Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“ASBA<B Al-NUZU<L SURAH AL-BAQARAH AYAT 230, 231, 232 DAN HUKUM YANG
TERKANDUNG DI DALAMNYA”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:

Asba>b al-Nuzu>l dan al-Nasikh wa al-Mansukh

Dosen Pengampu: Ali Abdur Rohman, S.Ud, M.Ag

Disusun Oleh kelompok 18:


Isa Al Mughiroh (12301193002)
Muhammad Munib (12301193036)

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR (3A)


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas petunjuk-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Asba>b Al-Nuzu>l Surah Al-Baqarah Ayat 230, 231,
232, dan Hukum yang Terkandung di Dalamnya”. Sholawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah memperjuangkan hidupnya
dan membangkitkan umat dari zaman jahiliyah yang menuju zaman yang terang benderang
yaitu Islam.

Dengan terselesaikannya makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih juga
kami sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag., selaku rektor Institut Agama Islam Negeri
Tulungagung.
2. Bapak Dr. Akhmad Rizqon Khamami, Lc., M.A., selaku dekan Fakultas Ushuluddin
Adab dan Dakwah.
3. Bapak Hibbi Farihin, M.S.I., selaku plt. jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.
4. Bapak Ali Abdur Rohman, S.Ud, M.Ag., selaku dosen pengampu mata kuliah Asba>b
al-Nuzu>l dan Nasikh wa al-Mansukh.
5. Seluruh pihak yang telah membantu penulisan makalah ini.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk memperbaiki
penyusunan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan
bermanfaat bagi kami maupun pembaca yang budiman

Blitar, 12 November 2020

Penyusun

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ........................................................................................................ i


Daftar Isi ................................................................................................................ ii
Pedoman Transliterasi ........................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2
Bab II Pembahasan
A. Hukum Me-ruju’ Istri ............................................................................................ 3
B. Larangan Z{alim Terhadap Istri yang Diceraikan dan Mengejek Ayat Alla>h ........ 4
C. Larangan Menghalangi Seorang Mantan Istri Menikah dengan Calon Suaminya 6
Bab III Penutup
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 9
Daftar Pustaka ........................................................................................................ 10

ii
A. PEDOMAN TRANSLITERASI1
Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil keputusan bersama (SKB)
Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158
Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.
1. Konsonan
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat
pada halaman berikut :
Huruf arab Nama Huruf latin Nama
‫ا‬ Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan
‫ب‬ Ba B Be
‫ت‬ Ta T Te
‫ث‬ S|a S| Es (dengan titik diatas)
‫ج‬ Jim J Je
‫ح‬ H}a H} Ha (dengan titik dibawah)
‫خ‬ Kha Kh Ka dan Ha
‫د‬ Dal D De
‫ذ‬ Z|al Z| Zet (dengan titik diatas)
‫ر‬ Ra R Er
‫ز‬ Zai Z Zet
‫س‬ Sin S Es
‫ش‬ Syin Sy Es dan ye
‫ص‬ S}ad S} Es (dengan titik di bawah)
‫ض‬ D}ad D} De (dengan titik di bawah)
‫ط‬ T}a T} Te (dengan titik di bawah)
‫ظ‬ Z}a Z} Zet (dengan titik di bawah)
‫ع‬ ‘Ain ‘ Apostrof terbalik
‫غ‬ Gain G Ge
‫ف‬ Fa F Ef
‫ق‬ Qof Q Qi

1
Ulin Na’mah, Pedoman Transliterasi Arab-Latin, (Kediri: IAIN Kediri, 2019), hal. 8-12.
iii
‫ك‬ Kaf K Ka
‫ل‬ Lam L El
‫م‬ Mim M Em
‫ن‬ Nun N En
‫و‬ Wau W We
‫ه‬ Ha H Ha
‫ء‬ Hamzah ’ Apostrof
‫ي‬ Ya Y Ye
Hamzah (‫ )ء‬yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa
pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’).
2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau
monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,
transliterasinya sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf latin Nama

َ‫ا‬ Fath{ah A A

َ‫ا‬ Kasrah I I

َ‫ا‬ D{ammah U U

3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
Harkat dan Huruf Nama Huruf dan tanda Nama

َ ‫َى‬.....َ/َ‫َا‬..... fath}ah dan alif atau a> a dan garis di


ya atas

‫َي‬.... kasrah dan ya i> i dan garis di atas

‫َو‬... d}ammah dan wau u> u dan garis di atas

Contoh:

َ ‫م‬
‫ات‬ : ma>ta
‫رمى‬ : rama>

iv
َ‫قْيل‬ : qi>la
َ‫َي ْوت‬
: yamu>tu
4. Ta marbu>t}ah
Transliterasi untuk ta marbu>t}ah ada dua, yaitu: ta marbu>t}ah yang hidup atau mendapat
harakat fath}ah, kasrah, dan d}ammah, transliterasinya adalah [t]. Sedangkan ta marbu>t}ah
yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah [h].

Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbu>t}ah diikuti oleh kata yang
menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta marbu>t}ah
itu ditransliterasikan dengan ha (h). Contoh:

َ‫َاْلطْفال‬
ْ ‫رْوضة‬ : Raud}ah al-at}fa>l

َ‫الْمديْنةَالْفضْي لة‬ : Al-madi>nah al-fad}i>lah

َ‫احلكْمة‬ : Al-h}ikmah
5. Syaddah (tasydi>d)
Syaddah atau tasydi>d yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah
tanda tasydi>d (َّ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf

(konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.

Contoh :

َ ‫ربَّنا‬ : Rabbana>

‫َنَّْي نا‬ : Najjaina>

َ‫ا ْحلج‬ : Al-h}ajj

َ‫عدو‬ : ‘aduwwun

Jika huruf ‫ ي‬ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah (َ‫)ىي‬, maka
ia ditransliterasi seperti huruf maddah ( i> ).
Contoh:

َ‫علي‬ : ‘ali> (bukan ‘aliyy atau ‘aly)

َ‫عرب‬ : ‘arabi> (bukan ‘arabiyy atau ‘araby)


6. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf (alif lam
ma‘arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa,
al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiah maupun huruf qamariah. Kata sandang

v
tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah
dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-). Contohnya:

َ‫َّمس‬
ْ ‫الش‬ : Al-syamsu (bukan asy-syamsu)

َ‫الزلْزلة‬
َّ : Al-zalzalah (bukan az-zalzalah)

َ‫الف ْلسفة‬ : Al-falsafah

َ‫البالد‬ : Al-bila>du
7. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi hamzah
yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak
dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif. Contohnya:

َ‫َتْمرْون‬ : Ta’muru>na

َ‫الن َّْوء‬ : Al-nau’

َ‫ش ْيء‬ : Syai’un

َ‫أم ْرت‬ : Umirtu


8. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia
Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah, atau
kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah, atau kalimat yang
sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering
ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di
atas. Misalnya kata Al-Qur’an (dari Al-Qur’a>n), Sunnah, khusus dan umum. Namun,
bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka mereka harus
ditransliterasi secara utuh. Contoh: Fi> Z}ila>l al-Qura’a>n, Al-sunnah qabl al-tadwi>n.
9. Lafz al-jala>lah (‫)هللا‬
Kata Allah yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau
berkedudukan sebagai mud}a>f ilahi (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.

Contoh: َ‫ديْنَللا‬ : di>nulla>h , َ‫ ِبلل‬: billa>hi>>.


Adapun ta marbu>t}ah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz al-jala>lah,

ditransliterasi dengan huruf (t). Contoh: َ‫ْحةَللا‬


ْ ‫َِفَر‬
ْ ‫ه ْم‬ : hum fi> rah}matilla>h.
10. Huruf Kapital
Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam

vi
transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf
kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital,
misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan
huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al),
maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf
awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang
tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk
huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis
dalam teks maupun dalam catatan rujukan
Contoh:
Nas}i>r al-Di>n al-T{u>si>
Abu>> Nas}r al-Fara>bi>
Al-Gaza>li

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan salah satu mukjizat terbesar yang diberikan Allah kepada Nabi
Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril yang diturunkan secara bertahap,
sebagai pedoman hidup manusia supaya selamat di dunia hingga akhirat. Al- Qur’an turun
sudah lebih dari 1400 tahun yang lalu dan didalamnya semua aturan yang digariskan masih
berlaku, hal ini dikarenakan indahnya gaya bahasa yang digunakan serta ayat-ayatnya
yang turun dalam ruang dan waktu yang pas bahkan sebagai bentuk problem solving dikala
itu.
Seiring berkembang dan meluasnya islam, ayat-ayat al-Qur’an mulai terasa kaku jika
ditelan secara tekstual. Orang akan menjadi kejam dan sesat bila beragama tanpa cinta
ilmu yang sebenarnya maka, sejak zaman sahabat nabi hingga sekarang dilakukan kajian
dan riset yang melahirkan berbagai disiplin ilmu diantaranya yaitu tafsir dan asba>b al-
nuzu>l.
Zaman telah berkembang pesat, orang-orang memiliki permasalah yang mesti
diselesaikan dengan benar dan sejalan dengan syariat. Salah satu permasalahan yang
muncul sejak lama dan perlu diperhatikan bahkan sampai sekarang adalah permaslahan
ruju’-nya wanita yang di-t}alaq dan wanita yang akan menikah dengan calon suaminya.
Al-Qur’an telah menggariskan ketentuan ruju’, t}alaq, dan pernikahan yang akan
dilaksanaka perempuan dengan calon suaminya, diantaranya melalui surah al-Baqarah
ayat 230 sampai 232. Para suami dengan kuasa yang telah digariskan terhadap istriya
dapat melakukan kuasanya dengan sewenang-wenang, begitu juga dengan wali nikah yang
adakalanya mereka sebenarnya lebih memilih terjadi perceraian. Hal ini mengakibatkan
wanita tidak memiliki kuasa apapun dan berada dalam kondisi bahaya.
Maka dari itu kami mengangkat makalah dengan judul “Asba>b al-Nuzu>l Surah al-
Baqarah Ayat 230, 231, 232, dan Hukum yang Terkandung di Dalamya”, supaya menjadi
fajar keemasan dalam melangkah gamblang dalam menjalankan kehidupan berumah
tangga di zaman modern ini.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teks ayat, terjemah, asba>b al-nuzu>l, tafsir dan analisis dari Q.S. al-Baqarah
ayat 230?
2. Bagaimana teks ayat, terjemah, asba>b al-nuzu>l, tafsir dan analisis dari Q.S. al-Baqarah
ayat 231?
3. Bagaimana teks ayat, terjemah, asba>b al-nuzu>l, tafsir dan analisis dari Q.S. al-Baqarah
ayat 232?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui teks ayat, terjemah, asba>b al-nuzu>l, tafsir dan analisis dari Q.S. al-Baqarah
ayat 230.
2. Mengetahui teks ayat, terjemah, asba>b al-nuzu>l, tafsir dan analisis dari Q.S. al-Baqarah
ayat 231.
3. Mengetahui teks ayat, terjemah, asba>b al-nuzu>l, tafsir dan analisis dari Q.S. al-Baqarah
ayat 232.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Al-Qur’an Surah al-Baqarah Ayat 230 (Hukum Me-ruju’ Istri)


1. Ayat dan Terjemah
َ‫ظنَّا ٓ اَ ْن يُّ ِق ْي َما ُحد ُْود‬ َ ‫طلَّقَ َها فَ ََل ت َِح ُّل لَهٗ ِم ْۢ ْن بَ ْعد ُ َحتّٰى ت َ ْن ِك َح زَ ْو ًجا َغي َْر ٗه ۗ فَا ِْن‬
َ ‫طلَّقَ َها َف ََل ُجنَا َح َعلَ ْي ِه َما ٓ ا َ ْن يَّت ََرا َجعَا ٓ ا ِْن‬ َ ‫فَا ِْن‬
٢٣٠ - َ‫ّٰللاِ يُبَيِنُ َها ِلقَ ْو ٍم َّي ْعلَ ُم ْون‬ّٰ ُ‫ّٰللاِ ۗ َوتِ ْلكَ ُحد ُْود‬ ّٰ
Artinya: “Kemudian jika dia menceraikannya (setelah talak yang kedua), maka
perempuan itu tidak halal lagi baginya sebelum dia menikah dengan suami yang lain.
Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi
keduanya (suami pertama dan bekas istri) untuk menikah kembali jika keduanya
berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah ketentuan-ketentuan
Allah yang diterangkan-Nya kepada orang-orang yang berpengetahuan.” (al-Baqarah:
230)2
2. Asba>b al-Nuzu>l
Ibnu al-Mundz\ir meriwayatkan dari Muqa>til bin Hayya>n, dia berkata, “ayat ini
turun untuk ‘A>isyah binti ‘Abdi al-Rah}man bin ‘Ati>k menjadi istri Rifa>’ah bin Wahab
bin Atik. jadi Rifa>’ah adalah anak paman ‘A>isyah sendiri. Pada suatu ketika Rifa>’ah
mencerai ‘A>isyah binti ‘Abdi al-Rah}man bin ‘Ati>k dengan t}ala>q ba>in. Setelah itu
‘A>isyah dinikahi seorang lelaki bernama ‘Abdu al-Rah}man bin Zubair al-Qarz{i>. Lalu
‘Abdu al-Rah}man menceraikannya. Maka ‘A>isyah mendatangi Rasu>lulla>h dan berkata,
“wahai Rasu>lulla>h, ‘Abdu al-Rah}man mencerai saya sebelum menggauli saya. Apakah
saya boleh kembali kepada suami saya yang pertama?” Rasu>lulla>h menjawab, “tidak
hingga dia menggaulimu”.
Maka turunlah firman Alla>h pada ‘A>isyah, ‘kemudian jika si suami men-t}alaq-nya
(sesudah t}alaq yang kedua), maka tidak halal lagi baginya hingga dia kawin lagi dengan
suami yang lain’. Dan suami baru itu menjima’nya.
kemudian jika suami yang lain menceraikanya, setelah menjima’nya, maka tidak
ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan istri) untuk kawin kembali.’’
(al-Baqarah: 230).3

2
Https://quran.kemenag.go.id/sura/2/230, diakses pada 1 Oktober 2020.
3
‘Abdu al-Rah}man bin Abi> Bakar, Jala>l al-Di>n al-Suyu>t}i>, Luba>b al-Nuqu>l fi> Asba>b al-Nuzu>l, (Beirut: Da>r
al-Kitab al-‘Alamiyah, tt), hal. 34-35.
3
3. Tafsir
Maksudnya, ketika seorang suami men-t}alaq isterinya setelah talak yang kedua,
maka istrinya menjadi haram baginya (maksudnya setelah talak ketiga). Hingga
istrinya itu dinikahi laki-laki lain dan digauli seperti halnya keterangan dalam hadis
yang diriwayatkan oleh al-Syaikha>ni.
Apabila si wanita (mantan dari suami pertama) ditalak oleh suami yang kedua,
maka tidak ada dosa bagi si wanita dan suami pertamanya untuk kembali (menikah)
ketika masa idahnya berakhir (jika mereka berdua berkeyakinan dapat menjalankan
hukum-hukum Alla>h) dan itulah maksud dari semua peraturan-peraturan Alla>h yang
dijelaskan kepada kaum yang mau mengetahui atau berpikir.4
4. Analisis
Ayat ini mengajarkan sebagai orang yang sudah berumah tangga untuk selalu
menjaga hubungan mereka, jangan sampai gegabah hingga sang suami mengatakan
t}alaq yang berakhir dengan t}alaq tiga. Jika itu terjadi maka status suami dan isteri telah
berakhir dan untuk bisa kembali bersatu harus melalui pernikahan yang baru bagi si
mantan isteri yang didalamnya terjadi hubungan badan dan ia ditalak oleh suami yang
baru. Itu pun harus terjadi secara normal tanpa rekayasa.

B. Al-Qur’an Surah al-Baqarah Ayat 231 (Larangan Z{alim Terhadap Istri yang Diceraikan
dan Mengejek Ayat Alla>h)
1. Ayat dan Terjemah
‫ارا ِلتَ ْعتَد ُْوا ۚ َو َم ْن‬ ِ ‫س ِر ُح ْوه َُّن بِ َم ْع ُر ْوفٍۗ َو َل ت ُ ْم ِس ُك ْوه َُّن‬
ً ‫ض َر‬ َ ‫س ۤا َء فَبَلَ ْغنَ ا َ َجلَ ُه َّن َفا َ ْم ِس ُك ْوه َُّن بِ َم ْع ُر ْوفٍ اَ ْو‬
َ ِ‫طلَّ ْقت ُ ُم الن‬
َ ‫َواِذَا‬
‫ب َو ْال ِح ْك َم ِة‬
ِ ‫ّٰللاِ َعلَ ْي ُك ْم َو َما ٓ ا َ ْنزَ َل َع َل ْي ُك ْم ِمنَ ْال ِك ٰت‬
ّٰ َ‫ّٰللاِ ه ُُز ًوا َّواذْ ُك ُر ْوا ِن ْع َمت‬
ّٰ ‫ت‬ ِ ‫سهٗ ۗ َو َل تَت َّ ِخذ ُ ْٓوا ٰا ٰي‬ َ ْ‫يَّ ْفعَ ْل ٰذلِكَ فَقَد‬
َ ‫ظلَ َم َن ْف‬
٢٣١ - ࣖ ‫ش ْيءٍ َع ِل ْي ٌم‬ َ ‫ّٰللاَ ِب ُك ِل‬ّٰ ‫ّٰللاَ َوا ْع َل ُم ْٓوا ا َ َّن‬ ُ ‫يَ ِع‬
ّٰ ‫ظ ُك ْم ِب ٖه َۗواتَّقُوا‬
Artinya: “Dan apabila kamu menceraikan istri-istri (kamu), lalu sampai (akhir)
idahnya, maka tahanlah mereka dengan cara yang baik, atau ceraikanlah mereka dengan
cara yang baik (pula). Dan janganlah kamu tahan mereka dengan maksud jahat untuk
menzalimi mereka. Barangsiapa melakukan demikian, maka dia telah menzalimi
dirinya sendiri. Dan janganlah kamu jadikan ayat-ayat Allah sebagai bahan ejekan.
Ingatlah nikmat Allah kepada kamu, dan apa yang telah diturunkan Allah kepada kamu
yaitu Kitab (Al-Qur'an) dan Hikmah (Sunnah), untuk memberi pengajaran kepadamu.

4
Jala>l al-di>n Muhammad bin Ahmad al-Mahalli>, Jala>l al-di>n ‘Abdu al-Rah}man bin Abi> Bakar al-Suyut}i>,
Tafsi>r al-Jala>layn, (al-Qa>hirah: Dar al-H{adi>s\, tt), hal. 49.
4
Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.” (al-Baqarah: 231).5
2. Asba>b al-Nuzu>l
Telah menceritakan padaku Muhammad bin Sa’id dari ayahnya, dari pamannya,
dari ayahnya paman, dari kakeknya paman, dari ibni ‘Abba>s: “Apabila kalian
menceraikan istri-istri kalian, kemudian masa ‘iddah mereka hampir habis, maka kalian
boleh me-ruju’ mereka atau meninggalkan mereka secara baik-baik tanpa ruju’ sampai
masa ‘iddah mereka berakhir. Janganlah kalian me-ruju’ mereka semata-mata untuk
menyengsarakan dan merugikan”, ada seorang laki-laki yang men-t}alaq isterinya
kemudian me-ruju’-nya (ada yang mengatakan me-ruju’-nya ketika habis masa ‘iddah-
nya) lalu men-t}alak isterinya lagi, perlakuan itu merugikan dan menghalangi si isteri
untuk menikah dengan laki-laki lain.6
3. Tafsir
Dijelaskan bagi orang yang mau mengetahui, sesungguhnya allah telah
memberikan penjelasan, apabila kalian men-t}alaq istri-istri kalian dengan t}alaq satu.
lalu mereka mendekati batas habis masa ‘iddah mereka, sebelum bersuci dari haid yang
ketiga, maka ruju’-lah mereka dan perlakukan mereka dengan baik. Atau biarkanlah
mereka sehingga mereka mandi dan lewat dari masa ‘iddah (benar-benar terceraikan)
dengan memenuhi hak mereka. Jangan sampai kalian menahan dengan mereka memberi
ke-mad}aratan untuk men-z}alimi dan memperpanjang masa ‘iddah mereka.
Bagi yang memberi mad}arat pada mereka sesungguhnya dia telah men-z}alimi
dirinya sendiri. Jangan mengejek ayat-ayat Alla>h yakni perintah dan larangan-Nya,
peliharalah Karunia-Nya (Islam) dan apa saja yang telah diturunkan kepada kalian dari
al-Qur’an, yakni perintah-larangan yang tercantum di dalam al-Kitab dan hikmah dari
halal dan haram.
Allah Memberi pengajaran kepada kalian dengan Dia Melarang kalian berbuat ke-
mad}arat-an. Bertakwalah kepada Alla>h, hendaklah kalian takut kepada Alla>h terkait
ke-mad}arat-an itu. Sungguh Allah Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu baik
kemudaratan dan lain sebagainya.7

5
Https://quran.kemenag.go.id/sura/2/230, diakses pada 1 Oktober 2020.
6
Abu> Ja‘far Muhammad bin Jari>r al-T{abari>, Ja>mi’ al-Baya>n Juz 5, (Makkah: Dar al-Tarbiyah wa al-Turas\,
tt.), hal. 9
7
‘Abdulla>h ibni ‘Abba>s, Tanwi>ru al-Miqba>s min Tafsi>r Ibni ‘Abba>s, (Lebanon: Dar al-‘Ulumiyah, tt.),
hal. 32.
5
4. Analisis
Maksud dari ayat ini tentang jangan me-ruju’ mereka, sesungguhnya me-ruju’
mereka ketika mereka dalam masa ‘iddah itu membuat mereka tersiksa. Karena
memperpanjang masa ‘iddah ketika ‘iddah-nya hampir selesai atau melakukan suatu
hal yang mengakibatkan mereka mengajukan khulu’ pada sang suami karena sang
suami menyakitinya dengan menahan dan merujuknya.8
Yang seperti itu dapat membahayakan bagi kedua belah pihak karena telah
mengabaikan perintah-Nya yang berakibat munculnya kebencian, dendam, dan
sebagainya.

C. Al-Qur’an Surah al-Baqarah Ayat 232 (Larangan Menghalangi Seorang Mantan Istri
Menikah dengan Calon Suaminya)
1. Ayat dan Terjemah
ُ ‫ف ۗ ٰذلِكَ ي ُْو َع‬
‫ظ ِب ٖه َم ْن‬ ِ ‫ض ْوا بَ ْينَ ُه ْم ِب ْال َم ْع ُر ْو‬َ ‫ضلُ ْوه َُّن ا َ ْن يَّ ْنكِحْ نَ ا َ ْز َوا َج ُه َّن اِذَا ت ََرا‬ ُ ‫س ۤا َء فَبَلَ ْغنَ ا َ َجلَ ُه َّن فَ ََل ت َ ْع‬
َ ِ‫طلَّ ْقت ُ ُم الن‬
َ ‫َواِذَا‬
٢٣٢ - َ‫ّٰللاُ يَ ْع َل ُم َواَ ْنت ُ ْم َل تَ ْعلَ ُم ْون‬
ّٰ ‫ط َه ُر ۗ َو‬ ْ َ ‫ال ِخ ِر ۗ ٰذ ِل ُك ْم ا َ ْز ٰكى لَ ُك ْم َوا‬
ٰ ْ ‫اّٰللِ َو ْاليَ ْو ِم‬
ّٰ ‫َكانَ ِم ْن ُك ْم يُؤْ ِمنُ ِب‬
Artinya: “Dan apabila kamu menceraikan istri-istri (kamu), lalu sampai idahnya, maka
jangan kamu halangi mereka menikah (lagi) dengan calon suaminya, apabila telah
terjalin kecocokan di antara mereka dengan cara yang baik. Itulah yang dinasihatkan
kepada orang-orang di antara kamu yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Itu lebih
suci bagimu dan lebih bersih. Dan Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak
mengetahui.” (Al-Baqarah: 232)9
2. Asba>b al-Nuzu>l
Bahwa Ma’qil bin Yasa>r menikahkan saudarinya dengan seorang muslim.
Kemudian sang suami menceraikan adik wanitanya dan tidak merujuknya kembali
hingga habis masa idahnya. Namun, kemudian ia kembali untuk menikahinya. Namun
Ma’qil menolak untuk menikahkan saudarinya dengan suami yang pernah men-t}alaq
itu tadi. Maka turunlah ayat َ‫ضلُوهُنَّ أ َ ْن يَ ْنكِحْ نَ أ َ ْز َوا َج ُهن‬
ُ ‫( فَال ت َ ْع‬jangan kamu halangi mereka
menikah (lagi) dengan calon suaminya).10

8
Kha>lid bin Sulaima>n al-Muzaini>, al-Mahrur fi> Asba>b Nuzu>l al-Qur’an min Khila>l al-Kita>b al-Tis’ah
Dira>sah al-Asba>b Riwa>yah wa Dira>yah Juz 1, (Dammam: Dar ibn al-Jauzi>, 2006), hal 282.
9
Https://quran.kemenag.go.id/sura/2/230, diakses pada 1 Oktober 2020.
10
Muqbal ibnu Hadi> ibni Muqbil ibni Qaidah al-Hamda>ni> al-Wa>di’i>, S{ah}ih al-Musnad min Asba>b al-Nuzu>l,
(Kairo: Maktabah ibnu Taimiyah, 1987), hal. 37.
6
Dalam riwayat yang lain dikatakan ketika Ma’qil mendengar ayat itu, seketika
ia mengatakan, “sepenuh hati saya menaati perintah tuhanku.” Kemudian dipanggillah
bekas suami adiknya, lalu ia mengatakan, “kini aku menikahkanmu dengan adikku dan
memuliakanmu.”11
3. Tafsir
Ketika men-t}alaq seorang istri (Jika itu adalah t}alaq satu atau t}alaq dua),
kemudian habis masa ‘iddah-nya dan ingin kembali ke suami pertama mereka dengan
mas kawin dan pernikahan yang baru, maka janganlah di halang-halangi, jika keduanya
terjadi keserasian dengan kesepakatan yang baik dalam pernikahan dan mahar yang
baru.
Hal tersebut nasihat bagi orang yang beriman kepada Alla>h dan hari akhir, hal
tersebut juga menyucikan dan membersihkan hatimu dan mereka dari rasa curiga dan
memusuhi.
Dan Alla>h mengetahui rasa cinta seorang wanita kepada suaminya sedangkan
kamu tidak mengetahui, hal tersebut diturunkan pada Ma’qil bin Yasa>r yang
menghentikan adik cantiknya kembali ke suami pertamanya, Abdulla>h bin ‘As}im,
dengan mas kawin dan nikah yang baru, maka Alla>h menolak larangan si Ma’qil.12
Terdapat penjelasan yang lebih dalam tafsir Mara>h Labi>d, dan apabila kamu
menceraikan istri-istri (kamu), lalu sampai idahnya, maka jangan kamu halangi mereka
menikah (lagi) dengan calon suaminya. Khit}a>b atau yang dikenai hukum dari ayat ini
adakalanya pada seorang suami. Karena makna dari ayat ini adalah ketika kamu men-
t}alaq istri kemudian habis masa ‘iddah-nya, maka janganlah kamu mencegah istrimu
untuk menikah dengan orang yang ingin menikahinya. Karena pada waktu itu
terkadang pada si suami mencegah mantan istrinya untuk menikah lagi dengan
menganiayanya.
Khit}a>b pada wali, nisbatnya t}alaq itu dinisbatkan atau diarahkan pada wali.
Maksudnya, terkadang wali itu memang menginginkan sebuah perceraian dari wanita
yang mana ia menjadi walinya. Makna dari ayat ini ketika suami men-t}alaq wanita
yang mana dia menjadi walinya, kemudian habislah masa ‘iddah-nya. Maka janganlah
seorang wali mencegah suami tersebut menikahinya lagi
Hal ini telah diriwayatkan dari Mu’qal bin Yasa>r, dia telah menikahkan saudari
cantiknya pada ‘Abdullah bin ‘A>s}im. Kemudian ‘Abdullah bin ‘A>s}im men-t}alaq dan

11
Jalaludin as-Suyuthi, Asbabun Nuzul, Terj. Tim Abdul Hayyie (Jakarta: Gema Insani. 2008), hal. 102.
12
Abdulla>h ibni ‘Abba>s, hal. 32.
7
meninggalkannya sampai masa ‘iddah-nya habis, dan ‘Abdullah bin ‘A>s}im merasa
menyesal setelah melakukan hal itu.
Hingga ‘Abdullah bin ‘A>s}im datang untuk melamar saudarinya Mu’qal yang
pernah dinikahinya itu dan si saudarinya Mu’qal rela untuk dinikahi lagi olehnya.
Namun Mu’qal menolak dengan mengatakan, “ ‘Abdullah bin ‘A>s}im telah men-t}alaq-
mu, kok dia ingin me-ruju’-mu, wajahku haram bagi wajahmu jika kamu ruju’
padanya”, kemudian Alla>h menurunkan ayat ini. Akhirnya Nabi Muhammad
memanggil Mu’qal dan menjelaskan ayat ini kepadanya, hingga akhirnya Mu’qal
berkata, “telah masuk debu pada hidungku karena perintah-Mu, ya Alla>h saya rid}a dan
menyerahkan segala urusan pada perintahmu. Kemudian Ma’qil menikahkan sudarinya
pada‘Abdullah bin ‘A>s}im ketika saling ada dalam kebaikan.
Pencarian hukum ini diperintahkan untuk orang yang benar-benar taat kepada
Alla>h dan hari Kiamat, karena orang tersebut adalah orang yang diberi nasehat dan
nasehat ini lebih bagus serta bermanfaat bagi kalian. Sehingga lebih mencegah dari
perbuatan buruk sebab adanya rasa saling cinta antara suami dengan istri. Alla>h lebih
tau darimu dan kamu tidak lebih mengetahui dari-Nya.13
4. Analisis
Ayat ini mengajarkan supaya lebih mencari kebaikan antara suami dan istri
dimana ketika si suami telah men-t}alaq istrinya dan habis pula masa ‘iddah-nya, maka
biarkanlah dia menikah dengan laki-laki lain yang akan menikahinya, bukannya malah
dipermainkan dengan kuasa sebagi suami dengan jalan t}alaq dan ruju’.
Kondisi yang kedua adalah dimana sang laki-laki ingin menikahi kembali
mantan istrinya dan mantan istrinya itu rid}a, hendaklah dinikahkan dan janganlah bagi
si wali menghalang-halangi pernikahan itu supaya tercipta keharmonisan. Karena si
wali tidak lebih tau mana yang baik daripada sang pencipta, yakni Alla>h SWT.

13
Muhammad Nawawi> al-Jawi>, Mara>h Labi>d Tafsi>r al-Nawawi> Juz 1, (Kediri: Pesantren Fath al-‘Ulu>m,
tt.), hal. 64.
8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Allah telah memberikan kemudahan bagi hamba-hamba beriman dan berpikir dalam
hal ini suami-istri, yang ditunjukkan melalui firman-Nya. Ketika terjadi t}alaq maka Alla>h
Yang Maha Mengetahui telah memberikan prosedur dalam menjalankan ruju’ dan apabila
benar-benar tidak memungkinkan bersatu lagi maka sang suami dilarang mempermainkan
syariat dengan melakukan t}alaq dan ruju’ supaya tidak terjadi mad}arat diantara keduanya.
Apabila seorang perempuan rid}a akan menikah dengan calon suaminya Alla>h telah
memberi syariat untuk menjaga hak-nya dengan melarang wali maupun mantan suami
menghalangi pernikahannya, karena Alla>h lebih mengetahui bagaimanakah isi hati hamba-
hamba-Nya.

9
Daftar Pustaka

Na’mah, Ulin. 2019. Pedoman Transliterasi Arab-Latin. Kediri: IAIN Kediri.


Https://quran.kemenag.go.id/sura/2/230, diakses pada 1 Oktober 2020.
Bin Abi> Bakar, ‘Abdu al-Rah}man Jala>l al-Di>n al-Suyu>t}i>. Tt. Luba>b al-Nuqu>l fi> Asba>b
al-Nuzu>l. Beirut: Da>r al-Kitab al-‘Alamiyah.
bin Ahmad al-Mahalli, Jala>l al-di>n Muhammad dan Jala>l al-di>n ‘Abdu al-Rah}man bin
Abi> Bakar al-Suyut}i>. Tt. Tafsi>r al-Jala>layn. Al-Qa>hirah: Dar al-H{adi>s.
Https://quran.kemenag.go.id/sura/2/230, diakses pada 1 Oktober 2020.
Bin Jari>r al-T{abari>, Abu> Ja‘far Muhammad. Tt. Ja>mi’ al-Baya>n Juz 5. Makkah: Dar al-
Tarbiyah wa al-Turats\
Ibni ‘Abba>s, ‘Abdulla>h. Tt. Tanwi>ru al-Miqba>s min Tafsi>r Ibni ‘Abba>s. Lebanon: Dar
al-‘Ulumiyah.
Bin Sulaima>n al-Muzaini>, Kha>lid. 2006. al-Mahrur fi> Asba>b Nuzu>l al-Qur’an min
Khila>l al-Kita>b al-Tis’ah Dira>sah al-Asba>b Riwa>yah wa Dira>yah Juz 1. Dammam: Dar ibn al-
Jauzi>.
Https://quran.kemenag.go.id/sura/2/230, diakses pada 1 Oktober 2020.
Ibni Qaidah al-Hamda>ni> al-Wa>di’i>, Muqbal ibnu Hadi> ibni Muqbil. 1987. S{ah}ih al-
Musnad min Asba>b al-Nuzu>l. Kairo: Maktabah ibnu Taimiyah.
As-Suyuthi, Jalaludin. Terj. Tim Abdul Hayyie. 2008. Asbabun Nuzul. Jakarta: Gema
Insani.
Nawawi> al-Jawi>, Muhammad. Tt. Mara>h Labi>d Tafsi>r al-Nawawi> Juz 1. Kediri:
Pesantren Fath al-‘Ulu>m.

10

Anda mungkin juga menyukai