342.
246
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman dan syaikh Abu Muhammad „Ashim al-
Maqdisiy, Aqidah para Nabi dan rasul: Penjabaran Realisasi Kalimat Tauhid dalam
Kehidupan (Banten: P-TA Press, 2014), hal.154-157.

162
Data 6247

Yang jelas apapun yang kami alami di jalan Allah ini adalah kebaikan
semuanya, dimana bila kami dibunuh, maka itu kesyahidan yang di cita-
citakan, bila kami di penjara maka itu adalah khalwat dan munajat yang
mendekatkan kepada Allah ta‟ala dan menjauhkan dari dosa, dan bila
kami diasingkan ke negeri lain, maka itu wisata dalam rangka tafakkur
penciptaan.
Segala yang kami alami di jalan Allah ini baik berupa kesulitan,
kesengsaraan dan kepedihan bahkan sikap kami yang membuat kalian
para tagut makin geram dan jengkel terhadap kami adalah bernilai amal
saleh:

‫خ لَّفُ وا‬َ َ‫اب أَ ْف يػَ ت‬ ِ ‫َى ِل ا لْم دِ ينَةِ وم ن ح و َذلُم ِم ن ْاألَعْ ر‬ ِ


ْ ‫مَ ا َك ا َف أل‬
َ َ ْ َْ ْ ََ َ
ِ
‫ك‬َ ‫وؿ ال لَّوِ َوَال يػَ ْرغَ بُوا بِأَنػْ فُ ِس ِه ْم عَ ْن نػَ ْف ِس وِ ۖ ذََٰ ل‬ ِ ‫عَ ن رس‬
َُ ْ
ِ‫يل ال لَّو‬ ِ ِ‫ص ةٌ ِيف َس ب‬ ِ ِ
َ ‫ب َوَال سلَْ َم‬ ٌ َ‫ب أَنػَّ ُه ْم َال يُص ي بػُ ُه ْم ظَ َم أٌ َو َال نَص‬
‫ار َوَال يػَ نَا لُو َف ِم ْن عَ ُد ٍّو نػَ يْ ًال إِ َّال‬ ُ ‫َوَال يَطَئُو َف َم ْوطِ ئًا يَغِي‬
َ َّ‫ظ ا لْكُ ف‬
ِ ِ ِ ِ
ْ ُ‫ب َذلُ ْم بِو عَ َم لٌ صَ ال ٌح ۖ إِ َّف ال لَّوَ َال يُض يع‬
‫أَج َر‬ َ ‫ُك ت‬
‫ُت‬ ِ ِ ‫ا لْم‬
َ ‫حسن‬ ْ ُ
‫ص غَِتَةً َوَال َك بَِتَةً َوَال يػَ ْق طَعُ و َف َوادِ يًا إِ َّال‬ ِ
َ ً‫َوَال يػُ نْ ف قُ و َف نػَ َف قَ ة‬
ِ ِ
ْ ُ‫ج زِيػَ ُه مُ ال لَّو‬
‫أَح َس َن مَ ا َك انُوا يػَ عْ َم لُو َف‬ ْ َ‫ب َذلُ ْم ل ي‬
َ ‫ُك ت‬
“Yang demikian itu, karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan
dan kelaparan di jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat
yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan
suatu bencana kepada musuh, kecuali (semua) itu dituliskan bagi mereka
sebagai suatu amal kebajikan. Sungguh, Allah tidak menyia-nyiakan
pahala orang-orang yang berbuat baik, dan tidaklah mereka memberikan
infaq, baik kecil maupun yang besar dan tidak (pula) melintasi suatu
lembah (berjihad), kecuali akan dituliskan bagi mereka (sebagai amal
kebajikan), untuk diberi balasan oleh Allah (dengan) yang lebih baik
daripada apa yang telah mereka kerjakan.”(At Taubah: 120-121)

Itu bagi kami...

247
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 156 paragraf 2.

163
Data 6 menjelaskan tentang motivasi yang diberikan Aman
Abdurrahman kepada para jamaahnya terkait hukuman yang mereka
dapatkan. Aman Abdurrahman menyebutkan jika apa yang mereka
alami berada di jalan Allah, dan tujuan mereka adalah istisyhād atau
mengejar kesyahidan. Salah satu doktrin yang Aman Abdurrahman
tanamkan kepada para jamaahnya adalah doktrin istisyhād. Doktrin
ini membuat para jamaahnya berlomba-lomba mengejar syahid di
jalan Allah. Sebagaimana hasil diskusi peneliti dengan salah satu napi
teroris kelompok Aman, yang bersangkutan mengatakan telah siap
untuk menjemput maut di jalan Allah, bahkan rela mati di tangan
polisi. Mereka tidak segan-segan menyerang polisi, seperti yang
terjadi pada Aipda Patah Saktiyono dan Aiptu Dwiyatna yang
ditembak oleh kelompok teroris.248

Aman Abdurrahman selalu mendoktrin Jamaahnya untuk


mengibaratkan hukuman di penjara ibarat khalwat dan munajat untuk
terus mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan pemisahan
kelompok dan pengasingan diantara mereka ibarat wisata dalam
rangka tafakkur atas penciptaan manusia. Mereka mempunyai target
membuat geram para tagut dan anṣār tagut atas sikap para anṣār
tauhid selama menjalani hukuman. Memperkuat argumennya Aman
mengutip surat al-Taubah ayat 120-121,

‫ب َوَال سلَْ َم صَ ةٌ ِيف‬ ِ ِ َ ِ‫ۖ ذََٰ ل‬


ٌ َ‫ك ب أَنػَّ ُه ْم َال يُص ي بػُ ُه ْم ظَ َم أٌ َوَال نَص‬
‫ار َوَال يػَ نَا لُو َف ِم ْن عَ ُد ٍّو‬ ُ ‫يل ال لَّوِ َوَال يَطَئُو َف َم ْوطِ ئًا يَغِي‬
َ َّ‫ظ ا لْكُ ف‬ ِ ِ‫َس ب‬

248
Prayitno Ramelan, Ancaman Virus Terorisme: Jejak Teror di Dunia dan
Indonesia (Jakarta: Grasindo, 2017), hal. 150.

164
ِ
ْ ‫اللَّوَ َال يُض يعُ أ‬
‫َج َر‬ ‫ب َذلُ ْم بِوِ عَ َم لٌ صَ الِ ٌح ۖ إِ َّف‬ ِ ِ
َ ‫نػَ يْ ًال إ َّال ُك ت‬
‫َك بَِتَةً َوَال يػَ ْق طَعُ و َف‬ ‫ َوَال يػُ نْ فِ قُ و َف نػَ فَ قَ ةً صَ غَِتَةً َوَال‬# ‫ُت‬ ِ ِ ‫ا لْم‬
َ ‫حسن‬ ْ ُ
ِ ِ ِ ِ
‫س َن مَ ا َك انُوا يػَ ْع َم لُو َف‬َ ‫َح‬ْ ‫ج زِيػَ ُه مُ ال لَّوُ أ‬
ْ َ‫ب َذلُ ْم ل ي‬ َ ‫َواد يًا إ َّال ُك ت‬
“Yang demikian itu, karena mereka tidak ditimpa kehausan,
kepayahan dan kelaparan di jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak
suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan
tidak menimpakan suatu bencana kepada musuh, kecuali (semua) itu
dituliskan bagi mereka sebagai suatu amal kebajikan. Sungguh,
Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik,
dan tidaklah mereka memberikan infaq, baik kecil maupun yang
besar dan tidak (pula) melintasi suatu lembah (berjihad), kecuali
akan dituliskan bagi mereka (sebagai amal kebajikan), untuk diberi
balasan oleh Allah (dengan) yang lebih baik daripada apa yang telah
mereka kerjakan.”(al-Taubah: 120-121)249

Ayat di atas mempunyai bunyi lengkapnya sebagai berikut,

‫خ لَّفُ وا‬ َ َ‫اب أَ ْف يػَ ت‬ ِ ‫َى ِل ا لْم دِ ينَةِ وم ن ح و َذلُم ِم ن ْاألَعْ ر‬ ِ


ْ ‫مَ ا َك ا َف أل‬
َ َ ْ َْ ْ ََ َ
ِ
َ ‫وؿ ال لَّوِ َوَال يػَ ْرغَ بُوا بِأَنػْ فُ ِس ِه ْم عَ ْن نػَ ْف ِس وِ ۖ ذََٰ ل‬
‫ك‬ ِ ‫عَ ن رس‬
َُ ْ
ِ‫يل ال لَّو‬ ِ ِ‫ب َوَال سلَْ َم صَ ةٌ ِيف َس ب‬ ِ ِ
ٌ َ‫ب أَنػَّ ُه ْم َال يُص ي بػُ ُه ْم ظَ َم أٌ َوَال نَص‬
‫ار َوَال يػَ نَا لُو َف ِم ْن عَ ُد ٍّو نػَ يْ ًال إِ َّال‬ ُ ‫َوَال يَطَئُو َف َم ْوطِ ئًا يَغِي‬
َ َّ‫ظ ا لْ ُك ف‬
ِ ِ ‫ض يع أَج ر ا لْم‬ ِ ِ ِ ِ
‫ُت‬
َ ‫حسن‬ ْ ُ َ ْ ُ ُ‫ب َذلُ ْم بِو عَ َم لٌ صَ ال ٌح ۖ إِ َّف ال لَّوَ َال ي‬ َ ‫ُك ت‬

249
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 156.

165
‫ َوَال يػُ نْ فِ قُ و َف نػَ َف قَ ةً صَ غَِتَةً َوَال َك بَِتَةً َوَال يػَ ْق طَعُ و َف َوادِ يًا إِ َّال‬#
ِ ِ
ْ ُ‫ج زِيػَ ُه مُ ال لَّو‬
‫أَح َس َن مَ ا َك انُوا يػَ عْ َم لُو َف‬ ْ َ‫ب َذلُ ْم ل ي‬ َ ‫ُك ت‬
Menurut M. Quraish Shihab ayat di atas menggambarkan
bagaimana seharusnya sikap orang beriman kepada Rasul SAW.
Seseorang yang mengaku beriman harus mencintai Rasul lebih dari
mencintai dirinya sendiri. Jika Rasulullah pergi berperang, dalam
ayat ini adalah perang Tabuk sudah semestinya sebagai umatnya ikut
dalam berperang, bukan malah bersenang-senang dirumah. Mereka
memang tidak lagi ditimpa kehausan yang besar, kepayahan yang
sulit, dan kelaparan yang mencekam. Pada intinya ayat di atas
mengajak untuk mencintai Rasulullah sebagaimana mencintai diri
sendiri, jika Rasulullah mengajak untuk berperang, selama mampu
dan bisa harus ikut berperang, bukan cinta emosional namun juga
rasional.250

Data 7251

Sedangkan bagi kalian wahai para tagut negeri ini dan bala
tentaranya yang berjuang dan bertugas di jalan tagut (hukum
buatan/wahyu syaithan), bukankah yang kalian cari itu adalah
keberkuasaan di dunia, penghormatan manusia dan kejayaan serta
kebanggaan dengan dinas saat kalian ini mempertuhankan selain
Allah ta‟ala yaitu para pemimpin kalian dan hukumnya yang lebih
kalian taati daripada hukum Allah? Dan bukankah yang kalian
harapkan di balik itu adalah gaji bulanan dan kesejahteraan hidup
dunia?
Apakah kalian bercita-cita mati tertembak kami saat kalian sedang
memerangi kami di dalam melaksanakan tugas pimpinan (tagut)
kalian, sebagaimana cita-cita kami mati tertembak kalian? Bukankah
250
M. Quraish Shihab, Tafsir al Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al Qur‟an
vol. 5 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal.747-748.
251
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 157 paragraf 1.

166
kata ulama-ulama bejat kalian bahwa tugas kalian ini jihad juga?
ِ ‫الد ار ْاْل ِخ رةُ عِ نْ َد ال لَّوِ خ الِص ةً ِم ن د‬
‫وف‬ ُ ْ َ َ َ ُ َّ ُ‫ت لَكُ م‬ ْ َ‫قُلْ إِ ْف َك ان‬
ِِ
َ ‫ت إِ ْف ُك نْ تُ ْم صَ اد ق‬
‫ُت‬ َ ‫َّوا ا لْ َم ْو‬ ِ ‫ال ن‬
ُ ‫َّاس فػَ تَ َم ن ػ‬
“maka berharaplah untuk mati jika kalian memang orang-orang
yang benar!” (al-Baqarah: 94)
Kami yakin kalian takut mati dan tidak akan bercita-cita mati di
dalam tugas ini apalagi yang masih muda dan baru berpangkat
briptu atau bripda, belum kembali modal:
ِِ ِ ِ ِ
َ ‫ت أَيْد ي ِه ْم ۖ َوال لَّوُ عَ ل يمٌ بِال ظَّال م‬
‫ُت‬ ْ َ‫َّوهُ أَبَ ًد ا مبَا قَ َّد م‬
ْ ‫َولَ ْن يػَ تَ َم ن ػ‬
“Dan mereka tidak akan menginginkan kematian itu sama sekali,
dengan sebab dosa-dosa yang telah dilakukan tangan-tangan
mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang dhalim.” (al-
Baqarah: 95)
Bagaimana kalau kalian terluka di jalan tugas atau cacat seumur
hidup, apakah kalian yakin bahwa luka itu disisi Allah berbau
kasturi dan kalian bersyukur kepada Allah karena dicatat sebagai
yang terluka di jalan Allah? Ataukah kalian khawatir bahwa tuhan
kalian (tagut) tidak bisa memberikan kesejahteraan di masa tua
sebagaimana banyak kaum veteran yang terlantar?
Kalau kalian memang benar dengan tugas kalian ini, apakah kalian
rela dan mau bertugas tanpa digaji dan tanpa dibayar padahal
taruhannya adalah nyawa? Dan apakah kalian mau menginfaqkan
harta pribadi kalian yang ada di rumah atau dapat warisan dari orang
tua kalian, terus kalian berbondong-bondong dengan ikhlas
menyerahkan kepada pimpinan kalian(yaitu tagut atau tuhan kalian)
sebagai dana infaq lillahi ta‟ala untuk memerangi kami yang di cap
teroris?

Dalam data di atas sangat jelas jika Aman Abdurrahman


memberi tantangan dan penjatuhan mental kepada para petugas
keamanan di negeri ini. Tantangan tersebut diberikan oleh Aman
untuk membuat ciut nyali para petugas keamanan, kemudian muncul
keraguan dalam diri mereka dengan mengutip ayat-ayat yang
berkaitan dengan hal-hal tersebut. Aman Abdurrahman juga

167
memberikan judge kepada petugas keamanan dalam hal ini Polri, jika
pekerjaan mereka hanya ingin memperoleh kedudukan dan kenaikan
pangkat semata, beda halnya dengan apa yang dilakukan Aman
Abdurrahman dan kelompoknya yang mengejar istisyhād di jalan
Allah. Para pembela tagut dalam bekerja hanya berangkat dengan niat
agar mendapatkan gaji, memperoleh kesejahteraan, dan mendapat
penghargaan dari tempat dinas tagut mereka.

Dalam mengutip surat al-Baqarah ayat 94 Aman


Abdurrahman tidak menuliskan keseluruhan ayat, hanya bagian
akhir,

ِِ
َ ‫ت إِ ْف ُك نْ تُ ْم صَ اد ق‬
‫ُت‬ َ ‫َّوا ا لْ َم ْو‬
ُ ‫فػَ تَ َم ن ػ‬
”maka berharaplah untuk mati jika kalian memang orang-orang yang
benar”. (al- Baqarah: 94) Padahal jika kita perhatikan ayat
keseluruhan berbunyi sebagai berikut,

ِ ‫قُل إِ ْف َك انَت لَ ُك م الدَّار ْاْل ِخ رةُ عِ نْ َد ال لَّوِ خ الِص ةً ِم ن د‬


‫وف‬ ُ ْ َ َ َ ُ ُ ْ ْ
ِِ
َ ‫ت إِ ْف ُك نْ تُ ْم صَ اد ق‬
‫ُت‬ َ ‫َّوا ا لْ َم ْو‬ ِ ‫ال ن‬
ُ ‫َّاس فػَ تَ َم ن ػ‬
Menurut M. Quraish Shihab, Ṭāhir Ibn „Asyūr melihat ayat di
atas masih ada kaitannya dengan ayat sebelumnya, yaitu ucapan
orang-orang Yahudi yang mengatakan “Kami hanya akan beriman
kepada apa yang diturunkan kepada kami”. Ucapan tersebut
mengandung makna tersirat bahwa keimanan mereka itu menjadikan
mereka wajar memperoleh cinta Allah, dan kenikmatan ukhrawi
wajar mereka dapatkan. Meskipun banyak pendangan mengenai ayat
di atas namun satu hal yang menjadi sama yaitu kematian adalah
sarana masuk gerbang akhirat. Kenikmatan duniawi tidak akan

168
pernah sama dengan kenikmatan ukhrawi. Hanya orang-orang
berimanlah yang akan merasakannya. 252

Kemudian Aman Abdurrahman memperkuat argumennya


dengan mengutip surat al-Baqarah ayat 95 yang berbunyi,

ِِ ِ ِ ِ
َ ‫ت أَيْد ي ِه ْم ۖ َوال لَّوُ عَ ل يمٌ بِال ظَّال م‬
‫ُت‬ ْ َ‫َّوهُ أَبَ ًد ا مبَا قَ َّد م‬
ْ ‫َولَ ْن يػَ تَ َم ن ػ‬
“Dan mereka tidak akan menginginkan kematian itu sama sekali,
dengan sebab dosa-dosa yang telah dilakukan tangan-tangan
mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang dhalim.” (al-
Baqarah: 95)253

Melihat fenomena yang ada, Aman Abdurrahman meyakini


jika para aparat negara takut akan kematian, dan tidak bercita-cita
untuk meninggal ketika sedang bertugas. Jikapun meninggal ketika
bertugas, maka mayatnya dan lukanya tidak akan berbau kasturi
sebagaimana kelompok Aman yang ketika meninggal berbau kasturi.
Aman juga berpendapat bahwa aparatur pembela tagut tidak yakin
bila dalam bertugas dan ajal datang, maka kesejahteraan keluarga
tidak akan ditanggung oleh pemerintah. Aman Abdurrahman juga
meragukan keikhlasan dari pembela pemerintah tagut tentang
keikhlasan dan kerelaan tidak mendapatkan gaji ketika bertugas.

Berdasarkan hal di atas, Aman Abdurrahman memberikan


tantangan kepada petugas keamanan di negeri ini untuk berani mati.
Jika Aman Abdurrahman dan kelompoknya berani menghadapi
peluru dari para petugas keamanan, apakah para petugas berani jika

252
M. Quraish Shihab, Tafsir al Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an
vol. 1(Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 267.
253
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 157.

169
senjata dari para anṣhār tauhid mengenai mereka? Tantangan lain
yang diberikan Aman Abdurrahman adalah tentang infak pribadi
kepada pemerintah dengan menyumbangkan dana untuk memerangi
orang-orang yang di cap teroris.

Struktur yang dilakukan oleh kelompok Aman Abdurrahman


dalam melakukan amaliah adalah sebagai berikut,

Perekrutan

Tarbiyyah

'Askariyyah

Seleksi

Sasaran

Survei

Eksekusi

Bagan.8. Struktur perekrutan Jamaah yang akan melakukan amaliah.


Bagan di atas merupakan hasil diskusi penulis dengan para mantan
kelompok Aman Abdurrahman.

170
Data 8254

Adapun kami, maka bukan sekedar harta yang kami miliki bahkan
nyawa yang kami miliki, kami relakan dan ikhlaskan di jalan yang
kami tempuh ini yaitu tauhid dan jihad. Kami tidak digaji
sebagaimana kalian, tapi kami mengharapkan balasan surga di sisi
Allah ta‟ala.
Bila kami mengalami derita maka kalian juga mengalami, bila kami
terancam terbunuh dan terluka maka kalian juga sama terancam.
Bila kami lama berpisah dengan keluarga maka kalian juga sering
berpisah dengan mereka, bila kami begadang menahan kantuk maka
kalian pun saat menjaga kami begadang menahan kantuk, namun
kami mengharapkan dari Allah ta‟ala apa yang tidak kalian
harapkan. Kami mengharapkan surga dan keridlaan-Nya, sedangkan
kalian mengharapkan gaji bulanan serta menunggu neraka dan
murka-Nya:
‫َك َم ا تَأْلَ ُم و َف ۖ َوتػَ ْر ُج و َف‬ ‫تَأْلَ ُم و َف فَإِ نػَّ ُه ْم يَأْلَ ُم و َف‬ ‫تَ ُك ونُوا‬ ‫إِ ْف‬
ِ ِ ‫ال لَّوِ مَ ا‬ ‫ِم َن‬
‫يم ا‬
ً ‫يم ا َح ك‬ ً ‫عَ ل‬ ُ‫َال يػَ ْر ُج و َف ۖ َو َك ا َف ال لَّو‬
“Bila kalian(kaum mu‟minin) menderita kesakitan, maka
sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan sebagaimana kalian
menderita kesakitan, sedang kalian mengharapkan dari Allah apa
yang tidak dapat mereka harapkan.”(al-Nisā‟: 104)

Dalam data 8, Aman Abdurrahman ingin menunjukkan


kepada musuh-musuhnya sebuah perumpamaan yang ia dan
jamaahnya alami akan juga dialami oleh musuh-musuhnya. Aman
Abdurrahman dan jamaahnya, memastikan diri mereka
mengikhlaskan nyawa dan harta mereka di jalan tauhid dan Jihad.
Mereka tidak mendapatkan gaji sebagaimana anṣār tagut yang setiap
bulan masih mengharapkan gaji atau imbalan baik dari pemerintah
atau kelompok tertentu. Ketika peneliti berbicara dengan salah satu

254
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 158 paragraf 1.

171
napiter yang terindikasi ISIS, napiter tersebut mengatakan jika
dirinya siap kapanpun menerima peluru dari anṣār tagut.255

Aman Abdurrahman menargetkan para anṣār tagut tersebut


merasakan apa yang dirinya dan kelompoknya rasakan. Jika
kelompok Aman Abdurrahman menderita para anṣār tagut harus
menderita, jika kelompok Aman Abdurrahman terancam, para anṣār
tagut juga terancam, jika kelompok Aman Abdurrahman berpisah
dengan keluarga para anṣār tagut juga harus berpisah dengan
keluarga. Jika Aman Abdurrahman dan kelompoknya begadang
menahan kantuk, maka para anṣār tagut juga harus merasakan hal
yang sama. Namun menurut Aman Abdurrahman ada perbedaan di
antara dirinya dan para anṣār tagut. Jika dirinya dan kelompoknya
mengharapkan ridho dan surga Allah maka anshar tagut hanya
mengharapkan gaji bulanan serta menunggu murka Allah sehingga
ditempatkan di dalam neraka-Nya. Memperkuat provokasinya Aman
Abdurrahman mengutip penggalan surat al-Nisā‟ ayat 104,

‫تَأْلَ ُم و َف ۖ َوتػَ ْر ُج و َف‬ ‫تَأْلَ ُم و َف فَإِ نػَّ ُه ْم يَأْلَ ُم و َف َك َم ا‬ ‫تَ ُك ونُوا‬ ‫إِ ْف‬
ِ ِ ‫ال لَّوِ مَ ا‬ ‫ِم َن‬
‫يم ا‬
ً ‫َح ك‬ ً ‫َال يػَ ْر ُج و َف ۖ َو َك ا َف ال لَّوُ عَ ل‬
‫يم ا‬
“Bila kalian (kaum mu‟minin) menderita kesakitan, maka
sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan sebagaimana kalian
menderita kesakitan, sedang kalian mengharapkan dari Allah apa
yang tidak dapat mereka harapkan.”(al-Nisā‟: 104)256

Dalam versi lengkapnya ayat di atas berbunyi:

255
Wawancara di Mako Brimob Kelapa Dua dengan napi teroris, Depok. 15 Maret
2017.
256
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 158.

172
‫َوَال َهتِنُوا ِيف ابْتِغَاءِ ا لْ َق ْو ِـ ۖ إِ ْف تَ ُك ونُوا تَأْلَ ُم و َف فَإِ نػَّ ُه ْم يَأْلَ ُم و َف‬
ِ ِ
ُ‫َك َم ا تَأْلَ ُم و َف ۖ َوتػَ ْر ُج و َف م َن ال لَّو مَ ا َال يػَ ْر ُج و َف ۖ َو َك ا َف ال لَّو‬
‫يم ا‬ ِ ِ
ً ‫يم ا َح ك‬ ً ‫عَ ل‬
Menurut Quraish Shihab ayat di atas menceritakan tentang
kehati-hatian dalam melaksanakan salat di waktu genting, dalam hal
ini adalah peperangan. Jangan sampai cedera ada rasa sakit
mempertuntun untuk terlalu berhati-hati sehingga menghindar dari
serangan musuh. Ayat ini dianggap telah menanamkan semangat
juang dan memerintahkan untuk “Salatlah dan janganlah kamu
berhati lemah, takut atau patah semangat dalam mengejar mereka,
yakni musuh-musuh kamu, walaupun jumlah mereka lebih banyak
dan persenjataannya lebih kuat. Memang konsekwensinya adalah
cedera atau kesakitan sebagaimana yang kamu rasakan. Maka
jangan jadikan cedera itu sebagai penghalang untuk berjuang
mengharap ridha Allah. Perlu kamu ketahui, mereka berjuang untuk
memenuhi ambisi, syahwat, lagi di dorong setan dan bukan karena
ridha Allah.” Sementara ulama lain mengemukakan jika ayat di atas
turun beberapa saat ketika kaum muslimin gagal dalam perang
Uhud.257

Dengan berpegangan ayat diatas, Aman Abdurrahman ingin


memberitahu kepada kelompoknya dan umat muslim pada umumnya
bahwa, keadaan yang dialami oleh para jihadis atau muwaḥḥidīn saat
ini sama halnya seperti peperangan di zaman Rasul. Aman
Abdurrahman dan kelompoknya merupakan bagian dari kaum

257
M. Quraish Shihab, Tafsir al Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an
vol. 2 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal.571.

173
muslimin yang bejuang, sedangkan aparat pemerintah (TNI, POLRI,
Densus 88, BNPT, dan anṣār tagut lainnya) merupakan kelompok
kaum kafir musyrik yang harus terus diperangi. Bahkan jatuhnya
korban dari kelompok anṣār tagut sangat mereka harapkan.

Data 9258

Oleh sebab itu mari kalian bergabung di barisan pembela hukum


Allah ta‟ala dan tinggalkan barisan hukum tagut yang menggiring
kalian ke jurang neraka. Tinggalkanlah tuhan-tuhan yang selama ini
kalian berikan loyalitas kepadanya, karena di akhirat para pemimpin
yang kalian pertuhankan(dengan loyalitas) itu akan berbalik
mengingkari dan memusuhi kalian:
ِ ِ‫وف ال لَّو‬
‫آذلَةً لِيَ ُك ونُوا َذلُ ْم عِ ِّزا‬ ِ ‫اَّتَ ُذ وا ِم ن د‬
َّ ‫و‬
ُ ْ َ
ِ ‫َك َّال ۖ س ي ْك فُ رو َف بِعِب اد هتِِم وي ُك ونُو َف ع لَي ِه م‬
‫ض دِّا‬ ْ ْ َ ََ ْ َ َ ُ ََ
“Dan mereka telah menjadikan tuhan-tuhan selain Allah, agar
tuhan-tuhan itu menjadi pelindung bagi mereka, sama sekali tidak!
Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari
penyembahan mereka terhadapnya, dan akan menjadi musuh bagi
mereka.”(Maryam: 81-82)
Kalian kelak akan saling melaknat dengan para pemimpin dan
komandan kalian di dalam api neraka:

َ‫وى ُه ْم ِيف ال نَّا رِ يػَ قُ ولُو َف يَا لَيْ تػَ نَا أَطَعْ نَا ال لَّو‬ ُ ‫ب ُو ُج‬ ُ َّ‫يػَ ْوـَ تػُ قَ ل‬
‫وال‬ َّ ‫َوأَطَ ْع نَا‬
َ ‫الر ُس‬
َّ ‫َوقَالُوا َربػَّ نَا إِنَّا أَطَ ْع نَا َس ادَ تػَ نَا َوكُ بػَ َراءَنَا فَأَضَ لُّونَا‬
َ ِ‫الس ب‬
‫يال‬
ِ ‫ربػَّ نَا آهتِِم‬
ِ ‫ض ْع فَ ُْتِ ِم ن ا لْع َذ‬
‫اب َوا لْعَ نْػ ُه ْم لَ ْع نًا َك بَِتًا‬ َ َ ْ َ
“Pada hari (ketika) wajah mereka dibolak-balikkan dalam neraka,
mereka berkata: “Wahai, kiranya dahulu kami taat kepada Allah
dan taat (pula) kepada Rasul.” Dan mereka berkata: Ya Tuhan
kami, sesungguhnya kami telah mentaati para pemimpin dan para
pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang
benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka adzab dua kali

258
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 158 paragraf 3.

174
lipat dan laknatlah mereka dengan laknat yang besar.” (al-Ahzāb:
66-68)

Berdasarkan data 8, pada data 9 ini Aman Abdurrahman


mempunyai target sebuah tawaran untuk bergabung dan berada di
barisan anṣār Tauhid untuk menjadi pembela hukum Allah ta‟ala.
Aman Abdurrahman meminta kaum muslimin untuk meninggalkan
tuhan-tuhan yang disembah karena loyalitas. Karena pada akhirnya di
akhirat pemimpin yang diberikan loyalitas tidak akan pernah bisa
menolong bahkan akan berbalik mengingkari dan memusuhi. Bagi
para abdi tagut seperti PNS, TNI, POLRI dan penegak hukum lainnya
untuk bersegera taubat dan meninggalkan kekufuran yang selama ini
digeluti. Memperkuat argumennya Aman mengutip surat Maryam
ayat 81-82,

‫لِيَ ُك ونُوا َذلُ ْم عِ ِّزا‬ ِ ِ‫وف ال لَّو‬


ً‫آذلَة‬ ِ ‫اَّتَ ُذ وا ِم ن د‬
َّ ‫و‬
ُ ْ َ
ِ ‫َك َّال ۖ س ي ْك فُ رو َف بِعِب اد هتِِم وي ُك ونُو َف ع لَي ِه م‬
‫ض دِّا‬ ْ ْ َ ََ ْ َ َ ُ ََ
“Dan mereka telah menjadikan tuhan-tuhan selain Allah, agar tuhan-
tuhan itu menjadi pelindung bagi mereka, sama sekali tidak! Kelak
mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan
mereka terhadapnya, dan akan menjadi musuh bagi
mereka.”(Maryam: 81-82)259

Menurut M. Quraish Shihab ayat di atas menyatakan bahwa


dan mereka, yakni orang-orang kafir telah mengambil, yakni percaya
dan menyembah sembahan-sembahan selain Allah, padahal hanya

259
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 158.

175
Allah yang pantas mereka sembah, mereka menyembah berhala agar
sembahan-sembahan itu menjadi pembela mereka atau memberi
syafaat kepada mereka. Sekali-kali tidak, harapan mereka itu tidak
akan terjadi sebab kelak mereka, yakni sembahan-sembahan tersebut
akan mengingkari penyembahan mereka. Sembahan-sembahan itu
akan berkata kepada para penyembahnya: Kalian sama sekali tidak
pernah menyembah kami (baca QS. Yunus (10): 28), dan mereka,
yakni sembahan-sembahan itu akan menjadi musuh bagi mereka dan
akan menuntut Allah untuk menyiksa mereka.260

Dengan mengutip ayat di atas, Aman Abdurrahman ingin


menegaskan bahwa para pemimpin negeri ini , baik eksekutif,
legislatif, yudikatif. Produk-produk yang dihasilkan seperti Pancasila,
UUD, dan hukum-hukum buatan lainnya yang selama ini disembah
dan dijadikan panutan tidak akan pernah bisa menjadi penolong bagi
para penyembahnya. Di akhirat nanti para presiden, Gubernur,
Walikota, Bupati, hingga lapisan paling bawah yaitu RT tidak akan
pernah membela para pengikutnya ketika berada di hadapan Allah
untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya selama di dunia.
Menurut Aman Abdurrahman akan terjadi saling sengketa antara
tagut dan anṣārnya kelak, sebagaimana firman Allah dalam surat al-
Ahzāb ayat 66-68 yang artinya:

“Pada hari (ketika) wajah mereka dibolak-balikkan dalam neraka,


mereka berkata: “Wahai, kiranya dahulu kami taat kepada Allah dan
taat (pula) kepada Rasul.” Dan mereka berkata: Ya Tuhan kami,
sesungguhnya kami telah mentaati para pemimpin dan para
pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang
benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka adzab dua kali
260
M. Quraish Shihab, Tafsir al Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an
vol. 8 (Jakarta: Lentera hati, 2002), hal. 243.

176
lipat dan laknatlah mereka dengan laknat yang besar.(al-Ahzāb: 66-
68)261

Menurut M. Quraish Shihab ayat di atas bercerita sekelumit


kisah dari siksaan api neraka yang didapatkan oleh kelompok kafir.
Ayat di atas diibaratkan sebuah perkataan: Pada hari mereka berada
di neraka itu yakni ketika muka mereka dibolak-balikkan secara keras
dan beberapa kali-seperti halnya sate yang dibakar-tetapi ini dalam
api neraka. Pada saat itu, mereka senantiasa menyesal dan berkata:
“Alangkah baiknya, andaikata kami sewaktu hidup di dunia taat
kepada Allah Yang Maha Esa dan taat pula kepada Rasul.
Seandainya kami taat, pastilah kami tidak tersiksa. “Dan di samping
itu mereka berkata juga: “ Tuhan kami, sesungguhnya kami telah
menaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, yang
ternyata sangat sesat maka karena mereka menyesatkan kami dari
jalan yang benar, maka wahai Tuhan kami, kami bermohon kepada-
Mu timpakanlah kepada mereka siksa dua kali lipat sekali karean
kesesatan mereka dan di kali lain karena mereka menyesatkan kami
dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar”.262

Sekali lagi, Aman Abdurrahman ingin menegaskan bahwa


selain kelompoknya menjadi bagian dari orang kafir dan akan
menempati neraka. Bagi para pemuja hukum selain hukum Allah
akan dibolak-balikkan di api neraka oleh Allah akibat pengingkaran
tehadap al-Qur‟an dan hadis nabi. Kecuali melakukan taubat dan
bergabung menjadi bagian kelompok Aman dan menjadi anṣār tauhid
dengan menjalankan perintah-perintah dan hukum-hukum-Nya.

261
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 159.
262
M. Quraish Shihab, Tafsir al Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an
vol. 11(Jakarta: Lentera hati, 2002), hal. 327.

177
Data 10263

Begitulah realita kalian dan atasan kalian nanti, karena kalian adalah
orang-orang kafir...
Sebagian kalian sewot dan marah seraya mengatakan: saya kafir?!!!
Saya ini muslim, rajin shalat bahkan sudah naik haji, jangan
sembarangan kalian bicara...!!!
Kami katakan: Mengaku muslim dan mengerjakan amalan orang
Islam tidak menjamin orang itu muslim, kalau dia tidak terdaftar
atau tercantum di dalam prosedur pokok keislaman, sebagaimana
orang umum yang mengaku polisi dan memakai seragam polisi,
tidaklah dijamin bahwa dia itu polisi kalau dia tidak terdaftar di
dalam prosedur kepolisian, bukankah demikian?
Ketahuilah bahwa orang tidak disebut meuslim kecuali memnuhi
dua hal: iman kepada Allah dan kafir kepada tagut, “kalian memang
shalat, shaum dan haji yang mana ini adalah sebagian konsekuensi
iman kepada Allah ta‟ala, tapi kalian tidak kafir kepada tagut, yaitu
undang-undang buatan manusia, tapi malah kalian loyal kepadanya
dan menjadi penegaknya dan menangkap orang-orang yang ingin
menggantinya dengan hukum Islam saja.
Kami jujur kepada kalian, dan kami tidak seperti ulama bejat yang
menipu kalian yang mendukung pekerjaan kalian...tapi ketulusan
kami kepada kalian malah kalian balas dengan keburukan...
Perumpamaan pemerintah tagut beserta aparatur yang loyal
kepadanya ibarat kereta api yang melaju di atasrel yang akan
menuju jurang yang membinasakan, sedangkan kami beserta para
penyeru tauhid adalah ibarat orang-orang yang mencegat kereta
kalian di depannya seraya berteriak meminta agar kereta direm
karena akan menuju jurang yang dalam, tapi kalian bukan
menghentikan kereta dan berterima kasi kepada kami, namun kalian
malah melempari kami, membodoh-bodohi kami dan
mengencangkan laju kereta serta menggilas kami...
Kami tulus kepada kalian walau dengan mengorbankan diri kami
sendiri, tapi ahli agama yang dibayar pemerintah kalian atau yang
menjilat kalian malah menipu diri kalian dengan membenarkan
tugas kalian dan menyalahkan kami...

263
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 159 paragraf 1.

178
Dalam data 10, Aman Abdurrahman mempunyai target untuk
menjelaskan kepada jamaahnya dan kaum muslim pada umumnya,
bantahan-bantahan bagi kelompok kafir abdi tagut dalam menanggapi
argumen-argumen yang diungkapkan oleh kelompok Aman
Abdurrahman, diantaranya:

“Banyak dari abdi Tagut yang tidak terima dengan sebutan dirinya
kafir. Mereka mengaku melakukan salat, mereka muslim dan sudah
menunaikan ibadah Haji.”

Aman Abdurrahman menjawab fenomena di atas dengan


mengatakan, mereka yang mengaku muslim dan mengerjakan amalan
orang–orang Islam tidak menjamin orang itu muslim. Jika ingin
dianggap muslim harus masuk dalam prosedur pokok keislaman.
Muslim harus menjadi anṣār tauhid dan menjauhi tagut, hal ini bisa
diumpamakan dengan orang yang menggunakan seragam Polisi
belum tentu bisa dianggap polisi jika tidak ikut prosedur perekrutan
polisi.

Aman Abdurrahman menjelaskan prosedur menjadi seorang


muslim harus memenuhi dua syarat,

1. Iman kepada Allah


2. Kafir kepada tagut

Ketika banyak orang merasa beriman kepada Allah namun


masih berpegang teguh dengan hukum tagut yakni UUD dan
Pancasila, berarti belum melaksanakan dengan penuh syarat menjadi
seorang muslim. Bukannya menjauhi hukum-hukum tagut namun
banyak dari kaum muslim justru ikut membantu menangkap orang-
orang yang ingin menegakkan hukum Islam.

179
Dengan dasar fenomena di atas Aman Abdurrahman memberi
perumpamaan pemerintah tagut beserta aparatur yang loyal
kepadanya ibarat kereta api yang melaju di atas rel yang akan
membawa menuju jurang yang membinasakan, sedangkan Aman
Abdurrahman dan kelompoknya beserta para penyeru Tauhid adalah
ibarat orang-orang yang mencegat kereta pembela tagut seraya
berteriak meminta agar kerata di rem karena akan masuk jurang yang
dalam. Dengan adanya peringatan tersebut, bukannya berterima
kasih, namun para pembela tagut melempari, membodoh-bodohi dan
mengencangkan kereta untuk melindas para anṣār tauhid.

Aman meyakini bahwa Allah ta‟ala telah menjelaskan di


dalam ayat-ayat Qur‟aniyyah perihal kebenaran tauhid dan Jihad ini,
bahkan Dia sesuai janji-Nya akan menampakkan kepada kita semua
ayat-ayat kauniyyah sebagaimana firman-Nya dalam surat Fuṣilat
ayat 53,

ِ ِ ‫َس نُرِي ِه ْم آيَاتِنَا ِيف‬


ُ‫ْاْل فَاؽ َو ِيف أَنػْ فُ س ِه ْم َح َّىتَٰ يػَ تَبػَ َُّتَ َذلُ ْم أَنَّو‬
‫ك أَنَّوُ عَ لَ َٰى ُك لّْ َش ْي ءٍ َش ِه ي ٌد‬َ ّْ‫بِ َرب‬ ِ ‫ا ْحل ُّق ۖ أَو ََل ي ْك‬
‫ف‬ ََْ َ
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda
(kebesaran) kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri,
sehingga jelas bagi mereka bahwa al-Qur‟an itu benar.”(Fuṣilat:
53)264

M. Quraish Shihab memberi makna pada ayat di atas pada


sebuah janji bagi yang ingin berfikir secara objektif tentang al-
Qur‟an. Allah berfirman: Kami akan memperlihatkan kepada mereka

264
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 160.

180
dalam waktu yang tidak terlalu lama ayat-ayat yakni tanda-tanda
kekuasaan serta kebenaran firman-firman Kami di segenap ufuk dan
juga pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa
ia yakni al-Qur‟an itu adalah benar. Apakah mereka tidak
menggunakan pikiran mereka untuk memahami bukti-bukti yang
terdapat dalam al-Qur‟an sendiri dan apakah belum cukup bahwa
Tuhan Pemelihara dan Pembimbing-mu wahai nabi Maha
Menyaksikan segala sesuatu?265

Data 11266

Kalian menyaksikan dan manusia pun menyaksikan karamah yang


Allah ta‟ala tampakkan pada diri saudara-saudara kami yang kalian
eksekusi mati atau kalian tembak mati, dimana mereka tersenyum,
berbau wangi dan tidak membusuk padahal sudah berhari-hari,
padahal perhatikan mayat-mayat kawan-kawan kalian, apakah
seperti itu?
Apakah itu tidak menggugah kalian, ataukah hati sudah membatu
sehingga tidak bisa memahami dan mata menjadi buta tidak melihat
keajaiban itu?
‫وب ا لَّ ِيت ِيف‬ ِ َٰ ِ
ُ َ‫فَإ نػَّ َه ا َال تػَ عْ َم ى ْاألَبْص‬
ُ ُ‫ار َولَ ك ْن تػَ عْ َم ى ا لْقُ ل‬
ِ‫ال صُّ ُد ور‬
“Sebenarnya bukan mata itu yang buta, namun yang buta ialah hati
yang ada di dada.”(AL Hajj: 46)
Kalau tidak percaya, maka ingatlah bahwa kami dan kalian akan
mati, baru disana jawabannya nyata:
‫ب يػَ نْػ قَ لِبُو َف‬
ٍ َ‫أَي مُ نْػ قَ ل‬
َّ ‫ين ظَلَ ُم وا‬ ِ َّ
َ ‫َو َس يَػ عْ لَمُ ا ل ذ‬
“Dan orang-orang dhalim kelak akan tahu ke tempat mana mereka
akan kembali.”(al-Syu‟arā: 227)

265
M. Quraish Shihab, Tafsir al Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an
vol. 12 (Jakarta: Lentera hati, 2002), hal. 440.
266
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman, hal. 160 paragraf 3.

181
Data 11 ini sebagai penutup dari tulisan Aman Abdurrahman
yang berjudul “Antara Kami dengan Tagut”. Dalam kalimat
penutupnya Aman Abdurrahman ingin menargetkan bahwa apa yang
ia sampaikan adalah benar dengan memberikan contoh peristiwa-
peristiwa yang menunjukkan tentang “karomah” yang didapat oleh
jamaahnya yang telah gugur sebagai syuhada. Jenazah-jenazah para
syuhada selalu tersenyum dan mengeluarkan bau wangi, tidak
membusuk seteah berhari-hari pasca eksekusi oleh abdi tagut. Hal ini
sangat berbeda dengan para mayat para kafir pembela tagut yang
tidak tersenyum dan tidak memunculkan aroma wangi. Dengan
melihat peristiwa-peristiwa di atas, Aman ingin mengajak para umat
Islam untuk membuka hati dan melihat keajaiban-keajaiban itu. Jika
peristiwa-peristiwa tersebut belum cukup berarti memang hati kaum
muslim telah tertutup sebagaimana kutipan firman Allah dalam surat
al-Ḥajj ayat 46 yang dikutip oleh Aman Abdurrahman,

ِ‫وب ا لَّ ِيت ِيف ال صُّ ُد ور‬ ِ َٰ ِ


ُ َ‫فَإ نػَّ َه ا َال تػَ ْع َم ى ْاألَبْص‬
ُ ُ‫ار َولَ ك ْن تػَ عْ َم ى ا لْقُ ل‬
“Sebenarnya bukan mata itu yang buta, namun yang buta ialah hati
yang ada di dada.”(al-Ḥajj: 46)267

Dalam versi lengkapnya ayat tersebut berbunyi,

‫وب يػَ عْ قِ لُو َف َِّٔا أ َْو آ ذَ ا ٌف‬ ِ ‫أَفػَ لَ ْم يَ ِس َتُوا ِيف ْاأل َْر‬
ٌ ُ‫ض فػَ تَ ُك و َف َذلُ ْم قػُ ل‬
ِ َٰ ِ ِ
‫وب‬
ُ ُ‫ار َولَ ك ْن تػَ عْ َم ى ا لْقُ ل‬ ُ َ‫يَ ْس َم عُ و َف َّٔا ۖ فَإ نػَّ َه ا َال تػَ ْع َم ى ْاألَبْص‬
ِ‫ا لَّ ِيت ِيف ال صُّ ُد ور‬

267
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 160.

182
Jika mereka tidak percaya hal di atas, Aman Abdurrahman
menjawab dengan mengutip penggalan firman Allah surat al-Syu‟arā
ayat 227,

‫ب يػَ نْػ قَ لِبُو َف‬


ٍ َ‫أَي مُ نْػ قَ ل‬
َّ ‫ين ظَلَ ُم وا‬ ِ َّ
َ ‫َو َس يَػ عْ لَمُ ا ل ذ‬
“Dan orang-orang dhalim kelak akan tahu ke tempat mana mereka
akan kembali.”(al-Syu‟arā: 227)268

Dalam versi lengkapnya ayat di atas berbunyi,

‫ال لَّوَ َك ثَِتًا َوانػْ تَصَ ُروا‬ ِ ‫احل‬ ِ ِ ِ َّ ِ


‫َوذَ َك ُروا‬ ‫ات‬ َ َّ‫آمَ نُوا َوعَ م لُوا ال ص‬ َ ‫إ َّال ا ل ذ‬
‫ين‬
‫ب‬ٍ َ‫أَي مُ نْػ قَ ل‬
َّ ‫ظَلَ ُم وا‬ ‫ين‬ ِ َّ ِ ِ‫ِم ن ب ػ ع د‬
َ ‫ال ذ‬ ُ‫مَ ا ظُل ُم وا ۖ َو َس يػَ عْ لَم‬ َْ ْ
‫يػَ نْػ قَ لِبُو َف‬
Karena korpus penelitian ini adalah teks buku, maka
penelusuran mengenai penulisan buku ini harus dibahas pula,
bagaimana Aman Abdurrahman dapat menuliskan pemikirannya
selama menjalani hukuman di dalam lembaga pemasyarakatan dan
rumah tahanan.

Adapun alat-alat yang digunakan Aman Abdurrahman untuk


menuliskan pemikiran-pemikirannya adalah:

1. Buku tulis/kertas
2. Pensil
3. Al-Qur‟an
4. Buku-buku bacaan

268
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 160.

183
Aman Abdurrahman memperoleh alat-alat di atas dari
berbagai cara, jika dilihat dari sesi tempat penulisan yakni Rutan
Polda Metro Jaya (PMJ), tentunya napi-napi khusus seperti Aman
Abdurrahman yang termasuk dalam extra ordinary crime, akan
mendapatkan tempat khusus dengan diisolasikan dari napi-napi
umum lainnya dengan berbagai larangan-larangan lainnya. Menurut
penulis, setelah hampir dua tahun meneliti napi teroris di lapas-lapas
dan rutan seluruh Indonesia, sangat kecil kemungkinan napiter seperti
Aman Abdurrahman mendapatkan kemudahan dalam berkegiatan
sehari-hari.

Menurut hemat penulis, media yang digunakan oleh Aman


Abdurrahman dalam memproduksi tulisannya di dalam lapas dan
rutan sehingga menjadi sebuah buku bisa dilakukan dengan dua cara:
1) waktu kunjungan, baik kunjungan keluarga maupun kunjungan
jamaahnya. Dalam hal kujungan ini, pihak lapas tidak bisa
sepenuhnya melarang orang untuk berkunjung atau menerima
kunjungan, karena sudah menjadi hak napiter tersebut. 2) melalui
petugas lapas, hal ini sangat mungkin terjadi karena tidak semua
petugas rutan begitu saja menolak permohonan Aman Abdurrahman,
bisa jadi petugas rutan menjadi media dalam memberikan tulisan
Aman Abdurrahman kepada jamaahnya untuk diproduksi dan
disebarkan ke masyarakat luas.

Sarana kunjungan merupakan salah satu media yang paling


mudah untuk dilakukan pertukaran alat-alat penunjang yang
digunakan oleh Aman Abdurrahman. Di beberapa rutan memang
telah diberlakukan peraturan yang ketat mengenai kunjungan

184
terhadap napi teroris. Namun, karena jumlah pengunjung yang
banyak maka tidak bisa di kontrol secara rutin setiap kunjungannya.

Semua hasil pengalaman yang pernah alami dalam menuntut


ilmu khususnya di bidang tauhid diejawantahkan dalam tulisan-
tulisan, ceramah-ceramah, kajian-kajiannya yang dalam ilmu
semantik kognitif disebut dengan embodiment. Sangat jelas dalam
pembahasan di atas figur yang menjadi pokok bahasan adalah pribadi
Aman Abdurrahman, sedangkan latar yang menjadi background
pembahasan Aman adalah lembaga Pemasyarakatan. Kerena sudah
menjadi rujukan oleh jamaahnya khususnya dalam bidang tauhid,
maka di rutanpun Aman tetap menyebarkan pemahamannya, dengan
berbagi cara.

C.4. Realita Dakwah di Penjara Tagut269

Data 1270

Segala puji hanya milik Allah ta‟ala yang bila menginginkan kebaikan
bagi hamba-Nya maka Dia mengujinya.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya
dan para sahabatnya serta orang-orang yang mengikutinya sampai hari
kiamat.
Ummu Sulaiman memberikan kabar kepada saya, bahwa ia mimpi melihat
dua kamar gelap dan melihat ada dua lobang seperti tempat tidur di sana,
dan melihat saya di salah satunya bisa bangkit berdiri.
Waktu itu saya tidak mengetahui takwilnya, tapi saya yakin mimpi isteri
saya sering tepat...
Dan ternyata pada hari rabu pagi saya dipindahkan di lantai dua di lokasi
yang di situ hanya ada dua kamar yang memang gelap kalau tidak ada
lampu walau di siang hari. Kamar yang satu diisi tahanan enam pria kasus
narkoba dan kamar di hadapannya diisi saya sendirian. Ya kamarnya agak
kumuh walau luas, listrik juga tidak begitu terang. Persis seperti mimpi
isteri saya...

269
Ditulis di isolasi baru Lapas Nusakambangan oleh Aman Abdurrahman.
270
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 177 paragraf 1.

185
Dalam kalimat pembuka dalam tulisannya, Aman
Abdurrahman menceritakan bahwasanya istrinya ummu Sulaiman
bermimpi melihat dua kamar yang gelap, dan melihat juga dua
lubang seperti tempat tidur, kemudian salah satu isinya adalah Aman
Abdurrahman. Menurut penulis, dalam data di atas Aman
Abdurrahman ingin mengatakan bahwa peran seorang istri dalam
menjadi pendamping bagi kelompok mujahid adalah penting, karena
banyak petunjuk-petunjuk yang datang dengan perantara seorang
istri. Peran istri menjadi berlipat ketika suamninya sedang menjalani
hukuman di dalam lapas, secara otomatis peran kepala keluarga akan
menjadi beban dan tanggung jawab seorang istri, karena menurut
mereka, para istri hanya mengharap ridho suami agar kelak menjadi
bagian dari ahli surga.

Kemudian Aman Abdurrahman melanjutkan ceritanya, jika


dirinya dimasukkan ke dalam isolasi atau sel khusus. Memang sel
khusus atau dalam bahasa lain sel tikus berukuran kecil. Hanya
diperuntukkan untuk beberapa orang saja, namun untuk kasus
terorisme sebagaimana peneliti temui di lapas-lapas mereka akan
ditempatkan secara sendiri. Jika napi umum bisa menempati satu sel
khusus ber-enam, napi teroris hanya sendiri. Penempatan seorang
napi ke dalam sel khusus tidak serta merta tanpa alasan, menurut
Permenkumham no 6 tahun 2013 tentang tata tertib lembaga
pemasyarakatan dan rumah tahanan, ada beberapa sebab pelanggaran
berat yang membuat napi dipindahkan ke dalam sel khusus,
diataranya adalah membuat keributan dan menyebarkan aliran

186
sesat.271 Akan tetapi menurut salah satu mantan pegawai Lapas Pasir
Putih Nusakambangan, tidak ada tempat sebagaimana yang ditulis
Aman di dalam kisahnya tersebut. Aman Abdurrahman di tempatkan
di Blok D, di blok tersebut ada 32 kamar dan hanya 3 kamar yang
ditempati, 1 kamar ditempati oleh Aman, 1 kamar ditempati oleh
Rois napiter dengan hukuman mati dan 1 kamar lainnya ditempati
oleh Abrori, napiter yang dihukum seumur hidup.272

Jadi menurut hemat penulis, dipindahkannya Aman


Abdurrahman ke dalam sel khusus telah melalui pertimbangan-
pertimbangan yang sesuai prosedur. Sebagaimana diketahui Aman
merupakan seorang tokoh penggerak dakwah Tauhid yang saat ini
mendapat sambutan dari para mujahidin. Dengan dipindahkannya
Aman ke dalam sel isolasi akan mengurangi intensitas pertemuan
yang terjadi antara Aman dengan jamaahnya atau yang akan menjadi
jamaahnya. Tentunya hal ini dapat menimbulkan keributan di dalam
lembaga pemasyarakatan.

Data 2273

Ya begitulah konsekuensi orang yang dicurigai sebagai pencuci otak


kotor, tapi memang tagut dan ansharnya selalu ingin masyarakatnya
berotak kotor dengan kotoran ideologi kafir supaya mudah digiring
ke arah yang mereka sukai.
Bersabarlah wahai jiwa, karena dunia ini sementara...
Bersabarlah, karena kedhaliman akan sirna...

271
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia nomor 6
tahun 2013 tentang Tata tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah tahanan.
272
Wawancara dengan Petugas Lapas Pasir Putih, Nusakambangan, 22 November
2017 di Jakarta.
273
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 177 paragraf 6.

187
Dalam data dua, Aman Abdurrahman ingin mengatakan
kepada para jamaahnya bahwa resiko dari perjuangan yang mereka
lakukan saat ini begitu banyak dan berat. Setiap perbuatan yang
berbau dakwah tauhid memang memiliki resiko yang berat,
khususnya di tengah-tengah pemerintah tagut. Diantara yang ingin
dicapai oleh pemerintah tagut adalah terciptanya generasi yang kotor
pikirannya. Generasi yang lebih mementingkan undang-undang
buatan daripada al-Qur‟an. Generasi yang lebih mementingkan
penggunaan pancasila yang tidak sesuai dengan perintah Allah dalam
al-Qur‟an, dan generasi yang membenci para pendakwah tagut
dengan memberi label teroris.

Aman Abdurrahman terus menguatkan para jamaahnya


bahwasanya hidup di dunia ini hanyalah sementara, oleh itu hidup
yang sementara harus terus digunakan untuk beribadah kepada Allah
dengan menyebarkan paham-paham tauhid kepada seluruh umat
Islam yang saat ini tengah tersesat di tengah-tengah pemerintah tagut.
Perlawanan dari densus 88 harus terus dilakukan, karena kezaliman
akan kalah dengan kebenaran. Kebenaran yang hak hanyalah
berdasarkan al-Qur‟an bukan berdasarkan pancasila, UUD 1945, dan
tuhan-tuhan buatan lainnya.

Data 3274

Kepada semua yang membaca suratku ini, doakanlah agar saya


istiqamah sampai berjumpa dengan Allah ta‟ala di atas tauhid yang
bersih.

274
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman, hal. 177 paragraf 7.

188
Data 3 merupakan data penutup dari tulisan Aman
Abdurrahman, yang dalam hal ini berupa surat. Akhir suratnya Aman
Abdurrahman berharap kepada seluruh umat muslim yang membaca
suratnya agar terus mendoakannya agar tetap istiqomah dalam
menegakkan dīn al-Islām dan mendakwahkan tauhid di tengah
pemerintah tagut. Ia juga berharap agar kelak ketika wafat dalam
keadaan di jalan Allah mendakwahkan tauhid.

Menurut penulis, tidak ada yang salah dalam mendakwahkan


tauhid, karena tauhid sendiri menjadi pondasi dasar bagi umat
muslim untuk mengenal agama Islam secara detail, dari intinya. Jika
ajaran yang didakwahkan oleh Aman Abdurrahman dan
kelompoknya masuk dalam kategori wajar sebagaimana yang
dilakukan oleh ustad-ustad pada umumnya tentu tidak akan
mendapatkan perlawanan dari berbagai pihak. Dalam ajarannya,
Aman Abdurrahman begitu mudah memberi stempel dan vonis
kepada orang atau kelompok yang berbeda pendapat dengannya. Dari
275
vonis-vonis tersebut terciptalah kebencian dan permusuhan.
Sehingga tidak mengherankan jika beberapa dari muridnya
melakukan amaliah sebagaimana yang terjadi pada pengeboman di
Jl. MH Thamrin Sarinah, Kamis 14 Januari 2016. Salah satu
muridnya yang bernama Afif alias Sunakim mantan napiter ex
pelatihan Aceh menjadi salah satu pelaku pemboman tersebut.276

275
Abu Jihad al-Indunisy, Menyingkap Rekam Jejak Ideolog ISIS Indonesia
(Depok: Muqawamah Publishing, 2016), hal. 114.
276
Prayitno Ramelan, Ancaman Virus Terorisme: Jejak Teror di Dunia dan
Indonesia (Jakarta: Grasindo, 2017), hal. 209.

189
Data 4277

*NB: Ketika di Reskrim (PMJ), Densus 88 memerintahkan agar


saya dipindahkan ke Narkoba, karena di Reskrim saya bisa mengisi
taklim kepada ikhwan di sana, sedang Densus 88 tidak suka itu. Di
Narkoba walau saya sendiri di kamar dan tidak bisa taklim, namun
walau jarang sebagian ikhwan suka kirim kertas pertanyaan kepada
saya, dan itupun tidak luput dari pantauan dari Densus 88 yang
memiliki jasus di tengah tahanan ikhwan yang melaporkan surat
menyurat itu kepada Densus 88 bahwa saya taklim lewat kertas, dan
juga Densus 88 sering menghati-hatikan ikhwan agar jangan dekat
atau ngobrol dengan saya karena “berbahaya” atau “pikirannya
sudah kebablasan” begitu kata mereka, namun ikhwan suka
menyengaja dan memperlihatkan sikap tidak perduli dengan
penghati-hatian itu. Maka jalan satu-satunya adalah dari ikhwan
dengan pengisolasian yang jitu menurut mereka, supaya dengannya
mereka menuai lipatan adzab atas kekafiran dan penghalang-
halangan dari jalan Allah.
ِ ِ ِ‫ين َك فَ ُروا َوصَ ُّد وا عَ ْن َس ب‬ ِ َّ
ُ َ‫يل ال لَّو زِ ْد ن‬
‫اى ْم عَ َذ ابًا فػَ ْو َؽ‬ َ ‫ال ذ‬
‫اب ِمبَا َك انُوا يػُ ْف ِس ُد و َف‬
ِ ‫ا لْع َذ‬
َ
“Orang-orang yang kafir dan mereka menghalang-halangi
(manusia) dari jalan Allah, maka Kami tambahkan kepada mereka
adzab di atas adzab dengan sebab pengrusakan yang mereka
lakukan.” (al-Naḥl: 88)

Dalam data di atas, Aman Abdurrahman ingin menyampaikan


pengalamannya selama berada di reskrim Polda Metro Jaya. Selama
di reskrim ia selalu dipantau oleh Densus 88, bahkan pernah akan
dipindahkan ke blok napi narkoba karena seringnya mengisi taklim
dengan pendengar para napi umum. Karena dianggap berbahaya
maka Aman dimasukkan ke blok narkoba dan menempati kamar
sendiri. Meskipun secara praktek tidak bisa melakukan taklim, namun

277
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Mutiara dari Balik Penjara: Penyejuk
Orang yang Beriman (Banten: P-TA Press, 2013), hal. 178 paragraf 1.

190
tidak sedikit dari napi narkoba yang mengirimkan surat berupa
pertanyaan seputar masalah keagamaan. Begitulah kebiasaan Aman
Abdurrahman, dimanapun berada akan terus melakukan dakwah
tauhid dan memerangi pemerintah tagut. Hal yang paling ampuh
menurut para penegak hukum adalah mengisolasi Aman
Abdurrahman, sehingga tidak ada kesempatan lagi bertemu dengan
para jamaahnya.

Aman Abdurrahman juga menyakini jika apa yang telah


diperbuat oleh pemerintah tagut kepadanya akan mendapatkan
hukuman setimpal dari Allah SWT, Aman Abdurrahman
menyebutkan surat al-Naḥl ayat 88 yang intinya bagi orang-orang
kafir (pemerintah tagut) yang menghalangi dakwah tauhid yang
sedang ia kerjakan akan mendapat azab di atas azab dari Allah SWT.
Sebagai kata pamungkasnya, Aman Abdurrahman mengatakan
“Mereka membuat makar, dan Allah membalas makar mereka,
sedangkan kemenangan pasti di sisi Allah ta‟ala...Ya Allah berikan
kebaikan kepada hamba-Mu ini dan jadikanlah diri ini sebagai sebab
banyak manusia mendapatkan hidayah dari Engkau...

Karena korpus penelitian ini adalah teks buku, maka


penelusuran mengenai penulisan buku ini harus dibahas pula,
bagaimana Aman Abdurrahman dapat menuliskan pemikirannya
selama menjalani hukuman di dalam lembaga pemasyarakatan.

Adapun alat-alat yang digunakan Aman Abdurrahman untuk


menuliskan pemikiran-pemikirannya adalah:

1. Buku tulis/kertas
2. Pensil

191
3. Al-Qur‟an
4. Buku-buku bacaan
5. Lampu penerangan

Aman Abdurrahman memperoleh alat-alat di atas dari


berbagai cara, jika dilihat dari sesi tempat penulisan yakni Lapas
Pasir Putih Nusakambangan tentunya napi-napi khusus seperti Aman
yang termasuk dalam extra ordinary crime, akan mendapatkan
tempat khusus dengan diisolasikan dari napi-napi umum lainnya
dengan berbagai larangan-larangan lainnya. Menurut penulis, setelah
hampir dua tahun meneliti napi teroris di lapas-lapas dan rutan
seluruh Indonesia, sangat kecil kemungkinan napi teroris seperti
Aman Abdurrahman mendapatkan kemudahan dalam berkegiatan
sehari-hari.

Menurut hemat penulis, media yang digunakan oleh Aman


Abdurrahman dalam memproduksi tulisannya di dalam lapas
sehingga menjadi sebuah buku bisa dilakukan dengan dua cara: 1)
waktu kunjungan, baik kunjungan keluarga maupun kunjungan
jamaahnya. Dalam hal kujungan ini, pihak lapas tidak bisa
sepenuhnya melarang orang untuk berkunjung atau menerima
kunjungan, karena sudah menjadi hak WBP tersebut. 2) melalui
petugas lapas, hal ini sangat mngkin terjadi karena tidak semua
petugas lapas begitu saja menolak permohonan Aman Abdurrahman,
bisa jadi petugas lapas menjadi media dalam memberikan tulisan
Aman Abdurrahman kepada jamaahnya untuk diproduksi dan
disebarkan ke masyarakat luas.

Sarana kunjungan merupakan salah satu media yang paling


mudah untuk dilakukan pertukaran alat-alat penunjang yang

192
digunakan oleh Aman Abdurrahman. Di beberapa lapas memang
telah diberlakukan peraturan yang ketat mengenai kunjungan
terhadap napi teroris. Namun, karena jumlah pengunjung yang
banyak maka tidak bisa di kontrol secara rutin setiap kunjungannya.
Bahkan menurut salah satu pamong napiter di lapas pernah
mengajukan alat sadap rahasia untuk mengetahui apa saja yang
menjadi perbincangan antara napiter dengan pengunjung selama
waktu kunjungan.

Semua hasil pengalaman yang pernah alami dalam menuntut


ilmu khususnya di bidang tauhid diejawantahkan dalam tulisan-
tulisan, ceramah-ceramah, kajian-kajiannya yang dalam ilmu
semantik kognitif disebut dengan Embodiment. Sangat jelas dalam
pembahasan di atas figur yang menjadi pokok bahasan adalah pribadi
Aman Abdurrahman, sedangkan latar yang menjadi background
pembahasan Aman adalah lembaga Pemasyarakatan, dan buku-buku
ytang mempengaruhi pemikirannya. Kerena sudah menjadi rujukan
oleh jamaahnya khususnya dalam bidang tauhid, maka di lapaspun
Aman Abdurrahman tetap menyebarkan pemahamannya, dengan
berbagi cara.

D. Konsep tagut menurut Aman Abdurrahman dalam Skema


Imej/Strategi Pencitraan.

Penulis menggambarkan konsep tagut Aman Abdurrahman


dengan bagan yang dimodifikasi oleh penulis berdasarkan pada teori
skema imej atau strategi pencitraan Nick Riemer sebagai berikut:

193
1. Sudahkah Anda Kafir Kepada Tagut

Mengaku Islam Tidak mengetahui


Muslim dan pengikut nabi hakikat Islam dan
Muhammad inti dakwah Rasul

Musuh ajaran Salat


Islam Puasa
Haji
Loyal kepada
musuh Allah
menjunjung
tinggi syirik

Menjunjung
tinggi ajaran
setan Abdi hukum iblis
Penegak ajaran setan
Loyal UU tagut

Bagan 9. Bagan ini menunjukkan kondisi muslim di Indonesia saat ini.

194
lā ilāha = Jauhi
Hakikat Islam dan tagut
'Urwah al-Wuṡqa
Inti dakwah Rasul illallāh = Iman
kepada Allah

Kafir kepada
'Urwah al- tagut Terjaga darah
Wuṡqa Iman kepada dan harta
Allah

Bagan 10. Penjelasan tentang Hakikat Islam dan inti dakwah Rasulullah
SAW.

195
Percaya tagut
Iman Batal
(Falsafah/ideologi
, sistem,
Pancasila,
Demokrasi, dll)

Penyandaran Ibadah

Hukum/UU Berhala

MPR, DPR,
Presiden, Murtad
Gubernur, PNS, Musyrik
TNI, POLRI,
Jaksa, Pegawai
lapas

Bagan 11. Posisi keimanan seseorang yang berpegang teguh dengan hukum
tagut.

196
2. Dimana Posisi Kamu? Di Barisan Tauhid ataukah di Barisan Pembela
Thaghut?

Anṣār tagut = bathil Anṣār Tauhid =


Ḥaq

Muslim

Terpaksa

Syahadat syirik

PNS, TNI,
POLRI, dll

Kafir,
murtad dan Taubat
menjadi
kawan setan

Bagan 12. Bagan menunjukkan posisi seorang muslim, apakah di golongan


hak atau di golongan batil.

197
3. Antara Kami dengan Tagut

Tagut dan bala Muwaḥḥidīn


tentaranya Mujāhidīn

Penjara
Penyiksaan
Pembunuhan
„Ulamā Sū‟

Sia-sia

Iman sudah kuat


Berpegang teguh buhul Islam
Berserah diri kepada Allah

Penjara = Khalwat
Dibunuh = Syahid-Senyum
Diasingkan = Tafakkur
penciptaan

Bagan 13. Hubungan para Muwaḥḥidīn Mujāhidīn dengan kelompok


pembela tagut.

198
Jika mengacu dan melihat bagan di atas, Islam sebagai agama
raḥmatan lil ālamīn seakan tergantikan dengan sosok yang bengis
dan tidak bersahabat. Paksaan untuk menerapkan perintah Allah
dengan sistem khilafah, seakan menjadi sebuah kewajiban yang harus
di lakukan oleh setiap muslim dengan berbagai cara. Padahal, al-
Syatibi dalam kitab al-Muwafaqat telah menegaskan bahwa Tuhan
menurunkan syariat kepada hambaNya untuk memelihara agama,
jiwa, akal, keturunan, dan harta benda. Jikalau ingin berjihad
menegakkan syariat Islam haruslah bersandar kepada kelima hal
tersebut.278

Sikap Takfiri yang dilakukan oleh Aman Abdurrahman,


seakan mengingatkan kepada kelompok Khawarij yang mengatakan
bahwa orang yang berdosa besar adalah kafir yang wajib untuk
dibunuh. Orang-orang Khawarij menganggap ajaran Islam
sebagaimana yang terdapat di dalam al-Qur‟an dan hadis, yang
mereka artikan menurut lafaznya harus dilaksanakan sepenuhnya. 279
Sifat mudah mengkafirkan kelompok lain di luar kelompok Khawarij
sangat mirip dengan apa yang Aman Abdurrahman lakukan terhadap
kelompok lain di luar kelompoknya.

Bahkan di beberapa pertemuan, napi teroris yang mengaku


menjadi pengikut Aman Abdurrahman enggan untuk bertemu,
bahkan menjawab salam pun enggan. Padahal orang-orang yang
melakukan hal-hal tersebut masih jauh dari kata „ālim. Mereka rata-
rata adalah pendatang baru yang baru memulai belajar Islam. Jika
278
Irfan Idris, Membumikan Deradikalisasi: Soft Approach Model Pembinaan
Terorisme dari Hulu ke Hilir secara Berkesinambungan (Jakarta: Daulat Press, 2017), hal.
55.
279
Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan
(Jakarta: UI Press, 1986), hal. 15.

199
pendatang baru saja sudah mengkafirkan kelompok lain, bagaimana
dengan anggota lama?

Karena menjadi bagian dari kejahatan luar biasa, aksi-aksi


terorisme yang dilakukan oleh kelompok-kelompok radikal dengan
mengatas namakan Jihad harus disambut serius oleh negara.
Deradikalisasi dan kontra radikalisasi menjadi salah satu upaya untuk
membentengi seluruh warga negara Indonesia dari gempuran
kelompok-kelompok radikal. Karena pemahaman bahwa aksi
terorisme merupakan cara yang sah untuk mewujudkan sebuah tujuan
adalah pemahaman yang sesat.280

Konsep tagut Aman Abdurrahman sebagaimana digambarkan


seperti di atas terus didoktrinkan kepada pemuda-pemuda yang haus
ilmu agama Islam, sehingga terdoktrin dalam benak mereka syahid
dengan jalan jihad dengan menghancurkan pemerintah tagut menjadi
sebuah keharusan. Adanya doktrin masuk surga secara mudah dan
dijemput oleh 72 bidadari jika mampu berjihad di jalan Allah,
menjadikan semangat mereka membara setiap harinya.

Disini bisa terlihat dengan jelas hubungan antara terorisme


dengan bahasa. Dalam menyampaikan konsep tagut, Aman
Abdurrahman menggunakan bahasa-bahasa Arab yang sudah di
modifikasi sedemikian rupa. Penggunaan kata berbahasa Arab
menambah keyakinan tersendiri bagi pendatang baru bahwa
kelompok tersebut benar-benar kelompok Islam yang akan
memperjuangkan penerapan syariat Islam yang menjadi kewajiban
bagi seluruh umat Islam.

280
Agus Surya bakti, Merintis Jalan Mencegah Terorisme (Sebuah Bunga Rampai)
(Jakarta: Semarak Lautan Warna, 2014), hal. 347.

200
Hal-hal yang dijelaskan oleh Aman Abdurrahman di atas
sangat bertentangan dengan nilai-nilai agama Islam yang luhur. Islam
sebagai rahmat bagi semesta menjadi kerdil karena ketidak
luwesannya dalam menghadapai problem-problem kehidupan.
Seakan ijtihad para alim ulama tidak lagi berlaku bagi kehidupan
umat muslim di hadapan Aman Abdurrahman. Nilai-nilai luhur yang
terkandung dalam Pancasila yang menjadi dasar berbangsa dan
bernegara runtuh seketika. Pancasila sebagai ijtihad para ulama yang
tentunya di dasarkan pada nilai-nilai agama tidak mendapatkan
tempat yang agung di mata seorang Aman Abdurrahman.

201
202
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa
pemaknaan yang di lakukan oleh Aman Abdurrahman terhadap kata tagut
yang ada di dalam al-Qur‟an memiliki perbedaan dengan pemaknaan yang
diberikan oleh para ulama-ulama lainnya. Di dalam buku “Mutiara dari Balik
Penjara: Penyejuk Orang yang Beriman” Aman Abdurrahman secara spesifik
menjelaskan secara detail makna tagut berserta turunannya yang berkaitan
dalam kehidupan beragama seorang muslim. Terdapat hubungan antara
pemberian makna terhadap kata tagut dengan status seorang muslim dalam
memeluk agamanya. Jika pemaknaan terhadap tagut salah, maka dapat
berakibat batalnya status muslim seseorang.
Secara spesifik dan rinci, Aman Abdurrahman menjelaskan kepada
seluruh umat muslim hakikat Islam dan inti dakwah Rasul yang berkaitan
dengan makna tagut. Menurut Aman Abdurrahman tagut diartikan dengan
segala sesuatu yang dijadikan pegangan hidup atau acuan dalam kehidupan
sehari-hari. Seperti Pancasila, UUD 1945 dan undang-undang turunannya,
juga para pengabdinya seperti Pemerintah, TNI, POLRI, PNS, Jaksa, dan
semua pegawai pemerintahan yang melakukan ikrar kesetiaan NKRI. Aman
Abdurrahman juga menjelaskan hubungan kuat antara kalimat tauhid lā ilāha
illallāh dengan status ke-Islaman seseorang. Kalimat tauhid yang berisi
perintah menjauhi tagut dan beriman kepada Allah menjadi satu kesatuan
yang tidak bisa di pisahkan. Jika seorang muslim meinggalkan salah satunya
maka gugur status keislamannya.
Mempercayai hukum selain hukum Allah sebagaimana tertuang di
dalam al-Qur‟an sama halnya dengan beribadah kepada selain Allah. Karena

203
hukum selain hukum Allah merupakan berhala yang harus di jauhi karena
dapat mengakibatkan seseorang murtad dan musyrik. Jika seseorang menjadi
bagian dari pemerintah tagut dan melakukan ikrar NKRI, berarti seseorang
tersebut telah menjadi bagian dari anṣār tagut dan musuh dari anṣār tauhid
sehingga tidak termasuk dalam golongan Muwaḥḥidīn Mujāhidīn. Tentunya
konsekuensi yang dihadapi oleh para anṣār tauhid adalah perlawanan dari
abdi tagut seperti TNI, POLRI, Densus 88, BNPT dan abdi-abdi tagut
lainnya.
Menurut penulis, dalam memberikan makna terhadap kata tagut,
Aman Abdurrahman banyak dipengaruhi oleh Sayyid Quṭb. Ada kemiripan
antara pemaknaan Aman Abdurrahman dalam bukunya dengan yang terdapat
di dalam Tafsir fī Ẓilāl al-Qur‟ān. Hal lain yang ditemukan oleh penulis,
sebagian besar jama‟ah Aman Abdurrahman selalu merujuk kepada Tafsir fī
Ẓilāl al-Qur‟ān karya Sayyid Quṭb dalam mempelajari al-Qur‟an. Selain itu,
untuk menunjang keilmuannya Aman Abdurrahman banyak membaca karya
Syaikh Muhammad Ibn „Abd al-Wahhāb, syaikh Abu Muhammad „Āṣim al-
Maqdīsī, syaikh „Abd al-Qadīr Ibn „Abd al-„Azīz, Syaikh al-„Allāmah Ali
Ibn Ḥuḍair al- Ḥuḍair, Syaikh Muhammad Sālim Walad Muhammad al-
Amīn al-Majlīsī, dan Syaikh Nāṣir Ibn Hamd al-Fahd.
Aman Abdurrahman dalam menjelaskan konsep tagut, selalu
menggunakan pengalaman-pengalaman pribadi selama pengembaraannya
dalam menuntut ilmu, hal ini di dalam semantik kognitif dikenal dengan
embodiment. Juga tidak sedikit digunakan metafora-metafora di dalam
tulisannya, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi para jamaah dan
calon jamaahnya ketika membaca tulisan atau mendengarkan ceramah-
ceramahnya. Sehingga banyak dari napi teroris bangga menjadi murid dari
Aman Abdurrahman, meskipun sebagian besar dari mereka belum pernah
bertatap muka dalam satu majlis ilmu.

204
Hal lain yang ditanamkan dalam diri para jamaahnya, dalam
melengkapi pemahaman konsep tagut adalah doktrin takfiri, di mana selain
bagian dari kelompok Aman Abdurrahman merupakan kelompok kafir yang
halal darahnya. Hal ini setidaknya terbukti dengan beberapa kejadian di
negeri ini, khususnya dalam kasus terorisme, baik pengeboman,
penembakan, atau pembakaran fasilitas umum. Sebagian besar dari pelaku-
pelaku tersebut menurut info dari pihak yang berwenang masuk dalam
kelompok Aman Abdurrahman. Dalam hal ini, berdasarkan hal di atas
penulis dapat menyimpulkan kesamaan antara konsep takfiri Aman
Abdurrahman dengan kelompok Khawarij yang mengkafirkan kelompok di
luar kelompoknya.
B. Saran dan Rekomendasi

Pembahasan tesis ini merupakan bagian dari ikhtiar penulis untuk


mengenalkan kepada kalangan akademisi dan masyarakat luas mengenai
konsep tagut yang sering dikaji oleh kelompok Aman Abdurrahman dan
jamaahnya baik di luar maupun ketika berada di lembaga pemasyarakatan.
Penting juga menjadi perhatian dari khalayak luas bahwa pembahasan
konsep tagut menurut Aman harus menyebar secara luas, selain untuk
menghindari pemahaman-pemahaman yang tidak tepat juga menghindari
dari pengaruh kelompok-kelompok radikal.

Di dalam buku-buku yang ditulis oleh Aman Abdurrahman masih


banyak hal-hal atau judul-judul yang perlu dikaji kembali. Seperti
pembahasan tentang Syirik dalam Hukum, Salafiyyah Yahudiyyah, Syirik di
dalam Rububiyyah, Ketika Iblis Lebih Sopan dari Banyak Da‟i, Kaitan
Takbir dengan Kehidupan, dan judul-judul lainnya yang masih bisa untuk
dibahas secara rinci dan lebih mendalam dengan membandingkan dengan
buku-buku lainnya.

205
Sebagaimana telah disebutkan bahwa tesis ini merupakan kajian
pertama yang membahas konsep tagut Aman Abdurrahman dengan
pendekatan semantik kognitif, tentunya masih banyak hal-hal yang bisa
dikaji dengan pendekatan-pendekatan lainnya. Atas dasar inilah maka
diharapkan muncul penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
Aman Abdurrahman.

Pada akhirnya beberapa rekomendasi yang penulis berikan untuk


pemerintah yang bertanggung jawab terhadap pemberantasan terorisme
adalah:

1. Kontra narasi yang moderat untuk mengcounter buku-buku produk


kelompok jihadis.
2. Pembinaan keagamaan yang intensif dimulai dari tingkat SD hingga
perguruan tinggi.
3. Sosialisasi kepada masyarakat di perkotaan maupun pedesaan, agar
berhati-hati dalam mengikuti pengajian-pengajian yang dilakukan
oleh kelompok-kelompok radikal.
4. Kontra radikalisasi dilakukan kepada napi umum di mana terdapat
napi teroris di Lapas tersebut.
5. Pembinaan keagamaan dan wawasan kebangsaan yang rutin harus di
lakukan kepada napi teroris selama menjalani hukuman di dalam
lembaga pemasyarakatan.
6. Memutus penyebaran sel-sel kelompok radikal teroris dengan
berbagai cara, baik secara soft maupun hard. Selain itu, pemutusan
chanel melalui jejaring sosial harus intens dilakukan. Karena media
sosial menjadi ladang empuk untuk merekrut dan mendoktrin orang-
orang yang ingin belajar Islam secara instan.

206
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Perundang-undangan

Extract Vonnis. Nomor: 1648/PID.B/2010/PN.JKT.BAR.

Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara nomor 7 tahun


2017 tanggal 15 Juni 2017 tentang Tata cara pelantikan dan
pengambilan sumpah/janji jabatan administrator, jabatan
pengawas, jabatan fungsional, dan jabatan pimpinan tinggi.

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik


Indonesia nomor 6 tahun 2013 tentang Tata tertib Lembaga
Pemasyarakatan dan Rumah tahanan.

Buku

„abd al-Wahhāb, „Abd ar-Rohmān bin ḥasan bin Muhammad bin,


Fatḥ al-Majīd li syarḥi kitāb at-Tauhīd. Dār al-Muayyad,
2002.

Abdullah bin Baz, Abdul Aziz bin, Benteng Tauhid: Menghindari


Perilaku Syirik Khafi, diterjemahkan Aris Munandar dan
Eko Hartono. Yogyakarta: Penerbit Darussalam, 2004.

Abdurrahman, Abu Sulaiman Aman dan Syaikh Abu Muhammad


„Ashim al-Maqdisiy, Aqidah pra nabi dan rasul:
Penjabaran realisasi kalimat tauhid dalam kehidupan.
Banten: P-TA Press, 2014.

Abdurrahman, Abu Sulaiman Aman, Mutiara dari Balik Penjara:


Penyejuk Orang yang Beriman. Banten: P-TA Press,
2013.

207
Abu „Audah, „Audah Kholil, al-Taṭawur al-Dilāli: Baina Lugah
al-Syi‟ri al-Jāhili wa Lugati al-Qur‟an al-Karīm. Mesir:
Maktabah al-Manār.

Ad-Dimasqi, Abi al Fida Ismail bin Umar bin Kaṡīr al-Qurasiyyi,


Tafsir al-Quran al-„azim. al-Mamlakah al-„Arabiyah al-
Su‟ūdiyah: Dār toyyibah li al-nasr wa al-tauzī‟, 1997.

Al-Banna, Gamal, Jihad dari Siap Mati ke Siap Hidup. Jakarta:


Daulat Press, 2014.

Al-Fauzan, Shalih bin Fauzan, at-Tauhid li ash-Shaff al-Awwal


al-„Ali, diterjemahkan oleh Agus Hasan Bashori. Jakarta:
Darul Haq, 2013.

Al-Hasyimi, Ahmad, Jawāhir al-Balāgah Fī al-Ma‟ānī wa al-


Bayān wa al-Badī‟. Lebanon: Dār al-Kutub al-„Ilmiyyah,
2009.

Al-Indunisy, Abu Jihad, Adab dan Akhlaq Khawarij Modern:


Studi Kritis kesesatan manhaj Aman Abdurrahman.
Depok: Aliansi Muslim Anti Kemungkaran(AMAK),
2015.

Al-Indunisy, Abu Jihad, Menyingkap Rekam Jejak Ideolog ISIS


Indonesia. Depok: Muqawamah Publishing, 2016.

Al-Jarim, Ali dan Musthafa Amin, Al-Balāghah Al-Wādhihah.


Jakarta: Raudhah Press, 2007.

Al-Kattani, Asy Syarif Abu Muhammad Hasan bin Ali,


Membedah Penyimpangan Dakwah Najd: Meluruskan
Kesalahpahaman Wahabi. Depok: Muqawamah
Publishing, 2015.

208
Al-Qurthubi, Imam, Tafsir al Qurtubhi, jilid 3. Jakarta: Pustaka
Azzam, 2007.

Al-Qurtubhi, Abi Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abi


Bakrin, al Jāmi‟ al-Ahkām al-Qur‟an. Beirut: Al-
Resalah, 2006.

Al-Yassu‟i, Fr. Louis Ma‟luf dan Fr. Bernard Tottel al-Yassu‟I,


al-Munjid. 1908.

AS Hikam, Muhammad, Deradikalisasi: Peran Masyarakat Sipil


Indonesia Membendung Radikalisme. Jakarta: Penerbit
buku Kompas, 2016.

Assad, Muhammad Haidar, ISIS: Organisasi Teroris Paling


Mengerikan Abad Ini. Jakarta: Zaytuna Ufuk Abadi,
2014.

Al-Syaukani, Imam, Tafsir Fathul Qadir vol 2, Tahqiq dan


Takhrij Sayyid Ibrahim. Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.

Al-Syaukani, Imam, Tafsir Fathul Qadir. Tahqiq dan Takhrij :


Sayyid Ibrahim Vol. 2. Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.

ath-Thabari, Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir, Tafsir ath-Thabari


diterjemahkan oleh Ahsan Aksan, Jilid. 4. Jakarta:
Pustaka Azzam, 2008.

ath-Thabari, Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir, Tafsir ath-Thabari


diterjemahkan oleh Ahsan Aksan, Jilid. 7. Jakarta:
Pustaka Azzam, 2008.

ath-Thabari, Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir, Tafsir ath-Thabari


diterjemahkan oleh Ahsan Aksan, Jilid. 16. Jakarta:
Pustaka Azzam, 2008.

209
Azra, Azyumardi, Transformasi Politik Islam: Radikalisme,
Khilafatisme, dan Demokrasi. Jakarta: Prenadamedia
Group, 2016.

Bakti, Agus Surya, Merintis Jalan Mencegah Terorisme (Sebuah


Bunga Rampai). Jakarta: Semarak Lautan Warna, 2014.

Blueprint Deradikalisasi, Deputi I Bidang Pencegahan,


Perlindungan, dan Deradikalisasi Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme, 2015.

Chaer, Abdul, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta:


Penerbit Rineka Cipta, 2009.

Dahuri, Olman dan M. Nida Fadlan, Pesantren-Pesantren


Berpengaruh di Indonesia. Jakarta: Emir Cakrawala
Islam, 2015.

Djelantik, Sukawarsini, Terorisme: Tujuan Psiko-Politis, Peran


Media, Kemiskinan, dan Keamanan Nasional. Jakarta:
Pustaka Obor Indonesia, 2010.

Ghazali, Khairul, Mereka Bukan Thagut: Meluruskan Salah


Paham tentang Thagut. Jakarta: Grafindo Khazanah
Ilmu, 2011.

Gibbs, Raymond W., Jr, Embodiment and Cognitive Science.


New York: Cambridge University Press, 2005.

Golose, Petrus Reinhard, Deradikalisasi Terorisme: Humanis,


Soul Approach, dan Menyentuh Akar Rumput. Jakarta:
Yayasan Pengembangan Ilmu Kepolisian, 2010.

Golose, Petrus reinhard, Invasi Terorisme ke Cyberspace. Jakarta:


Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian, 2015.

210
Hafidzh, Usamah Ibrahim dan „Ashim „Abdul Majid Muhammad,
Menyorot Persepsi Keliru tentang Jihad. Direktorat
Deradikalisasi Deputi bidang Pencegahan, Perlindungan
dan Deradikalisasi BNPT, 2014.

Halim, Amanullah, Buku Putih Kaum Jihadis: Menangkal


Ekstrimisme Agama dan Fenomena Pengafiran.
Tangerang: Lentera Hati, 2015.

Hidayatullah, Moch Syarif, Cakrawala Linguistik Arab.


Tangerang Selatan: Al Kitabah, 2012.

Idris, Irfan, Membumikan Deradikalisasi: Soft Approach Model


Pembinaan Terorisme dari Hulu ke Hilir secara
Berkesinambungan. Jakarta: Daulat Press, 2017.

Jahroni, Jajang, dkk, Memahami Terorisme: Sejarah, Model, dan


Konsep. (Jakarta: Pusat Pengkajian Islam dan
Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
bekerja sama dengan Prenadamedia Group Jakarta, 2016.

Jārim, „Ali wa mustofa Amīn, al-Balāghoh al wādihah. Jakarta:


Raudhah Press, 2007.

Jawas, Yazid bin Abdul Qadir, Prinsip Dasar Islam Menurut al-
Quran dan al-Sunnah yang Shahih. Bogor: Pustaka at-
Taqwa, 2017.

Kamil, Sukron, “Bahasa dan Pola Keislaman Modern: Kajian atas


Kata Serapan/Ambilan Arab dalam Buku Himpunan
Putusan Tarjih Muhammadiyah” dalam Bahasa dan
Sastra: Kontekstual di Era Postliteracy. Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2015.

211
Kamil, Sukron, Islam dan Politik di Indonesia Terkini: Islam dan
Negara, Dakwah dan Politik, HMI, Anti-Korupsi,
Demokrasi, NII, MMI, dan Perda Syari‟ah. Jakarta:
PSIA UIN Jakarta, 2013.

Katsir, Ibnu, Tafsir Ibnu Katsir diterjemahkan oleh M. Abdul


Ghoffar Jilid 1. Bogor: Pustaka Imam Syafi‟i, 2004.

Katsir, Ibnu, Tafsir Ibnu Katsir diterjemahkan oleh M. Abdul


Ghoffar Jilid 2. Bogor: Pustaka Imam Syafi‟i, 2004.

Katsir, Ibnu, Tafsir Ibnu Katsir diterjemahkan oleh M. Abdul


Ghoffar Jilid 5. Bogor: Pustaka Imam Syafi‟i, 2004.

Kreidler, Charles W., Introduction English Semantiks. London:


Routledge, 1998.

Kushartanti, dkk, Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami


Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005.

Makka, Sudirman H, Mengurai kekeliruan antara Terorisme,


Jihad, dan Qital, Jakarta: BNPT dan Insan Madani
Institute Mataram, 2015.

Mbai, Ansyaad, Dinamika Baru Jejaring Teror di Indonesia dan


Keterkaitannya dengan Gerakan Radikalisme
Transnasional. Jakarta: AS Production Indonesia, 2014.

Mockaitis, Thomas R., “Terrorism, Insurgency, and Organized


Crime” in the book Fighting Back: What Goverments
can do about Terrorism. California: Stanford University
Press, 2011.

212
Munawwir, A.W., Kamus al-Munawir Arab-Indonesia
terlengkap. Yogyakarta: Pondok Pesantren al-Munawwir
Krapyak, 1984.

Mushaf Famy bi Sauqin, Al-Quran dan Terjemah. Jakarta: Forum


pelayan Al-Quran, 2016.

Nasution, Harun, Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa


Perbandingan. Jakarta: UI Press, 1986.

Noor, Juliansyah, Metodologi Penelitian : Skripsi, Tesis,


Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010.
Noor, Tajuddin, Buku Induk Bahasa Indonesia: Pantun, Puisi,
Syair, Peribahasa, Gurindam, dan Majas. Yogyakarta:
Araska, 2015.

Payudha, Linguistik Kognitif: Teori dan Praktik Analisis.


Yogyakarta: Diandra Pustaka Indonesia, 2015.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2017.

Quthb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an, Di Bawah Naungan Al-


Qur‟an jilid 1. Jakarta: Gema Insani, 2000.

Quthb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an, Di Bawah Naungan Al-


Qur‟an jilid 2. Jakarta: Gema Insani, 2000.

Quthb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an, Di Bawah Naungan Al-


Qur‟an jilid 3. Jakarta: Gema Insani, 2000.

Quthb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an, Di Bawah Naungan Al-


Qur‟an jilid 7. Jakarta: Gema Insani, 2000.

213
Ramelan, Prayitno, Ancaman Virus Terorisme: Jejak Teror di
Dunia dan Indonesia. Jakarta: Grasindo, 2017.

Riemer, Nick, Introducing Semantics. New York: Cambridge


University, 2010.

Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian.


Bandung: Penerbit Mandar Maju, 2011.

Shihab, M. Quraish, Tafsir al Mishbah: Pesan, Kesan dan


Keserasian al Quran vol. 1. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Shihab, M. Quraish, Tafsir al Mishbah: Pesan, Kesan dan


Keserasian al Quran vol. 2. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Shihab, M. Quraish, Tafsir al Mishbah: Pesan, Kesan dan


Keserasian al Quran vol. 4. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Shihab, M. Quraish, Tafsir al Mishbah: Pesan, Kesan dan


Keserasian al Quran vol. 5. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Shihab, M. Quraish, Tafsir al Mishbah: Pesan, Kesan dan


Keserasian al Quran vol. 6. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Shihab, M. Quraish, Tafsir al Mishbah: Pesan, Kesan dan


Keserasian al Quran vol. 7. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Shihab, M. Quraish, Tafsir al Mishbah: Pesan, Kesan dan


Keserasian al Quran vol. 8. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Shihab, M. Quraish, Tafsir al Mishbah: Pesan, Kesan dan


Keserasian al Quran vol. 9. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Shihab, M. Quraish, Tafsir al Mishbah: Pesan, Kesan dan


Keserasian al Quran vol. 10. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

214
Shihab, M. Quraish, Tafsir al Mishbah: Pesan, Kesan dan
Keserasian al Quran vol. 11. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Shihab, M. Quraish, Tafsir al Mishbah: Pesan, Kesan dan


Keserasian al Quran vol. 12. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Shihab, M. Quraish, Tafsir al Mishbah: Pesan, Kesan dan


Keserasian al Quran vol. 13. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Siradj, Said Aqil, Islam Kalap dan Islam Karib. Jakarta: Daulat
Press, 2014.

Subuki, Makyun, Semantik: Pengantar Memahami Makna


Bahasa. Jakarta: Trans Pustaka, 2011.

Suparno, Darsita, Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: UIN


Press, 2015.

Suwartono, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta:


Penertbit Andi Offset, 2014.

Taher, Tarmizi, dkk. Radikalisme Agama. Jakarta: PPIM IAIN


Jakarta, 1998.

Ubaedillah. A, Pancasila, Demokrasi, dan Pencegahan Korupsi.


Jakarta: Prenadamedia Grup, 2015.

Umar, Ahmad Muhtar, „Ilm al-Dilālah. Kuwait: Maktabah Dār al-


„Urūbah li al-Nasyr wa al-Tauzi‟, 1982.

Umar, Nasaruddin, Deradikalisasi Pemahaman al-Quran dan


Hadis. Jakarta: Penerbit Gramedia, 2014.

215
Waridah, Ernawati, Kumpulan Majas, Pantun, dan Peribahasa
Plus Kesusasteraan Indonesia. Bandung: Ruang Kata
Imprint Kawan Pustaka, 2014.

Wehr, Hans, A Dictionary of Modern Written Arabic. Beirut:


Perpustakaan Libanon, 1980.

Zubair, Stilistika Arab: Studi Ayat-Ayat Pernikahan Dalam Al-


Qur‟an. Jakarta: Penerbit Amzah, 2017.

Internet

http://hadith.al-
islam.com/Page.aspx?pageid=192&BookID=24&PID=3509,

http://library.islamweb.net/hadith/display_hbook.php?bk_no=574
&hid=34&pid=131969.
http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?idfrom=
3114&idto=3117&bk_no=56&ID=1137.

http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?idfrom=
4450&idto=4451&bk_no=52&ID=1557.

http://nasional.kompas.com/read/2016/01/17/05300041/Ini.Krono
logi.Teror.Bom.Jakarta.dari.Detik.ke.Detik

http://nasional.kompas.com/read/2016/01/17/05300041/Ini.Krono
logi.Teror.Bom.Jakarta.dari.Detik.ke.Detik

http://news.liputan6.com/read/2365583/153-orang-tewas-dalam-
6-serangan-teror-di-paris

http://news.liputan6.com/read/2365583/153-orang-tewas-dalam-
6-serangan-teror-di-paris

216
http://news.liputan6.com/read/3061846/ini-kegiatan-aman-
abdurrahman-di-penjara-nusakambangan

http://news.metrotvnews.com/read/2016/01/18/212988/tragedi-
sarinah-dan-penanggulangan-teror.

http://news.metrotvnews.com/read/2016/01/18/212988/tragedi-
sarinah-dan-penanggulangan-teror.

http://www.nu.or.id/post/read/70380/ketika-hukum-syariat-islam-
bicara-cinta-tanah-air.

https://plus.google.com/105625732814879365548/posts/g7shd4
WKGJy.

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=w
eb&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiczv-
9x9PWAhWHLo8KHfLwDOEQFgglMAA&url=https%3A%2F
%2Fwww.cnnindonesia.com%2Fnasional%2F20170823062835-
12-236602%2Faman-abdurrahman-pengagum-isis-dan-perebut-
massa-baasyir%2F&usg=AOvVaw21v4uQxymGZSBKp-
4SR9wU

Makyun Subuki, Semantik Kognitif. Diambil dari


tulisanmakyun.blogspot.co.id

Skripi, Tesis, Jurnal

Albani, Konsep Taghut Menurut Pemikiran Sayyid Qutb (Telaah


Tafsir fi Zilal al-Quran). Tesis Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2015.

217
Darmawan, Ruly, Pengalaman, Usability, dan Antarmuka Grafis
: Sebuah Penelusuran Teoritis. Journal of Visual Art and
Design, Institut Teknologi Bandung, Vol 4 No 2, 2013.

Jalaluddin, Nor Hashimah, dkk, Perluasan Makna Imbuhan Ber-:


Analisis Semantik kognitif, gema online TM Journal of
Language Studies volume 10(1)2010.

Jalaludin, Nor Hasimah, Perluasan Makna Alim: Analisis


Semantik Kognitif, Gema Online Journal of language
Studies, Volume 12(2), May 2012.

Laila Sari Masyhur, Thaghut dalam al-Quran. Jurnal Ushuluddin


Vol.XVIII No.2, Juli 2012.

Mustofa, Imam, Terorisme: Antara Aksi dan Reaksi (Gerakan


Islam Radikal sebagai Respon Terhadap Imperialisme
Modern). Jurnal RELIGIA STAIN Jurai Siwo Metro
Lampung, Vol. 15 No. 1, April 2012.

Mustofa, Tutur Ahsanil, Kalimatā as-Syahādah(Dirosah


Fīlūlūjiyyah). Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2013.

Nurbayan, Yayan, Pengembangan Materi Ajar Balaghah


Berbasis Pendekatan Kontrastif. Jurnal Bahasa dan Seni,
tahun 38, nomor 1, Februari 2010.

Sutedi, Dedi, Pengenalan Pendekatan Linguistik Kognitif...dalam


penelitian bahasa, makalah disampaikan dalam temu
ilmiah pendidikan daln linguistik Bahasa Jepang II, 26
September 2003 di Bandung.

Zaini Masrur, Thaghut dalam al-Quran perspektif M Quraish


Shihab dan Muhammad „Ali al-Sabuni : Studi komparatif

218
antara Tafsir al-Misbah dan Safah al-Tafasir. Skripsi,
UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015.

Wawancara

Wawancara dengan Petugas Lapas Nusakambangan. 22 Juli 2017


di Jakarta.

Wawancara dengan Petugas Lapas Pasir Putih, Nusakambangan


di Jakarta, 2017.

Wawancara di Lapas Cibinong dalam rangka pengambilan data


Identifikasi BNPT November 2015.

Wawancara di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok. 2017.

219
220
BIOGRAFI PENULIS

Tutur Ahsanil Mustofa lahir pada 03 April


1990 di desa Glonggong, Balerejo, Madiun,
Jawa Timur. Ia adalah anak pertama dari dua
bersaudara, dari seorang ayah Samiran, M.Pd
dan ibu Surati. Tahun 2016, ia menikah
dengan Itsna Ruhillah dan dikaruniai satu
orang anak Rawnie Alesha Syahira (2017).

Riwayat pendidikan dimulai di SD Glonggong


tamat tahun 2000, lalu dilanjutkan di pesantren
Gontor, Ponorogo, Jawa Timur tamat tahun
2007. Ia menempuh pendidikan Strata Satu
(S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Bahasa dan Sastra Arab
tahun (2009-2013), kemudian penulis melanjutkan pendidikan Strata Dua
(S2) pada Program Studi Bahasa dan Sastra Arab UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta (2015-2018).

Selama kuliah S1 penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Islam


(HMI) Cabang Ciputat, pernah menjadi ketua Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM) Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2012, wakil Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2013. Sambil kuliah S2 penulis aktif di Lembaga Center For
the Study of Religion And Culture (CSRC) UIN Jakarta, Kontributor Berita
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Trainer di Akar Adventure. Saat ini
penulis menjadi Tenaga Ahli (TA) di Direktorat Deradikalisasi Badan
Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
BIOGRAFI PENULIS

Tutur Ahsanil Mustofa lahir pada 03 April


1990 di desa Glonggong, Balerejo, Madiun,
Jawa Timur. Ia adalah anak pertama dari dua
bersaudara, dari seorang ayah Samiran, M.Pd
dan ibu Surati. Tahun 2016, ia menikah
dengan Itsna Ruhillah dan dikaruniai satu
orang anak Rawnie Alesha Syahira (2017).

Riwayat pendidikan dimulai di SD Glonggong


tamat tahun 2000, lalu dilanjutkan di pesantren
Gontor, Ponorogo, Jawa Timur tamat tahun
2007. Ia menempuh pendidikan Strata Satu
(S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Bahasa dan Sastra Arab
tahun (2009-2013), kemudian penulis melanjutkan pendidikan Strata Dua
(S2) pada Program Studi Bahasa dan Sastra Arab UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta (2015-2018).

Selama kuliah S1 penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Islam


(HMI) Cabang Ciputat, pernah menjadi ketua Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM) Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2012, wakil Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2013. Sambil kuliah S2 penulis aktif di Lembaga Center For
the Study of Religion And Culture (CSRC) UIN Jakarta, Kontributor Berita
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Trainer di Akar Adventure. Saat ini
penulis menjadi Tenaga Ahli (TA) di Direktorat Deradikalisasi Badan
Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Anda mungkin juga menyukai