Anda di halaman 1dari 28

TUGAS RESUME MATA KULIAH ULUMUL HADITS

NAMA : HANIF ADHITYA CHANDRA NUGRAHA


NIM : 224110303021
PRODI : 1 HUKUM TATA NEGARA A
MATKUL : ULUMUL HADITS
DOSEN PENGAMPU:MOKHAMAD SUKRON Lc.,M.Hum.

(1).MATERI TENTANG DEFINISI,KLASIFIKASI,FILSAFAT,PERIODESASI ILMU


HADIST.

A.Definisi
Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Baik perkataan,
perbuatan dan ketetapan. Hadits atau yang disebut dengan sunnah, adalah segala sesuatu yang
bersumber atau disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan
atau taqrirnya. Sebagai sumber ajaran Islam setelah Al-Qur’an, sejarah perjalanan Hadits tidak
terpisahkan dari sejarah perjalanan Islam itu sendiri.

B.Klasifikasi

Klasifikasi hadis. Hadis dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria yakni


bermulanya ujung sanad, keutuhan rantai sanad, jumlah penutur (rawi) serta tingkat keaslian
hadis (dapat diterima atau tidaknya hadis bersangkutan). Klasifikasi hadist dibagi menjadi dua:

1.Hadits Riwayah

ilmu yang mempelajari pengutipan secara cefmat dan akurat segala sesuatu yang
disandarkan kepada Rasulullah, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, ataupun sifat.

2.Hadits Diwayah
Ilmu mengetahui kaidah kaidah yang memperkenalkan keadaan rawi dan marwi (yang
diriwayatkan) dari segi diterima atau ditolaknya.

1
C.Filsafat

Kajian ini mengolaborasikan antara cabang filsafat yaitu Epistemologi dengan prespektif
Ilmu hadis. Epistemologi atau teori pengetahuan, membahas secara mendalam seluruh yang
terlihat dalam upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hadis sebagai sumber pengetahuan
memang sangat luas akan tetapi jika tidak diimbangi dengan penelitian dan riset pengetahuan
hanya akan menjadi bayangan yang semu dan tidak nyata.

D.Periodesasi Ilmu Hadits

1. Periode pertama ialah Asru al-Wahyu wa al-Takwin atau masa diturunkannya


wahyu dan penyampaian hadis oleh Rasulullah saw, penyampaian hadis oleh
Rasulullah.
2. Periode kedua dinamakanTastabut wa al-Iqlal min al-Riwayah, yaitu pematerian
dan pembatasan/penyedikitan riwayat.
3. Periode ketiga yaitu Intisyaru Al-Riwayah,masa ini memiliki rentang waktu dari
berakhirnya kekuasaan Khulafaur Rasyidin hingga berdirinya Daulah Umayyah,
atau semenjak masa Sahabat Kecil hingga masa Tabi’in.
4. Periode keempat yaitu Asru al-Kitabah wa al-Tadwin atau penulisan dan
pengkodifikasian/pembukuan.
5. Periode kelima Asru al-Tajrid wa al-Tashih wa al-Tanqih yaitu penyaringan,
pemeliharaan, dan penyempurnaan.
6. Periode keenam al-Tahdzib wa al-Tartib wa al-Istidrak atau masa pembersihan,
penyusunan, dan penambahan.
7. Periode ketujuh Asru al-Syarh wa al-Jam’u wa al-Takhrij. Pada masa ini dapat
dikatakan hadis dan ilmu hadis sudah dalam posisi yang matang dan periode ini
masih berjalan hingga masa kini.

(2).MATERI TENTANG ISTILAH ISTILAH DASAR DALAM STUDI HADIST.

A. Sunnah Perspektif Ulama Hadis, Ulama Ushul, dan Ulama Fiqh

2
Secara bahasa sunah artinya arah jalan, aturan, cara berbuat atau tingkah laku dalam
kehidupan. Secara terminologis, para ulama baik ulama hadis, ulama ushul fikihh maupun ulama
fikih berbeda dalam mendefinisikan sunah.
Sunnah menurut istilah dari ulama hadis,ulama ushul fikih, dan ulama fikih:

1.) Ulama Hadis


Ulama Hadis memandang bahwa sunah itu sangat luas dari beberapa aspek kehidupan
Nabi Muhammad SAW. Sesuai dengan segala perkataan Nabi SAW, perbuatannya, dan
segala tingkah lakunya.
2.) Ulama Ushul Fikih
mereka mengartikan sunah dengan suatu yang bersumber dari Nabi Muhammad yang
menjerumus hukum syar’a, sesuatu yang diriwayatkan Nabi SAW. yang bukan Al-
qur’an, baik berupa perkataan, perbuatan, dan pengakuan yang patut dijadikan dasar
hukum islam.

3.) Ulama Ushul Fikih


Suatu ketetapan yang datang dari Rasulullah SAW, tetapi hukumnya tidak wajib; diberi
pahala jika yang mengerjakan dan tidak mendapatkan dosa bagi yang meninggalkan.

B. Sunnah, Hadis, Atsar, dan Khabar

1.Sunnah

Pengertian sunnah atau sunah secara etimologi adalah kata dalam Bahasa Arab yang
berarti “kebiasaan” atau “biasa dilakukan”. Secara istilah pengertian sunnah adalah jalan yang di
tempuh oleh rasulullah dan para sahabatnya, baik ilmu, keyakinan, ucapan, perbuatan, maupun
penetapan.
Berdasarkan bentuk penyampaiannya oleh Rasulullah, sunnah dibagi menjadi tiga macam,yaitu:

a. Sunnah Qauliyyah

Pengertian Sunnah Qauliyyah adalah ucapan Rasulullah yang didengar


atau disampaikan oleh seseorang atau beberapa sahabat. Macam sunnah ini
cenderung berisi tuntunan yang berkaitan dengan pembinaan hukum agama.

3
b. Sunnah Fiiliyyah
Sunnah fiiliyyah adalah sunnah yang berasal dari perbuatan Nabi Muhammad
SAW. Perbuatan ini dilihat, diketahui, dan disampaikan para sahabat kepada
orang lain. Sunnah ini bersumber dari segala bentuk perbuatan Nabi.
c. Sunnah Taqriyyah
Pengertian Sunnah Taqriyyah adalah sunnah yang berasal dari respons Rasulullah
terhadap segala perbuatan sahabat yang diketahuinya. Sunnah ini berupa
perbuatan atau ucapan sahabat yang dilakukan di hadapan atau sepengetahuan
Nabi Muhammad SAW.

2.Hadist

Kata "Hadis" (Hadits) berasal dari akar kata, Al-jiddah= baru, ath-thari= lunak,embut dan
baru, al-khabar= berita, pembicaraan dan perkataan. Jadi yang dimaksud hadis di sini adalah
berita yang datang dari Nabi.

3.Atsar

Dari segi bahasa atsar diaratikan peninggalan atau bekas sesuatu, maksudnya peninggalan
atau bekas Nabi karena hadis itu peninggalan beliau. Atau diartikan = yang dipindahkan dari
Nabi. Jadi atsar adalah sesuatu yang disandarkan kepada para sahabat (mawqûf) dan tabi'in
(maqthû) baik perkataan maupun perbuatan.

4.Khabar

Menurut bahasa khabar diartikan berita. Dari segi istilah muhadditsîn khabar identik
dengan hadis, yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi (baik secara marfu', mawqûf,
dan maqthu) baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, dan sifat.

C. Al-Qur’an, Hadis Qudsi, Hadis Nabawi

1.Al-Qur’an.

4
Al-Qur’an menurut istilah dala kitab Raudhah an-Nazhir Wa Junnah al-Munazhir dari
Ibnu Qudamah memberikan pengertian al-Qur’an “Apa yang diriwayatkan kepada kita yang ada
di antara dua sisi mushaf dengan periwayatan yang mutawatir.”

2. Hadia Qudsi.

Menurut bahasa kata Al-qudsi nisbah dari kata al-quds yang diartikan “suci” (ath-
thaharah dan at-tanzih). Hadis Qudsi adalah hadis yang diriwayatkan Nabi secara ahadi (tidak
mutawatir) sandarannya kepada Allah.

3.Hadis Nabawi.

Hadis Nabawi yaitu sunnah-sunnah nabi, perkataan-perkataan nabi, dan hadis-hadis dari
Amrah. Hadis hadis nabi itu hanya disebarkan lewat mulut ke mulut sampai akhir abad pertama
hijri.

D.Sunnah dan Bid’ah

1.Sunnah

Menurut bahasa sunnah memiliki banyak arti, diantaranya perjalanan yang diikuti, baik
dinilai perjalanan baik atau perjalanan buruk. Misalnya sabda Nabi yang artinya “Barang siapa
yang membuat suatu jalan (sunnah) kebaikan, kemudian diikuti orang maka baginya pahalanya
dan sama dengan pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit
pun. Dan barang siapa yang membuat suatu jalan (sunnah) yang buruk, kemudian diikutinya
maka atasnya dosa dan dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka
sedikit pun.” ( HR.-Tirmidzi)

5
2. Bid’ah menurut bahasa, diambil dari bida’ yaitu mengadakan sesuatu tanpa ada
contoh.

Macam-macam Bid’ah : Bid’ah Dalam Ad-Dien (Islam) Ada Dua Macam :

a. Bid’ah qauliyah ‘itiqadiyah : Bid’ah perkataan yang keluar dari keyakinan, seperti
ucapan-ucapan orang Jahmiyah, Mu’tazilah, dan Rafidhah serta semua firqah-firqah
(kelompok-kelompok) yang sesat sekaligus keyakinan-keyakinan mereka.

b. Bid’ah fil ibadah : Bid’ah dalam ibadah : seperti beribadah kepada Allah dengan apa
yang tidak disyari’atkan oleh Allah. Artinya bahwa bid’ah di dalam ibadah dan aqidah itu
hukumnya haram. Tetapi pengharaman tersebut tergantung pada bentuk bid’ahnya, ada
diantaranya yang menyebabkan kafir (kekufuran), seperti thawaf mengelilingi kuburan
untuk mendekatkan diri kepada ahli kubur, mempersembahkan sembelihan dan nadzar-
nadzar kepada kuburan-kuburan itu, berdo’a kepada ahli kubur dan minta pertolongan
kepada mereka, dan seterusnya.

(3).MATERI TENTANG ASPEK ASPEK ULUMUL HADIST.

A.Klasifikasi Hadis Ditinjau dari Berbagai Aspek)

1. Dari aspek bentuknya

a. Qauli adalah hadist yang segala sesuatu yang di sandarkan pada Rasulullah
yang berupa perkataan.

b. Fi’li adalah hadist yang segala sesuatu yang di sandarkan pada Rasulullah yang

berupa perbuatan.

c. Taqriri adalah hadist yang menyebutkan ketetapan nabi sallallahu alaihi


wasallam terhadap apa yang datang dari sahabat.

d. Shifati adalah yang menyebutkan Halli Wal Rosulullooh baik yang


menyangkut kadone fisik sifat sifat ataupun kepribadian.

6
e. Hammi adalah yang menyebutkan keinginan Rosulullooh yang belum
terlaksanakan segala sesuatu yang di sandarkan kepada nabi sallallahu wali
wasallam baik yang berupa perkataan perbuatan taqrir ataupun sifat.

2. Dari aspek sumbernya

a. Marfu’ adalah segala sesuatu yang di sandarkan kepada nabi sallallahu wali

wasallam baik yang berupa perkataan perbuatan taqrir ataupun sifat.

b. Mauquf adalah segala sesuatu yang di sandarkan pada sahabat baik yang
berupa perkataan perbuatan ataupun taqrir.

c. Maqthu’adalah segala sesuatu yang di sandarkan pada tapi ikan baik yang
berupa perkataan ataupun perbuatan.

3. Dari aspek mengikat dan tidaknya

a. Khushushiyyah adalah hadist khusus Nabi bukan untuk seorang mukmin


khususnya bagi Nabi SAW boleh berisi lebih dari empat.

b. Risalah/Tasyri’iyyah adalah yang muncul dari posisi Nabi SAW sebagai


seorangrosul.

c. Basyariyyah/Ghairu Tasyri’iyyah adalah merupakan hal yang lumrah dilakukan

oleh Nabi Muhammad jika dilihat dari segi biologis dan keadaan sosial.

(4).MATERI TENTANG KEDUDUKAN SUNAH DAN GOLONGAN INKARUS SUNAH.


AKedudukan Sunnah (Hadist) Nabi.
1.Hadist sebagai sumber Hukum Islam
Para ulama telah menetapkan dasar hukum Islam adalah al-Qur’an dan Sunnah.
karena beberapa alasan sebagai berikut:
a. Fungsi Sunnah sebagai penjelas terhadap al-Qur’an.

Sunnah berfungsi sebagai penjelas atau tambahan terhadap al-Qur’an. tentunya pihak
penjelas diberikan peringkat kedua setelah pihak yang dijelaskan.

7
b. Mayoritas Sunnah relatif kebenarannya (zanniy ath-thubut).

Seluruh umat Islam juga telah sepakat bahwa al-Qur’an seluruhnya diriwayatkan secara
kolektif.. Maka ia memberi faedah absolut kebenarannya dari Nabi, kemudian
diantaranya ada yang memberi petunjuk makna secara tegas dan pasti.

2.Dalil dalil kehujahan Hadist

Ada beberapa dalil yang menunjukkan atas kehujahan sunnah dijadikan sumber hukum
Islam, yaitu sebagai berikut:

a, Dalil al-Qur’an.

Banyak sekali ayat-ayat al-Qur’an yang memerintahkan untuk patuh kepada Rasul dan
mengikuti sunnahnya. Perintah patuh kepada Rasul berarti perintah mengikuti Sunnah
sebagai hujjah.

b. Dalil Hadits

c. Dalil Aqli

d. Ijma para Ulama

Pengertian:

Dalil Naqli Adalah Dalil yang bersumber dari AL Qur’an dan Hadis yang sifatnya
mutlak.

Dalil Aqli Adalah dalil yang dapat dinalar oleh pikiran manusia.

B.Fungsi Fungsi Hadist terhadap Al Quran

1.Fungsi fungsi Hukum terhadap Al Quran


a.Bayan Al Ta’kid
Hadis berfungsi sebagai penguat hukum yang sudah ada di dalam Al – Quran
b.Bayan Al Tafsir.

8
Hadis berfungsi sebagai pemerinci hal – hal yang ada di dalam Al – Quran
c.Bayan Al Tasyri
Hadis menetapkan dan membentuk hukum yang tidak terdapat di dalam Al – Quran

C.Inkarus Sunnah
1.Definisi Inkarus Sunnah.
Menurut bahasa kata “Ingkar Sunnah” terdiri dari dua kata yaitu “Ingkar” dan “Sunnah”.
Kata “Ingkar” berasal dari kata bahasa Arab ‫ اَ ْﻧ َﻜ َﺮ ﯾُ ْﻨ ِﻜ ُﺮ ِإ ْﻧ َﻜﺎ ًرا‬yang mempunyai beberapa arti
di antaranya: tidak mengakui dan tidak menerima baik di lisan dan di hati, bodoh atau tidak
mengetahui, dan menolak apa yang tidak tergambarkan dalam hati.
Dalam artian, Ingkar secara etimologis artinya menolak, tidak mengakui, dan tidak
menerima sesuatu, baik lahir maupun batin atau lisan dan hati yang di latar belakangi oleh faktor
ketidaktahuannya atau faktor lain, misalnya karena gengsi, kesombongan, keyakinan dan lain-
lain.
Sedangkan secara terminologi, Ingkar Sunnah (hadits) adalah sekelompok umat Islam
yang tidak mengakui atau menolak Sunnah (hadits) sebagai salah satu sumber ajaran Islam.
munkir al-Sunnah,, adalah orang yang menolak keberadaan Sunnah (hadits) sebagai
salah satu sumber ajaran agama is;am.

2.Tipologi Inkarus Sunnah

Dalam kitab al-Umm, oleh Shuhudi Ismail membagi kelompok Ingkar Sunnah menjadi 3 yaitu :

a.Menolak seluruh sunnah

b.Menolak Sunnah kecuali yang memiliki persamaan dengan Al Quran.

c.Menolak Sunnah yang berstatus ahad.

3.Argumen Inkarus Sunnah

a.Argumen Naqli

Argumen naqli adalah argumen – argumen yang bersumber dari ayat-ayat al-Qur’an dan
juga Sunnah atau hadits Nabi. adapun argumen naqli mereka antara lain:

1. Al-Qur’an Surat al-Nahl: 89 :

9
َ ‫ َونَ َّز ْلنَا َعلَيْكَ ا ْل ِكت‬.....
.... ‫َاب ِت ْبيَانًا لِ ُك ِّل ش َْي ٍء‬

... Dan kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu.

2. Al Qur’am surat Al An-na’am ayat 38 :

ِ ‫ َما فَ َّر ْطنَا فِي ا ْل ِكتَا‬...


... ‫ب ِمنْ ش َْي ٍء‬

. . . Tidak ada sesuatu yang kami tinggalkan dalam al-Kitab. . .

Menurut para pengingkar Sunnah, kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa al-
Qur’an telah menca.kup segala sesuatu berkenaan dengan ketentuan agama. Dengan
demikian tidak diperlukan keterangan lain, misalnya dari Sunnah.

Menurut para pengingkar Sunnah bahwa Nabi Muhammad tidak berhak sama
sekali untuk menjelaskan al-Qur’an kepada umatnya tetapi hanya bertugas sebagai
penerima wahyu saja dan menyampaikan kepada umatnya.

Mengenai ayat al-Qur’an yang memerintahkan untuk patuh kepada Rasulullah,


hal ini menurut mereka hanya berlaku ketika Nabi Muhammad hidup dan ketika jabatan
ulul-amri berada ditangan beliau. Jika beliau sudah wafat dan jabatan ulil-amri sudah
berpindah tangan maka kewajiban taat kepada Rasulullah gugur.

b.Argumen Non Naqli

Yaitu argumen - argumen yang telah diajukan oleh para pengingkar Sunnah.

Diantaranya yang terpenting adalah sebagai berikut :

1.Al-Qur’an diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muhammad (melalui Malaikat Jibril)
dalam bahasa Arab. Orang yang memiliki pengetahuan dalam bahasa Arab mampu
memahami al-Qur’an secara langsung, tanpa harus memerlukan penjelasan dari Hadits.39

2. Dalam sejarah, umat Islam telah mengalami kemunduran. Kemundurannya karena


terpecah-pecah. Dan sebab perpecahan tersebut karena umat Islam berpegang kepada
Hadits Nabi.

10
(5) MATERI TENTANG EVOLUSI KONSEP SUNNAH KE HADIS SERTA SEJARAH
HADIS DAN KODIFIKASI HADIS

A.Evolusi konsep sunnah ke hadis

Menurut musahadi ham di dalam bukunya yaitu evolusi konsep sunnah sebagai cerminan
kehidupan dan perilaku nabi, perilaku dan pendapat sahabat, lambat laun di pandang sebagai
teladan oleh generasi berikutnya, sebagai teladan yang paling dekat dengan nabi. Sedangkan
perbedaan sunah dan hadis menurut Fazrul Rahman menurut kamus besar Bahasa Indonesia
evolusi adalah perubahan secaraa berangsur angsur dimana sesuatu berubah menjadi bentuk lain
menjadi lebih komplek atau rumit atau pun berubah menjadi lebih baik.

B.Sejarah Sunnah dan hadist pra kodifikasi.

1.Masa Nabi

a.Pra kontra seputar penulisan Hadis

1). Sebab-sebab sedikitnya penulisan di masa hidup Rasulullah

2) Larangan menulis hadis Nabi Muhammad SAW

3) Dalam waktu bersamaan Nabi Muhammad SAW memberi izin khusus kepada
beberapa diantaranya

b.Metode Nabi Muhammad SAW dalam penyampaian Hadis

1).Secara langsung kepada sahabat

2).Secara langsung kepada umat Islam

c. Penjagaan hadis dan penjagaan Al-Qur'an

1).Penjagaan hadist

Menurut Syekh ‘Abdul Ghoffar ar-Rahmani dalam Pengantar Tadwin


(Pengumpulan) Hadits, proses panjang penjagaan dan pemeliharaan hadis
berlangsung melalui tiga cara. Yaitu, umat yang mengamalkan hadis tersebut,
hafalan (hifzun) dan tulisan (kitabah), serta periwayatan dan pengajaran.

11
2).Penjagaan Al Quran

Penjagaan Al-Quran ini merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah dan
anugerah dari Allah untuk hamba-hamba-Nya yang dititipi Al-Quran. Cara Allah
menjaga Al-Quran salah satunya dengan menyimpannya di dalam dada utusan-
Nya, yaitu Nabi Muhammad, dan kemudian di dalam dada umat Nabi
Muhammad.

2.Masa Sahabat

a. Kebutuhan sahabat terhadap hadis dan cara sahabat meriwayatkan hadis cara
meriwayatkan Hadis Nabi SAW. adalah suatu proses penerimaan hadis oleh seorang
Rawi dari seorang gurunya, yang setelah dipahami, dihafal, dihayati, diamalkan, ditulis
lalu disampaikan kepada orang lain sebagai murid dengan menyebutkan sumber
pemberitaan riwayat tersebut.

b. Cara sahabat menjaga sunnah atau hadis Nabi

1). Hati-hati dalam menyampaikan hadis

b. Berhati-hati dan ketat dalam menerima hadis

c. Melakukan Kritikan Matan d. Pemahaman terhadap hadis

e. Melakukan rihlah

f. Melakukan koreksian terhadap pelaksanaan hadis fi’liyah

g. Memperketat periwayatan bi al-ma’na.

C.Sejarah Sunnah dan Hadist era kodifikasi

1.Faktor yang melatar belakangi kodifikasi hadis

para ulama hadis telah tersebar ke berbagai negeri, dikhawatirkan hadis akan menghilang
karena wafat mereka, sementara generasi pemudi di perkirakan tidak menaruh perhatian
memelihara hadi - banyak berita yang di adu-adukan oleh kaum mubtadi' ( tukang bid'ah ).

12
2.Kodifikasi hadis Umar bin abdul aziz

Umar bin Abdul al-aziz ketika menyuruh kodifikasi hadis beralasan, khawatir semakin
menipisnya jumlah ulama seiring dengan membesarnya semangat masyarakat islam belajar ilmu
agama.

3.Sejarah al kutub at sittah

Kutubus Sittah dalam Bahasa Indonesia berarti 'Enam Kitab', adalah sebutan yang
digunakan untuk merujuk kepada enam buah kitab induk Hadits dalam Islam. Keenam kitab ini
merupakan kitab hadits yang disusun oleh para pengumpul hadits yang kredibel. Kitab-kitab
tersebut menjadi rujukan utama oleh umat muslim dalam merujuk kepada perkataan Nabi
Muhammad SAW.

Berikut kitab dan nama penyusunannya:

1. Shahih Bukhari dihimpun oleh Imam Bukhari

2. Shahih Muslim dihimpun oleh Imam Muslim

3. Sunan an-Nasa'i atau disebut juga As-Sunan AsSughra dihimpun oleh Imam Nasa'i

4. Sunan Abu Dawud dihimpun oleh Imam Abu Dawud

5. Sunan at-Tirmidzi dihimpun oleh Imam Tirmidzi

6. Sunan ibnu Majah dihimpun oleh Imam Ibnu Majah

(6).MATERI TENTANG UNSUR UNSUR HADIST DAN METODE PERAWATAN


HADIST.

A.Unsur unsur hadist


1.Sanad
a.Sanad menurut Bahasa adalah sandaran yang kita bersandar kepada mereka
b.Menurut istilah: jalan yang menyampaikan kita kepada matan hadits

13
2. Matan
a.Matan memiliki makana punggung jalan, atau bagian tanah yang keras dan
menonjol
b.Dapat diartikan juga sebagai apa yang berahir dari sanad berupa perkataan
3.Rawi
Rawi adalah orang yang memindahkan hadits dari seorang guru kepada orang lain
atau membukukannya kedalam suatu kitab hadits
4.Al tahamul wa al’ada
a.Secara etimologi: membebankan atau membawakan sesuatu kepadanya
b.Secra terminology: menerima dan mendengar suatu periwayatan hadits dari
seorang guru dengan menggunakan beberapa cara atau metode tertentu
c.Al-ada secara etimologi yaitu menyampaikan atau melaksanakan
d.Secara terminology al-ada yaitu sebuah proses menyampaikan atau
meriwayatkan suatu hadits dari seorang guru kepada orang lain
5.Mukharrij Hadis
a.Secara Bahasa: orang yang mengekuarkan (orang yang telah menukil/mencatat
hadits)
b.Memindahkan hadits dari seorang guru kepada orang lain lalu membukukannya
dalam kitab disebut Mukharrij

B.Metode periwayatan Hadist


1.Al sama
a.Metode penyampaian langsung antara guru dengan murid
b.Dalam proses penyampaian hadits metode inilah yang paling tinggi nilainya
karena lebih meyakinkan
2.Al ard
Seorang murid membacakan hadits di hadapan guru, dalam metode ini seorang
guru dapat mengoreksi hadits yang di bacakan murid
3.Al ijazah
Pemeberian izin seorang guru kepada seorang murid untuk meriwayatkan hadits
tanpa membacakan hadits satu persatu

14
4.Al munawalah
Seseorang memberitahukan satu atau beberapa buah hadits atau seseorang
memberitahukan satu atau beberapa buah hadis atau kitab hadis kepada orang lain
kitab hadits kepada orang lain.
5.Al mukatabah
Seseorang memberi catatan hadist kepada orang lain.
6.I’lam al shaiqh
Guru menginformasikan keoda muridnya bahwa hadits iniadalah hasil
periwayatannya dari seseorang tanpa menyebut nama dan tanpa ada izin untuk
meriwayatkannya
7.Al wasiyyah
Guru mewariskan catatan hadits kepada muridnya sebelum meninggal dunia
8.Al wijadah
Seseorang menemukan catatan hadits seseorang tanpa ada rekomendasiuntuk
meriwayatkan hadits tersebut.

(7).MATERI TENTANG HADIS DARI SEGI KUANTITAS SANAD:MUTAWATIR DAN


AHAD.
A.Hadis Mutawatir
Hadis Mutawatir secara bahasa yaitu sesuatu yang datang secara beriringan atau
beruntun.Sedangkan secara Istilah Hadis Mutawatir yaitu Hadis yang diriwayatkan oleh
orang banyak yang tidak dimungkinkan mereka sepakat untuk berdusta sejak awal sanad
hingga akhir sanad.
1.Syarat syarat hadis mutawatir.
a.Diriwayatkan oleh sejumlah orang banyak
b.Adanya jumlah banyak pada seluruh tingkatan sanad
c.Mustahil bersepakat bohong
d.Sandaran berita itu pada pancaindra
2.Jenis jenis hadis mutawatir.
a.Mutawatir Lafdzi

15
Yaitu hadis yang maknanya sama antara riwayat satu dengan yang lain
b.Mutawatir Maknawi.
Yaitu hadis yang Mutawatir pada maknanya bukan lafalnya namun kembali pada
satu makna yang umum.
c.Mutawatir Amali
Yaitu hadis yang menyangkut perbuatan rasul yang disaksikan dan ditiru banyak
orang dan dicontoh tanpa perbedaan.

B.Hadis ahad

Adalah hadis yang tidak memenuhi syarat Mutawatir.

1.Jenis Hadis Ahad

a.Hadis Masyhur adalah hadis yang populer namun tidak mencapai derajat mutawatir.

Hadis Masyhur ada 2 yaitu Masyhur muthlaq dan Masyhur muqayyad.

b.Hadis Aziz adalah hadis yang diriwayatkan oleh dua orang perawi saja meskipun dalam
satu tingkatan

c.Hadis Gharib adalah hadis yang bersendiri seorang perawi dimana saja tingkatkan
(thabaqah) dari pada beberapa tingkatan sanad.

Hadis Gharib ada 2 macam yaitu : Gharib Mutlak dan Gharib Nisbi.

(8)MATERI TENTANG KLASIFIKASI HADITS DITINJAU DARI ASPEK KUALITAS


RAW

A. Pengertian dan kriteria kesahihan hadis

Hadis Shahih ialah hadis yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang
berkualitas dan tidak lemah hafalannya, di dalam sanad dan matannya tidak ada syadz dan illat.
Terdapat lima kriteria hadis shahih yang harus diperhatikan

16
1. Ketersambungan Sanad Ketersambungan sanad (ittishalul sanad) berati masing

masing perawi bertemu antara satu sama lainnya.

2. Perawi Adil Setelah mengetahui ketersambungan sanad, langkah berikutnya adalah

meneliti satu per satu biografi perawi dan melihat bagaimana komentar ulama hadis

terhadap pribadi mereka.

3. Hafalan Perawi Kuat Selain mengetahui muruah perawi, kualitas hafalannya juga

perlu diperhatikan.

4. Tidak Ada Syadz Syadz berati perawi tsiqah bertentangan dengan rawi lain yang

lebih tsiqah darinya.

5. Tidak Ada ‘Illah Illah yang dimaksud di sini adalah sesuatu yang dapat merusak

keshahihan hadis, namun tidak terlalu kelihatan.

B. Klasifikasi hadis Shahih


1. Shahih li dzatihi
Hadits Shahih Lidzatihi Shahih Lidzatihi adalah hadits yang telah memenuhi
syarat-syarat hadits maqbul secara sempurna. Contoh: Misal Imam Al Bukhary,
Imam Muslim, Abu Dawud, At Tirmidzy, an Nasa’i, Ibnu Majah.
2. Shahih li ghairihi
Hadits Shahih Lighairihi Shahih Lighairihi adalah hadits yang tidak memenuhi
sifat-sifat hadits maqbul secara sempuma, yaitu hadits yang asalnya bukan hadits
shahih, tetapi naik derajatnya menjadi shahih lantaran ada faktor pendukung yang
dapat menutupi kekurangan yang ada. Contoh: "Andaikan aku tidak takut
memberatkan umatku, niscaya aku akan memerintahkan bersiwak pada setiap kali
hendak melaksamakan shalat." HR. Bukhari.
C. Hadis Hasan
1. Hasan li dzatihi

17
Hadits Hasan Lidzatihi Hasan Lidzatihi adalah hadits yang sanadnya bersambung
dengan perawiperawi yang adil dan daya ingatannya kurang sempuma, mulai dari
awal sanad sampai akhir sanad tanpa ada kejanggalan (syudzude) dan cacat ('illat)
yang merusak.
2. Hasan li ghairihi
Hadits Hasan Lighairihi Hasan Lighirihi adalah hadits dha’if di mana jumlah
perawi yang meriwayatkanmya banyak sekali dan sebab kedha'ifannya tidak
disebabkan kefusikan perawi atau orang yang tertuduh kuat senang berlaku
bohong.
D. Hadis Dha’if
Hadits dha’if adalah hadits yang tidak memenuhi sebagian atau semua persyaratan
hadits hasan dan shahih, misalnya sanadnya tidak bersambung (munfashil), para
perawinya tidak adil dan tidak dhabith, terjadi keganjalan baik dalam sanad atau matan
dan terjadinya cacat yang tersembunyi pada sanad dan matan.
1. Disebabkan gugurnya sanad
2. Disebabkan cacatnya perawi
E. Hadis Maudhu’
Secara etimologis, kata maudhu’ adalah isim maf’ul dari kata wadha’a yang Berarti
al-isqath (menggugurkan), al-tark (meninggalkan), al-iftira' wa al-ikhtilaq
(mengadangada atau membuat-buat). Sedangkan secara terminologjs, ibn al-shalah
yang kemudian di ikuti oleh imam alNawawi, mendefinisikan hadits maudhu’ sebagai:
“hadits yang diciptakan dan dibuatbuat”

(9)MATERI TENTANG AL JARH WA TA’DIL


A.Pengertian Al Jarh Wa Ta’dil
Dari segi bahasa, jarh terambil dari kata dasar ja-ra-ha, artinya melukai. Sedang
menurut pengertian ahli hadits, jarh artinya mencela atau mengkritik perawi hadits

18
dengan ungkapan-ungkapan yang menghilangkan keadilan ataupun kedhabitannya.
Sebaliknya, ta’dil menurut para ulama hadits adalah memuji perawi (tazkiyah al-rawi)
dan menetapkannya sebagai seorang yang adil dan dhabit.

B. Sighat(lafal-lafal) al-Jarh wa at-Tadil

kata sihgat di dalam penelitian ini adalah bentuk ungkapan yang diungkapkan
untuk menggambarkan kualitas perawi melalui ungkapan al-jarh wa al-ta ‘dil.

1.Al Jarh

kata jarh adalah kata yang diambil dari bahasa Arab yang terdiri dari huruf jim, ra
’ dan ha ’. kata al-jarh berarti menyifati seorang perawi dengan sifat yang dapat membuat
riwayatnya menjadi tidak kuat atau menjadi lemah atau bahkan menjadikan riwayatnya
tertolak Sedangkan perawi yang terkena sifat lemah pada riwayatnya maka dia tidak lepas
dari salah satu dari tiga hukum, yaitu; a) Dihukumi da ‘if secara mutlak, b) Dihukumi da
‘if, Dihukumi da ‘if nisbi.

2.Al Ta'dil

Sebagaimana kata al-jarh, kata alta ‘dil juga bila dilihat dari segi bahasa maka
diambil dari kata bahasa Arab yang terdiri dari huruf ‘ ain, dal dan lam, yang dapat
berarti sesuatu yang terdapat dalam hati bahwa dia adalah sesuatu yang lurus, lawan dari
kata Al Jarh. Sedangkan menurut istilah para ahli hadis, kata ta ‘dil berarti menyifati

C.Urgensi ilmu jarh wa al ta’dil

Sedangkan urgensi ilmu al-jarh wa al-ta ‘dil adalah untuk menetapkan apakah
periwayatan seorang rawi itu dapat diterima atau harus ditolak sama sekali. Apabila
seorang rawi dinilai oleh para ahli sebagai seorang rawi yang cacat, periwayatannya
harus ditolak, dan apabila seorang rawi dipuji sebagai seorang yang adil, niscaya
periwayatannya diterima, selama saratsarat yang lain untuk menerima hadith terpenuhi.

Oleh karenanya ilmu ini sangat penting dalam menilai periwayatan suatu hadits
sehingga nanti bisa mengetahui kedudukan hadith tersebut apakah termasuk hadith sahih,
hasan, da ‘if atau maudu.

19
D. Sebab-Sebab Perawi Dikenakan Jarh Dan Ta’dil

1.Bid'ah, Bid‟ah yaitu melakukan tindakan tercela diluar ketentuan syara. Mukhalafah
ialah menyalahi periwayatan orang yang lebih tsiqat.

2.Ghalat, Yang dimaksud dengan ghalath ialah banyak kekeliruan dalam meriwayatkan.

3.Jahalah al-hal ialah tidak dikenal identitasnya, maksud perawi yang belum dikenal
identitasnya ialah haditsnya tidak dapat diterima.

4.Sedangkan Da‟wa al-“inqitha‟ ialah diduga keras sanadnya terputus, misalnya


menda‟wa perawi, mentadliskan atau mengirsalkan suatu hadits.

E. Kegunaan Ilmu Al jarh wa Ta'dil

ilmu jarh wa ta'dil ini dipergunakan untuk menetapkan apakahperiwayatan


seorang perawi itu bisa diterima atau harus ditolak sama sekali. Apabila seorang perawi
"dijarh" oleh para ahli sebagai rawi yang cacat, maka periwayatannyaharus ditolak.
Sebaliknya bila dipuji maka hadisnya bisa diterima selama syarat-syarat yang lain
dipenuhi.

(10)MATERI TENTANG TAKHRIJ HADITS KRITIK DAN SANAD


A.Pengertian Takhrij Hadits

20
Menurut lughat (bahasa) berasal dari kata kharaja yang berarti tampak atau jela.
Takhrij secara bahasa juga berarti istinbath (mengeluarkan), tadrib (memperdalam) dan
taujih (menampakkan). Secara etimologi kata “takhrij” berasal dari akar kata “kharaja
yakhruju khuruujan mendapat tambahan tasydid/syidah pada ra (ain fi‟il) menjadi
kharraja yukhrriju takhriijan yang berarti menampakkan, mengeluarkan, menerbitkan,
menyebutkan, dan menumbuhkan” (Khon, 2008: 115). Maksudnya menampakkan
sesuatu yang tidak atau sesuatu yang masih tersembunyi, tidak kelihatan dan masih
samar.

B.Sejarah Takhrij hadits

Ilmu hadits baru berdiri sendiri sebagai sebuah ilmu pada masa al-Qadhi Ibnu
Muhammad al-Ramahurmudzi (265-360 H). Selanjutnya diikuti oleh al-Hakim
alNaisaburi (321-405 H), Abu Bakr al-Baghdadi (463 H). Para ulama mutaqaddimin
menyebutnya dengan ulumul hadits dan ulama mutaakhirin menyebutnya ilmu
musthalahul hadits.[7] Jadi kalau menganalisa kedua uraian tersebut dapat 4(Mahmud
ath-Thahhan, Ushûlut Takhrîj wa Dirâsatul Asânid, [Riyadl, Maktabatul Ma'ârif: 2010],
halaman 10).disimpulkan bahwa setelah masa inilah muncul ilmu takhrij hadits sebagai
bagian dari ilmu hadits.

C.Tujuan takhrij hadits

1.Mengetahui eksistensi suatu hadits apakah benar suatu hadits yang ingin diteliti
terdapat dalam buku-buku hadits atau tidak.

2.Mengetahui sumber otentik suatu hadits dari buku hadits apa saja didapattkan.

3.Mengetahui ada berapa tempat hadits tersebut dengan sanad yang berbeda di
dalam buku sebuah buku hadits atau dalam beberapa buku induk hadits.

4.Mengetahui kualitas hadits (makbul atau mardud) (Khon, 2008: 117-118)

D.Cara Pelaksanaan Takhrij Hadis

21
1.l-Dilalah, al-Tautsiq, al-Naql, atau al Akhdzu
Al-Tautsiq adalah penelusuran, penukilan dan pengutipan hadits dari al-
Mashadir al-Ashliyyah, baik dari kitab Mushannaf, kitab Musnad, Sunan dan
Shahih, atau kitab lainnya yang mengoleksi hadits secara lengkap rawi, sanad, dan
matanya

2. Tashhih dan I’tibar

Tash-hih adalah menentukan kualitas hadits dengan menilai rawi, sanad


dan matan, menurut kriteria keshahihannya dengan menggunakan kaidah dirayah
seperti yang telah diurai dalam ilmu-ilmu hadits tentang rawi, sanad dan matan,
dan bahkan telah dihimpun dalam kitab-kitab pembantu yang praktis.

E.Metode takhrij Hadits

1. metode takhrij al-hadis melalui kata (lafal) pada matan hadis. (kitab yang
digunakan mu’jam mufahrasy li alfaz al-hadis). Pada metode ini hadist
mengunakan kitab al-jami, al shagir
2. takhrij al-hadis melalui awal kata (lafal) pada matan hadis, (kitab yang
digunakan al-jami al-shagir).
F.Kritik hadits
Kata naqd dalam bahasa Arab lazim diterjemahkan dengan kritik yang berasal
dari bahasa latin. Kritik itu sendiri berarti menghakimi, membanding, menimbang.
Sedangkan makna kritik dalam konteks ilmu hadis adalah cenderung kepada maksud
kegiatan penelitian hadis, dan bukan berarti sebuah kecaman terhadap hadis.

G.Sejarah kritik hadits

1.Kritik Hadis Di Era Rasulullah Saw.

2.Kritik Hadis diera Sahabat

3.Kritik Hadis Dimasa Tabi’in

Sanad menurut bahasa berarti sandaran atau pegangan (al-mu’tamad). Sementara


pengertian sanad menurut istilah ilmu hadis adalah jajaran orang-orang orang-orang yang

22
membawa hadis dari Rasul, Sahabat, Tabi’in, Tabi’ At- Tabi’in, dan seterusnya sampai
kepada orang yang membukukan hadis tersebut”

(11)MATERI TENTANG PENERAPAN KRITIK MATAN DAN HADIS


A.Pengertian.

1.kritik matan dan hadis

Dalam bahasa arab, padanan kata kritik adalah Naqd atau Tamyiz. Meski kata
naqd ini tidak ditemukan dalam al-Quran (mungkin juga dalam hadis), namun sebagai
orang yang ingin mencari bukti kebenaran suatu riwayat tidaklah perlu untuk diributkan,
apakah boleh melakukan kritik atau tidak, karena metode kritik ini memang muncul
setelah hadis-hadis Nabi dibukukan oleh para ulama hadis. Yang jelas, kritik hadis tidak
lain adalah penelitian hadis untuk memilih dan memilih mana hadis yang menempati
kualitas yang bisa dipertanggung jawabkan dan mana yang tidak, bahwa suatu riwayat
benar bersumber dari Nabi saw.

2.Metode kritik dan Matan

Semua matan hadis harus memiliki sanad Dalam dunia ilmu hadis, para sarjana
sepakat bahwa hadis tidaklah mempunyai arti jika tidak memiliki unsur sanad dan matan.
Degan demikian kedua unsur itu sama pentingnya untuk diteliti. Khususnya pada matan
hadis, sebelum dilakukan penelitian terhadap matan, para pengkaji hadis harus
melakukan penelitian atas sanad hadis terlebih dahulu.

B.Metode Kritik Matan Hadis jika terjadi perbedaan

1.Menggunakan metode Muqaranah

Metode muqaranah sangatlah penting sebagai jalan keluar jika di suatu

riwayat hadis terdapat beberapa matan yang semakna atau dalam satu tema.

Bahkan metode ini juga relevan digunakan dalam konteks sanad juga.

Dengan metode muqaranah maka dapat diketahui perbedaan kata atau makna dalam suatu
sanad atau hadis dapat ditoleransi atau ditolak.

23
2.Menggunakan metode Ziyadah

ziyadah : bermakna tambahan . Sedangkan menurut istilah ilmu hadis, diartikan

sebagai adanya sebuah tambahan yang berupa lafal atau susunan kalimat dari perawi di matan
hadis.Dalam istilah bahasa Arab, kata Idrāj adalah maşdar dari fi'il adraja yang berarti
"memasukkan" dan "menghimpunkan". Menurut terminologi ilmu hadis, Idrāj adalah
menyelipkan atau menambahkan pernyataan yang yang berasal dari kata-kata si perawi ke dalam
suatu matan hadis

C.Kaidah kesahihan matan sebagai acuan pada masa sahabat

1. Maknanya tidaklah bertentangan dengan al Quran

Contoh: hadis jenazah akan dradzab sebab tangisan keluarganya. 'Umar b. Khaṭṭāb suatu
ketika menegor Syu'aib karena ia menangisi salah seorang keluarganya yang telah meninggal.
'Umar b. Khaṭṭāb berkata: "Wahai Syu'aib! Apakah kamu tetap akan mengangisi keluargamu?
Padahal aku sendiri pernah mendengar Rasulullah saw. berkata: "Sesungguhnya seorang mayit
akan diazab sebab ditangisi oleh sebagian keluarganya." Dapat ditarik kesimpulan matan hadis
yang disampaikan umar bin khatab bertolak belakang dengan penjelasan alquran

2. Saling tidak bertentangan dengan riwayat hadis yang lainnya

Para sahabat nabi menjadikan al-Qur'an sebagai tolak ukur untuk dalam melakukan
verifikasi keautentikan hadis, namun bukan berarti mereka menolak hadis nabi sendiri. Nyatanya
ada beberapa hadis yang mana menjadi tolak ukur untuk verifikasi hadis. Hal ini bermula ketika
mereka mendapatkan suatu narasi hadis dari Nabi Muhammad secara langsung, namun
sebagaimana manusia biasa, dalam beberapa kasus sebagian sahabat yang juga khawatir jika
terjadi kesalahpahaman dalam memahami penjelasan nabi dan sebagian mereka juga lemah
dalam mengingat. Oleh karena itu wajar jika mereka meminta verifikasi melalui penjelasan
hadis-hadis lain yang dianggap lebih autentik seperti sabda Rasulullah saw.

3.Bertentangan dengan akal sehat

24
Contoh hadis : diwajibkan membasuh tangan sebelumnya memasukkannya ke dalam
wadah. Dalam riwayat Abu Hurairah dikatakan bahwa Rasulullah saw bersabda: "Jika kalian
bangun tidur maka jangan sekali-kali memasukkan tangan kalian ke dalam wadahatau bejana
kecuali sudah dibasuh selama tiga kali."21 Dalam kitab Nail al-Autar dijelaskan bahwa hadis ini
sudah dikonfirmasi sendiri oleh Abū Hurairah dan 'Aisyah bahwa konteks mencuci tangan di sini
adalah sunah dan bukan perkara wajib. Namun jika sesorang yakin jika tangannya terkena najis
maka ia wajib untuk mencuci tangannya sebelum memasukkannya ke dalam bejana, begitu
sebaliknya.

4.Ma’ani al hadis

Ma'āni al-Ḥadīṡ ialah ilmu yang mengkaji tentang bagaimana memahami hadis Nabi saw
dengan mempertimbangkan berbagai aspek, yang dimulai dari konteks semantik dan struktur
linguistik teks hadis, kedudukan Nabi saw ketika menyampaikan sabdanya.

D.Kitab seputar penelitian Sanad dan Matan hadis

1. Kitab tentang Syarh hadis serta tafsir al-Qur'an

2. Kitab yang menerangkan garib al-hadis, asbab al-wurid al-hadis, mukhtalif al-hadis, fight al-
hadis dan masalah al-hadis.

3. Kitab seputar usul fiqh dan fiqih Kitab seputar sirah nabawiyyah serta sejarah Islam pada
umunya.

4. Kitab seputar ilmu kalam (teologi Islam)

5. Kitab seputar kaidah gramatika Arab dan mu'jam Arab atau kamus arab

(12)MATERI TENTANG URGENSI MEMPELAJARI ASBAB WURUD AL HADITS


A.Definisi asbab wurud

25
Karena istilah tersebut biasa dipakai dalam diskursus ilmu hadis, maka asbabul
wurudbiasa diartikan sebagai sebab-sebab atau latar belakang (background) munculnya
suatu hadis

B.Cara mengetahui asbab wurud al hadits

1.Melalui riwayat hadis Nabi

2.Melalui informasi (aqwal) Shahabah

3.Melalui ijtihad: Proses ijtihad pada umumnya dilakukan dengan melakukan takhrij
hadis

C.Asbab al wurud dibagi 2:

1.Asbab al wurud mikro

Melalui sebuah riwayat teks hadits nabi Saw yang artinya bahwa teks-teks
tersebut menunjukan adanya peristiwa-peristiwa yang mendorong nabi untuk bersabda.
Yang terbagi atas dua macam, yaitu ada teks tegas (sharih) menunjukan sebab dab ada
yang kurang tegas (ima’)

2.Asbab al wurud makro

Asbab al-wurud makro ini biasanya melalui ijtihad, hal ini dilakukan jika tidak
ditemukan riwayat yang jelas mengenai asbab al-wurud. Ijtihad bisa dilakukan dengan
cara mengumpulkan hadits-hadits lain yang memiliki tema sama, juga bisa dengan
analisa sejarah atau melalui pembacaan hemeuneutik terhadap sosio-kultural yang telah
berkembang pada saat itu sehingga mampu untuk menggabungkan antara ide dalam teks
hadits dengan konteks munculnya hadits.

D.Urgensi asbab wurud al hadits.

Urgensi mempelajari asbabul wurud hadist yaitu untuk menentukan ada tidaknya
takhsis dalam suatu hadis umum, membatasi kemutlakan suatu hadis, merinci yang masih
global, menentukan ada tidaknya nasikh mansukh dalam hadis, menjelaskan illat
ditetapkannya suatu hukum, dan menjelaskan hadis yang sulit dipahami memahami
kandungan hadis dan mentaksiskan arti yang mutlak menunjukan perincian terhadap yang

26
mujmal, menjelaskan kemusyikilan dan menunjukkan illat suatu hukum. Dengan
memahami asbab wurud hadist akan dapat dengan mudah memahami apa yang dimaksud
atau apa yang dikandung oleh suatu hadis, namun tidak semua hadis mempunyai asbab
wurud.

(13)MATERI TENTANG PENYELESAIAN HADIS KONTADIKTIF DENGAN


METODE IKHTILAF AL-HADIS, AL-JAM’U, AT-TARJIH, AN-NASKH, AT-
TAWAQQUF, DAN AT-TAKHYIR

A.Ikhtilaf al hadits

Iktilaf atau mukhtalaf secara terminologi menunjukan tiga makna yaitu sesuatu
yang datang setelah sesuatu itu berdiri di tempatnya, perbedaan dengan yang dahulu dan
yang terakhir makna ikhtilaf yaitu bermakna perubahan.

B. Metode penyelesaian hadits kontradiktif

Sebagai salah satu sumber ajaran Islam, hadis bersetatus sahih secara prinsip tidak
mungkin bertentangan dengan dalil lain baik sesama hadis, al Qur’an maupun rasio.

Metode penyelesaian hadis hadis kontradiksi perlu untuk dibedakan yaitu:

1.Al jam’u secara Bahasa al jam’u adalah ism Masdar dari jam’a yang bermakna
menghimpun sesuatu dan menyusunya,menyatukan yang terpisah.

2. At-Tarjih Dalam metode Tarjih disebutkan bahwasanya mengkaji kudua hadist


yang kontradiktif agar diketahui manakah hadis yang lebih kuat dan lebih unggul
untuk dijadikan hujjah dan diamalkan, sedangkan hadis yang kontra diabaikan.

3. An-Naskh Menurut al-Hazimi, secara etimologi istilah naskh hanya berkisar


pada dua arti yaitu di pergunakan untuk arti al izalah atau menghilangkan dan
naql atau memindahkan.

27
4. At-Tawaqquf Secara Etimologi, Tawaqquf adalah berhenti di tempat atau
berdiri dan secara terminologi, tawaqquf berarti membekukan atau meninggalkan
kedua buah hadis yang saling bertentangan tersebut untuk beristidlal.

C.Penyelesaian atas hadits kontradiktif

Dengan demikian pertentangan muncul antara Hadis yang menyatakan satu kali
usapan dengan Hadis yang menyebutkan tiga kali usapan.

28

Anda mungkin juga menyukai